• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Kesenjangan Pendapatan Dengan Pertumbuhan Ekonomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Tingkat Kesenjangan Pendapatan Dengan Pertumbuhan Ekonomi"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Landasan teori 2.1.1. Pendapatan

Pendapatan mengacu kepada aliran upah, pembayaran bunga, keuntungan saham dan

hal-hal lain mengenai pertambahan nilai selama periode tertentu (biasanya setahun). Jumlah

dari seluruh pendapatan adalah pendapatan nasional

Lima konsep pendapatan dipandang secara makro (Waluyo, 2007:16) adalah :

1. GNP (Gross National Product),Produk Nasional Bruto

Adalah total suatu negara atau output barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu

(biasanya satu tahun), yang dihasilkan suatu negara yang dinilai menurut harga pasar.

Tiga komponen GNP menunjukkan :

a. Barang dan jasa yang dikonsumsi yang dihasilkan guna pembelian pihak swasta

(C).

b. Barang-barang investasi yang dihasilkan guna pembelian pihak swasta (I).

c. Konsumsi kedua barang di atas yang dihasilkan guna pembelian pemerintah dalam

perekonomian yang bersangkutan (G).

d. Ekspor-Impor (Ex-Im).

2. NNP (Net National Product), Produk Nasional Neto

Adalah nilai sebuah barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu, setelah dikurangi

penyusutan untuk pemakaian barang-barang modal.

3. NI (National Income), Pendapatan Nasional.

Adalah pendapatan agregat dari pada tenaga kerja dan hak milik yang timbul dari

(2)

4. Personal Income, Pendapatan Perorangan Bruto.

Adalah Pendapatan Perorangan Bruto mengandung upah dan gaji yang terdiri dari

pendapatan hak milik serta sewa tanah, deviden dan bunga modal serta pendapatan

transfer.

5. Disposible Income, pendapatan yang siap dibawa pulang untuk dikonsumsi atau

dibelanjakan. Sisa Personal Income setelah dikurangi pajak pendapatan perorangan

dan ditambah dengan transfer atau dapat dikatakan pendapatan masyarakat yang siap

dibawa pulang yang akan dipergunakan untuk konsumsi dan tabungan.

2.1.2. Pendapatan Nasional (National Income),

Pendapatan Nasional dapat diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh suatu negara

dari aktivitas ekonomi yang dilakukan keseluruhan masyarakat dalam berbagai sektor

perekonomian yang biasanya dihitung setiap tahun. Pendapatan nasional yang digunakan

sebagai tolak ukur sampai sejauh mana perkembangan perekonomian mengalami kemajuan

atau sebaliknya kemunduran.

Pendapatan Nasional merupakan pendapatan agregat dari pada tenaga kerja dan hak

milik yang timbul dari pada produksi yang berlangsung (Current Production) barang dan jasa

yang dihasilkan dalam perekonomian.Sukirno (2006:17) menyatakan bahwa pendapatan

nasional atau produk nasional adalah istilah yang menerangkan tentang nilai barang-barang

dan jasa-jasa yang diproduksi sesuatu negara dalam suatu tahun tertentu. Dalam konteks yang

lebih spesifik pengertian pendapatan nasional atau produk nasional di atas dibedakan kepada

dua pengertian : Produk Nasional Bruto (PNB) dan Produk Domestik Bruto (PDB). Produk

nasional yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara suatu negara

dinamakan Produk Nasional Bruto, sedangkan Produk Domestik Bruto adalah produk

(3)

orang asing) dalam suatu negara. Nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara

pada tahun tertentu. Nilai tersebut dapat dihitung berdasarkan harga berlaku (yaitu pada

harga-harga berlaku pada tahun dimana PDB dihitung) dan menurut harga tetap yaitu pada

harga-harga yang berlaku pada tahun dasar.

Dari arti pengertian PNB dan PDB dapat disimpulkan bahwa kedua-duanya konsep tersebut

pada hakikatnya merupakan ukuran mengenai besarnya kemampuan sesuatu negara untuk

menghasilkan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu.

Supriana (2008:17) menyatakan pendapatan nasional menggambarkan tingkat

produksi suatu negara yang dicapai dalam satu tahun tertentu. Pendapatan nasional

merupakan salah satu cara untuk mengukur kemakmuran suatu negara. Pendapatan nasional

mempunyai peranan yang cukup penting dalam menggambarkan kegiatan perekonomian.

Untuk meningkatkan kemakmuran atau kesejahteraan suatu negara maka pendapatan nasional

negara suatu negara harus ditingkatkan.

Pendapatana nasional dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu Produk Domestik

Bruto (PDB) dan Produk Nasional Bruto (PNB). Produk Domestik Bruto (PDB) dapat

diartikan sebagai barang dan jasa yang diproduksi (dengan menggunakan faktor produksi

milik warga negara maupun milik warga negara asing yang ada di negara tersebut) dalam

suatu negara pada tahun tertentu.

Produk Nasional Bruto (PNB) adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh warga

negara, negara yang bersangkutan (tidak termasuk warga negara asing) baik yang berada

dalam negeri maupun yang berada dalam luar negeri. Hal ini berarti, pendapatan warga

negara lain yang bekerja di Indonesia dan keuntungan perusahaan multinasional atau

perusahaan lainnya yang berada di Indonesia tidak termasuk kedalam PNB. Sebaliknya

(4)

T. Diana dkk (2012:17-18) menyatakan bahwa pendapatan nasional dalam

perkembangannya dihitung oleh Biro Pusat Statistik berdasarkan data yang diperoleh dari

lembaga atau dinas terkait sehingga model perhitungannya disebut perhitungan tidak

langsung. Pendapatan nasional dihitung berdasarkan pendekatan pengeluaran dan pendekatan

pendapatan. Namun dalam perkembangannya dewasa ini dapat dilakukan melalui 3

pendekatan :

1. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure approach)

Seluruh pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran keseluruhan sektor rumah tangga

dalam perekonomian. Dalam bentuk formulasi ditulis sebagai:

GNP (Y) = C + I + G + (X - M) C = consumption spending (house secrtor)

I =investment spending (business sector)

G = goverment spending (government sector)

(X – M) = net export

2. Pendekatan Pendapatan (income approach)

Pendapatan nasional yang diperoleh bersumber dari pemilik sumber daya sebagai

imbalan keikutsertaannya dalam pembentukan produksi nasional.

Dengan menggunakan formulasi sebagai:

Y = w + r + i + w = wage rate

r = rent

i = interest rate

= profit

(5)

Pendapatan nasional sebagai hasil akhir barang-barang dan jasa yang diperoleh dari

sektor kegiatan ekonomi. Dalam formulasi ditulis sebagai :

NI = + + ... + AtauY = ∑�=����

Dimana:

�� = satuan harga barang

�� = jumlah produk

Pendapatan nasional (GDP) dalam perhitungannya di Indonesia dalam

perkembangannya berdasarkan klasifikasi lapangan usaha indonesia yang mencakup

beberapa sektor: sektor pertanian, pertambangan, manufaktur, bangunan, utility, perdagangan

dan lainnya. Untuk tingkat regional dinyatakan sebagai Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) tingkat I dan PDRB tingkat II Kabupaten/Kota. Perhitungan pendapatan nasional

dapat pula dihitung berdasarkan current market price (harga pasar berlaku) dan constant

price (harga konstan). Perbedaan kedua perhitungan ini, bahwa untuk perhitungan harga

konstan tidak terpengaruh kepada laju inflasi dan harga berlaku tentunya sensitif terhadap

laju inflasi.

3.1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi menerangkan atau mengukur prestasi dari perkembangan suatu

ekonomi. Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti

perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku disuatu negara, seperti

pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan

jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal.

Tetapi dengan menggunakan berbagai jenis data produksi adalah sangat sukar untuk memberi

gambaran kasar mengenai pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Oleh sebab itu untuk

(6)

negara, ukuran yang selalu digunakan adalah tingkat pendapatan nasional riil yang dicapai

(Sukirno, 2006:423).

Untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi digunakan formula sebagai berikut:

g = ����−���� ���� x 100

Dimana :

g = Tingkat (persentase) pertumbuhan ekonomi

GDP1 = (Gross Domestic Product) atau Produk domestik bruto (PDB) adalah pendapatan nasional riil yaitu pendapatan nasional yang dihitung pada harga tetap yang dicapai pada suatu tahun (tahun 1).

GDP0 =Pendapatan nasional pada tahun sebelumnya.

Asfia Murni (2006:173) menyatakan bahwa istilah pertumbuhan ekonomi digunakan

untuk menggambarkan terjadinya kemajuan atau perkembangan ekonomi dalam suatu negara.

Suatu negara kadang mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat dan kadang juga

mengalami pertumbuhan yang pesat. Suatu pertumbuhan ekonomi dikatakan mengalami

pertumbuhan, jika jumlah produk barang dan jasanya meningkat atau dengan kata lain terjadi

perkembangan GNP potensial pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi harus mencerminkan

pertumbuhan output per kapita. Dengan pertumbuhan per kapita, berarti terjadi pertumbuhan

upah riil dan meningkatnya standar hidup. Dengan demikian dapat dikemukakan definisi

pertumbuhan ekonomi adalah suatu kondisi terjadinya perkembangan GNP potensial yang

mencerminkan adanya pertumbuhan output per kapita dan meningkatnya standar hidup

masyarakat.

Adanya pertumbuhan ekonomi adalah sangat penting karena dapat mempengaruhi hal-hal

berikut.

1. Tingkat kesejahteraan

Rakyat makin sejahtera jika setidak-tidaknya outputnasional per kapita meningkat.

(7)

melebihi dari pertumbuhan penduduk. Jika pertambahan penduduk suatu negara adalah 2%

per tahun, maka pertumbuhan GNP harus lebih besar dari 2%.

2. Kesempatan kerja

Terjadinya pertumbuhan ekonomi ditandai dengan naiknya GNP riil. Kondisi ini jelas

sangat membuka kesempatan kerja bagi seluruh faktor produksi. Mengingat manusia adalah

salah satu faktor produksi terpenting dalam proses produksi, maka kesempatan kerja akan

meningkat apabila output nasional meningkat.

3. Distribusi pendapatan

Pertumbuhan ekonomi dapat juga diharapkan untuk memperbaiki distribusi

pendapatan yang lebih merata. Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi, yang akan ada hanyalah

pemerataan kemiskinan. Upaya pemerataan pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dapat berupa:

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membuat kebijakan-kebijakan moneter dan

kebijakan fiskal yang dapat menaikkan daya beli masyarakat.

b. Memperluas kesempatan kerja.

c. Meningkatkan produktivitas.

Dengan meluasnya kesempatan kerja, maka akses masyarakat untuk memperoleh penghasilan

semakin besar (Murni 2006:175).

3.1.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Murni (2006:180), menyatakan bahwa teori klasik yang dipelopori oleh Adam Smith,

bahwa outputakan berkembang sejalan dengan perkembangan penduduk. Dia memulai

hipotesisnya ketika zaman keemasan. Pada saat itu lahan belum bersifat scarcity, modal

belum ada yang diperhitungkan, hanyalah jumlah tenaga kerja kerja yang diperhitungkan.

(8)

Akibatnya pertambahan penduduk dipandang sebagai faktor yang akan mendorong

pertumbuhan ekonomi.

Teori pertumbuhan ekonomi klasik juga mengemukakan keterkaitan antara

pendapatan perkapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk

optimum. Teori ini menyatakan hal-hal berikut.

1. Ketika produksi marginal lebih tinggi daripada pendapatan perkapita, jumlah

penduduk masih sedikit dan tenaga kerja masih kurang. Maka pertambahan penduduk

akan menambah tenaga kerja dan menaikkan pertumbuhan ekonomi.

2. Ketika produksi marginal semakin menurun, pendapatan nasional semakin tumbuh,

tetapi dengan kecepatan semakin lambat. Maka pertambahan penduduk akan

menambah tenaga kerja, tetapi pendapatan per kapita turun dan pertumbuhan ekonomi

masih ada meskipun kuantitasnya semakin kecil.

3. Ketika produksi marginal nilainya sama dengan pendapatan per kapita, artinya nilai

pendapatan per kapita mencapai maksimum dan jumlah penduduk optimal (jumlah

penduduk yang sesuai dengan keadaaan suatu negara yang ditandai dengan

pendapatan per kapita mencapai maksimum). Sehingga pertambahan penduduk akan

membawa pengaruh yang tidak baik terhadap pertumbuhan ekonomi.

Menurut teori neo klasik (Sukirno 2006:437) menyatakan bahwa pertumbuhan

ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi. Pertumbuhan ekonomi

hanya akan berlaku apabila pengeluaran agregat melalui investasi bertambah secara

terus-menerus. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow faktor

terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah modal dan pertambahan tenaga

kerja. Faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan kemahiran dan

(9)

Sumbangan terpenting dari teori pertumbuhan Neo-Klasik bukanlah dalam

menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, tetapi dalam

sumbangannya untuk menggunakan teori tersebut untuk mengadakan penyelidikan empiris

dalam menentukan peranan sebenarnya dari berbagai faktor produksi untuk mewujudkan

pertumbuhan ekonomi.

Murni (2006:183-184) menyatakan beberapa teori pertumbuhan ekonomi yang

dikategorikan sebagai teori pertumbuhan modern antara lain Rostow, Schumpeter,

Harold-Domar.

Menurut Rostow pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari berbagai perubahan yaitu

sebagai berikut.

1. Perubahan reorientasi organisasi ekonomi.

2. Perubahan pandangan masyarakat.

3. Perubahan cara menabung atau menanamkan modal dari yang tidak produktif ke yang

lebih produktif.

4. Perubahan pandangan terhadap faktor alam.

Rostow mengemukakan tahap-tahap dalam pertumbuhan ekonomi antara lain sebagai

berikut.

1. The traditional society (masyarakat tradisional), artinya suatu kehidupan ekonomi

masyarakat yang berkemang secara tradisional dan belum didasarkan pada

perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, kadang-kadang cara berpikir yang

primitif dan irasional.

2. The precondition for take off (persyaratan tinggal landas), merupakan masa transisi

masyarakat untuk mempersiapkan dirinya untuk mulai menerima teknik-teknik baru

(10)

3. The take off (tinggal landas), artinya pada tahap ini terjadi perubahan-perubahan yang

sangat drastis dalam terciptanya kemajuan yangnpesat dan inovasi

(penemuan-penemuan baru) dalam berproduksi.

4. The drive to maturity (menuju kematangan), artinya pada tahap ini masyarakat secara

efektif telah menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor-faktor

produksi dan kekayaan alam.

5. The age of high mass consumption (konsumsi tinggi), artinya pada tahap ini perhatian

masyarakat lebih menekankan pada masalah kesejahteraan dan upaya masyarakat

tertuju untuk menciptakan welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada

penduduknya dengan cara mengusahakan distribusi pendapatan melalui sistem

perpajakan yang progresif.

3.1.3. Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditentukan banyak faktor antara lain

faktor-faktor produksi dalam suatu negara. Berdasarkan konsep mikro dalam teori produksi,

jumlah output sangat ditentukan oleh input-input yang terlibat dalam proses produksi. Input

adalah faktor yang terlibat dalam proses produksi.

Faktor-faktor yang dimaksud dalam menunjang pertumbuhan ekonomi suatu negara,

yaitu sebagai berikut.

1. Sumber daya manusia

Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan keterampilan angkatan kerja.

Banyak ekonomi meyakini bahwa kualitas input tenaga kerja yaitu keterampilan,

pengetahuan dan disiplin adalah satu-satunya unsur penting dalam pertumbuhan ekonomi.

2. Sumber daya alam

Kekayaan suatu negara meliputi luas dan kesubuiran tanah, keadaan iklim dan cuaca,

(11)

alam akan dapat mempermudah usaha untuk mengembangjan perekonomian suatu negara,

terutama pada masa-masa permulaan proses pertumbuhan ekonomi. Di setiap negara

berkembang peranan barang-barang pertanian dan industri pertambangan minyak yang

diekspor menjadi penggerak utama bagi permulaan pertumbuhan ekonomi terutama di Asia.

3. Sumber daya modal

Sumber daya modal ada yang disebut barang modal dan ada pula yang disebut modal

uang. Barang-barang modal penting peranannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

di bidang ekonomi. Negara-negara yang tumbuh pesat cenderung melakukan investasi sangat

besar dalam pembentukan barang modal baru. Sedangkan uang juga merupakan modal yang

sangat menetukan dan berkontribusi secara langsung dalam pertumbuhan ekonomi. Oleh

sebab itu, makin banyak uang yang digunakan dalam proses produksi, makin besar

outputyang dihasilkan asalkan penggunaanya dikelolah secara baik dan efisien.

4. Teknologi dan inovasi

Kemajuan ekonomi yang berlaku di berbagai negara secara umum ditimbulkan oleh

kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa efek positif dalam

pertumbuhan ekonomi. Efek yang utama adalah :

a. Dapat mempertinggi efisiensi dalam kegiatan produksi.

b. Menimbulkan penemuan barang-barang baru yang belum pernah diproduksi

sebelumnya.

c. Meninggikan mutu barang yang diproduksi tanpa meningkatkan harga.

Disamping faktor-faktor tersebut masih ada faktor lain yang turut berperan dalam

menentukan pertumbuhan ekonomi, yaitu sistem sosial dan sikap masyarakat. Sistem sosial

misalnya adat-istiadat yang tradisional dapat menghambat masyarakat untuk menggunakan

(12)

dorongan kepada pertumbuhan ekonomi. sikap tersebut anatara lain sikap berhemat, sikap

menghargai kerja keras dalam setiap ekonomi.

Menurut Samuelson (dalam Murni, 2006:179), pertumbuhan ekonomi merupakan

pertumbuhan GNP yang bersumber dari hal-hal berikut :

1. Pertumbuhan dalam tenaga kerja.

2. Pertumbuhan dalam modal.

3. Pertumbuhan inovasi adan teknologi.

3.1.4. Kesenjangan Pendapatan

Dalam Rubiarko (2013), Bigsten mengemukakan bahwa distribusi pendapatan pada

sebuah perekonomian adalah hasil akhir dari seluruh proses ekonomi, yang artinya bahwa

distribusi pendapatan pada prinsipnya harus memperhitungkan semua faktor yang

mempengaruhinya. Adam Smith dan Marx berpendapat bahwa persoalan pokok dari

distribusi pendapatan adalah bagaimana hasil penjulan produk dibagi diantaranya upah, sewa

dan laba. Adelman dan Moris berpendapat bahwa kesenjangan pendapatan di daerah

ditentukan oleh jenis pembangunan ekonomi yang ditunjukkan oleh ukuran negara, sumber

daya alam, dan kebijakan yang dianut.

Todaro (2006:234) menyatakan distribusi pendapatan perorangan (personal

distribution of income)merupakan ukuran yang sering digunakan secara langsung menghitung

jumlah penghasilan yang diterima oleh setiap individu atau rumah tangga. Dengan melihat

besarnya gaji, bunga tabungan, hasil laba, hasil sewa, hadiah maupun warisan.

Untuk memberikan gambaran tentang ketimpangan antar wilayah digunakan indeks

Williamson. Sirojuzilam (2008:36-40), menyatakan pembangunan dilaksanakan secara umum

menyangkut beberapa aspek utama, mulai dari pembangunan di bidang ekonomi, sosial,

kelembagaan dan aspek lingkungan. Akan tetapi di dalam pencapaiannya akan selalu

(13)

yang terlalu optimis menyatakan bahwa pada awal pembangunan memang akan dijumpai

ketidakseimbangan atau ketimpangan, akan tetapi pada akhirnya akan dicapai suatu

keseimbangan yang terjadi antara lain :

a. Distribution Income Disparities

Berbagai macam alat pengukuran banyak dijumpai dalam mengukur tingkat distribusi

pendapatan penduduk. Diantara alat tersebut yang sangat umum digunakan dipergunakan

adalah Gini Indeks.

1. Gini Indeks

Todaro (2006:237-238), menyatakan bahwa koefisien Gini adalah ukuran

ketimpangan agregat yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu

(ketimpangan sempurna). Pada prakteknya, koefisien Gini untuk negara-negara yang derajat

ketimpangannya tinggi berkisar antara 0,50 hingga 0,70 sedangkan untuk negara-negara yang

distribusi pendapatannya relatif merata, angkanya berkisar antara 0,20 hingga 0,35.

KoefisienGini

Produk Nasional Bruto Perkapita

Sumber : Pembangunan Ekonomi (2003)

Gambar 2.1 Kurva Koefisien gini

Koefisien Gini tampak seperti kurva berbentuk “U Terbalik”, seiring dengan naiknya PDRB

seperti yang terlihat dari gambar di atas. Koefisien Gini untuk distribusi pendapatan memiliki

rumusan seperti dibawah ini :

Gi = 1 - ∑( ) ( ), 0 ≤ Gi ≤ 1

(14)

Qi = % kumulatif jumlah pendapatan Gi = 0, Perfect Equality

Gi = 1,Perfect Inequality

2. Kurva Lorenz

Kurva Lorenz secara umum sering dipergunakan untuk menggambarkan bentuk

ketimpangan yang terjadi terhadap distribusi pendapatan masyarakat. Kurva Lorenz

digambarkan pada sebuah bidang bujur sangkar dengan bantuan garis diagonalnya. Semakin

dekat dengan kurva ini dengan diagonalnya, berarti ketimpangan yang terjadi semakin rendah

dan sebaliknya semakin melebar kurva ini menjauhi diagonal berarti ketimpangan yang

terjadi semakin tinggi. Todaro (2006:236) menyampaikan bahwa kurva Lorenz

memperlihatkan hubungan kuantitatif aktual antara persentase penerima pendapatan dengan

persentase pendapatan total yang benar diterima selama satu tahun.

Gambar 2.2 memperlihatkan pengukuran Rasio Gini dengan Kurva Lorenz. Indeks atau

Rasio Gini adalah menjelaskan kadar kemerataan (ukuran ketimpangan) distribusi

pendapatan nasional yang angkanya berkisar antara 0

hingga 1.

Koefisien Gini = Bidang A yang diarsir D

Bidang BCD

Persentase pendapatan

Nasional A

B C

Persentase Jumlah Penduduk

Sumber : Pembangunan Ekonomi (2003)

(15)

Semakin kecil (semakin mendekati nol) koefisiennya, pertanda semakin baik atu distribusi

yang merata. Sebaliknya, jika nilai koefisiennya semakin tinggi (semakin mendekati satu)

menunjukkan distribusi yang semakin timpang.

3. Kriteria Bank Dunia

Berdasarkan kriteria Bank dunia di dalam menentukan tingkat ketimpangan yang terjadi

dalam distribusi pendapatan pendududuk, maka penduduk dibagi menjadi tiga kategori yaitu :

1. 20% Penduduk pendapatan tinggi.

2. 40% Penduduk pendapatan sedang

3. 40% Penduduk pendapatan rendah

Dengan kriteria ketimpangan,

1. Tinggi, 40% penduduk menerima pendapatan nasional < 12%.

2. Sedang, 40% penduduk menerima pendapatan nasional 12%-17%.

3. Rendah, 40% penduduk menerima pendapatan nasional > 17%.

b. Regional Income Disparities

Ketimpangan yang terjadi tidak hanya terhadap distribudi pendapatan masyarakat, akan

tetapi juga terjadi terhadap pembangunan antar daerah di dalam suatu wilayah suatu negara.

Ada beberapa alat pengukuran yang umum digunakan untuk melihat ketimpangan yang

terjadi antara lain :

1. Williamson Index (�)

Jeffrey G. Williamson (1965) meneliti hubungan antara disparitas regional dengan tingkat

pembangunan ekonomi, dengan menggunakan data ekonomi negara yang sudah maju dan

negara yang sedang berkembang. Ditemukan bahwa selama tahap awal pembangunan,

(16)

Pada tahap yang lebih matang dilihat dari pembangunan ekonomi, tampak adanya

keseimbangan antar daeran dan disparitas berkurang secara signifikan.

Williamson menggunakan Williamson indeks (Indeks Williamson) untuk mengukur

ketimpangan pembangunan antar wilayah. Indeks Williamson menggunakan PDRB per

kapita sebagai data dasar. Alasannya jelas bahwa yang diperbandingkan adalah tingkat

pembangunan antar wilayah bukan tingkat kesejahteraan antar kelompok.

Formulasi indeks Williamson secara statistik adalah sebagai berikut:

�� =

�(�� − �)� ��

� �< �� < 1

Dimana :

�� = Indeks Williamson

Yi = Pendapatan per kapita di kabupaten/kota i Y = Pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Utara Pi = jumlah penduduk di kabupaten/kota i

P = jumlah penduduk provinsi IW = 0 (artinya merata sempurna) IW = 1 (artinya ketimpangan sempurna)

Angka koefisien Indeks Williamson adalah sebesar 0 < Iw < 1. Jika Indeks Williamson

semakin kecil atau mendekati nol menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil atau

semakin merata dan sebaliknya angka yang semakin besar menunjukkan ketimpangan yang

semakin melebar. Walaupun indeks ini memiliki kelemahan yaitu sensitive terhadap defenisi

wilayah yang digunakan dalam perhitungan. Artinya, apabila ukuran wilayah yang digunakan

berbeda maka akan berpengaruh terhadap hasil perhitungan, namun cukup lazim digunakan

dalam mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah (Muhammad, 2012:16).

2. Poverty (kemiskinan)

Usaha pembangunan yang dilakukan tidak lain bertujuan untuk memperbaiki sekaligus

(17)

kurang dapat dilaksanakan dengan baik atas beberapa kendala, sehingga menimbulkan

masalah yaitu kemiskinan.

Alat ukur yang digunakan dalam kaitannya dengan kemiskinan antara lain:

a. Head Count Indeks (HCI)

HCI = ��

��

Dimana :

Pi = Populasi penduduk miskin Pt = Populasi penduduk total

b. Poverty Gap Index (PGI)

��= 1

q = Jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan z = batas garis kemiskinan

yi = rata-rata pengeluaran penduduk dibawah garis kemiskinan

c. Defency Burden =PendudukUmurTidakProduktif

PendudukUmurProduktif

3. Tipologi Klassen

Analisis yang dipergunakan untuk melihat perkembangan pembangunan dari setiap

daearah di dalam proses pembangunannya salah satunya adalah dengan Klassen Typologi.

Hipotesis ini dipergunakan untuk melihat daur atau arah perkembangan daerah-daerah, dilihat

dari segi pertumbuhan ekonomi daerahnya. Sebagai alat analisis, maka ada dua variabel yang

menjadi ukuran dari hipotesis ini yaitu:

(18)

2. Perbandingan antara pendapatan perkapita daerah dengan pendapatan

perkapita nasional dan hasil perbandingan ini selalu bernilai positif.

Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah

yang menjadi acuan atau nasional dan membandingkan pertumbuhan PDRB per kapita

daerah dengan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau PDB per kapita (secara

nasional).

Alat analisis Tipologi Klassen dapat digunakan dengan dua pendekatan, yaitu sektoral dan

daerah. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data Pendekatan Domestik Regional

Bruto (PDRB). Tipologi Klassen dengan pendekatan wilayah menghasilkan empat kuadran

dengan karakteristik yang berbeda yang dikemukakan Syafrizal (dalam Muhammad,

2012:6-7).

1. Daerah yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran

daerah dengan laju pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan

daearah yang menjadi acuan atau secara nasional (g) dan memiliki pertumbuhan PDRB per

kapita (gki) yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daeara yang

menjadi acuan atau secara nasional (gk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi>g dan

gki>gk.

2. Daerah maju tapi tertekan (Kuadran II). Daerah yang berada pada kuadran ini memiliki

nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah

yang menjadi acuan atau secara nasional (g), tetapi memiliki pertumbuhan PDRB per kapita

(gki) yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi

acuan atau secara nasional (gk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi<g dan gki>gk.

3. Daerah yang masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III). Kuadran ini

merupakan untuk daerah yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih tinggi dari

(19)

PDRB per kapita daerah tersebut (gki) lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB

per kapita daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (gk). Klasifikasi ini biasa

dilambangkan dengan gi>g dan gki<gk.

4. Daerah relatif tertinggal (Kuadaran IV). Kuadran ini ditempati oleh daerah yang memiliki

nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah

yang menjadi atau secara nasional (g) dan sekaligus pertumbuhan PDRB per kapita (gki)

yang lebih kecil dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan.

Klasifikasi menurut daerah dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1

Klasifikasi Tipologi Klassen Pendekatan Wilayah

Kuadran I

Daerah maju dan tumbuh dengan pesat gi>g dan gki>gk.

Kuadran II

Daerah maju tapi tertekan gi<g dan gki>gk Kuadaran III

Daerah yang masih dapat berkembang dengan pesat

gi>g dan gki<gk

Kuadran IV Daerah relatif tertinggal

gi<g dan gki<gk

Yuni (2010:10-11) menyatakan disparitas pendapatan antar daerah merupakan hal

yang wajar dalam konsep pembangunan nasional. Pada tahap awal pembangunan ekonomi

nasional, perbedaan laju pertumbuhan regional yang cukup besar antar provinsi di Indonesia

telah mengakibatkan disparitas dalam distribusi pendapatan antar provinsi.

Peningkatan pendapatan perkapita memang menunjukkan tingkat kemajuan

perekonomian suatu daerah. Namun, meningkatnya pendapatan perkapita tidak selamanya

menunjukkan bahwa distribusi pendapatan telah merata. Seringkali di negara-negara

berkembang dalam perekonomiannya lebih menekankan penggunaan modal daripada

penggunaan tenaga kerja sehingga keuntungan dari perekonomian tersebut hanya dinikmati

(20)

dalam distribusi pendapatan. Pendapatan perkapita banyak digunakan sebagai tolak ukur

untuk mengukur ketimpangan dalam suatu daerah. Pendapatan ini tidak dilihat dari tinggi

rendahnya pendapatan melainkan apakah pendapatan tersebut terdistribusikan secara merata

atau tidak ke seluruh masyarakat.

3.1.5. Hubungan antara kesenjangan pendapatan dengan pertumbuhan ekonomi

Untuk melihat perkembangan perekonomian suatu negara atau daerah serta untuk

melihat peningkatan kesejahteraan masyarakat atas suatu pembangunan, perlu melihat

besarnya jumlah perdapatan perkapita, pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi.

Kuncoro (2004:129) menyatakan bahwa Pendapatan per kapita sering dijadikan

patokan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara. Besarnya pendapatan per kapita

sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan penduduk, sehingga apabila pertambahan

pendapatan nasional lebih besar dari tingkat pertumbuhan penduduk, maka tingkat

pendapatan per kapita penduduk meningkat. Sebaliknya, apabila tingkat pertambahan

pendapatan nasional lebih kecil dari pertumbuhan penduduk, maka pendapatan perkapita

akan turun. Usaha untuk mempertahankan tingkat pendapatan per kapita atau tingkat

kesejahteraan relatif, perlu dicapai tingkat pertambahan pendapatan nasional yang sama

dengan tingkat pertambahan penduduk.

Pembangunan di dalam lingkup daerah secara spasial tidak terlalu merata.

Ketimpangan antar daerah seringkali menjadi permasalahan serius. Beberapa daerah

mencapai pertumbuhan yang lambat dan di daerah lainnya mengalami pertumbuhan yang

pesat. Pembangunan yang berorientasi pada penghapusan kemiskinan bertujuan untuk

penghapusan kemiskinan, peningkatan kesempatan kerja produktif dan peningkatan gross

national product (GNP) kelompok miskin. Strategi ini dapat dilakukan dengan redistribusi

kekayaan harta prpduktif melalui kebijakan fiskal dan kredit, pemanfaatan fasilitas-fasilitas

(21)

produktif yang menguntungkan golongan miskin melalui pengalihan investasi dan konsumsi

serta penekanan sektor tradisional dan informal di perkotaan (Suryana, 2000:55-59).

Menurut Sugiyono (Annisa G, 2010:56) pertumbuhan ekonomi dan distribusi

pendapatan mempunyai hubungan yang khas. Bentuk hubungan antara pertumbuhan ekonomi

dan distribusi pendapatan di tingkat dunia adalah sebagai berikut :

1. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, semakin besar pendapatan per kapita dan semakin

besar perbedaan antara kaum miskin dan kaum kaya.

2. Fenomena tersebut terjadi di Asia Tenggara, negara sedang berkembang lainnya, Swedia,

Inggris, Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa Barat.

3. Penyebab ketimpangan karena pergeseran demografi, perubahan pasar buruh dan

perubahan kebijakan publik.

4. Simon Kuznets (Hipotesis kurva U terbalik) : evolusi distribusi pendapatan dari ekonomi

pedesaan (pertanian) ke ekonomi perkotaan (industri). Ketimpangan pendapatan

bertambah besar akibat urbanisasi dan industrialisasi.

3.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Yeniwati (2013) dalam studinya yang berjudul Ketimpangan Ekonomi Antar Provinsi Di

Sumatera Utara, hendak melihat dan mengidentifikasi ketimpangan pembangunan ekonomi

dengan pendekatan PDRB perkapita atas harga konstan 2000 pada 10 provinsi yang ada di

Sumatera Utara dalam tahun 2005-2010. Untuk mengetahui ketimpangan pembangunan

tersebut menggunakan indeks ketimpangan Williamson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dari 10 provinsi yang ada di Sumatera Utara yang memiliki indeks ketimpangan yang lebih

besar dari rata-rata Sumatera ada 5 provinsi. Sementara itu, hasil estimasi terdapat pengaruh

(22)

Dalam studinya, Caska dan Riadi yang berjudul Pertumbuhan Dan Ketimpangan

Pembangunan Antar Daerah Di Provinsi Riaumenyampaikan bahwa dalam pertumbuhan

ekonomi di daerah Provinsi Riau termasuk daerah yang termasuk mengalami cepat maju dan

cepat tumbuh. Selama periode pengamatan 2003-2005, terjadi ketimpangan yang tidak

signifikan berdasarkan indeks Williamson, sedangkan menurut indeks entropi Theil,

ketimpangan boleh dikatakan kecil yang berarti masih terjadi pemerataan setiap tahunnya

selama periode pengamatan.

Tian dalam studinya The Effect Of Income Inequality On Economic Growth In China,

menyampaikan bahwa kesenjangan pendapatan memiliki pengaruh yang negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi pada situasi dan kondisi perekonomian di China. Dalam penelitianya

dengan menggunakan indeks Ghini pada pengamatan selama 22 tahun (1985-2007),

menunjukkan peningkatan kesenjangan pendapatan yang terjadi mengakibatkan penurunan

tingkat pertumbuhan ekonomi China.

Dalam penelitiannya Raswita dan Utama yang berjudul Analisis Pertumbuhan

Ekonomi Dan Ketimpangan Pendapatan Antar Kecamatan Di Kabupaten Gianyaringin

mengetahui pola dan struktur pertumbuhan ekonomi serta ketimpangan pendapatan yang

terjadi di Kabupaten Gianyar. Penelitian ini menggunakan data sekunder selanjutnya

dianalisis dengan menggunakan alat analisis Tipologi Klassen, Indeks Williamson dan

Regresion Curve Estimation.

a. Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, Kabupaten Gianyar diklasifikasikan

menjadi empat: daerah maju dan daerah cepat tumbuh, daerah berkembang cepat

tetapi tidak maju, daerah maju tapi tertekan, dan daerah yang relatif tertinggal.

b. Berdasarkan hasil Indeks Williamson ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten

(23)

Meskipun meningkat ketimpangannya masih relatif rendah rata-rata nilainya

sebesar 0,300 (masih dibawah 0,5).

c. Berdasarkan hasil Hipotesis Kuznets yang menunjukkan hubungan antara

pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan yang berbentuk U terbalik berlaku di

Kabupaten Gianyar.

Penelitian Rubiarko yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Disparitas Pendapatan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2008-2011, menyampaikan bahwa

terdapat hubungan negatif antar pertumbuhan ekonomi dengan disparitas pendapatan dan

terbukti secara signifikan bahwa pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi disparitas pendapatan di Jawa Timur.

Dalam penelitianya yang berjudul Hubungan Antara tingkat Kesenjangan Pendapatan

Dengan Pertumbuhan Ekonomi: Suatu Studi Lintas Negara, Waluyomenyampaikan bahwa

hubungan tersebut adalah negatif dan signifikan. Artinya, setiap adanya penurunan

kesenjangan pendapatan maka akan menaikkan pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya setiap

ada kenaikan pertumbuhan ekonomi maka akan menurunkan kesenjangan pendapatan. Hal ini

tidak sesuai dengan hipotesis Kuznet yang menyatakan bahwa dalam jangka pendek

hubungan antara kesenjangan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi adalah positif dan

signifikan. Hubungan negatif akan terjadi dalam jangka panjang, dengan nilai koefisien

0,269, artinya setiap ada kenaikan sebesar 1% pada kesenjangan pendapatan maka

pertumbuhan ekonomi akan menurun sebesar 0,269% dan berlaku sebaliknya.

Dari hasil pembahasan mengemukakan pola distribusi pendapatan yang perlu diperhatikan

lebih dahulu. Model yang digunakan dengan Theil’s Inequality coefficient dengan hasil

analisis mendekati nol.

Naito dan Nishida (2011) dalam The Effects Of Income Inequality On Education

(24)

memiliki pengaruh yang negatif terhadap kenaikan tingkat pertumbuhan ekonomi. Dimana

kenaikan tingkat kesenjangan pendapatan akan menurunkan dan memperlambat tingkat

pertumbuhan ekonomi.

Muhammad Ilham (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Disparitas

Pendapatn Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2010 (studi kasus: Pantai Barat, Pantai

Timur, Dataran Tinggi dan Pantai Selatan)menyatakanketimpangan di Provinsi Sumatera

Utara relatif sedang (IW > 0,5) sedangkan ketimpangan antar wilayah menunjukkan

ketimpangan tertinggi di wilayah Pantai Timur sebesar 0,341675, Pantai Barat sebesar

0,164721, Dataran Tinggi sebesar 0,087357 dan ketimpangan terendah di Pantai Selatan

sebesar 0,046183.

3.3. Kerangka Konseptual Penelitian

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual tersebut menjelaskan tentang hubungan pengaruh antara

kesenjangan pendapatan dengan pertumbuhan ekonomi. Kesenjangan pendapatan

mempengaruhi peningkatan pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya dengan adanya

peningkatan pertumbuhan ekonomi akan mengurangi kesenjangan pendapatan. Pertumbuhan

ekonomi merupakan salah satu indikator dalam pencapaian pembangunan ekonomi dalam

masyarakat. Menurut Sukirno (2006), pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan

kegiatan fiskal produksi barang dan jasa dalam suatu negara.

(25)

Sehingga setiap negara terlebih dalam negara-negara berkembang berupaya mencapai

peningkatan pertumbuhan ekonomi yang setingi-tingginya. Dengan asumsi bahwa kenaikan

pertumbuhan ekonomi akan didikuti secara serentak atau beriringan dalam peningkatan

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan perkapita penduduk. Namun yang

terjadi adalah sebaliknya, dimana peningkatan pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi

tidak diikuti oleh peningkatan pendapatan masyarakat melalui distribusi pendapatan yang

merata. Kesenjangan pendapatan yang cukup tinggi antara masyarakat yang kaya (pemilik

modal yang banyak) dengan masyarakat yang pendapatannya rendah (pemilik modal yang

sedikit). Peningkatan pendapatan perkapita penduduk yang terjadi dalam suatu

kota/kabupaten juga mengalami kesenjangan. Harapan dalam konsep multiplier effect

(dampak pengganda) tidaklah terjadi secara merata dalam ditribusi pendapatan yang

mengakibatkan kesenjagan pendapatan yang terjadi.

Pertumbuhan ekonomi meningkat tetapi konsekuensinya terdapat pemerataan pendapatan

yang tidak baik (Fitrina, 2011). Dalam hal itu untuk tidak hanya melihat indikator pencapaian

tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun untuk melihat pendistribusian pendapatan

agar kesenjangan pendapatan dapat di kurangi.

3.4. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan empiris di atas, maka hipotesis penelitian yang dapat

dirumuskan adalah:

H1: Terdapat hubungan yang positif antara kesenjangan pendapatan dengan pertumbuhan

ekonomi.

H2: Tidak terdapat hubungan yang positif antara kesenjangan pendapatan dengan

Gambar

Gambar 2.2 Pengukuran Rasio Gini dengan menggunakan Kurva Lorenz
Tabel  2.1 Klasifikasi Tipologi Klassen Pendekatan Wilayah

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan sistem kerja merupakan cara bagaimana sistem berkerja dan komponen alat yang dibutuhkan yang akan dikerjakan,dalam sistem kerja dapat digambarkan dalam

pabrik dengan rumus nomor 17, dan menghitung harga pokok produksi dengan rumus nomor 19, sehingga dari proses-proses tersebut aplikasi menghasilkan informasi taksiran

Berdasarkan hasil Gambar 4.6 diketahui bahwa pada grafik secara visual terdapat 5 eigen value atau 5 faktor yang terbentuk dari variabel nilai rapor mata

Kebudayaan Guritan memiliki nilai-nilai kearifan lokal seperti dapat dijadikan sebagai nilai Pendidikan, hiburan, nilai budaya yang di wariskan secara turun

Pernah suatu ketika Syeikh Abdul Qadir didatangi oleh seorang Raja (Abul Mudhaffar). Maksud dari kedatangan sang Raja adalah memberikan hadiah berupa 10 kantong

(future works yang akan dilakukan sebagai tahapan berikutnya dari penelitian kita, boleh dari temuan- temuan hasil eksperimen). Struktur Skripsi –

This shows that the application of learning using cooperative learning model type of Numbered Head Together (NHT) with Connected type giving positive influence

Penelitian pengembangan instrumen asesmen otentik ini meliputi kegiatan mengembangkan instrumen asesmen otentik, menerapkan instrumen dalam pembelajaran, menganalisis