• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kinerja Bangunan Sekolah Alam Star International Medan (Playgroup dan Taman Kanakkanak)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Kinerja Bangunan Sekolah Alam Star International Medan (Playgroup dan Taman Kanakkanak)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Lingkungan sekolah merupakan salah satu dari 4 (empat) lingkungan yang paling berpengaruh pada perkembangan anak (Irwin & Joachim, 1978; Monsur, 2013). Lingkungan fisik sekolah harus dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, melalui kesempatan eksplorasi dan belajar. Kualitas penggunaan ruang di sekolah, baik di dalam maupun di luar ruangan, harus dievaluasi; karena akan mempengaruhi tingkat keterlibatan dan interaksi anak-anak dalam kegiatan pembelajaran (NAEYC, 1991).

Hal yang perlu dievaluasi dari sekolah adalah bagaimana desain fisik sekolah dapat mempengaruhi perilaku anak dalam kegiatan belajar dan bermain sesuai sistem pendidikan sekolah. Namun sangat sedikit penelitian yang telah memberikan bukti empiris tentang hubungan antara variabel arsitektur dan perilaku belajar/bermain anak-anak pada tingkat sekolah Playgroup (PG) dan Taman Kanak-kanak (TK) yang dipengaruhi sistem pendidikan sekolah (Monsur, 2013).

Salah satu bentuk sistem pendidikan yang mulai berkembang di Indonesia adalah pendidikan sekolah alam. Sistem pendidikan sekolah ini berbeda dari sekolah formal/konvensional umumnya. Kurikulum yang diterapkan di sekolah ini disusun oleh staf pengajar agar sesuai dengan kemampuan siswanya. Sistem pendidikan sekolah alam memadukan teori pembelajaran dan penerapannya. Selain itu rasio

(2)

kegiatan di dalam kelas hanya sebesar 30% dan 70% di luar kelas; sementara kegiatan pembelajaran di sekolah konvensional, hampir 90% berada di dalam ruang kelas (Kusumawardhani, 2010).

Di Kota Medan sendiri, terdapat sekolah untuk tingkat pendidikan Playgroup (PG) dan Taman Kanak-kanak (TK) dengan konsep alam, yakni sekolah alam Star International Medan. Sekolah yang didirikan pertama sekali di Bogor oleh Ayah Edy ini, menerapkan konsep pembelajaran berbasis alam dengan kurikulum Multiple

Intelligence. Bangunan sekolah alam Star International Medan ini terdiri dari 2 (dua)

massa bangunan yang berbeda, yaitu massa bangunan yang diperuntukkan sebagai fasilitas pendukung sekolah seperti: tata usaha, kantor guru, kamar mandi, dapur, musholla, mess serta massa bangunan yang diperuntukkan sebagai ruang kelas.

Namun setelah sekolah beroperasi selama lebih dari 3 (tiga) tahun, muncul ketidakpuasan dan keluhan-keluhan dari pengguna sekolah yang disampaikan dari pihak guru dan orang tua.

Oleh sebab itu dilakukan tahap evaluasi awal untuk mengumpulkan data-data awal terkait masalah-masalah yang dirasakan pengguna tersebut. Peneliti mencatat ada sejumlah masalah yang terjadi di sekolah yang menyebabkan kegiatan belajar dan bermain anak tidak dapat diakomodasi secara maksimal. Kondisi inilah yang menjadi penyebab munculnya ketidakpuasan dari pengguna sekolah. Dengan kata lain, kondisi kinerja sekolah rendah.

(3)

1. Tingkat kenyamanan di dalam ruang kelas cukup rendah karena kurang mampu mengakomodasi kegiatan belajar yang dilakukan di dalam kelas, serta kurang memperhatikan faktor kesehatan dan kebersihan ruang kelas.

2. Pemilihan furniture dan material bangunan kurang mempertimbangkan aspek keamanan, keselamatan dan kualitas material (durability) bagi anak.

3. Fasilitas yang tersedia di sekolah kurang mampu mengeksplorasi anak untuk dapat melakukan berbagai kegiatan bermain dan belajar.

4. Zoning dan sirkulasi antar ruang yang kurang baik, meyebabkan kegiatan

pembelajaran menjadi kurang efisien. Misalnya jarak toilet yang jauh dari kelas menyebabkan beberapa anak sudah buang kecil sebelum sampai ke toilet dan zona publik yang terkoneksi langsung dengan zona kegiatan belajar dan bermain anak.

5. Desain bangunan kelas dengan model saung menimbulkan beberapa gangguan perilaku pada anak. Anak dengan gaya belajar visual akan sulit berkonsentrasi bila belajar di luar ruangan (tanpa batasan fisik/fokus yang jelas), sementara anak dengan gaya belajar kinestetis akan sulit dikontrol bila belajar di dalam kelas.

(4)

7. Ukuran ruang kelas yang sempit, sehingga anak-anak tidak bebas untuk bergerak.

8. Aplikasi warna bangunan sekolah yang terkesan monoton dan kurang mencerminkan sebagai sekolah PG dan TK.

Untuk dapat meningkatkan kinerja sekolah, masalah yang menyebabkan terjadinya penurunan kepuasan pengguna, harus dapat diselesaikan. Jika dilihat dari keluhan-keluhan pengguna di atas, maka lebih dari 90% masalah terjadi pada bangunan atau pada ruang dalam di sekolah. Selain itu berdasarkan literatur yang ada, sangat sedikit penelitian tentang peran ruang dalam (indoor) pada kegiatan anak di sekolah (Monsur 2013), yang hanya sekitar 30% pada sekolah alam. Oleh sebab itu, fokus penelitian adalah Evaluasi kinerja pada bangunan sekolah alam Star International Medan.

(5)

1.2Alasan Pemilihan Topik Permasalahan

Fokus penelitian adalah evaluasi kinerja yang dilakukan pada bangunan sekolah alam, terkait dengan kegiatan belajar dan bermain anak. Topik ini mengandung beberapa inti penelitian yakni: Evaluasi Kinerja Bangunan (BPE), sekolah alam, bangunan atau ruang dalam sekolah, serta kaitannya dengan kegiatan belajar dan bermain anak.

1.2.1 Mengapa dilakukan evaluasi kinerja bangunan (BPE) pada sekolah alam

BPE digunakan sebagai alat untuk melakukan evaluasi, karena hasil BPE dapat secara realistis memberikan solusi dalam memecahkan permasalahan yang ada; dan idealis bagi kriteria desain sekolah alam yang sesuai dengan kebutuhan pengguna dan standar.

Evaluasi Kinerja Bangunan sekolah merupakan langkah penting dalam meningkatkan kepuasan pengguna serta menghasilkan standar kinerja bangunan yang mungkin sudah ada, atau yang harus dikembangkan sebagai desain bangunan dengan konsep dan metode pembelajaran sekolah yang sama.

1.2.2 Mengapa objek penelitian adalah sekolah alam dan difokuskan pada bangunan atau ruang dalam sekolah

(6)

berbeda dengan sekolah konvensional. Karakteristik ruang dalam pada sekolah alam, tidak sama dengan karakter ruang dalam pada sekolah formal (desain ruang yang dibatasi dengan dinding dan atap, dengan kegiatan yang terkendali); dan tidak sama dengan karakteristik ruang luar.

Sekolah alam tetap membutuhkan ruang-ruang belajar dan bermain di dalam ruangan, untuk melindungi anak dari pengaruh cuaca buruk (Moore et al., 2007). Selain itu lebih dari 90% penyebab penurunan kepuasana pengguna terjadi pada bangunan/ruang dalam.

Faktor lainnya yang menjadi alasan fokus penelitian pada bangunan/ruang dalam sekolah alam adalah sangat sedikit kajian literatur yang mengacu pada desain sekolah alam, dan lebih sedikit lagi kajian mengenai ruang dalam (indoor) pada sekolah alam. Kajian literatur yang ada lebih mengacu pada desain “Natural

Enviornment” dan ruang indoor pada sekolah formal/konvensional, yang juga lebih

banyak merujuk pada tingkat sekolah dasar (SD) ke atas.

1.2.3 Mengapa hasil evaluasi (BPE) berupa solusi desain, harus dikaitkan dengan kegitan belajar dan bermain anak

(7)

1.3 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam melakukan Evaluasi Kinerja Bangunan sekolah alam Star International Medan, melalui sistem facet approach BPE (melibatkan riset metodologi, riset kuisioner, dan riset desain standar/guidelines) sebagai berikut:

1. Bagaimana mengidentifikasikan tingkat kepuasan pengguna terhadap kinerja bangunan sekolah alam.

2. Bagaimana menghasilkan kriteria desain bangunan sekolah alam dengan tingkat kinerja yang tinggi.

1.4 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan Evaluasi Kinerja Bangunan sekolah alam Star International Medan, adalah:

1. Mengidentifikasi tingkat kepuasan pengguna terhadap kinerja bangunan sekolah alam.

2. Menghasilkan kriteria desain bangunan sekolah alam yang memiliki tingkat kinerja yang tinggi.

1.5 Manfaat

(8)

mengakomodasi kegiatan belajar dan bermain anak, yang diikuti dengan peningkatan kepuasan pengguna dan kualitas sekolah di mata publik (masyarakat luas).

Bagi Akademisi: dapat menjadi acuan dalam melakukan evaluasi kinerja pada bangunan dan dalam mendesain bangunan sekolah alam dengan tingkat kinerja tinggi. Bagi Masyarakat Umum: dapat mengetahui kebutuhan anak dalam bermain dan belajar sesuai karakteristik sistem pendidikan berbasis alam.

1.6 Produk Evaluasi

Produk yang akan dihasilkan dari Evaluasi Kinerja Bangunan (BPE) di sekolah alam Star International Medan, adalah:

1. Hasil identifikasi tingkat kepuasan pengguna terhadap kinerja bangunan. 2. Rekomendasi desain sekolah terkait faktor kinerja ruang yang menyebabkan

tingkat kepuasan pengguna menjadi rendah, berupa konsep: a. Konsep layout bangunan;

(9)

1.7 Metodologi

Sistem Evaluasi Kinerja Bangunan (BPE) merupakan proses perbandingan antara ketiga variabel; yakni kriteria bangunan menurut pengguna (ekspektasi dan harapan pengguna terhadap bangunan), standar bangunan yang telah ada, serta kondisi kinerja bangunan. Proses perbandingan ini menggunakan metodologi facet approach terhadap riset metodologi, riset kuisioner, dan riset desain standar, melalui metode/tahapan-tahapan evaluasi yang telah dimodifikasi oleh penulis dengan mengacu pada 2 (dua) literatur yakni Preiser & Vischer, 2005 dan Zamani, 2012.

1.7.1 Tahap 1: strategic planning

Tahap Strategic Planning terdiri dari:

1. Evaluasi/penelitian ini diawali karena munculnya keluhan dari pengguna sekolah terhadap kondisi bangunan yang tidak dapat mengakomodasi/berfungsi sesuai kegiatan belajar dan bermain anak (muncul ketidakpuasan pengguna).

2. Menetapkan tujuan evaluasi, yakni tujuan evaluasi jangka pendek (short term). Hal ini menyebabkan penelitian tidak difokuskan untuk menghasilkan hasil evaluasi yang valid; karena sistem BPE pada tujuan tersebut, lebih menekankan pada proses penyelesaian masalah yang ada.

3. Melakukan kajian awal mengenai hubungan antara desain setiap

(10)

4. Menetapkan konsep-konsep umum tentang sekolah alam yang akan menjadi bagian dari indikator penilaian dalam menyelesaikan masalah kepuasan pengguna. Selanjutnya konsep umum tentang sekolah alam tersebut akan diinterpretasikan ke dalam karakteristik ruang sesuai standar literatur (Tabel 1.1). Adapun standar literatur diperoleh dari perbandingan antara sekolah alam, sekolah konvensional dan hasil penelitian terkait objek yang dievaluasi.

Tabel 1.1 Kerangka Konsep Umum Sistem Pendidikan Sekolah Alam Karakteristik Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Based on children

Active Learning

Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2014

1.7.2 Tahap 2: programming

(11)

1.7.2.1. Kuisioner

Kuisioner dilakukan untuk mengidentifikasi lebih lanjut mengenai ekspektasi dan harapan pengguna terhadap peningkatan kinerja sekolah (terkait aspek-aspek desain fisik), melalui modifikasi Kuisioner BPE. Kuisioner ini merupakan alat ukur dari Evaluasi Kinerja Bangunan International (International Building Performance Evaluation (IBPE)) (Consortium, 1995, University of Cincinnati, OH, USA; Preiser & Vischer, 2005). Kerangka pertanyaan dari kuisioner ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat kualitatif/subjektif, namun dapat terukur lebih objektif berdasarkan standar desain kinerja bangunan yang ada (kuantitatif).

Kuisioner dibagikan kepada semua sampel (pengguna sekolah), yakni 6 (enam) guru, 15 orang anak TK (tanpa anak Playgroup, karena anak PG belum

memiliki konsep “suka” atau “tidak suka” (Shaw, 2010) sehingga survey kepuasan pengguna untuk siswa PG hanya berdasarkan behavior mapping), 19 orang tua siswa, 2 (dua) pihak klien/owner. Namun pada kenyataannya, hanya 10 orang anak TK yang berhasil diberikan kuisioner, 4 orang tua siswa, dan 1 pihak owner yang juga merupakan arsitek bangunan sekolah tersebut.

Bentuk kuisioner akan dibedakan berdasarkan pengguna, seperti:

(12)

Anak akan diberikan pilihan jawaban (Pilihan A/B) dalam bentuk gambar dan permainan terhadap beberapa pertanyaan.

2. Kuisioner untuk guru, orang tua siswa dan owner sekolah, akan dibedakan sesuai kapasitas masing-masing.

Kuisioner BPE ini secara umum berisikan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pengguna sekolah berdasarkan: konsep desain sekolah, aspek kesehatan dan keselamatan, faktor keamanan, eksterior bangunan, interior bangunan, kegiatan yang berlangsung di sekolah, hubungan antara ruang/area di sekolah, sirkulasi, penggunaan material, jumlah pengguna dan dimensi ruang, serta kemampuan bangunan untuk memenuhi kebutuhan pengguna.

Pertanyaan-pertanyaan pada kuisioner disusun untuk menghasilkan harapan dan kebutuhan pengguna terkait aspek-aspek desain fisik yang mempengaruhi kinerja bangunan sekolah (Tabel 1.2).

Kuisioner BPE dievaluasi berdasarkan 5 (lima) point dengan range (sangat baik), (netral), (sangat buruk). Rating dari skala tersebut

(13)

Tabel 1.2 Kisi-kisi Instrumen Kuisioner 1. Kebutuhan Ruang Owner: 6; Guru: 1,2,13,14; Orang tua:

1-3; Anak: 1,4,5

2. Layout Owner: 1-4,6 Guru: 1,2,3,5,6-12,14; Orang

tua: 1-3; Anak: 1,4,5

3. Furniture Owner: 1-6; Guru: 1,2,4,5,7-14; Orang tua:

1-3; Anak: 3, 5

4. Dimensi Ruang Owner: 1-4,6; Guru: 1,2,4,5,7-12,14; Orang tua: 1-3; Anak: 1,4,5

5. Bentuk Bangunan Owner: 1-4,6; Guru: 2,3,7-12,14; Orang tua: 1-3; Anak: 5

6. Material Owner: 1-6; Guru: 2,5,7-12,14; Orang tua: 1-3; Anak: 5

7. Warna Owner: 1-4,6; Guru: 5,7-12,14; Orang tua: 1-3; Anak: 2,5

Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2014

1.7.2.2. Behavior mapping

Behavior mapping dilakukan untuk mengidentifikasi lebih lanjut mengenai

kondisi kinerja bangunan yang terjadi (terkait aspek-aspek desain fisik), melalui survey lapangan untuk mengumpulkan data mengenai bangunan sekolah sesuai dengan standar dokumen Evaluasi Kinerja Bangunan (Preiser & Vischer, 2005).

Adapun data yang harus dikumpulkan adalah:

1. Informasi klien/pengguna (pihak yang terkait), mengenai:

a. Pernyataan klien mengenai misi, struktur organisasi, dan staf di sekolah Star International Medan;

(14)

d. Laporan yang berhubungan dengan sekolah, kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah baik dari rekaman atau laporan tertulis; e. Laporan perbaikan/pemeliharaan sekolah;

f. Umpan balik lainnya mengenai sekolah.

2. Informasi yang berhubungan dengan bangunan, seperti: a. Identifikasi penyediaan fasilitas di sekolah;

b. Tinjauan program ruang dan informasi lainnya yang terkait dengan evaluasi sekolah;

c. Identifikasi penilaian kinerja bangunan sekolah berdasarkan aspek desain fisik dari standar yang telah ada.

Survey lapangan dilakukan dengan behavior mapping, melalui tahapan: 1. Menentukan jadwal penelitian.

Pengambilan data lapangan dengan metode behavior mapping, dilaksanakan mulai tanggal 24 Maret sampai dengan 11 April 2014 dengan 3 (tiga) hari yang dipilih untuk dipetakan dalam sistem behavior

mapping.

2. Menentukan desain penelitian, dengan cara:

(15)

i. Kegiatan absensi dan pembelajaran moral, agama, sosial, emosi, dan kemandirian (masek) yakni dari pukul 08.00/08.30 (jadwal masuk sekolah) sampai 09.00 WIB;

ii. Kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kurikulum spider web, yakni dari pukul 09.00 sampai 10.00 WIB;

iii. Kegiatan makan dan kegiatan bebas seperti bermain, yakni dari pukul 10.00 sampai 11.00/11.30 WIB (jadwal pulang sekolah). b. Melakukan tahapan pemetaan (mapping) dengan cara: pengkoodean

kegiatan yang dilakukan pada ruang-ruang/area di sekolah. Pengkodean tersebut digambarkan pada tiap setting ruang/area di sekolah, sehingga terlihat kegiatan yang dominan dan efektif untuk dilakukan dalam setting tersebut. Kode perilaku disusun berdasarkan kegiatan belajar/bermain anak (Gambar 1.1) (Van Hoorn, Nourot, Scales, and Alward (2005); NAEYC, 2009).

Gangguan dari pihak luar

Mencuci tangan

Menonton TV

Mewarna/menulis

Kegiatan di alam, seperti: menangkap hewan

Memanjat

(16)

Tahap terakhir dari programming adalah analisa kriteria desain bangunan, dengan membandingkan hasil survey kepuasan pengguna (hasil kuisioner dan hasil behavior mapping) terhadap interpretasi ruang sesuai karakteristik sekolah alam. Oleh sebab itu hasil dari evaluasi ini merupakan kesimpulan konkret tentang penilaian kinerja bangunan berdasarkan standar desain fisik ruang kelas dan tingkat kepuasan penggunanya (Tabel 1.3).

Tabel 1.3 Kerangka Hasil Analisa 6 (enam)

Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2014

(17)

ini diperoleh dengan melihat pola hubungan antara sifat konflik dan desain fisik ruang.

1.7.3 Tahap 3: desain

Setelah memperoleh kesimpulan pada tahap analisa, maka dapat diambil rekomendasi berupa konsep-konsep terkait aspek-aspek desain untuk meningkatkan kinerja bangunan sekolah, berupa konsep layout bangunan, konsep furniture, konsep dimensi ruang, konsep bentuk bangunan, konsep penggunaan material bangunan, dan konsep pemilihan warna. Metodologi Evaluasi Kinerja Bangunan (BPE) sekolah Star International Medan ini dapat dibuat menjadi suatu kerangka pemikiran (Gambar 1.2).

Gambar 1.2 Diagram Metodologi Evaluasi Kinerja Bangunan di Sekolah Alam Star International Medan

(18)

1.8 Kerangka Penelitian

Kerangka dasar penelitian dipengaruhi oleh tahap Evaluasi Kinerja Bangunan (Tahapan BPE) (Gambar 1.3). Proses BPE dimulai dari munculnya keluhan pengguna yang menjadi latar belakang penelitian, penetapan tujuan, dan konsep umum sekolah alam (tahapan Strategic Planning), menyaring informasi berupa keluhan pengguna tersebut kedalam kategori aspek desain yang akan diteliti, mengidentifikasikan dan menganalisa kriteria desain (tahapan Programming), membuat konsep desain berdasarkan hasil analisa (tahapan Desain), dan menguji kriteria desain.

(19)

1.9Sistematika Penulisan Tesis

Sistematika penulisan laporan penelitian ini terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN; berisi latar belakang, alasan pemilihan topik, rumusan masalah, tujuan, manfaat, produk evaluasi, metodologi, kerangka berpikir, dan sistematika penulisan penelitian tentang Evaluasi Kinerja Bangunan sekolah alam Star International Medan.

BAB II LANDASAN TEORITIS EVALUASI KINERJA BANGUNAN; berisi pendekatan teoritis mengenai: sistem evaluasi kinerja bangunan (BPE), fase BPE, tujuan BPE, variabel BPE (harapan/kebutuhan dan tujuan pengguna, kondisi faktual kinerja yang terjadi, dan standar kinerja bangunan), survey tingkat kepuasan pengguna (melalui pengamatan langsung (kuisioner dan behavior mapping).

BAB III EVALUASI KINERJA BANGUNAN (BPE) SEKOLAH ALAM STAR INTERNATIONAL MEDAN; berisi rencana strategis mengenai: tujuan evaluasi, hubungan antara setting/ruang dan jenis kegiatan, konsep sekolah alam berdasarkan standar literatur (sekolah alam, sekolah konvensional, dan standar sekolah PG dan TK menurut para ahli); program evaluasi mengenai: identifikasi masalah dan analisa kriteria desain

(20)

BAB V KONSEP SEKOLAH ALAM STAR INTERNATIONAL MEDAN; berisi kriteria desain sekolah yang memiliki tingkat kinerja yang tinggi.

BAB VI RUMUSAN KRITERIA DESAIN SEKOLAH ALAM STAR INTERNATIONAL MEDAN; berisi asumsi/hipotesa peneliti untuk menghasilkan kriteria-kriteria desain sekolah dengan tingkat kinerja yang tinggi.

BAB VII PENERAPAN KRITERIA DESAIN SEKOLAH ALAM STAR INTERNATIONAL MEDAN; berisi rancangan penerapan konsep pada sekolah agar memiliki tingkat kinerja yang tinggi.

BAB VIII EVALUASI AKHIR DAN REKOMENDASI; berisi evaluasi akhir dan rekomendasi dari peneliti terhadap konsep desain sekolah dengan tingkat kinerja yang tinggi.

BAB IX KESIMPULAN; berisi kesimpulan dari Evaluasi Kinerja Bangunan sekolah alam Star International Medan

Gambar

Tabel 1.1 Kerangka Konsep Umum Sistem Pendidikan Sekolah Alam
Tabel 1.2 Kisi-kisi Instrumen Kuisioner
Gambar 1.1 Pengkodean Kegiatan dalam
Gambar 1.2 Diagram Metodologi Evaluasi Kinerja Bangunan di Sekolah Alam  Star International Medan   Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2014
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

When we detect the diameter of sphere from point cloud, the size of the area where we make spherical approximation fitting (Figure 6: the area we could make matching) and

KESATU : Membentuk Tim Fasilitasi Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat Kabupaten Bantul Tahun Anggaran 2008 dengan susunan sebagaimana tersebut dalam Lampiran I

[r]

[r]

Peraturan Bersama Menteri Pertanian dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 54/Permentan/OT.210/11/2008 dan Nomor 23A Tahun 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Kromatogram hasil KLT menunjukkan 8 noda, sedangkan hasil KLT spektrofotodensitometri Sebelum dan sesudah uji hayati masing-masing menunjukkan 4 puncak pada | 2!4 \*

Hotel Wisata Kawasan Kaliurang, Sleman xv Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.. Dipetik April 15,