• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KUALITAS AIR DAN SANITASI TERHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN KUALITAS AIR DAN SANITASI TERHA"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

i

PRODI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

(2)

ii

HUBUNGAN KUALITAS AIR DAN SANITASI

TERHADAP PENYAKIT DIARE

DI DESA PENYAMBARAN

KECAMATAN KARANG INTAN KABUPATEN BANJAR

Dosen Pembimbing:

Prof Dr. Qomariyatus Sholihah,Amd.Hyp,ST.,M.Kes NIP. 19780420 200501 2 002

Nova Annisa, S.Si.Ms

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 8

AULIA RAHMAH H1E114004

FATIMAH H1E114007

LARAS AGUNG YULIANINGTYAS H1E114012 LISDA PRONAWATI H1E114014

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI S-1

TEKNIK LINGKUNGAN BANJARBARU

(3)

iii Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si, M.Sc

NIP. 19660331 199102 1 001

Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat : Dr.Ing. Yulian Firmana Arifin, S.T., M.T.

NIP. 19750719 200003 1 002

Dosen Pengasuh Mata Kuliah Epidemiologi :

Prof Dr. Qomariyatus Sholihah,Amd,Hyp.,ST.,M.Kes

NIP. 19780420 200501 2 002

Dosen Pengasuh Mata Kuliah Epidemiologi : Nova Annisa, S.Si.Ms

Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPT Puskesmas Karang Intan : Dwi Rezeki, S.Sii

NIP. 19721206 199202 2 002

Pembimbing di Puskesmas Karang Intan : Ida Mahdalena

Kepala Prodi Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat : Dr. Rony Riduan, ST. M.T.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia nikmat, rahmat, dan hidayah bagi umat-Nya. Atas ridho-Nya jualah kami dapat menyelesaikan makalah Epidemiologi ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari kami adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi.

Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang telah ikut berpartisipasi dalam terlaksananya makalah ini, kepada :

1) Prof Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd.Hyp.ST.,MKes. selaku dosen pembimbing

mata kuliah Epidemiologi.

2) Ida Mahdalena selaku pembimbing dalam observasi lapangan.

3) Dwi Rezeki, S.Sii selaku kepala sub bagian Tata usaha UPT puskesmas Karang

Intan.

4) Pembakal Desa Penyambaran, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar dan

beserta staf dan jajarannya.

5) Ketua RT.01, RT.02, RT.03 Desa Penyambaran yang telah memberikan izin untuk

observasi di Desa Peyambaran.

6) Masyarakat RT.01, RT.02, RT.03 Desa Penyambaran yang telah bersedia menjadi

korespondensi dalam pengisian kusioner.

7) Tak lupa juga ucapan terimakasih kepada teman-teman yang selalu memberikan

dukungan dan semangat hingga terselesainya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran, bimbingan, serta nasehat yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Besar harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dalam meningkatkan prestasi belajar, serta membina mental seorang pelajar Indonesia seutuhnya.

Banjarbaru, Oktober 2015

(5)

v

Ringkasan

(6)

vi

2.1.1 Pengertian Epidemiologi ... 3

2.1.2 Metode Penelitian Epidemiologi... 5

2.1.3 Sanitasi ... 9

2.1.4 Air ... 10

2.1 .5 Diare ... 22

BAB III ... 26

METODOLOGI PENELITIAN ... 26

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.2 Desain Penelitian ... 26

3.3 Variabel Penelitian ... 26

(7)

vii

4.1.1 Jumlah penderita penyakit diare dalam 3 bulan terakhir ... 28

4.1.2 Kualitas Air yang digunakan di Desa Penyambaran ... 28

4.2 PEMBAHASAN ... 30

4.2.1 Kualitas air yang digunakan di Desa Penyambaran ... 30

BAB V ... 33

PENUTUP ... 33

5.1 Kesimpulan ... 33

5.2 Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Persyaratan Kualitas Fisik Air Bersih ……… 16

2. Kandungan Bakteri ………..17

3. Jumlah Penderita Penyakit Diare………. 28

4. Hasil Pemeriksaan Sampel Air Sungai……… 29

5. Hasil Pemeriksaan Sampel Sumur Gali………... 29

(9)

ix

DAFTAR SINGKATAN

KLB = kejadian luar biasa

MPN = Most probability nomber

WHO = world health organization

WHC = water holding capacity

SPAL = saluran pembuangan air limbah

SNI = Standar nasional Indonesia

PLTA = Pembangkit listrik tenaga air

MPN = Most probable number

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat izin melakukan observasi di Puskesmas Karang Intan

2. Kuisioner observasi hubungan kualitas air dengan sanitasi di Desa Penyambaran Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar

3. Hasil Laboratorium Pemeriksaan Uji Kualitas Air

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia. Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang telah dikenal sejak jaman Hippocrates. Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan dapat menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada diare adalah dehidrasi yang berakibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja diare Salah satu penyebab penyakit diare dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, dan masih banyak penyebab munculnya penyakit diare tersebut. (Depkes RI, 1998).

Sanitasi merupakan suatu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada umumnya. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karena kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang mencemari lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di lingkungan bebas baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu melalui perantara antar individu. Seperti yang dijelaskan diatas lingkungan fisik merupakan penyebab diare. Air merupakan salah satunya yang termasuk dalam lingkungan fisik. Kualitas air juga mempengaruhi kesehatan lingkungan setempat. Apabila kualitas air di daerah tersebut baik, maka kesehatan masyarakatnya terjamin. Sedangkan, apabila kualitas air di daerah tersebut tidak baik maka akan berpengaruh pada kesehatan masyarakatnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lailatul Mafazah tahun 2012 yang mengambil

(12)

2 mengenai kualitas air dan sanitasi di desa Penyambaran Kecamatan Karang Intan karena masih banyaknya kasus diare yang terjadi di sejumlah Desa.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kualitas air yang digunakan di desa penyambaran?

2. Bagaimana hubungan sanitasi dengan timbulnya penyakit diare?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas air dan sanitasi terhadap penyakit diare di Desa Penyambaran Kecamatan Karang Intan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. . Untuk mengetahui kualitas air yang digunakan di desa penyambaran. 2. Untuk mengetahui hubungan sanitasi dengan timbulnya penyakit diare.

3. Untuk mengetahui kualitas air di desa penyambaran ditinjau dari parameter MPN Coliform.

4. Untuk mengetahui kualitas air yang digunakan di desa penyambaran ditinjau dari parameter Coli Tinja.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini merupakan salah satu sumber informasi bagi masyarakat di desa penyambaran mengenai kualitas air yang digunakan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan merupakan bahan bacaan bagi peneliti selanjutnya.

(13)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epidemiologi

2.1.1 Pengertian Epidemiologi

Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari 3 kata dasar yaitu epi yang memiliki arti pada atau tenang, demos yang memiliki arti penduduk, dan logos yang memiliki arti ilmu pengetahuan, jadi epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk. Sedangkan pada saat ini, epidemiologi adalah salah satu cabang dari ilmu kesehatan untuk menganalisa distribusi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan yang bertujuan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangannya.

Pengertian epidemiologi menurut beberapa ahli :

1. Menurut Hirsch (1883) epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis–jenis penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi dan mengkaitkan dengan kondisi eksternal (Kristiani, 2012).

2. Menurut Greenwood (1970) mengatakan bahwa “epidemiologi mempelajari tentang

penyakit dan segala macam kejadian yang mengenai kelompok (herd) penduduk”. Dalam kutipan ini adanya penekanan pada kelompok penduduk yang mengarah kepada distribusi suatu penyakit (Kristiani, 2012).

3. Menurut Brian Mac Mahon (1970) epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab frekuensi penyakit pada manusia dan penyebab terjadi distribusi semacam itu. Dalam kutipan ini sudah mulai menentukan distribusi penyakit dan mencari penyebab terjadinya distribusi dari suatu penyakit (Kristiani, 2012).

4. Menurut ahli lainnya Wade Hampton Frost (1972) mendefinisikan “Epidemiologi

(14)

4 5. Menurut Abdel R. Omran (1974) epidemiologi adalah suatu ilmu mengenai terjadinya dan distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya serta akibat–akibat yang terjadi pada kelompok penduduk (Kristiani, 2012).

6. Menurut Abdel R. Omran (1974) epidemiologi adalah ilmu pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia (Kristiani, 2012).

7. Menurut Robert H. Fletcher (1991) epidemiologi adalah disiplin riset yang membahas tentang distribusi dan determinan penyakit dalam populasi

(Kristiani, 2012).

8. Menurut Lewis H. Rohf & Beatrice J. Selwyn (1991) epidemiologi adalah deskripsi dan penjelasan tentang perbedaan terjadinya peristiwa yang menjadi perhatian medis di subkelompok masyarakat, di mana populasi dibagi menurut beberapa karakteristik yang diyakini terkena penyakit tersebut (Kristiani, 2012).

9. Menurut Lilienfeld (1977) epidemiologi adalah suatu metode pemikiran tentang penyakit yang berkaitan dengan penilaian biologis dan berasal dari pengamatan suatu tingkat kesehatan populasi (Kristiani, 2012).

10.Menurut Moris (1964) epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang sehat dan sakit dari suatu penduduk (Kristiani, 2012).

11. Definisi epidemiologi menurut CDC 2002, Last 2001, Gordis 2000 menyatakan

bahwa epidemiologi adalah : “studi yang mempelajari distribusi dan determinan

penyakit dan keadaan kesehatan pada populasi serta penerapannya untuk pengendalian masalah–masalah kesehatan” (Kristiani, 2012).

12. Menurut WHO “Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari peristiwa kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan kesehatan yang menimpa sekelompok masyarakat dan menerapkan ilmu tersebut

(15)

5

2.1.2 Metode Penelitian Epidemiologi

Metode penelitian Epidemiologi dapat di lakukan dengan dua cara, diantaranya adalah :

1. Penelitian observasional adalah penelitian dimana peneliti hanya melakukan

observasi, tanpa memberikan penjelasan pada variabel yang akan diteliti. Penelitian observasional terdiri atas :

a. Penelitian Deskriptif

Studi deskriptif digunakan untuk menggambarkan pola penyakit serta untuk mengukur kejadian dari faktor risiko penyakit pada suatu populasi. Digunakan untuk menggambarkan besarnya masalah (variabel orang, tempat, waktu).

Studi deskriptif disebut juga studi pendahuluan dari studi analitik yang dapat dilakukan suatu saat atau suatu periode tertentu. Studi ini ditunjukan kepada sekelompok masyarakat tertentu yang mempunyai masalah kesehatan maka disebut studi kasus tetapi jika ditujukan untuk pengamatan secara berkelanjutan maka disebut dengan surveilens serta bila ditujukan untuk menganalisa faktor penyebab atau risiko maupun akibatnya maka disebut dengan studi potong lintang atau crosssectional.

Penelitian deskriptif tidak hanya terbatas pada masalah pengumpulan dan penyusunan data, tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut. Oleh karena itu, penelitian deskriptif mungkin saja mengambil bentuk penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian yang membandingkan satu fenomena dengan fenomena yang lain.

Tujuan Epidemiologi deskriptif adalah :

1) Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang penyakit.

2) Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok. 3) Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan

terhadap masalah kesehatan.

Adapun ciri-ciri studi epidemiologi deskriptif sebagai berikut : 1) Bertujuan untuk menggambarkan

2) Tidak terdapat kelompok pembanding

(16)

6 5) Merupakan studi pendahuluan untuk studi yang mendalam.

b. Penelitian Analitik

Penelitian analitik terdiri atas :

1. Rancangan Kasus control

Rancangan penelitian kasus kontrol dilakukan untuk membantu menentukan apakah sebuah paparan/ karakteristik tertentu berhubungan dengan sebuah outcome. Selain untuk menentukan hubungan yang bersifat causal (penyebab), penelitian kasus kontrol juga memiliki potensi untuk mencari hubungan yang bersifat non-causal misalnya karena adanya chance (kesempatan) atau pengaruh faktor lain yang berhubungan dengan baik paparan maupun outcome penyakit (Meirik, 2012). Pada metode kasus kontrol ini dilakukan perbandingan antara kasus (orang yang mengalami sakit) dengan

kontrol (individu yang tidak memiliki penyakit), dalam hal adanya

paparan/karakteristik tertentu di masa sebelumnya, yang memiliki potensi sebagai penyebab/ faktor risiko. Dengan demikian, dalam studi kasus kontrol, hasilnya diukur sekarang dan eksposur diperkirakan dari masa lalu. Titik awalnya dimulai dari subyek yang memiliki penyakit/ kondisi yang diteliti (kasus). Adanya karakteristik atau adanya paparan pada riwayat kasus inilah yang kemudian direkam atau dicatat. Demikian pula pada kelompok pembanding atau kontrol, dilakukan pencatatan mengenai ada tidaknya paparan. Tujuan dari adanya kelompok kontrol ini adalah untuk memberikan perkiraan mengenai frekuensi paparan pada populasi yang tidak sakit

(Meirik, 2012).

Keuntungan atau kelebihan rancangan kasus control yaitu, memungkinkan meneliti penyakit-penyakit yang jarang terjadi, memungkinkan meneliti penyakit yang memiliki masa laten yang lama antara paparan dan manifestasi klinis, dapat dilaksanakan pada periode waktu yang singkat, jika dibandingkan dengan penelitian kohort, penelitian kasus control relative lebih murah, dan dapat meneliti beberapa hal sekaligus yang memiliki potensi sebagai penyebab penyakit. Akan tetapi, rancangan ini juga memiliki beberapa

(17)

7 mengenai paparan diperoleh dari riwayat dahulu berdasarkan wawancara, validasi dari informasi mengenai adanya paparan bisa jadi sulit untuk dilakukan, informasinya tidak legkap, bahkan tidak memungkinkan, hanya memusatkan perhatian pada satu penyakit saja, biasanya tidak dapat menyediakan informasi mengenai angka kejadian penyakit, secara umum tidak lengkap Generally incomplete control of extraneous variables, pemilihan kontrol yang tepat bisa jadi merupakan hal yang sulit, metode penelitian bisa jadi sulit dipahami oleh orang yang bukan ahli epidemiologi dan interpretasi hasil bisa jadi sulit (Meirik, 2012).

2. Cohort

Desain Cohort merupakan desain prospektif (melihat ke masa yang akan datang). Dalam penelitian prospektif, paparan diukur sekarang dan hasilnya (sakit atau tidak) diukur di masa yang akan datang. Dengan demikian, pengambilan data dimulai dari individu yang terpapar dan tidak terpapar, kemudian diikuti ke depan apakah ia menderita sakit atau tidak (Meirik, 2012).

Beberapa keuntungan dari penelitian Cohort antara lain, informasi mengenai paparan subyek bisa lengkap, termasuk pengendalian mutu data dan pengalaman sebelumnya, memberikan urutan waktu yang jelas antara paparan dan penyakit, terdapat kesempatan untuk meneliti beberapa outcome sekaligus yang terkait dengan paparan tertentu, memungkinkan perhitungan angka insidensi (absolute risk) dan RR (relative risk), metodologi dan hasil penelitian mudah dipahami oleh kalangan non-ahli epidemiologi,

memungkinkan meneliti paparan-paparan yang relatif jarang

(18)

8 1. Pola paparan dapat mengalami perubahan selama penelitian tersebut dilaksanakan. Sebagai contoh, seumpama ketika kita meneliti mengenai paparan berupa kontrasepsi oral, dapat terjadi perubahan komposisi selama pelaksaan penelitian yang mempengaruhi hasilnya menjadi kurang relevan.

2. Upaya untuk mempertahankan tingkat follow up yang tinggi ( jumlah subyek yang bisa dilakukan follow up) bisa jadi merupakan hal yang sulit. 3. Rancangan kohort cukup mahal untuk dilaksanakan karena biasanya

dibutuhkan jumlah subyek yang besar.

4. Data baseline selain dari faktor paparan mungkin hanya sedikit karena banyaknya subyek menjadikan tidak mungkin untuk dilakukan wawancara yang lama.

(Meirik, 2012) 3. Cross-sectional

(19)

9 2. Penelitian Eksperimental adalah penelitian dimana peneliti melakukan intervensi pada variabel sebab yang akan diteliti. Desain esperimental dibagai tiga: Pra eksperimental, Quasy experiment dan True experiment.

a. Desain pra ekperimen

Desain pra eskperimental adalah penelitian eksperimen yang hanya menggunakan kelompok studi tanpa menggunakan kelompok kontrol, serta pengambilan respondon tidak dilakukan randomisasi.

b. Desain quasy experiment

Design quasy experiment adalah penelitian eksperimental dimana pada penelitian ini sudah ada kelompok studi dan kelompok kontrol, namun pengambilan responden belum dilakukan secara randomisasi.

c. True experiment design

True experiment design adalah penelitian experimen dimana kelompok studi dan kelompok kontrol pengambilan sample-nya dilakukan secara randomisasi, serta pada kelompok studi dilakukan intervensi variabel sebab sedang pada kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi.

2.1.3 Sanitasi

2.1.3.1 Pengertian Sanitasi

Sanitasi merupakan seluruh upaya yang mencakup kegiatan atau tindakan yang perlu dilakukan untuk membebaskan hal-hal yang berkenaan dengan kebutuhan manusia, baik itu berupa barang atau jasa, dari segala bentuk gangguan atau bahaya yang merusak kebutuhan manusia di pandang dari sudut kesehatan. Jadi, Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya (Notoadmojo, 2003). Pengertian Sanitasi Menurut Para Ahli, yaitu :

1. Hopkins mengatakan bahwa sanitasi adalah cara pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap kesehatan.

(20)

10 3. Selama dalam proses pengolahan, pengangkutan, penyimpanan hingga sampai ke

tahap penyajian makanan dan minuman itu siap di konsumsi.

4. Dr.Azrul Azwar, MPH mengatakan sanitasi merupakan cara pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat (Azrul Azwar, 1995).

5. Menurut WHC, sanitasi adalah pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang dapat menimbulkan akibat buruk terhadap kehidupan manusia, baik fisik maupun mental.

Ruang lingkup sanitasi yang terkait dengan kesehatan meliputi antara lain :

Menjamin lingkungan serta tempat kerja yang bersih dan baik.

Melindungi setiap orang dari faktor-faktor lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan fisik maupun mental.

Mencegah timbulnya berbagai macam penyakit menular.

Mencegah terjadinya kecelakaan dan menjamin keselamatan kerja.

Sanitasi yang memadai merupakan dasar dari pembangunan. Namun, fasilitas sanitasi jauh di bawah kebutuhan penduduk yang terus meningkat jumlahnya. Akibatnya, muncul berbagai jenis penyakit alah satunya adalah penyakit diare. Di dunia, penyakit tersebut telah menimbulkan kematian sekitar 2,2 juta anak per tahun dan menghabiskan banyak dana untuk mengatasinya

(UNICEF, 1997).

Lingkungan yang sanitasinya buruk akan berdampak buruk pula bagi kesehatan. Berbagai jenis penyakit dapat muncul karena lingkungan yang bersanitasi buruk menjadi sumber berbagai jenis penyakit. Agar kita terhindar dari berbagai penyakit tersebut, maka lingkungan harus selalu terjaga sanitasinya, khususnya rumah dan lingkungan sekitar.

2.1.4 Air

2.1.4.1 Definisi Air

(21)

11 air permukaan, air tanah, air hujan, air laut yang berada didarat. Air adalah salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang diperlukan (Sutrisno, 2004).

Air adalah zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.Sekitar tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga digunakan untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah. Ditinjau dari sudut kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu perhari sekitar antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2007).

Berdasarkan masalah yang berkaitan dengan air (Pansimas, 2011).

a. Sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan sumber penularan penyakit.

b. Masih ada masyarakat yang mengambil air untuk keperluan rumah tangga berasal dari air sungai atau mata air yang tidak di lindungi.

c. Sarana penampungan air hujan yang sudah retak, yang tidak dapat melindungi air hujan yang disimpan di dalamnya agar tetap bersih, karena dinding yang retak menjadi tempat perkembangbiakan lumut yang dapat mengotori air.

d. Sumur pompa tangan yang tidak dilengkapi lantai kedap air menjadi sumur tersebut tidak sehat, karena air bekas pakai dapat meresap air dalam sumur.

2.1.4.2 Karakteristik Air

Menurut Effendi (2003), air memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia lain, karakter tersebut antara lain :

(22)

12 2) Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan

panas yang sangat baik.

3) Air memerlukan panas yang tinggi pada proses penguapan. Penguapan adalah proses perubahan air menjadi uap air.

4) Air merupakan pelarut yang baik.

5) Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi.

6) Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. (Effendi, 2003).

Air bukanlah merupakan hal yang baru bagi kehidupan, karena tidak satupun kehidupan di bumi ini dapat berlangsung tanpa air. Oleh sebab itu air dikatakan sebagai benda mutlak yang harus ada dalam kehidupan manusia. Tubuh manusia mengandung 60%-70% air dari seluruh berat badan, air didaerah jaringan lemak terdapat kira-kira 90% (Soemirat, 2001).

Masyarakat selalu mempergunakan air untuk keperluan dalam kehidupan sehari-hari, air juga digunakan untuk produksi pangan yang meliputi perairan irigasi, pertanian, mengairi tanaman, kolam ikan dan untuk minum ternak. Banyaknya pemakaian air tergantung kepada kegiatan yang dilakukan sehari-hari, rata-rata pemakaian air di Indonesia 100 liter / orang / hari dengan perincian 5 liter untuk air minum, 5 liter untuk air masak, 15 liter untuk mencuci, 30 liter untuk mandi dan 45 liter digunakan untuk jamban (Wardhana, 2001).

2.1.4.3 Kualitas Air

Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dan kuantitas. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003).

(23)

13 2.1.4.3.1 Parameter Kualitas Air

komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis, yaitu:

1. Parameter Fisika a) Kecerahan

Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam Perairan dan begitu pula sebaliknya (Erik Arianto,2008).

b) Suhu

Suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam pengkajian- pengkajian kelautan. Data suhu air dapat dimanfaatkan bukan hanya untuk mempelajari gejala-gejala fisika didalam laut, tetapi juga dengan kaitannya kehidupan hewan atau tumbuhan. Bahkan dapat juga dimanfaatkan untuk pengkajian meteorologi. Suhu air dipermukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor- faktor metereologi yang berperan disini adalah curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan radiasi matahari (Nontji, 1987).

2. Parameter Kimia a) pH

pH adalah cerminan derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri dari ion H+dan OH- dalam jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7. Makin banyak ion OH+ dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi pH. Cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya, makin banyak H+ makin rendah PH dan cairan tersebut bersifat masam. Ph antara 7 – 9 sangat memadai kehidupan bagi air tambak. Namun, pada keadaan tertentu, dimana air dasar tambak memiliki potensi keasaman, pH air dapat turun hingga mencapai 4 (Andayani, 2005).

b) Oksigan Terlarut / DO

(24)

14 sangat memungkinkan untuk langsung dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme) bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan Co2 dan H20 (Wibisono, 2005).

C) CO2

Karbondioksida (Co2) merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuhan air

renik maupun tingkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis. Meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun kandungannya yang berlebihan sangat menganggu, bahkan menjadi racun secara langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam dan ditambak (Kordi dan Andi, 2009).

d) Amonia

Makin tinggi pH air, daya racun amnia semakin meningkat, sebab sebagian besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan amonia dalam molekul (NH3) lebih

beracun daripada yang berbentuk ion (NH4+). Amonia dalam bentuk molekul dapat bagian membran sel lebih cepat daripada ion NH4+ (Kordi dan Andi,2009).

e) Nitrat nitrogen

Senyawa kimia nitrogen urea (N-urea), algae memanfaatkan senyawa tersebut untuk pertumbuhannya sebagai sumber nitrogen yang berasal dari senyawa nitrogen-organik. Beberapa bentuk senyawa nitrogen (organik dan anorganik) yang terdapat dalam perairan konsentrasinya lambat laun akan berubah bila didalamnya ada faktor yang mempengaruhinya sehingga antara lain akan menyebabkan suatu permasalahan tersendiri dalam perairan tersebut (Susana, 2002).

2.1.4.4 Kualitas Fisik

Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25oC ± 3oC.

(25)

15

1) Kekeruhan

Air yang berkualitas harus memenuhi syarat fisik seperti berikut jernih atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran dari bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan tanah liat maka air semakin keruh. Derajat kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit.

2) Tidak Berwarna

Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.

3) Rasanya Tawar

Secara fisik, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.

4) Tidak Berbau

Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami penguraian oleh mikroorganisme air.

5) Temperaturnya Normal

Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (20-26oC). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur diatas atau dibawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu yang mengeluarkan energi dalam air.

6) Tidak Mengandung Zat Padatan

Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan pengeringan pada suhu 103-105Oc. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri

(26)

16 Tabel 2.1 Persyaratan Kualitas Fisik Air Bersih

No Parameter Satuan Kadar

Sumber : Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990

2.1.4.5 Kualitas Kimia

Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut: a. pH netral

pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan (Sutrisno, 2004). Skala pH diukur dengan pH meter atau lakmus. Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH air dibawah 7 berarti air bersifat asam, sedangkan bila diatas 7 bersifat basa (rasanya pahit) (Kusnaedi, 2004).

b. Tidak mengandung bahan kimia beracun

Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida, sulfida, dan fenolik (Kusnaedi, 2004).

c. Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam.

Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Cl, Cr, dan lain-lain (Kusnaedi, 2004).

d. Kesadahan rendah

(27)

17

e. Tidak mengandung bahan kimia anorganik.

2 .1.4.6 Kualitas Biologis

Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2004). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan bakteriologi air bersih adalah dilihat dari Coliform tinja per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50 MPN/100 ml air.

Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK pedoman kualitas air tahun 2000/2001, dapat dibedakan kedalam lima kategori sebagai berikut:

Tabel 2.2 kandungan bakteri

NO KELAS TOTAL COLIFORM (mL) KATEGORI

1 A <50 BAIK

2 B 51-100 KURANG BAIK

3 C 101-1000 JELEK

4 D 1001-2400 AMAT JELEK

5 E >2400 SANGAT AMAT JELEK

Sumber : SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK

Air merupakan bagian dari lingkungan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam penggunaannya, air dapat menjadi penyebab terjadinya penyakit. Air sebagai penyebab terjadinya penyakit dibagi ke dalam 4 (empat) cara yaitu (Soemirat, 2007) :

(a). Air Sebagai Penyebar Mikroba Patogen (Water Borne Disease).

Penyakit disebarkan secara langsung oleh air dan hanya dapat menyebar apabila mikroba penyebab terjadinya penyakit masuk ke dalam sumber air yang digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jenis mikroba yang ada di dalam air yaitu virus, bakteri, protozoa dan metazoa. Penyakit yang disebabkan karena mikroba patogen ini seperti cholera, thypus abdominalis, hepatitis A, poliomyelitis, dysentry. Keluhan yang dapat muncul seperti menceret dan kotoran berlendir.

(28)

18 Air dapat berperan sebagai sarang insekta yang menyebarkan penyakit pada masyarakat. Insekta sedemikian disebut sebagai vektor penyakit. Vektor penyakit yang sedemikian dapat mengandung penyebab penyakit. Penyebab penyakit dalam tubuh vektor dapat berubah bentuk, berubah vase pertumbuhan atau pun bertambah banyak atau tidak mengalami perubahan apa-apa. Penyakit yang dapat muncul seperti filariasis, demam berdarah, malaria.

(c). Kurangnya Penyediaan Air Bersih (Water Washed Disease)

Kurang tersedianya air bersih untuk menjaga kebersihan diri sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit dan mata. Hal ini terjadi karena bakteri yang ada pada kulit dan mata mempunyai kesempatan untuk berkembang. Keluhan yang dapat muncul seperti kulit merah, gatal-gatal dan mata merah, gatal dan berair.

(d). Air Sebagai Sarang Hospes Sementara (Water Based Disease)

Penyakit ini memiliki host perantara yang hidup di dalam air. Penyakit yang dapat muncul adalah schistosomiasis dan dracontiasis.

A. Pengertian Bakteri Coliform

Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup didalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform adalah, Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik.

(29)

19 E. Coli jika masuk ke dalam saluran pencernaan dalam jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan. Walaupun E. Coli merupakan bagian dari mikroba normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur-galur tertentu mampu menyebabkan gastroenteritis taraf sedang hingga parah pada manusia dan hewan. Sehingga, air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit infeksius (Suriaman, 2008).

Total Coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk menentukan aman atau tidaknya air yang dikonsumsi. Bila Coliform dalam air ditemukan dalam jumlah yang tinggi maka kemungkinan adanya bakteri patogenik seperti Giardia dan Cryptosporidium didalamnya (Soemirat, 2001).

Bakteri kelompok koliform meliputi semua bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora dan dapat memfermentasi laktosa dengan memproduksi gas dan asam pada suhu 370C dalam waktu kurang dari 48 jam. Adapun bakteri E.Coli selain memiliki karakteristik seperti bakteri koliform pada umumnya juga dapat menghasilkan senyawa indole didalam air pepton yang mengandung asam amino triptofan, serta tidak dapat menggunakan natrium sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon.

Tiga jenis E.coli, yaitu: E. coli enterotoksigenik (enterotoxigenic E.coli (ETEC)). Produksi enterotoksin oleh E.coli ditemukan sekitar tahun 1970 dari strain-strain yang ada hubungannya dengan penyakit diare. Penelitian selanjutnya menerangkan strain-strain enterototoksigenik dari E.coli sebagai suatu hal yang bersifat patogen pada penyakit diare manusia. Dua tipe toksin E.coli disebut sebagai toksin labil (labile toxin, LT) dan toksin stabil (stable toxin, ST).

(30)

20 (labile toxin, LT) atau kombinasi(ST/LT). Seperti toksin kolera, toksin LTETEC dapat merangsang adenilsiklase dalam sel mukosa usus halus

(Evans, 1972; Sujudi, 1983).

E. coli enteroinvasif (enteroinvasive E.coli (EIEC)). Beberapa E.coli dapat menyebabkan diare berdarah dan berinvasi ke usus besar. Strain ini terdiri dari sejumlah kecil serogrup yang dapat dibedakan dari E.coli Enterotoksegenik dan E.coli enteropatogenik dan disebut E.coli enteroinvasif. Strain ini seperti organisme lain yang bersifat invasif, sering juga terdapat dalam tinja yang penuh dengan leukosit dan eritrosit (Suharyono, 2008).

Menguatkan hasil pengujian kemungkinan adanya pencemaran faeces, selain E.Coli juga digunakan bakteri indikator lain sebagai pelengkap, yaitu streptococcus faecalis. Bakteri ini terdapat didalam faeces dan jumlahnya bervariasi, tetapi biasanya ada dalam jumlah lebih sedikit dari pada E.Coli. Di dalam air, streptococcus faecalis kemungkinan mati atau hilang dengan kecepatan kurang lebih sama dengan E.Coli, tetapi lebih cepat dari bakteri koliform lainnya. Apabila dalam suatu sampel air ditemukan bakteri dari kelompok koliform tetapi bukan E.Coli, ditemukannya streptococcus faecalis menunjukkan bukti penguat bahwa sampel tersebut telah tercemar kotoran atau faeces.

2.1 .4.7 Sumur gali

Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air.

(31)

21 memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur sekurang-kurang berdiameter 1 meter jaraknya dari dinding sumur dan kedap air, saluran pembuangan air limbah (SPAL) minimal 10 meter dan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding) sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat (Entjang, 2000).

Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai pompa. Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai sumur, serta jarak dengan sumber pencemar. Sumur gali sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Entjang, 2000):

A) Jarak

Jarak sumur dengan jamban harus diperhatikan agar terhindar dari pencemaran, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage pit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah, lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir dan jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya (Chandra, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Gotaas dalam sumber kontaminasi yang berupa tinja manusia yang ditempatkan dalam lubang yang menembus permukaan air tanah. Sampel positif organisme coliform didapatkan pada jarak 4 sampai 6 m dari sumber kontaminasi. Daerah kontaminasi melebar ke luar sampai kira-kira 2 m pada titik yang berjarak sekitar 5 m dari jamban dan menyempit pada kira-kira 11 m. Kontaminasi tidak bergerak melawan arah aliran air tanah. Setelah beberapa bulan, tanah sekitar jamban akan mengalami penyumbatan (clogging), dan sampel yang positif dapat diperoleh hanya pada jarak 2-3 m dari lubang. Dengan kata lain, daerah kontaminasi tanah telah menyempit. Pola pencemaran secara kimiawi sama bentuknya dengan pencemaran bakteriologis, hanya jarak jangkaunya lebih jauh (Soeparman, 2002).

(32)

22 2. 1.4.8 Sungai

Sungai adalah air tawar dari sumber alamiah yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah dan menuju atau bermuara ke laut, danau atau sungai yang lebih besar. Arus air di bagian hulu sungai (umumnya terletak di daerah pegunungan) biasanya lebih deras dibandingkan dengan arus sungai di bagian hilir. Aliran sungai seringkali berliku-liku karena terjadinya proses pengikisan dan pengendapan di sepanjang sungai. Sungai merupakan jalan air alami. mengalir menuju Samudera, Danau atau laut, atau ke sungai yang lain.

Air sungai dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan,misalnya untuk mencuci, memasak, mandi, irigasi pertanian, dan sebagai sumber air minum. Hewan dan tumbuhan membutuhkan air untuk kehidupannya. Selain itu, sungai-sungai besar digunakan sebagai sarana transportasi yang menghubungkan wilayah satu dengan wilayah lainnya. Air sungai juga dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

2 .1 .4.9 Mata Air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Maka air yang berasal dari dalam tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air dalam.

2.1 .5 Diare

2.1 .5.1 Pengertian Diare

(33)

23 terbagi menjadi dua, yaitu diare akut (< 2 minggu) dan diare kronik (≥2 minggu) (Widoyono, 2008).

2.1.5.2 Klasifikasi Diare

Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok yaitu:

a. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh hari),

b. Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,

c. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus.

d. Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

2.1.5.3 Faktor-Faktor Penyebab Diare

Menurut Widoyono (2008), diare dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: a. Faktor infeksi

Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare yang disebabkan sebagai berikut :

- Infeksi bakteri : Vibrio cholerae, E. Coli, Salmonella, Shigella sp., Campilobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

- Infeksi virus : Rotavirus, Adenovirus.

- Infeksi parasit : cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, Blastsistis huminis, protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia labila, Belantudium coli dan Crypto.

b. Faktor Malabsorsi karbohidrat, lemak dan protein.

c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

(34)

24 e. Faktor perilaku kebersihan pribadi buruk, misalnya tidak mencuci tangan setelah buang air,tidak membuang kotoran anak di WC, tidak menggunakan jamban yag sehat, makanan dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu atau tidak menutup makanan yang telah dimasak.

f. Faktor individu, Kurang gizi, buruk atau kurangnya mekanisme pertahanan alami tubuh.

2.1.5.4 Gejala dan Tanda Diare

Menurut Widoyono (2008), beberapa gejala dan tanda diare antara lain: a. Gejala Umum

- Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare - Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut - Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare

- Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan gelisah.

b. Gejala Spesifik

- Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis. - Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah.

2.1.5.6 Penularan Diare

Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui jalur fekal oral yang terjadi karena:

a. Melalui air yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan di rumah. Pencemaran ini terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan. b. Melalui tinja yang terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi, mengandung virus atau

(35)

25 makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.

Faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi penentu pendorong terjadinya diare. Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling penting, sehingga untuk penanggulangan diare diperlukan upaya perbaikan sanitasi lingkungan (Zubir, 2006).

2.1.5.7 Pencegahan Diare

Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan antara lain: (Depkes RI, 2000)

a. Penggunaan air bersih yang cukup.

b. Kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan. c. Penggunaan jamban yang benar.

(36)

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Penyambaran, Kecamtan Karang Intan, Kabupaten Banjar. Uji laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Air Kabupaten Banjar. Penelitian dilaksanakan bertahap sebanyak 3 kali yaitu pada tanggal 9 Oktober 2015, 16 Oktober 2015, dan 21 Oktober 2015.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dalam bentuk survey yang bersifat observasional dengan metode pendekatan cross-sectional, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan pengamatan sesaat atau dalam suatu periode waktu tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian (Machfoedz, 2007).

3.3 Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sanitasi lingkungan yang meliputi sumber air minum, kualitas fisik air bersih ditinjau dari MPN Coliform dan Coli Tinja, dan perilaku masyarakat.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian diare di wilayah Desa Penyambaran

3.4 Objek Penelitian

(37)

27 3.5 Instrumen Penelitian

Untuk data primer dilakukan dengan pemeriksaan sampel di Laboratorium Kesehatan Kabupaten Banjar terhadap parameter MPN Coliform, dan Coli Tinja.

3.6 Teknik Analisa Data

Analisa Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, dengan menggunakan tabel distribusi frekwensi dan persentase dari tiap variabel. Data yang telah diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium terhadap kualitas air yang digunakan dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan tabel kemudian dibandingkan dengan jumlah penyakit diare yang terjadi di desa Penyambaran.

3.7 Jadwal Kegiatan

Kegunaan Bulan Oktober-November Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Konsultasi

2. Persiapan observasi 3. Perizinan observasi 4. Observasi lapangan 5. Pengumpulan data 6. Penyusunan laporan

sementara

(38)

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

4.1.1 Jumlah penderita penyakit diare dalam 3 bulan terakhir

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan dengan pengisian 60 kuesioner di Desa Penyambaran yaitu:

Tabel 4.1 Jumlah Penyakit Diare di Desa Penyambaran

Desa Penyambaran Jumlah penderita diare Sumber mata air yang digunakan

RT 01 15 orang Air sungai

RT 02 4 orang Sumur Gali

RT 03 17 orang Mata Air

Total 36 Orang

Sumber : hasil observasi di Desa Penyambaran tahun 2015

Data diatas dapat diketahui bahwa penderita penyakit diare di RT 01 Desa Penyambaran sebanyak 15 orang dimana sumber air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari adalah air sungai. Di RT 02 penderita penyakit diare sebanyak 4 orang dimana sumber air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari adalah sumur gali. Dan di RT 03 penderita penyakit diare sebanyak 17 orang dimana sumber air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari adalah Mata Air. Dalam aktivitas sehari-hari masyarakat Desa Penyambaran menggunakan air sumur, tetapi dalam rentang waktu 3 bulan terakhir dari bulan juli-september terjadi kekeringan akibat musim kemarau yang berkepanjangan sehingga masyarakat menggunakan air sungai dan mata air untuk digunakan sehari-hari.

4.1.2 Kualitas Air yang digunakan di Desa Penyambaran

(39)

29 satu rumah yang berada di RT setempat. Kemudian dilakukan pengujian parameter kualitas- air yang digunakan berdasarkan parameter bakteriologis di UPT Laboratorium Kesehatan Air Kabupaten Banjar. Berikut adalah hasil Laboratorium mengenai Kualitas Air yang digunakan di Desa Penyambaran:

A. Air sungai

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Sampel Air Sungai Parameter

Sumber : Hasil Uji laboratorium di Laboratorium Kesehatan Air Kabupaten Banjar tanggal 21 Oktober 2015.

B. Sumur Gali

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Sampel Sumur Gali Parameter

Sumber : Hasil Uji laboratorium di Laboratorium Kesehatan Air Kabupaten Banjar tanggal 21 Oktober 2015.

C. Mata Air

(40)

30

Sumber : Hasil Uji laboratorium di Laboratorium Kesehatan Air Kabupaten Banjar tanggal 21 Oktober 2015.

4.2 PEMBAHASAN

Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa penderita penyakit diare di RT 01 Desa Penyambaran sebanyak 15 orang dimana sumber air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari adalah air sungai. Di RT 02 penderita penyakit diare sebanyak 4 orang dimana sumber air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari adalah sumur gali. Dan di RT 03 penderita penyakit diare sebanyak 17 orang dimana sumber air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari adalah Mata Air. Dalam aktivitas sesehari-hari-sehari-hari masyarakat Desa Penyambaran menggunakan air sumur, tetapi dalam rentang waktu 3 bulan terakhir dari bulan juli-september terjadi kekeringan akibat musim kemarau yang berkepanjangan sehingga masyarakat menggunakan air sungai dan mata air untuk digunakan sehari-hari.

4.2.1 Kualitas air yang digunakan di Desa Penyambaran

Di desa Penyambaran masyarakat desa tersebut menggunakan tiga sumber air yaitu, sumber Air sungai, sumber sumur gali, dan sumber Mata Air. Berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi hanya menggunakan data primer yaitu data yang di dapatkan dari pengujian sampel di UPT Laboratorium Kesehatan Air Kab. Banjar. Dilakukannya analisis laboratorium ini untuk mengetahui hubungan antar mikrobiologi dari sumber air dengan kemungkinan penyakit diare yang ditimbulkan. Dalam uji mikrobiologi ini digunakan dua parameter yaitu :

4.2.1.1 Total Coliform

Hasil pemeriksaan total Coliform menunjukkan banyaknya bakteri Coliform pada air

sungai yaitu sekitar ≥1898, pada sumur gali 0, pada mata air ≥1898. Hasil tersebut

(41)

31 tentang Syarat- Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih jumlah Coliform yang diperbolehkan untuk kualitas air bersih yaitu air bersih yang digunakan sebesar 50/100ml. Dari peraturan tersebut dapat diketahui bahwa jumlah Coliform yang diperbolehkan sebanyak 50/100ml.

Berdasarkan keterangan pihak laboratorium, hasil pemeriksaan air sungai dan mata

air (≥1898) bisa saja mencapai beberapa ribu keatas, namun karena kurang memadainya alat

laboratorium menyebabkan jumlah mikroba sesungguhnya tidak dapat diketahui dengan pasti. Karena alat laboratorium yang tersedia tidak mampu untuk menangkap lebih banyak jumlah mikroba dalam air sungai, sumur gali, dan mata air.

4.2.1.2 Total E.Coli

Hasil pemeriksaan total Coliform menunjukkan banyaknya bakteri E.Coli pada air

sungai yaitu ≥1898, pada sumur gali 0, pada mata air ≥1898. Hasil tersebut menunjukkan

hasil sebenarnya (hanya menunjukkan perkiraan terdekat 100ml) dikarenakan kurang memadainya peralatan laboratorium dalam mendeteksi E.Coli dengan jumlah yang lebih besar. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I No :416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat- Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih jumlah E.Coli yang diperbolehkan untuk kualitas air bersih yaitu air bersih yang digunakan sebesar 50/100ml.

4.2 .1.3 Hubungan sanitasi dan Penyakit diare

Berdasarkan observasi lapangan yang kami lakukan dari 60 korespondesi masyarakat sekitar Desa penyambaran, sebagian besar masyarakat belum mengetahui tentang penyakit diare yang lebih spesifiknya. Sebagian besar dari mereka hanya mengetahui tentang penyakit diare secara umum.

(42)

32 mengandung total coliform 1001-2400 dalam syarat kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya.

(43)

33

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Kualitas air yang digunakan di desa Penyambaran belum memenuhi standar kualitas menurut peninjauan total coliform dan E.Coli.

2. Berdasarkan hasil uji laboratorium dari tiga sampel sumber air di Desa Penyambaran,

penelitian total coliform dan E.Coli pada kualitas air sungai dan mata air sebesar ≥ 1898

tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan R.I No : 416/MENKES/PER/IX/1990 karena melebihi ambang batas yang persyaratan bakteriologi air bersih yang diperbolehkan 50 MPN/100 mL air dan total coliform dan E.Coli pada air sumur hasilnya 0.

3. Timbulnya penyakit diare di Desa Penyambaran berhubungan erat dengan keadaan

sanitasi. Pertama, jamban yang jaraknya berdekatan dengan sumber mata air. Kedua, perilaku masyarakat setempat yang sebagian besar menggunakan air yang tidak direbus.

5.2 Saran

(44)

34

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, S. 2005. Manajemen Kualitas Air Untuk Budidaya Perairan. Malang : Universitas Brawijaya.

Aswitha, Budiarso. 1987. Clinical Management of Acute in Children. New York : Mc millan Publishing Company.

Azwar, Azrul.1995. Pengantar Ilmu Kesehatan lingkungan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya. Chandra, Dr. Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit buku

kedokteran EGC.

Depkes RI. 1998. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Kecacingan. Jakarta : Direktorat

Jenderal P2M & PLP.

Depkes RI. 2000. Buku P edoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta: Depkes RI.

Effendy, Nasrul. 1997. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.

Effendi.2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.

Yogyakarta : Kanisius.

Entjang I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Citra Aditya Bakti. Fardiaz, S.1992.Polusi Air dan Udara. Yogyakarta : Kanisius.

Ghufron dan Kordi. 2009. Pengelolaan Kualitas Air. Jakarta : Rineka Cipta.

Kordi, K Ghufron dan Andi Baso Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya

Perairan. Jakarta : Rineka Cipta.

Machfoedz, I. 2007. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan.

Yogyakarta: Fitramaya.

Maulana, Heri.2007. Promosi kesehatan. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. Nontji, Anugerah. 2005. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan

Noor, Nur Nasry. 2006. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Peraturan Pemerintah No 82. 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

Air. Jakarta : Peraturan Pemerintah.

(45)

35 Soeparman. 2003. Ilmu P enyakit Dalam. Jakarta : GayaBaru.

Suharyono. 2008. Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Jakarta : Rineka Cipta.

Sujudi.1983. Apa yang harus dilakukan sebelum mendapatkan hasil resistensi. Jakarta : Cermin Dunia Kedokteran.

Suriaman. 2008. Skripsi Uji Kualitas Air. Malang : Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Malang.

Susana, Tjutju. 2002. Nitrogen Urea di Perairan Teluk Banten. Jakarta : LIPI. Sutrisno, T.2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.

Wardhana, Wisnu Arya.2001. Dampak pencemaran lingkungan. Yogyakarta : Andi Offset.

Wibisono, M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta : Grasindo.

Widoyono. 2008. P enyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

(46)

36

INDEKS

Absolute risk 7

Calsium 16

Cesspool 21

Chance 6

Clogging 21

Cohort 7

Coliform 2, 17, 19, 21

Cross sectional 5, 18, 26

Cryptosporidium 19

Desain pra eksperimen 9

Desain quasy experiment 9

Disenttry 17

Dissolved Oxygen 13

Dracontiasis 18

Enterotoxigenic 19

Epidemiologi 3

Fenolik 16

Follow up 8

Giardia 19

Herd 3

Historical cohort 8

Karbondioksida 14

Kohort 6, 8

(47)

37

Mass phenomen 3

Natural history 3

Non-causal 6

Outcome 6

Patogenik 19

Poliomyelitis 17

Potret 8

Prospektif 7

Recall 7

Relative risk 7

Sanitasi 9

Schistosomiasis 18

Seepage pit 21

Septic tank 21

Sianida 16

Streptococcus faecalis 20

Sulfida 16

Thypus abdominalis 17

True experiment design 9

Water based disease 18

Water borne disease 17

(48)

38 Lampiran 1

(49)

39 Lampiran 2

Kuisioner

1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang diare?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah Bapak/Ibu mengetahui penyebab dari penyakit diare?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah anggota keluarga di rumah ini pernah menderita penyakit diare dalam beberapa

bulan ini (Bulan Juni s/d Bulan September)?

a. Ya

b. Tidak

4. Jika ya, siapa yang terserang penyakit diare?

a. Suami

b. Isteri

c. Anak

d. Anggota keluarga yang lain, sebutkan…

5. Berapa lama penyakit diare itu berlangsung?

a. Kurang dari 3 hari

b. Satu minggu

c. Lebih dari seminggu

6. Apakah diare yang diderita berat?

a. Ya

b. Tidak

7. Jika tidak, apakah penderita dibawa ke tempat pelayanan kesehatan setempat?

a. Ya

b. Tidak

8. Dari manakah Bapak/Ibu memperoleh air bersih untuk keperluan sehari-hari?

a. Sumur Gali 1. Ya 2. Tidak

b. Sungai 1. Ya 2. Tidak

(50)

40

9. Jika menggunakan kedua sumber dari air sungai dan air sumur, Bapak/Ibu lebih sering

menggunakan sumber air yang mana?

a. Air Sungai

b. Air Sumur

10. Jika air sungai apakah Bapak/Ibu sering menggunakan untuk keperluan sehari-hari?

a. Ya

b. Tidak

11. Apakah Bapak/Ibu menggunakan air sungai untuk Mandi, Cuci dan Kakus (MCK)?

a. Ya

b. Tidak

12. Selain digunakan untuk MCK, apakah air sungai tersebut digunakan untuk kegiatan lainnya?

a. Ya

b. Tidak

c. Jika ya, sebutkan…

13. Apakah Bapak/Ibu menggunakan air sumur?

a. Iya

b. Tidak

14. Apakah air sumur digunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci baju, mencuci

peralatan makan, dan kakus?

a. Ya

(51)

41 Lampiran 3

(52)
(53)
(54)

44 Lampiran 4

Dokumentasi

Keterangan Foto 1 : Di Puskesmas Karang Intan Kabupaten Banjar bersama Pembimbing Ibu Ida Mahdalena dan Ibu Dwi Rezeki, Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPT Puskesmas Karang Intan. Oktober 2015

Keterangan Foto 2 : Permohonan izin observasi ke Ketua RT Desa Penyambaran, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar. Oktober 2015.

(55)

45 Keterangan Foto 4 : Pengambilan sampel air sungai di RT.01 Desa Penyambaran Kecamatan Karang Intan

Kabupaten Banjar. Oktober 2015.

Keterangan Foto 5 : Pengambilan sampel air sumur di RT.02 Oktober 2015.

(56)

46 Keterangan Foto 7 : Pengambilan air sumber mata air di RT.03 Desa Penyambaran Kecamatan Karang

Intan Kabupaten Banjar. Oktober 2015.

Keterangan Foto 8 : Sampel :

01 = sampel air sungai RT.01 Desa Penyambaran 02 = sampel air sumur RT.02 Desa Penyambaran 03 = sampel mata air RT.03 Desa Penyambaran

(57)

47 Soal Epidemiologi

1. Penyakit diare disebabkan oleh bakteri.... a. Protozoa

b. E. Coli c. Cacing perut d. Ascaris

2. Ada 5 kategori air bersih berdasarkan kelasnya. Air dikatakan kategori baik apabila mengandung total coliform sebanyak....

a. < 50 b. > 50

c. 1001-2400

d. > 2400

3. Semakin sedikit kandungan coliform maka kualitas air semakin....

a. Buruk

b. Berbau

c. Baik

d. Tidak layak diminum

4. Keseluruhan upaya yang mencakup kegiatan atau tindakan yang perlu dilakukan untuk membebaskan hal-hal yang berkenaan dengan kebutuhan manusia, baik itu berupa barang atau jasa, dari segala bentuk gangguan atau bahaya yang merusak kebutuhan manusia di pandang dari sudut kesehatan adalah pengertian dari....

a. Diare

b. Kebersihan

c. Sanitasi

d. Pengendalian

5. Air sebagai penyebab terjadinya penyakit dibagi ke dalam 4 (empat) cara, kecuali...

a. Water Borne Disease

b. Water Related Insecta Vector

c. Water Washed Disease

Gambar

Tabel 2.1 Persyaratan Kualitas Fisik Air Bersih
Tabel 2.2 kandungan bakteri
Tabel 4.1 Jumlah Penyakit Diare di Desa Penyambaran
Tabel 4.2  Hasil Pemeriksaan Sampel Air Sungai

Referensi

Dokumen terkait

Setelah menentukan parameter-parameter bahan yang digunakan untuk mendesain sel surya pada 2D seperti pada tabel 3.1, 3.2 dan 3.3, kemudian dilakukan perhitungan dan

Ekstraksi fitur merupakan proses untuk memperoleh data fitur dari sebuah citra wajah. Algoritma ekstraksi fitur ditunjukkan pada Gbr.1, yaitu masukan berupa citra

Hasil penelitian menunjukkan persepsi mahasiswa tentang implementasi nilai-nilai keislaman dalam pembelajaran matematika adalah (1) Nilai-nilai keislaman dalam

Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur

Bagian sistem untuk pengguna meliputi: proses pendaftaran dan verifikasi pendaftaran ke dalam sistem, proses login ke dalam sistem, proses manajemen user, proses masuk ke halaman

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa aktiva tetap berwujud adalah aktiva tetap yang dimiliki bentuk fisik, yang digunakan untuk

Jenis- jenis puring diantaranya adalah puring kura, puring emping, puring walet, puring apel malang, puring anting, puring gelatik, puring jengkol, dan puring oscar.Tanaman

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengendalian kualitas produk di seksi machining pada mesin BNC-1, terdapat prosentase reject tertinggi (11.80%) pada no part