• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kompensasi insentif material dengan semangat kerja karyawan PT. Maritim Timur Jaya Tual.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara kompensasi insentif material dengan semangat kerja karyawan PT. Maritim Timur Jaya Tual."

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KOMPENSASI INSENTIF MATERIAL DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

PT. MARITIM TIMUR JAYA TUAL

Loma Isa Pangesti

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kompensasi insentif material dan semangat kerja pada karyawan PT. Maritim Timur Jaya Tual. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kompensasi insentif material dan semangat kerja karyawan. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik sampling jenuh dengan subjek sebanyak 75 karyawan lokal PT. Maritim Timur Jaya Tual. Metode pengumpulan data dengan penyebaran skala yang dikembangkan oleh peneliti. Reliabilitas skala kompensasi insentif material dan skala semangat kerja masing-masing diuji menggunakan teknik Alpha Cronbach. Skala kompensasi insentif material terdiri dari 30 item dengan nilai reliabilitas 0,974. Skala semangat kerja terdiri dari 44 item dengan nilai reliabilitas 0,980. Berdasarkan hasil uji asumsi, data kompensasi insentif material dan data semangat kerja termasuk dalam distribusi normal dan linear. Uji hipotesis data penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai korelasi sebesar 0,684 dengan p = 0,000 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang kuat dan signifikan antara kompensasi insentif material dan semangat kerja.

(2)

RELATIONSHIP BETWEEN FINANCIAL INCENTIVES AND MORALE

ON PT. MARITIM TIMUR JAYA TUAL’S EMPLOYEES

Loma Isa Pangesti

ABSTRACK

This research aimed to determine the relationship between financial incentives and morale on PT. Maritim Timur Jaya Tual’s employees. The hypothesis proposed in this research was the positive correlation between financial incetives and employee morale. Sample was taken by saturated sampling technique with total subject were 75 PT. Maritim Timur Jaya Tual’s local employees. Data gained using scale which developed by researcher. Reliability of financial incentives scale and employee morale scale were tested using Alpha Cronbach. Scale of financial incentives consists of 30 items and the reliability value was 0,974. Scale of employee morale consists of 44 items and the reliability value was 0,980. Based on the assumptions test, the data of financial incentives and employee morale were normal and linear. Hypothesis test conducted in this research were using Product Moment Pearson correlation technique. Result of hypothesis test showed that correlation of financial incentives and employee morale was 0,684 with p = 0,000 (p < 0,05). This result show that there is a strong positive and significant correlation between financial incentives and employee morale.

Keywords : financial incentives, employee morale

(3)
(4)

HUBUNGAN ANTARA KOMPENSASI INSENTIF MATERIAL DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

PT. MARITIM TIMUR JAYA TUAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh : Loma Isa Pangesti

119114104

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)

i

HUBUNGAN ANTARA KOMPENSASI INSENTIF MATERIAL DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

PT. MARITIM TIMUR JAYA TUAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh : Loma Isa Pangesti

119114104

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(6)
(7)
(8)

iv

Happiness is not always

about having our wishes granted,

but knowing that we have a dream

and we’re heading there…

(9)

v

proudly dedicated for

(10)
(11)

vii

HUBUNGAN ANTARA KOMPENSASI INSENTIF MATERIAL DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

PT. MARITIM TIMUR JAYA TUAL

Loma Isa Pangesti

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kompensasi insentif material dan semangat kerja pada karyawan PT. Maritim Timur Jaya Tual. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kompensasi insentif material dan semangat kerja karyawan. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik sampling jenuh dengan subjek sebanyak 75 karyawan lokal PT. Maritim Timur Jaya Tual. Metode pengumpulan data dengan penyebaran skala yang dikembangkan oleh peneliti. Reliabilitas skala kompensasi insentif material dan skala semangat kerja masing-masing diuji menggunakan teknik Alpha Cronbach. Skala kompensasi insentif material terdiri dari 30 item dengan nilai reliabilitas 0,974. Skala semangat kerja terdiri dari 44 item dengan nilai reliabilitas 0,980. Berdasarkan hasil uji asumsi, data kompensasi insentif material dan data semangat kerja termasuk dalam distribusi normal dan linear. Uji hipotesis data penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai korelasi sebesar 0,684 dengan p = 0,000 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang kuat dan signifikan antara kompensasi insentif material dan semangat kerja.

(12)

viii

RELATIONSHIP BETWEEN FINANCIAL INCENTIVES AND MORALE ON PT. MARITIM TIMUR JAYA TUAL’S EMPLOYEES

Loma Isa Pangesti

ABSTRACK

This research aimed to determine the relationship between financial incentives and morale on PT. Maritim Timur Jaya Tual’s employees. The hypothesis proposed in this research was the positive correlation between financial incetives and employee morale. Sample was taken by saturated sampling technique with total subject were 75 PT. Maritim Timur Jaya Tual’s local employees. Data gained using scale which developed by researcher. Reliability of financial incentives scale and employee morale scale were tested using Alpha Cronbach. Scale of financial incentives consists of 30 items and the reliability value was 0,974. Scale of employee morale consists of 44 items and the reliability value was 0,980. Based on the assumptions test, the data of financial incentives and employee morale were normal and linear. Hypothesis test conducted in this research were using Product Moment Pearson correlation technique. Result of hypothesis test showed that correlation of financial incentives and employee morale was 0,684 with p = 0,000 (p < 0,05). This result show that there is a strong positive and significant correlation between financial incentives and employee morale.

Keywords : financial incentives, employee morale

(13)
(14)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih, berkat, penyertaan

dan pertolonganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat yang melimpah dan tiada henti

sepanjang hidup saya.

2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si selaku Kepala Program Studi Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

4. Dosen pembimbing akademik saya Ibu Debri Pristinella, M.Si. Terima

kasih atas bimbingannya selama ini. Terima kasih juga sudah mau

direpotkan saat Ibu sedang sibuk mengurus akreditasi.

5. Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi selaku Dosen Mata Kuliah Seminar

sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu sabar dan mengarahkan

selama penyusunan skripsi. Terima kasih atas waktu dan kerjasamanya.

6. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma atas semua ilmu dan bantuan yang diberikan selama perkuliahan.

7. Ibu Dipa Tamtelahitu selaku Direktur PT. Maritim Timur Jaya Tual yang

(15)

xi

penelitian. Terima kasih juga untuk fasilitas-fasilitas yang diberikan ketika

peneliti melakukan penelitian di Tual Maluku.

8. Seluruh karyawan PT. Maritim Timur Jaya Tual yang bersedia menjadi

subjek penelitian dan meluangkan waktunya untuk mengisi skala

penelitian.

9. Papa dan Mama yang selalu mendoakan dan menyemangati selama ini.

Terima kasih atas kesabaran, didikan, dukungan, dan omelan-omelan yang

justru makin mendewasakan dan mengembangkanku.

10.Mbak Rety dan Mas Nono yang selalu mendukung dan selalu memotivasi

untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Mbak Sanja dan Om Glen, terima kasih atas waktu luang yang diberikan

saat di Tual. Terima kasih sudah diajak jalan-jalan keliling Tual. Awesome

trip!

12.Elis, Cya, Cipus, Sipik, Gusti, sahabat-sahabat Semangka Tanpa Biji-ku.

Terima kasih atas canda tawa selama ini. Kalian selalu bisa membuatku

tersenyum. Ayo skripsinya segera diselesaikan! :D

13.Ella, Onny, Bu Krisna, Mbak Melin, Mas Alex, Mas Angga, Mas Robby,

Bu Tri, Pak Lukman dan semua keluarga besar Sangkakala Choir yang

tidak bisa disebutkan semua. Orang-orang kurang normal yang selalu bisa

membuat tertawa lepas. Terima kasih dinamikanya selama ini. Pelayanan

harus nomer satu ya!

14.Mbak-mbak HRD PT. Asuransi Sinar Mas. Terima kasih Mbak Bora dan

(16)

xii

menyelesaikan skripsi……… dan menyelesaikan kerjaan kantor

(tidak lupa). Terima kasih both of you khususnya Mbak Nindi mau

direpotin dan dititipin psikotes kalau aku lagi ngurus ini itu di kampus.

Love you girls!

15.Teman-teman PT. Asuransi Sinar Mas lantai 3. Terima kasih atas

penerimaannya selama aku magang disitu. Pengalaman kerja bersama

kalian itu gayeng.

16.Teman-teman Jogja Rottweiler Community, terima kasih dukungannya,

ilmu dan pengalaman baru bersama kalian.

17.CIL’S! Yaya, Apo, Rona, dan Elis (lagi). Terima kasih untuk dukungan,

cerita, pengalaman, dan semuanya. Ha-ha Hi-hi sama kalian seharian juga

betah.

18.Teman-teman seperjuangan satu bimbingan Gunam, Apo, Keket, Sita, dan

teman-teman lain. Terima kasih dinamika dan bantuan-bantuannya selama

pembuatan skripsi.

19.Maria dan Intan yang selalu ada saat makan malam. Kalian selalu bisa

buat suasana jadi pecah. Goyang, yuk!

20.Vhirlis yang selalu mengarahkan segala keperluan dalam administrasi

skripsi. Thank you yaa...

21.Seluruh teman-teman di Fakultas Psikologi Sanata Dharma baik adik

(17)

xiii

Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaiki karya ini.

Penulis juga berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima

kasih.

Yogyakarta, Desember 2015

Penulis

(18)

xiv

5. Definisi Kompensasi Insentif Material……….. 17

6. Karakteristik Pemberian Kompensasi………... 18

7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Pemberian Kompensasi Insentif Material………... 19

(19)

xv

5. Indikasi-indikasi Turunnya Semangat Kerja……… 27

6. Cara Meningkatkan Semangat Kerja……… 28

C. Karyawan PT. Maritim Timur Jaya Tual………. 29

(20)

xvi

A. Pelaksanaan Penelitian………. 52

B. Deskripsi Subjek Penelitian………. 52

C. Deskripsi Data Penelitian………. 54

D. Hasil Analisis Data………... 56

1. Uji Asumsi………... 56

a. Uji Normalitas……….. 56

b. Uji Linearitas……… 58

2. Uji Hipotesis………. 58

3. Analisis Tambahan... 59

E. Pembahasan……….. 60

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……… 65

A. Kesimpulan………... 65

B. Keterbatasan Penelitian……… 65

C. Saran………. 66

1. Bagi Karyawan PT. Maritim Timur Jaya Tual…………. 66

2. Bagi PT. Maritim Timur Jaya Tual……….. 66

3. Bagi Peneliti Selanjutnya………. 67

DAFTAR PUSTAKA……… 68

(21)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pemberian Skor pada Skala Kompensasi Insentif Material

dan Skala Semangat Kerja……… 39

Tabel 2. Blue Print Skala Kompensasi Insentif Material Sebelum Seleksi Item……….. 40

Tabel 3. Blue Print Skala Semangat Kerja Sebelum Seleksi Item…………. 41

Tabel 4. Skala Kompensasi Insentif Material Setelah Seleksi Item………... 44

Tabel 5. Skala Kompensasi Insentif Material Setelah Pengguguran Manual……….. 45

Tabel 6. Skala Semangat Kerja Setelah Seleksi Item………. 47

Tabel 7. Skala Semangat Kerja Setelah Pengguguran Manual……….. 48

Tabel 8. Kategori Koefisiensi Korelasi……….. 51

Tabel 9. Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin………. 53

Tabel 10. Subjek Penelitian Berdasarkan Jabatan……….. 53

Tabel 11. Subjek Penelitian Berdasarkan Usia………... 54

Tabel 12. Deskripsi Data Penelitian………... 54

Tabel 13. Hasil Uji Beda Mean Kompensasi Insentif Material……….. 55

Tabel 14. Hasil Uji Beda Mean Semangat Kerja……… 56

Tabel 15. Hasil Uji Normalitas………... 57

Tabel 16. Hasil Uji Linearitas………. 58

Tabel 17. Hasil Uji Hipotesis……….. 59

(22)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

(23)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan

jumlah pulau 17.508 dan garis pantai sepanjang 81.000 kilometer. Dengan

total 2/3 wilayah yang merupakan wilayah lautan, Indonesia menyimpan

kekayaan sumber daya alam laut yang besar. Sumber daya alam laut tersebut

perlu dikelola dan dimanfaatkan demi kemajuan perekonomian sehingga

dapat menguntungkan pemerintah dan masyarakat Indonesia sendiri.

Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam laut tersebut diharapkan

memberi manfaat secara ekonomi, sosial, dan lingkungan secara

berkelanjutan. Hal tersebut tertulis dalam Undang-Undang No. 31 Tahun

2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

No. 45 Tahun 2009 bahwa tujuan pengelolaan perikanan adalah untuk (1)

meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil, (2)

meningkatkan penerimaan dan devisa negara, (3) mendorong perluasan

kesempatan kerja, (4) meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber

protein ikan, (5) mengoptimalkan pengelolaan sumber daya ikan, (6)

meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah dan daya saing, (7)

meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan, (8)

(24)

kelestarian sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan dan tata ruang

(kkp.go.id).

Banyaknya dampak positif yang didapat, memacu pemerintah untuk

memiliki sistem pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam laut yang

optimal. Oleh karena itu, pemerintah harus memiliki metode pengelolaan dan

pemanfaatan yang kolaboratif. Kolaboratif artinya, pemerintah harus bekerja

sama dengan unsur masyarakat seperti kelompok nelayan dan perusahaan

perikanan. Kelompok nelayan dan perusahaan perikanan dapat membantu

pemerintah di dalam produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran.

Banyak perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam sektor perikanan.

Salah satu perusahaan tersebut adalah PT. Maritim Timur Jaya Tual. Menurut

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP RI, Heryanto Marwoto

mengatakan PT. Maritim Timur Jaya adalah salah satu industri perikanan

terbesar di Indonesia Timur saat ini. Perusahaan ini letaknya sangat strategis

dimana sangat dekat dengan fishing ground terbaik yakni laut Arafura

(indonesiatimur.co). PT. Maritim Timur Jaya Tual berfokus pada penjualan

ikan, pembelian ikan dari nelayan, dan ekspor ikan (komunikasi pribadi, 19

September, 2014). Perusahaan ini berkomitmen untuk mengembangkan

industri perikanan melalui kerja sama dengan investor asing dan nelayan yang

ada di daerah tersebut (antaranews.com). Perusahaan ini juga memiliki

komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan

membangun industri pengolahan skala besar. Saat ini, PT. Maritim Timur

(25)

Berdasarkan wawancara awal peneliti dengan HRD PT. Maritim Timur

Jaya Tual, diperoleh informasi bahwa karyawan-karyawan PT. Maritim

Timur Jaya Tual sedang mengalami masalah yang berkaitan dengan

pekerjaannya (komunikasi pribadi, 19 September, 2014). Karyawan yang

mengeluhkan beratnya beban kerja yang ditanggung dan minimnya tunjangan

kinerja yang diterima sudah biasa terdengar. Masalah yang terlihat jelas

hingga ke perilaku adalah sering terlihat karyawan yang menunda pekerjaan

dan malas dalam bekerja. Tingginya absensi karyawan juga menjadi salah

satu masalah yang harus ditangani oleh perusahaan. Beberapa

masalah-masalah tersebut mengindikasikan semangat kerja karyawan PT. Maritim

Timur Jaya Tual kurang baik. Menurut Nitisemito (1982), masalah-masalah

seperti rendahnya produktivitas karyawan dikarenakan malas dan seringnya

karyawan menunda pekerjaan, tingkat absensi yang tinggi, turn over yang

tinggi, tingkat kerusakan meningkat, kegelisahan karyawan, tuntutan

karyawan, dan pemogokan kerja mengindikasikan menurunnya semangat

kerja karyawan.

Semangat kerja adalah sikap kejiwaan dan perasaan individu-individu

maupun kelompok terhadap lingkungan kerjanya. Sikap individu terlihat

dengan adanya minat gairah, dan bekerja secara lebih giat terhadap pekerjaan

yang dilakukan. Sikap kelompok terlihat dengan adanya kerja sama di antara

karyawan (Anoraga dan Suyati, 1995). Hal serupa dikemukakan Nurtjahjanti

(2010) bahwa semangat kerja adalah sikap karyawan yang diwujudkan dalam

(26)

sama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan perusahaan. Menurut Kossen

(1986) semangat kerja adalah suasana yang ditimbulkan oleh sikap para

anggota suatu organisasi. Sikap-sikap tersebut mengacu pada organisasi yang

memperkerjakan mereka, maupun terhadap faktor-faktor lainnya seperti

supervisi, sesama karyawan, dan rangsangan-rangsangan keuangan.

Semangat kerja terlihat dari karyawan yang melakukan pekerjaan secara lebih

giat sehingga pekerjaan dapat selesai lebih cepat dan lebih baik (Nitisemito,

1982).

Setiap perusahaan menginginkan karyawan dengan semangat kerja

tinggi. Menurut Lateiner (1961) semangat kerja menjadi penentu keberhasilan

suatu perusahaan. Tujuan dari suatu perusahaan akan tercapai bila karyawan

memiliki semangat kerja yang tinggi (Emilia, Haryadi, dan Prihastuty, 2014).

Menurut Emilia et al. (2014) karyawan dengan semangat kerja yang tinggi

mampu menerima dan mengatasi tekanan-tekanan yang dihadapi dan lebih

giat dalam bekerja sehingga pekerjaan yang dilakukan menjadi lebih cepat

dan lebih baik. Karyawan dengan semangat kerja yang tinggi berorientasi

pada tujuan, memiliki berbagai macam model relasi interpersonal, mengatasi

perubahan dengan baik, serta menikmati pekerjaan yang baru dan berbeda

(Gubman, dalam Lee dan Lin 2014). Menurut Moekijat (dalam Nurtjahjanti,

2010) karyawan dengan semangat kerja tinggi menunjukkan sikap-sikap

positif dalam bekerja seperti kesetiaan, kegembiraan, kerjasama, kebanggan,

kepatuhan, disiplin, ramah, optimis, dan tercapai kepuasan kerja.

(27)

antusiasme, kualitas untuk bertahan, kekuatan untuk melawan frustasi serta

semangat kelompok.

Semangat kerja bersifat subyektif tergantung bagaimana perasaan

seorang karyawan sehubungan dengan pekerjaannya (Gellerman, 1984). Hal

itu menyebabkan masing-masing karyawan memiliki tingkat semangat kerja

yang berbeda-beda. Tidak semua karyawan memiliki semangat kerja yang

tinggi. Semangat kerja bukan sesuatu yang menetap, tetapi lebih bersifat

situasional dimana suatu saat dapat naik dan turun (Asnawi, 1999). Tinggi

rendahnya semangat kerja tidak terjadi begitu saja. Perubahan tersebut terjadi

secara berangsur-angsur sebagai hasil interaksi karyawan dengan

lingkungannya (Gellerman, 1984). Dibutuhkan waktu yang lama untuk

memperbaiki semangat karyawan yang merosot.

Tinggi rendahnya semangat kerja karyawan dapat dipengaruhi beberapa

faktor. Menurut Anoraga (1992), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

tinggi rendahnya semangat kerja karyawan adalah job security, kesempatan

untuk maju, kondisi kerja yang menyenangkan, good working companion,

serta hubungan dengan pimpinan. Faktor lain yang dapat mempengaruhi

semangat kerja adalah kompensasi atau imbalan. Beberapa penelitian

dilakukan untuk melihat pengaruh kompensasi terhadap semangat kerja. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Hung-Wen Lee dan Mei-Chun Lin pada tahun

2014 serta Dinar Emilia Safitri, Sugeng Haryadi dan Rahmawati Prihastuty

pada tahun 2014 menemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara

(28)

semangat kerja karyawan yang tidak sama, membuat sebuah perusahaan

harus selalu memotivasi dan meningkatkan semangat kerja. Keuntungan akan

lebih banyak didapatkan ketika sebuah perusahaan atau organisasi berusaha

meningkatkan semangat kerja karyawan (Nitisemito, 1982). Hal-hal yang

dapat meningkatkan semangat kerja karyawan antara lain gaji yang cukup

kepada karyawan, terpenuhinya kebutuhan rohani, suasana santai, tempat

kerja karyawan, harga diri karyawan, kesempatan kepada karyawan untuk

maju, perasaan aman menghadapi masa depan, loyalitas, mengajak karyawan

berunding, musik, dan pemberian insentif yang baik (Nitisemito, 1978).

Pentingnya semangat kerja karyawan yang tinggi bagi sebuah

perusahaan atau organisasi, menuntut PT. Maritim Timur Jaya Tual untuk

selalu meningkatkan semangat kerja karyawannya. Salah satu cara yang

digunakan PT. Maritim Timur Jaya Tual untuk meningkatkan semangat kerja

karyawan adalah dengan memberikan tunjangan kinerja atau pemberian

insentif. Sistem pemberian insentif merupakan sistem paling efektif untuk

mendorong semangat kerja karyawan (Nitisemito, 1978). Insentif merupakan

suatu kebijakan yang harus mampu menjadi sarana peningkatan semangat

kerja karyawan agar karyawan dapat bekerja sesuai dengan apa yang

diinginkan perusahaan, serta sebagai alat untuk mempertahankan prestasi

karyawan dimasa kini dan masa yang akan datang (Sunardi, 2009). Hasil

penelitian terdahulu yang disusun oleh Meis Lifana, Rudy Eko Pramono, dan

Sutrisno pada tahun 2013 dengan subjek 55 karyawan PT. BPR Wilis Putra

(29)

terhadap kinerja. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa karyawan lebih

tertarik terhadap kompensasi berbentuk insentif. Untuk meningkatkan

semangat kerja karyawan, perusahaan perlu memberikan insentif atau

perangsang untuk kepuasan karyawan sehingga dapat meningkatkan

produktivitas karyawan. Perusahaan harus dapat menerapkan suatu sistem

insentif yang layak dan adil, baik untuk kepentingan karyawan maupun untuk

kepentingan perusahaan (Evi, 2009).

Kompensasi yang berbentuk insentif merupakan kompensasi langsung

yang didasarkan pada kinerja baik secara individual maupun kelompok

(Kadarisman, 2012). Menurut Simamora (dalam Kadarisman, 2012)

kompensasi insentif adalah program-program kompensasi yang mengaitkan

bayaran (pay) dengan produktifitas. Artinya, kompensasi insentif diberikan

untuk memberikan upah yang berbeda, bukan didasarkan pada evaluasi

jabatan, namun karena adanya perbedaan prestasi kerja. Sistem ini merupakan

bentuk lain dari kompensasi langsung di luar gaji dan upah yang merupakan

kompensasi tetap (Rivai, dalam Kadarisman 2012). Pendapat serupa

dikemukakan oleh Nasution (dalam Kadarisman, 2012) yang mengatakan

bahwa kompensasi insentif adalah kompensasi di luar upah yang diterima

karyawan. Pada dasarnya upah karyawan yang sama kedudukannya adalah

sama, tetapi imbalan yang diterima karyawan setiap bulannya berbeda.

Berdasarkan sudut pandang organisasi atau perusahaan, insentif

dilakukan untuk meningkatkan produktifitas kerja. Sistem kompensasi

(30)

karyawan dalam menghadapi persaingan dalam dunia bisnis. Produktivitas

menjadi salah satu hal yang sangat penting dengan memanfaatkan perilaku

karyawan yang mempunyai kecenderungan kemungkinan bekerja tidak

optimal dalam sistem kompensasi yang menerima jumlah tetap, dan akan

bekerja secara maksimal bila kerjanya dikaitkan secara langsung dengan

reward yang diterima (Kadarisman, 2012). Pemberian kompensasi insentif

harus dapat memuaskan kedua belah pihak, yaitu sisi perusahaan dan sisi

karyawan (Evi, 2009). Dari sudut pandang karyawan atau pekerja, insentif

adalah mengompensasi usaha yang lebih keras yang diberikan oleh

perusahaan atau organisasi (Kadarisman, 2012). Panggabean (dalam Sunardi,

2009) mengemukakan fungsi utama insentif untuk memberikan tanggung

jawab dan dorongan kepada karyawan.

Menurut Sarwoto (1977) kompensasi insentif digolongkan menjadi dua

yaitu, insentif material dan insentif non material. Insentif material diberikan

dalam bentuk uang kepada karyawan. Insentif material yang diberikan

perusahaan kepada karyawan didasarkan pada tiga cara yaitu berdasarkan

waktu, hasil pekerjaan, dan gabungan waktu. Insentif non material tidak

diberikan dalam bentuk uang melainkan seperti gelar resmi, piagam

penghargaan, dan promosi jabatan. Pemberian insentif material lebih penting

dibandingkan pemberian insentif non material. Hal tersebut dikarenakan

manusia terlebih dahulu cenderung ingin memenuhi kebutuhan dasar yang

bersifat material. Setelah kebutuhan material terpenuhi, manusia melanjutkan

(31)

menunjukkan bahwa pemberian insentif material dianggap lebih penting

daripada pemberian insentif non material sejauh kebutuhan material

karyawan belum terpenuhi (Sarwoto, 1977).

Kompensasi insentif yang diberikan pada karyawan PT. Maritim Timur

Jaya Tual berupa insentif material yang didasarkan pada sistem penilaian

kinerja harian. Sistem penilaian kinerja tersebut mempengaruhi besar

kecilnya kompensasi insentif yang diterima karyawan. Pendataan dan

penilaian kinerja karyawan dilakukan berdasarkan pekerjaan yang sudah

mampu diselesaikan dalam sehari. Produktifitas kerja karyawan akan diubah

ke dalam nilai rupiah. Sistem penilaian kinerja tersebut akan menghasilkan

delapan kategori nilai yaitu nilai A, nilai A/B, nilai B, nilai B/C, nilai C, nilai

C/D, nilai D dan nilai E. Masing-masing nilai memiliki nilai rupiah tersendiri.

Uang tersebut akan diakumulasikan selama sebulan berdasarkan nilai yang

didapat karwayan setiap harinya dan diberikan kepada karyawan sebagai

tunjangan kinerja karyawan tiap bulan (komunikasi pribadi, 19 September,

2014).

Manajemen perusahaan dalam suatu sistem pemberian kompensasi

menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan. Sistem tersebut akan

mempengaruhi penilaian karyawan terhadap kompensasi yang diberikan. Di

sebuah perusahaan, sistem pemberian kompensasi insentif dapat

memunculkan berbagai penilaian di antara para karyawan.

Kepentingan-kepentingan yang berbeda serta pengalaman-pengalaman yang berbeda

(32)

tentang apa yang dijalaninya dan informasi yang ada di lingkungannya

(Yudha, 2013). Karyawan akan menilai segala kebijakan yang dikeluarkan

perusahaan termasuk pemberian kompensasi dengan sistem insentif.

Pemberian kompensasi adalah faktor paling mendasar dalam suatu

sistem manajemen perusahaan. Hal tersebut didukung hasil penelitian

terdahulu yang disusun oleh Sahlan Asnawi pada tahun 1999 dengan judul

Semangat Kerja dan Gaya Kepemimpinan. Hasil pelitian tersebut

menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan tidak akan mempengaruhi

semangat kerja jika karyawan telah memiliki kesadaran akan tugas dan

fungsinya yang ditunjang oleh kecukupan imbalan yang memadai. Dalam

penelitian ini, peneliti secara spesifik ingin melihat bagaimana hubungan

variabel semangat kerja dengan salah satu bentuk kompensasi yaitu

kompensasi insentif. Peneliti memilih kompensasi insentif dikarenakan

banyak karyawan yang mengeluhkan sistem pemberian kompensasi insentif

di PT. Maritim Timur Jaya Tual. Peneliti juga lebih menitikberatkan penelitan

pada kompensasi insentif material dikarenakan PT. Maritim Timur Jaya Tual

hanya memberikan kompensasi insentif kepada karyawan dalam bentuk uang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara kompensasi insentif material

(33)

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan antara kompensasi insentif material

dengan semangat kerja karyawan pada PT. Maritim Timur Jaya Tual.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pengetahuan dan informasi dalam bidang Psikologi Industri

dan Organisasi, terutama mengenai kompensasi insentif material dan

semangat kerja karyawan.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi karyawan di PT. Maritim Timur Jaya Tual

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

bahan refleksi mengenai seberapa baik perusahaan telah memberikan

kompensasi insentif kepada karyawan dan tingkat semangat kerja yang

dimiliki.

2. Bagi PT. Maritim Timur Jaya Tual

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

bagi PT. Maritim Timur Jaya Tual sebagai informasi mengenai

bagaimana penilaian karyawan terhadap sistem pemberian kompensasi

(34)

karyawan. Hal itu selanjutnya dapat menjadi saran bagi perusahaan

tersebut dalam memberikan intervensi untuk meningkatkan semangat

(35)

13

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kompensasi Insentif Material

1. Definisi Kompensasi

Kompensasi adalah segala bentuk balas jasa baik secara finansial

maupun pelayanan yang terukur dan keuntungan-keuntungan lain yang

diterima karyawan sebagai bagian dalam hubungan ketenaga kerjaan

(Milkovich dan Newman, 1999). Pengertian serupa dikemukakan oleh

Dessler (1994) yang menyatakan bahwa kompensasi adalah segala bentuk

bayaran atau penghargaan yang diberikan kepada karyawan yang muncul

dari hubungan ketenaga kerjaan.

Menurut Emilia, Haryadi, dan Prihastuty (2014) kompensasi adalah

kontribusi yang diberikan perusahaan atau organisasi kepada karyawannya

secara adil dan layak baik secara material maupun non material.

Kompensasi merupakan pemberian imbalan yang adil dan layak kepada

karyawan karena mereka telah memberi sumbangan kepada pencapaian

organisasi (Flippo, 1971).

Berdasarkan uraian disimpulkan bahwa kompensasi adalah segala

bentuk penghargaan atau kontribusi yang diberikan perusahaan atau

organisasi kepada karyawan baik dalam bentuk finansial maupun non

(36)

2. Jenis Kompensasi

Milkovich dan Newman (1999) membagi kompensasi menjadi dua

jenis, yaitu kompensasi finansial dan kompensasi non finansial.

Kompensasi finansial adalah kompensasi yang diterima karyawan dalam

bentuk finansial. Kompensasi non finansial dapat berupa pemberian

pekerjaan yang menantang, keamanan kerja, dan peluang untuk belajar

bagi karyawan. Kompensasi non finansial tersebut dapat diberikan kepada

karyawan dalam segala situasi dan dikontrol oleh manajer perusahaan

(Robbins, 2005).

Kompensasi finansial dapat diberikan dalam dua bentuk baik secara

langsung maupun tidak langsung. Kompensasi finansial langsung atau

direct financial payments diberikan dalam bentuk uang. Menurut

Milkovich dan Newman (1999) kompensasi finansial secara langsung

berbentuk gaji pokok, merit, insentif, dan bonus. Kompensasi finansial

secara langsung dapat berupa gaji, upah, insentif, komisi, dan bonus

(Dessler, 1994).

Menurut Milkovich dan Newman (1999) kompensasi finansial tidak

langsung atau indirect financial payments berbentuk pelayanan dan

keuntungan-keuntungan seperti gaji pensiun, asuransi kesehatan, dan cuti

kerja. Liburan juga merupakan salah satu bentuk kompensasi finansial

(37)

Secara khusus, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan jenis

kompensasi insentif. Jenis kompensasi ini merupakan kompensasi paling

efektif untuk mendorong semangat kerja karyawan (Nitisemito, 1978).

3. Definisi Kompensasi Insentif

Kompensasi insentif adalah bayaran langsung yang berkaitan

dengan kinerja karyawan (Milkovich dan Newman, 1999). Kompensasi

insentif adalah kompensasi di luar gaji pokok karyawan (Rivai, dalam

Kadarisman 2012). Menurut Davis dan Newstorm (1994) kompensasi

insentif adalah jenis kompensasi yang digunakan untuk meragamkan

bayaran karyawan sesuai dengan kriteria prestasi baik secara individu,

kelompok, maupun organisasi. Hal serupa dikemukakan Heidjrachman

(dalam Sirait, 2006) yang menyatakan bahwa kompensasi insentif

digunakan untuk memberikan gaji yang berbeda karena perbedaan prestasi

pada karyawan. Kompensasi insentif adalah kompensasi yang didesain

untuk memberikan jumlah total kompensasi yang berbeda pada

masing-masing karyawan walaupun pekerjaan yang mereka lakukan sama (Flippo,

1971).

Jadi dapat disimpulkan bahwa kompensasi insentif adalah

kompensasi di luar gaji pokok yang berkaitan dengan kinerja karyawan

dan diberikan sesuai dengan kriteria prestasi karyawan baik secara

individu, kelompok, maupun organisasi. Kompensasi insentif

(38)

karena adanya perbedaan prestasi kerja walaupun mereka melakukan

pekerjaan yang sama.

4. Jenis Kompensasi Insentif

Menurut Sarwoto (1977) kompensasi insentif dapat digolongkan

menjadi dua jenis yaitu insentif material dan insentif non material. Insentif

material diberikan kepada karyawan dalam bentuk uang. Insentif non

material diberikan kepada karyawan dalam bentuk penghargaan non

material atas dasar prestasi kerja. Beberapa macam insentif non material

meliputi pemberian tanda jasa atau medali, pemberian piagam

penghargaan, pemberian pujian baik secara lisan maupun tulisan,

pemberian promosi, pemberian untuk memakai suatu atribut jabatan,

pemberian perlengkapan khusus pada ruangan kerja, serta ucapan terima

kasih secara formal maupun informal (Sarwoto, 1977). Pendidikan dan

latihan, terjaminnya tempat kerja, serta terjaminnya komunikasi yang baik

antara atasan dan bawahan juga merupakan bentuk dari jenis insentif ini

(Sirait, 2006).

Secara khusus, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan jenis

kompensasi insentif material. Hal tersebut dikarenakan hanya ada

kompensasi insentif material yang diberikan di PT. Maritim Timur Jaya

(39)

5. Definisi Kompensasi Insentif Material

Kompensasi insentif material adalah kompensasi yang diberikan

kepada karyawan sesuai dengan prestasi kerjanya dalam bentuk uang

maupun barang. Kompensasi insentif material bernilai ekonomis sehingga

dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan (Sarwoto, 1977). Hal serupa

dikemukakan Nugraha, Astuti, dan Hakam (2013) yang menyatakan

bahwa insentif material adalah alat motivasi yang diberikan dalam bentuk

uang atau barang yang mempunyai nilai pasar. Contoh barang yang dapat

memberikan kebutuhan ekonomis adalah kendaraan dan rumah. Pemberian

kompensasi insentif material juga merupakan cara yang biasa dilakukan

untuk meningkatkan motivasi individual dan performansi dalam bekerja

(Garbers dan Konradt, 2013).

Jadi dapat disimpulkan bahwa kompensasi insentif material adalah

kompensasi yang diberikan dalam bentuk uang maupun barang kepada

karyawan atas dasar prestasi kerja sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan karyawan serta dapat meningkatkan motivasi individual dan

performansi dalam bekerja.

6. Karakteristik Pemberian Kompensasi

Menurut Glueck (1982), karakteristik pemberian kompensasi yang

baik meliputi :

a. Memadai (adequate), yaitu memiliki nilai yang berarti secara

(40)

b. Adil (equitable), yaitu diberikan secara adil sesuai usaha,

kemampuan, dan aspek lain yang sesuai dengan rancangan

sistem.

c. Seimbang (balance), yaitu pemberian berbagai bentuk imbalan

pada karyawan harus seimbang bobotnya.

d. Efektif (cost effective), yaitu dibayarkan sesuai dengan

kemampuan perusahaan.

e. Aman (secure), yaitu memberi rasa aman dan kepuasan bagi

karyawan.

f. Memberi dorongan (incentive providing), yaitu mendorong

efektivitas kerja.

g. Dapat diterima (acceptable to the employee), yaitu dipahami dan

dirasakan karyawan sebagai sistem yang baik bagi perusahaan

dan individu.

Karakteristik pemberian kompensasi insentif material yang baik

merujuk pada karakteristik pemberian kompensasi tersebut. Hal tersebut

dikarenakan kompensasi insentif material merupakan salah satu bentuk

dari kompensasi (Milkovich dan Newman, 1999). Dalam penelitian ini,

peneliti hanya memakai enam karakteristik pemberian kompensasi insentif

material yang baik. Karakteristik ketiga yaitu seimbang (balance) tidak

diikutsertakan ke dalam pembuatan skala karena karakteristik tersebut

(41)

7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Pemberian Kompensasi Insentif Material

Menurut Simamora (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi

pemberian kompensasi insentif material meliputi :

a. Nilai motivasional

Nilai motivasional yang dihasilkan dari insentif finansial

sebagian dipengaruhi oleh kebutuhan dan keinginan para

karyawan untuk meningkatkan pendapatan mereka.

b. Nilai insentif

Jumlah bayaran yang kemungkinan diperoleh karyawan akan

mempengaruhi reaksi karyawan. Sistem insentif menawarkan

pendapatan yang lebih besar kepada karyawan.

c. Penundaan pembayaran insentif

Karyawan-karyawan di dalam sebuah perusahaan memiliki

reaksi yang berbeda terhadap penundaan bayaran kompensasi

insentif. Kelompok karyawan dengan status sosioekonomi yang

rendah menginginkan pembayaran yang cepat. Sebaliknya,

karyawan-karyawan seperti manajer dan karyawan professional

lebih mampu menerima penangguhan pemberian insentif.

d. Kebutuhan akan penerimaan kelompok

Perolehan kompensasi insentif yang terlalu besar akan

mendatangkan tantangan bagi karyawan. Kompetisi di antara

(42)

tinggi. Sebaliknya, tekanan kelompok muncul jika mereka

dikucilkan seandainya mereka berhasil mencapai hasil

maksimal. Ketakutan karyawan bahwa mereka akan menjadi

bahan gunjingan yang tidak menyenangkan.

8. Dampak Pemberian Kompensasi Insentif Material

Menurut Garbers dan Konradt (2013) pemberian kompensasi insentif

material dapat memotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerja serta

bekerjasama dalam kelompoknya. Pemberian kompensasi insentif material

merangsang minat karyawan untuk bekerja sehingga dapat bekerja dengan

optimal (Fitriana, 2013). Hal serupa dikemukakan Milkovich dan Newman

(1999) yang menyatakan bahwa pemberian kompensasi insentif material

dapat meningkatkan kinerja, partisipasi karyawan, serta antusiasme untuk

bekerjasama. Karyawan akan merasa antusias dan mau berusaha keras

(Pigors dan Myers, 1973). Pemberian kompensasi insentif material dapat

meningkatkan kualitas kerja pada masing-masing karyawan (Suwatno dan

Priansa, 2013). Hal tersebut berhubungan dengan meningkatnya kompetisi

di antara karyawan (Ude dan Coker, 2012).

Pemberian kompensasi insentif material secara tidak langsung akan

menguntungkan perusahaan. Kinerja karyawan yang meningkat akan

membuat karyawan berusaha langsung dalam mencapai tujuan bersama

(43)

pemberian kompensasi insentif material dapat meningkatkan kinerja

karyawan sehingga dapat meminimalisir pengeluaran dari perusahaan.

Pemberian kompensasi insentif material juga dapat memberikan

dampak negatif. Menurut Sirait (2006) pemberian kompensasi insentif

material dapat menimbulkan ketidakadilan yang dirasakan karyawan

ketika uang yang diterima tidak sesuai dengan hasil yang karyawan

kerjakan. Dampak negatif lain yang mungkin muncul adalah karyawan

dapat mengesampingkan kualitas dari hasil pekerjaan yang dilakukannya.

B. Semangat Kerja

1. Definisi Semangat Kerja

Semangat kerja adalah sikap individu di dalam suatu kelompok

(Maier, 1964). Semangat kerja merupakan sikap-sikap karyawan baik

terhadap organisasi maupun terhadap faktor-faktor pekerjaan seperti

atasan, rekan sekerja, dan rangsangan keuangan (Kossen, 1986). Hal

serupa dikemukanan oleh Siegel (1962) yang menyatakan bahwa semangat

kerja adalah kombinasi sikap-sikap karyawan terhadap pekerjaan,

perusahaan, dan atasan.

Menurut Davis (1967), semangat kerja adalah sikap individu dan

kelompok terhadap lingkungan kerjanya dan mengarah pada kerjasama

secara sukarela sesuai minat dan kemampuan karyawan di dalam

(44)

kelompok yang menentukan kesediaan mereka untuk bekerjasama (Flippo,

1971).

Semangat kerja merupakan sikap karyawan terhadap pekerjaan dan

lingkungan kerjanya yang diwujudkan dalam kedisiplinan, kegairahan

kerja, dorongan untuk maju, serta kesediaan untuk bekerjasama

(Nurtjahjanti, 2010). Emilia, Haryadi, dan Prihastuty (2014)

mendefinisikan semangat kerja sebagai sikap mental individu maupun

kelompok yang terdapat dalam suatu organisasi yang ditunjukkan dengan

kegairahan dalam bekerja sehingga dapat bekerja lebih baik dan produktif.

Hal serupa dikemukakan oleh Asnawi (1999) yang menyatakan bahwa

semangat kerja adalah kondisi mental yang berpengaruh terhadap usaha

karyawan dalam melakukan pekerjaan secara lebih giat. Semangat kerja

adalah sikap positif karyawan yang terlihat dengan tingginya level energi,

partisipasi, kerjasama secara suka rela, serta minat terhadap pekerjaannya

(Mansori, Rabiee, dan Ghasemipirbaloti, 2015).

Anoraga dan Suyati (1995) secara lebih spesifik mendefinisikan

semangat kerja sebagai sikap kejiwaan dan perasaan individu maupun

kelompok terhadap lingkungan kerjanya. Sikap dan peranan individu

tercermin dengan adanya minat, gairah, serta bekerja lebih giat. Sikap

kelompok tercermin dengan adanya kerjasama pada hubungan setiap

karyawan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa semangat kerja adalah sikap-sikap

(45)

terhadap pekerjaan, perusahaan, atasan, rekan sekerja, maupun rangsangan

keuangan yang ditunjukkan dengan adanya kegairahan, kerjasama, minat,

partisipasi, kedisiplinan, serta dorongan untuk maju sehingga karyawan

akan bekerja lebih giat, lebih baik, dan produktif.

2. Aspek-aspek Semangat Kerja

Menurut Maier (dalam Majorsy, 2007) aspek-aspek semangat kerja

meliputi :

a. Kegairahan atau antusiasme

Karyawan memiliki gairah dalam bekerja dan sadar untuk

menyelesaikan pekerjaannya. Karyawan akan berusaha untuk

mencapai tujuan.

b. Kualitas untuk bertahan

Karyawan mampu menerima hambatan yang ada. Karyawan

tidak menghindari hambatan-hambatan yang mereka temukan

dalam bekerja. Karyawan juga tidak akan melindungi dirinya

dari hal-hal yang membuat mereka tertekan dan mau

menghadapinya.

c. Kekuatan untuk melawan frustasi

Karyawan akan berusaha serta memikirkan cara untuk

mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Karyawan tetap

memiliki minat dalam bekerja walaupun berada dalam situasi

(46)

d. Semangat berkelompok

Adanya partisipasi di dalam kelompok untuk mencapai tujuan

bersama. Karyawan mau bekerjasama di dalam kelompoknya.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja

Semana kerja dapat dipengaruhi beberapa hal. Menurut Anoraga

(1992), semangat kerja dipengaruhi faktor-faktor berikut :

a. Job Security

Karyawan akan merasa tenang dan bergairah dalam bekerja

ketika mereka merasa pekerjaannya aman dan jabatan tersebut

tidak mudah digeser dan diganti.

b. Opportunities for advancement

Karyawan bekerja untuk mengembangkan dirinya. Ketika

karyawan yakin pekerjaan dapat membantunya untuk

berkembang, maka ia akan tertarik dengan pekerjaan yang

dilakukannya.

c. Kondisi kerja yang menyenangkan

Lingkungan kerja yang menyenangkan dan tidak tegang akan

mempengaruhi semangat seseorang dalam bekerja.

d. Good working companion

Interaksi sosial antar karyawan dapat mempengaruhi semangat

(47)

e. Hubungan dengan pimpinan

Interaksi antara pemimpin dan karyawan selalu terjadi di dalam

bekerja. Baik buruknya interaksi pemimpin dengan

karyawannya dapat mempengaruhi semangat dalam bekerja.

f. Kompensasi, gaji, atau imbalan

Besarnya kompensasi yang diberikan oleh perusahaan kepada

karyawan dapat mempengaruhi semangat karyawan dalam

bekerja.

4. Dampak Semangat Kerja

Bagi karyawan, semangat kerja yang tinggi akan membuat mereka

menerima dan mengatasi hambatan atau masalah di dalam perusahaan

(Maier, 1964). Karyawan akan melakukan pekerjaan lebih giat sehingga

pekerjaan tersebut lebih cepat selesai dan lebih baik (Emilia, Haryadi,

Prihastuty, 2014). Menurut Moekijat (dalam Majorsy, 2007) ketika

memiliki semangat kerja yang tinggi karyawan akan memberikan yang

terbaik, berdedikasi dan loyal, serta memiliki pandangan dan nilai yang

positif terhadap pekerjaan dan organisasinya. Karyawan dengan semangat

kerja yang tinggi akan terlihat menyukai pekerjaannya (Davis, 1967). Hal

serupa dikemukakan Flippo (1971) yang menyatakan bahwa karyawan

akan memiliki rasa antusiasme dan bersedia bekerja sama dengan

(48)

kebanggaan pada organisasi juga merupakan dampak dari tingginya

semangat kerja pada karyawan (Davis, dalam Flippo 1971).

Semangat kerja yang rendah juga dapat mempengaruhi kinerja

karyawan. Menurut Maier (1964) semangat kerja yang rendah pada

karyawan dapat membuat mereka mudah menyerah dan frustasi ketika

menghadapi hambatan. Karyawan lebih memilih menghindari dan lesu

dalam menghadapi hambatan. Hal serupa dikemukakan Moekijat (dalam

Majorsy, 2007) yang menyatakan bahwa semangat kerja yang rendah pada

karyawan akan membuat hasil kerja kurang baik, tidak tenang dalam

menjalankan tugas, suka membantah, serta rasa keengganan dalam

bekerja. Timbul kepura-puraan dalam bekerja (Sastrohadiwiryo, 2005).

Tidak patuh, melanggar aturan, tidak mau berusaha lebih, serta tidak setia

pada organisasi adalah dampak dari rendahnya semangat kerja pada

karyawan (Flippo, 1971).

Bagi perusahaan atau organisasi, semangat kerja adalah salah satu

penentu apakah sebuah perusahaan atau organisasi akan berhasil dalam

pekerjaannya (Lateiner, 1961). Sebuah perusahaan akan memperoleh

keuntungan yang diharapkan jika karyawan memiliki semangat kerja yang

tinggi (Anoraga dan Widiyanti, 1990). Menurut Flippo (1971) karyawan

dengan semangat kerja yang tinggi dapat memenuhi dan mencapai tujuan

sebuah organisasi. Hal serupa dikemukakan oleh Lee dan Lin (2014) yang

menyatakan bahwa semangat kerja yang tinggi dapat membangun suasana

(49)

Haire (dalam Majorsy, 2007) semangat kerja yang tinggi pada karyawan

akan berdampak pada kinerja dan komitmen karyawan terhadap

organisasinya.

5. Indikasi-Indikasi Turunnya Semangat Kerja

Menurut Nitisemito (1982), indikasi-indikasi turunnya semangat

kerja dapat dilihat dari beberapa hal berikut :

a. Menurunnya atau rendanya produktivitas kerja

Turunnya produktivitas kerja dapat diukur atau dibandingkan

dengan waktu sebelumnya. Hal ini dapat terjadi karena

karyawan yang malas serta menunda pekerjaan.

b. Tingkat absensi karyawan yang tinggi

Semangat kerja yang menurun pada karyawan umumnya

membuat mereka malas untuk datang bekerja setiap hari.

Naiknya tingkat absensi pada karyawan ini dapat dilihat secara

rata-rata bukan secara perseorangan.

c. Tingkat turnover karyawan yang tinggi

Keluar masuknya karyawan yang meningkat dapat disebabkan

karena ketidaksenangan karyawan pada perusahaan atau hal-hal

lain sehingga mereka akan berusaha mencari pekerjaan lain

(50)

d. Tingkat kerusakan yang tinggi

Naiknya tingkat kerusakan merupakan indikasi yang cukup kuat

untuk menunjukkan turunnya semangat kerja karyawan. Hal

tersebut menandakan bahwa perhatian dalam pekerjaan

berkurang serta terjadi kecerobohan dalam pekerjaan.

e. Kegelisahan karyawan

Kegelisahan karyawan dapat terlihat dari ketidak tenangan saat

bekerja atau sering terdengarnya keluh kesah dari karyawan.

f. Sering muncul tuntutan dari karyawan

Tuntutan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan dan

kemungkinan akan menimbulkan semangat kerja karyawan yang

menurun.

g. Pemogokan kerja

Tingkat indikasi yang paling kuat tentang turunnya semangat

kerja adalah pemogokan kerja. Pemogokan kerja merupakan

wujud dari ketidakpuasan dan kegelisahan karyawan.

6. Cara Meningkatkan Semangat Kerja

Menurut Nitisemito (1978), beberapa cara yang dapat digunakan

untuk meningkatkan semangat kerja karyawan yaitu :

a. Pemberian gaji yang cukup dan sesuai kepada karyawan

(51)

c. Menciptakan suasana kerja yang santai untuk mengurangi beban

kerja karyawan

d. Memperhatikan harga diri karyawan

e. Menempatkan karyawan pada posisi yang sesuai

f. Memberikan kesempatan untuk berprestasi pada karyawan

g. Memberikan rasa aman kepada karyawan dalam menghadapi

masa depan

h. Mengusahakan agar karyawan loyal kepada perusahaan

i. Mengajak karyawan berunding untuk membahas kepentingan

bersama

j. Memberikan fasilitas kerja yang menyenangkan bagi karyawan

k. Pemberian kompensasi insentif yang terarah dalam aturan yang

jelas

C. Karyawan PT. Maritim Timur Jaya Tual

PT. Maritim Timur Jaya Tual adalah perusahan yang bergerak dalam

industri perikanan. Perusahaan ini terletak di Tual, Maluku. PT. Maritim

Timur Jaya Tual adalah kawasan industri swasta seluas 140 hektar.

Keberadaan PT. Maritim Timur Jaya Tual menyerap tenaga kerja sebanyak

209 karyawan. Jumlah tersebut terdiri dari 75 orang staff lokal, 10 orang staff

dari luar daerah, 110 orang ABK Asing, dan 14 orang SGA atau tenaga

(52)

Karyawan PT. Maritim Timur Jaya Tual dituntut memiliki sifat-sifat

yang baik dalam bekerja. Sifat karyawan yang diutamakan di dalam

perusahaan tersebut adalah usaha keras dalam bekerja serta tanggung jawab

yang tinggi dalam bekerja. Sifat-sifat tersebut dirasa penting untuk ada dalam

diri karyawan agar tujuan perusahaan tercapai dan terus berkembang

(komunikasi pribadi, 2 Juli 2015).

D. Dinamika Hubungan Antara Kompensasi Insentif Material Dengan Semangat Kerja Karyawan PT. Maritim Timur Jaya Tual

Karyawan bekerja untuk mendapatkan kompensasi dari hasil kerja yang

telah mereka lakukan dalam bentuk material maupun non material. Berkaitan

dengan kompensasi, setiap perusahaan memiliki aturan dan sistem

masing-masing dalam memberikan kompensasi terhadap karyawan. Sistem

pemberian kompensasi tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan sebuah

perusahaan (Fitriana, 2013). PT. Maritim Timur Jaya Tual memberikan

berbagai macam kompensasi sebagai bentuk timbal balik atas kinerja

karyawannya. Kompensasi yang diberikan PT. Maritim Timur Jaya Tual

berupa gaji pokok, insentif, tunjangan kesehatan, tunjangan akhir tahun,

tunjangan hari raya, serta beberapa fasilitas yang diberikan perusahaan.

Pemberian kompensasi insentif bertujuan untuk meningkatkan kinerja

karyawan PT. Maritim Timur Jaya Tual. Keberhasilan suatu sistem

pemberian kompensasi insentif hendaknya cukup sederhana bagi karyawan.

(53)

menghasilkan imbalan (Fitriana, 2013). Sistem pemberian kompensasi

insentif material yang diberikan pada karyawan PT. Maritim Timur Jaya Tual

didasarkan pada sistem penilaian kinerja harian. Penilaian dilakukan atas

dasar pekerjaan yang mampu diselesaikan karyawan dalam sehari. Terdapat

beberapa kategori nilai dimana masing-masing kategori memiliki nilai rupiah

tersendiri. Uang tersebut akan diakumulasikan dan diberikan kepada

karyawan setiap bulannya.

Sistem pemberian kompensasi yang baik memiliki kriteria-kriteria

tertentu. Menurut Glueck (1982) sistem pemberian kompensasi yang baik

harus memadai, adil, seimbang, efektif, aman, memberi dorongan, serta dapat

diterima oleh karyawan. Karakteristik pemberian kompensasi insentif

material dalam penelitian ini merujuk pada karakteristik pemberian

kompensasi tersebut. Sistem pemberian kompensasi yang ada di dalam

perusahaan tersebut dapat dinilai berbeda oleh masing-masing karyawan.

Sebuah perusahaan harus mampu membuat karyawannya memiliki penilaian

yang baik mengenai sistem kompensasi yang ada. Karyawan yang memiliki

penilaian yang baik terhadap sistem tersebut akan meningkatkan kinerjanya

dan mau berusaha lebih keras dalam bekerja (Fitriana, 2013). Karyawan juga

akan terlihat lebih antusias, mau bekerjasama dengan karyawan yang lain

serta mau berpartisipasi (Milkovich dan Newman, 1999). Penilaian yang baik

terhadap sistem pemberian kompensasi insentif material pada perusahaan

juga dapat merangsang minat karyawan dalam bekerja (Fitriana, 2013).

(54)

bekerjasama dan berpartisipasi tersebut menandakan adanya semangat kerja

karyawan.

Semangat kerja adalah sikap-sikap positif individu maupun kelompok

terhadap lingkungan kerjanya baik terhadap pekerjaan, perusahaan, atasan,

rekan sekerja, maupun rangsangan keuangan yang ditunjukkan dengan

adanya kegairahan, kerjasama, minat, partisipasi, kedisiplinan, serta dorongan

untuk maju sehingga karyawan akan bekerja lebih giat, lebih baik, dan

produktif. Semangat kerja bersifat subyektif tergantung bagaimana perasaan

karyawan sehubungan dengan pekerjaannya (Gellerman, 1984). Hal serupa

dikemukakan Asnawi (1999) bahwa semangat kerja bukan sesuatu yang

menetap, tetapi lebih bersifat situasional dimana suatu saat dapat naik dan

turun. Perubahan tinggi rendahnya semangat kerja karyawan terjadi sebagai

(55)

E. Kerangka Berpikir

Kompensasi Insentif Material

Penilaian Sistem Pemberian Kompensasi

Memadai, Adil, Efektif, Aman, Memberi dorongan, dan Dapat

diterima karyawan

Dampak :

- meningkatkan kinerja - berusaha lebih keras

dalam bekerja - antusias

- bekerja sama dengan karyawan lain

- berpartisipasi

- minat kerja karyawan meningkat

Dampak :

- kinerja menurun

- tidak berusaha lebih keras dalam bekerja

- tidak antusias

- tidak mau bekerja sama dengan karyawan lain - kurang berpartisipasi - minat kerja karyawan

menurun

Sistem Pemberian Kompensasi Tidak memadai, Tidak adil, Tidak efektif, Tidak aman, Tidak

(56)

F. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan

yang positif antara penilaian karyawan terhadap pemberian kompensasi

insentif material dengan semangat kerja karyawan PT. Maritim Timur Jaya

Tual. Artinya, semakin baik penilaian karyawan terhadap sistem pemberian

kompensasi insentif material, maka semakin tinggi pula semangat kerja

(57)
(58)

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif di mana

data-datanya berwujud bilangan serta dianalisis menggunakan statistik untuk

menjawab pertanyaan penelitian (Creswell, dalam Alsa 2004). Jenis

penelitian yang dipakai adalah penelitian korelasional. Tujuan penelitian

korelasional adalah menguji hubungan antara dua atau lebih variabel (Alsa,

2004). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu

kompensasi insentif material dan semangat kerja. Peneliti ingin mengetahui

hubungan antara kompensasi insentif material dan semangat kerja karyawan.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini akan diteliti dua variabel, yaitu :

1. Variabel bebas (X) : Kompensasi insentif material

2. Variabel tergantung (Y) : Semangat Kerja

C. Definisi Operasional

1. Kompensasi insentif material

Kompensasi insentif material adalah penilaian kompensasi dalam

(59)

karyawan lokal atau karyawan asli daerah berkaitan dengan prestasi

kerjanya yang disebut sebagai tunjangan kinerja.

Variabel kompensasi insentif material akan diukur dengan

menggunakan skala yang dibuat sendiri oleh peneliti. Skala tersebut

meliputi enam karakteristik pemberian kompensasi yang baik, meliputi : 1)

memadai (adequate); 2) adil (equitable); 3) efektif (cost effective); 4)

aman (secure); 5) memberi dorongan (incentive providing); dan 6) dapat

diterima (acceptable to the employee).

Semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek pada skala

kompensasi insentif material menandakan bahwa semakin positif penilaian

karyawan terhadap pemberian kompensasi insentif material di PT. Maritim

Timur Jaya Tual. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh

subjek pada skala kompensasi insentif material menandakan bahwa

semakin negatif penilaian karyawan terhadap pemberian kompensasi

insentif material di PT. Maritim Timur Jaya Tual.

2. Semangat Kerja

Semangat kerja didefinisikan sebagai sikap positif karyawan PT.

Maritim Timur Jaya Tual terhadap lingkungan kerjanya baik terhadap

pekerjaan, perusahaan, atasan, rekan sekerja, maupun rangsangan

keuangan yang ditunjukkan dengan adanya kegairahan, kerjasama, minat,

partisipasi, kedisiplinan, serta dorongan untuk maju sehingga karyawan

(60)

Variabel semangat kerja akan diukur dengan menggunakan skala

yang dibuat sendiri oleh peneliti. Skala tersebut melibatkan empat aspek

semangat kerja, meliputi : 1) kegairahan atau antusiasme; 2) kualitas untuk

bertahan; 3) kekuatan untuk melawan frustasi; dan 4) semangat

berkelompok.

Semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek pada skala semangat

kerja menandakan bahwa semakin tinggi semangat kerja karyawan di PT.

Maritim Timur Jaya Tual. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang

diperoleh subjek pada skala semangat kerja menandakan bahwa semakin

rendah semangat kerja karyawan di PT. Maritim Timur Jaya Tual.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan lokal (karyawan asli

daerah Tual) yang bekerja di PT. Maritim Timur Jaya Tual. Peneliti memakai

subjek lokal tersebut karena kompensasi insentif material diberikan PT.

Maritim Timur Jaya Tual kepada karyawan lokal saja.

Penelitian ini termasuk penelitian populasi dimana peneliti

menggunakan seluruh karyawan yang bekerja di PT. Maritim Timur Jaya

Tual sebagai subjek penelitian. Hal tersebut dikarenakan jumlah karyawan

lokal yang bekerja di PT. Maritim Timur Jaya Tual hanya 75 orang.

Penelitian populasi hanya dapat dilakukan jika subjeknya tidak terlalu banyak

(61)

Teknik sampling yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

teknik sampling jenuh. Teknik sampling jenuh adalah teknik dimana seluruh

anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2014).

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

penyebaran kuesioner. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

dua skala, yaitu skala kompensasi insentif material dan skala semangat kerja.

Kedua skala tersebut dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada landasan teori

yang ada.

Skala kompensasi insentif material dan skala semangat kerja berbentuk

skala Likert. Metode penskalaan ini meminta subjek menyatakan kesetujuan

dan ketidaksetujuannya dalam kontinum terhadap pernyataan yang disusun

peneliti (Supratiknya, 2014). Item dalam kedua skala berisi pernyataan

favorable dan unfavorable. Ketika subjek menyatakan kesetujuan pada item

favorable, hal itu menandakan bahwa subjek memiliki sikap yang positif

terhadap objek yang terkait. Sebaliknya, ketika subjek menyatakan kesetujuan

pada item unfavorable, hal itu menandakan bahwa subjek memiliki sikap

yang negatif terhadap objek yang terkait (Anderson, dalam Supratiknya

(62)

Variasi pilihan jawaban kedua skala yang dipakai peneliti dapat dilihat

pada tabel 1, sebagai berikut :

Tabel 1

Pemberian Skor pada Skala Kompensasi Insentif Material dan Skala

Semangat Kerja

Item Favorable

Item Unfavorable Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sangat Tidak Setuju (STS) 4

Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 3

Setuju (S) 3 Setuju (S) 2

Sangat Setuju (SS) 4 Sangat Setuju (SS) 1

Peneliti menghilangkan alteratif jawaban netral untuk mengurangi

kecenderungan subjek dalam memilih jawaban kategori tengah. Subjek

cenderung memilih jawaban kategori tengah yang mencerminkan

ketidakpastian atau netralitas untuk mencari rasa aman (Kline, dalam

Supratiknya 2014).

Variabel kompensasi insentif material dalam penelitian ini akan diukur

menggunakan skala yang dibuat oleh peneliti. Skala ini dibuat berpedoman

pada teori Glueck (1982) dengan melibatkan enam karakteristik pemberian

kompensasi yang baik, yaitu memadai (adequate), adil (equitable), efektif

(cost effective), aman (secure), memberi dorongan (incentive providing), serta

(63)

Rancangan item yang dibuat peneliti untuk Skala Kompensasi Insentif

Material dapat dilihat pada tabel 2, sebagai berikut :

Tabel 2

Blue Print Skala Kompensasi Insentif Material Sebelum Seleksi Item

Karakteristik Item

Favorable

Item

Unfavorable Jumlah Item

Memadai (incentive providing)

5, 17, 29, 41, (acceptable to the employee)

Variabel semangat kerja dalam penelitian ini akan diukur menggunakan

skala yang dibuat oleh peneliti. Skala ini dibuat berpedoman pada teori Maier

(1964) dengan melibatkan empat aspek, yaitu kegairahan atau antusiasme,

kualitas untuk bertahan, kekuatan untuk melawan frustasi, serta semangat

(64)

Rancangan item yang dibuat peneliti untuk Skala Semangat Kerja dapat

dilihat pada tabel 3, sebagai berikut :

Tabel 3

Blue Print Skala Semangat Kerja Sebelum Seleksi Item

Aspek Item

Favorable

Item

Unfavorable Jumlah Item

Kegairahan atau melawan frustasi

3, 11, 19, 27,

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas diartikan sebagai seberapa jauh sebuah alat tes mampu

mengukur atribut yang seharusnya diukur (Azwar, 2007). Validitas juga

berarti sejauh mana sebuah penafsiran hasil dari suatu alat tes dapat

dipertanggungjawabkan (Supratiknya, 2014).

Validitas yang digunakan peneliti di dalam penelitian ini adalah

(65)

konstruk yang diukur (Supratiknya, 2014). Evidensi ini dapat diperoleh

melalui analisis logis atau empiris terhadap seberapa memadai isi tes

mewakili ranah isi serta seberapa relevan ranah isi tersebut sesuai dengan

interpretasi skor tes yang dimaksudkan (Supratiknya, 2014). Evidensi ini

juga bisa berupa penilaian pakar (expert judgment) atau ahli terhadap

kesesuaian antara bagian-bagian tes dan konstruk yang diukur

(Supratiknya, 2014). Pada penelitian ini, peneliti melakukan validasi skala

dengan konsultasi bersama dosen pembimbing.

2. Seleksi Item

Seleksi item dilakukan untuk membentuk skala yang baik

(Supratiknya, 2014). Skala ini memiliki daya diskriminasi yang tinggi,

artinya mampu membedakan secara signifikan antara subjek yang

memiliki atribut yang diukur dalam kadar yang rendah dan subjek yang

memiliki atribut yang diukur dalam kadar yang tinggi (Klein, dalam

Supratiknya 2014).

Metode statistik yang akan digunakan untuk seleksi item adalah

korelasi item total. Kriteria pemilihan item didasarkan pada korelasi item

total dengan batasan rix ≥ 0,30. Item yang mencapai batasan korelasi

minimal 0,30 dianggap sebagai item yang memuaskan. Item yang

memiliki rix atau ri(X-i) kurang dari 0,30 dianggap memiliki daya

(66)

Uji coba dan pengambilan data dilakukan tanggal 7 September 2015

sampai dengan 11 September 2015 di PT. Maritim Timur Jaya Tual.

Peneliti menyebar 75 kuesioner dalam pengambilan data tersebut. 75

kuesioner dapat kembali semua dan diolah datanya. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan uji coba terpakai. Oleh karena itu, 30 subjek data

penelitian digunakan untuk menyeleksi item terlebih dahulu. Berikut uji

seleksi yang dilakukan pada kedua skala :

a. Skala Kompensasi Insentif Material

Skala kompensasi insentif material terdiri dari 72 item,

masing-masing 12 item untuk aspek memadai (adequate), adil

(equitable), efektif (cost effective), aman (secure), memberi

dorongan (incentive providing), dan dapat diterima (acceptable to

the employee).

Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, peneliti

mendapatkan 39 item yang berkualitas baik dan 33 item yang

berkualitas tidak baik sehingga harus digugurkan. Sebelum seleksi

item reliabilitas skala adalah 0,934 dengan koefisien korelasi item

total (rix) berkisar pada -0,639 sampai 0,866. Setelah dilakukan

seleksi item, reliabilitas skala meningkat menjai 0,971 dengan

koefisiensi korelasi item total (rix) berkisar pada 0,314 sampai 0,878.

Item-item yang lolos seleksi item dapat dilihat di tabel 4, sebagai

(67)

Tabel 4

Skala Kompensasi Insentif Material Setelah Seleksi Item

Karakteristik Item

Favorable (acceptable to the employee)

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa komposisi item pada

masing-masing karakteristik pemberian kompensasi insentif material

belum seimbang. Oleh karena itu, peneliti melakukan pengguguran

item secara manual agar didapatkan komposisi item yang seimbang

pada masing-masing karakteristik. Pengguguran manual dilakukan

dengan cara memilih item yang memiliki nilai koefisiensi korelasi

Gambar

Tabel 1  Pemberian Skor pada Skala Kompensasi Insentif Material dan Skala
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Museum Arsip merupakan suatu badan yang bergerak di bidang pendidikan khususnya sejarah.Penulisan Ilmiah ini bertujuan untuk membuat Website Museum Arsip yang dapat digunakan

Kembali ke laut bisa jadi tidak hanya dilandasi alasan seperti dikemukakan di atas namun Jokowi juga diingatkan oleh pesan Presiden Soekarno yang menyatakan bahwa untuk

Dengan menggunakan Macromedia Dreamweaver MX 2004, PHP, dan MySQL, aplikasi ini merupakan penggabungan elemen-elemen halaman web yaitu gambar, teks, animasi, database, yang

Masih adanya kelemahan atau kesalahan dalam penyimpanan data, yang dapat merugikan bank atau pelanggan, khususnya adanya kerangkapan data (double posting) diakibatkan pada

Penulisan ilmiah ini bertujuan untuk membuat media pembelajaran alternatif yang dapat digunakan anak umur 3 sampai 5 tahun, khususnya siswa Taman Kanak-Kanak dapat mengenal binatang

Proses selanjutnya pasien akan diperiksa oleh dokter, apabila hasil pemeriksaan dokter membaritahukan bahwa pasien tersebut harus dirujuk kerumah sakit maka

Maha suci Allah (Dzat) yang menundukkan (kendaraan dan perjalanan) ini kepada kami, sedang sebelumnya kami tidak mampu1. dan sesungguhnya kami akan kembali kepada

Fungsi dari kacamata adalah mengatur supaya bayangan benda yang tidak dapat dilihat dengan jelas oleh mata menjadi jatuh di titik dekat atau di titik jauh mata, bergantung pada