• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Perangsang Penanaman Modal UU0261964

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberian Perangsang Penanaman Modal UU0261964"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1964

TENTANG

PEMBERIAN PERANGSANG PENANAMAN MODAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa kepada inisiatif guna memperluas dan memperbesar produksi sesuai dengan pasal 27 huruf a Deklarasi Ekonomi tertanggal 28 Maret 1963 perlu diberi dorongan;

b. bahwa dalam rangka mengerahkan modal dan tenaga nasional termasuk swasta dan domestic perlu diciptakan iklim yang menarik yang menjamin fasilitas dan keuntungan serta kepastian hukum yang mendorong investasi di bidang produksi pada umumnya, sesuai dengan pasal 10 huruf f Resolusi M.P.R.S. R.I. No. I/Res/MPRS/1963, dan khususnya guna melancarkan perkembangannya usaha-usaha baru di bidang Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Peternakan, Pertambangan, Perindustrian dan pengangkutan, perlu diberikan kelonggaran-kelonggaran fiskal;

Mengingat : Pasal 5 ayat (I) jo pasal 20 ayat (1) Undang-undang Dasar;

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong;

Memutuskan :

Menetapkan : Undang-undang tentang Pemberian Perangsang Penanaman Modal.

Pasal 1.

(1) Atas pengeluaran untuk penanaman modal nasional termasuk Swasta dan domestic dalam lapangan Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Peternakan, Pertambangan, Perindustrian, Pengangkutan di air dan pengangkutan barang di darat dan usaha-usaha produksi lama lain yang ditunjuk dengan surat keputusan Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan setelah mendapat persetujuan Menteri Koordinator Kompartemen Keuangan, diberikan perangsang penanaman modal.

(2) Pelaksanaan ketentuan yang tercantum pada ayat (1) diatur oleh Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan.

Pasal 2.

Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkannya dan untuk pertama kali dilaksanakan pada saat yang ditentukan oleh Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan.

(2)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 2 -

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 25 Nopember 1964. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd

SUKARNO.

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 25 Nopember 1964. SEKRETARIS NEGARA.

ttd

MOHD. ICHSAN.

(3)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS

UNDANG-UNDANG NO. 26 TAHUN 1964 TENTANG

PEMBERIAN PERANGSANG PENANAMAN MODAL.

UMUM.

Sebagai imbangan terhadap tax-holiday Pemerintah memandang perlu untuk memberikan perangsang guna mempertinggi produksi kepada para pemilik (badan/perorangan) modal nasional termasuk swasta dan domestic yang sudah ada, apabila mereka melakukan penanaman-penanaman pada usaha-usaha yang sudah ada, yang tidak merupakan kesatuan ekonomis tersendiri.

Perangsang tersebut berupa pengurangan atas sebagian/seluruh jumlah laba/pendapatan yang dikenakan pajak.

Agar supaya Undang-undang ini dapat mengikuti perkembangan kehidupan ekonomi maka kepada Menteri Urusan Pendapatan. Pembiayaan dan Pengawasan diberi wewenang untuk menunjuk bidang-bidang usaha mana perlu diberi perangsang penanaman setelah mendapat persetujuan Menteri Koordinator Kompartemen Keuangan, untuk menetapkan besarnya perangsang dan untuk mengatur pemberian perangsang itu dilakukan.

PASAL DEMI PASAL.

Cukup jelas.

Mengetahui : Sekretaris Negara,

MOHD. ICHSAN.

Referensi

Dokumen terkait

Evvy Silalahi : Pengaruh Pengeluaran Pemerintahan dan Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2005... Evvy Silalahi : Pengaruh Pengeluaran Pemerintahan dan

PEMBERIAN FASILITAS PENANAMAN MODAL DALAM KEGIATAN PENANAMAN MODAL ASING (PMA) DI BIDANG USAHA PERIKANAN.. DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25

Pembagian wewenang pemberian perizinan penanaman modal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah adalah bahwa Pemerintah Pusat memiliki wewenang yang meliputi

Program / Kegiatan Anggaran (Rp.) 1 2 3 4 5 6 DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN, DAN PETERNAKAN 1 Meningkatnya Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan

PEMBERIAN TAMBAHAN KELONGGARAN PERPAJAKAN DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN.. PENANAMAN

Pemungut PPh Pasal 22 adalah Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan atas pembelian bahan-bahan dari

Maluku Utara Laut Halmahera dan Sekitarnya perikanan laut, pertambangan, pariwisata Papua Barat Bintuni pertanian, perkebunan, pertambangan, perikanan. Papua Barat Fak-Fak

Sumatera Utara Tapanuli dan sekitarnya Perkebunan, Pertambangan, Perikanan Laut, Pertanian, Industri, Pariwisata. Sumatera Utara Nias dan sekitarnya Pariwisata,