BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Bagi kita yang sering menelusur informasi di database atau di internet sudah
terbiasa dengan pernyataan bahwa Google menemukan 216.742 item yamg sesuai
dengan permintaan kita. Luar biasa banyaknya, apa yang harus saya lakukan? Saya
tidak mungkin bisa memeriksa atau membaca satu persatu. Kemarin saya menemukan
informasi yang cocok sekali dengan proyek penelitian saya tetapi saya lupa mencatat
alamat webnya. Bagaimana caranya saya bisa menemukan kembali informasi
tersebut. Atau mungkin saja kita mendapatkan jawaban seperti “404 not found” tidak
ada informasi yang cocok dengan permintaan kita sementara saya harus
menyelesaikan tugas saya besok. Apa yang harus saya lakukan?.
Komentar-komentar tersebut di atas menunjukkan bahwa kemajuan pesat
teknologi informasi dan komunikasi melahirkan persoalan baru khususnya yang
berkaitan dengan temu balik informasi. Rumitnya proses temu balik informasi
terutama yang terekam dalam media elektronik misalnya di internet menuntut
pemakainya untuk memiliki sejumlah pengetahuan dan keterampilan dalam
menemukan informasi yang mereka butuhkan. Jika tidak, teknologi informasi akan
memaksa mereka duduk berjam-jam mencari informasi yang sesuai dengan
kebutuhannya.
B. Permasalahan
Tulisan ini mencoba membahas literasi informasi sebagai suatu strategi yang
dilakukan oleh pustakawan untuk membantu pemakainya mengatasi rumitnya proses
temu kembali informasi sebagai akibat kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi. . Permasalahan yang diangkat dalam makalah ini yakni:
1. Apa yang dimaksud dengan literasi informasi?
2. Mengapa literasi informasi itu penting?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian literasi informasi
Ada berbagai pengertian yang dirumuskan oleh ahli informasi tentang Literasi
informasi. Dari beberapa pengertain tersebut. pada dasarrnya memiliki persamaan
konsep tentang literasi informasi. Berikut adalah beberapa pengertian literasi
informasi.
Doyle ( 1995:30) menyatakan literasi informasi adalah kemampuan seseorang
untuk menyadari bahwa informasi yang valid dan lengkap merupakan fondasi untuk
pengambilan keputusan, menformulasikan kebutuhan informasinya, mengidentifikasi
sumber informasi yang potensial memuat informasi yang dibutuhkan, membuat
strategi penelusuran, mengakses informasi yang terekam dalam media tidak tercetak,
mengevaluasi informasi, mengitengrasikan informasi baru ke dalam struktur ilmu
pengetahuan.
Kirk (1992:129) mendefinisikan literasi informasi sebagai kemampuan
sesorang untuk mengartikulasikan kebutuhan informasinya misalnya informasi apa
yang sesungguhnya yang saya butuhkan, kemampuan mengakses informasi seperti
sumber informasi apa yang memuat informasi yang saya butuhkan dan bagaimana
caranya untuk menemukan sumber tersebut., kemampuan menyeleksi informasi yang
kemampuan menggunakan informasi yang berarti bagaiaman saya bisa menyajikan
dan menggunakan informasi yang saya dapatkan.
Cox (1997:48) juga memberikan batasan tentang literasi informasi sebagai
berikut: seperangkat kemampuan yang harus dimiliki di era informasi yang
mencakup : kemampuan merumuskan suatu masalah, memutuskan informasi apa
yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut, sumber-sumber informasi apa
yang menyediakan informasi yang saya butuhkan, menemukan informasi dari
sumber-sumber tersebut. mengevaluasi informasi yang telah ditemukan,
mengorganisasi informasi dan menyajikan informasi sehingga mudah dimengerti.
Dengan melihat definisi literasi informasi di atas maka penulis berkesimpulan
bahwa literasi informasi adalah sejumlah kemampuan yang harus dimiliki oleh
seseorang yang meliputi kemampuan untuk mengartikulasikan kebutuhan informasi
mereka, kemampuan menenmukan informasi yang mereka butuhkkan, kemampuan
mengevaluasi informasi yang mereka temukan dan kemampuan menggunakan
informasi yang telah mereka temukan.
B.
Pentingnya literasi informasi
Ada dua alasan utama mengapa literaasi informasi menjadi penting untuk kita
semua. Alasan pertama adalah yang berkaitan dengan kemajuan teknologi informasi
dan yang kedua berkatian dengan prinsip belajar seumur hidup “ long life learning”.
Peterson (1994:92) menyatakan bahwa sekarang teknologi informasi telah
Kita bisa melihat beberapa contoh kemajuan teknologi informasi misalnya kehadiran
online catalog public access catalog (OPAC), penggunaan CD-ROM, database seperti
Ebsco, Proquest dan internet. Kesemua contoh tersebut merubah bagaiamana suatu
pekerjaan di perpustakaan dikerjakan. Kemajuan teknologi informasi
tersebut.membawa masyarakat kita ke dalam budaya global, informasi yang
melimpah ruah dan sistem informasi global. Dengan melihat komentar tersebut. maka
jelaslah bahwa kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi dan menggunakan
informasi sangat penting bagi kita.
Alasan kedua mengapa informasi literacy penting bagi kita adalah yang
berkaitan dengan kontribusi literasi informasi terhadap prinsip belajr seumur hidup.
Eisenberg (2004:93) mengatakan bahwa belajar adalah penting tapi belajar
bagaimana caranya belajar juga penting. Pendapat ini diperkuat oleh Carlson
(2009:32) bahwa literasi informasi yang mencakup kemampuan untuk mengakses,
mengevalusi dan menggunakan informasi dari berbagai sumber merupakan kunci
pokok terhadap suksesnya belajar atau bahkan bisa suksesnya hidup kita. Dengan
melihat komentar tersebut, nyatalah bahwa keberhasilan dalam belajar juga sangat
ditentukan oleh seberapa pintar kita dalam mengakses, mengevalusi, dan
menggunakan informasi yang terekam dalam berbagai media. Atau dengan kata lain
bahwa orang yang tidak memiliki literasi informasi maka mereka pasti kesulitan
menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang terekam dalam
berbagai media. Lebih jauh Taylor (2006:103-109) memberikan ilustrasi tentang
1. Belajar merupakan kemampuan peserta didik untuk mengenali sesuatu yang
berharga atau patut untuk dipelajari. Belajar adalah sesuatu yang dikaitkan
dengan kebutuhan, minat, perhatian dan kemampuan dari peserta didik.
Literasi informasi dalam hal ini membantu peserta didik untuk bisa
menformulasikan kebutuhan informasi mereka.
2. Belajar merupakan suatu proses yang dinamis dan proses transformasi yang
menekankan bagaimana belajar “learning how to learn”. Literasi informasi
dalam hal ini membantu peserta didik untuk mengexplorasi informasi yang
tesedia dalam berbagai media dengan cara membekali mereka bagaimana
mengakses, mengevalusi dan menggunakan informasi.
3. Belajar adalah mengalami sendiri bukan memindahkan langsung pengalaman
pendidik ke peserta didik. Literasi informasi dalam hal ini memberdayakan
peserta didik untuk bisa mengakses, mengevalusi dan menggunakan informasi
itu sendiri.
4. Belajar yang efektif adalah menggunakan metodologi yang beragam sesuai
dengan minat peserta didik. Literasi informasi membantu peserta didik untuk
bisa memperoleh informasi dari berbagai sumber sesuai dengan minatnya.
5. Pendidik merupakan fasliterasi informasiitator terhadap pengembangan bakat
peserta didik. Literasi informasi dalam hal ini membantu peserta didik untuk
menjadi independent learner karena literasi informasi membantu mereka
dan efisien sehingga peserta didik tidak tergantung terhadap informasi yang
disediakan oleh staf pengajar.
C.
Cara Menyukseskan Program Literasi informasi?
Salah satu cara untuk menyukseskan prograrm literasi informasi adalah
meningkatkan kesadaran staf pengajar untuk merubah pola mengajar mereka dari
gaya mengajar dengan menyediakan paket informasi ke gaya mengajar yang
mengajarkan peserta didik untuk menemukan sendiri kebutuhan informasinya. Hal ini
sejalan dengan pendapat Brevick (1991: 4) bahwa gaya mengajar yang banyak
menekankan kepada paket informasi yang disediakan oleh staf pengajar harus dirubah
ke gaya mengajar yang menekankan dan mempersiapkan peserta didik untuk bisa
belajar seumur hidup dalam dunia yang kaya akan informasi. Penekananya adalah
pembelajaran yang berbasis sumber informasi yang tersedia atau yang biasa disebut
dengan resources based learning. Restrukturisasi proses belajar berarti melibatkan
siswa untuk mengenali kebutuhan informasinya, mengidentifikasi sumber informasi
yang potensial, menemukan, mengevaluasi dan mengorganisasi dan menggunakan
informasi yang telah ditemukan. Hal ini sejalan dengan pendapat Thomas (2004:20)
yang menyarankan agar para staf pengajar merubah gaya mengajar siswa untuk
menemukan dan mengevaluasi sendiri informasi yang mereka butuhkan.
Berdasarkan komentar tersebut di atas, nampaknya bahwa kesiapan staf
pengajar untuk menerapkan gaya belajar yang menekankan pada proses
suksesnya program literasi informasi. Usaha pustakawan untuk menyukseskan
program literasi informasi menjadi kurang bermakna tanpa dukungan dari staf
pengajar. Begitu pula sebaliknya penerapan proses pembelejaran yang mengacu pada
pemanfaatan sumber-sumber informasi menjadi kurang berhasliterasi informasi tanpa
dukungan dari pustakawan untuk memperkenalkan literasi informasi kepada
anggotanya.
Seiring dengan niat untuk menyukseskan program literasi informasi Cox
(2008:113) menekankan perlunya pusat-pusat informasi mendisain program literasi
informasi sebagai salah satu agenda kegiatan mereka. Rencana pelaksanaan program
literasi informasi adalah suatu cara untuk mempromosikan literasi informasi itu
sendiri. Lebih lanjut Neely (2006:96) mengingatkan bahwa untuk mencapai tujuan
dari literasi informasi maka pusat-pusat infomasi harus menyusun program literasi
informasi itu sendiri dengan sistematis. Berikut adalah pedoman penyusunan
program literasi informasi :
Fokus program literasi informasi itu sendiri adalah pemakai perpustakaan oleh karena itu literasi informasi harus disesuaikan dengan kebutuhan informasi
pemakai perpustakaan.
Program literasi informasi harus mengacu pada pencapaian seperangkat skliterasi informasil yang dibutuhkan untuk menangani informasi.
Pustakawan sebagai profesi yang bertanggungjawab utama untuk
mempopulerkan perlunya literasi informasi kepada peserta didik. Mereka harus
membantu peserta didik untuk bisa memiliki keterampilan yang ada dalam literasi
informasi. Pustakawan juga dituntut untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi
informasi. . Pustakawan harus bisa menafigasi lautan informasi. Mereka harus
memahami bagaimana informasi itu disimpan, diproses, dan diakses.
Pustakawan juga harus memiliki pengetahujan dan keterampilan dalam
mendisain proses pembelajaran literasi informasi, menyampaikan rencana
pembelajaran tersebut dan melakukan evaluasi untuk mengukur pencapaian maksud
dan tujuan dari program literasi informasi sebab literasi informasi harus diajarkan
BAB III
KESIMPULAN
Literasi informasi adalah seperangkat kemampuan yang berkaitan dengan informasi yang mencakup : Kemampuan mengenali informasi yang
dibutuhkan, mengidentifikasi sumber informasi yang potensial, kemampuan
mengakses informasi, kemampuan mengevalusi informasi dan kemampuan
mnenggunakan informasi.
Literasi informasi sangat penting karena kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menuntut perlunya memliterasi informasiiki sejumlah
pengetahuan dan keterampliterasi informasian dalam pemanfaatan informasi
dan Literasi informasi merupakan kunci terhadap suksesnya prinsip belajar
seumur hidup “ long life learning”
Untuk menyukseskan program literasi informasi harus ada kerjasama antara pustakawan dengan staf pengajar . Staf pengajar hendaknya merubah proses
pembelajaran yang menekankan pada sumber-sumber informasi sekaligus
pustakawan harus memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang teknologi
informasi dan komunikasi, kemampuan mendisain, menyajikan serta
DAFTAR REFERENSI
Boyd, Suzatte. 1997, February. “Choosing a Revolution : The Role of Information service Professional into the 21th century”. Scan, vol.16 no. 1: h. 11-14. Brevick, Patricia Senn. 1997,May. “A Signal for the Need to Restructure the
Learning Process”. NASSP bulletin, vol. 75, no. 535: h. 1-7
Carlson, Chris dan Ellen Brosnahan. 2009. Guiding Students into Information Literacy: Strategies for Teachers and the Teacher-Librarians.United Kingdom: The Scarecrow Press.
Clyde, Anne. 1997, March. “Information Literacy in the age of Information Technology”. Emergency Librarian, vol. 234, no. 4: h. 48-50
Cox, Christhoper N dan Elizabeth Blakesly Lindsay. 2008 Information Literacy Instruction Handbook. Chicago: Association of College and Research Libraries.
Doyle, Christiana S. 1995, March, April. “Information Literacy”. Emergency Librarian, vol. 22 no 4: h. 30-32
Eisenberg, Michael B. Carrie A. Lowe dan Kathleen L.Spitzer. 2004. Information Literacy: Essential skills for the Information Age. London: Libraries Unlimited
Kirk, Joyce dan Ross Todd. 1992. InformationLiteracy: Changing the Role for the Information Professionals in Information Age.: The Ausralian Agenda. Adelaide : Auslib Press.
Neely, Teresa Y. 2006. Information Literacy Assessment. Chicago: American Library Association
Peterson, Rune. 1994. “Learning in the Informatin Age”. Educational Technology, Research and Development , vol 42 no. 1: h. 91-97
Taylor, Joe. 2006. Information Literacy and the School Library Media Center. London:Libraries Unlimited