PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
telah ditentukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup melalui Kepmen Nomor : KEP-51/MENLH/10/1995, Tanggal 23 Oktober 1995 n Limbah Cair Sistem Ponding.Cooling Tower
Inlet limbah cair berasal dari bak Fat pit dialirkan melalui Cooling Tower. Pada umumnya temperatur sludge yang dihasil dari proses pabrik berkisar 60⁰C-70⁰C. Cooling Tower berfungsi untuk menurun temperatur sludge menjadi 35⁰C -40⁰C sehingga aktivitas mikroorganisme dalam mengurai senyawa-senyawa organik dapat beradaptasi dengan suhu limbah cair.
Seeding Pond
Untuk menampung sirkulasi dari An aerobic II sebagai bibit bakteri yang akan mendekomposisi senyawa-senyawa organik air limbah yang masuk dari V-notch. Dari kolam ini limbah cair mengalir ke anaerobic pond secara gravitasi.
Kedalaman = 3 m dengan retention time 4 hari
Anaerobic pond I dan II
Untuk menguraikan butiran-butiran minyak yang masih tersisa atau senyawa-senyawa organik yang kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana
dengan bantuan mikroorganisme anaerob. Kolam Anaerob dapat menghasilkan CH4 (gas methan), CO2 dan endapan
solid. pH Limbah cair >6 dan ketebalan scum <10cm. Bila scum lebih tebal dari 10 cm di tarik ke pinggir secara manual. Periksa gelembung yang methan yang terjadi. Gelembung dan bau
menandakan terjadinya proses penguraian atau perombakan
butiran minyak menjadi asam yang mudah menguap oleh mikroorganisme anaerob.
Dari kolam ini limbah cair mengalir ke fakultatif pond secara gravitasi.
Kedalaman harus dipertahankan >3 m (dari kedalaman awal 5,5 m) agar aktivitas bakteri tidak menurun. Retention time ≥ 80 hari
NO Parameter Kadar Max
(mg/l)
Debit : 2,5 m3/ton
Facultative Pond I dan II
Untuk merombak senyawa organik yang masih tersisa dari kolam an-aerobic dengan bantuan bakteri aerob dan anaerob. pH 7,6-7,8.
Dari kolam ini limbah cair mengalir ke aerobic pond secara gravitasi.
Kedalaman kolam = 3 m dengan retention time 25 hari
Aerobic Pond
Untuk proses degradasi dengan bantuan bakteri aerob sehingga diperlukan injeksi udara (yang dibutuhkan O2-nya) ke dalam air
limbah dengan bantuan Aerator yang harus dioperasikan terus menerus.
Dari kolam ini limbah cair mengalir ke sedimentation pond secara gravitasi.
Kedalaman ≤2 meter sehingga sinar matahari masuk sampai ke dasar kolam dengan retention time ≥ 50 hari.
Sedimentation Pond.
Untuk mengendapkan hasil penguraian butiran minyak dan padatan lain yang berasal dari kolam aerobic. Limbah cair dari bagian atas dari kolam ini limbah cair mengalir menuju v-notch secara gravitasi.
Kedalaman harus dipertahankan >3 m (dari kedalaman awal 5,5 m) dengan RT ≥ 80 hari.
Trouble Shooting
a.Jika kadar minyak pada outlet Seeding pond >0,5% terhadap contoh, kemungkinan disebabkan:
- Banyak kebocoran minyak di stasiun klarifikasi
- Lossis minyak disludge separator >0,5% terhadap contoh
- Pengutipan minyak di stasiun klarifikasi dan bak fat-pit tidak efektip
- Jika pH <6 dan ketebalan scum >10cm di Anaerobic pond, berarti proses perombakan lemak oleh mikroorganisme berlangsung tidak sempurna. Kemungkinan disebabkan sirkulasi dari bak Anaerobic Pond ke Seeding pond kurang volumenya.
b.Jika pH pada Facultative Pond <7,6, berarti proses penguraian butiran minyak pada kolam-kolam sebelumnya tidak berlangsung efektif.
c.Jika Aerator tidak dapat dioperasikan kemungkinan disebabkan kerusakan aerator atau tidak ada arus listrik.
Perawatan Kolam
a. Menguras lumpur dalam kolam, jika lumpur telah memenuhi 1/3 kedalaman kolam awal.
c. pH kolam Anaerobik agar dijaga pada kisaran 6 -8, agar : - Bakteri methanogenesis (bakteri penghasil gas metan)
aktif.
- Sebagian besar sulfida mengendap sehingga mengurai bau (pH>7.5)
d. Sirkulasi untuk membantu menstabilkan pH dan menjaga kecukupan substrat.
e. Membuang scum yang mengambang di kolam fakultative dan kolam anaerobik secara berkala.
f. Membuang solid yang terakumulasi di sekitar inlet dan outlet setiap kolam.
g. Memeriksa inlet dan outlet kolam secara rutin untuk mencegah penyumbatan.
h. Pemeliharaan rutin konstruksi kolam dan memperbaiki segera setiap kerusakan dan erosi pada dinding kolam.
Pengolahan Limbah Cair Sistem
Lumpur Aktif
Bak Ekualisasi
Limbah cair berasal dari outlet Ponding System dialirkan dan ditampung pada bak ekualisasi dan dinetralkan pada pH 6-9, optimalnya 7. Kondisi bak harus dalam keadaan bersih, bebas kotoran/sampah. Limbah cair ini dialirkan dengan pompa ke kolam aerasi
V-notch inlet
Sama seperti ponding system
Bak Aerasi
Limbah cair dicampur-adukkan dengan biakan bakteri aerob. Bakteri dipelihara dalam jumlah yang cukup dan sehat dengan cara menjaga dan memenuhi kebutuhan makanan serta oksigen secara seimbang. Makanan diharapkan dapat terpenuhi dari zat-zat organik pencemar dalam air limbah oksigen dengan cara menginjeksikan udara secara terus-menerus dengan menggunakan blower. pH 6-9. Temperatur 27-33 OC. Perbanding-an CNP 100:20:5.
SV-30 = 300-500.
Partikel endapan harus kasar. Massa campuran akan mengalir ke bak sedimentasi secara gravitasi
Bak Sedimentasi
Massa lumpur aktif akan mengendap ke dasar kolam. Proses pengendapan harus berjalan tenang, jangan turbulensi aliran. Massa lumpur aktif semakin lama semakin menebal sehingga harus dikeluarkan dengan menggunakan air lift pump kembali ke bak aerasi melalui v-notch lumpur balik. Saat lumpur aktif berlebih (ditandai dengan SV-30 > 500) maka lumpur di alirkan
ke bak saringan pasir. Bagian yang jernih diatas akan mengalir secara gravitasi ke bak kontrol.
Untuk memompa kembali massa lumpur aktif ke bak aerasi melalui v-notch inlet atau ke bak saringan pasir. Pompa biasanya menggunakan jenis air lift pump, bisa juga dengan pompa lumpur biasa.
V-notch Lumpur Balik
Untuk mengukur debit lumpur balik yang dikembalikan ke bak aerasi
Bak Saringan Pasir
Untuk menyaring lumpur berlebih dari bak sedimentasi. Lumpur yang tersaring akan mengering dapat digunakan sebagai pupuk organik (kompos). Air yang melalui saringan pasir dikembalikan lagi bak aerasi melalui v-notch inlet.
Bak kontrol
Untuk mengukur tingkat kejernihan (tansparancy) limbah cair yang akan dibuang ke badan air.
V-Notch Oulet
Volume limbah cair yang dibuang ke badan air harus diukur debitnya setiap hari dengan menggunakan alat ukur V-Notch dilengkapi dengan tabel konversi. Lokasi v-notch ini harus diukur titik koordinat buminya dengan alat GPS sekaligus menjadi titik sampling outlet PKS.
Fenomena Abnormal Pada Proses Lumpur
Aktif
Proses lumpur aktif merupakan sistem pembersihan air limbah bukan dengan bahan kimia tetapi dengan reaksi biologis mikroba, sehingga jika kondisi lingkungan untuk mikroba beraktivitas tidak terpenuhi, maka proses yang normal tidak dapat berlangsung dan kondisi proses menjadi abnormal. Berikut gejala abnormal yang timbul dalam sistem lumpur aktif dan penyebabnya serta cara penanganannya.
Air Proses menjadi putih keruh
Gejala :
Air proses bercampur dengan lumpur halus terlihat
putih keruh
Tidak tercapai efisiensi pengurangan BOD diatas 90% Penyebab :
Konsentrasi, Volume, fluktuasinya besar sehingga
kondisi proses tidak stabil.
Beban BOD lumpur tinggi
DO rendah
Nitrogen, fosfat, dan sumber nutrisi tidak cukup pH tidak dalam range yang sesuai
Penanganan :
Naikkan konsentrasi MLSS. Cek kembali hubungan kolam aerasi dan volume air proses.
Buat keseimbangan sumber nitrisi.
- Busa pada kolam Aerasi
Gejala :
Pada kolam aerasi timbul buih yang lengket.
Pada kolam aerasi timbul buih kecil warna putih.
Penyebab :
BOD Load Naik, pada bakteri muncul zat yang lengket Nutrisi kurang sehingga cel tidak dapat bersintesa
Muncul buih karena pemakaian zat pengaktif antar fasa. Penanganan :
Turunkan Beban BOD Lumpur Seimbangkan nutrisi
Turunkan jumlah pemakaian zat pengaktif antar fasa
- Lumpur menjadi Hitam
Gejala :
Lumpur kolam aerasi menjadi hitam Pada kolam aerasi timbul bau busuk
Penyebab :
DO rendah
Penanganan :
Periksa apakah ada masalah pada peralatan suplai oksigen. Naikkan volume suplai oksigen
- Lumpur mengapung pada kolam pengendapan
Gejala :
Lumpur yang telah membusuk dan besar warna hitam naik keatas
Tidak ada perubahan warna lumpur, banyak lumpur
kecil mengapung. Penyebab :
Lumpur menimbun di tempat yang sama dalam waktu
lama sehingga gas berbau busuk muncul dan naik mengapung
Pada kolam pengendapan timbul fenomena pelepasan
nitrogen dan gas N₂ yang menempel pada lumpur dan akan mengangkat lumpur naik keatas.
Penanganan :
Pada sudut-sudut kolam aerasi tempat lumpur menumpuk dihilangkan
Turunkan konsentrasi NO₃₃̄ air yang masuk ke kolam
pengendapan (dibawah 3 ppm)
Naikkan volume air sirkulasi
- Lumpur menjadi Putih
Gejala :
Timbul banyak mikroba bentuk benang
Timbul banyak bekteri cilia Penanganan :
Lakukan penanganan untuk bulking
Periksa apakah BOD load lumpur maupun DO dalam