BAB II. LANDASAN TEORI
B. Semangat Kerja
1. Definisi Semangat Kerja
Semangat kerja adalah sikap individu di dalam suatu kelompok
(Maier, 1964). Semangat kerja merupakan sikap-sikap karyawan baik
terhadap organisasi maupun terhadap faktor-faktor pekerjaan seperti
atasan, rekan sekerja, dan rangsangan keuangan (Kossen, 1986). Hal
serupa dikemukanan oleh Siegel (1962) yang menyatakan bahwa semangat
kerja adalah kombinasi sikap-sikap karyawan terhadap pekerjaan,
perusahaan, dan atasan.
Menurut Davis (1967), semangat kerja adalah sikap individu dan
kelompok terhadap lingkungan kerjanya dan mengarah pada kerjasama
secara sukarela sesuai minat dan kemampuan karyawan di dalam
kelompok yang menentukan kesediaan mereka untuk bekerjasama (Flippo,
1971).
Semangat kerja merupakan sikap karyawan terhadap pekerjaan dan
lingkungan kerjanya yang diwujudkan dalam kedisiplinan, kegairahan
kerja, dorongan untuk maju, serta kesediaan untuk bekerjasama
(Nurtjahjanti, 2010). Emilia, Haryadi, dan Prihastuty (2014)
mendefinisikan semangat kerja sebagai sikap mental individu maupun
kelompok yang terdapat dalam suatu organisasi yang ditunjukkan dengan
kegairahan dalam bekerja sehingga dapat bekerja lebih baik dan produktif.
Hal serupa dikemukakan oleh Asnawi (1999) yang menyatakan bahwa
semangat kerja adalah kondisi mental yang berpengaruh terhadap usaha
karyawan dalam melakukan pekerjaan secara lebih giat. Semangat kerja
adalah sikap positif karyawan yang terlihat dengan tingginya level energi,
partisipasi, kerjasama secara suka rela, serta minat terhadap pekerjaannya
(Mansori, Rabiee, dan Ghasemipirbaloti, 2015).
Anoraga dan Suyati (1995) secara lebih spesifik mendefinisikan
semangat kerja sebagai sikap kejiwaan dan perasaan individu maupun
kelompok terhadap lingkungan kerjanya. Sikap dan peranan individu
tercermin dengan adanya minat, gairah, serta bekerja lebih giat. Sikap
kelompok tercermin dengan adanya kerjasama pada hubungan setiap
karyawan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semangat kerja adalah sikap-sikap
terhadap pekerjaan, perusahaan, atasan, rekan sekerja, maupun rangsangan
keuangan yang ditunjukkan dengan adanya kegairahan, kerjasama, minat,
partisipasi, kedisiplinan, serta dorongan untuk maju sehingga karyawan
akan bekerja lebih giat, lebih baik, dan produktif.
2. Aspek-aspek Semangat Kerja
Menurut Maier (dalam Majorsy, 2007) aspek-aspek semangat kerja
meliputi :
a. Kegairahan atau antusiasme
Karyawan memiliki gairah dalam bekerja dan sadar untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Karyawan akan berusaha untuk
mencapai tujuan.
b. Kualitas untuk bertahan
Karyawan mampu menerima hambatan yang ada. Karyawan
tidak menghindari hambatan-hambatan yang mereka temukan
dalam bekerja. Karyawan juga tidak akan melindungi dirinya
dari hal-hal yang membuat mereka tertekan dan mau
menghadapinya.
c. Kekuatan untuk melawan frustasi
Karyawan akan berusaha serta memikirkan cara untuk
mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Karyawan tetap
memiliki minat dalam bekerja walaupun berada dalam situasi
d. Semangat berkelompok
Adanya partisipasi di dalam kelompok untuk mencapai tujuan
bersama. Karyawan mau bekerjasama di dalam kelompoknya.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja
Semana kerja dapat dipengaruhi beberapa hal. Menurut Anoraga
(1992), semangat kerja dipengaruhi faktor-faktor berikut :
a. Job Security
Karyawan akan merasa tenang dan bergairah dalam bekerja
ketika mereka merasa pekerjaannya aman dan jabatan tersebut
tidak mudah digeser dan diganti.
b. Opportunities for advancement
Karyawan bekerja untuk mengembangkan dirinya. Ketika
karyawan yakin pekerjaan dapat membantunya untuk
berkembang, maka ia akan tertarik dengan pekerjaan yang
dilakukannya.
c. Kondisi kerja yang menyenangkan
Lingkungan kerja yang menyenangkan dan tidak tegang akan
mempengaruhi semangat seseorang dalam bekerja.
d. Good working companion
Interaksi sosial antar karyawan dapat mempengaruhi semangat
e. Hubungan dengan pimpinan
Interaksi antara pemimpin dan karyawan selalu terjadi di dalam
bekerja. Baik buruknya interaksi pemimpin dengan
karyawannya dapat mempengaruhi semangat dalam bekerja.
f. Kompensasi, gaji, atau imbalan
Besarnya kompensasi yang diberikan oleh perusahaan kepada
karyawan dapat mempengaruhi semangat karyawan dalam
bekerja.
4. Dampak Semangat Kerja
Bagi karyawan, semangat kerja yang tinggi akan membuat mereka
menerima dan mengatasi hambatan atau masalah di dalam perusahaan
(Maier, 1964). Karyawan akan melakukan pekerjaan lebih giat sehingga
pekerjaan tersebut lebih cepat selesai dan lebih baik (Emilia, Haryadi,
Prihastuty, 2014). Menurut Moekijat (dalam Majorsy, 2007) ketika
memiliki semangat kerja yang tinggi karyawan akan memberikan yang
terbaik, berdedikasi dan loyal, serta memiliki pandangan dan nilai yang
positif terhadap pekerjaan dan organisasinya. Karyawan dengan semangat
kerja yang tinggi akan terlihat menyukai pekerjaannya (Davis, 1967). Hal
serupa dikemukakan Flippo (1971) yang menyatakan bahwa karyawan
akan memiliki rasa antusiasme dan bersedia bekerja sama dengan
kebanggaan pada organisasi juga merupakan dampak dari tingginya
semangat kerja pada karyawan (Davis, dalam Flippo 1971).
Semangat kerja yang rendah juga dapat mempengaruhi kinerja
karyawan. Menurut Maier (1964) semangat kerja yang rendah pada
karyawan dapat membuat mereka mudah menyerah dan frustasi ketika
menghadapi hambatan. Karyawan lebih memilih menghindari dan lesu
dalam menghadapi hambatan. Hal serupa dikemukakan Moekijat (dalam
Majorsy, 2007) yang menyatakan bahwa semangat kerja yang rendah pada
karyawan akan membuat hasil kerja kurang baik, tidak tenang dalam
menjalankan tugas, suka membantah, serta rasa keengganan dalam
bekerja. Timbul kepura-puraan dalam bekerja (Sastrohadiwiryo, 2005).
Tidak patuh, melanggar aturan, tidak mau berusaha lebih, serta tidak setia
pada organisasi adalah dampak dari rendahnya semangat kerja pada
karyawan (Flippo, 1971).
Bagi perusahaan atau organisasi, semangat kerja adalah salah satu
penentu apakah sebuah perusahaan atau organisasi akan berhasil dalam
pekerjaannya (Lateiner, 1961). Sebuah perusahaan akan memperoleh
keuntungan yang diharapkan jika karyawan memiliki semangat kerja yang
tinggi (Anoraga dan Widiyanti, 1990). Menurut Flippo (1971) karyawan
dengan semangat kerja yang tinggi dapat memenuhi dan mencapai tujuan
sebuah organisasi. Hal serupa dikemukakan oleh Lee dan Lin (2014) yang
menyatakan bahwa semangat kerja yang tinggi dapat membangun suasana
Haire (dalam Majorsy, 2007) semangat kerja yang tinggi pada karyawan
akan berdampak pada kinerja dan komitmen karyawan terhadap
organisasinya.
5. Indikasi-Indikasi Turunnya Semangat Kerja
Menurut Nitisemito (1982), indikasi-indikasi turunnya semangat
kerja dapat dilihat dari beberapa hal berikut :
a. Menurunnya atau rendanya produktivitas kerja
Turunnya produktivitas kerja dapat diukur atau dibandingkan
dengan waktu sebelumnya. Hal ini dapat terjadi karena
karyawan yang malas serta menunda pekerjaan.
b. Tingkat absensi karyawan yang tinggi
Semangat kerja yang menurun pada karyawan umumnya
membuat mereka malas untuk datang bekerja setiap hari.
Naiknya tingkat absensi pada karyawan ini dapat dilihat secara
rata-rata bukan secara perseorangan.
c. Tingkat turnover karyawan yang tinggi
Keluar masuknya karyawan yang meningkat dapat disebabkan
karena ketidaksenangan karyawan pada perusahaan atau hal-hal
lain sehingga mereka akan berusaha mencari pekerjaan lain
d. Tingkat kerusakan yang tinggi
Naiknya tingkat kerusakan merupakan indikasi yang cukup kuat
untuk menunjukkan turunnya semangat kerja karyawan. Hal
tersebut menandakan bahwa perhatian dalam pekerjaan
berkurang serta terjadi kecerobohan dalam pekerjaan.
e. Kegelisahan karyawan
Kegelisahan karyawan dapat terlihat dari ketidak tenangan saat
bekerja atau sering terdengarnya keluh kesah dari karyawan.
f. Sering muncul tuntutan dari karyawan
Tuntutan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan dan
kemungkinan akan menimbulkan semangat kerja karyawan yang
menurun.
g. Pemogokan kerja
Tingkat indikasi yang paling kuat tentang turunnya semangat
kerja adalah pemogokan kerja. Pemogokan kerja merupakan
wujud dari ketidakpuasan dan kegelisahan karyawan.
6. Cara Meningkatkan Semangat Kerja
Menurut Nitisemito (1978), beberapa cara yang dapat digunakan
untuk meningkatkan semangat kerja karyawan yaitu :
a. Pemberian gaji yang cukup dan sesuai kepada karyawan
c. Menciptakan suasana kerja yang santai untuk mengurangi beban
kerja karyawan
d. Memperhatikan harga diri karyawan
e. Menempatkan karyawan pada posisi yang sesuai
f. Memberikan kesempatan untuk berprestasi pada karyawan
g. Memberikan rasa aman kepada karyawan dalam menghadapi
masa depan
h. Mengusahakan agar karyawan loyal kepada perusahaan
i. Mengajak karyawan berunding untuk membahas kepentingan
bersama
j. Memberikan fasilitas kerja yang menyenangkan bagi karyawan
k. Pemberian kompensasi insentif yang terarah dalam aturan yang
jelas