• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proporsi Maloklusi Dental pada Pasien Asimetri Mandibula yang Dirawat di Klinik Ortodonsia RSGMP FKG USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Proporsi Maloklusi Dental pada Pasien Asimetri Mandibula yang Dirawat di Klinik Ortodonsia RSGMP FKG USU"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2 sepertiga wajah bawah lebih sering ditemukan dan dikenal dengan istilah asimetri mandibula. Asimetri mandibula merupakan salah satu deformitas kraniofasial yang ditandai dengan pergeseran garis tengah mandibula dalam arah lateral dan secara langsung dapat memperlihatkan tampilan wajah yang miring baik pada saat diam ataupun tersenyum. Hal ini terjadi karena masa pertumbuhan mandibula yang lama dan lebih banyak didukung oleh jaringan lunak sedangkan maksila didukung oleh jaringan keras sehingga lebih jarang terjadi asimetri.2,4,8 Disamping itu, oklusi yang tidak seimbang pada pasien asimetri mandibula menyebabkan distribusi tekanan yang abnormal pada permukaan artikular dan disfungsional pertumbuhan kondilus.1,15 Secara garis besar, etiologi dari asimetri mandibula disebabkan oleh trauma, gangguan fungsional yaitu perpindahan mandibula, gangguan perkembangan seperti hemifacial microsomia dan torticollis, keadaan patologis yaitu tumor dan kista, infeksi, dan resorpsi kondilus.11

2.2 Klasifikasi Asimetri

Asimetri dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur kraniofasial yang terlibat, yaitu tipe dental, skeletal, jaringan lunak dan fungsional1,2,4,27

2.2.1 Asimetri Skeletal

(2)

sering terjadi pada mandibula karena posisi mandibula yang dapat bergerak dan pusat pertumbuhan utamanya adalah kondilus.4,9 Gangguan pada kondilus pada masa pertumbuhan mengakibatkan gangguan pola pertumbuhan normal pada mandibula. Asimetri skeletal merupakan hasil akhir dari semua asimetri baik asimetri dental, fungsional, dan jaringan lunak yang tidak segera dirawat dalam jangka waktu yang lama.3-5,11

Banyak faktor yang telah ditemukan dapat menyebabkan terjadinya asimetri skeletal dengan mempengaruhi aktivitas sel. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan mandibula secara prenatal seperti pada penderita hemifacial microsomia, dan banyak faktor postnatal lainnya, seperti trauma, osteo chandroma pada kondilus, nerve injury (unilateral muscle dysfunction), rheumatoid atritis unilateral pada TMJ, amblyopia (asimetri pada tonus otot).1,3,4

2.2.2 Asimetri Dental

Asimetri dental merupakan asimetri yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara jumlah gigi dengan lengkung gigi yang tersedia, ketidakseimbangan antara jumlah gigi rahang atas dan bawah pada segmen yang sama, dan ketidakseimbangan antara lengkung gigi rahang atas dan bawah secara keseluruhan atau sebagian.l,3 Ketidakseimbangan ini terjadi karena faktor-faktor lokal seperti tanggalnya gigi desidui yang terlalu dini, kehilangan satu atau sekelompok gigi secara kongenital, dan kebiasaan buruk seperti menghisap jari. Kekurangan asupan gizi yang dibutuhkan saat pembentukan benih dapat menimbulkan asimetri pada diameter mesiodistal mahkota gigi.1,28 Subjek yang memiliki maloklusi dental, cenderung memiliki asimetri lengkung gigi.

Asimetri dental ditandai dengan adanya deviasi midline yang disertai dengan kehilangan gigi atau tanggalnya gigi yang terlalu dini dan dipastikan terdapat crowding pada salah satu sisi. Deviasi midline merupakan hal yang sering dijumpai pada penderita dengan asimetri dental.4,9 Asimetri dental cenderung ditemui pada populasi dengan maloklusi.1,2,5

(3)

2.2.2.1 Maloklusi

Maloklusi adalah suatu bentuk penyimpangan posisi gigi geligi atas dan bawah terhadap lengkung gigi yang dapat memperburuk estetika dan fungsional.20-24,29 Maloklusi dapat didefinisikan sebagai penyimpangan yang signifikan dari apa yang telah digambarkan sebagai oklusi normal atau ideal. Banyak komponen yang terlibat dalam pengembangan oklusi. Yang paling penting adalah: ukuran rahang atas dan bawah, faktor-faktor yang menentukan hubungan antara dua basis rangka, seperti basis kranial dan faktor lingkungan, bentuk lengkung, ukuran dan morfologi gigi, jumlah gigi yang ada, morfologi jaringan lunak dan karakter dari bibir, lidah serta otot.20-24,28

Menurut Robert E. Mayors, maloklusi disebabkan oleh:22,23 1. Herediter

2. Gangguan tumbuh kembang

Dapat terjadi karena faktor idiopatik seperti anadontia, oligodontia, micrognatia, facial cleft

3. Trauma

a. Trauma prenatal dan cedera pada masa kelahiran

- Tekanan intraurine pada masa kehamilan dapat menyebabkan hypoplasia mandibula

- “Vogelgesicht” yaitu terhambatnya pertumbuhan mandibular karena ankilosis pada TMJ

(4)

5. Kebiasaan buruk

Penyakit demam dapat menganggu perkembangan gigi pada masa balita dan kanak-kanak.

b. Gangguan pada kelenjar endokrin

- Disfungsi endokrin pada masa prenatal dapat menyebabkan hypoplasia gigi

- Disfungsi endokrin pada masa postnatal dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan menjadi lebih lambat ataupun lebih cepat, seperti proses osifikasi pada tulang, waktu erupsi gigi, da kecepatan resorpsi gigi desidui.

c. Penyakit lokal

- Penyakit nasofaringeal dan gangguan fungsi pernafasan - Penyakit gingiva dan periodontal lengkung, maloklusi inter-lengkung, dan maloklusi skeletal. Maloklusi intra-lengkung mencakup variasi dari posisi tiap gigi dan dapat memengaruhi sekelompok gigi dalam satu lengkung rahang seperti inklinasi lebih ke distal/ mesial/ lingual/ bukal, pergeseran ke mesial/ distal/ lingual/ bukal, oklusi supra versi/ infra versi, rotasi gigi, maupun transposisi.22,23,28

(5)

Maloklusi inter-lengkung terdiri dari malrelasi antar lengkung gigi pada basis tulang skeletal yang berhubungan dengan normal. Maloklusi ini dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal.22,23,28 Maloklusi skeletal disebabkan oleh abnormalitas pada maksila dan mandibula, atau kelainan pada struktur skeletal itu sendiri. Penyimpangan yang terjadi dapat berupa ukuran, posisi, maupun hubungan antar rahang.

Maloklusi skeletal juga terjadi dalam 3 arah yaitu sagital, transversal, dan vertikal. Pada arah sagital berupa rahang yang mengalami prognasi ataupun retrognasi. Pada arah transversal berupa rahang sempit ataupun lebar. Pada arah vertikal berupa tinggi wajah.22,23

2.2.2.2.1Maloklusi yang dinilai dalam arah sagital

Mencakup kondisi dimana rahang atas dan rahang bawah memiliki hubungan yang abnormal dalam arah sagital. Maloklusi dalam arah sagital dibagi menjadi maloklusi pre-normal dan maloklusi post-normal.22,23 Maloklusi pre-normal menunjukkan posisi rahang bawah yang terletak lebih ke anterior pada saat okusi sentrik. Maloklusi post-normal menunjukan posisi rahang bawah terletak lebih ke posterior pada saat oklusi sentrik. Yang termasuk maloklusi dalam arah sagital yaitu hubungan molar, overjet, gigitan silang anterior, dan inklinasi insisivus.

Hubungan Molar

Pada tahun 1899, Edward Angle mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan hubungan mesial-distal gigi, lengkung gigi dan rahang. Ia menilai molar pertama permanen rahang atas sebagai titik anatomi tetap pada rahang dan kunci oklusi. Sampai saat ini sistem klasifikasi ini adalah yang paling sering digunakan. Sistem ini ini sederhana dan mudah digunakan. Angle membagi klasifikasi menjadi 3 kategori (Gambar 5), yaitu:22,23,28,30

a)Maloklusi klas I Angle

(6)

dengan buccal groove molar pertama rahang bawah dan cusp mesiolingual dari molar pertama rahang atas kontak dengan fossa dari molar pertama rahang bawah, ketika rahang dalam posisi istirahat dan gigi dalam posisi oklusi sentrik (Gambar 1).22,28

Gambar 1. Klasifikasi Angle Klas I22

b)Maloklusi klas II Angle

Lengkung rahang bawah dalam hubungan lebih ke distal dari lengkung rahang atas. Cusp mesiobuccal molar satu rahang atas kontak dengan ruang diantara cusp mesiobuccal molar satu rahang bawah dan dengan bagian distal premolar dua rahang bawah. (Gambar 2). Angle membagi maloklusi Klas II menjadi dua divisi berdasarkan angulasi labiolingual dari gigi insisivus rahang atas, yaitu.22,23

Maloklusi klas II divisi 1

Lengkung gigi mempunyai hubungan Klas II Angle, karakteristik gigi-geligi insisivus sentralis dan lateralis lebih ke labial (Gambar 2). Maloklusi ini ditandai dengan overjet yang besar dan biasanya disertai overbite yang dalam, bibir atas hipotonus, bibir bawah terletak pada bagian palatal dari insisivus atas, dan lengkung maksila yang menyempit.22,23

Gambar 2. Klasifikasi Angle Klas II divisi 122

(7)

Maloklusi klas II divisi 2

Lengkung gigi mempunyai hubugan Klas II Angle dengan gigi insisivus sentralis atas berinklinasi sedikit ke lingual dan gigi insisivus lateralis bisa proklinasi atau retroklinasi (Gambar 3).22,23

Gambar 3. Klasifikasi Angle Klas II divisi 222

c)Maloklusi klas III Angle

Lengkung rahang bawah lebih ke mesial dari lengkung rahang atas. Cusp mesiobuccal dari molar pertama rahang atas kontak ke ruang interdental dimana lebih ke distal dari cusp distal molar pertama rahang bawah dan lebih ke mesial dari cusp mesial molar kedua rahang bawah (Gambar 4).22,23,28,30

Gambar 4. Klasifikasi Angle Klas III22

(8)

Gambar 5. Klasifikasi Angle klas I, Klas II, dan Klas III30

Pada tahun 1915, Dewey memodifikasi klasifikasi dari Angle, yaitu dengan membagi klas I menjadi 5 tipe dan klas III menjadi 3 tipe.22,23

Modifikasi klas I, yaitu:

a. Tipe 1 yaitu maloklusi klas I dengan gigi berjejal pada anterior rahang atas b. Tipe 2 yaitu maloklusi klas I dengan insisivus rahang atas protrusive c. Tipe 3 yaitu dengan gigitan silang di anterior

d. Tipe 4 yaitu dengan gigitan silang di posterior

e. Tipe 5 yaitu bergesernya gigi molar permanen ke mesial karena kehilangan dini gigi molar desidui atau premolar

Modifikasi klas III, yaitu:

a. Tipe 1 yaitu hubungan insisivus anterior edge to edge

b. Tipe 2 yaitu gigi insisivus bawah berjejal dan berada dibelakang gigi insisivus atas

c. Tipe 3 yaitu gigi insisivus atas berjejal dan berada dibelakang gigi insisivus bawah

Overjet

Overjet adalah jarak antara tepi insisal insisivus rahang atas dengan permukaan labial dari gigi insisivus rahang bawah yang diukur secara horizontal dengan nilai normal yaitu 2-3 mm (Gambar 6). 22,23

(9)

Gambar 6. Overjet23

Crossbite Anterior

Crossbite anterior merupakan kelainan posisi gigi anterior maksila yang lebih ke lingual daripada gigi anterior mandibula (Gambar 7). Kasus ini sering menjadi keluhan pasien karena menimbulkan penampilan yang kurang menarik, disamping itu dapat menyebabkan traumatik oklusi.22,23,30 Etiologi crossbite anterior karena adanya crowded pada lengkung maksila yang menyebabkan malposisi gigi insisivus di lengkung rahang. Akibat yang ditimbulkan dari crossbite anterior antara lain gigi anterior yang tumbuh berjejal, gangguan fungsional pada pergerakan mandibula, gangguan pertumbuhan mandibula, dan abrasi yang berlebihan dari gigi anterior maksila dan mandibula ditandai dengan adanya pengikisan enamel pada permukaan labial gigi insisivus maksila dan lingual dari gigi insisivus mandibula, serta juga dapat ditemui kelainan patologis peridonsium berupa inflamasi gingiva.22,23,30

Gambar 7. Crossbite Anterior23

(10)

Inklinasi Insisivus

Inklinasi insisivus yang dinilai dalam arah sagital meliputi proklinasi dan retroklinasi. Insisivus sentral atas yang proklinasi menyebabkan overjet semakin besar sebaliknya retroklinasi insisivus menyebabkan overjet berkurang.22,23,29

2.2.2.2.2 Maloklusi yang dinilai dalam arah transversal

Maloklusi yang dinilai dalam arah transversal mencakup pergeseran median line, dan crossbite posterior.22,23,28-30

Crossbite Posterior

Crossbite posterior adalah hubungan bukolingual yang abnormal antara satu atau lebih gigi posterior rahang atas dengan satu atau lebih gigi posterior rahang bawah, ketika kedua rahang berada dalam posisi relasi sentrik.28,30 Jumlah gigi yang terlibat menunjukkan tingkat keparahan kelainan yang terjadi.

Dari pengamatan oklusi sentrik, crossbite posterior dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu unilateral dan bilateral (Gambar 8). Crossbite posterior unilateral biasanya disebabkan oleh lengkung rahang atas yang sedikit lebih sempit daripada lengkung rahang bawah. Pada kondisi ini, sering terjadi penyimpangan mandibula ke arah lateral pada saat menutup sehingga terjadi pergeseran midline ke sisi rahang yang mengalami gigitan silang. Crossbite posterior bilateral adalah suatu gigitan silang posterior yang terjadi simetris pada sisi kiri dan kanan. Lintasan penutupan mandibula dari posisi istirahat ke posisi oklusi, tidak disertai penyimpangan ke arah lateral sehingga tidak terjadi pergeseran midline.22,23

Gambar 8. A) Crossbite Posterior Unilateral, B) Crossbite Posterior Bilateral29

A B

(11)

2.2.2.2.3 Maloklusi yang dinilai dalam arah vertikal

Maloklusi yang dinilai dalam arah verikal mencakup overbite untuk mengukur gigitan terbuka (openbite) dan gigitan dalam (deepbite).22,23,28,30

Openbite

Openbite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. Macam-macam open bite menurut lokasinya antara lain (Gambar 9):22,23,30

a. Openbite anterior

b. Openbite posterior pada regio premolar dan molar. c. Kombinasi anterior dan posterior/ total openbite

Gambar 9. A) Open Bite Anterior, B) Open Bite Posterior22

Deepbite

Deepbite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal gigi insisivus maksila terhadap insisal gigi insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-4 mm (Gambar 10).22,28 Pada kasus deepbite, gigi posterior sering linguoversi atau miring ke mesial dan insisivus mandibula sering berjejal, linguoversi, dan supra oklusi.22,23

A B

(12)

Gambar 10. Deep Bite22

2.2.3 Asimetri Jaringan Lunak

Ketidakseimbangan pembentukan otot pada wajah dan diskrepansi garis tengah wajah menyebabkan terjadinya asimetri jaringan lunak. Asimetri ini dapat terjadi pada kondisi penyakit hemifacial atrophy atau cerebral palsy. Fungsi otot yang abnormal sering memperparah deviasi skeletal dan dental misalnya hipertropi pada otot masseter dapat menyebabkan terjadinya asimetri.l-4

2.2.4 Asimetri Fungsional

Asimetri fungsional merupakan suatu keadaan dimana terjadi pergerakan mandibula kearah lateral atau antero-posterior yang disebabkan gangguan oklusi sehingga menghalangi tercapainya oklusi sentrik yang benar.1,3 Hal yang menghalangi oklusi sentrik tersebut antara lain terjadinya konstriksi lengkung rahang atas ataupun dapat juga karena faktor lokal yaitu adanya gigi yang malposisi.1-4 Pada kasus gangguan sendi temporomandibula, adanya pergeseran garis tengah wajah saat pembukaan mulut disebabkan adanya gangguan pergerakan mandibula di bagian yang terganggu.1-4,11

2.3 Pemeriksaan Radiografi

William Conrad Roentgen menemukan x-ray pada tahun 1895. Tujuan dari pemeriksaan radiografi adalah untuk mendiagnosis penyebab asimetri dan penyimpangan dagu dengan benar serta merencanakan perawatan secara akurat. Sejumlah radiografi tersedia untuk mengidentifikasi lokasi dan penyebab asimetri mandibula.

(13)

2.3.1 Radiografi Panoramik (OPG)

Radiografi panoramik (OPG) pertama sekali diperkenalkan oleh Profesor Yrjo Paatero dari University of Helsinki pada tahun 1961. OPG menampilkan semua titik-titik anatomi secara detail dan memungkinkan diagnosis asimetri mandibula. OPG memberi detail dari ramus, korpus mandibula serta seluruh gigi-geligi.27,31 OPG digunakan untuk menilai perbedaan ketinggian pada kondilus, ramus, gonion dan seluruh mandibula (total mandibular height) pada kedua sisi kiri dan kanan.3,4,13 OPG memiliki paparan radiasi yang lebih minimal serta dapat menggambarkan struktur mandibula bersamaan dengan kondisi dentoalveolar serta kondisi gigi geligi yang mencakup trauma, lesi, penyakit gigi dan tulang, lokasi molar tiga, dan persistensi gigi. OPG dilaporkan dapat memberikan informasi dalam dimensi vertikal dan sagital antara kedua rahang dengan catatan tidak ada kelainan yang parah, asimetri yang signifikan, anomali kraniofasial, sindrom, dan agenesis gigi yang multipel.12,13

2.3.1.1 Metode Habets

Analisis untuk menghitung indeks asimetri pada OPG berdasarkan nilai tinggi kondilus dan ramus ditemukan oleh Habets dkk (Gambar 11).5,14,27 Metode pengukuran Indeks Asimetri Kondilus (IAK) yaitu dengan terlebih dahulu membuat outline kondilus, ramus, dan korpus pada kedua sisi mandibula diatas kertas asetat yang telah difiksasi pada OPG diatas tracing box, Permukaan paling lateral pada kondilus ditandai dengan O1 dan pada ramus ascendens ditandai dengan O2. Kemudian pada kertas asetat ditarik garis antara titik O1 hingga ke titik O2, yang disebut dengan tangen ramus dan ditandai dengan huruf A. Garis tegak lurus (perpendicular line) ditari dari tangen ramus sampai ke titik yang paling superior di kondilus hingga membentuk sudut 900 dan ditandai dengan huruf B. Tinggi kondilus mandibula dihitung dari garis vertikal titik O1 ke titik paling superior di kondilus. Tinggi ramus dihitung dari titik O1 ke titik O2. Semua pengukuran dibuat dalam satuan millimeter (mm) dan untuk menentukan kesimetrisan antara kedua sisi mandibula pada foto panoramik digunakan formula |(R-L)/(R+L)|*100%. Apabila IAK diperoleh >6% maka dianggap sebagai asimetri mandibula.5,14

(14)

Gambar 11. Metode pengukuran tinggi kondilus berdasarkan metode Habets dengan menggunakan OPG14

2.3.1.2 Metode Habets yang dimodifikasi oleh Kjellberg dkk

(15)

dari kondilus dan disebut co’. sedangkan insisura mandibula (inc’) merupakan titik yang berasal dari perpotongan tegak lurus angular notch dan ramus line yang membentuk sudu 900. Perpotongan antara garis RL dan ML disebut titik gonion(go). Refleksi dari go terhadap RL secara tegak lurus disebut go’. Tinggi kondilus dihitung dari jarak antara co’ ke inc’ dan tinggi ramus mandibular dihitung dari jarak inc’ ke go’. Sedangkan tinggi total kondilus dan ramus dihitung dari jarak co’ ke go’. (Gambar 13).16,41

Gambar 12. Pengukuran tinggi kondilus berdasarkan metode Habets dkk yang dimodifikasi oleh Kjellberg dkk16

2.3.2 Radiografi Sefalometri Postero Anterior (PA)

(16)

membandingkan antara dua sisi wajah untuk mengevaluasi asimetri.1,32 Sefalometri posterior anterior dapat dievaluasi dari pandangan sagital, transversal dan vertikal. Lebar dental, skeletal dan asimetri skeletal yang tidak tersedia di sefalogram lateral dapat diukur dari sefalogram frontal.15

2.3.3 Radiografi Sefalometri Lateral (SL)

Radiografi sefalometri lateral dapat dilihat arah sagital dan vertikal tetapi tidak dapat dilihat dari arah transversal.27 Proyeksi radiografi sefalometri lateral umumnya tersedia di klinis namun hanya memberi sedikit informasi mengenai asimetri pada tinggi ramus, panjang mandibula dan sudut gonial. Pada sefalometri lateral struktur kiri dan kanan bertindih antara satu sama lain dan berada pada jarak yang berbeda dari film dan sumber X-ray.1,2,4,33,34 Analisis sefalometri lateral digunakan untuk mengukur bentuk, ukuran, posisi dan orientasi unit wajah yang berbeda dimana semua struktur wajah diproyeksikan ke bidang sagital.33

2.3.4 Cone-Beam Computed Tomography (CBCT)

Sejumlah radiografi tiga dimensi telah diperkenalkan untuk mengatasi beberapa keterbatasan radiografi dua dimensi. Salah satu teknik yang diperkenalkan adalah Cone-Beamed Computed Tomography (CBCT) yang dapat digunakan untuk mendeteksi asimetri skeletal. Scan CBCT pada regio kepala biasanya menghasilkan dosis radiasi yang efektif dan rendah enam hingga lima belas kali dari semua pemeriksaan radiografi yang diperlukan untuk keperluan ortodonsia dan penilaian asimetri serta memberi diagnosis yang lebih detail.4,23 Parameter yang digunakan untuk mendeteksi asimetri wajah dengan CBCT adalah, tinggi maksila, panjang ramus, inklinasi ramal dari pandangan frontal dan lateral serta tinggi dan panjang korpus mandibula.27 Damstra dkk melakukan suatu penelitian unttuk mendeteksi asimetri mandibula dengan mengevaluasi dan menbandingkan sefalogram postero anterior dengan gambaran CBCT. Enam tengkorak manusia yang asimetri dengan deviasi dagu digunakan dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian tersebut didapati gambaran CBCT lebih akurat dalam mendeteksi karakteristik asimetri mandibula dibandingkan dengan sefalogram postero anterior.27,32

(17)

2.3.5 Single-Photon Emission Computed Tomography (SPECT)

Single-Photon Emission Computed Tomography (SPECT) adalah alat diagnostik penting untuk memvisualisasikan hiperaktivitas pertumbuhan kondilus. Radioaktif isotop technetium 99 methylene bisphosphonate disuntik ke pasien dan dievaluasi dari computed tomogram untuk melihat tanda peningkatan aktivitas kondilus secara unilateral dalam bentuk hot spot. Perbedaan aktivitas 10% atau lebih besar antara kedua sisi kondilus dikenali sebagai hiperplasia kondilus.27,32

2.4 Hubungan Maloklusi dengan Asimetri Mandibula

Asimetri mandibula dapat ditemukan pada semua tipe maloklusi. Dalam ortodonsia, maloklusi sebagai salah satu etiologi asimetri mandibula dapat mengakibatkan distribusi tekanan yang abnormal pada permukaan kondilus mandibula yang merupakan pusat pertumbuhan mandibula.2,18 Tekanan terus menerus pada satu sisi akibat kebiasaan mengunyah dan tidur pada satu sisi, hambatan oklusal dalam arah vertikal, keberadaan crossbite posterior dan gangguan STM dilaporkan sebagai faktor risiko asimetri mandibula yang bersifat skeletal.12,15 Penelitian yang dilakukan oleh Ferro dkk., tentang proporsi maloklusi menunjukkan bahwa gigitan silang posterior unilateral sering ditemukan pada pasien asimetri mandibula.35 Hal yang sama juga dihasilkan dari penelitian sebelumnya oleh Langberg dkk., pada 30 pasien yang mengalami asimetri mandibula terdapat 15 pasien yang mempunyai gigitan silang posterior unilateral dan kondilus yang asimetri sehingga terjadi deviasi mandibula kearah lateral.36 Cassidy dkk., meneliti 110 pasien dengan maloklusi klas II subdivisi diperoleh sebanyak 50% pasien mengalami asimetri mandibula.37 Penelitian yang dilakukan Sheats dkk. pada pasien yang sedang melakukan perawatan ortodonsia di Virginia Commonwealth University diperoleh 46% pasien mengalami asimetri mandibula, 22% pasien terdapat asimetri hubungan molar, deviasi dagu sebanyak 4% dan deviasi hidung sebanyak 3%.38

(18)

2.5 Kerangka Teori

Jar. Lunak Fungsional

Vertikal: Openbite dan

deepbite Sagital:

Hubungan molar dan crossbite

anterior

Transversal: Crossbite

posterior

Skeletal Dental

Pemeriksaan Klinis Model Studi

Maloklusi

Asimetri Mandibula

Panoramik Sefalo

Lateral

Submento-vertex

PA sefalo SPECT CBCT

Angulasi Linear

Vertikal

Tinggi Ramus Tinggi Kondilus

(19)

2.6 Kerangka Konsep

Variabel Terikat

Usia: ≥18 tahun Variabel Bebas

Asimetri Mandibula Metode Habets yang dimodifikasi oleh Kjellberg dkk

 0= simetri ≤ 6%  1= asimetri > 6%

Variabel Terikat

Maloklusi Dental  CrossbiteOpenbite Deepbite

 Hubungan molar

Gambar

Gambar 2. Klasifikasi Angle Klas II divisi 122
Gambar 3. Klasifikasi Angle Klas II divisi 222
Gambar 5. Klasifikasi Angle klas I, Klas II, dan Klas III30
Gambar 7. Crossbite Anterior23
+4

Referensi

Dokumen terkait

When destination or intermediate node having path to destination receives the REPAIR packet then it generate the RREP which contains the tabu list and sent back to

Pemenuhan kewajiban iuran produksi/royalti oleh pemegang Izin Usaha Pertambangan tahap kegiatan Operasi Produksi Batubara, Izin Usaha Pertambangan Khusus tahap kegiatan

Kepribadian Tokoh Utama Alif Fikri Dalam Novel Ranah 3 Warna Karya A. Fuadi: Pendekatan

Semakin banyak produk cacat juga dapat menambah konsumsi bahan baku produksi hal tersebut dapat menyebabkan biaya produksi bertambah, untuk itu perlu dilakukan

Di dalam Al Qur ’an Alloh member ikan kemuliaan-kemuliaan kepada hambanya yang me- miliki kiner ja baik, yang mengisi kehidupannya dengan per buatan baik seper ti yang

Selain itu pembaruan harga menggunakan kertas label di rak minimarket tidak efisien karena masih menggunakan cara manual sehingga memakan waktu yang lama dengan

Peneliti : Aflah, gambar apakah ini?.

Jenis penelitian ini adalah PTK (Penelkitian Tindakan Kelas) yang terdiri dari dua siklus, dimana siklus I dan siklus II masing-masing terdiri dari dua pertemuan Subyek