• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

C. Saran

2. Bagi PT. Maritim Timur Jaya Tual

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

bagi PT. Maritim Timur Jaya Tual sebagai informasi mengenai

bagaimana penilaian karyawan terhadap sistem pemberian kompensasi

karyawan. Hal itu selanjutnya dapat menjadi saran bagi perusahaan

tersebut dalam memberikan intervensi untuk meningkatkan semangat

13

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kompensasi Insentif Material

1. Definisi Kompensasi

Kompensasi adalah segala bentuk balas jasa baik secara finansial

maupun pelayanan yang terukur dan keuntungan-keuntungan lain yang

diterima karyawan sebagai bagian dalam hubungan ketenaga kerjaan

(Milkovich dan Newman, 1999). Pengertian serupa dikemukakan oleh

Dessler (1994) yang menyatakan bahwa kompensasi adalah segala bentuk

bayaran atau penghargaan yang diberikan kepada karyawan yang muncul

dari hubungan ketenaga kerjaan.

Menurut Emilia, Haryadi, dan Prihastuty (2014) kompensasi adalah

kontribusi yang diberikan perusahaan atau organisasi kepada karyawannya

secara adil dan layak baik secara material maupun non material.

Kompensasi merupakan pemberian imbalan yang adil dan layak kepada

karyawan karena mereka telah memberi sumbangan kepada pencapaian

organisasi (Flippo, 1971).

Berdasarkan uraian disimpulkan bahwa kompensasi adalah segala

bentuk penghargaan atau kontribusi yang diberikan perusahaan atau

organisasi kepada karyawan baik dalam bentuk finansial maupun non

2. Jenis Kompensasi

Milkovich dan Newman (1999) membagi kompensasi menjadi dua

jenis, yaitu kompensasi finansial dan kompensasi non finansial.

Kompensasi finansial adalah kompensasi yang diterima karyawan dalam

bentuk finansial. Kompensasi non finansial dapat berupa pemberian

pekerjaan yang menantang, keamanan kerja, dan peluang untuk belajar

bagi karyawan. Kompensasi non finansial tersebut dapat diberikan kepada

karyawan dalam segala situasi dan dikontrol oleh manajer perusahaan

(Robbins, 2005).

Kompensasi finansial dapat diberikan dalam dua bentuk baik secara

langsung maupun tidak langsung. Kompensasi finansial langsung atau

direct financial payments diberikan dalam bentuk uang. Menurut

Milkovich dan Newman (1999) kompensasi finansial secara langsung

berbentuk gaji pokok, merit, insentif, dan bonus. Kompensasi finansial

secara langsung dapat berupa gaji, upah, insentif, komisi, dan bonus

(Dessler, 1994).

Menurut Milkovich dan Newman (1999) kompensasi finansial tidak

langsung atau indirect financial payments berbentuk pelayanan dan

keuntungan-keuntungan seperti gaji pensiun, asuransi kesehatan, dan cuti

kerja. Liburan juga merupakan salah satu bentuk kompensasi finansial

Secara khusus, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan jenis

kompensasi insentif. Jenis kompensasi ini merupakan kompensasi paling

efektif untuk mendorong semangat kerja karyawan (Nitisemito, 1978).

3. Definisi Kompensasi Insentif

Kompensasi insentif adalah bayaran langsung yang berkaitan

dengan kinerja karyawan (Milkovich dan Newman, 1999). Kompensasi

insentif adalah kompensasi di luar gaji pokok karyawan (Rivai, dalam

Kadarisman 2012). Menurut Davis dan Newstorm (1994) kompensasi

insentif adalah jenis kompensasi yang digunakan untuk meragamkan

bayaran karyawan sesuai dengan kriteria prestasi baik secara individu,

kelompok, maupun organisasi. Hal serupa dikemukakan Heidjrachman

(dalam Sirait, 2006) yang menyatakan bahwa kompensasi insentif

digunakan untuk memberikan gaji yang berbeda karena perbedaan prestasi

pada karyawan. Kompensasi insentif adalah kompensasi yang didesain

untuk memberikan jumlah total kompensasi yang berbeda pada

masing-masing karyawan walaupun pekerjaan yang mereka lakukan sama (Flippo,

1971).

Jadi dapat disimpulkan bahwa kompensasi insentif adalah

kompensasi di luar gaji pokok yang berkaitan dengan kinerja karyawan

dan diberikan sesuai dengan kriteria prestasi karyawan baik secara

individu, kelompok, maupun organisasi. Kompensasi insentif

karena adanya perbedaan prestasi kerja walaupun mereka melakukan

pekerjaan yang sama.

4. Jenis Kompensasi Insentif

Menurut Sarwoto (1977) kompensasi insentif dapat digolongkan

menjadi dua jenis yaitu insentif material dan insentif non material. Insentif

material diberikan kepada karyawan dalam bentuk uang. Insentif non

material diberikan kepada karyawan dalam bentuk penghargaan non

material atas dasar prestasi kerja. Beberapa macam insentif non material

meliputi pemberian tanda jasa atau medali, pemberian piagam

penghargaan, pemberian pujian baik secara lisan maupun tulisan,

pemberian promosi, pemberian untuk memakai suatu atribut jabatan,

pemberian perlengkapan khusus pada ruangan kerja, serta ucapan terima

kasih secara formal maupun informal (Sarwoto, 1977). Pendidikan dan

latihan, terjaminnya tempat kerja, serta terjaminnya komunikasi yang baik

antara atasan dan bawahan juga merupakan bentuk dari jenis insentif ini

(Sirait, 2006).

Secara khusus, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan jenis

kompensasi insentif material. Hal tersebut dikarenakan hanya ada

kompensasi insentif material yang diberikan di PT. Maritim Timur Jaya

5. Definisi Kompensasi Insentif Material

Kompensasi insentif material adalah kompensasi yang diberikan

kepada karyawan sesuai dengan prestasi kerjanya dalam bentuk uang

maupun barang. Kompensasi insentif material bernilai ekonomis sehingga

dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan (Sarwoto, 1977). Hal serupa

dikemukakan Nugraha, Astuti, dan Hakam (2013) yang menyatakan

bahwa insentif material adalah alat motivasi yang diberikan dalam bentuk

uang atau barang yang mempunyai nilai pasar. Contoh barang yang dapat

memberikan kebutuhan ekonomis adalah kendaraan dan rumah. Pemberian

kompensasi insentif material juga merupakan cara yang biasa dilakukan

untuk meningkatkan motivasi individual dan performansi dalam bekerja

(Garbers dan Konradt, 2013).

Jadi dapat disimpulkan bahwa kompensasi insentif material adalah

kompensasi yang diberikan dalam bentuk uang maupun barang kepada

karyawan atas dasar prestasi kerja sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan karyawan serta dapat meningkatkan motivasi individual dan

performansi dalam bekerja.

6. Karakteristik Pemberian Kompensasi

Menurut Glueck (1982), karakteristik pemberian kompensasi yang

baik meliputi :

a. Memadai (adequate), yaitu memiliki nilai yang berarti secara

b. Adil (equitable), yaitu diberikan secara adil sesuai usaha,

kemampuan, dan aspek lain yang sesuai dengan rancangan

sistem.

c. Seimbang (balance), yaitu pemberian berbagai bentuk imbalan

pada karyawan harus seimbang bobotnya.

d. Efektif (cost effective), yaitu dibayarkan sesuai dengan

kemampuan perusahaan.

e. Aman (secure), yaitu memberi rasa aman dan kepuasan bagi

karyawan.

f. Memberi dorongan (incentive providing), yaitu mendorong

efektivitas kerja.

g. Dapat diterima (acceptable to the employee), yaitu dipahami dan

dirasakan karyawan sebagai sistem yang baik bagi perusahaan

dan individu.

Karakteristik pemberian kompensasi insentif material yang baik

merujuk pada karakteristik pemberian kompensasi tersebut. Hal tersebut

dikarenakan kompensasi insentif material merupakan salah satu bentuk

dari kompensasi (Milkovich dan Newman, 1999). Dalam penelitian ini,

peneliti hanya memakai enam karakteristik pemberian kompensasi insentif

material yang baik. Karakteristik ketiga yaitu seimbang (balance) tidak

diikutsertakan ke dalam pembuatan skala karena karakteristik tersebut

7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Pemberian Kompensasi Insentif Material

Menurut Simamora (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi

pemberian kompensasi insentif material meliputi :

a. Nilai motivasional

Nilai motivasional yang dihasilkan dari insentif finansial

sebagian dipengaruhi oleh kebutuhan dan keinginan para

karyawan untuk meningkatkan pendapatan mereka.

b. Nilai insentif

Jumlah bayaran yang kemungkinan diperoleh karyawan akan

mempengaruhi reaksi karyawan. Sistem insentif menawarkan

pendapatan yang lebih besar kepada karyawan.

c. Penundaan pembayaran insentif

Karyawan-karyawan di dalam sebuah perusahaan memiliki

reaksi yang berbeda terhadap penundaan bayaran kompensasi

insentif. Kelompok karyawan dengan status sosioekonomi yang

rendah menginginkan pembayaran yang cepat. Sebaliknya,

karyawan-karyawan seperti manajer dan karyawan professional

lebih mampu menerima penangguhan pemberian insentif.

d. Kebutuhan akan penerimaan kelompok

Perolehan kompensasi insentif yang terlalu besar akan

mendatangkan tantangan bagi karyawan. Kompetisi di antara

tinggi. Sebaliknya, tekanan kelompok muncul jika mereka

dikucilkan seandainya mereka berhasil mencapai hasil

maksimal. Ketakutan karyawan bahwa mereka akan menjadi

bahan gunjingan yang tidak menyenangkan.

8. Dampak Pemberian Kompensasi Insentif Material

Menurut Garbers dan Konradt (2013) pemberian kompensasi insentif

material dapat memotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerja serta

bekerjasama dalam kelompoknya. Pemberian kompensasi insentif material

merangsang minat karyawan untuk bekerja sehingga dapat bekerja dengan

optimal (Fitriana, 2013). Hal serupa dikemukakan Milkovich dan Newman

(1999) yang menyatakan bahwa pemberian kompensasi insentif material

dapat meningkatkan kinerja, partisipasi karyawan, serta antusiasme untuk

bekerjasama. Karyawan akan merasa antusias dan mau berusaha keras

(Pigors dan Myers, 1973). Pemberian kompensasi insentif material dapat

meningkatkan kualitas kerja pada masing-masing karyawan (Suwatno dan

Priansa, 2013). Hal tersebut berhubungan dengan meningkatnya kompetisi

di antara karyawan (Ude dan Coker, 2012).

Pemberian kompensasi insentif material secara tidak langsung akan

menguntungkan perusahaan. Kinerja karyawan yang meningkat akan

membuat karyawan berusaha langsung dalam mencapai tujuan bersama

pemberian kompensasi insentif material dapat meningkatkan kinerja

karyawan sehingga dapat meminimalisir pengeluaran dari perusahaan.

Pemberian kompensasi insentif material juga dapat memberikan

dampak negatif. Menurut Sirait (2006) pemberian kompensasi insentif

material dapat menimbulkan ketidakadilan yang dirasakan karyawan

ketika uang yang diterima tidak sesuai dengan hasil yang karyawan

kerjakan. Dampak negatif lain yang mungkin muncul adalah karyawan

dapat mengesampingkan kualitas dari hasil pekerjaan yang dilakukannya.

B. Semangat Kerja

1. Definisi Semangat Kerja

Semangat kerja adalah sikap individu di dalam suatu kelompok

(Maier, 1964). Semangat kerja merupakan sikap-sikap karyawan baik

terhadap organisasi maupun terhadap faktor-faktor pekerjaan seperti

atasan, rekan sekerja, dan rangsangan keuangan (Kossen, 1986). Hal

serupa dikemukanan oleh Siegel (1962) yang menyatakan bahwa semangat

kerja adalah kombinasi sikap-sikap karyawan terhadap pekerjaan,

perusahaan, dan atasan.

Menurut Davis (1967), semangat kerja adalah sikap individu dan

kelompok terhadap lingkungan kerjanya dan mengarah pada kerjasama

secara sukarela sesuai minat dan kemampuan karyawan di dalam

kelompok yang menentukan kesediaan mereka untuk bekerjasama (Flippo,

1971).

Semangat kerja merupakan sikap karyawan terhadap pekerjaan dan

lingkungan kerjanya yang diwujudkan dalam kedisiplinan, kegairahan

kerja, dorongan untuk maju, serta kesediaan untuk bekerjasama

(Nurtjahjanti, 2010). Emilia, Haryadi, dan Prihastuty (2014)

mendefinisikan semangat kerja sebagai sikap mental individu maupun

kelompok yang terdapat dalam suatu organisasi yang ditunjukkan dengan

kegairahan dalam bekerja sehingga dapat bekerja lebih baik dan produktif.

Hal serupa dikemukakan oleh Asnawi (1999) yang menyatakan bahwa

semangat kerja adalah kondisi mental yang berpengaruh terhadap usaha

karyawan dalam melakukan pekerjaan secara lebih giat. Semangat kerja

adalah sikap positif karyawan yang terlihat dengan tingginya level energi,

partisipasi, kerjasama secara suka rela, serta minat terhadap pekerjaannya

(Mansori, Rabiee, dan Ghasemipirbaloti, 2015).

Anoraga dan Suyati (1995) secara lebih spesifik mendefinisikan

semangat kerja sebagai sikap kejiwaan dan perasaan individu maupun

kelompok terhadap lingkungan kerjanya. Sikap dan peranan individu

tercermin dengan adanya minat, gairah, serta bekerja lebih giat. Sikap

kelompok tercermin dengan adanya kerjasama pada hubungan setiap

karyawan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa semangat kerja adalah sikap-sikap

terhadap pekerjaan, perusahaan, atasan, rekan sekerja, maupun rangsangan

keuangan yang ditunjukkan dengan adanya kegairahan, kerjasama, minat,

partisipasi, kedisiplinan, serta dorongan untuk maju sehingga karyawan

akan bekerja lebih giat, lebih baik, dan produktif.

2. Aspek-aspek Semangat Kerja

Menurut Maier (dalam Majorsy, 2007) aspek-aspek semangat kerja

meliputi :

a. Kegairahan atau antusiasme

Karyawan memiliki gairah dalam bekerja dan sadar untuk

menyelesaikan pekerjaannya. Karyawan akan berusaha untuk

mencapai tujuan.

b. Kualitas untuk bertahan

Karyawan mampu menerima hambatan yang ada. Karyawan

tidak menghindari hambatan-hambatan yang mereka temukan

dalam bekerja. Karyawan juga tidak akan melindungi dirinya

dari hal-hal yang membuat mereka tertekan dan mau

menghadapinya.

c. Kekuatan untuk melawan frustasi

Karyawan akan berusaha serta memikirkan cara untuk

mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Karyawan tetap

memiliki minat dalam bekerja walaupun berada dalam situasi

d. Semangat berkelompok

Adanya partisipasi di dalam kelompok untuk mencapai tujuan

bersama. Karyawan mau bekerjasama di dalam kelompoknya.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja

Semana kerja dapat dipengaruhi beberapa hal. Menurut Anoraga

(1992), semangat kerja dipengaruhi faktor-faktor berikut :

a. Job Security

Karyawan akan merasa tenang dan bergairah dalam bekerja

ketika mereka merasa pekerjaannya aman dan jabatan tersebut

tidak mudah digeser dan diganti.

b. Opportunities for advancement

Karyawan bekerja untuk mengembangkan dirinya. Ketika

karyawan yakin pekerjaan dapat membantunya untuk

berkembang, maka ia akan tertarik dengan pekerjaan yang

dilakukannya.

c. Kondisi kerja yang menyenangkan

Lingkungan kerja yang menyenangkan dan tidak tegang akan

mempengaruhi semangat seseorang dalam bekerja.

d. Good working companion

Interaksi sosial antar karyawan dapat mempengaruhi semangat

e. Hubungan dengan pimpinan

Interaksi antara pemimpin dan karyawan selalu terjadi di dalam

bekerja. Baik buruknya interaksi pemimpin dengan

karyawannya dapat mempengaruhi semangat dalam bekerja.

f. Kompensasi, gaji, atau imbalan

Besarnya kompensasi yang diberikan oleh perusahaan kepada

karyawan dapat mempengaruhi semangat karyawan dalam

bekerja.

4. Dampak Semangat Kerja

Bagi karyawan, semangat kerja yang tinggi akan membuat mereka

menerima dan mengatasi hambatan atau masalah di dalam perusahaan

(Maier, 1964). Karyawan akan melakukan pekerjaan lebih giat sehingga

pekerjaan tersebut lebih cepat selesai dan lebih baik (Emilia, Haryadi,

Prihastuty, 2014). Menurut Moekijat (dalam Majorsy, 2007) ketika

memiliki semangat kerja yang tinggi karyawan akan memberikan yang

terbaik, berdedikasi dan loyal, serta memiliki pandangan dan nilai yang

positif terhadap pekerjaan dan organisasinya. Karyawan dengan semangat

kerja yang tinggi akan terlihat menyukai pekerjaannya (Davis, 1967). Hal

serupa dikemukakan Flippo (1971) yang menyatakan bahwa karyawan

akan memiliki rasa antusiasme dan bersedia bekerja sama dengan

kebanggaan pada organisasi juga merupakan dampak dari tingginya

semangat kerja pada karyawan (Davis, dalam Flippo 1971).

Semangat kerja yang rendah juga dapat mempengaruhi kinerja

karyawan. Menurut Maier (1964) semangat kerja yang rendah pada

karyawan dapat membuat mereka mudah menyerah dan frustasi ketika

menghadapi hambatan. Karyawan lebih memilih menghindari dan lesu

dalam menghadapi hambatan. Hal serupa dikemukakan Moekijat (dalam

Majorsy, 2007) yang menyatakan bahwa semangat kerja yang rendah pada

karyawan akan membuat hasil kerja kurang baik, tidak tenang dalam

menjalankan tugas, suka membantah, serta rasa keengganan dalam

bekerja. Timbul kepura-puraan dalam bekerja (Sastrohadiwiryo, 2005).

Tidak patuh, melanggar aturan, tidak mau berusaha lebih, serta tidak setia

pada organisasi adalah dampak dari rendahnya semangat kerja pada

karyawan (Flippo, 1971).

Bagi perusahaan atau organisasi, semangat kerja adalah salah satu

penentu apakah sebuah perusahaan atau organisasi akan berhasil dalam

pekerjaannya (Lateiner, 1961). Sebuah perusahaan akan memperoleh

keuntungan yang diharapkan jika karyawan memiliki semangat kerja yang

tinggi (Anoraga dan Widiyanti, 1990). Menurut Flippo (1971) karyawan

dengan semangat kerja yang tinggi dapat memenuhi dan mencapai tujuan

sebuah organisasi. Hal serupa dikemukakan oleh Lee dan Lin (2014) yang

menyatakan bahwa semangat kerja yang tinggi dapat membangun suasana

Haire (dalam Majorsy, 2007) semangat kerja yang tinggi pada karyawan

akan berdampak pada kinerja dan komitmen karyawan terhadap

organisasinya.

5. Indikasi-Indikasi Turunnya Semangat Kerja

Menurut Nitisemito (1982), indikasi-indikasi turunnya semangat

kerja dapat dilihat dari beberapa hal berikut :

a. Menurunnya atau rendanya produktivitas kerja

Turunnya produktivitas kerja dapat diukur atau dibandingkan

dengan waktu sebelumnya. Hal ini dapat terjadi karena

karyawan yang malas serta menunda pekerjaan.

b. Tingkat absensi karyawan yang tinggi

Semangat kerja yang menurun pada karyawan umumnya

membuat mereka malas untuk datang bekerja setiap hari.

Naiknya tingkat absensi pada karyawan ini dapat dilihat secara

rata-rata bukan secara perseorangan.

c. Tingkat turnover karyawan yang tinggi

Keluar masuknya karyawan yang meningkat dapat disebabkan

karena ketidaksenangan karyawan pada perusahaan atau hal-hal

lain sehingga mereka akan berusaha mencari pekerjaan lain

d. Tingkat kerusakan yang tinggi

Naiknya tingkat kerusakan merupakan indikasi yang cukup kuat

untuk menunjukkan turunnya semangat kerja karyawan. Hal

tersebut menandakan bahwa perhatian dalam pekerjaan

berkurang serta terjadi kecerobohan dalam pekerjaan.

e. Kegelisahan karyawan

Kegelisahan karyawan dapat terlihat dari ketidak tenangan saat

bekerja atau sering terdengarnya keluh kesah dari karyawan.

f. Sering muncul tuntutan dari karyawan

Tuntutan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan dan

kemungkinan akan menimbulkan semangat kerja karyawan yang

menurun.

g. Pemogokan kerja

Tingkat indikasi yang paling kuat tentang turunnya semangat

kerja adalah pemogokan kerja. Pemogokan kerja merupakan

wujud dari ketidakpuasan dan kegelisahan karyawan.

6. Cara Meningkatkan Semangat Kerja

Menurut Nitisemito (1978), beberapa cara yang dapat digunakan

untuk meningkatkan semangat kerja karyawan yaitu :

a. Pemberian gaji yang cukup dan sesuai kepada karyawan

c. Menciptakan suasana kerja yang santai untuk mengurangi beban

kerja karyawan

d. Memperhatikan harga diri karyawan

e. Menempatkan karyawan pada posisi yang sesuai

f. Memberikan kesempatan untuk berprestasi pada karyawan

g. Memberikan rasa aman kepada karyawan dalam menghadapi

masa depan

h. Mengusahakan agar karyawan loyal kepada perusahaan

i. Mengajak karyawan berunding untuk membahas kepentingan

bersama

j. Memberikan fasilitas kerja yang menyenangkan bagi karyawan

k. Pemberian kompensasi insentif yang terarah dalam aturan yang

jelas

C. Karyawan PT. Maritim Timur Jaya Tual

PT. Maritim Timur Jaya Tual adalah perusahan yang bergerak dalam

industri perikanan. Perusahaan ini terletak di Tual, Maluku. PT. Maritim

Timur Jaya Tual adalah kawasan industri swasta seluas 140 hektar.

Keberadaan PT. Maritim Timur Jaya Tual menyerap tenaga kerja sebanyak

209 karyawan. Jumlah tersebut terdiri dari 75 orang staff lokal, 10 orang staff

dari luar daerah, 110 orang ABK Asing, dan 14 orang SGA atau tenaga

Karyawan PT. Maritim Timur Jaya Tual dituntut memiliki sifat-sifat

yang baik dalam bekerja. Sifat karyawan yang diutamakan di dalam

perusahaan tersebut adalah usaha keras dalam bekerja serta tanggung jawab

yang tinggi dalam bekerja. Sifat-sifat tersebut dirasa penting untuk ada dalam

diri karyawan agar tujuan perusahaan tercapai dan terus berkembang

(komunikasi pribadi, 2 Juli 2015).

D. Dinamika Hubungan Antara Kompensasi Insentif Material Dengan Semangat Kerja Karyawan PT. Maritim Timur Jaya Tual

Karyawan bekerja untuk mendapatkan kompensasi dari hasil kerja yang

telah mereka lakukan dalam bentuk material maupun non material. Berkaitan

dengan kompensasi, setiap perusahaan memiliki aturan dan sistem

masing-masing dalam memberikan kompensasi terhadap karyawan. Sistem

pemberian kompensasi tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan sebuah

perusahaan (Fitriana, 2013). PT. Maritim Timur Jaya Tual memberikan

berbagai macam kompensasi sebagai bentuk timbal balik atas kinerja

karyawannya. Kompensasi yang diberikan PT. Maritim Timur Jaya Tual

berupa gaji pokok, insentif, tunjangan kesehatan, tunjangan akhir tahun,

tunjangan hari raya, serta beberapa fasilitas yang diberikan perusahaan.

Pemberian kompensasi insentif bertujuan untuk meningkatkan kinerja

karyawan PT. Maritim Timur Jaya Tual. Keberhasilan suatu sistem

pemberian kompensasi insentif hendaknya cukup sederhana bagi karyawan.

menghasilkan imbalan (Fitriana, 2013). Sistem pemberian kompensasi

insentif material yang diberikan pada karyawan PT. Maritim Timur Jaya Tual

didasarkan pada sistem penilaian kinerja harian. Penilaian dilakukan atas

dasar pekerjaan yang mampu diselesaikan karyawan dalam sehari. Terdapat

beberapa kategori nilai dimana masing-masing kategori memiliki nilai rupiah

tersendiri. Uang tersebut akan diakumulasikan dan diberikan kepada

karyawan setiap bulannya.

Sistem pemberian kompensasi yang baik memiliki kriteria-kriteria

tertentu. Menurut Glueck (1982) sistem pemberian kompensasi yang baik

harus memadai, adil, seimbang, efektif, aman, memberi dorongan, serta dapat

diterima oleh karyawan. Karakteristik pemberian kompensasi insentif

material dalam penelitian ini merujuk pada karakteristik pemberian

kompensasi tersebut. Sistem pemberian kompensasi yang ada di dalam

perusahaan tersebut dapat dinilai berbeda oleh masing-masing karyawan.

Sebuah perusahaan harus mampu membuat karyawannya memiliki penilaian

yang baik mengenai sistem kompensasi yang ada. Karyawan yang memiliki

penilaian yang baik terhadap sistem tersebut akan meningkatkan kinerjanya

dan mau berusaha lebih keras dalam bekerja (Fitriana, 2013). Karyawan juga

akan terlihat lebih antusias, mau bekerjasama dengan karyawan yang lain

serta mau berpartisipasi (Milkovich dan Newman, 1999). Penilaian yang baik

terhadap sistem pemberian kompensasi insentif material pada perusahaan

juga dapat merangsang minat karyawan dalam bekerja (Fitriana, 2013).

bekerjasama dan berpartisipasi tersebut menandakan adanya semangat kerja

karyawan.

Semangat kerja adalah sikap-sikap positif individu maupun kelompok

terhadap lingkungan kerjanya baik terhadap pekerjaan, perusahaan, atasan,

rekan sekerja, maupun rangsangan keuangan yang ditunjukkan dengan

adanya kegairahan, kerjasama, minat, partisipasi, kedisiplinan, serta dorongan

untuk maju sehingga karyawan akan bekerja lebih giat, lebih baik, dan

produktif. Semangat kerja bersifat subyektif tergantung bagaimana perasaan

karyawan sehubungan dengan pekerjaannya (Gellerman, 1984). Hal serupa

dikemukakan Asnawi (1999) bahwa semangat kerja bukan sesuatu yang

menetap, tetapi lebih bersifat situasional dimana suatu saat dapat naik dan

turun. Perubahan tinggi rendahnya semangat kerja karyawan terjadi sebagai

E. Kerangka Berpikir

Kompensasi Insentif Material

Penilaian Karyawan Positif Penilaian Karyawan Negatif Sistem Pemberian Kompensasi

Memadai, Adil, Efektif, Aman, Memberi dorongan, dan Dapat

diterima karyawan

Dampak : - meningkatkan kinerja - berusaha lebih keras

dalam bekerja - antusias

- bekerja sama dengan karyawan lain

- berpartisipasi

- minat kerja karyawan meningkat

Dampak : - kinerja menurun

- tidak berusaha lebih keras dalam bekerja

- tidak antusias

- tidak mau bekerja sama dengan karyawan lain - kurang berpartisipasi - minat kerja karyawan

menurun Semangat Kerja Tinggi Semangat Kerja Rendah

Sistem Pemberian Kompensasi Tidak memadai, Tidak adil, Tidak efektif, Tidak aman, Tidak

memberi dorongan, dan Tidak dapat diterima karyawan

F. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan

yang positif antara penilaian karyawan terhadap pemberian kompensasi

Dokumen terkait