BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
Dalam bab dua ini penulis akan menguraikan isi tentang hasil penelitian terdahulu, konsep terkait variabel yang digunakan pada judul skripsi, dan landasan teori sebagai landasan penelitian skripsi penulis.
2.1Penelitian Terdahulu
Berikut beberapa penelitian yang dikumpulkan sehingga mendukung penulis dalam mengkaji ajaran Dizi Gui dan nilai-nilai yang terkandung
diantaranya:
1. Jurnal tentang student rules, ditulis oleh Feng xin ming yang
diterbitkan secara online pada bulan Juli 2006, membahas tentang bagaimana seharusnya pelafalan nada dalam pelafalan Dizi Gui. Kontribusi penelitian ini terhadap penelitian ini, yaitu untuk
menggunakan pelafalan yang tepat baik saat pengucapan atau penulisan tentang Dizi Gui, karena jika pelafalannya salah maka
makna dari kata tersebut akan berubah. Pelafalan benar yang terdapat dalam penelitian ini, memudahkan peneliti untuk lebih memahami Dizi Gui
mengajarkan kesederhanaan dalam hidup. Hasil penelitian yang sudah dilakukan memeberi kontribusi terhadap penelitian ini,
menekankan bahwa nilai yang terkandung dalam Dizi Gui tidak hanya mengajarkan kesantunan tapi juga mengajarkan kita hidup
sederhana dan tidak berfoya-foya. Hal ini memperjelas bahwa Dizi Gui mengandung nilai luhur dalam hubungan kekeluargaan. 3. Dalam skripsi yang berjudul Analisis Nilai Etika Normatif dalam
buku Confusius says yang ditulis oleh Suryani (2009) membahas tentang etika norfmatif yang terdapat di dalam ajaran Konfusius.
Kontribusi skripsi pada penelitian ini, yaitu informasi tentang pembagian nilai-nilai yang ditinjau dari sudut filosofis pada sebuah ajaran dipaparkan secara jelas dan terperinci. Hal ini
memudahkan peneliti untuk membagi kategori ajaran Dizi Gui dalam sudut pandang filsafat secara lebih detail.
2.2 Konsep
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 569) mengatakan bahwa konsep adalah rancangan; pemikiran dasar ; pemahaman. Dalam penulisan skripsi ini,
maka penulis akan menuliskan konsep sesuai dengan yang tertera pada judul yaitu sebagai berikut :
2.1.1 Nilai Luhur
Nilai yang dalam bahasa inggris disebut dengan value sebenarnya berasal dari bahasa Latin valare atau bahasa Perancis Kuno valoir (Enyclopedia of Real Esate
abstrak yang artinya keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness), dan kata kerja yang berarti suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan
penilaian.
Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2007 : 686) Luhur berarti
sesuatu yang tinggi atau dianggap mulia. Dalam Oxford Dictionary (1982 : 295) kata luhur diterjemahkan sebagai exalted memiliki pemahaman dalam describe something (or someone) high moral or intellectual value, yang diartikan penulis dengan menggunakan Kamus Inggris Indonesia (1992 : 174) sebagai seseorang atau sesuatu memiliki nilai moral yang sangat tinggi atau nilai intelektual dan kata exalted ini tergolong dalam kata sifat atau adjective.
Oleh karena itu, nilai luhur (supreme values) bisa diartikan sebagai pedoman hidup (guiding principles) yang digunakan untuk mencapai derajat kemanusiaan
yang lebih tinggi, hidup yang lebih bermanfaat, kedamaian dan kebahagiaan. Jadi yang dimaksud kemanusiaan adalah humanitarianisma (perikemanusiaan) yang meliputi solidaritas sesama manusia, menghormati hakekat dan martabat manusia, kesetaraan dan tolong menolong antar manusia, menghormati perbedaan dalam berbagai dimensi antar manusia, menciptakan kedamaian. Budi pekerti sebagai
nilai luhur adalah pilihan perilaku yang dibangun berdasarkan atas nilai-nilai yang diyakini sehingga sering diposisikan sebagai nilai instrumental atau cara mencapai
sesuatu atau sikap terhadap sesuatu.
Nilai luhur juga berarti meletakkan semua nilai pada kedudukan yang sangat diagungkan sebagai sebagai prinsip pengarah yang telah membawa kejayaan, dan
keadilan dan kemakmuran. Prinsip-prinsip itu mengambil bentuk “sikap bijaksana” yang disampaikan oleh Wahid (2001 : 30) seperti:
i. Keserasian tanpa menghilangkan kreativitas seseorang,
ii. Kesediaan untuk mengorbankan kepentingan sendiri demi kepentingan
orang lain,
iii. Dan melakukan banyak hal untuk orang lain tanpa mengharapkan imbalan.
Merujuk pada tesis (S-2) yang berjudul Kajian Nilai Kecakapan Sosial
Tentang Kisah Sejarah Pertempuran Surabaya Tahun 1945 Untuk Pembelajaran Sejarah di SMA yang ditulis oleh Umi Zumroh (2011), menyatakan bahwa bentuk nilai-nilai luhur adalah sebagai berikut:
a) Kecintaan terhadap Tuhan dan segenap ciptaanNya (love Allah, trust, reverence, loyalty);
b) Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian (responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness);
c) Kejujuran/amanah dan arif (trustworthines, honesty, and tactful);
d) Hormat dan santun (respect, courtesy, obedience);
e) Dermawan, suka menolong dan gotong-royong/kerjasama (love, compassion, caring, empathy, generousity, moderation, cooperation);
f) Percaya diri, kreatif dan pekerja keras (confidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage, determination, enthusiasm);
g) Kepemimpinan dan keadilan (justice, fairness, mercy, leadership);
2.1.3 Ajaran
Dizi Gui adalah sebuah buku yang ditulis oleh seorang guru atau sastrawan Cina yang bernama Li Yu Xiu yang hidup pada Zaman Kangxi (1662-1723 CE) dalam masa pemerintahan dinasti Qing. Sebelum Li Yu Xiu menjadi seorang
penulis dia juga merupakan seorang pengajar. Dari pengalamannya mengajar bertahun-tahun Li Yu Xiu akhirnya menyusun sebuah buku berjudul 《訓蒙文》
(Xùn Méng Wén) yang berarti “Tulisan Untuk Mendidik Anak”. Kemudian《賈存
仁》(Jiǎ Cúnrén) sastrawan Cina yang meneliti buku tersebut dan merubah nama
buku tersebut Dizi Gui. Di dalam buku Dizi Gui, terdapat beberapa beberapa “Pedoman hidup seorang murid” seperti:
a) Berbakti kepada orang tua, saling menghormati dan menghargai antar kakak beradik,
b) Bisa menjaga diri dan menjunjung nilai tinggi kejujuran,
c) Mengasihi sesama manusia tanpa kecuali, bergaul dengan orang yang berakal budi dan
d) Jika masih memiliki waktu hendaknya kita memperkaya diri kita sendiri dengan pembelajaran seni ataupun karya sastra.
2.3 Landasan Teori
Penelitian skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Luhur Pada Ajaran《弟子
规》(Dizi Gui)” menggunakan landasan teori kesusastraan untuk membahas
lebih dalam lagi nilai pada ajaran 《弟子规》(Dizi Gui) .
Karya sastra dianggap sebagai dokumen sejarah pemikiran dan filsafat
Wellek dan Warren (1989:134). Sejarah karya sastra mempunyai kedudukan yang sejajar dengan sejarah pemikiran. Oleh karena itu pemikiran terdapat di dalam
sebuah karya sastra sesuai dengan peristiwa dan kurun waktu tertentu. Dengan demikian hubungan antara karya sastra dapat dihubungkan dengan pemikiran (ide). Karya sastra bukanlah sesuatu yang kosong tanpa makna tapi, karya sastra
berusaha memberikan manfaat kepada pembaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Wellek bahwa sastra mempunyai fungsi dulce et utile, menyenangkan dan
berguna (Wellek, 1989:25). Yang dimaksud dengan menyenangkan adalah sastra memberikan hiburan melalui alur cerita dan bahasa yang disajikan, sedangkan yang dimaksud dengan berguna adalah sastra memberikan kekayaan batin, bahan
perenungan, serta pembersihan jiwa bagi pembacanya. Dizi Gui adalah salah satu karya sastra Cina Kuno yang menyenangkan dan berguna karena karya ini,