• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah globalisasi dalam dimensi sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah globalisasi dalam dimensi sosial"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Di dunia yang kita tinggali saat ini tentunya terdapat banyak pulau-pulau dan lautan yang luas.Bahwa kemudian pualu dan lautan tersebut dibagi menjadi beberapa wilayah atau kawasan,salah satunya adalah kawasan Asia Tenggara dimana anggota dari kelompok tersebut adalah Indonesia,Filipina,Thailand,Malasya,Brunei Darussalam,Singapura dan Vietnam.Dan terbentuknya kelompok atau organisasi tersebut bukan lain mempunyai maksud dan tujuan tersendiri.ASEAN sendiri terbentuk pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok yang berlandaskan geo-politik dan ekonomi.Negara yang tergabung dalam organisasi ini rata-rata memiliki iklim tropis.ASEAN sendiri memiliki moto “One Vision,One Identity,One Community”

ASEAN memiliki wilayah daratan seluas 4.46 km2 atau setara dengan 3% total luas daratan di Bumi, dan memiliki populasi yang mendekati angka 600 juta jiwa atau setara dengan 8.8% total populasi dunia. ASEAN memiliki luas wilayah laut sekitar tiga kali lipat dari luas wilayah daratan. pada tahun 2010, kombinasi nominal GDP ASEAN telah tumbuh hingga 1,8 Triliun Donas AS. jika ASEAN adalah sebuah entitas tunggal, maka ASEAN akan duduk sebagai ekonomi terbesar kesembilan setelah AAmerika Serikat, Cina, Jepang, jerman, perancis, Berazil, Inggris, dan italia.1

1.2 Rumusan Masalah

A. Apa tujuan ASEAN dibentuk ?

B. Siapa pelopor pendiri ASEAN ?

C. Dimensi apa saja yang ada didalam ASEAN ?

D. Bagaimana dimensi tersebut bisa terbentuk ?

1.3 Tujuan Pembahasan

A. Mengetahui tujuan terbentuknya ASEAN

B. Mengetahui pelopor-pelopor pendiri ASEAN

(2)

C. Mengetahui dimensi-dimensi yang ada didalam ASEAN

D. Mengetahui mengapa dimensi-dimensi tersebut bisa terbentuk

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Regionalisme di Asia Tenggara

Sebelum terbentuknya ASEAN sebagai organisasi kawasan di Asia Tenggara, terdapat perjalanan sejarah yang panjang. Dimulai di masa perang dingin, untuk pertama kalinya Asia Tenggara mengenal organisasi regional yaitu dengan terbentuknya SEATO (South East Asia Treaty Organization). Organisasi ini dibentuk sebagai upaya AS membendung pengaruh komunis di Asia Tenggara, terutama pengaruh Uni Soviet melalui Cina. Sifat pembentukannya tidak berasal dari regional sendiri, namun merupakan prakarsa dari luar kawasan Asia Tenggara dan tergolong dalam kategori aliansi.

Sedangkan organisasi pertama yang dibentuk oleh negara – negara di kawasan ini adalah ASA (Association of Southeast Asia) pada tahun 1961. Negara anggotanya saat itu adalah Malaysia, Filiphina dan Thailand. Namun organisasi ini tidak bertahan lama karena pecahnya konflik Filiphina dengan Malaysia atas status daerah Sabah yang diklaim sebagai wilayah Filiphina. Konflik ini mendorong terbentuknya Malphilindo (Malaysia, Filiphina dan Indonesia). Tetapi Malphilindopun bubar karena konflik Indonesia yang menentang pembentukan negara Malaysia. Dan di tahun 1967, lima pemimpin negara di kawasan ini berkumpul dan membentuk ASEAN sebagai sarana bagi negara – negara kawasan dalam mengembangkan kerjasama di tingkat kawasan, hingga saat ini, keanggotaan ASEAN sudah mencapai sepuluh negara anggota.

Secara rinci, berikut proses regionalisasi di Asia Tenggara : 2.1.1. SEATO (Southeast Asian Treaty Organization) (1954)

SEATO merupakan pakta pertahanan kolektif di Asia Tenggara yang dibentuk di Manila – Filiphina pada 8 September 1954. Pembentukan SEATO sendiri diprakarsai oleh aktor di luar kawasan (yaitu AS) dan ditandatangani oleh AS, Inggris, Australia, Pakistan, Thailand, Perancis, Selandia Baru, dan Philipina. SEATO merupakan dampak dari perang dingin (perebutan

(3)

pengaruh komunis di Asia Tenggara, khususnya yang terjadi di Vietnam. Pada saat itu, sebagai salah satu organisasi yang berdiri di Asia Tenggara, negara-negara utama di Asia Tenggara malah tidak diikutsertakan di SEATO, anggota-anggotanya yang utama justru negara-negara Blok Barat yang dipimpin oleh AS.

Berdasarkan perjanjian SEATO ini, para anggota perjanjian akan memberikan bantuan militer kepada negara anggota lainnya yang diserang oleh pihak luar. Pada 30 Juni 1975, SEATO

dibubarkan setelah terjadinya perubahan besar di kawasan Asia Tenggara, khususnya yang terkait dengan kekalahan AS dalam perang Vietnam.

2.1.2 ASA (Associations of Southeast Asia) - 1961

ASA merupakan organisasi pertama yang didirikan oleh negara – negara di kawasan Asia Tenggara yang dibentuk berdasarkan Deklarasi Bangkok pada 31 Juli 1961 antara Malaysia, Thailand, dan Filipina. ASA merupakan kesepakatan kerjasama ekonomi dan kebudayaan bagi negara – negara Asia tenggara. Ide dibentuknya ASA diprakarsai oleh Tunku Abdul Rahman, Perdana Mentri Pertama Malaysia saat itu, setelah Malaysia memperoleh kemerdekaan dari Inggris. Ide ini disambut baik oleh Mentri Luar Negeri Filiphina – Felixberto Serrano dan Thailand – Thanat Khoman.[1] Tujuan dibentuknya ASA adalah untuk menciptakan keamanan, keadilan sosial, kebebasan serta meningkatkan kerjasama, khususnya ekonomi bagi negara - negara Asia Tenggara. Dan dalam perkembangannya, kerjasama yang dibentuk ASA

berkembang ke bidang lain, seperti di bidang pendidikan dan budaya.

Banyak negara – negara Asia tenggara tidak mau bergabung dengan ASA (termasuk Indonesia), karena menganggap bahwa ASA dianggap sebagao antek SEATO dan imperialisme AS. Naum ternyata ASA tidak dapat bertahan lama dan dianggap gagal. Munculnya perselisihan politik antara Malaysia dengan Filiphina mengenai Sabah (Kalimantan Utara) yang dimasukkan ke dalam federasi Malaysia pada September 1963 telah melumpuhkan kegiatan organisasi kerjasama regional tersebut.

(4)

Konflik antara Malaysia dengan Thailand yang berujung pada pembubaran ASA kemudian mendorong terbentuknya Maphilindo (Malaysia, Filiphina, Indonesia) pada 1963. Dibentuknya Maphilindo ini digagas oleh Filiphina yang mengembangkan ide untuk membentuk semacam Konfederasi Melayu Raya (Greater Malay Confederation), yang bertujuan untuk mencari

penyelesaian Malaya di satu pihak dengan Filiphina dan Indonesia di pihak lain. Oleh karena itu, pada Agustus 1963 terjadi pertemuan tingkat tinggi di Manila antara Soekarno, Tengku Abdul Rahman dan Diosdado Macapagal, yang menyetujui untuk mengambil langkah-langkah

permulaan ke arah berdirinya sebuah organisasi kerjasama regional baru yang kemudian dikenal dengan Maphilindo (Malaya, Philipina, dan Indonesia).

Sewaktu Malaysia diresmikan pada tanggal 16 September 1963 yang mencakup Sabah, Serawak, Singapura di samping Malaya ke dalamnya, Indonesia meningkatkan konfrontasi terhadap federasi baru itu. Filiphina yang tidak lagi mempunyai hubungan diplomatik dengan Malaya / Malaysia bekerjasama dengan Indonesia. Politik konfrontasi yang dilancarkan Soekarno pada saat itu, meremukkan pondasi Maphilindo. Belum lagi sempat bergerak, Maphilindo praktis menjadi lumpuh, meskipun kedua negara anggota yaitu Indonesia dan Filipina masih meneruskan pertemuan-pertemuannya.

2.1.4. ASPAC (Asia-Pasific Council) - 1966

ASPAC dibentuk pada 1996 dengan negara anggota Malaysia, Filipina, Thailand, Australia, Jepang, Taiwan, New Zealand, Korea Selatan dan Vietnam Selatan. Tujuan dibentuknya

(5)

2.1.5 ASEAN

Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (Perbara) atau lebih populer dengan sebutan

Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) merupakan sebuah organisasi geo-politik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara, yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 berdasarkan Deklarasi Bangkok oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan

Thailand. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, memajukan perdamaian dan

stabilitas di tingkat regionalnya, serta meningkatkan kesempatan untuk membahas perbedaan di antara anggotanya dengan damai.

Deklarasi Bangkok ditandatangi oleh perwakilan dari 5 negara pemrakarsa/pendiri ASEAN diantaranya : Adam Malik (Mentri Luar Negeri Indonesia); Tun Abdul Razak (Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Malaysia); Narciso Ramos (Menteri Luar Negari Filiphina); S. Rajaratman (Menteri LUar Negeri Singapura); Thanat Khoman (Menteri Luar Negeri Thailand). Adapun Isi dari Deklarasi Bangkok yakni :

• Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara.

• Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional

• Meningkatkan kerjasama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi

• Memelihara kerjasama yang erat di tengah - tengah organisasi regional dan internasional yang ada

• Meningkatkan kerjasama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan penelitian di kawasan Asia Tenggara

Brunei Darussalam menjadi anggota pertama ASEAN di luar lima negara pemrakarsa. Brunei Darussalam bergabung menjadi anggota ASEAN pada tanggal 7 Januari 1984 (tepat seminggu setelah memperingati hari kemerdekaannya). Sebelas tahun kemudian, ASEAN kembali

(6)

1995. Dua tahun kemudian, Laos dan Myanmar menyusul masuk menjadi anggota ASEAN, yaitu pada tanggal 23 Juli 1997. Walaupun Kamboja berencana untuk bergabung menjadi anggota ASEAN bersama dengan Myanmar dan Laos, rencana tersebut terpaksa ditunda karena adanya masalah politik dalam negeri Kamboja. Meskipun begitu, satu tahun kemudian Kamboja akhirnya bergabung menjadi anggota ASEAN yaitu pada tanggal 16 Desember 1998. Setelah kesemua negara di Asia Tenggara bergabung dalam wadah ASEAN, sebuah negara kecil di tenggara Indonesia yang tak lain dan tak bukan juga pecahan dari Indonesia yaitu Timor Leste memutuskan untuk ikut bergabung menjadi anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara, meskipun keanggotaannya belum dipenuhi.

Dalam menjalin hubungan antarnegara anggota, ASEAN memiliki prinsip sebagaimana yang dimuat pada Piagam ASEAN, antara lain, menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah, dan identitas nasional seluruh Negara anggota ASEAN; komitmen bersama dan tanggung jawab kolektif dalam meningkatkan perdamaian, keamanan dan kemakmuran di kawasan;serta menolak agresi, ancaman, penggunaan kekuatan, atau tindakan lainnya dalam bentuk apa pun yang bertentangan dengan hukum internasional; Selain itu, ASEAN

mengedepankan penyelesaian sengketa secara damai, tidak mencampuri urusan dalam negeri negara anggota ASEAN, dan menghormati kebebasan yang mendasar, pemajuan dan

pelindungan hak asasi manusia, serta pemajuan keadilan sosial. Dalam menjalin hubungan antarnegara anggota, ASEAN memiliki prinsip sebagaimana yang dimuat pada Piagam ASEAN, antara lain, menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah, dan identitas nasional seluruh negaraanggota ASEAN; komitmen bersama dan tanggung jawab kolektif dalam meningkatkan perdamaian, keamanan dan kemakmuran di kawasan;serta menolak agresi,

ancaman, penggunaan kekuatan, atau tindakan lainnya dalam bentuk apa pun yang bertentangan dengan hukum internasional; Selain itu, ASEAN mengedepankan penyelesaian sengketa secara damai, tidak mencampuri urusan dalam negeri negara anggota ASEAN, dan menghormati kebebasan yang mendasar, pemajuan dan pelindungan hak asasi manusia, serta pemajuan keadilan sosial.

(7)

a. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN, yaitu pertemuan tingkat tinggi para kepala Negara/pemerintahan Negara anggota.

b. Dewan Koordinasi ASEAN (ASEAN Coordinating Council), yaitu pertemuan para menteri luar negeri Negara anggota ASEAN, sebagai coordinator dewan komunitas ASEAN.

c. Dewan komunitas ASEAN (ASEAN Community Councils), yaitu pertemuan para menteri yang membidangi tiga pilar komunitas ASEAN.

d. Pertemuan Badan-Badan Sektoral Tingkat Menteri (ASEAN Sectoral ministerial Bodies), yaitu pertemuan para menteri membidangi masing-masing sector kerjasama ASEAN.

e. Pertemuan Tingkat Pejabat Tinggi ASEAN (ASEAN), yaitu pertemuan para pejabat tinggi di bawah tingkat menteri Negara anggota ASEAN yang membidangi masing-masing sector

kerjasama ASEAN.

2.2 Dimensi Ekonomi Kawasan Asia Tenggara

Asia Tenggara menjadi salah satu kawasan yang menyatukan negara-negara karena keadaan geografis, namun seiring berkembangnya waktu, masing-masing negara mempunyai sifat ketergantungan satu sama lain. Hal ini menunjukkan kemajuan terhadap tujuan dari ASEAN. Setiap negara sadar bahwa setiap negara yang berada di kawasan Asia Tenggara mempunyai kekayaan sumber daya alam yang melimpah didukung pula dengan sumber daya manusianya. Kesadaran yang menghasilkan sebuah kerja sama ekonomi yang selain untuk mendapatkan keuntungan, yaitu mempererat hubungan antar negara.

(8)

tunggal yang lebih bebas dalam pengaturan segala kegiatan perekonomiannya, didukung dengan VAP (Vientiane Action Program) sebagai panduan dalam pengimplementasian AEC di tahun 2020 mendatang, setelah itu dikeluarkan Blueprint for the ASEAN Economic Community (AEC Blueprint) sebagai roadmap .

Selain itu ASEAN mempunyai kerja sama dalam sektor industri, yang bertujuan untuk peningkatan arus investasi, peningkatan proses kemajuan teknologi, dan peningkatan keterampilan sumber daya manusia masing-masing negara.

Bentuk kerja sama ASEAN dalam bidang ekonomi yang terakhir adalah, kerja sama dalam sektor perdagangan. Salah satu pencapaian yang terpenting yaitu ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA), untuk peningkatan transparansi, kepastian, serta peningkatan pengaturan yang penting sekali untuk komunitas-komunitas bisnis di ASEAN.

2.3 Dimensi dan Dinamika di Keamanan di Kawasan Asia Tenggara

(9)

Berikut ini beberapa instrumen dalam Pilar Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN:2 1. Deklarasi Kawasan Damai, Bebas, dan Netral (ZOPFAN)

ZOPFAN merupakan kerangka perdamaian dan kerja sama yang tidak hanya terbatas di kawasan Asia Tenggara tetapi mencakup kawasan Asia Pasifik yang lebih luas, termasuk dengan negara-negara besar (major powers) dalam bentuk tindakan menahan diri secara sukarela (voluntary self-restraints). ZOPFAN tidak mengesampingkan peranan negara besar di kawasan, namun memungkinkan keterlibatan negara-negara tersebut secara konstruktif dalam penanganan masalah-masalah keamanan kawasan.

2. Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC)

TAC atau Traktat Persahabatan dan Kerjasama merupakan sebuah Traktat yang bertujuan untuk menciptakan stabilitas politik dan keamanan di kawasan Asia Tenggara. TAC mengatur mekanisme penyelesaian konflik di antara negara-negara pihak secara damai.

3. Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ)

Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (Southeast Asia Nuclear-Weapon-Free Zone/ SEANWFZ) merupakan sebuah traktat yang bertujuan untuk mewujudkan Kawasan Asia Tenggara yang bebas dari nuklir. Traktat itu ditandatangani pada KTT ASEAN di Bangkok, 15 Desember 1995. Penandatangan Traktat tersebut juga merupakan kontribusi terhadap upaya menuju perlucutan senjata nuklir secara menyeluruh dan mendorong perdamaian serta keamanan internasional. Selain itu, Traktat tersebut juga bertujuan untuk melindungi Kawasan Asia Tenggara dari pencemaran lingkungan dan bahaya yang disebabkan oleh sampah radio aktif dan bahan-bahan berbahaya lainnya.

A. Pembentukan ASEAN Regional Forum (ARF)

Salah satu kerjasama keamanan multilateral di ASEAN adalah ARF. ARF merupakan forum pertemuan para menteri luar negeri yang terdiri dari 25 negara anggota termasuk

(10)

Jepang, Amerika, China, Uni Eropa, Russia, juga di ikuti oleh seluruh anggota negara Asia Tenggara. ARF bertujuan untuk menciptakan ruang dialog dan konsultasi konstruktif bagi para partisipan masing-masing untuk menangani persoalan di kawasan ASEAN. Sesuai dengan tujuan tersebut kegiatan utama ARF adalah pengembangan tradisi confidence-building measures (CBM), yang diikuti dengan preventive diplomacy (PD), dan diharapakan kelak akan mampu mengembangkan kapasitas resolusi konflik. Lebih jauh dapat dikatakan bahwasanya ARF adalah tanggapan ASEAN terhadap situasi keamanan Asia Tenggara pasca Perang Dingin.3

Program-program yang diajukan oleh ASEAN melalui pertemuan ARF, yang antara lain : 1. Kerjasama dalam pengawasan senjata yang dipakai di lapangan dan kerjasama dalam perjanjian non-proliferasi

2. Transparansi terhadap kekuatan militer yang dimilikinya atau yang digunakannya dengan mempublikasikan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan pertahanan dan keamanan

3. Kegiatan-kegiatan bersama seperti latihan militer bersama, kursus-kursus pelatihan dan pertukaran petugas penjagaan atau saling mengunjungi fasilitas-fasilitas militer dan observasi pelatihan-pelatihan diantara mereka

4. Early warning of conflict situations atau peringatan awal dari keadaan konflik

Namun, persoalan yang kemudian terjadi di Laut Cina Selatan menunjukan dengan jelas, betapa ARF kurang efektif dalam menyelesaikan persoalan yang berkembang dikawasan sekitarnya. Konflik Philipina-Cina adalah sala satu persoalan yang memperkuat asumsi tentang kelemahan ARF dalam menemukan jalan keluar atas konflik yang berkembang di kawasan ASEAN. Kawasan Laut Cina Selatan merupakan kawasan dengan potensi konflik yang tinggi dimana banyak negara berlomba dan mengklaim wilayah tersebut. Kerawanan kawasan ini menciptakan dilema keamanan yang pada akhirnya mengancam stabilitas keamanan kawasan ASEAN.

(11)

B. Pembentukan APSC (Asean Political Security Community)

ASEAN Political-Community Security merupakan sebuah gagasan yang sebenarnya asal usulnya telah ada sejak lebih dari empat dekade terakhir yang berhubungan dengan solidaritas dan kerjasama antara negara-negara dalam ASEAN. APSC yang keanggotaannya diisi oleh para Menteri Luar Negeri ASEAN merupakan badan yang ditugaskan untuk membangun kerjasama politik dan keamanan ASEAN menuju sasaran terciptanya Komunitas ASEAN. Tidak lama setelah berdiri, APSC telah mulai bekerja untuk mengidentifikasi isu yang menjadi prioritas kerjasama politik keamanan di kawasan Asia Tenggara.

APSC menggunakan pendekatan yang komprehensif untuk keamanan, yang mengakui terjalinnya hubungan dalam dimensi politik, ekonomi, sosial budaya dan lingkungan pembangunan. Ini menunjukkan bahwa ASEAN menolak agresi dan ancaman atau penggunaan kekuatan atau tindakan dalam cara yang tidak sesuai dengan hukum internasional. APSC juga berfokus pada human security dan keamanan dalam lingkup toleransi pada keberagaman yang ada dalam masyarakat negara anggota ASEAN itu sendiri adalah karena masyarakat yang ada dalam ASEAN terdiri dari beragam etnis, kepercayaan, budaya, agama, dan sebagainya.

C. Trend Modernisasi Militer Asia Tenggara

Andrew Tan mengatakan bahwa tren modernisasi ini dapat dilihat dari meningkatnya kecanggihan teknologi, sumberdaya yang semakin beragam, pengenalan kapabilitas baru, penekanan pada perlindungan sumber daya alam (khususnya sumberdaya maritim) dan tren perlombaan akuisisi senjata.

(12)

untuk persenjataan. Mirip dengan Bitzinger, Tan mengungkapkan bahwa penyebab pembangunan kekuatan bersenjata di kawasan ini adalah pertumbuhan ekonomi, kewajiban pengawasan dan perlindungan ZEE, ketegangan antar negara di kawasan, keamanan dalam negeri, meluasnya cakupan keamanan regional, pasar pembeli, gengsi (menjaga kehormatan/kewibawaan), faktor politik domestik dan korupsi.

D. Peningkatan Belanja Militer di ASEAN

Berakhirnya Perang Dingin tidak berarti merupakan tanda bahwa isu-isu ancaman militer ASEAN telah berakhir. Dalam kenyataannya negara-negara ASEAN justru meningkatkan belanja militer masing-masing segera sesudah berakhirnya Perang Dingin. Anggota ASEAN seakan berlomba memperrsenjatai angkatan udara masing-masing dengan mengusahakan F-16/F-18 (buatan Amerika), Mirage (buatan Perancis), MiG 29/Su-30 (buatan Rusia), Hawk (buatan Inggris). Untuk memperkuat angkatan laut negara-negara ASEANjuga melengkapi diri dengan pembelian kapal frigate dan kapal selam. Ada beberapa alasan mengapa ASEAN justru meningkatkan belanja militer dalam era paska Perang Dingin.

Pertama, meningkatkan anggaran belanja militer ASEAN. Antara tahun 1984 hingga tahun 1994 masing-masing negara anggota ASEAN terus meningkatkan belanja militer. Kedua, pembelian persenjataan tidak lagi di fokuskan pada system persenjataan yang diarahkan untuk mengatasi konflik dalam negeri namun diarahkan untuk mengatasi konflik dalam negeri namun lebih diarahkan untuk memperkuat kemampuan perang konvesional. Ketiga, penarikan mundur pasukan Amerika di Philipina dan berakhirnya Perang Dingin menjadi pendorong lain bagi ASEAN untuk meningkatkan pembelian senjata. Keempat, meningkatnya kemampuan ekonomi dan militer Cina adalah sebab lain mengapa negara-negara ASEAN melakukan peningkat belanja militer.

(13)

mengamankan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).4 Dengan demikian, peningkatan belanja senjata yang dilakukan Negara-negara anggota ASEAN merupakan reaksi yang diterima dari stimulus dinamika konflik yang berkembang di kawasan tersebut.

Gambar 1

Grafik Pengeluaran militer negara-negara ASEAN

Sumber: Military Balance in Southeast Asia, House of Commons Library, UK. Perbandingan Negara-Negara ASEAN :

Pembangunan kekuatan masing-masing negara tentulah mempunyai alasannya tersendiri menurut kepentingan negara yang bersangkutan. Berikut ini sekilas mengenai negara-negara utama ASEAN dengan pembelanjaan militer tertinggi.

(14)

1. Singapura. Pembangunan kekuatan dilakukan Singapura untuk penangkalan sebagai alat pertahanan nasional. Singapura melakukan penangkalan (deterrence) dengan membangun kekuatannya. Namun di pihak lain Singapura juga mengembangkan diplomasi dengan mengembangkan kerjasama dengan AS dan the rising power seperti China dan India dan juga menjadi pemain kunci dalam ASEAN dan berbagai forum internasional lainnya. Hal ini untuk mengurangi ketergantungannya apada strategi penangkalan.

2. Indonesia. Memiliki wilayah perairan yang terdiri dari duapertiga wilayah perairan ASEAN merupakan anugrah sekaligus tanggungjawab yang besar bagi negara ini. Saat ini modernisasi militer dilakukan dengan memodernisasi alutsistanya untuk mencapai Minimum Essetial Force. Modernisasi ini dilakukan dalam tiga tahapan, Renstra I (2010-2014), Renstra II (2015-2019) dan Renstra III (2020-2024). Diharapkan sebelum tahun 2024 Indonesia sudah dapat mencapai MEF nya.

3. Thailand. Thailand akan meningkatkan belanja militernya dari 1,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2011 menjadi 1,8 persen tahun 2016. Alutsista yang banyak dipesan adalah sistem canggih pertahanan seperti pesawat tempur, helikopter militer, kendaraan lapis baja, alat-alat pengintai, kapal perang dan kapal selam.5 Investasi pertahanan yang signifikan juga dilakukan pada peralatan untuk melawan ancaman keamanan maritim.

Fokus pertahanan dan keamanan Thailand saat ini adalah memelihara keamanan internalnya karena meningkatnya aktivtas terorisme, demonstrasi massal dan instabilitas internal. Selain masalah internal, ketegangan masalah perbatasan antara Malaysia, Kamboja dan Myanmar juga menjadi perhatian negara ini. Pada akhir tahun 2010, Thai Armed Forces meningkatkan patroli sepanjang perbatasan Thailand-Myanmar untuk mencegah serangan oleh pemberontak minoritas etnis Myanmar. Di lain pihak, keamanan Laut Andaman juga diperketat. Imigran ilegal, narkoba dan pengungsi yang melintasi

(15)

perbatasan adalah isu-isu khusus yang menjadi perhatian Thailand. Thailand dan Kamboja juga bermasalah dengan perbatasan maritim di Teluk Thailnd yang dipercaya mengandung sumberdaya gas dan mineral.

4. Malaysia. Berbatasan langsung dengan Thailand, Brunei, Indonesia, Singapore dan Filipina, di darat maupun di laut tentu saja membutuhkan pengawasan dan perlindungan dari segala macam ancaman di perbatasan. Ditambah dengan masih ada yang belum terselesaikan konflik perbatasan yang belum terselesaikan sampai sekarang. Hal ini merupakan tantangan keamanan tersendiri bagi Malaysia. MAF (Malaysian Air Force) harus dapat berpatroli sepanjang garis pantai dan mempertahankan kedaulatannya di perbatasan. Perbatasan sangat rentan terhadap perompakan, penyelundupan, illegal immigrants dari Selatan Filipina. Selain itu konflik Laut China Selatan dan pembangunan kekuatan negara-negara pengklaim juga menjadi alasan negara ini membangun kekuatannya.

5. Vietnam. Sejak tahun 2003, Vietnam telah meningkatkan pembelanjaan militernya 82 persen. Prioritas utama Vietnam fokus pada integritas teritorialnya, konflik perbatasan di Laut China Selatan dan semakin meningkatnya akses minyak dan gas di kawasan ini. Vietnam memiliki masalah perbatasan juga dengan Kamboja dan Los, sementara sengketa antara Vietnam dan Kamboja terhadap pulau lepas pantai juga belum terselesaikan. Vietnam juga menjadi negara pengklaim di sebagaian wilayah Laut China Selatan (Spratly Islands).

(16)

mengklaim Spratly Islands. Klaim tumpang tindih ini menyebabkan terjadi beberapa ketegangan antara Filipina-China-Taiwan di daerah ini.

Pada tahun 2011, pemerintah China menambah anggaran pertahanannya sebanyak $2.4 milyar (Rp 23,82 trilyun) dan akan menambah $970 juta untuk pembelian pada lima tahun mendatang.6

2.4 Dimensi Sosial Budaya dalam Kawasan Asia Tenggara

Berdasarkan Declaration of ASEAN Concord, dalam bidang sosial dikembangkan kerja sama sebagai berikut:

1. Kerja sama dalam bidang pembangunan sosial dengan menekankan pada kesejahteraan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan masyarakat pedesaan, melalui perluasan kesempatan kerja produktif dengan imbalan yang wajar.

2. Bantuan bagi ikut sertanya secara aktif dalam semua sektor dan lapisan masyarakat ASEAN, terutama bagi kaum perempuan dan pemuda dalam usaha pembangunan.

3. Intensifikasi dan perluasan kerja sama dalam rangka menanggulangi masalah perkembangan penduduk, menyusun teori strategi baru dalam rangka bekerja sama dengan berbagai badan internasional yang bersangkutan.

4. Intensifikasi kerja sama antar-negara anggota ASEAN ataupun badan Internasional terkait lainnya dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika dan pengedaran obat bius yang ilegal.

Dalam bidang kebudayaan dan penerangan, ASEAN membangun kerja sama sebagai berikut: 1. Memperkenalkan ASEAN melalui sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan lainnya.

2. Memberi bantuan kepada para cendekiawan, penulis, artis dan wakil media massa ASEAN yang memungkinkan mereka untuk memainkan peranan yang lebih aktif dalam memupuk rasa kepribadian dan persahabatan regional.

3. Menyebarluaskan pengkajian masalah-masalah Asia Tenggara melalui kerja sama yang lebih erat dengan lembaga-lembaga nasional.

(17)

Dalam ASEAN terdapat tiga pilar utama, yaitu: Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community-ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community-AEC), dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community-ASCC). Tiga pilar ini akan menjadi pendukung Komunitas ASEAN dalam paradigma baru yang akan menggerakkkan kerjasama ASEAN ke arah sebuah komunitas dan identitas baru yang lebih mengikat. Dalam dimensi sosial dan budaya, ASEAN mempunyai satu pilar, yaitu: Komunitas Sosial-Budaya ASEAN. Negara-negara ASEAN perlu meningkatkan kerja sama untuk memperkuat daya saing kawasan dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kualitas lingkungan hidup. ASEAN membuka akses yang seluas-luasnya bagi seluruh penduduk di negara-negara anggotanya dengan memperhatikan kesetaraan gender di berbagai bidang, misalnya di bidang pendidikan, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan, serta lingkungan hidup. Selain itu untuk dapat melaksanakan kerja sama yang baik di sektor pemerintahan, ASEAN terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui peningkatan kapabilitas pegawai negeri dan good governance serta peningkatan keterlibatan masyarakat madani (civil society) dalam pengambilan keputusan.

Guna mewujudkan semua itu, warga ASEAN harus menciptakan “rasa ke-kekita-an (we feeling)” terhadap ASEAN. Di samping itu, warga ASEAN perlu menumbuhkan rasa saling menghormati dan kesetiakawanan sosial yang tinggi sehingga warga ASEAN akan berkembang menjadi sebuah masyarakat yang saling peduli dan berbagi (a caring and sharing community). Dengan demikian, masyarakat ASEAN dapat lebih mengenali keragaman budaya Negara anggota, saling menghargai identitas nasional masing-masing, dan mewariskan sebuah kawasan Asia Tenggara yang aman, damai, dan makmur kepada generasi penerus.

Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan terbentuknya Masyarakat Sosial Budaya, telah disusun Cetak Biru Masyarakat Sosial Budaya ASEAN (ASCC Blueprint) sebagai pedoman (guidelines) bagi negara anggota ASEAN dalam melaksanakan langkah aksi menuju terbentuknya Masyarakat ASEAN tahun 2015.

(18)

di Pilar Sosial Budaya. Beberapa perkembangan dari kerja sama bidang di Pilar Sosial Budaya sebagai berikut:

2.5.1 Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community-ASCC) Masyarakat Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community/ASCC) merupakan bagian dari tiga pilar penting yang saling terkait dan saling melengkapi dalam rangka pembentukan Masyarakat ASEAN tahun 2015. Masyarakat Sosial Budaya ASEAN bersifat terbuka dan dinamis berdasarkan pendekatan yang berfokus pada masyarakat (people-centered approach). Masyarakat Sosial Budaya ASEAN mencakup kerja sama yang luas dan multisektor. Sebagai satu masyarakat sosial budaya, masyarakat ASEAN akan bersama-sama mengatasi berbagai tantangan di bidang kependudukan, kemiskinan, ketenagakerjaan, dan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan Bali Concord II, Masyarakat Sosial Budaya ASEAN (ASCC), memilki karakteristik sebagai berikut :

 ASCC, selaras dengan tujuan yang ingin dicapai dalam ASEAN vision 2020 mempertimbankan Asia Tenggara yang bersatu dalam sustu ikatan sebagai “a community of caring societies”.

 Sesuai dengan pogram aksi Deklarasi ASEAN Concord, sebuah komunitas akan mempercepat kerjasama dalam pembangunan social yang ditujukan guna meningkatkan standar kehidupan kelompok yang dirugikan dan penduduk pedesaan, dan akan mencari keterlibatan aktif semua sector masyarakat, khususnya kaum wanita, pemuda dan komunitas local.

 ASEAN harus menjamin bahwa tenaga kerjanya akan disiapkan untuk, dan memperoleh keuntungan dari integrasi ekonomi dengan menanamkan sumber daya lebih banyak untuk pendidikan dasar dan lanjut, latihan, pembangunan iptek, penciptaan kesempatan kerja serta perlindungan social.

(19)

 Komunitas akan memeliharabakat serta meningkatkan interaksi diantara, penulis, artis dan praktisi media ASEAN guna membantu perlindungan atas aneka peninggalan budaya ASEAN, serta mempererat identitas regional sekaligus menimbulkan kesadaran masyarakat ASEAN.

 komunitas akan mengitensifkan pada kerjasama terhadap permasalahan yang berkaitan dengan pertumbuhan populasi, pengangguran, penurunan lingkungan hidup serta populasi lintas perbatasn sebagaiman manajemen bencana disuatu wilayah yang memungkinkan masing-masing negara anggota memyadari potensi pembangunannya serta meningkatkan semangat bersama ASEAN.

Pada KTT ASEAN di Vientiane tahun 2004 bersama dengan rencana aksinya, para pimpinan ASEAN sepakat bahwa Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN akan mencakup empat wilayah utama, yaitu :

1. pembentukan “a community of caring societies” 2. pengelolaan dampak social dari integrasi ekonomi 3. peningkatan pelestarian lingkungan

4. peningkatan identitas ASEAN

Selain itu ada juga perkembangan dari kerja sama bidang di Pilar Sosial Budaya sebagai berikut:

 Pemajuan dan Perlindungan Perempuan

 Kepemudaan

 Pegawai Negeri

 Olahraga

 Pengendalian Penyebarluasan Penyalahgunaan Narkoba

 Pendidikan

 Kerja Sama Kebudayaan dan Penerangan ASEAN

 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

 Lingkungan Hidup

 Penanggulangan Bencana Alam

 Kerja Sama Ketenagakerjaan

 Kesehatan

(20)
(21)

MAKALAH SEJARAH REGIONALISME DI KAWASAN ASIA TENGGARA Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Regionalisme

Dosen Pengampu:

Yustika Citra Mahendra, SIP, MA.

Disusun Oleh : Fauzan Azhima 155120407121003 Anggy Purnomo. 155120407121020 Naurah Syofyan 155120407121029 M. Sultan Rifaldi 155120407121036 Pitra Kinasih 155120407121042

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

(22)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas Regionalisme dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya.

Dan juga kami sadar makalah ini tidak akan selesai dengan sempurna tanpa kontribusi dari berbagai pihak yang telah membantu kami. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1.Bapak Yustika Citra Mahendra, SIP, MA selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengantar Globalisasi

2.Teman dan sahabat yang membantu kami menyelesaikan makalah ini

Terlepas dari ketidaksempurnaan makalah ini, kami selaku penyusun sangat berharap makalah ini dapat membantu menambah wawasan serta pengetahuan pembaca sekalian tentang Sejarah Regionalisme di Kawasan Asia Tenggara ini. Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini dan di penulisan-penulisan selanjutnya.

Malang, 5 Desember 2016

Gambar

Grafik Pengeluaran militer negara-negara ASEAN

Referensi

Dokumen terkait

UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu, Kendari

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Retha Maya Masitta, menyatakan bahwa skripsi dengan judul PROBLEMATIKA AKUNTANSI HERITAGE ASSETS: PENGAKUAN, PENILAIAN DAN

Puri Indah Boulevard blok U1 Jakarta Barat TANGERANG BEST DENKI AEON Mall lt.3 Jl Grand Boulevard BSD City, Tangerang BEKASI BEST DENKI. Summarecon Mall Bekasi

sangat dipercaya dalam memeriksa kehamilan.Data Puskesmas Pal IV Pijorkoling Wilayah Desa Labuhan Labo Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara jumlah ibu hamil 621 jiwa

Graha Seni Rupa di Manado adalah suatu rumah, bangunan, dimana segala aktifitas yang berkaitan dengan seni rupa khas Sulawesi Utara maupun seni rupa pada umumnya terdapat

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas

Pada sistem kemudi mobil Basudewo yang sudah ada, masih memiliki permasalahan seperti, roda depan tidak stabil pada kecepatan di bawah 25 km/jam, pengendalian kemudi masih terlalu

Dalam penelitiannya Daryanto (2014:39) menyatakan kemunculan perangkat Gamelan Pakurmatan Sekaten sebagai sarana penyebaran agama Islam dapat dimaknai sebagai konsep