• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DAN MENYENANGK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DAN MENYENANGK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN Di Sampaikan Oleh Tejo Nurseto

Pada Pelatihan Guru SMP Muhammadiyah Depok 13 Agustus 2011

A. Pendahuluan

Metode pembelajaran yang konvensional (ceramah) yang masih banyak digunakan

guru-guru ekonomi disekolah menyebabkan lemahnya kemampuan siswa untuk /membangun

makna tentang apa yang dipelajari. Mereka pada umumnya hanya menghafal apa yang telah

dipelajari. Kemampuan menghafal pada umumnya hanya bertahan dalam waktu yang relatif

singkat. Kebanyakan siswa hafal tentang makna yang dipelajari pada saat akan menghadapi

ujian. Setelah ujian selesai konsep-konsep yang telah dihafal pada umumnya mulai hilang dan

setelah beberapa saat kemudian makna/konsep yang telah dihafal menjadi hilang sama sekali.

Model pembelajaran yang selama ini hanya menekankan pada pemikiran

reproduktif, hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang

diberikan sudah saatnya untuk ditinggalkan, kini beralih ke proses-proses pemikiran

yang tinggi termasuk berfikir kreatif dan inovatif. Hal ini dikarenakan berfikir kreatif,

inovatif dan produktif sangat dibutuhkan untuk menghadapi berbagai perubahan dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sudah saatnya proses pembelajaran

yang menghambat kreativitas siswa dihilangkan, yaitu dengan cara memberi

kebebasan kepada siswa dalam menjalankan proses berfikirnya atau dalam proses

belajarnya.

Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang

berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi

dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka

mewujudkan potensi diri menjadi multiple kompetensi harus melewati proses

pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Berlangsungnya

proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Sesungguhnya

pembelajaran tidak terbatas pada empat dinding kelas. Pembelajaran dengan

pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang

(2)

B.Belajar dan Pembelajaran

Ngalim Purwanto, (1992) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan

yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan

atau pengalaman. Pengertian Belajar Cronbach (1954) berpendapat : Learning is

shown by a change in behaviour as result of ex perience ; belajar dapat dilakukan

secara baik dengan jalan mengalami. Robert. M. Gagne dalam bukunya : The

Conditioning of learning mengemukakan bahwa : Learning is a change in human

disposition or capacity, wich persists over a period time, and wich is not simply

ascribable to process of growth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam

kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan

oleh proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh

faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Lester.D.

Crow and Alice Crow mendefinisikan : Learning is the acuquisition of habits,

knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya untuk memperoleh

kebiasaankebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

proses kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh anak didik yang berdampak pada

perubahan dalam dirinya berupa tingkah laku, bertambah pengetahuannya atau. Oleh

karena itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang

positif atau memiliki kemampuan baru serta maka dapat dikatakan bahwa belajarnya

belum sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Belajar merupakan akibat adanya

interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar

sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam

belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa

respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon

berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru

tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk

diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati

adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus)

(3)

mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk

melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor

penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)

maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan

(negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat. Teori Belajar Kognitif

Dalam bab sebelumnya telah dikemukan tentang aspek aspek perkembangan kognitif

menurut Piaget yaitu tahap (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete

operational dan (4) formal operational. Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih

berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.

Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan

obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh

pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada

peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan

menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :

Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru

mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.

Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru

harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas,

anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan

teman-temanya. Teori Belajar Konstruktivisme Teori-teori baru dalam psikologi

pendidikan dikelompok dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist

theories of learning).

Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan-aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa

agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus

bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha

(4)

Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain,

seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002: 8).

Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam

psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam

benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi

kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan

mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri

untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke

pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat

anak tangga tersebut ( Nur, 2002 :8).

C.Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)

Pembelajaran efektif merupakan proses belajar mengajar yang bukan hanya

menekankan pada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses

pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan,

ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan

mengaplikasikannya dalam kehidupan anakdidik.

Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari kondisi dan

suasana serta upaya pemeliharaannya, maka guru harus mampu melaksanakan proses

pembelajaran secara maksimal. Selain itu untuk menciptakan suasana dan kondisi

yang efektif dalam pembelajaran harus adanya faktor faktor pendukung seperti

lingkungan belajar, keahlian guru dalam mengajar, fasilitas dan sarana yang memadai

serta kerjasama yang baik antara guru dan peserta didik.

Upaya-upaya tersebut merupakan usaha dalam menciptakan sekaligus

memelihara kondisi dan suasana belajar yang kondusif, optimal dan menyenangkan

agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan pembelajaran

dapat dicapai dengan maksimal, salah satunya adalah dengan menerapkan

pembelajaran pakem.

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus

menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,

mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu

(5)

pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika

pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka

pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.

Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi

yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang

lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam

sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah

suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan

perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on

task”) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti

meningkatkan hasil belajar.

Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran

tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses

pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan

pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan

tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.

Secara garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:

 Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.

 Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk

menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.

 Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’

 Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.

 Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam

(6)

D. Langkah-Langkah dalam melaksanakan PAKEM?

1. Memahami sifat yang dimiliki anak

Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa,

anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan

Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat

tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan

kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah

sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut.

Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil

karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang

mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran

yang subur seperti yang dimaksud.

2. Mengenal anak secara perorangan

Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki

kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif

dan Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin

dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan

kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya.

Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu

temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita

dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga anak tersebut belajar secara

optimal.

3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar

Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau

berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam

pengorga-nisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat

bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan

menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti

(7)

demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat

individunya berkembang.

4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan

memecahkan masalah

Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal tersebut memerlukan

kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan

kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir

tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang

keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah

mengembangkannya, antara lain dengan sesering-seringnya memberikan tugas

atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan

kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata-kata-kata

“Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).

5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disaran-kan dalam

PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang

kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan

memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa

lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau

kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi,

karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil

pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM

karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.

6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) me-rupakan sumber yang sangat kaya

untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat ber-peran sebagai media belajar,

tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Peng-gunaan lingkungan

sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar.

Belajar dengan menggunakan ling-kungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan

(8)

Pe-manfaatan lingkungan dapat mengembang-kan sejumlah keterampilan seperti

meng-amati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan,

berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat

gambar/diagram.

7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar

Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian

umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara

guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada

kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara

santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi

tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan

siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan

pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya

sekedar angka.

8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental

Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan

sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok

serta siswa duduk saling ber-hadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang

sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik.

Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan

gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental

adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan,

atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan

penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari

temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEM.’

E. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kreatif dan Inovatif

Pembelajaran dapat dikatakan kreatif dan inovatif apabila memenuhi

kriteria-kriteria tertentu. Menurut Nasution (2005) pembelajaran keratif dan inovatif dilandasi

(9)

1. Berpusat pada peserta didik

2. Mengembangkan kreativitas peserta didik

3. Suasana yang menarik, menyenangkan, dan bermakna

4. Pembelajaran aktif, Inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM)

5. Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai dan makna

6. Belajar melalui berbuat, peserta didik aktif berbuat

7. Menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan

8. Pembelajaran dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya

9. Menggunakan pembelajaran tuntas di sekolah

Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang

menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam

pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan

ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas,

kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.

Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara

diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya

kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada

yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau

mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan

kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan

fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental,

diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.

Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam

sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah

suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan

(10)

Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil

belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran

tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses

pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan

pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan

tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.

Untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang kreatif dan Inofatif perlu

memperhatikan faktor-faktor dibawah ini:

1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan

kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.

2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan

semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk

menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.

3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih

menarik dan menyediakan ‘pojok baca’

4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara

belajar kelompok.

5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu

masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam

(11)

Daftar Pustaka

Cronbach (1954), Educational Psyicologi. New York. Harcourt Brace and Company

Gage, N.L.dan David C. Berliner. (1984). Educational Psychology. Chicago: Rand NcNally College Publishing Company.

Gagne M. Robert (1989), The Condition of Learning and Theory of Instruction. Terjemahan Munandir Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka.

Mohamad Nur. (2002). Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Ngalim Purwanto (1992), Psikologi Pendidikan. CV Remaja Karya. Bandung

R.E, Slavin,.(2000) Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition.

Referensi

Dokumen terkait

Sutar Keterangan Telah Selesai Melaksanakan Penelitian Dari Rumah6. Sakit Umum Daerah Tarutung Kabupaten

Uji normalitas dilakukan bertujuan untuk menguji model regresi, apakah variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi

Jika user dan password yang anda masukkan benar, maka masuk pada menu seperti berikut ini, dari gambar tersebut terdapat beberapa layanan yang bisa dilakukan konfigurasi ulang.

Sistem yang terdiri dari publisher (perangkat), broker (server ) dan subscriber (android) telah berhasil berjalan pada perangkat dengan rumah cerdas secara

Semakin selektif dan berpengetahuannya konsumen mengharuskan manajemen Bandung Giri Gahana Golf & Resort selalu meningkatkan kualitas pelayanannya karena dengan

Hasil Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal pada Uji Coba Kedua ………..……….. Klasifikasi Butir Soal Berdasarkan Proporsi Tingkat Kesukaran Uji Coba

Polip serviks adalah tumor jinak berupa adenoma maupun adenofibroma yang tumbuh menonjol dan bertangkai, tumbuh di permukaan mukosa serviks ataupun pada saluran

Metode ini menggunakan metode deskriptif karena peneliti bermaksud untuk menggambarkan secara apa adanya tentang penerapan metode pemberian tugas untuk pengembangan