• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Nilai Luhur Pada Ajaran ( Dìzǐ Guī )《弟子规》 《弟子规》中“孝”的价值 (“Dìzǐ Guī” Zhōng “Xiào” De Jiàzhí )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Nilai Luhur Pada Ajaran ( Dìzǐ Guī )《弟子规》 《弟子规》中“孝”的价值 (“Dìzǐ Guī” Zhōng “Xiào” De Jiàzhí )"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. 1995, Filsafat Umum, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Harun, Yaacob. 1996, Institusi Keluarga Perubahan dan Kesinambungan, Medan : USU Press

Huda, F. Nurul. 2010, Kiat Membentuk Anak Berkarakter Hebat, Yogyakarta: Bidadari Biru

Lin, Qiu. Zhang. 2012 弟子规, Beijing: 21st Century Publishing House

Koentjaraningrat. 1990, Sejarah Teori Antropologi II, Jakarta: UI Press.

Mulder, Niels. 1999, Agama, Hidup sehari-hari dan Perubahan Budaya Jawa, Muangthai, dan Filipina, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Pure Land Learning College. 2005, A Guide to a Happy Life, Toowoomba: Pure Land Books.

Rahmat, Mulyana. 2004, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta

Setiadi, M. Elly. 2009 Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudjana, Nana. 1989, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru

Suryani. 2011 Analisis Nilai Etika Normatif Dalam Buku Confucius Says, Medan : Universitas Sumatera Utara.

Wahid, Abdurrahman. 2001, Pergulatan Negara, Agama, dan Kebudayaan, Depok: Desantara

(2)

Meliani Budianta, Jakarta: Gramedia

Zumroh Umi. 2011 Kajian Nilai Kecakapan Sosial Tentang Kisah Sejarah Pertempuran Surabaya Tahun 1945 Untuk Pembelajaran Sejarah di SMA,

(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif-kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. (Sujana dan Ibrahim, 1989 : 65). Kata deskriptif sendiri berasal dari kata latin describere yang bermakna “menulis tentang sesuatu”atau” membeberkan sesuatu hal”. Kata deskripsi dapat diterjemahkan menjadi pemerian, yang berasal dari kata peri-memerikan yang berarti” melukiskan sesuatu hal”. Sedangkan Penelitian kualitatif merupakan penelitian di mana peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatiannya, kemudian dideskripsikan sebagaimana adanya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat alamiah, apa adanya terhadap subjek yang menjadi objek penelitian dengan menggunakan metode alami sehingga hasil penelitian berlaku pada saat itu.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilakukan secara studi kepustakaan atau library research dengan teknik baca dan catat, serta mencari data tertulis yang terdapat

(4)

1. Melakukan pembacaan secara keseluruhan terhadap buku Dizi Gui yang diklasifikasi menjadi nilai luhur hubungan orang tua dan anak, serta nilai luhur hubungan kakak beradik. Apabila terdapat arti kata yang tidak dimengerti maka penulis merujuk kepada Kamus Praktis Indonesia-Tionghoa Indonesia-Tionghoa-Indonesia karangan Dian Rakyat terbitan tahun 2001.

2. Data yang terkumpul berupa kalimat dan paragraf merupakan data yang mewakili dari nilai luhur yang memfokuskan kepada hubungan orang tua dan anak, serta hubungan kakak beradik.

3. Data berupa kalimat dan paragraf yang terkumpul mewakili kedua nilai luhur tersebut merupakan data yang mempresentasikan delapan nilai luhur. 4. Data yang telah terkumpul kemudian di kelompokkan berdasarkan

kedelapan nilai luhur tersebut yang diklasifikasikan melalui dua nilai luhur yaitu hubungan orang tua anak, dan hubungan kakak beradik.

5. Pengumpulan data yang dilakukan secara pembacaan terhadap buku Dizi Gui didukung oleh pengumpulan data dengan menggunakan teknik

(5)

3.3 Data dan Sumber Data Penelitian

Data penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder.

Data Primer pada penelitian ini adalah data yang berupa kutipan-kutipan yang terdapat di dalam buku Dizi Gui yang mengandung ajaran nilai luhur dalam konteks nilai hubungan orang tua dan anak serta nilai hubungan kakak beradik. Selain itu penulis juga menggunakan data sekunder sebagai data pendukung pada penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa jurnal dan buku-buku yang berkaitan dengan sejarah pemikiran Cina, dan buku yang mengandung nilai-nilai luhur.

Sumber data penelitian Buku Dizi Gui:

Penulis : Zhang Qiu Lin

Judul : 弟子规 ( Dizi Gui )

Penerbit : 21st Century Publishing House Tahun terbit : 2012, cetakan ketujuh

Tebal buku : 209 halaman Warna sampul : Kuning Editor : Min Rong

3.4 Teknik Analisis Data

(6)

1. Membaca buku Dizi Gui yang memfokuskan pada dua nilai yaitu nilai luhur hubungan orangtua dan anak serta kakak beradik secara berulang ulang.

2. Mengklasifikasi dua nilai luhur yang memfokuskan pada hubungan orang tua dan anak, dan hubungan kakak beradik berdasarkan delapan nilai luhur.

3. Menganalisis kalimat dan paragraph yang mengandung nilai-nilai yang berhubungan dengan dua nilai yang terdapat didalam cerita atau kisah berdasarkan hubungan sastra dengan filosofi.

Setelah data terkumpul, penulis pun langsung membagi ajaran Dizi Gui yang terdapat pada buku Dizi Gui berdasarkan delapan pedoman nilai luhur yang diterapkan oleh Umi Zumroh yaitu:

1. Ajaran Dizi Gui yang dikaji dari pemahaman nilai luhur dalam ciri Tanggung jawab mengandung unsur hormat dan santun hubungan orang tua dan anak

“父母呼,应勿緩; 父母命,行勿懶. 《弟子规。“入则孝”》

fù mǔ hū , yìng wù huǎn; fù mǔ mìng, xíng wù lǎn . ( Dizi Gui 2012; 4 )

Ketika dipanggil orang tua, segeralah menjawab, jangan biarkan mereka menunggu ; Ketika orang tua menyuruh mengerjakan sesuatu, segeralah lakukan, jangan bermalas-malasan atau menunda pekerjaan.

“父母教,須敬听; 父母責,須順承.”《弟子规。“入则孝”》

fù mǔ jiào , xū jìng tīng; fù mǔ zé , xū shùn chéng . ( Dizi Gui 2012; 4 )

(7)

ditegur atau dimarahi. Berupayalah untuk berubah dan memperbaiki diri serta memulai langkah baru untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Berdasarkan kutipan diatas terdapat beberapa tanggung jawab yang dilupakan oleh anak kepada orang tua. Dengan adanya pembelajaran yang terdapat pada kutipan diatas, diharapkan semua orang disadarkan atau diingatkan kembali tentang bagaimana seharusnya bersikap atau berperilaku terhadap orang tua.

2. Ajaran Dizi Gui yang dikaji dari pemahaman nilai luhur dalam ciri kebijaksanaan dan kearifan yang memiliki unsur toleransi, kedamaian dan kesatuan hubungan kakak-beradik

“兄道友,第道恭;兄弟睦,孝在中” 《弟子规。“出则第”》

Xiōng dào you, dì dào gōng; xiōngdì mù, xiào zài zhōng. ( Dizi Gui 2012; 35 )

Jika kita menjadi seorang kakak, maka haruslah kita menyayangi adik kita. Dan jika kita menjadi seorang adik maka haruslah kita menhormati kakak kita sebagaimana seharusnya. Karena ketika hubungan kakak beradik berjalan baik, akan membuat orangtua kita bahagia dengan begitu maka kita juga sudah berbakti kepada orangtua kita.

(8)

BAB IV

Analisis Nilai Luhur Pada Ajaran

《弟子规》(

Dizi Gui

Bab empat ini terdiri atas analisis nilai luhur yang terdapat di dalam buku Dizi Gui berdasarkan ajaran Li Yu Xiu. Analisis nilai luhur yang difokuskan pada dua

hubungan yaitu hubungan orangtua anak serta hubungan kakak beradik.

Teori yang digunakan oleh penulis adalah teori kesusastraan dari Wellek dan Austin Warren yang menghubungkan karya sastra sebagai dokumen sejarah pemikiran dan filsafat (1989:134). Dengan demikian karya sastra dapat dihubungkan dengan pemikiran (ide).

Penulis membagi analisis ke dalam dua kelompok utama yaitu dimulai

dengan pembahasan mengenai nilai luhur yang terdapat pada ajaran Dizi Gui yang berkaitan dengan

i. Hubungan orang tua dan anak. ii. Hubungan kakak beradik.

Berdasarkan 9 (sembilan) ajaran Dizi Gui.

4.1 Nilai Luhur dalam Hubungan Orang tua dan Anak

Pembahasan mengenai nilai luhur dalam hubungan orangtua dan anak akan

difokuskan pada nilai luhur yang dilakukan atau diterapkan kepada diri sendiri dalam kehidupan kekeluargaan sehari-hari.

(9)

4.1.1 Nilai luhur tanggung jawab dalam hubungan orangtua dan anak

4.1.1.1 Tanggung jawab dalam unsur hormat dan santun

1. “父 母 呼,应勿 緩; 父母命,行勿 懶。 父母 教,須敬 听; 父 母責,須 順承 。”

《弟子规。“入则孝”》

Fù mǔ hū, yìng wù huǎn; fù mǔ mìng, xíng wù lǎn. Fù mǔ jiào, xū jìng tīng; fù mǔ zé, xū shùn chéng . ( Dizi Gui 2012; 4 )

Ketika dipanggil orang tua, segeralah menjawab, jangan biarkan mereka menunggu ; Ketika orang tua menyuruh mengerjakan sesuatu, segeralah lakukan, jangan bermalas-malasan atau menunda pekerjaan. Ketika orang tua menasehati, dengarkanlah baik-baik dengan penuh hormat. Jalankanlah nasehat itu dalam kehidupan sehari-hari; Ketika orang tua menegur atau memarahi, patuhilah dan terimalah teguran mereka apa adanya. Janganlah membantah ketika ditegur atau dimarahi. Berupayalah untuk berubah dan memperbaiki diri serta memulai langkah baru untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Berdasarkan kutipan di atas penulis akan lebih dahulu membahas kata-kata yang memiliki nilai luhur dalam unsur hormat dan santun pada hubungan orang tua dan anak seperti; ketika orang tua memanggil maka anak harus segera menjawab, ketika disuruh orangtua maka anak jangan bermalas-malasan, ketika orang tua menasehati maka anak harus mendengarkan baik-baik dengan penuh hormat, dan yang terakhir jangan membantah. Nilai tanggung jawab terletak pada kata-kata berikut; jalankanlah nasehat dalam kehidupan sehari-hari, patuhi dan terima teguran apa adanya, berubah memperbaiki diri supaya tidak mengulang kesalahan yang sama.

Analisis diatas didukung oleh kisah Meng Zong yang terdapat di dalam Dizi Gui. Pada zaman itu bahkan hingga saat ini Meng Zong tetap dikenal sebagai seorang anak yang sangat berbakti.

(10)

Walaupun Meng zong muda sudah tak berayah, tapi ia sudah dikenal sebagai anak yang sangat berbakti. Pada suatu musim dingin, sang ibu menderita penyakit keras, sudah beberapa hari tidak bisa memakan apapun. Meng zong tetap setia menemani ibunya yang terbaring sakit, lalu ia bertanya kepada ibunya: ibu anda ingin makan apa? Sang ibu berfikir lalu, tak sengaja ia berkata : sayang sekali sekarang musim dingin, andai saja ini musim semi, dapat menikmati semangkuk sup rebung.

Sesudah mendengar keinginan ibunya, meng zong berlari ke kebun bambu yang terletak dibelakang rumah segera mencari rebung. Tapi sungguh disayangkan, pada musim sedingin ini darimana ia akan mendapatkan rebung? Meng zong tak putus asa, ia terus mencari dan mencari. Ia menggali di kebun yang telah berubah menjadi sekumpulan es yang keras, sampai-sampai darah mengalir di tanggannya pun sudah tak dipedulikannya lagi. Sambil menggali ia sambil memikirkan keadaan ibunya yang sedang sakit, akhirnya karena ia sudah tidak tahan lagi maka iapun menangis. Hal yang aneh terjadi, tanah yang tertetesi oleh airmatanya tiba-tiba terbelah dan didalamnya terdapat beberapa rebung. Ternyata hati yang tulus untuk berbakti kepada ibunya telah membuat dewa langit terharu, dewa langit sangat mengagumi Meng zong dan akhirnya dewa langit memutuskan untuk mengabulkan permohonannya.

Meng zong dengan segera memasak rebung yang telah didapatkannya lalu, membawa semangkuk sup rebung hangat. Sangatlah aneh, setelah ibunya meminum sup rebung tersebut, tak lama kemudian ibunya segera menjadi sehat kembali.

Dari kisah diatas dapat dipahami, mengapa ajaran dalam Dizi Gui mengharuskan untuk segera mendengar perkataan orang tua, seandainya Meng zong bermalas-malasan maka sang ibu mungkin tidak akan sembuh dari penyakitnya. Hal seperti ini yang harus diperhatikan, bukan hanya dengan memberikan uang dan segala harta benda kepada orang tua, tetapi seorang anak juga dituntut untuk selalu mendengarkan, dan merubah diri sehingga menjadi pribadi yang lebih baik.

Data berikutnya masih membicarakan tentang nilai luhur tanggung jawab dalam unsur hormat dan santun.

2. “冬則溫, 夏則凊; 晨則省,昏則定。出必告, 反必面; 居有常,業無變。”

(11)

Dōng zé wēn , xià zé jìng ; chén zé xǐng , hūn zé dìng. Chū bì gào , fǎn bì miàn ; jū yǒu cháng , yè wú biàn. ( Dizi Gui 2012; 8 )

Di saat cuaca dingin (atau hujan), berikanlah naungan/tempat berteduh (bila hujan) serta kehangatan, di saat cuaca panas, berikanlah teduhan atau kesejukan; berilah salam kepada orang tua di pagi hari menunjukkan bahwa kita peduli; sedangkan pada malam hari berilah ketenangan agar mereka bisa beristirahat dengan baik. Contoh: membawakan payung atau jas hujan di kala hujan, mengipas atau menyalakan kipas angin ataupun menyalakan penyejuk ruangan kala panas, jangan membuat keributan di malam hari. Sebelum berpergian keluar rumah, beritahulah/pamitlah kepada orang tua dan beritahu ke mana tujuan kita pergi, karena orang tua akan selalu khawatir akan anak mereka; setelah kembali ke rumah, beritahukanlah kepada orang tua bahwa kita sudah kembali ke rumah, supaya mereka tidak khawatir; tinggallah di satu tempat yang tetap, dan jalankan kehidupan sehari-hari yang teratur, konsisten dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari, jangan mudah terpengaruh sehingga merubah pendirian .

Berdasarkan kutipan diatas penulis mendapatkan kata-kata yang memiliki nilai luhur dalam unsur hormat dan santun pada hubungan orang tua dan anak seperti; memberi salam kepada orang tua di pagi hari, sebelum berpergian keluar rumah, beritahu/berpamit kepada orang tua dan beritahu ke mana tujuan pergi, karena orang tua akan selalu khawatir, setelah kembali ke rumah, beritahukan kepada orang tua bahwa kita sudah kembali ke rumah, supaya mereka tidak khawatir. Sedangkan nilai tanggung jawab terletak pada kata-kata berikut; berikan teduhan atau kesejukan, konsisten dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari.

Analisis diatas diperkuat oleh kisah yang mewakilinya yaitu Raja Pertama Zu Liu Bang.

(12)

kepada ayahnya. Setiap hari Liu bang pasti menemui ayahnya, member salam serta menanyakan kabar ayahnya. Hingga suatu hari, ayahnya berkata kepada Liu bang, kamu telah menjadi seseorang yang ternama, sedangkan saya masihlah seorang petani. Mana sanggup saya terima salam darimu setiap hari? Besok janganlah kembali lagi kesini dan member salam kepada saya.

Liu bang pun berkata, kesehatan tubuh ini saya dapatkan dari ayah dan ibu, jika tidak ada ayah, bagaimana mungkin saya berada disini? Apalagi kedudukan yang saya dapatkan hari ini, tahun itu ketika terjadi perang, ayah dan ibu serta adik menjaga saya dengan sepenuh hati, ayah rela kelaparan supaya saya bisa makan kenyang, ayah telah mengajarkan saya kemampuan dan juga budi pekerti, bagaimana bisa saya melupakan hal ini?

Ayahnya tidak bisa mendesak Liu bang, sehingga sang ayah mengurung diri dirumah dan tidak keluar. Liu bang terus berlutut didepan pintu, hingga tengah malam ia juga tidak meninggalkan tempat itu. Sikap bakti Liu bang akhirnya membuat ayahnya tergerak sehinggai ayahnya membukakan pintu dan membiarkan ia masuk.

Kisah diatas menceritakan bagaimana seharusnya seorang anak bersikap, karena hal ini yang sering terlupakan seperti menanyakan kabar kepada orang tua, mengucapkan salam, pamit ketika berpergian. Hal ini terlihat sangat mudah sehingga sering kali disepelakan oleh banyak kalangan baik remaja maupun orang dewasa.

Data berikutnya masih mengandung nilai luhur tanggung jawab dalam unsur hormat dan santun hubungan orang tua dengan anak.

3. “亲所好,力为具; 亲所恶,谨为去。身有伤,贻亲忧; 德有伤,贻亲羞。”

《弟子规。“入则孝”》

Qīn suǒ hǎo , lì wéi jù; qīn suǒ wù , jǐn wéi qù. Shēn yǒu shāng, yí qīn yōu; dé yǒu shāng, yí qīn xiū. ( Dizi Gui 2012; 6 )

(13)

berusahalah sebaik mungkin untuk memberikan penjelasan dan pengertian yang benar. Jika tubuh kita sakit atau tidak sehat, akan membuat orang tua kita menjadi sedih dan khawatir; Jika moral kita tercela, akan membuat orang tua kita malu. Karenanya, jagalah kesehatan jasmani dan rohani.

Berdasarkan pengertian di atas penulis mendapatkan kata-kata yang mengandung nilai hormat dan santun seperti; ‘membujuk’, ‘memberikan penjelasan’ dan ‘pengertian yang benar’. Sedangkan dilihat dari segi tanggung jawab terdapat kata-kata yang mewakilinya seperti; ‘memenuhi keinginannya’, ‘jaga kesehatan’ supaya orang tua tidak khawatir. Analisis di atas diperkuat oleh cerita Pan Yue berikut ini yang terdapat dalam buku Dizi Gui. Pan Yue adalah seorang pemimpin di provinsi He Yang.

Pada zaman dinasti jin, ada seseorang yang sangat berpendidikan bernama Pan yue. Dia diberikan tanggung jawab untuk memimpin di provinsi He Yang, oleh karena itu ia membawa ibunya yang tinggal sendiri di kampong untuk ikut bersama dia. Sampai pada suatu hari, ibunya mendadak sakit, dan sangat ingin pulang ke kampong halamannya. Setelah diketahui oleh Pan Yue, maka ia bersiap untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pemimpin dan menemani ibunya pulang ke kampung halaman. Atasannya membujuk dia untuk tetap tinggal, Tetapi Pan Yue berkata: Jika saya serakah akan jabatan dan kekayaan lalu tidak memenuhi keinginan hati seorang ibu, anak macam apakah saya? Setelah pulang ke kampung halaman, Pan Yue bercocok tanam sendiri seperti sayur-sayuran dll, lalu dari bahan yang ia tanam ia membuat berbagai masakan untuk sang ibu. Di bawah penjagaan Pan Yue, ibunya menjadi sehat, berumur panjang serta hidup bahagia pada masa tuanya.

(14)

adanya orangtua mungkin hari ini seorang anak tidak dapat merasakan kesuksesannya.

Data di bawah ini membahas tentang nilai tanggung jawab dalam unsur orangtua dengan anak.

4. “ 亲 有 疾,药 先 尝; 昼 夜 侍,不 离 床 。”《"弟 子 规 。“入 则 孝”》 Qīn yǒu jí , yào xiān cháng ; zhòu yè shì , bù lí chuáng. ( Dizi Gui 2012;

28)

Bila orang tua mengalami penyakit, obat terlebih dulu dirasakan. Sepanjang hari sepanjang malam melihat kondisi orangtua, dan tidak meninggalkan mereka untuk pergi jauh . Ketika orang tua sakit, rasakan dulu obatnya sebelum memberikannya kepada mereka; rawat dan jagalah mereka sepanjang hari, jangan tinggalkan mereka sendirian.

Peringatan : obat yang dimaksud di sini adalah obat cairan hasil ramuan

pengobatan tionghua, karena berbentuk cairan, mencicipi sedikit tidak memiliki efek samping, jangan mencoba menyamakannya dengan obat modern berbentuk pil, kapsul, yang berbahaya dan memiliki efek samping. Tetapi yang bisa kita lakukan sekarang adalah memastikan orang tua kita mendapatkan pengobatan yang terbaik.

(15)

Pada zaman dulu, ada seorang anak bernama Shan zi. Shan Zi memiliki ayah seorang tentara, ayahnya sangat mencintai rakyatnya begitu juga sebalinya. Suatu waktu ayahnya tertular sebuah penyakit yang membuat kedua matanya buta. Beberapa hari kemudian, sang ibu juga sakit parah hingga berpengaruh pada kedua penglihatannya. Melihat kedua orangtuanya yang buta, hati Shan Zi sangat sedih. Dia bertanya kesana kemari untuk mencari obat, berharap semoga penglihatan ayah dan ibunya bias cepat disembuhkan. Setiap sampai waktu orang tua Shan Zi meminum obat, dia selalu mencicipi dahulu obat tersebut, takut jika obat tersebut terlalu panas atau terlalu pahit. Suatu hari seorang kakek member tau Shan Zi bahwa dulu ada orang yang mengobati kebutaan dengan susu rusa. Akhirnya Shan Zi pergi melewati gunung-gunung mencari kawanan rusa, dan ia menemukan kawanan rusa tersebut, tetapi ia mulai berfikir rusa adalah binatang yang cepat, jika melihat manusia maka mereka akan lari. Oleh karena itu Shan Zi tidak berani untuk mendekat dalam beberapa hari. Akhirnya ia meminjam sebuah mantel yang terbuat dari rusa dan memakainya, tiap kali melihat rusa iapun bersikap layaknya seekor rusa kecil yang nakal dan memohon susu pada induknya. Sebenarnya bukan susu seekor rusa yang menyembuhkan kedua orang tuanya tetapi, hatinya yang tulus untuk berbakti kepada orangtua membuat dewa langit terharu maka, perlahan-lahan penglihatan kedua orang tuanya pun pulih kembali.

(16)

Saat orang tua meninggal, masa perkabungan adalah 3 tahun, kenanglah selalu orang tua dengan penuh penghormatan dan hargailah jasa-jasa orangtua yang telah membesarkan kita; Selama masa berkabung ini, janganlah menghias rumah, atur nuansa rumah untuk menunjukkan perasaan berkabung, hindarilah berfoya-foya, mabuk-mabukan dan makanan mewah (misalnya daging, jaman dulu arak dan daging termasuk kategori makanan mewah). Selenggarakan upacara perkabungan (pemakaman maupun kremasi) sesuai norma dan tata susila yang berlaku, lakukan upacara peringatan dan peringati hari kematian mereka sepenuh hati. (misal upacara 7 hari, 49 hari dan sejenisnya); Perlakukan orang tua dan kerabat yang telah meninggal, seperti layaknya ketika mereka masih hidup.

Perubahan : Karena pengaruh teknologi serta modernisasi dalam

pemikiran, hal ini tidak lagi dilakukan. Tidak ada orang Tionghoa yang meninggalkan pekerjaannya untuk berdiam di sebuah rumah kecil yang dibangunnya di sebelah makam ayah dan ibunya selama waktu perkabungan. (Nio Joe Lan, 2013 :155)

(17)

Setelah menganalisis maka penulis menemukan ada 5 (lima) ajaran Dizi Gui yang masuk dalam kategori nilai luhur tanggung jawab dalam unsur hormat dan santun.

4.2.1 Nilai luhur keadilan dalam hubungan orangtua dan anak 4.2.1.1 Keadilan yang memiliki unsur baik dan rendah hati

Data berikut ini membicarakan tentang nilai luhur keadilan dalam unsur baik dan rendah hati. menyakiti orang lain, janganlah lakukan dan janganlah berpikir bahwa itu hanya akan menyebabkan akibat yang kecil atau tidak berakibat sama sekali; Jika tetap dilakukan, maka akan merugikan / merendahkan moral diri sendiri, kita juga akan menjadi anak yang tidak berbakti karena orang tua tidak akan mau melihat anaknya melakukan hal buruk.Walaupun sekecil apapun bentuk maupun nilai suatu barang, jangan pernah mengambil barang yang bukan milik kita tanpa seijin pemiliknya; Jikalau barang itu diambil apalagi kemudian disembunyikan pengambilannya, keluarga, dan orang tua kita akan merasa malu karena kita menjadi pencuri. Hal ini berlaku untuk seluruh manusia segala umur, apalagi anak yang masih berusia muda. Apabila semasa kecil tidak dididik dengan baik dan mencuri barang, ketika dewasa akan menjadi lebih buruk dan bisa melakukan korupsi atau pencurian yang merugikan banyak orang bahkan negara.

(18)

tidak berbakti karena orang tua tidak akan mau melihat anaknya melakukan hal buruk.

Analisis di atas akan didukung oleh kisah Tao kan yang terdapat dalam Dizi Gui.

Tao Kan adalah seorang pejabat yang terkenal pada masa dinasti Jin, sejak kecil dia seorang anak yatim. Dia bertanggung jawab akan bagian perikanan, teringat olehnya bahwa sang ibu sangat suka makan ikan, maka ia menggunakan kekuasaannya untuk mengambil sebotol ikan yang sudah di keringkan dari salah satu rakyatnya, dan menyuruh orang untuk mengantarkan ikan itu untuk ibunya. Ketika sang ibu mengetahui dari mana asal ikan itu, sang ibu pun mengembalikan sebotol ikan itu kepada Tao Kan serta menulis surat untuk mengkritiknya : “kamu sudah menjadi seorang wakil rakyat, malah menggambil keuntungan dari kedudukanmu lalu memberikan sesuatu untuk berbakti kepada saya. Ini tidak ada manfaatnya bagi saya, tetapi sifatmu yang seperti ini malah membuat saya cemas.” Setelah membaca surat dari sang ibu, Tao Kan sangat menyesal. Semenjak saat itu juga dia tidak lagi melakukan hal yang merugikan orang lain dan menjadi pejabat yang terkenal jujur pada masa dinasti Jin.

Berdasarkan cerita di atas, nilai luhur keadilan berusaha ditanamkan oleh sang ibu kepada Tao Kan, dari certia ini diketahui bahwa semua orang harus bersikap adil dan jujur. Jika hal ini bisa di terapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka akan lahir generasi-generasi yang menjunjung tinggi kejujuran serta keadilan.

Dalam bagian ini penulis hanya menemukan 1(satu) ajaran Dizi Gui yang mengandung nilai luhur keadilan yang berunsur baik dan rendah hati.

4.1.3 Nilai Luhur amanah dalam hubungan orang tua dan anak.

4.1.3.1 Amanah dalam unsur baik dan rendah hati.

(19)

7. “亲爱我, 孝何难; 亲憎我, 孝方贤。” 《弟子规。“入则孝”》

qīn ài wǒ , xiào hé nán; qīnzēng wǒ , xiào fāng xián. ( Dizi Gui 2012; 19 )

Ketika kita dikaruniai orangtua yang mencintai dan menyayangi kita, maka berbakti akan menjadi lebih mudah; Namun ketika orang tua kita tidak menyukai atau berselisih dengan kita, dan kita bisa tetap berbakti maka kita akan menjadi seorang anak berbakti yang sesuai dengan ukuran para leluhur dan orang suci.

Berdasarkan kutipan diatas penulis menganalisis kata atau bahasa yang mengandung unsur baik dan rendah hati seperti; berselisih dengan orangtua dan tetap berbakti. Sedangkan amanah terdapat dalam kata atau kalimat seperti; mencintai dan menyayangi. Berikut kisah Ming Zi Qian yang dipilih untuk memperkuat analisis penulis.

Ada seorang anak bernama Ming Zi Qian, ibunya sudah meninggal pada saat dia masih kecil. Akhirnya sang ayah menikah lagi dan Ming Zi Qian memiliki seorang ibu tiri. Ibu tiri Ming Zi Qian hanya menyukai kedua anak kandungnya sendiri, dan sering kali menyuruh Ming Zi Qian mengerjakan segala hal. Pakaian Ming Zi Qian hanya sebuah mantel lusuh tipis, yang tidak menghangatkannya padahal pada saat itu musim dingintelah tiba. Hal ini akhirnya diketahui oleh ayah Ming Zi Qian, ia sangat kesal dan marah pada istrinya sehingga ingin mengusirnya keluar. Ming Zi Qian mendengar hal ini langsung memohon kepada sang ayah supaya tidak mengusir ibu tirinya, ia berkata : jika ibu tiri dirumah, hanya saya saja yang kedinginan tetapi jika ayah mengusir mereka maka tiga anak dari sang ibu juga kedinginan, ayah pikirkanlah baik-baik! Setelah mendengar kata-kata Ming Zi Qian, sang ayah tidak jadi mengusir istrinya. Karena hal inilah sang ibu tiri puntersentuh hati dan semenjak itu memperlakukan Ming Zi Qian dengan baik.

(20)

Dalam bagian ini penulis hanya menemukan 1(satu) nilai luhur amanah dalam unsur baik dan rendah hati pada ajaran Dizi Gui.

4.1.4 Nilai luhur kearifan dalam hubungan orangtua dan anak.

4.1.4.1 Kearifan dalam unsur baik dan rendah hati.

Data di bawah ini membicarakan tentang nilai luhur amanah dalam unsur baik dan rendah hati, yang terdapat dalam hubungan orang tua dan anak.

8. “亲有过, 谏使更; 怡吾色, 柔吾声。谏不入, 悦复谏; 号泣随, 挞无怨。”

《弟子规。“入则孝”》

Qīn yǒu guò , jiàn shǐgēng; yí wú sè , róu wú shēng. Jiàn bú rù , yuè fù jiàn háo qì suí , tà wú yuàn. ( Dizi Gui 2012; 23 )

Orang tua kita adalah manusia biasa yang bisa juga melakukan kesalahan, apabila mereka melakukan kesalahan dan kita benar-benar yakin bahwa mereka telah melakukan kesalahan, maka berilah nasehat kepada mereka agar merubah pemikiran dan perilakunya; Lakukanlah dengan sikap penuh hormat, wajah yang ramah, suara yang lembut namun jelas dan tegas. Jika mereka tidak menerima nasehat, tunggulah sampai perasaan mereka lebih tenang dan gembira baru ulangi lagi nasehatnya; Kalau perlu, iringi nasehat dengan tangisan, demi membuat mereka lebih mengerti kenapa kita memberikan nasehat, walau mungkin orang tua menjadi marah dan memukul, janganlah sakit hati atau menaruh dendam kepada mereka.

(21)

Analisis diatas diperkuat dengan kisah Liu Lan Jie yang terdapat dalam buku Dizi Gui, Liu lan Jie dikenal sebagai anak yang berbakti.

Pada masa Ming Chao, ada seseorang yang bermarga Yang memperistri seseorang yang bernama Liu Lan Jie. Liu lan Jie baru saja berumur 12 tahun, tetapi dia anak yang sangat tau diri, dia mengerjakan semua pekerjaan rumah, menghormati semua anggota keluarga terlebih lagi terhadap nenek dari sang suami, sering menyapa dan bertanya tentang kesehatan sang nenek. Sedangkan nenek dari pihak Liu Lan Jie sendiri, sering tidak mau perduli dan tidak memiliki hati yang berbakti, selalu merepotkan anggota keluarga yang lain. Sang nenek selalu berfikir bahwa nenek dari suami Liu Lan Jie itu sebagai beban, tiap hari memarahinya dan menyebutnya si tua yang lama meninggal. Liu Lan Jie yang mengetahui hal ini sangat sedih, hingga suatu sore Liu Lan Jie dating ke kamar neneknya, ia berlutut di sebelah sang nenek dan tidak mau berdiri. Melihat keanehan itu sang nenek pun bertanya: “sedang apa kamu di sini?” Liu Lan Jie berkata : “ saya sengaja datang kesini untuk mewakili nenek minta maaf.” Sang nenek merasa binggung, saat itu Liu Lan Jie sambil menangis dan berkata: “ jika nenek tidak menghormati nenek dari suami saya, saya takut jika nenek sudah mulai bertambah tua, nenek juga akan dianggap sebagai beban oleh keluarga nenek, pada saat itu akan betapa sedih hatimu. Jadi sengaja kesini untuk minta maaf.” Setelah mendengar kata-kata dari Liu Lan Jie sang nenek pun sadar akan kesalahannya, dan setelah itu sang nenek pun merubah sifatnya yang tidak hormat tersebut.

Berdasarkan kisah di atas penulis menjabarkan bahwa terkadang orangtua juga memiliki kesalahan, jika ingin menasehati orang tua maka harus bersikap sopan. Jika orangtua belum mau untuk mendengarkan kritik dari sang anak, maka sang anak harus tetap dengan suara yang lembut untuk memberitaukan kesalahan dan akibat yang akan di dapat jika orang tua tidak berubah. Jika hal ini dilakukan maka, akan terjalin hubungan yang baik antara anak dan orangtua.

Pada bagian ini penulis hanya menemukan 1(satu) ajaran Dizi Gui yang mengandung nilai luhur amanah dalam unsur baik dan rendah hati.

4.2Nilai Luhur Dalam Hubungan Kakak Beradik

(22)

4.2.1 Nilai luhur kebijaksanaan dan kearifan dalam hubungan

kakak-beradik.

4.2.1.1Kebijaksanaan dan kearifan dalam unsur toleransi, kedamaian dan

kesatuan.

Data di bawah ini akan membahas tentang ajaran Dizi Gui, tentang nilai luhur kebijaksanaan dan kearifan dalam unsur toleransi, kedamaian dan kesatuan hubungan kakak-beradik.

9. “兄道友,第道恭;兄弟睦,孝在中” 《弟子规。“出则第”》

Xiōng dào you, dì dào gōng; xiōngdì mù, xiào zài zhōng. ( Dizi Gui 2012; 35 )

Jika kita menjadi seorang kakak, maka haruslah kita menyayangi adik kita. Dan jika kita menjadi seorang adik maka haruslah kita menghormati kakak kita sebagaimana seharusnya. Karena ketika hubungan kakak beradik berjalan baik, akan membuat orangtua kita bahagia dengan begitu maka kita juga sudah berbakti kepada orangtua kita.

Berdasarkan kutipan diatas, penulis mendapatkan kata-kata yang memiliki nilai luhur dalam unsur toleransi, kedamaian dan kesatuan yaitu; ketika hubungan kakak-beradik berjalan baik. Sedangkan kata-kata yang mengandung nilai luhur kebijaksanaan dan kearifan seperti; kakak seharusnya menyayangi adik, adik harus menghormati kakak, berbakti pada orang tua.

Analisis ini didukung oleh kisah Bu Shi yang terdapat dalam buku Dizi gui, Bu Shi adalah seorang yang dikenal sebagai seorang yang bijaksana.

(23)

melanjutkan sekolah, pekerjaannya sehari-hari hanya bercocok tanam dan menggembalakan kambing. Bu Shi memiliki seorang adik laki-laki. Dia sangat menyayangi adiknya, jika ia mendapatkan makanan enak ia akan menyisakan sebagian untuk adiknya, sedangkan kesedihan dan kesusahan dia simpan untuk dirinya sendiri. Setelah ibu dan ayah meninggal, Bu Shi dan adiknya membagi harta peninggalan orangtua mereka. Oleh karena kasih saying yang begitu besar terhadap adiknya, maka ia meninggalkan semua harta itu untuk adiknya. Sedangkan ia sendiri pergi ke gunung untuk menjadi seorang penggembala. Ada seseorang yang berkata padanya: “kamu sangat bodoh, harta dari orangtua harusnya dibagi sama rata!” Tetapi Bu Shi hanya tersenyum dan menjawab: “meninggalkan harta itu untuk adik sendiri, apakah itu hal yang bodoh?” Dengan berjalannya waktu tanpa terasa 10 tahun sudah, Bu Shi sang penggembala kambing telah menggembalakan lebih dari pada 1000 kambing. Dia akhirnya mulai membeli rumah, membeli tanah untuk bercocok-tanam, sehingga ia hidup sangat berkelimpahan. Tapi tidak disangka, karena adiknya sangat suka bermain-main dan tidak bekerja, sehingga adiknya menjual segala harta peninggalan kedua orantuanya dan hidupnya pun sangat kekurangan. Ketika hal ini diketahui oleh sang kakak, dengan mudahnya ia kembali membagi separuh kekayaannya untuk sang adik. Hal ini membuat adiknya dan orang-orang kampung yang mengetahuinya terharu.

Setelah membaca cerita diatas, penulis mendapatkan bahwa Bu Shi mengajarkan bagaimana seharusnyan seorang kakak bersikap, pada masa kini banyak kejadian seperti perebutan harta antara kakak dan adik. Hal ini seharusnya tidak terjadi lagi sebagaimana diketahui bahwa, ketika kedua saudara berhubungan baik satu dengan yang lainnya, sudah mewakili salah satu sikap untuk berbakti kepada orangtua.

(24)
(25)

Selain itu penulis juga melakukan wawancara terhadap seorang anak dan ibunya yang sama-sama mempelajari Dizi Gui. Menurut sang ibu, pelajaran Dizi Gui ini sangatlah baik karena mengandung budi perkerti serta moral dan juga nilai luhur di dalamnya. Selain daripada itu sang ibu juga merasa diingatkan untuk juga berbakti kepada ibunya sendiri, walau ia merasa ada perubahan didalam dirinya, ia sendiri belum yakin karena belum ada orang lain yang berkata demikian tetapi ia akan berusaha untuk menjadi ibu yang baik untuk anaknya serta menjadi anak yang berbakti kepada ibunya.

Sedangkan menurut ibunya sang anak ketika sudah mempelajari Dizi Gui menjadi lebih penurut daripada sebelumnya, walau terkadang sang anak masih sering melakukan kebiasaan buruknya, tetapi perlahan-lahan kebiasaan buruk itu berubah. Oleh karena itu, ia pun merekomendasikan tentang pembelajaran Dizi Gui kepada teman-temannya yang lain, karena menurut narasumber pembelajaran ini sangat layak di pelajari oleh semua kalangan usia dan tidak memandang agama. Agama apapun boleh mempelajari ajaran Dizi Gui, karena ajaran Dizi Gui mengajarkan budi pekerti dan merupakan ajaran turun temurun dari seorang filsuf Cina yaitu Konfusius. Ajaran Dizi Gui tidak hanya bisa diterapkan dalam hubungan orangtua dan anak tetapi bisa di terapkan dalam semua aspek kehidupan.

(26)
(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dan mengemukakan saran-saran yang berhubungan dengan topik pembahasan.

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan pembahasan di bab empat, maka penulis dapat menarik kesimpulan, di antaranya sebagai berikut:

1. Dizi Gui merupakan karya sastra atau disebut juga sebagai ajaran yang berhubungan dengan pemikiran ataupun filsafat.

2. Dizi Gui mengandung nilai-nilai luhur yang mengajarkan bagaimana seharusnya seorang anak berlaku dalam keluarga. Sehingga tradisi yang sudah turun temurun ini berubah menjadi sebuah kebudayaan yang di perlihara hingga saat ini.

3. Dizi Gui merupakan ajaran yang seharusnya diajarkan pada semua

kalangan baik tua ataupun muda.

4. Dizi Gui merupakan ajaran yang dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

(28)

5.2 Saran

(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

Dalam bab dua ini penulis akan menguraikan isi tentang hasil penelitian terdahulu, konsep terkait variabel yang digunakan pada judul skripsi, dan landasan teori sebagai landasan penelitian skripsi penulis.

2.1Penelitian Terdahulu

Berikut beberapa penelitian yang dikumpulkan sehingga mendukung

penulis dalam mengkaji ajaran Dizi Gui dan nilai-nilai yang terkandung diantaranya:

1. Jurnal tentang student rules, ditulis oleh Feng xin ming yang diterbitkan secara online pada bulan Juli 2006, membahas tentang bagaimana seharusnya pelafalan nada dalam pelafalan Dizi Gui. Kontribusi penelitian ini terhadap penelitian ini, yaitu untuk menggunakan pelafalan yang tepat baik saat pengucapan atau penulisan tentang Dizi Gui, karena jika pelafalannya salah maka makna dari kata tersebut akan berubah. Pelafalan benar yang terdapat dalam penelitian ini, memudahkan peneliti untuk lebih memahami Dizi Gui

2. Dalam buku yang berjudul Guide to a happy life yang ditulis oleh Pure Land Learning College Assn., di publikasikan secara online

(30)

mengajarkan kesederhanaan dalam hidup. Hasil penelitian yang sudah dilakukan memeberi kontribusi terhadap penelitian ini, menekankan bahwa nilai yang terkandung dalam Dizi Gui tidak hanya mengajarkan kesantunan tapi juga mengajarkan kita hidup sederhana dan tidak berfoya-foya. Hal ini memperjelas bahwa Dizi Gui mengandung nilai luhur dalam hubungan kekeluargaan. 3. Dalam skripsi yang berjudul Analisis Nilai Etika Normatif dalam

buku Confusius says yang ditulis oleh Suryani (2009) membahas

tentang etika norfmatif yang terdapat di dalam ajaran Konfusius. Kontribusi skripsi pada penelitian ini, yaitu informasi tentang pembagian nilai-nilai yang ditinjau dari sudut filosofis pada sebuah ajaran dipaparkan secara jelas dan terperinci. Hal ini memudahkan peneliti untuk membagi kategori ajaran Dizi Gui dalam sudut pandang filsafat secara lebih detail.

2.2 Konsep

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 569) mengatakan bahwa konsep adalah rancangan; pemikiran dasar ; pemahaman. Dalam penulisan skripsi ini, maka penulis akan menuliskan konsep sesuai dengan yang tertera pada judul yaitu sebagai berikut :

2.1.1 Nilai Luhur

(31)

abstrak yang artinya keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness), dan kata kerja yang berarti suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian.

Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2007 : 686) Luhur berarti sesuatu yang tinggi atau dianggap mulia. Dalam Oxford Dictionary (1982 : 295) kata luhur diterjemahkan sebagai exalted memiliki pemahaman dalam describe something (or someone) high moral or intellectual value, yang diartikan penulis

dengan menggunakan Kamus Inggris Indonesia (1992 : 174) sebagai seseorang atau sesuatu memiliki nilai moral yang sangat tinggi atau nilai intelektual dan kata exalted ini tergolong dalam kata sifat atau adjective.

Oleh karena itu, nilai luhur (supreme values) bisa diartikan sebagai pedoman hidup (guiding principles) yang digunakan untuk mencapai derajat kemanusiaan yang lebih tinggi, hidup yang lebih bermanfaat, kedamaian dan kebahagiaan. Jadi yang dimaksud kemanusiaan adalah humanitarianisma (perikemanusiaan) yang meliputi solidaritas sesama manusia, menghormati hakekat dan martabat manusia, kesetaraan dan tolong menolong antar manusia, menghormati perbedaan dalam berbagai dimensi antar manusia, menciptakan kedamaian. Budi pekerti sebagai nilai luhur adalah pilihan perilaku yang dibangun berdasarkan atas nilai-nilai yang diyakini sehingga sering diposisikan sebagai nilai instrumental atau cara mencapai sesuatu atau sikap terhadap sesuatu.

(32)

keadilan dan kemakmuran. Prinsip-prinsip itu mengambil bentuk “sikap bijaksana” yang disampaikan oleh Wahid (2001 : 30) seperti:

i. Keserasian tanpa menghilangkan kreativitas seseorang,

ii. Kesediaan untuk mengorbankan kepentingan sendiri demi kepentingan orang lain,

iii. Dan melakukan banyak hal untuk orang lain tanpa mengharapkan imbalan.

Merujuk pada tesis (S-2) yang berjudul Kajian Nilai Kecakapan Sosial Tentang Kisah Sejarah Pertempuran Surabaya Tahun 1945 Untuk Pembelajaran

Sejarah di SMA yang ditulis oleh Umi Zumroh (2011), menyatakan bahwa bentuk

nilai-nilai luhur adalah sebagai berikut:

a) Kecintaan terhadap Tuhan dan segenap ciptaanNya (love Allah, trust, reverence, loyalty);

b) Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian (responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness);

c) Kejujuran/amanah dan arif (trustworthines, honesty, and tactful);

d) Hormat dan santun (respect, courtesy, obedience);

e) Dermawan, suka menolong dan gotong-royong/kerjasama (love, compassion, caring, empathy, generousity, moderation, cooperation);

f) Percaya diri, kreatif dan pekerja keras (confidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage, determination, enthusiasm);

g) Kepemimpinan dan keadilan (justice, fairness, mercy, leadership);

(33)

2.1.3 Ajaran

Dizi Gui adalah sebuah buku yang ditulis oleh seorang guru atau sastrawan

Cina yang bernama Li Yu Xiu yang hidup pada Zaman Kangxi (1662-1723 CE) dalam masa pemerintahan dinasti Qing. Sebelum Li Yu Xiu menjadi seorang penulis dia juga merupakan seorang pengajar. Dari pengalamannya mengajar

bertahun-tahun Li Yu Xiu akhirnya menyusun sebuah buku berjudul 《訓蒙文》

(Xùn Méng Wén) yang berarti “Tulisan Untuk Mendidik Anak”. Kemudian《賈存

仁》(Jiǎ Cúnrén) sastrawan Cina yang meneliti buku tersebut dan merubah nama

buku tersebut Dizi Gui. Di dalam buku Dizi Gui, terdapat beberapa beberapa “Pedoman hidup seorang murid” seperti:

a) Berbakti kepada orang tua, saling menghormati dan menghargai antar kakak beradik,

b) Bisa menjaga diri dan menjunjung nilai tinggi kejujuran,

c) Mengasihi sesama manusia tanpa kecuali, bergaul dengan orang yang berakal budi dan

d) Jika masih memiliki waktu hendaknya kita memperkaya diri kita sendiri dengan pembelajaran seni ataupun karya sastra.

(34)

2.3 Landasan Teori

Penelitian skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Luhur Pada Ajaran《弟子

规》(Dizi Gui)” menggunakan landasan teori kesusastraan untuk membahas

lebih dalam lagi nilai pada ajaran 《弟子规》(Dizi Gui) .

(35)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Budaya merupakan hasil interaksi yang terjadi diantara manusia dan lingkungan hidupnya. Pendapat ini dijelaskan oleh Koendjaraningrat dalam bukunya yang berjudul Sejarah Teori Antropologi II sebagai berikut:

“Kebudayaan merupakan hasil interaksi antara manusia dan lingkungan hidupnya. Selanjutnya, sistem nilai merupakan hasil kegiatan manusia dalam hubungannya dengan kehidupan, dengan karya, dengan waktu, dengan alam, dan dengan manusia itu sendiri (Koendjaraningrat, 1990 : 203-204).”

Oleh karena itu, nilai-nilai budaya sangatlah berpengaruh bagi kehidupan masyarakat, karena nilai-nilai budaya merupakan konsep-konsep yang hidup didalam pikiran sebagian besar masyarakat mengenai apa yang bernilai, berharga dan penting dalam kehidupan, sehingga berfungsi sebagai suatu pedoman dalam kehidupan manusia.

Kata kebudayaan atau budaya sendiri berasal dari bahasa Sanskerta, budhayah, yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Belanda, kata budaya diistilahkan dengan kata cultuur (Setiadi, 2009 : 27). Menurut Niels Mulder dalam buku Agama, Hidup Sehari-hari, dan Perubahan Budaya Jawa, Muangthai dan

Filipina (1999 : 203) mengatakan:

“Kultur berkaitan dengan pemahaman dan pemberian makna bagi kehidupan dan pengalaman. Kultur termasuk juga “tahu siapa dirimu” dan “mempunyai identitas”, yang secara sosial berarti “tahu siapa kita” , karena kultur adalah pembicaraan antar-orang mengenai makna yang berjalan terus-menerus, atau proses komunikasi tanpa akhir yang bermaksud membantu menguasai hidup dan partisipasi orang dalam hidup itu melalui interpretasinya. Dengan kata lain, kultur atau kebudayaan berarti partisipasi dalam intersubjektivitas kognitif.”

(36)

Maka dari itu, sebuah kebudayaan tercipta dari masyarakat yang mempunyai jati diri yang kuat dengan proses komunikasi yang tiada henti sehingga memberikan pengaruh bagi kehidupan masyarakat itu sendiri. Pengertian ini juga sesuai dengan yang dituliskan oleh Koendjaraningrat yang menyebutkan bahwa hasil kegiatan manusia dalam hubungannya dengan kehidupan, karya, dengan waktu, dengan alam, dan dengan manusia itu sendiri disebut dengan sistem nilai. Sistem nilai ini sendiri diwujudkan oleh masyarakat Tionghoa dalam bentuk tradisi. Tradisi yang tercipta dari orang-orang yang hidup pada zaman sebelumnya, sehingga dapat kita ketahui bahwa tradisi masyarakat Tionghoa yang ditulis oleh Wang Zhi pada (Kitab Liji III:V:28) atau yang di sebut juga dengan

kitab etiket dan upacara tersebut, terdiri dari Tradisi Enam Kesusilaan (Liuli 六禮)

yaitu :

1. Pakai topi (guan )

2. Perkawinan ( hun )

3. Perkabungan (sang )

4. Penyembahan (ji )

5. Pesta rakyat (xiang )

6. Menerima tamu (xiangxian 相見)

7. Tujuh ajaran (qijiao七教) meliputi :

(1) Hubungan Ayah dan anak, (2) Kakak dan adik,

(3) Suami dan istri, (4) Penguasa dan pejabat,

(5) Yang tua dan yang muda serta teman dan sahabat.

(37)

Tionghoa Selayang Pandang yang ditulis oleh Nio Joe Lan mengatakan bahwa

makna kata “berbakti” bagi masyarakat Tionghoa yang dalam aksara Cina “孝

(Xiào)” dirangkai dengan dua buah aksara yang masing-masing beratikan “tua” (

: Lǎo) dan “anak” (子: zi), letak kedua aksara ini seakan-akan mendukung satu

sama lain, sehingga di nilai menggambarkan sosok orang tua yang didukung oleh seorang anak. (Nio Joe Lan, 2013 : 138) Hal ini dikarenakan, keluarga memiliki kedudukan yang amat penting sehingga ada yang menyamakannya dengan kuil, dan dalam kuil itu sang ayah sebagai kepala keluarga menjadi paderi/imam dari keluarga tersebut (Nio Joe Lan, 2013 : 35).

(38)

dan kakak; dan oleh karena itu anggota keluarga membentuk dan mengekalkan budaya yang sama.

Pada zaman ini banyak sekali nilai luhur dalam kekeluargaan yang dilanggar dan dilakukan oleh anak kepada orangtua ataupun sebaliknya, seperti yang dikutip dari beberapa liputan berita yang terpercaya.

“Liputan6.com, Kendari : Seorang anak di Kendari, Sulawesi Tenggara, menderita kelumpuhan total setelah disiksa orang tua asuhnya. Akibatnya, untuk makan saja Pendi, 11 tahun, harus disuapkan.”

“Republika.co.id, Jambi : Ariyon (22 tahun), pemuda asal Desa Lubuk Napal, Kecamatan Pauh, kabupaten Sarolangun, Jambi, tewas ditikam ayah kandungnya Jumadi bin Mat Gio (64), ketika berusaha melerai pertengkaran antara ayah dan ibunya.”

“Metrotvnews.com, Pematang Siantar: Seorang anak tega membunuh kedua orang tuanya, karena tidak diberi uang untuk membeli narkoba, Kamis (9/9). Pelaku telah diamankan di Polres Pematang Siantar, setelah mendapat laporan warga yang melihat pelaku seluruh bajunya berlumuran darah.”

Membaca berita-berita diatas membuat kita menjadi sadar dan bertanya apakah keluarga masih dianggap sebagai hal utama? Dalam arti bahwa apakah keluarga masih menjadi teladan sebagai dasar perilaku seseorang? Ketika remaja beranjak dewasa, maka tingkah laku mereka semakin menyimpang dari ajaran-ajaran. Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan pendidikan yang diterimanya. (Niels Mulder 1999 : 205). Selain itu penyimpangan-penyimpangan dalam perilaku remaja disebabkan dari berbagai faktor, berikut beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut :

(39)

seperti hadirnya komputer ataupun telephone genggam ditambah lagi dengan jejaring sosial dan permainan didalamnya ini yang membuat para penggunanya kecanduan dan seakan-akan memiliki dunianya sendiri dan tidak menghiraukan apa yang terjadi di sekitarnya.

2. Pengaruh lingkungan dan pendidikan yang diterimanya. (Niels Mulder 1999 : 205) pengaruh lingkungan tidak melulu membicarakan tentang keluarga tetapi pengaruh lingkungan ini lebih difokuskan dalam bagaimana seorang remaja tersebut bergaul, jika remaja ini terbiasa dengan kehidupan anti-sosial seperti yang diatas maka hal ini juga akan berpengaruh kepada kepribadiannya yang cenderung menjadi introvert atau tertutup. Sedangkan dalam segi pendidikan tidak selalu berbicara tentang pendidikan formal disekolah tetapi juga berdasar pada apa yang dilihat dan dibaca oleh para remaja sekarang ini. Jika hal-hal yang dilihat hanya kekerasan dan pemberontakan maka dasar-dasar itulah yang akan menjadi karakter remaja tersebut.

(40)

《 弟 子 規 》 Dìzǐ Guī, merupakan salah satu karya sastra dalam bentuk

ajaran yang ditulis oleh李毓秀 (L Yùxiù), L Yùxiù hidup pada zaman (康熙)

Kāngxī ( 1662-1723 CE ) dinasti 清 (Qīng). Awalnya tulisan ini diberi nama 《訓

蒙文》 (Xùn Méng Wén) yang berarti Tulisan Untuk Mendidik Anak. Kemudian

oleh《賈存仁》( Jiǎ Cúnrén ) direvisi dan dirubah namanya menjadi seperti yang

kita ketahui yaitu《弟子規》( Dìzǐ Guī ). Sebenarnya, Dìzǐ Guī di ambil dari satu

ayat yang terdapat pada pengajaran Konfuius yang ditulis kembali berdasarkan pengalaman mengajar bertahun-tahun oleh L Yùxiù. Berikut adalah ajaran

Konfusius yang dapat dilihat dalam ayat 《 论 语 》( Lúnyǔ ) sehingga menjadi

dasar utama pada buku Dizi Gui.

子曰:“弟子入则孝,出则悌,谨而信,泛爱众,而亲仁。行有餘 力,则以学文”

zǐ yuē : “dì zǐ rù zé xiào , chū zé tì , jǐn ér xìn , fàn ài zhòng , ér qīn rén , xíng yǒu yú lì , zé yǐ xué wén. (Dizi Gui 2010; 4)

Konfusius berkata: “Murid atau orang yang baik yang baik pertama-tama harus belajar berbakti kepada orang tua, dan menghormati serta menyayangi sesama saudara dan para guru. Berikutnya, mereka harus menjaga diri dan dapat dipercaya dalam berhubungan dengan orang lain dan dalam melakukan segala sesuatu dalam kehidupan sehari-hari. Dan kita juga harus belajar untuk mengasihi sesama manusia tanpa kecuali dan banyaklah bergaul dengan yang mereka yang berakal budi serta pelajarilah semua kebaikan dan kecintaan pada sesama dari pergaulan itu. Ketika semua hal ini dapat terlaksana, jika kita masih memiliki waktu luang dan tenaga, maka kita harus mempelajari lagi sastra dan seni untuk meningkatkan pengetahuan serta memperkaya diri dengan banyak kebudayaan.”

(41)

telah disebutkan diatas, bahwa nilai luhur dalam kekeluargaan sudah mulai luntur di kalangan masyarakat Tionghoa. Maka dari itu saya sangat tertarik untuk membahas lebih detail mengenai nilai luhur pada ajaran Dizi Gui yang menyangkut dua hubungan kekeluargaan, yaitu: nilai luhur dalam hubungan orang tua dan anak, serta nilai luhur dalam hubungan kakak beradik. Diharapkan dengan adanya penulisan ini masyarakat dan para remaja diingatkan kembali akan pentingnya menjalin hubungan yang baik dengan keluarga.

Penelitian yang berjudul “Analisis Nilai Luhur Pada AjaranDizi Gui

《 弟 子 规 》” ini perlu menggunakan teori sastra yang mengkaitkan hubungan

sastra dengan pemikiran. Teori ini dicetuskan oleh Wellek dan Austin Warren dalam bukunya Teori Kesusastraan (1989) untuk membahas lebih dalam lagi ajaran Dizi Gui yang terdapat pada buku Dizi Gui.

1.2 Ruang Lingkup Penelitian

Nilai luhur pada Dizi Gui menjadi topik yang sangat menarik untuk dikaji karena di dalam Dizi Gui terdapat banyak ajaran tentang nilai luhur dalam keluarga. Topik ini sendiri juga sudah menjadi perbincangan di negeri Cina. Untuk membatasi ruang lingkup yang terlalu luas, maka penulis membatasi penelitiannya hanya dalam ajaran Dizi Gui yang berhubungan dengan kekeluargaan dan mengandung dua nilai yaitu:

(42)

Oleh karena itu, Dizi Gui juga bisa dijadikan referensi bagi para mahasiswa yang ingin mengkajinya lebih lanjut dalam judul dan sudut pandang yang berbeda.

1.3 Rumusan Masalah

Dalam Dizi Gui ini sendiri bidang-bidang yang tercakup sebagian besar mengenai nilai-nilai luhur dalam membangun karakter diri dalam keluarga ataupun sekolah. Oleh karena itu peneliti akan mengkaji tentang :

1. Bagaimanakah bentuk nilai luhur hubungan orang tua dan anak yang terdapat pada Ajaran Dizi Gui?

2. Bagaimanakah bentuk nilai luhur hubungan kakak beradik yang terdapat pada Ajaran Dizi Gui?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan nilai luhur hubungan orang tua dan anak yang terdapat pada ajaran Dizi Gui .

2. Untuk mendeskripsikan nilai luhur hubungan kakak beradik yang terdapat pada ajaran Dizi Gui.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di dapat dari ajaran Dizi Gui adalah:

1.5.1 Manfaat Teoritis

(43)

dilihat dari sudut pandang filsafat dalam ajaran Dizi Gui, khususnya dalam hubungan orang tua dan anak serta hubungan kakak beradik. Sehingga bisa menjadi pedoman dan dapat mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari.

1.5.2Manfaat Praktis

Penelitian dari ajaran Dizi Gui , dapat digunakan sebagai referensi bagi

mahasiswa yang juga ingin menulis tentang ajaran 《三字 》(san zi jing) atau

(44)

ABSTRACT

The tittle of this paper is “Analisis Nilai Luhur dalam Ajaran《弟子规》(

Dìzǐ Guī )”. Dìzǐ Guī is an old teaching that written by Liu Yi Xiu. “Dìzǐ Guī” teach us the way to become a real good man in all perspective starts from family, to country, with an interesting story that can be read by all people in all range of age. Because nowadays, young people don’t really understand how to be loyal to their parents, so they often misunderstand about the way to be loyal to their parents. That’s the main reason why writer wanted to write this paper. The writer used a descriptive qualitative as a methodology, and the data are collected by reading lots of book about Dìzǐ Guī and also with an interview. The conclusion found that many young people forgot the value of being loyal to their parents. In chapter four, the writer discussed about the value from Dìzǐ Guī . Hope through this research, in the future young people can realize more value of learning Dìzǐ Guī and start to apply it in their daily life.

(45)

ANALISIS NILAI LUHUR PADA AJARAN ( Dìz

ǐ Guī

)

《弟子规》

《弟子规》中

的价值

(“Dìz

ǐ Guī” Zhōng “Xiào” De Jiàzhí )

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :

NAMA

: INDRI LEONARDI

NIM

: 090710030

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(46)

ABSTRACT

The tittle of this paper is “Analisis Nilai Luhur dalam Ajaran《弟子规》(

Dìzǐ Guī )”. Dìzǐ Guī is an old teaching that written by Liu Yi Xiu. “Dìzǐ Guī”

teach us the way to become a real good man in all perspective starts from family, to country, with an interesting story that can be read by all people in all range of age. Because nowadays, young people don’t really understand how to be loyal to their parents, so they often misunderstand about the way to be loyal to their parents. That’s the main reason why writer wanted to write this paper. The writer used a descriptive qualitative as a methodology, and the data are collected by reading lots of book about Dìzǐ Guī and also with an interview. The conclusion found that many young people forgot the value of being loyal to their parents. In chapter four, the writer discussed about the value from Dìzǐ Guī . Hope through this research, in the future young people can realize more value of learning Dìzǐ

Guī and start to apply it in their daily life.

(47)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan masa perkuliahan dan tugas akhir semester berupa skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Luhur Dalam

Ajaran ( Dìzǐ Guī )《弟子规》”. Skripsi ini dibuat untuk melengkapi salah satu

syarat kelulusan Program Sarjana di Departemen Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan, motivasi, semangat, doa dan materi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Ucapan terimakasih ini penulis tujukan kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A., selaku Ketua Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara. sekaligus selaku Dosen Pembimbing I yang telah sangat banyak membantu memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara.

(48)

semester VIII ini, beliau sedikit banyak juga memberikan banyak motivasi agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya khususnya Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama di perkuliahan.

6. Seluruh dosen Jinan University(暨南大学)dari semester awal hingga

akhir perkuliahan, yaitu Zhu Xiao Hong,M.A., Yu Xin, M.A., Wu Qiao Ping, M.A., Liu Jin Feng, M.A., Cao Li Min, M.A., Liang Yun Chuan, M.A., Yu Xue Ling, M.A., dan Chen Shu Shu, M.A., .

7. Kedua Orangtua penulis, Antony dan Jamina Junus yang selama ini selalu mendukung penulis untuk tetap semangat menyelesaikan skripsi ini.

8. Dan yang terakhir, kepada seluruh mahasiswa Sastra China Stambuk 2009 yang selalu saling memberikan motivasi agar bisa bersama-sama menyelesaikan skripsi akhir ini. Semoga persahabatan kita bisa tetap terjalin baik selamanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna dan masih terdapat kekurangan di dalamnya. Penulis berharap, untuk kedepannya peneliti berikutnya yang ingin menulis atau melanjutakan penelitian dengan judul yang sama dapat menulis jauh lebih baik dari ini.

(49)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

(50)

4.1 ... Nila i Luhur dalam Hubungan Orang tua dan Anak ...

4.1.1 ... Nila i luhur tanggung jawab dalam hubungan orangtua dan anak…………

4.1.1.1 ... Tan ggung jawab dalam unsur hormat dan santun……….

4.1.2 Nilai luhur keadilan dalam hubungan orangtua dan anak………

4.1.4.1 Kearifan dalam unsur baik dan rendah hati………..

4.2 Nilai Luhur Dalam Hubungan Kakak Beradik ... 4.2.1 Nilai Luhur kebijaksanaan dan kearifan dalam hubungan kakak-

Referensi

Dokumen terkait

Syaiful Anwar, Wakil Rektor III UIN Raden Intan Lampung, wawancara , dicatat pada tanggal 13/05/2018.. kepemimpinan yang demokratis. Teori ini ternyata diaplikasikan oleh Prof.

Berbagai penyebab pergeseran pemakaian bahasa Indonesia, tidak hanya disebabkan oleh bahasa asing tetapi juga disebabkan oleh adanya interferensi bahasa daerah dan pengaruh bahasa

Peduli terhadap keselamatan diri dan lingkungan dengan menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan pengamatan dan percobaan di laboratorium dan di

atas segala nikmat cahaya ilmu pengetahuan, kemudahan serta petunjuk yang telah diberikan sehingga dapat terselesaikan dengan baik penulisan tesis dengan Pengujian Keseragaman

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Dengan melihat hasil hitung di atas, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 1970- 2004 mempengaruhi besar kecilnya pengeluaran pendidikan dan pengaruh

Jaw aban dibukt ikan dengan daft ar rat a-rat a nilai uji kompet ensi mat a pelajaran produkt if t ahun t erakhir dan hasil penet apan kompet ensi sisw a sesuai dengan

Berbeda dengan di atas, Resiliensi didefinisikan oleh (Wolin, 1999) sebagai proses tetap berjuang saat berhadapan dengan kesulitan, masalah, atau penderitaan, sedangkan