• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Terhadap Anak-Anak Korban Bencana Ditinjau Dari Konvensi Hak-Hak Anak Dan Hukum Nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Terhadap Anak-Anak Korban Bencana Ditinjau Dari Konvensi Hak-Hak Anak Dan Hukum Nasional"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

A.Latar Belakang

Anak merupakan bagian yang sangat penting dalam kelangsungan

kehidupan suatu bangsa. Anak-anak merupakan bagian dari masyarakat yang

masih memiliki ketergantungan terhadap orang lain, mempunyai

kebutuhan-kebutuhan khusus, dan membutuhkan perawatan dan perlindungan agar mereka

dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi dalam kehidupan. Di dalam

implementasinya, anak merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan suatu

bangsa, penentu masa depan dan penerus generasi. Perhatian terhadap anak sudah

lama ada sejalan dengan peradaban manusia itu sendiri, yang dari hari ke hari

semakin berkembang. Anak adalah putra kehidupan, masa depan bangsa dan

negara. Oleh karena itu anak memerlukan pembinaan, bimbingan khusus agar

dapat berkembang fisik, mental dan spritualnya secara maksimal.1

Namun demikian disadari bahwa kondisi anak masih banyak yang

memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat bahwa belum semua anak mempunyai akta

kelahiran, belum semua anak diasuh oleh orang tua kandungnya, keluarga maupun

orang tua asuh atau wali dengan baik, masih belum semua anak mendapatkan

pendidikan yang memadai, masih belum semua anak mempunyai kesehatan

optimal, masih belum semua anak dalam pengungsian, daerah konflik, korban

bencana alam, anak-anak korban eksploitasi, kelompok minoritas dan anak-anak

1

(2)

yang berhadapan dengan hukum seharusnya mendapatkan perlindungan khusus.

Kondisi ini lebih diperparah lagi dengan adanya berbagai krisis ekonomi di

Indonesia dan di negara-negara lain dan juga terjadinya berbagai bencana alam di

berbagai negara, yang mengakibatkan banyaknya permasalahan-permasalahan

yang terkait dengan kependudukan termasuk permasalahan-permasalahan di

dalam perlindungan hak-hak anak korban bencana.

Sebagai salah satu unsur yang harus ada di dalam negara hukum dan

demokrasi, perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia termasuk di dalamnya

perlindungan terhadap hak-hak anak yang diharapkan sebagai penentu masa depan

bangsa dan sebagai generasi penerus harus mendapatkan pengaturan yang jelas.

Hal ini perlu dilakukan, mengingat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang

Maha Esa dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat

kemuliaan dirinya sehingga HAM merupakan hak dasar yang secara kodrati

melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng. Oleh karena itu HAM

harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi

atau dirampas oleh siapapun.

Sejarah umat manusia penuh dengan peristiwa bencana.Dalam berbagai

kitab suci banyak kisah-kisah mengenai bencana sebagai peringatan bagi umat

manusia misalnya Banjir Nabi Nuh dan kaum Luth semuanya disertai dengan

peristiwa bencana yang memusnahkan satu generasi.2

2

Soehatman Ramli, Pedoman Praktis Manajemen Bencana (Disaster Management), (Jakarta: PT Dian Rakyat, 2010), hal 1.

Peristiwa bencana

senantiasa disertai dengan cerita tragis penderitaan manusia yang tidak

(3)

hancurnya peradaban manusia.3

Korban tentunya akan merasa sangat terpukul dengan keadaan yang

mereka alami, dan yang paling mengkhawatirkan adalah yang berasal dari

kalangan anak-anak. Anak-anak masih sangat rentan kondisi psikologisnya,

parahnya persentase jumlah koban yang berasal dari anak-anak di seluruh dunia

lumayan besar, baik dalam angka kematian ataupun dampak lainnya.Misalkan

dalam bencana tsunami, 37 persen dari jumlah korban meninggal adalah berasal

dari anak-anak (lebih dari 90.000), anak-anak yang masih hidup kehilangan

saudara dan teman-temannya dan 7.722 anak ditinggal kedua orang tua

mereka.Dan kasus bencana terbaru yang terjadi adalah bencana Topan Haiyan

yang melanda Filipina pada 8 November 2013, dimana data UNICEF Pada beberapa tahun terakhir ini sering sekali

terjadi bencana alam yang melanda di berbagai negara.Bencana itu telah

menyebabkan begitu banyak korban jiwa, fisik serta harta benda.Banjir, gempa

bumi dan badai memaksa puluhan ribu orang mengungsi di seluruh dunia.Dalam

beberapa tahun terakhir tanggapan masyarakat internasional terhadap

bencana-bencana itu semakin cepat dan lebih canggih.Tetapi, sampai kini dan karena

penyaluran bantuan untuk menyelamatkan jiwa dilakukan tergesa-gesa, hanya

sedikit perhatian tertuju pada hak-hak korban yang mengungsi.Bagi korban yang

selamat, maka ia akan sangat merasa terbebani dengan adanya cacat fisik yang ia

derita, kerugian material, dan juga keadaan psikologis mereka. Hal ini tentu akan

terasa sangat berat apabila tidak ada penanganan yang serius dari pihak-pihak

yang terkait.

3

(4)

menunjukkan sekitar 4 juta anak menjadi korban.4

Di samping itu, dalam situasi pasca bencana, kehidupan yang serba darurat

sering membuat orangtua kehilangan kontrol atas pengasuhan dan bimbingan

terhadap anak-anak mereka. Keadaan ini dapat mengancam perkembangan

mental, moral dan sosial anak, sekaligus menempatkan anak dalam posisi rentan

terhadap kemungkinan tindak eksploitasi, penculikan, kekerasan dan

perdagangan. Kondisi tersebut diperparah lagi dengan rusaknya fasilitas kesehatan

dan sanitasi serta lingkungan yang tidak sehat di tempat penampungan yang dalam Semua bencana yang terjadi

tentunya akan menyebabkan trauma yang mendalam bagi para korbannya. Baik

orang dewasa, maupun anak-anak. Pada awalnya, gejala trauma dari bencana pada

anak dianggap sama dengan yang dialami oleh orang dewasa, hingga ditemukan

satu hasil penelitian baru yang dilakukan oleh Terr (1979) yang mengemukakan

pandangan bahwa anak akan merespon trauma dengan cara yang berbeda dengan

orang dewasa.

Hal ini menjadikan anak-anak sebagai salah satu kelompok yang paling

rentan terdampak bencana alam karena secara fisik dan mental masih dalam

pertumbuhan dan masih tergantung dengan orang dewasa. Mengalami kejadian

yang sangat traumatis dan mengerikan akibat bencana seperti gempa bumi dan

letusan gunung merapi dapat mengakibatkan stress dan trauma mendalam bagi

anak. Pengalaman trauma yang dialami anak tersebut kalau tidak diatasi segera

akan berdampak buruk bagi perkembangan mental dan sosial anak sampai

dewasa.

4

UNICEF Indonesia, “Jumlah Anak Korban Topan Haiyan Mencapai 4 Juta, UNICEF mengirimkan Bantuan”, sebagaimana dimuat dalam

(5)

perkembangan selanjutnya berdampak buruk terhadap kesehatan anak yang dalam

jangka panjang dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan kesehatan anak.

Dalam situasi darurat anak-anak membutuhkan perlindungan khusus.

Anak-anak yang telah menjadi yatim piatu atau terpisah dari keluarganya sangat

berisiko terhadap penyiksaan, kekerasan, pengabaikan dan eksploitasi;tanpa

perlindungan orang tua, mereka lebih rawan terhadap pengadopsian ilegal,

perkawinan di bawah umur, dan perdagangan orang. Bahkan ketika anak-anak

tidak dipisahkan dari keluarga mereka, tempat tinggal yang tidak aman,

pengungsian, kehilangan pekerjaan, kehancuran sumber mata pencaharian, serta

kematian pencari nafkah utama, meningkatkan kerentanan mereka dalam rumah

tangga. Kesulitan ekonomi khususnya memicu risiko tambahan bagi anak-anak,

yang dapat muncul pada tahap keadaan darurat. Di keluarga, mereka mungkin

menjadi korban kekerasan dan akses yang kurang kepada kebutuhan pokok seperti

tempat berlindung, makanan, air dan perawatan kesehatan. Kelangkaan sumber

daya juga menempatkan anak-anak berisiko terhadap putus sekolah;banyak anak

yang dipaksa untuk mendapatkan penghasilan–sering dalam pekerjaan berisiko

tinggi seperti pertambangan dan pertanian. Anak-anak perempuan secara khusus

menjadi korban dari pornografi anak atau bentuk lain eksploitasi seksual.5

Berdasarkan kondisi itulah, maka banyak sekali pemangku kepentingan

(stakeholder) baik dari unsur pemerintah dan non-pemerintah seperti lembaga

swadaya masyarakat (lokal maupun internasional), perusahaan, organisasi massa

dan masyarakat selalu mengambil bagian dalam upaya penanggulangan bencana

5

(6)

khususnya untuk memenuhi kebutuhan anak-anak yang menjadi koban bencana.

Perhatian dan bantuan dalam masa tanggap darurat bencana tersebut dari sisi

jumlah dan jenis bantuan sangat banyak dan seringkali kalau tidak diorganisir

dengan baik akan mengakibatkan tidak meratanya distribusi bantuan sehingga

bantuan yang sifatnya temporer seperti makanan menjadi rusak dan tidak dapat

dimanfaatkan.

Bantuan tanggap darurat bencana alam tersebut dari sisi jenis bantuannya

lebih banyak diprioritaskan pada bantuan logistik dan kalau sasarannya anak-anak

program-program yang ditawarkan lebih banyak bersifat permainan-permainan

yang bertujuan untuk mencegah sekaligus mengatasi trauma yang dihadapi anak

akibat bencana alam. Bantuan dan maksud baik dari semua pemangku

kepentingan tersebut akan menjadi lebih komprehensif dan efektif jika setiap

program dan bantuan yang diberikan untuk anak berangkat dari sebuah landasan

konsep yang kuat yang untuk selanjutnya dapat dipergunakan sebagai panduan

dalam melakukan aksi-aksi nyata untuk membantu anak yang menjadi korban

bencana. Bantuan logistik dan program permainan adalah salah satu upaya

perlindungan anak dan upaya perlindungan anak dalam konteks bencana alam

sangat luas sekali.

Kondisi ini sangatlah perlu untuk diperhatikan tanpa kecuali. Hal semacam

inilah yang melatar belakangi penulis untuk membahas dan menyusun sebuah

skripsi yang berjudul: “Perlindungan Terhadap Anak-Anak Korban Bencana

(7)

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaturan terhadap hak-hak anak menurut hukum internasional

dan hukum nasional?

2. Bagaimana pengaturan mengenai bencana dan manajemen

penanggulangannya?

3. Bagaimana pengaturan mengenai perlindungan terhadap anak-anak korban

bencana menurut Konvensi Hak-Hak Anak dan hukum nasional?

C.Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam meneliti permasalahan diatas adalah:

a. Untuk mengetahui pengaturan mengenai hak-hak anak menurut hukum

internasional dan hukum nasional.

b. Untuk mengetahui pengaturan mengenai bencana dan manajemen

penanggulangannya.

c. Untuk mengetahui pengaturan mengenai perlindungan terhadap

anak-anak korban bencana menurut Konvensi Hak-Hak Anak dan hukum

nasional.

2. Manfaat Penulisan

(8)

a. Secara teoritis penulisan ini diharapkan berguna sebagai bahan untuk

pengembangan wawasan dan kajian lebih lanjut bagi yang ingin

mengetahui dan memperdalam tentang aspek Konvensi Hak-Hak Anak

dan hukum nasional dalam perlindungan terhadap anak-anak korban

bencana.

b. Secara praktis hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi

pemerintah dalam memberikan perlindungan yang lebih terjamin kepada

anak-anak korban bencana, sesuai dengan aturan yang diatur dalam

hukum nasional dan hukum internasional.

D.Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini yang berjudul: “PERLINDUNGAN TERHADAP

ANAK-ANAK KORBAN BENCANA DITINJAU DARI KONVENSI

HAK-HAK ANAK DAN HUKUM NASIONAL” merupakan tulisan yang masih baru

yang berasal dari hasil pemikiran penulis sendiri tanpa adanya jiplakan dari hasil

tulisan milik orang lain. Dan belum ada tulisan dalam bentuk skripsi yang

membahas tentang hal ini. Demikian juga dengan pembahasan yang diuraikan

berdasarkan pemeriksaan oleh Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara/Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas

Hukum USU tertanggal 5 Desember 2013, karya tulis berjudul sama belum

pernah ditulis sebelumnya. Hanya saja, tidak dapat dipungkiri ada beberapa

penelitian yang menyinggung mengenai perlindungan anak, yaitu perlindungan

(9)

internasional terhadap hak asasi anak khususnya anak terlantar dan anak jalanan,

tetapi tidak ada mengenai perlindungan terhadap anak-anak korban

bencana.Dengan ini penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya, baik

secara ilmiah ataupun secara akademik.

E.Tinjauan Kepustakaan

1. Anak

Pengertian tentang anak sangatlah luas. Dalam berbagai kesempatan

pertemuan, formal maupun informal, mulai dari pertemuan-pertemuan resmi di

hotel-hotel atau di kantor-kantor, balai-balai pertemuan, ataupun obrolah-obrolan

santai di warung kopi atau di teras rumah, orang dewasa dapat dengan mudah

mencurahkan pemahamannya tentang anak. Semua pemahaman ini baik dan

hampir semuanya menaruhkan harapan terbaiknya pada anak-anak.Berikut ini

adalah beberapa pemahaman tersebut.

Pemahaman pertama, merupakan pemahaman yang paling sering

diungkapkan, bersifat rohaniah.Anak dimaknai sebagai anugerah atau karunia

Tuhan, titipan ilahi, amanah Tuhan yang harus dijaga, dilindungi, diperhatikan,

dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang.6

Pemahaman kedua, adalah pemahaman tentang anak ketika berhadapan

dengan orang tua sebagai penerus keturunan.Anak adalah penerus keluarga,

melanjutkan garis keturunan dari orang tua.Hingga kapanpun dan dimanapun,

status sebagai anak dari orang tua tidak bisa dihilangkan. Meskipun sudah

6

(10)

menjadi nenek dan kakek, status sebagai anak dari ayah dan ibu, tidak akan bisa

dilepaskan.7

Pemahaman ketiga merupakan pemahaman yang paling sering luput dari

perhatian. Yaitu anak sebagai manusia yang mempunyai hak yang sama dengan

orang dewasa lainnya. Sebagai manusia, anak dilahirkan merdeka dan mempunyai

hak asasi.Sama dengan manusia lainnya, anak dikarunia akal budi dan hati

nurani.8

Hasil Simposium Bahasa Indonesia dinyatakan, anak adalah:9

1. Keturunan

2. Manusia yang kecil

3. Binatang yang masih kecil

4. Pohon kecil yang tumbuh pada umbi atau rumpun tumbuhan besar

5. Orang yang berasal dari, atau dilahirkan di suatu negeri atau daerah

6. Orang yang termasuk suatu golongan pekerjaan, keluarga

7. Bagian yang kecil pada sesuatu benda

8. Yang lebih kecil daripada yang lain

Berdasarkan Pasal 1 Konvensi Hak-hak anak,

“Untuk tujuan Konvensi ini, seorang anak berarti setiap manusia di bawah usia 18

tahun, kecuali apabila menurut hukum yang berlaku bagi anak tersebut ditentukan

bahwa usia dewasa dicapai lebih awal.”

(11)

Pengertian ini membatasi definisi anak berdasarkan tingkat umur.Ini

adalah definisi yang paling umum dan diakui secara internasional.

Pembatasan usia hingga 18 tahun tidak mengikat semua negara. Hal ini

dapat dilihat perbedaan dalam hukum di beberapa negara penetapan batasan umur

seorang anak tidak sama. Konvensi Hak-hak anak memberi ruang bagi tiap negara

untuk membuat aturan khusus tentang pembatasan usia. Itulah sebabnya tiap-tiap

negara mempunyai batasan usia yang berbeda. Seperti di Korea dan Jepang

misalnya, batasan usia anak adalah 20 tahun. Di Inggris, Australia, Srilanka dan

beberapa negara lain batasan usia anak ditetapkan 16 tahun. Kebanyakan negara

mengikuti pembatasan usia anak 18 tahun seperti negara Amerika Serikat,

Belanda, Malaysia, Filipina, Taiwan, Iran, Kamboja, dan lain-lain.10 Pada

umumnya komunitas hak anak internasional menerima bahwa usia 18 tahun

merupakan usia yang sesuai untuk menentukan masa dewasa.11

2. Bencana

Di Indonesia,

pembatasan usia anak diatur dalam UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak. Secara resmi, berdasarkan UU ini, “Anak adalah seseorang

yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam

kandungan.”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu

yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan.

Sedangkan bencana alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam.

10

Disadur dari buku Sri Widoyati Wiratmo Soekito dalam Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia: Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice, (Bandung: Refika Aditama, 2009), hal 73-74.

11

(12)

Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor

manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana merupakan

pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan

yang dipicu oleh suatu kejadian.

Menurut United Nation Development Program (UNDP), bencana adalah

suatu kejadian yang ekstrem dalam lingkungan alam atau manusia yang secara

merugikan mempengaruhi kehidupan manusia, harta benda atau aktivitas sampai

pada tingkat yang menimbulkan bencana.12

Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003),bencana adalah suatu

gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian secara meluas Jika dilihat dari Buku Karakteristik Bencana yang dikeluarkan oleh

BAKORNAS PB, maka yang termasuk dalam bencana alam yaitu banjir, tanah

longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, angin badai, gelombang badai/

pasang, gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api. Jenis dan karakteristik

bencana alam yang terjadi tentunya berbeda antar satu jenis bencana dengan

bencana alam lainnya.Terkadang terdapat beberapa bencana alam yang terjadi

dalam satu kejadian seperti misalanya angin badai/ angin topan/ puting beliung

disertai dengan banjir, atau banjir disertai dengan tanah longsor dan lainnya.

12

(13)

dan dapat berdampak serius bagi masyarakat. Berbagai material maupun dampak

dari bencana alam yang muncul kerap kali diluar kendali manusia.13

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Sebagaimana lazimnya penulisan dalam penyusunan dan penulisan

karya tulis ilmiah yang harus berdasarkan fakta-fakta dan data-data obyektif

(benar dan layak dipercaya), demikian halnya dalam menyusun dan

menyelesaikan penulisan penelitian ini sebagai karya tulis ilmiah juga

menggunakan pengumpulan data secara ilmiah (metodologi), guna

memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunannya sesuai dengan

yang telah direncanakan semula yaitu menjawab permasalahan yang telah

diuraikan sebelumnya.

Secara umum, menurut Soerjono Soekanto dalam penelitian ilmu

hukum dikenal dua jenis penelitian yaitu:14

a. Penelitian Yuridis Normatif meliputi:

i. Penelitian terhadap asas-asas hukum

ii. Penelitian terhadap sistematika hukum

iii. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum

b. Penelitian Yuridis Sosiologis atau Empiris meliputi:

i. Penelitian terhadap identifikasi hukum

ii. Penelitian terhadap efektivitas hukum

13

“Mengenal Bencana”, sebagaimana dimuat dalam

14

(14)

Metode penulisan yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan

penelitian hukum normatif (yuridis normatif) yang dilakukan dan ditujukan

pada norma-norma hukum yang berlaku.Dalam penelitian ini, metode yuridis

normatif yang digunakan adalah norma-norma hukum internasional dan hukum

nasional yang tertuang dalam bentuk Konvensi dan Peraturan

Perundang-Undangan.

2. Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Adapun data sekunder yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Bahan hukum primer, yaitu semua dokumen peraturan yang mengikat dan

ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang yang relevan dengan masalah

penelitian berupa konvensi internasional yaitu Konvensi Hak-Hak Anak,

serta perundang-undangan nasional yaitu Undang-Undang No. 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun

2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun

2004-2009.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu semua dokumen yang merupakan

tulisan-tulisan atau karya-karya para ahli hukum dalam buku-buku teks, jurnal,

makalah, surat kabar, majalah, internet dan lain-lain yang berkaitan dengan

masalah penelitian.

c. Bahan hukum tersier, yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan

(15)

hukum sekunder seperti kamus hukum, kamus bahasa, ensiklopedia, dan

lain-lain.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian

kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara

meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data

sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain berasal dari

buku-buku koleksi pribadi maupun pinjaman dari perpustakaan, makalah, jurnal serta

artikel baik yang diambil dari media cetak maupun media elektronik, termasuk

peraturan perundang-undangan.

Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai

berikut:

a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya

yang relevan dengan objek penelitian.

b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui artikel-artikel media cetak

maupun elektronik, dan peraturan perundang-undangan.

c. Mengelompokkan data-data yang relevan dengan permasalahan.

d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah

yang menjadi objek penelitian.

4. Analisis Data

Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa

dengan menggunakan metode deduktif dan induktif.Metode deduktif dilakukan

(16)

induktif dilakukan dengan menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan

dengan topik penelitian ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan

tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

G.Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan ini terdiri dari 5 Bab, masing masing bab terdiri dari:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang, Perumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian

Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian dan

Sistematika Penulisan.

BAB II : ANAK DAN HAK-HAKNYA MENURUT HUKUM

INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL

Bab ini menguraikan tentang Konvensi Hak-Hak Anak

Sebagai Acuan Internasional Dalam Perlindungan Hak

Anak, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Sebagai

Acuan Perlindungan Anak di Indonesia, Pentingnya

Perlindungan Terhadap Hak Anak, Instrumen Hukum

Internasional Tentang Perlindungan Hak-Hak Anak.

BAB III : TINJAUAN UMUM TERHADAP BENCANA DAN

MANAJEMEN PENANGGULANGANNYA

Bab ini menguraikan tentang Pengertian dan Jenis-Jenis

(17)

Manajemen Penanggulangan Bencana (Disaster

Management), Aspek Hukum Internasional Dalam

Penanganan Bencana.

BAB IV : PERLINDUNGAN ANAK-ANAK KORBAN BENCANA

DITINJAU DARI KONVENSI HAK-HAK ANAK DAN

HUKUM NASIONAL

Bab ini menguraikan tentang Perlindungan Anak-Anak

Korban Bencana Menurut Konvensi Hak-Hak Anak,

Perlindungan Anak-Anak Korban Bencana Menurut

Hukum Nasional, Pihak-Pihak yang Bertanggungjawab

Dalam Menjamin Perlindungan Terhadap Anak-Anak-Anak

Korban Bencana, Perlindungan Terhadap Anak-Anak

Korban Bencana Topan Haiyan di Filipina.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab terakhir yang menguraikan tentang

Referensi

Dokumen terkait

Katanya, beberapa pegawai dari pejabat Pelajaran Daerah Miri menemui pengurusan sekolah berkenaan apabila beberapa pelajar yang dipercayai terbabit dalam insiden itu sudah

Berdasarkan Tabel 2.1, dapat dihitung admitansi seri jaringan dan admitansi shunt ketanah (kenetral) pada setiap bus, dan hasilnya diperlihatkan berturut-turut pada Tabel 2.2 dan

dan difahami tanpa perlu pengulangan dalam berbagai perbahasan yang ada dari berbagai pendapat tersebut. Sayyid Abdurrahman Ba’lawi menyusun kitab ini secara

[r]

Pada tulisan ini akan diuraikan tentang definisi dan transformasi wavelet, bagaimana wavelet digunakan sebagai alat analisis (tools) dalam terapan matematika, serta ranah

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Lomba Upacara Antar

interpersonal yang disukai serta memiliki standard moral dan kesehatan yang baik. Harga diri yang tinggi juga dapat membantu meningkatkan kinerja berkaitan

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang ada, yaitu analisis keberadaan asam lemak bebas pada minyak goreng jenis curah berdasarkan waktu