• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Kebijakan Ekonomi dalam menciptaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Kebijakan Ekonomi dalam menciptaka"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR









Alhamdulillahirobbil’alamin, Pujian yang hakiki mutlaq selalu milik Allah Azza wa Jalla

yang telah mengkaruniakan rahmat, hidayah serta taufiq-Nya. Atas rahmat-Nya kita di berikan ketenangan hati, ketentraman jiwa, kedamaian hidup, kesempurnaan akal. Atas Hidayah-Nya kita di karuniakan petunjuk untuk tetap istiqomah dalam mempelajari dan mengamalkan perintah dan larangan yang terdapat pada dinnul haq, yakni Al-Islam yang merupakan satu-satunya agama yang diridhoi-Nya. Atas taufiq-Nya kita diberikan kemampuan dan kemudahan dalam melaksanakan hal-hal yang ma’ruf dan bernilai maslahah dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Sholawat dan Sallam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad

Shalallahu’alaihiwasallam atas kesungguhan dan pengorbanan beliau dalam mendakwahkan risalah yang tidak ada kesalahan dan keraguan didalamnya sebagai petunjuk untuk umat yang mulia serta mertarbiyah umatnya untuk mencapai Fallah (kebahagiaan di dunia dan di akhirat).

Makalah yang kami susun ini merupakan makalah yang membahas tentang Kebijakan ekonomi dalam menciptakan keadilan social, sedangkan pokok pembahasan dari makalah yang kami (penulis) susun ini lebih menitik beratkan pada solusi Ajaran islam dalam menciptakan kemaslahatan dan keadilan didalam suatu masyarakat di bidang perekonomian dalam skala makro. Pada dasarnya rumusan masalah makalah ini ingin merupakan pengembagan dari hasil pemikiran para intelektual islam dalam upaya menciptakan keadilan distribusi dibidang perekonomian. Alasan kuat kenapa kami lebih menjadikan hasil ijtihad para ‘alim ulama islam sebagai arah kami dalam membahas kebijakan ekonomi adalah karena Perintah Allah Azza wa Jalla dan Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam, dengan berdasar pada hadits Rasulullah

Shallahu’alaihiwasallam, yakni :

Rasulullah Shallahu’alaihiwasallam bersabda, “Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, tetapi yang mereka wariskan adalah ilmu. Maka barang siapa yang mengambilnya sungguh dia telah mengambil bagian yang banyak.” – (Diriwayatkan oleh tirmidzi dalam jami’-nya 5/48, abu dawud dalam

sunan-nya 3/317, dan ibnu majah dalam sunan-nya 1-81)

(2)

Adapun jika terdapat kesalahan dalam hal penyajian bahasan maupun kesalahan dalam hal pengetikan dan penyusunan, kami utarakan mohon ma’af, Karena salah satu fitrah kami sebagai manusia ialah memiliki kecenderungan dalam berbuat kesalahan. Saran dan kritikan yang membangun, sangat kami butuhkan untuk menyempurnakan pemahaman kami di bidang mata kuliah ekonomi regional ini.

Kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang turut andil dalam suksesnya penyelesaian makalah yang kami buat ini. Semoga makalah yang kami buat ini memiliki nilai manfaat bagi masyarkat Indonesia, Khususnya kepada Para Penuntut Ilmu dan Para National Builder. Aamiinn…

Bandar lampung, Pebruari 2015

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar... 1

Daftar Isi... 2

BAB I (PENDAHULUAN) A.Latar belakang... 4

B.Rumusan Masalah... 6

BAB II (PEMBAHASAN) A.Masalah Utama Dalam Perekonomian... 7

B.Prinsip Intervensi Negara... 8

C.Kebijakan Ekonomi... 10

D.Pembagian Kebijakan Ekonomi... 12

E.Bentuk-Bentuk Kebijakan Makro Ekonomi... 12

BAB III (PENUTUP) Kesimpulan... 24

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu ekonomi Islam sebagai sebuah studi ilmu pengetahuan modern baru muncul pada tahun 1970-an, tetapi pemikiran tentang ekonomi Islam telah muncul sejak Islam itu diturunkan melalui Nabi Muhammad Shalallahu’alaihiwasallam karena rujukan utama pemikiran ekonomi ini munculnya bersamaan dengan diturunkannya Al-Qur’an dan masa kehidupan Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam, pada abad akhir 6 M. hingga awal abad 7 M. Kehidupan Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam dan masyarakat pada zaman beliau adalah teladan yang paling baik dalam implementasi Islam. Sehingga Allah Ta’ala memuji Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam dan Para Shahabat Rhadiallahu’anhum pada zaman beliau sebagaimana yang tertulis dalam Alquran, yakni:

















































Artinya : “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”1

Oleh karena itu, kehidupan Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam dan masyarakat pada zaman beliau adalah teladan yang paling baik yang harus di kaji dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam bidang ekonomi. Tentu saja sistem perekonomian Rasulullah

Shalallahu’alaihiwasallam yang dimaksud disini adalah system perekonomian masa Madinah, karena pada fase Makkah masyarakat Muslim belum sempat membangun sistem perekonomian karena pada masa itu fokus masyarakat Muslim adalah mempertahankan diri dari intimidasi orang-orang Quraisy.2

Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi Islam sebagai suatu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan

1Al-Qur’an, Surah. Al-Imran (3), Ayat Ke-110.

(5)

yang terbatas di dalam kerangka Syariah. Ilmu yang mempelajari perilaku seorang muslim dalam suatu masyarakat Islam yang dibingkai dengan syariah. Definisi tersebut mengandung kelemahan karena menghasilkan konsep yang tidak kompetibel dan tidak universal. Karena dari definisi tersebut mendorong seseorang terperangkap dalam keputusan yang apriori (apriory judgement), benar atau salah tetap harus diterima. Definisi yang lebih lengkap harus mengakomodasikan sejumlah prasyarat yaitu karakteristik dari pandangan hidup Islam. Syarat utama adalah memasukkan nilai-nilai syariah dalam ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi Islam adalah ilmu sosial yang tentu saja tidak bebas dari nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral merupakan aspek normatif yang harus dimasukkan dalam analisis fenomena ekonomi serta dalam pengambilan keputusan yang dibingkai syariah.

1. Menurut Muhammad Abdul Manan

Islamic economics is a social science which studies the economics problems of a people imbued with the values of Islam.3 Jadi, menurut Manan ilmu ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.

2. M. Umer Chapra

Islamic economics was defined as that branch of knowledge which helps realize human well-being through an allocation and distribution of scarce resources that is in confinnity with Islamic teaching without unduly curbing Individual freedom or creating continued macroeconomic and ecological imbalances. Jadi, Menurut Chapra ekonomi Islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.

3. Syed Nawab Haider Naqvi

(6)

to provide satisfaction to human beings and enable them to perform their obligations to Allah and the society).

Hal penting dari definisi tersebut adalah istilah "perolehan" dan "pembagian" di mana aktivitas ekonomi ini harus dilaksanakan dengan menghindari ketidakadilan dalam perolehan dan pembagian sumber-sumber ekonomi. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan untuk menghindari ketidakadilan tersebut adalah syariah yang di dalamnya terkandung perintah (injunctions) dan peraturan (rules) tentang boleh tidaknya suatu kegiatan. Pengertian "memberikan kepuasan terhadap manusia" merupakan suatu sasaran ekonomi yang ingin dicapai. Sedangkan pengertian "memungkinkan manusia melaksanakan tanggung jawabnya terhadap Tuhan dan masyarakat" diartikan bahwa tanggungjawab tidak hanya terbatas pada aspek social ekonomi saja tapi juga menyangkut peran pemerintah dalam mengatur dan mengelola semua aktivitas ekonomi termasuk zakat dan pajak.3

B. RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan Apa saja Permasalahan Perekonomian yang berkaitan dengan kebijakan ekonomi ?

2. Bagaimana Intervensi Pemerintah terhadap proses perekonomian didalam suatu negara dalam pandangan islam ?

3. Jelaskan kebijakan ekonomi yang dapat menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat dalam suatu negara ?

BAB II

PEMBAHASAN

(7)

A. MASALAH UTAMA DALAM PEREKONOMIAN

Sebelum kami (penulis) menerangkan pokok bahasan makalah kami, yakni kebijakan ekonomi yang menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat dalam suatu Negara, ada baiknya kami menerangkan beberapa hal-hal yang menjadi masalah utama didalam perekonomian, karena musabab dari ditetapkannya kebijakan ekonomi ialah karena adanya permasalahan dalam perekonomian. Adapun

1. Masalah Inflasi (Inflation)

Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan inflasi :

a. Kenaikan harga; b. Bersifat umum;

c. Berlangsung terus-menerus.4

Inflasi menimbulkan beberapa akibat buruk kepada individu, masyarakat dan kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Oleh sebab itu masalah tersebut perlu dihindari. Salah satu akibat penting dari inflasi ialah ia cenderung menurunkan taraf kemakmuran segolongan besar masyarakat. Sebagian besar pelaku-pelaku kegiatan ekonomi terdiri dari pekerja-pekerja yang bergaji tetap. Inflasi biasanya berlaku lebih cepat dari kenaikan upah para pekerja. Oleh sebab itu upah rill para pekerja akan merosot disebabkan oleh inflasi dan keadaan ini berarti tingkat kemakmuran segolongan besar masyarakat mengalami kemerosotan.

Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi cenderung akan menjadi bertambah cepat apabila tidak diatasi. Inflasi yang bertambah serius tersebut cenderung untuk mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikkan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.5

2. Keterbatasan sumber-sumber

Sedikit sekali barang-barang yang memiliki sifat sebagai barang bebas . selain udara, sudah sangat sulit untuk menemukan barang lain yang bersifat free goods seperti itu. Inilah yang memaksa orang untuk tunduk kepada the law of scarcity (hukum kelangkaan) yang berbunyi: untuk mendapatlan barang yang langka, orang harus mengorbankan sesuatu terlebih dahulu.

Kelangkaan barang-barang pemuas kebutuhan manusia itu selanjutnya menyatakan bahwa penyediaan sumber-sumber itu adalah terbatas. Tidak dapat dengan seenaknya saja diambil dan kemudian digunakan , tetapi harus diperoleh dulu melalui pengorbanan, lalu

(8)

diteliti penggunaannya melalui kombinasinya dengan sumber-sumber lain, kemudian dipilih kombinasi manakah yang paling menguntungkan, dan baru kemudian dapat di ambil keputusan yang sebaik-baiknya . semua itu sekali lagi, mengundang manusia untuk menghadapi masalah pemilihan (the problem of choice).

Terkait dengan hal itu, scarcity (kelangkaan) dan choice (pemilihan) itu pada akhirnya telah memaksa manusia untuk menyadari bahwa, apabila suatu keputusan tentang penggunaan suatu sumber telah dipilih atau di ambil, maka itu akan berarti hilangnya semua alternatif penggunaan yang lainnya. Juga, manusia harus menyadari bahwa untuk memperoleh suatu barang (atau penggunaan barang itu), haruslah dikorbankan barang yang lainnya. Prinsip ini dikenal sebagai the principle of opportunity cost.6

3. Masalah pengangguran (unemployment)

Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai penganggur.7 Seseorang baru dikatakan menganggur bila ia ingin bekerja dan telah berusaha

mencari kerja, namun tidak mendapatkannya.8

Salah satu factor penting yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatannya. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat diwujudkan. Pengangguran mengurangi pendapatan masyarakat, dan ini mengurangi tingkat kemakmuran yang mereka capai.

Ditinjau dari sudut individu, pengangguran menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan social kepada yang mengalaminya. Ketiadaan pendapatan menyebabkan para penganggur harus mengurangi konsumsinya. Disamping itu ia dapat mengganggu taraf kesehatan keluarga. Pengangguran yang berkepanjangan menimbulkan efek psikologis yang buruk keatas diri penganggur dan keluarganya.

Apabila keadaan pengangguran disesuatu Negara adalah sangat buruk, kekacauan politik dan social selalu berlaku dan memberikan efek yang buruk kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka yang panjang.

Nyatalah bahwa masalah pengangguran adalah masalah yang buruk efeknya kepada perekonomian dan masyarakat, dan oleh sebab itu secara terus-menerus usaha-usaha harus dilakukan untuk mengatasinya.9

6Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi : Mikro & Makro (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2005) hlm. 71-72. 7Ibid., hlm. 13.

(9)

B. PRINSIP INTERVENSI NEGARA

Seluruh Kekuasaan dan wewenang yang komprehensif dan umum yang diberikan kepada Negara untuk mengintervensi kehidupan ekonomi masyarakat, dipandang sebagai salah satu prinsip fundamental yang penting dalam sistem ekonomi islam.

Intervensi Negara tidak terbatas pada sekadar mengadaptasi aturan hukum islam yang permanen, namun juga mengisi kekosongan yang ada dalam hukum islam. Pada satu sisi, Negara mendesak masyarakat agar mengadaptasi elemen-elemen dinamis (mengisi kokosongan yang ada dalam) hukum islam, sesuai dengan kondisi yang ada.

Pada tataran praktis, Negara mengintervensi kehidupan ekonomi guna menjamin adaptasi hukum islam yang terkait dengan kehidupan ekonomi para individu. Misalnya, Negara melarang transaksi bisnis dengan bunga, atau penguasaan atas sebidang tanah tanpa mereklamasinya. Demikian pula, Negara menjalankan sendiri aturan hukum yang terkait langsung dengannya. Misalnya, Negara mengimplementasikan prinsip jaminan social dan keseimbangan social sesuai dengan arahan Islam.

Pada tataran legislatif, intervensi Negara ditujukan untuk mengisi kekosongan dalam hukum islam. Negara mengisi kekosongan tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi yang dinamis, sedemikian hingga ia bis menjamin tercapainya tujuan-tujuan umum sistem ekonomi islam serta merealisasikan keadilan social menurut hukum Islam dan membuatnya bisa selaras pada tataran praktis dan teoritis (dengan situasi dan kondisi) di berbagai zaman. 1. Mengapa Ada Ruang Kosong?

Gagasan ruang kosong ini berdiri di atas basis bahwa islam tidak menawarkan prinsip aturan hukumnya dalam kehidupan ekonomi sebagai suatu resep yang tetap atau sebuah sistem yang statis yang diwariskan sejarah dari masa ke masa. Sebaliknya, islam menawarkan prinsip aturan hukumnya dalam kehidupan ekonomi sebagai suatu bentuk yang selaras dengan segala zaman. Karena itu, penting untuk menyempurnakan bentuk ini dengan elemen-elemen dinamis yang mencerminkan perubahan-perubahan zaman, sehingga ia memiliki kapasitas untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang berbeda-beda.

Dalam kehidupan ekonomi terdapat hubungan manusia dengan kekayaan alam, yakni cara manusia berproduksi dan kendalinya atas alam, kemudian hubungan antarsesama manusia yang tercermin dalam hak yang diperoleh si A atau si B.

(10)

dan pengetahuannya. Ia menangkap burung, menggarap tanah, menambang batu bara, dan memintal wol dengan cara-cara yang ia kuasai. Terwujudnya hubungan antara manusia dan alam ini tidak tergantung pada keberadaan manusia dalam masyarakat, namun memang masyarakat memengaruhi hubungan ini. Keberadaan masyarakat memungkinkan terakumulasinya berbagai pengalaman dan pengetahuan yang berbeda, meningkatkan level pemahaman manusia terhadap alam, serta mengembangkan kebutuhan dan keinginan manusia. Sementara terwujudnya hubungan antarsesama manusia yang menyangkut hak dan kewajiban mereka tergantung pada keberadaan manusia dalam masyarakat.

Islam sebagaimana kita lihat, membedakan kedua jenis hubungan ini. Hubungan antara manusia dengan alam berubah seiring dengan berjalannya waktu, dipengaruhi oleh beragam masalah yang secara sinambung dihadapi manusia dalam usahanya mengeksploitasi alam, juga dipengaruhi oleh berbagai solusi yang ia tempuh guna mengatasi beragam masalah tersebut. Makin sering terjadi perubahan pada hubungan manusia dengan alam, makin sering pula terjadi peningkatan kendali manusia atas alam serta kemampuannya, yakni sarana dan cara yang ia kuasai.

Sedangkan hubungan antarsesama manusia bersifat tetap tak berubah, karena menyangkut masalah-masalah esensial dan permanen. Masyarakat yang dalam hubungannya dengan alam beroleh kendali atas kekayaan, akan dihadapkan pada masalah keadilan distribusinya serta penentuan hak-hak para individu dan masyarakat, baik ketika aktifitas produksi berada pada level mesin uap dan listrik, maupun pada level gilingan tangan.

Atas dasar ini, Islam memandang bahwa hukum-hukum yang mengatur hubungan ini agar tercipta keadilan social dari sisi teoritis bersifat tetap dan permanen karena menyangkut masalah-masalah permanen. Karena itu, wajarlah jika islam mengetengahkan prinsip teori dan hukum yang mampu mengatur hubungan antarsesama manusia sepanjang zaman. Namun, tidak berarti Islam mengabaikan hubungan manusia dengan alam yang bersifat dinamis, karena semakn berkembang kuasa manusia atas alam dimana kendalinya atas kekayaan alam semakin besar, semakin kompleks, dan semakin sistematis, maka semakin meningkat pula potensinya untuk membahayakan masyarakat, di mana ia dapat memanfaatkan kuasa dan kendalinya itu untuk berekspansi dan mengancam keadilan sosial. Atas dasar inilah Islam menyediakan ruang kosong dalam hukum ekonominya, agar hukum tersebut dapat selalu selaras dan mencerminkan elemen dinamisnya, yakni hubungan antara manusia dan alam.

(11)

Ruang kosong bukanlah cermin dari kekurangan atau cacatnya hukum islam, juga bukan bentuk pengabaian terhadap sejumlah hal dan kejadian yang ada. Sebaliknya, ruang kosong mencerminkan kekomprehensifan bentuk hukum Islam dan kemampuannya dalam mengikuti perkembangan zaman. Syariah tidak meninggalkan ruang kosong yang mencerminkan pengabaian ataupun kekurangan. Syariah menciptakan ruang kosong dengan memberikan arahan hikum primer bagi setiap kejadian, di sisi lain ia memberikan wewenang kepada kepala Negara untuk memberi arahan hukum sekunder sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Contohnya, aktifitas menggarap tanah yang dilakukan oleh seorang individu pada dasarnya merupakan aktifitas legal. Namun, kepala Negara berhak untuk melarang aktifitas tersebut dengan tuntutan zaman dan keadaan.10

C. KEBIJAKAN EKONOMI

Didalam suatu Negara terdapat peran pemerintah yang bertanggung jawab dalam mensejahterakan dan menciptakan keadilan dalam suatu masyarakat. Berdasar pada Hadits Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam, yakni :

kc

ن

ن ع

ع ل

ل ُوئئس

ن مع م

ن ك

ئ للكئوع ععَارع منكئللكئ لعأع لعَاقع هئننأع معلنسعوع ههينلععع هئلنلَا َّىلنص

ع ي

ي بهننلَا ن

ن ع

ع

ععَارع لئجئرنلَاوع ههتهينعهرع ننعع للُوئئس

ن مع ُوعهئوع ععَارع س

ه

َاننلَا َّىلعع

ع ِيذهلنَا رئيمهلن

ع َافع ههتهينعهرع

ههدهلعوعوع َاهعلهعنبع ت

ه ينبع َّىلعع

ع ةليععهَارع ةئأعرنمعلنَاوع منهئننعع للُوئئس

ن مع ُوعهئوع ههتهينبع ل

ه هنأ

ع َّىلععع

لعأع هئننعع للُوئئس

ن مع ُوعهئوع ههدهييس

ع ل

ه َامع َّىلعع

ع ععَارع دئبنععلنَاوع منهئننعع ةللعُوئئس

ن مع ي

ع ههوع

ههتهينعهرع ن

ن ع

ع ل

ل ُوئئس

ن مع م

ن ك

ئ للكئوع ععَارع منكئللكئفع

Artinya : “Dari Nabi Shalallahu’alaihiwasallam bahwa beliau bersabda: Ketahuilah! Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin. Seorang raja yang memimpin rakyat adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin anggota keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap mereka. Seorang istri juga pemimpin bagi rumah tangga serta anak suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Ingatlah! Masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya”.11

(12)

Maka dari itu, Pemerintah harus merumuskan dan menetapkan berbagai kebijakan yang dapat membawa kesejahteraan dan keadilan masyarakatnya. Sehingga dibutuhkan pengkajian yang mendalam terhadap fenomena dan kondisi yang real pada system social dan ideology yang dimiliki oleh masyarakat. Untuk menciptakan kemaslahatan dalam suatu Negara, Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah harus mengikuti prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Rasulullah

Shalallahu’alaihiwasallam, diantaranya sebagai berikut:

1. Allah Ta’ala adalah penguasa tertinggi sekaligus pemilik absolut seluruh alam semesta. 2. Manusia hanyalah khalifah Allah Ta’ala di muka bumi, bukan pemilik yang sebenarnya. 3. Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah seizin Allah Ta’ala.

4. Kekayaan harus berputar dan tidak boleh ditimbun.

5. Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya, termasuk riba, harus dihilangkan. 6. Menerapkan sistem warisan sebagai media re-distribusi kekayaan.

7. Menetapkan kewajiban bagi seluruh individu, termasuk orang-orang miskin.

Pada pembahasan di makalah ini, kami (penulis) akan sedikit membahas tentang kebijakan ekonomi yang ditetapkan oleh pemerintah dalam perwujudan kemaslahatan bagi masyarakat dalam suatu Negara.

Pada pembasahan pertama, kami (penulis) akan memaparkan tentang apakah yang dimaksud dengan kebijakan ekonomi ?. untuk itu kami mencantumkan pengertian dari kebijakan ekonomi dari berbagai sumber, yakni diantaranya :

1. Kebijakan ekonomi adalah beberapa peraturan atau batasan-batasan dibidang ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan tujuan meningkatkan taraf hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat.12

2. Kebijakan ekonomi adalah sesuatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan caraaa-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu.13

3. Kebijakan ekonomi adalah tindakan yang dilakukan pemerintah dalam mengambil kebijakan atau keputusan dibidang ekonomi, kebijakan ini tercakup didalamnya system untuk menetapkan system perpajakan, suku Bungan, anggaran-anggaran, pasar tenaga kerja, kepemilikan nasional dan otonomi daerah dari ikut andilnya pemerintah kedalam perekonomian.14

4. Kebijakan ekonomi adalah suatu pernyataan tujuan atau metode untuk mencapai tujuan (instrument kebijakan) yang dikeluarkan oleh pemerintah, badan usaha, dan lain-lain.15

12http://herildagultom.blogspot.com/2011/05/kebijakan-kebijakan-ekonomi-pemerintah.html Diakses pada 4 Maret

2015

13Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam ( Yogyakarta : Pustaka belajar, 2013) hlm. 53

14 http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_ekonomi Diakses pada 4 Maret 2015

(13)

Dari berbagai pengertian diatas dapat kita ambil kesimpulan, bahwa yang dinamakan dengan kebijakan ekonomi ialah aturan yang ditetapkan oleh pemerintah dibidang perekonomian untuk diterapkan disuatu wilayah/Negara atau sector sebagai wujud usaha penciptaan kemaslahatan dalam suatu masyarakat.

D. PEMBAGIAN KEBIJAKAN EKONOMI

Kebijakan ekonomi menurut tingkat agregasinya (ruang lingkup atau bentuk serta luas sasarannya) di bagi menjadi 3 macam, yaitu :

a. Kebijakan ekonomi mikro, adalah kebijakan pemerintah yang ditujukan pada semua perusahaan tanpa melihat jenis kegiatan yang dilakukan perusahaan tersebut.

b. Kebijakan ekonomi meso, adalah kebijakan ekonomi yang khusus ditujukan pada wilayah tertentu atau pada sektor-sektor tertentu.

c. Kebijakan ekonomi makro, ialah kebijakan ekonomi yang mencakup semua aspek ekonomi pada tingkat nasional (agregat). Kebijakan makro ekonomi juga mengandung pengertian yakni, langkah-langkah pemerintah yang bertujuan untuk mempengaruhi keseluruhan perekonomian dengan tujuan untuk mempertinggi efisiensi kegiatan ekonomi, menghindari inflasi, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang teguh dan mengukuhkan sector luar negeri.16 Oleh sebab itu, kebijakan ini bisa mempengaruhi atau bahkan membuat kebijakan

meso dan kebijakan mikro menjadi lebih atau kurang efektif. Maka dari itu Kami akan membahas lebih dalam mengenai kebijakan ekonomi makro.

E. BENTUK-BENTUK KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI

Pada pembahasan kali ini, kami (penulis) berusaha untuk menjelaskan berbagai bentuk kebijakan dibidang ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah yang lebih mengarahkan ke ajaran dinul haq (Islam), yakni iqtishad (Ekonomi islam), akan tetapi penjelasan yang kami paparkan dimakalah ini dengan menggunakan metode pendekatan komparatif, yakni antara ekonomi islam dan ekonomi konvensional. Adapun beberapa bentuk kebijakan ekonomi dapat dijalankan pemerintah untuk menciptakan maslahah dan keadilan didalam suatu Negara, ialah antara lain :

1. Kebijakan fiskal

Ditinjau secara etimologi, kebijakan fiskal berasal dari dua kata, yaitu kebijakan dan fiskal. Kebijakan (policy) diberi arti yang bermacam-macam, Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan memberi arti kebijakan sebagai suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah. Seorang ahli, James E. Anderson merumuskan

(14)

kebijakan adalah sebagai perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.17

Secara terminologi, menurut Mustafa Edwin Nasution, et al., dalam ekonomi konvensional kebijakan fiskal dapat diartikan sebagai langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam pembelanjaan (dalam konsep makro disebut dengan government expenditure). Menurut Eko Suprayitno, kebijakan fiskal adalah kebijakan yang diambil pemerintah untuk membelanjakan pendapatannya dalam merealisasikan tujuan-tujuan ekonomi.18

Jadi, Kebijakan fiscal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengelola/mengarahkan perekonomian kekondisi yang lebih baik atau diinginkan dengan cara mengubah-ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

Kebijakan fiscal meliputi langkah-langkah pemerintah membuat perubahan dalam bidang perpajakan dan pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk mempengaruhi pengeluaran agregat dalam perekonomian. Menurut pandangan Keynes kebijakan fiscal sangat penting untuk mengatasi pengangguran yang realtif serius. Melalui kebijakan fiscal pengeluaran agregat dapat ditambah dan langkah ini akan menaikkan pendapatan nasional dan tingkat penggunaan tenaga kerja. Dibidang perpajakan langkah yang perlu dilaksanakan adalah mengurangi pajak pendapatan. Pengurangan pajak ini akan menambah kemampuan masyarakat untuk membeli barang dan jasa dan akan meningkatkan pengeluaran agregat. Seterusnya pengeluaran agregat dapat lebih ditingkatkan lagi dengan cara pengeluaran pemerintah-untuk membeli barang dan jasa yang diperlukannya maupun untuk menambah investasi pemerintah.

Dalam masa inflasi atau pada ketika kegiatan ekonomi telah mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan kenaikkan harga sudah semakin pesat, langkah sebaliknya harus dijalankan, yaitu pajak dinaikkan dan pengeluaran pemerintah dikurangi. Langkah ini akan menurunkan pengeluaran agregat dan tekanan inflasidapat dikurangi.

Kebijakan fiscal memegang peranan yang cukup penting dalam menstabilkan tingkat kegiatan ekonomi, dan menciptakan tingkat kegiatan ekonomi kearah tingkat yang dikehendaki. Pandangan ini dikembangkan dalam buku Keynes yang sekarang menjadi landasan dalam perkembangan teori makro ekonomi. Pandangan atau keyakinan ini sangat berbeda sekali dengan yang dianut oleh ahli-ahli ekonomi dan pihak pemrintah didalam zamannya ahli-ahli ekonomi klasik. Ahli ekonomi klasik menekankan tentang perlunya

17 Abdul Jalil, Pemikiran M. Abdul mannan tentang kebijakan fiskal dalam ekonomi islam (Semarang : UIN Wali Songo Semarang, 2014) hlm. 19.

(15)

menjalankan system pasar bebas dan mengurangi campur tangan pemerintah, termasuk kebijakan fiscal yang aktif dalam kegiatan perekonomian.19

Tujuan dari kebijakan fiskal dalam Islam adalah untuk menciptakan stabilitas ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan, ditambah dengan tujuan lain yang terkandung dalam aturan Islam yaitu Islam menetapkan pada tempat yang tinggi akan terwujudnya persamaan, hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala, Yakni :

           

         

           

      

Artinya : “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya”.20

Secara umum fungsi kebijakan fiskal adalah fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi perekonomian. Dalam hal alokasi, maka digunakan untuk apa sajakah sumber-sumber keuangan negara, sedangkan distribusi menyangkut bagaimana kebijakan negara mengelola pengeluarannya untuk menciptakan mekanisme distribusi ekonomi yang adil di masyarakat, dan stabilisasi adalah bagaimana negara menciptakan perekonomian yang stabil.21 Hal ini

sesuai dengan pernyataan Adam Smith, konseptor sistem kapitalis murni, mengemukakan ideologinya karena dia menganggap bahwa dalam perekonomian kapitalis, setiap individu yang paling tahu apa yang paling baik bagi dirinya, sehingga dia akan melaksanakan apa yang dianggap terbaik bagi dirinya sendiri. Prinsip kebebasan ekonomi dalam prakek menghadapi perbenturan kepentingan, karena tidak adanya koordinasi yang menimbulkan harmonis dalam kepentingan masing-masing individu.Dalam hal ini pemerintah mempunyai peranan untuk mengatur, memperbaiki atau mengarahkan aktivitas sektor swasta. Dalam perekonomain moden, peranan pemerintah dapat diklasifikasikan dalam 3 golongan besar, yaitu:

a. Peranan alokasi

19 Sadono sukirno, Makro Ekonomi (Jakarta : Rajawali Pers, 2013) hlm. 186. 20Al-Qur’an, Surah. Al-Hasyr (59), Ayat ke – 7.

(16)

b. Peranan distribusi, dan c. Peranan stabilisasi.22

Kebijakan fiskal dalam Sistem Ekonomi Kapitalis “hanyalah merupakan suatu kebutuhan” untuk pemulihan ekonomi (economy recovery) akibat krisis dan untuk menggenjot perekonomian agar dapat mencapai pertumbuhan yang positif sehingga tumpuan utama kebijakan fiskal Negara Kapitalis adalah pertumbuhan ekonomi (economic growth). Dalam Sistem Ekonomi Islam, kebijakan fiskal merupakan suatu kewajiban negara dan menjadi hak rakyat sebagai wujudri’ayatusy syu’un sehingga kebijakan fiskal bukanlah semata-mata sebagai suatu kebutuhan untuk perbaikan ekonomi maupun untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Juga kebijakan fiskal dalam Sistem Ekonomi Islam tidak bertumpu pada pertumbuhan ekonomi seperti dalam Sistem Ekonomi Kapitalis tetapi mengacu pada penciptaan mekanisme distribusi ekonomi yang adil, karena hakikat permasalahan ekonomi yang melanda umat manusia adalah berasal dari bagaimana distribusi harta di tengah-tengah masy arakat terjadi.23

Aspek politikdari kebijakan fiskal yang dilakukan oleh khalifah adalah dalam rangka mengurusi dan melayani umat. Kemudian dilihat dari bagaimana Islam memecahkan problematika ekonomi, maka berdasarkan kajian fakta permasalahan ekonomi secara mendalam terungkap bahwa hakikat permasalahan ekonomi terletak pada bagaimana distribusi harta dan jasa di tengah-tengah masyarakat sehingga titik berat pemecahan permasalahan ekonomi adalah bagaimana menciptakan suatu mekanisme distribusi ekonomi yang adil.24 Allah Ta’ala mengingatkan kita tentang betapa sangat urgennya masalah

distribusi harta ini dalam firman-Nya:

          



Artinya : “dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”.25

Karena itu, kebijakan fiskal di dalam Islam didasari oleh suatu politik ekonomi (as-siyasatu al-iqtishadi) yang bertujuan mencapai distribusi ekonomi yang adil, sebagaimana yang dikemukakan Abdurrahman Al Maliki, yaitu menjamin pemenuhan kebutuhan-kebutuhan primer (al-hajat al-asasiyah/ basic needs) perindividu secara menyeluruh, dan membantu tiap-tiap individu di antara mereka dalam memenuhi

22Ferry Prasetyia, Modul Ekonomi Publik : Peran Pemerintah (Malang : Universitas Brawijaya, 2012) hlm. 12. 23Hidayatullah muttaqin, Kebijakan Fiskal Islam, 2004. hlm. 4.

24Ibid., Hlm. 13-14.

(17)

kebutuhan-kebutuhan sekunder dan tersiernya (al-hajat al-kamaliyah) sesuai kadar kemampuannya. Jaminan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan primer ini meliputi;

a. Pertama, jaminan kebutuhan-kebutuhan primer bagi tiap-tiap individu b. Kedua, jaminan kebutuhan-kebutuhan primer bagi rakyat secara keseluruhan.

Jaminan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan primer katagori pertama adalah jaminan akan sandang, pangan dan papan dan merupakan jaminan secara langsung terhadap setiap individu yang mempunyai penghasilan tetapi tidak mencukupi untuk memberikan nafkah kebutuhan-kebutuhan pokok terhadap diri dan keluarganya, atau terhadap setiap individu yang tidak memiliki kemampuan untuk memberikan nafkah kebutuhan pokok terhadap diri dan keluarganya. Kebijakan ini termasuk kebijakan transfer payment karena negara memberikan secara cuma-cuma harta berupa uang atau barang kepada seseorang. Sedangkan pembiayaan pemenuhan kebutuhan primer katagori pertama ini oleh negara dianggarkan pada Seksi Santunan26.

Jaminan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan primer katagori kedua meliputi keamanan, pendidikan dan kesehatan. Tiga perkara ini, merupakan unsur penting bagi perekonomian. Keamanan berfungsi melindungi dan mengayomi aktivitas perekonomian masyarakat sehingga kegiatan ekonomi menjadi lancar. Pendidikan merupakan pilar yang melahirkan sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan untuk melakukan pembangunan fasilitas-fasilitas negara dan fasilitas-fasilitas umum yang dibutuhkan rakyat termasuk yang dibutuhkan bagi aktifitas perekonomian, untuk membangun sistem pertanian, industri (termasuk industri senjata), perdagangan dan jasa yang tangguh, berkualitas dan efisien. Kesehatan merupakan unsur yang sangat mempengaruhi kinerja seseorang bagi ekonomi dirinya dan keluarganya, bagi syirkah tempat dia bekerja, bagi perekonomian masyarakat dan negara.27

2. Kebijakan Distribusi (Zakat, Infaq, Wakaf dan Shodaqoh)

Pada pembahasan kebijakan distribusi ini, kami (penulis) merasa sedikit kebingungan dalam menempatkan posisi kebijakan distribusi ini, apakah sepantasnya dimasukkan pada subbag pada kebijakan fiscal atau kebijakan ditribusi ini diletakkan sebagai pembahasan subbag yang baru, sebab jika ditinjau dari penerimaan kas negara islam (Daulah Islamiyah) Harta zakat, infaq, wakaf dan shodaqoh) dikategorikan kedalam kebijakan fiscal dari sisi penerimaan negara. Disisi lain makalah yang kami susun ini lebih

26 Seksi Santunan; seksi ini bertugas memberikan santunan kepada yang berhak menerimanya, seperti orang-orang

fakir, miskin, yang dalam keadaan membutuhkan, yang berhutang, yang sedang dalam perjalanan, para petani, para pemilik industri, dan lain-lain yang menurut Khalifah mendatangkan kemaslahatan bagi kaum Muslimin serta layak diberi subsidi.

(18)

menfokuskan pada fenomena yang real terjadi di negara Indonesia, guna dapat menemukan titik temu penyesuaian antara makalah yang kami susun ini dengan system ekonomi yang telah berkembang di Indonesia. maka dari untuk dapat lebih mudah di cerna oleh kalangan pelajar/mahasiswa, kami menempatkannya pada pembahasan subbag yang baru.

Sistem ekonomi islam merupakan system ekonomi yang terlahir dari system social islami yang diharapkan dapat memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan yang ada, dengan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada kemaslahatan dan menciptakan keadilan dalam ekonomi umat. Begitu pula kebijakan distribusi dalam system ekonomi islam menjunjung tinggi nilai keadilan, sehingga pada konsep distribusi landasan yang penting yang dijadikan pegangan, yakni :

           

         





Artinya : “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan

bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya”.28

Berdasar dari ayat diatas, ekonomi islam tidak membenarkan penumpukan kekayaan hanya kepada orang-orang tertentu. Bahkan menggariskan prinsip keadilan dan persaudaraan (kasih sayang) pada konsep distribusinya. Tidak membenarkan pengelolaan kekayaan hanya pada golongan atau kelompok orang tertentu namun tersebar keseluruh masyarakat. Sebaiknya islampun tidak memaksa semua individu diletakkan pada tingkat ekonomi yang sama.

Kebijakan distribusi yang diajarkan islam sangat berkaitan dengan harga agar tidak menumpukpada golongan tertentu di masyarakat. Serta mendorong terciptanya keadilan distribusi, sehingga pemerintah di tuntut untuk tidakberpihak pada satu kelompok atau golongan tertentu, agar proses distribusi dapat berjalan dengan adil. Hal ini dapat

(19)

dipaksakan dengan adanya kepastian system (ekonomi, hukum, dan social) yang menjamin agar harta dapat tersebar luas di masyarakat.

Menciptakan keadilan dapat dilakukan dengan memberikan peluang yang sama bagi setiap orang untuk mendapatkan harta kekayaan, mewajibkan bagi yang mendapatkan harta berlebih utuk mengeluarkan zakat sebagai kompensasi bagi penyucian dan pembersihan harta atas hak orang lain. Islam juga menganjurkan bagi setiap orang yang memiliki harta kekayaan untuk mewakafkan hartanya, berinfak dan bersedekah sebagai amal social (sunnah) bagi kepentingan masyarakat luas.

Menciptakan distribusi yang adil merupakan salah satu sarana untuk mewujudkan keadilan. Islam menghendaki kesamaan pada setiap orang dalam memperoleh peluang mendapatkan harta kekayaan tanpa memandang perbedaan kasta, maupun warna kulit. Semua orang dapat memperoleh harta dengan bebas berdasarkan kemampuan usaha mereka, sehingga setiap orang dapat memperoleh harta meskipun dalam jumlah yang berbeda-beda. Dari perolehan harta yang berbeda-beda tersebut, bagi mereka yang lebih beruntung dikenakan kewajiban untuk mengeluarkan sebagian harta mereka bagi saudara-saudaranya yang kurang beruntung, sehingga redistribusi kekayaan dapat berjalan, serta akan menciptakan pemerataan pendapatan dimasyarakat.

Agar kesejahteraan dapat terwujud, pemerintah berperan dalam mencukupi kebutuhan masyarakat, baik dasar atau primer (daruri), sekunder(the need/haji), maupun tersier(the commendable/tahsini) dan pelengkap(the luxury/kamili). Disebabkan hal tersebut, pemerintah dilarang untuk berhenti pada pemenuhan kebutuhan dan pelayanan primer masyarakat saja, namun harus berusaha untuk mencukupi seluruh kebutuhan komplemen lainnya, selama tidak bertentangan dengan syariah sehingga tercipta kehidupan masyarakat yang sejahtera.

(20)

menjadi undang-undang dan memindahkan keindahan etika menjadi tindakan sehari-hari. Disamping itu, pemerintah berkewajiban mendorong lahirnya sikap dan moral yang dihiasi oleh sikap kejujuran keterbukaan dan keadilan untuk menghasilkan persaingan dalam kebaikan sehingga pada akhirnya melahirkan mekanisme distribusi yang adil bagi masyarakat luas.

Disamping itu, pemerintah juga berperan sebagai penjamin terciptanya distribusi yang adil serta menjadi fasilitator pembangunan manusia dan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Dan disisi lain pemerintah harus menjamin tidak terciptanya system yang dapat menzalimi pengusaha.

Hal ini berbeda dengan apa yang diterapkan oleh welfare state system yang menempatkan peran Negara dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat sehingga memunculkan konsep Negara kesejahteraan (welfare state), yang sering dianggap sebagai penengah antara kapitalis dan sosialis. Pembicaraan tentang Negara kesejahteraan menjadi satu trend dalam kajian system ekonomi, karena seolah olah telah menawarkan suatu konsep yang menjanjikan.

Negara kesejahteraan pertama-tama dipraktikan di Eropa dan AS yang di tunjukan untuk mengubah kapitalisme menjadi lebih manusiawi. Dalam system ini, Negara berperan untuk lebih melindungi golongan lemah dalam masyarakat dari kapitalisme yang sangat kuat.

Menurut Edi Suharto, paling tidak ada empat model welfare state yang sampai saat ini masih dipraktikan yakni:

 Pertama, model Universal,pelayanan social diberikan oleh Negara secara merata pada seluruh penduduknya baik kaya maupun miskin. Model ini diwakili oleh Negara Swedia, Norwegia, Denmark, dan Finlandia.

 Kedua, model Korporasi, sama seperti model pertama dan jaminan social dilaksanakan secara melembaga dan luas, namun kontribusi skema jaminan social berasal dari tiga pihak yakni pemerintah, dunia usaha dan pekerja. Model ini diwakili oleh Jerman dan Australia.

(21)

Keempat, model minimal, model ini ditandai oleh pengeluaran pemerintah untuk pembangunan social sangat kecil. Model ini diwakili oleh gugus Negara latin (Spanyol, Italia, Chili, Brazil) dan Asia (Korea selatan, Filiphina, Srilangka, dan Indonesia).

Agar terciptanya jaminan social yang di harapkan, seringkali Negara memberlakukan kebijakan pajak tinggi yang di gunakan untuk menjamin social yang menanggung biaya hidup masyarakat. Dari kebijakan pajak yang tinggi inilah, timbul ciri khas welfare state sejak kemunculannya pada lebih dari seratus tahun yang lalu.

Di samping kebijakan pajak yang tinggi, pemerintah yang menganut welfare state juga menghadapi permasalahan ekonomi yakni terjadinya krisis yang diindikasikan dengan pertumbuhan ekonomi lambat, laju tingkat inflasi yang tinggi, menimbulkan tingginya biaya produksi, yang pada akhirnya menciptakan ekonomi biaya tinggi. Biaya pengeluaran pemerintah cenderung semakin tinggi untuk memberikan jaminan sosial masyarakat. Sehingga berpeluang terjadi deficit anggaran,. Akibat deficit anggaran yang berkelanjutan membuat popuralitas welfare state menjadi kurang.

Selain itu, yang sangat ironis adalah timbulnya mental-mental malas pada diri masyarakat, karena kebutuhan hidup telah disandarkan pada jaminan social yang di terima. Untuk mampu menggerakkan ekonomi, pemerintah mengambil kebijakan-kebijakan dan memberikan fasilitas yang memudahkan peluang usaha. Namun, pada realitasnya, fasilitas yang diberikan semakin menimbulkan kesenjangan pendapatan dan kekayaan meskipun pajak progresif telah dikenakan.

Kesenjangan ini timbul karena pada dasarnya konsumsi sikaya yang jumlahnya sedikit, jauh lebih besar di bandingkan dengan konsumsi si miskin yang jumlahnya lebih besar. Dismaping banyaknya ketimpangan yang bermain dibalik pemerintah itu sendiri. Kebijakan dan fasilitas yang diberikan cenderung lebih banyak membantu si kaya untuk menjadi lebih kaya dari pada simiskin yang membutuhkan jaminan social, sehingga kesejahteraan yang di cita-citakan sulit terwujud.

Oleh karena itu, peran pemerintah dalam menciptakan kesejahteraan perlu untuk di lihat kembali. Sebagai mana pendapat Francis Fukuyama tentang peran Negara dalam bukunya yang berjudul state-building: Governance and world Or-derin the 21st

(22)

sebaliknya, Negara yang kuat tidak akan bertahan lama jika tidak mampu menciptakan kesejahteraan warganya.

Pentingnya peran pemerintah dalam menciptakan kesejahteraan yang ditawarkan welfare state, pada dasarnya telah terlebih dulu di perhatikan islam, yang dapat dilihat dalam tindakan Rosul di saat menyandingkan kaum Muhajirin dan Ansor dalam ikatan persaudaraan. Tindakan tersebut secara langsung, mendeklarasikan bahwa Negara menjamin bagi setiap individu taraf hidup layak, yang oleh para ahli hukum islam diistilahkan dengan “batas kecukupan”.

Islam menetapkan prinsip-prinsip jaminan social secara jelas yang teraplikasi dalam bentuk yakni: jaminan antara individu dengan dirinya sendiri; antara individu dan keluarga dekat nya; dan antara individu dengan masyarakat. Bahkan, jaminan social dalam islam juga menetapkan jaminan antara sesame umat, scara imbal balik. Konsep kewajiban zakat, wakaf, infak, dan sedekah dalam system ekonomiislam secara langsung menentang dampak dari welfare state yani timbulnya mental-mental malas di masyarakat, karena zakat di bebankan pada harta yang secara nominal masuk dalam batas kecukupan (haul), yang artinya harta ituharus dikembangkan untuk masuk dalam batas kecukupan. Begitu juga dengan peruntukan nya, zakat di peruntukan bagi golongan-golongan yang telah di tentukan dan tidak terdapat di dalam nya golongan yang malas. Di samping itu, bagi mereka yang enggan mengeluarkan zakat, pemerintah di perkenankan dengan wewenangnya memaksa agar muzaki tersebut mengeluarkan zakatnya. Sedangkan waris merupakan sarana utama dalam menciptakan jaminan social dalam kluarga sehingga setiap keluarga termotivasi untuk berusaha/bekerja agar tidak meninggalkan keturunannya yang fakir dan miskin.

Begitupun dengan wakaf, infak dan sedekah. Semua amal kebijakan(sunnah) tersebut tidak akan bisa dilakukan oleh individu-individu yang bermental malas dan senang dengan kemiskinannya. Hal ini lebih disebabkan karena untuk melakukan amal-amal kebajikan, seharusnya setiap individu telah memiliki batas kecukupan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terlebih dahulu saat itu. Individu tersebut harus memiliki kemauan dan tekat untuk mencari harta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk amal kebajikan nya. Oleh karena itu, tidak mungkin bagi individu-individu yang bermental malas melakukan amal kebajikan seperti yang dijelaskan tersebut.29

3. Kebijakan moneter

29Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam ( Yogyakarta : Pustaka belajar, 2013) hlm.

(23)

a. Pengertian kebijakan moneter

Yang dimaksud dengan kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur jumlah uang beredar. Yang dimaksud dengan kondisi lebih baik adalah mengingkatnya output keseimbangan dan atau terpeliharanya stabilitas harga (inflasi terkontrol). Melalui kebijakan moneter pemerintah dapat mempertahankan, menambah atau mengurangi jumlah uang beredar dalam upaya mempertahankan kemampuan ekonomi bertumbuh, sekaligus mengendalikan ekonomi.30

Dalam literatur ekonomi konvensional, menurut Djohanputro (2006), Kebijakan moneter merupakan tindakan pemerintah dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan ekonomi makro (output, harga dan pengangguran) dengan cara mempengaruhi situasi makro melalui pasar uang atau dengan kata lain melalui proses penciptaan uang atau jumlah uang beredar. Demikian halnya yang dikemukakan oleh Bofinger (2001) yang menyatakan bahwa , “monetary policy is manipulating of monetary instruments In order to achieve price stability, low unemployment and sustainable economic growth”.31

Jadi Dengan kata lain, kebijakan moneter merupakan instrumen Bank Sentral yang sengaja dirancang sedemikian rupa untuk mempengaruhi variable-variabel finansial seperti suku bunga dan tingkat penawaran uang.. Sasaran yang ingin dicapai adalah memelihara kestabilan nilai uang baik terhadap factor internal maupun eksternal. Stabilitas nilai uang mencerminkan stabilitas harga yang pada akhirnya akan mempengaruhi realisasi pencapaian tujuan pembangunan suatu Negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar, pemerataan distribusi, perluasan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi riil yang optimum dan stabilitas ekonomi.

Jika yang dilakukan adalah menambah jumlah uang yang beredar, maka pemerintah dikatakan menempuh kebijakan moneter ekspansif (monetary expansive). Sebaliknya jika jumlah uang yang beredar dikurangi, pemerintah menempu kebijakan moneter kontraktif (monetary contractive). Istilah lain untuk kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan uang ketat (tight money policy).32

b. Tujuan kebijakan moneter

Secara prinsip, tujuan kebijakan moneter islam tidak berbeda dengan tujuan kebijakan moneter konvensional yaitu menjaga stabilitas dari mata uang (baik secara

30Prathama rahardja & Mandala manurung, Pengantar ilmu ekonomi (Jakarta : Fakultas ekonomi UI, 2008) hlm.

435.

31 Ascarya, Alur Transmisi dan Efektifitas Kebijakan Moneter Ganda di Indonesia (Jakarta : Bank Indonesia, 2012)

hlm. 287.

32Prathama rahardja & Mandala manurung, Pengantar ilmu ekonomi (Jakarta : Fakultas ekonomi UI, 2008) hlm.

(24)

internal maupun eksternal) sehingga pertumbuhan ekonomi yang merata yang diharapkan dapat tercapai. Stabilitas dalam nilai uang tidak terlepas dari tujuan ketulusan dan keterbukaan dalam berhubungan dengan manusia. Hal ini disebutkan Al-Qur’an, yakni :

طه سن قهلنَابه نع َازعيمهلنَاوع لع ينكع لنَا َانُوفئونأعوع

...

Artinya : “…Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil…”.33

Mengenai stabilitas nilai uang juga ditegaskan oleh M. Umar Chapra (Al-Qur’an Menuju Sistem Moneter yang Adil), kerangka kebijakan moneter dalam perekonomian Islam adalah stok uang, sasarannya haruslah menjamin bahwa pengembangan moneter yang tidak berlebihan melainkan cukup untuk sepenuhnya dapat mengeksploitasi kapasitas perekonomian untuk menawarkan barang dan jasa bagi kesejahteraan sosial umum.34

c. Instrumen kebijakan moneter

Secara mendasar, terdapat beberapa instrumen kebijakan moneter dalam ekonomi Islam, yaitu: ReserveRatio, Moral suasion, Lending ratio,Refinance Ratio, Profit Sharing Ratio, Islamic sukuk, dan GIC:GovernmentInvestment Certificate. Dua dari instrumen ini yaitu Reserve Ratio dan Moral suasion juga digunakan bank sentral dengan sistem konvensional. Adapun penjelasan berbagai instrument kebijakan moneter adalah sebagai berikut :

1) Pertama, Reserve Ratio. Reserve Ratio adalah suatu persentase dari simpanan bank komersial yang harus dipegang oleh bank sentral, misalnya 5 persen. Hal ini berarti jika bank komersial menerima 100 miliar sebagai dana tabungan, maka harus ditransfer ke bank sentral sebanyak 5 miliar rupiah sebagai reserve (cadangan). Sehingga bank komersial hanya memegang 95 persen dari seluruh dana tabungan nasabah. Dengan jumlah 95 persen ini, bank komersial dapat memberikan pembiayaan kepada investor. Jika bank sentral ingin mengontrol jumlah uang beredar, maka bank sentral akan menaikkan reserve ratio, misalnya dari 5 persen menjadi 20 persen. Dampaknya adalah sisa uang yang ada pada komersial bank menjadi lebih sedikit dan kapasitas untuk memberikan pembiayaan menjadi lebih kecil dan jumlah uang beredar menjadi lebih sedikit.

2) Kedua, Moral Suassion. Bank sentral dapat membujuk bank komersial untuk meningkatkan permintaan pembiayaan sebagai tanggung jawab mereka, ketika ekonomi berada dalam keadaan depresi. Sebagaimana di ketahui bersama, pembiayaan sangat dibutuhkan pada masa depresi, agar uang dapat dipompa ke

33Al-Qur’an, Surah. Al-An’am, Ayat ke – 152.

(25)

dalam ekonomi. Hal ini dapat dilakukan bank sentral dengan mengirim surat kepada bank komersil. Dengan meningkatkan pembiayaan, maka uang akan mengalir ke tangan masyarakat dan daya beli masyarakat akan meningkat, total permintaan akan meningkat, pada akhirnya keuntungan akan meningkat.

3) Ketiga, Lending Ratio. Dalam ekonomi Islam, tidak ada istilah “meminjamkan” (Lending). Lending tidak dikenal dalam ekonomi Islam. Lending ratio dalam hal ini berarti qardhul hasan (pinjaman kebajikan). Bank komersil menerima satu deposit yang disebut amanah deposit. Amanah deposit adalah account pada bank komersil yang tidak ada tambahan apapun terhadap deposit itu. Bank sentral dapat meminta bank komersil untuk mengalokasikan sejumlah persentase tertentu (misalnya 30 atau 40 persen) dari amanah deposit untuk diberikan kepada masyarakat miskin melalui skim qardhul hasan. Kapanpun ada kebutuhan untuk meningkatkan jumlah uang beredar, bank sentral dapat meningkatkan lending ratio agar bank komersilmemberikan lebih banyak qardhul hasan kepada masyarakat. Akibatnya lebih banyak uang yang mengalir ke tangan masyarakat.

4) Keempat, Refinance Ratio. Refinance ratio sangat berarti pada bank komersil dalam ekonomi Islam, di mana mereka memberi pinjaman kepada masyarakat untuk kebutuhan ekonomi. Di Pakistan, sebagian besar sektor ekspor dibiayai dengan skim

refinance ini. Bank sentral memberikan perintah kepada bank komersil (misalnya: Habib Bank) untuk mengalokasikan sejumlah uang untuk membiayai sektor ekspor dengan basis bebas bunga. Refinance ratio adalah sejumlah proporsi dari pinjaman bebas bunga yang diberikan bank komersil kepada nasabah, yang kemudian dibayarkan kembali oleh bank sentral. Refinance dalam kasus ini bermakna sejumlah proporsi dari pinjaman bebas bunga dari bank komersil yang di bayar kembali oleh bank sentral. Ketika Refinance ratio meningkat, bank sentral mendorong dan memberikan pembiayaan yang lebih banyak kepada sektor swasta.

(26)

komersil mempunyai kapasitas untuk memberikan lebih banyak pembiayaan kepada investor yang pada akhirnya meningkatkan volume investasi di dalam ekonomi. 6) Keenam, sukuk. Sukuk adalah obligasi pemerintah dimana ada property yang

mengikuti sukuk tersebut. Pada akhir tahun, pendapatan didistribusikan kepada pemegang sukuk. Distribusi pendapatan dapat juga dilakukan dengan basis bulanan atau tiga bulanan. Di Pakistan, pe merintah mengeluarkan sukuk untuk membangun jalan tol dari kota Lahore ke kota Rahwalpindi berjarak kurang lebih 400 km. Sukuk pun dapat dijadikan instrumen kebijakan moneter. Ketika inflasi, pemerintah mengeluarkan sukuk lebih banyak, sehingga uang akan mengalir ke bank sentral dan jumlah uang beredar akan tereduksi.

7) Ketujuh, GIC (Government Investment Certificate). GIC adalah suatu sertifikat yang tidak ada komitmen untuk memberikan tambahan apapun ketika nanti akan dikembalikan (Qardhul Hasan). Tetapi pada akhir tahun, pemerintah akan memberikan sedikit tambahan yang jumlahnya terserah pemerintah (semacam hadiah atau hibah). Kapanpun bank sentral ingin menurunkan jumlah uang beredar, sertifikat tersebut akan dijual kepada bank komersil, dan uang akan menga lir ke bank sentral dan menurunkan kemampuan penciptaan pembiayaan pada bank komersil.Ketika bank sentral ingin meningkatkan jumlah uang beredar, sertifikat tersebut akan dibeli kembali dari bank komersil, dan uang akan mengalir ke bank komersil dan meningkatkan kemampuan penciptaan pembiayaan pada bank komersil.35

Apabila kita telusuri pada sistem ekonomi pada masa Madinah, kiranya kita mendapatkan fakta bahwa perekonomian riil lebih dahulu maju dari pada posisi mata uang. Dengan fakta ini maka perekonomian diarahkan pada mekanisme pasar alamiyah. Negara melakukan pengawasan dalam konteks untuk menjaga agar tidak terjadi penyelewengan ekonomi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi. Inilah tugas utama yang diusung oleh Dewan al-Hisba yang pada masa kemudian berkembang menjadi Dewan as-Syurthah. Dewan ini mempunyai kewenangan yang luas sehigga pelaku ekonomi yang menyimpang dapat langsung diberi sanksi dan tindakan.

Karena itulah, dalam sistem moneter Islam, posisi dan fungsi bank mempunyai perbedaan yang mendasar. Lembaga perbankan syari’ah mempunyai sifat universal dan multi guna serta tidak semata-mata merupakan bank komersil. Ia merupakan perpaduan antara bank komersial, bank investasi, investasi kepercayaan dan institusi pengelola

(27)

investasi (invesment-management institutions), yang berorientasi pada investasi modal.

Dengan pola ini maka perbankan syariah akan jauh dari perlilaku borrowing short dan

lending long. Karena itu ia kokoh terhadap ancaman krisis dibanding perbankan konvensional.

Berdasar fakta itu pula, maka kedudukan bank sentral dalam konteks ekonomi Islam harus dapat melakukan suatu kebijakan yang dapat melancarkan perekonomian riil secara seimbang.36

Wallahu A’lam.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Setiap kebijakan ekonomi yang ditetapkan oleh pemerintah dalam upaya mensejahterakan dan menciptakan keadilan dalam suatu masyarakat merupakan wujud Kepatuhan perintah

terhadap Allah Azza wa Jalla dan Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam, serta bentuk tanggung

(28)

jawab terhadap masyarakatnya. Maka dari itu, pemerintah sudah sepatutnya untuk bersungguh-sungguh dalam membangun suatu perekonomian yang adil dan menjadikan hukum islam sebagai pedoman dalam menetapkan kebijakan. Iqtishad (Ekonomi islam) selalu memberikan petunjuk oleh pemerintah dalam menciptakan perekonomian yang adil. Sebab ekonomi islam mengarahkan pemahaman orang yang menerapkannnya untuk senantiasa menjadikan tujuan utamanya Fallah

(kesejahteraan diakhirat dan didunia), bukan seperti halnya ekonomi yang dilahirkan oleh pemikiran kaum barat yang menjadikan keuntungan duniawi sebagai tujuan utama dalam berekonomi atau sering dikenal profit oriented.

Peran pemerintah dalam menciptakan keadilan perekonomian harus bersamaan dengan peran rakyatnya, karena tidak akan tercipta Negara yang sejahtera dan damai apabila pemerintah dan rakyat tidak saling bekerja sama dalam pembangunan ekonomi. Disatu sisi pemerintah harus menetapkan berbagai kebijakan yang adil dan disisi lain masyarakat juga harus taat dan patuh terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga, apabila terbinanya kepercayaan dan kerjasama yang kokoh antara pemerintah dengan masyarakat, maka peluang pemerintah dalam menciptakan keadilan dan kesejahteraan dalam suatu Negara akan menjadi lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Kitab Al-Qur’an Shahih Muslim

(29)

Rahardja, Prathama, Mandala manurung, Pengantar ilmu ekonomi, Jakarta : Fakultas Ekonomi UI, 2008

Sukirno, Sadono, Makro Ekonomi, Jakarta : Rajawali Pers, 2013

Baqir Ash-Shadr, Muhammad, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, Jakarta : Zahra, 2008 Rosyidi, Suherman, Pengantar Teori Ekonomi : Mikro & Makro, Jakarta : RajaGrafindo Persada,

2005

Ghofur Noor, Ruslan Abdul, Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam, Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2013

Jalil, Abdul, Pemikiran M. Abdul mannan tentang Kebijakan Fiskal dalam Ekonomi Islam, Semarang : UIN Wali Songo Semarang, 2014

Muttaqin, Hidayatullah, Kebijakan Fiskal Islam, 2004

Prasetyia, Ferry, Modul Ekonomi Publik : “Peran Pemerintah”, Malang : Universitas Brawijaya, 2012

Nairozi, Tinjauan Umum Tentang Sistem Ekonomi Islam, 2013

Ascarya, Alur Transmisi dan Efektifitas Kebijakan Moneter Ganda di Indonesia, Jakarta : Bank Indonesia, 2012

Tanjung, Hendri, “Kebijakan Moneter Islami”, dalam jurnal ekonomi islam republika, Kamis 27 juni 2013

Soekarno, Winoto,Uang Dan Kebijakan Moneter Dalam Ekonomi Islam : Bercermin Dari Kerentanan Sistem Moneter Kapitalis, hlm. 3.

Farida, Ai Siti, Sistem Ekonomi Indonesia, Bandung : Pustaka Setia, 2011 http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_ekonomi Diakses pada 4 Maret 2015

http://lismasetyowati.blogspot.com/2011/12/pengertian-kebijakan-ekonomi.html Diakses pada 4 Maret 2015

Referensi

Dokumen terkait

mengatakan bahwa jumlah tanggungan yang tinggi pada suatu rumah tangga tanpa diikuti dengan peningkatan dari segi ekonomi akan mengharuskan anggota keluarga selain kepala keluarga

proses persidangan yang sedang berlangsung, atau perkara yang dalam tahap upaya hukum, yang dapat mempengaruhi kemerdekaan atau sifat tidak memihak hakim, dipidana

Tujuan penyuntingan subtantif dilakukan adalah untuk memastikan hasrat atau idea penulis dapat disampaikan setepat, sepadat, dan sejelas yang mungkin. Semasa membuat

Tumor yang berdiferensiasi baik terdiri atas sel-sel yang men yerupai sel dewasa normal jaringan asalnya,sedangkan tumor b erdiferensi buruk atau tidak berdiferensiasi

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), cet.. 1) Motivasi berperan sebagai penggerak dalam kegiatan pembelajaran baik

Melalui realitas yang dibangunnya, pengarang menampilkan kenyataan baru bahwa penderitaan yang dialami perempuan sebenarnya tidak hanya disebabkan oleh sosok patriakhi tetapi

Dari riset yang penulis lakukan, dalam melakukan kegiatan promosi Dinas Pariwisata Kota Salatiga sudah mengunakan media cetak, radio dan media sosial untuk meningkatkan

Halaman awal Buku Bimbingan Skripsi Mahasiswa ... Halaman Frekuensi Bimbingan