• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan Chapter III VI"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan antenatal care pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan. Alasan memilih lokasi ini karena kunjungan pemeriksaan kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Sitinjak masih dibawah target yaitu K1 sebesar 63% dan K4 sebesar 54% pada tahun 2016. Angka ini menunjukkan bahwa kunjungan pemeriksaan kehamilan masih belum sesuai standar yang telah ditetapkan pemerintah yaitu K1: 95% dan K4: 90%.

3.2.2 Waktu Penelitian

(2)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 0 - 12 bulan dengan alasan sudah melewati masa kehamilan dan telah melakukan pemeriksaan kehamilan mulai dari trimester pertama hingga trimester ketiga, masa lalu nya baru 1 tahun dan masih memungkinkan untuk diwawancarai. Jumlah populasi diperoleh dari data ibu hamil bulan Maret 2016 sampai Februari 2017 sebanyak 728 orang, ibu hamil tersebut melahirkan di tahun 2016 sampai Februari 2017 sehingga yang dijadikan populasi adalah ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan di Kecamatan Angkola Barat (Lampiran 1).

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan di Kecamatan Angkola Barat.

3.3.2.1 Besar Sampel Penelitian

Besar sampel dari populasi penelitian dihitung menggunakan rumus Lameshow (1997) :

(3)

Keterangan :

n : Besar populasi yang diperlukan Z : Tingkat Kemaknaan 95% (1,96)

P : Proporsi variabel yang dikehendaki 30% (0,3) N: Besar Populasi

d : Persisi yang ingin dicapai dinyatakan dalam desimal 0,1 Maka dari rumus diatas besar sampel penelitian:

Berdasarkan perhitungan, maka besar sampel yang dibutuhkan untuk penelitian sebanyak 73 responden.

3.3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel

(4)

dapat menarik bilangan secara random dari kumpulan bilangan dari 1 sampai ke n. untuk menentukan angka-angka yang akan ditarik digunakan 3 kolom karena populasi terdiri dari 3 digit (Lampiran 1).

3.4 Metode Pengumpulan data

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu data primer dan data sekunder.

3.4.1 Data Primer

Pengumpulan data primer diperoleh secara langsung dari ibu hamil dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun dan mengacu pada variabel yang diteliti.

3.4.2 Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari Kantor Dinas kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan dan Puskesmas Sitinjak, yaitu data cakupan antenatal care dan data jumlah ibu hamil.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.4.3.1 Uji Validitas

(5)

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh pernyataan tersebut. Untuk menguji validitas alat ukur terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah setiap skor butir, dimana nilai r tabel = 0,361.

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program komputer. Kriteria yang digunakan untuk uji validitas adalah sebagai berikut :

a. Jika r hitung > r tabel , dengan taraf signifikan α = 0,05 maka pertanyaan dikatakan valid

b. Jika r hitung < r tabel ,dengan taraf signifikan α= 0,05 maka pertanyaan dikatakan tidak valid

Uji validitas pada variabel pengetahuan, sikap, dukungan suami dan dukungan petugas kesehatan dapat1dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan, Sikap, Dukungan Suami dan Dukungan Petugas Kesehatan

No Variabel Corrected

(6)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

No Variabel Corrected

Item-Total Correlation Keterangan 4 Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan Petugas Kesehatan 1

(7)

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengetahuan, Sikip, Dukungan Suami dan Dukungan Petugas Kesehatan

No Variabel Cronbach Alpha Keterangan

1

1. Kunjungan Antenatal care adalah Jumlah kunjungan Antenatal Care selama hamil

2. Umur adalah Lama hidup ibu yang dihitung sejak tahun dilahirkan sampai tahun pada saat penelitian dilakuan

3. Pendidikan adalah Jenjang sekolah formal yang pernah ditempuh ibu sampai memperoleh surat tanda tamat (ijazah)

4. Pengetahuan adalah Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care)

5. Paritas adalah jumlah kelahiran baik lahir hidup maupun lahir mati yang dialami ibu

6. Sikap adalah pandangan atau tanggapan dari ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan kehamilan

7. Pendapatan adalah jumlah penghasilan keluarga yang didapatkan dalam satu bulan berdasarkan standar upah minimum kabupaten (umk)

8. Jarak rumah ke fasilitas kesehatan adalah lama waktu untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan dari tempat tinggal ibu

(8)

10. Dukungan petugas kesehatan adalah dorongan dari petugas kesehatan dalam memberikan informasi atau penyuluhan kepada ibu hamil tentang antenatal care

3.6Metode Pengukuran 1. Kunjungan Antenatal care

Standar kunjungan antenatal care :

a. Minimal 1 kali trimester pertama ( kehamilan usia 0-13 minggu ) b. Minimal 1 kali trimester kedua ( kehamilan usia 14-27 minggu ) c. Minimal 2 kali trimester ketiga ( kehamilan usia 28-36 minggu ) Kunjungan antenatal care dikategorikan menjadi 2 bagian :

a. Lengkap, apabila ibu melakukan kunjungan antenatal care minimal 4 kali sesuai dengan standar diatas.

b. Tidak lengkap, apabila ibu melakukan kunjungan tetapi tidak sesuai standar ataupun tidak melakukan kunjungan minimal 4 kali

Skala ukur ordinal 2. Umur

Umur dikategorikan menjadi bagian : a. <20 tahun

b. 20 – 35 tahun c. >35 tahun 3. Pendidikan

(9)

b. Tamat SMP c. Tamat SMA

d. Tamat perguruan tinggi 4. Pengetahuan

Pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan dari nomor 1-10 dengan total skor adalah 10. Menurut Arikunto (2007) tingkat pengetahuan ibu dalam kunjungan pemeriksaan kehamilan, di bagi dalam 3 (tiga) kategori, yaitu :

1. Kurang bila nilai <40% dari nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan nilai 0-3

2. Sedang bila nilai responden 40-75% dari nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan nilai antara 4-7

3. Baik bila nilai responden >75% dari nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan nilai 8-10

Skala ukur ordinal 5. Paritas

1. Primipara ( 1 orang anak ) 2. Multipara ( 2-4 orang anak )

(10)

6. Sikap

Nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan adalah 40 dan nilai terendah 10 dengan kriteria sebagai berikut:

Pertanyaan Positip Pertanyaan Negatif

Sangat setuju = 4 Sangat Setuju = 1

Setuju = 3 Setuju = 2

Kurang Setuju = 2 Kurang Setuju = 3

Tidak Setuju = 1 Tidak Setuju = 4

Cara menentukan kategori tingkat sikap responden mengacu pada persentase berikut (Arikunto, 2007):

1. Sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh <35% dari seluruh pertanyaan dengan nilai 10-20

2. Sikap sedang, apabila nilai yang diperoleh 35%-70% dari seluruh pertanyaan dengan nilai 21-31

3. Sikap baik, apabila nilai yang diperoleh >70% dari seluruh pertanyaan dengan nilai 32-40

Skala ukur ordinal 7. Pendapatan

(11)

8. Jarak ke fasilitas kesehatan

Menurut Hang Kueng dalam Kartika (2014) waktu tempuh dengan jalan kaki atau menggunakan kendaraan dikatakan dekat apabila waktuh tempuh ≤15 menit

dan dikatakan jauh apabila waktu tempuh >15 menit. Jarak ke pelayanan kesehatan dikategorikan : 1. Dekat ≤ 15 menit

2. Jauh > 15 menit Skala ukur ordinal

9. Dukungan suami

Dukungan suami terdiri dari 5 pertanyaan dengan nilai tertinggi 5. Dikategorikan atas:

1. Kurang, apabila nilai yang diperoleh <60% dari seluruh pertanyaan dengan nilai 0-2

2. Sedang, apabila nilai yang diperoleh 60% dari seluruh pertanyaan dengan nilai 3

3. Baik, apabila nilai yang diperoleh >60% dari seluruh pertanyaan dengan nilai 4-5

Skala ukur ordinal

10.Dukungan petugas kesehatan

Dukungan petugas kesehatan terdiri dari 3 pertanyaan dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu :

(12)

3.7 Metode Analisa Data

Analisa data yang digunakan ada dua, yaitu:

1. Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik masing-masing variabel terikat dan variabel bebas yang meliputi umur, pendidikan, paritas, pengetahuan, sikap , pendapatan, jarak rumah ke fasilitas kesehatan, dukungan suami dan dukungan petugas kesehatan dengan kunjungan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis bivariat digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan masing-masing variabel terikat dan variabel bebas yang meliputi umur, pendidikan, paritas, pengetahuan, sikap , pendapatan, jarak rumah ke fasilitas kesehatan, dukungan suami dan dukungan petugas kesehatan dengan kunjungan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan dengan menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05,dengan kriteria:

1. Ho ditolak jika p < α (0,05) maka terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

(13)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1Gambaran Umum Kecamatan Angkola Barat

Puskesmas Sitinjak merupakan salah satu dari 16 Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Selatan yang terletak di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan. Batas wilayah Kecamatan Angkola Barat adalah sebesar 74,10 Km2 dan terdiri dari 12 desa dan 2 kelurahan. dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Marancar

2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Angkola Selatan dan Kecamatan Angkola Sangkunur

3. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kota Padangsidimpuan 4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Batang Toru

Kecamatan Angkola Barat memiliki jumlah penduduk sebanyak 24.468 jiwa, terdiri dari 11.975 jiwa penduduk laki-laki dan 12.493 jiwa penduduk perempuan dengan kepadatan penduduk 330 jiwa.

4.2. Analisis Univariat

4.2.1 Karakteristik Responden

(14)

Tabel 4.1 Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di Wilayah Kerja Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat

Karakteristik Responden f %

Umur

(15)

Tabel 4.2 Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang

Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola

Barat

No Pernyataan Salah Benar Total

f % f % f %

1 Pemeriksaan kehamilan trimester

pertama dilakukan minimal 1 kali 37 50,7 36 49,3 73 100,0

2 Pemeriksaan kehamilan pada trimester ketiga dilakukan minimal 2 kali

24 32,9 49 67,1 73 100,0

3 Sebaiknya pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 4 kali

25 34,2 48 65,8 73 100,0

4 Waktu pemeriksaan kehamilan trimester kedua adalah usia kehamilan 14-27 minggu

25 34,2 48 65,8 73 100,0

5 Pemeriksaan kehamilan adalah pemeriksaan dan pengawasan ibu selama kehamilan

12 16,4 61 83,6 73 100,0

6 Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dengan bayi

15 20,5 58 79,5 73 100,0

7 Manfaat yang bisa didapatkan ibu dari pemeriksaan kehamilan antara lain agar ibu dan bayi sehat selama kehamilan dan persalinan

17 23,3 56 76,7 73 100,0

8 Kunjungan pertama pemeriksaan kehamilan segera dilakukan setelah ibu menduga hamil

23 31,5 50 68,5 73 100,0

9 Yang melakukan pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil sebaiknya Dokter/Bidan

6 8,2 67 91,8 73 100,0

10 Tempat pemeriksaan kehamilan sebaiknya di klinik dokter/bidan atau puskesmas

2 2,7 71 97,3 73 100,0

(16)

Tabel 4.3 Distribusi Kategori Pengetahuan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Angkola Barat

No Pengetahuan f %

Berdasarkan persentase jawaban responden paling banyak menjawab sangat setuju pada pernyataan “pemeriksaan kehamilan mempunyai manfaat bagi

kesehatan” yaitu 21,9%, yang paling banyak menjawab setuju pada pernyataan ”memeriksakan kehamilan mempunyai manfaat pada anak” yaitu 86,3%,

menjawab tidak setuju paling banyak pada pernyataan “Penyakit yang timbul pada

waktu hamil akan sembuh sendiri tanpa pergi ke tenaga kesehatan” yaitu 68,5% dan yang menjawab sangat tidak setuju pada pernyataan “Dapat dipastikan tanpa periksa kehamilan ibu tetap melahirkan bayi sehat” yaitu 17,8%. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4 Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap tentang Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Angkola Barat

No Pernyataan Sikap

2 Memeriksakan kehamilan mempunyai manfaat bagi kesehatan

16 21,9 57 78,1 0 0,0 0 0,0

3 Memeriksakan kehamilan mempunyai manfaat bagi kesehatan anak

10 13,7 63 86,3 0 0,0 0 0,0

4 Pemeriksaan kehamilan

(17)

tenaga kesehatan minggu harus melakukan pemeriksaan kehamilan minimal sebanyak 2 kali

4 5,5 51 69,9 17 23,3 1 1,4

9 Pada usia kehamilan 28-35-minggu harus melakukan pemeriksaan kehamilan minimal sebanyak 4 kali

6 8,2 49 67,1 17 23,3 1 1,4

10 Pemeriksaan kehamilan ke bidan sebaiknya minimal dilakukan 4 kali

10 13,7 54 74,0 9 12,3 0 0,0

Berdasarkan perhitungan skor dari pernyataan responden pada pengukuran sikap didapatkan hasil sikap responden dalam kategori sikap baik sebanyak 9 orang (12,3%), sikap sedang 62 orang (84,9%) dan sikap kurang 2 orang (2,7%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:

(18)

4.2.4 Jarak Rumah ke Fasilitas Kesehatan

Berdasarkan jawaban yang didapat dari pernyataan responden pada jarak rumah ke fasilitas kesehatan didapatkan hasil jarak rumah ke fasilitas kesehatan dalam kategori dekat (≤15 menit) sebanyak 45 responden (61,6%) dan kategori jarak rumah ke fasilitas kesehatan jauh sebanyak 28 responden (38,4%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6 Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Rumah ke Fasilitas Kesehatan di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola Barat No Jarak Rumah ke Fasilitas

Berdasarkan tabel 4.7 pernyataan untuk variabel dukungan suami diperoleh persentase yang menjawab “ya” tertinggi yaitu Suami mau menyediakan dana untuk memeriksakan kehamilan ibu sebesar 93,2% sedangkan untuk pernyataan “ya” terendah yaitu Suami ibu sering menemani ibu melakukan pemeriksaan kehamilan (Antenatal care) sebanyak 61,6%.

Tabel 4.7 Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Suami tentang Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Angkola Barat

No Pernyataan Tidak Ya Total

f % f % f %

1 Suami ibu ada mengajak untuk pergi melakukan pemeriksaan kehamilan di puskesmas,bidan atau dokter

17 23,3 56 76,7 73 100,0

2 Suami ibu sering menemani ibu melakukan pemeriksaan kehamilan (Antenatal care)

27 37,0 45 61,6 73 100,0

3 Suami ibu sering mengingatkan

(19)

(motivasi dan mendorong) ibu agar terus melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin setiap bulannya

5 Suami mau menyediakan dana untuk memeriksakan kehamilan ibu

5 6,8 68 93,2 73 100,0

Berdasarkan perhitungan skor dari pernyataan responden pada pengukuran dukungan suami didapatkan hasil dukungan suami responden dalam kategori baik sebanyak 50 orang (68,5%), dukungan suami sedang 6 orang (8,2%) dan dukungan suami kurang 17 orang (23,3%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.8 Distribusi Kategori Dukungan Suami Responden di Wilayah Puskesmas Kecamatan Angkola Barat

Berdasarkan tabel 4.9 pernyataan untuk variabel dukungan suami diperoleh persentase yang menjawab “ya” tertinggi yaitu Petugas kesehatan menerangkan tentang pentingnya memeriksakan kesehatan dan Petugas kesehatan memberikan waktu untuk melakukan tanya jawab mengenai keluhan-keluhan ibu sebesar 71 responden (97,3% ) sedangkan untuk pernyataan “ya” terendah yaitu

(20)

Tabel 4.9 Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Petugas Kesehatan tentang Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Angkola Barat

No Pernyataan Tidak Ya Total

f % f % f %

1 Petugas kesehatan menerangkan tentang pentingnya memeriksakan kesehatan

2 2,7 71 97,3 73 100,0

2 Petugas kesehatan menganjurkan ibu

memeriksakan kehamilan secara rutin 3 4,1 70 95,9 73 100,0

3 Petugas kesehatan memberikan waktu untuk melakukan tanya jawab mengenai keluhan-keluhan ibu

4 5,5 69 94,5 73 100,0

Berdasarkan perhitungan skor dari pernyataan responden pada pengukuran dukungan petugas kesehatan didapatkan hasil dukungan petugas kesehatan responden dalam kategori baik sebanyak 71 orang (97,3%) dan dukungan petugas kesehatan kurang 2 orang (2,7%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10 Distribusi Kategori Dukungan Petugas Kesehatan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Angkola Barat

No Dukungan Petugas Kesehatan f %

Berdasarkan jawaban dari responden yang melakukan kunjungan

(21)

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Angkola Barat

No Kunjungan Antenatal Care f %

1 2

Lengkap Tidak Lengkap

38 35

52,1 47,9

Total 73 100,0

4.3Analisis Bivariat

Analisis bivariat dimaksud untuk melihat hubungan masing – masing variabel bebas (umur, pendidikan, paritas, pendapatan, pengetahuan, sikap ibu hamil, jarak rumah ke pelayanan kesehatan, dukungan suami, dukungan petugas kesehatan) dengan variabel terikat (kunjungan antenatal care) dilakukan uji Chi Square pada tingkat kemaknaan a = 0,05.

4.3.1 Hubungan Umur dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Puskesmas Sitinjak

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara umur ibu dengan kunjungan antenatal care di peroleh data bahwa dari 5 responden umur <20 tahun sebanyak 3 respoden (60,0%) yang melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap dan 2 responden (40,0%) yang tidak melakukan kunjungan dengan lengkap sedangkan dari 57 responden dengan umur 20-35 tahun sebanyak 28 responden (49,1%) yang tidak melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap dan 29 responden (50,9%) melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap dan dari 11 responden umur >35 tahun terdapat 6 yang melakukan kunjungan antenatal dengan lengkap dan 5 responden tidak lengkap. Hasil uji statistik diperoleh nilai p

(22)

Tabel 4.12 Hubungan Umur Ibu dengan Kunjungan Antenatal Care di

4.3.2 Hubungan Pendidikan dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Puskesmas Sitinjak

(23)

Tabel 4.13 Hubungan Pendidikan dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Puskesmas Sitinjak

No Pendidikan

Kunjungan Antenatal Care

Total

P

Tidak

Lengkap Lengkap

f % f % f %

1 SD 5 55,6 4 44,4 9 100,0

2 SMP 11 64,7 6 35,3 17 100,0 0,250

3 SMA 17 43,6 22 56,4 39 100,0

4 Perguruan Tinggi 2 25,0 6 75,0 8 100,0

4.3.3 Hubungan Paritas dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Puskesmas Sitinjak

(24)

Tabel 4.14 Hubungan Paritas dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Puskesmas Sitinjak

No Paritas

Kunjungan Antenatal Care

Total

p

Tidak

Lengkap Lengkap

f % f % f %

1 1 anak 11 45,8 13 54,2 24 100,0

2 2-4 anak 17 44,7 21 55,3 38 100,0 0,526

3 >4 anak 7 63,6 4 36,4 11 100,0

4.3.4 Hubungan Pengetahuan dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Puskesmas Sitinjak

(25)

Tabel 4.15 Hubungan Pengetahuan dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Puskesmas Sitinjak

No Pengetahuan

Kunjungan Antenatal Care

Total

P

Tidak

Lengkap Lengkap

f % f % f %

1 Kurang 3 100.0 0 0,0 3 100,0

2 Sedang 21 70,0 9 30,0 30 100,0 0,000

3 Baik 11 27,5 29 72,5 40 100,0

4.3.5 Hubungan Sikap dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Puskesmas Sitinjak

(26)

Tabel 4.16 Hubungan Sikap dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah

4.3.6 Hubungan Pendapatan dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Puskesmas Sitinjak

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pendapatan dengan kunjungan antenatal care di peroleh data bahwa dari 51 responden dengan pendapatan <Rp.1750.000,- terdapat 23 responden (45,1%) yang melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap dan 28 responden (54,9%) yang melakukan kunjungan antenatal care dengan tidak lengkap. Dari 22 responden dengan pendapatan ≥Rp 1.750.000,- terdapat 15 responden (68,2%) yang melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap dan 7 responden (31,8%) melakukan kunjungan antenatal care dengan tidak lengkap. Hasil uji statistik diperoleh nilai p

(27)

4.3.7 Hubungan Jarak Rumah ke Pelayanan Kesehatan dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Puskesmas Sitinjak

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara jarak rumah ke pelayanan kesehtan dengan kunjungan antenatal care di peroleh data bahwa dari 45 responden dengan jarak dekat terdapat 25 responden (55,6%) yang melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap dan 20 responden (44,4%) yang melakukan kunjungan antenatal care dengan tidak lengkap. Dari 28 responden dengan jarak jauh terdapat 13 responden (46,4%) yang melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap dan 15 responden (53,6%) melakukan kunjungan antenatal care dengan tidak lengkap. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,448, artinya tidak ada hubungan antara jarak rumah ke pelayanan kesehatan dengan kunjungan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Sitinjak, seperti pada tabel 4.18 berikut ini :

Tabel 4.18 Hubungan Jarak Rumah ke Pelayanan Kesehatan dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Puskesmas Sitinjak

No Jarak Rumah ke

Pelayanan Kesehatan

Kunjungan Antenatal Care

Total

p

Tidak

Lengkap Lengkap

f % f % f %

1 Dekat 20 44,4 25 55,6 45 100,0 0,448

2 Jauh 15 53,6 13 46,4 28 100,0

4.3.8 Hubungan Dukungan Suami dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Puskesmas Sitinjak

(28)

antenatal care dengan lengkap dan 18 responden (36%) yang melakukan kunjungan dengan tidak lengkap. Dari 6 responden dengan dukungan suami sedang terdapat 1 responden (16,7%) yang melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap dan 5 responden (83,3%) melakukan kunjungan antenatal care dengan tidak lengkap. Dari 17 responden dengan dukungan suami kurang terdapat 5 responden (29,4%) yang melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap dan 12 responden (70,6%) melakukan kunjungan antenatal care dengan tidak lengkap. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,009, artinya ada hubungan antara dukungan suami dengan kunjungan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Sitinjak, seperti pada tabel 4.19 berikut ini :

Tabel 4.19 Hubungan Dukungan Suami dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Puskesmas Sitinjak

No Dukungan Suami

Kunjungan Antenatal Care

Total

p

Tidak

Lengkap Lengkap

f % f % f %

1 Kurang 12 70,6 5 29,4 17 100,0

2 Sedang 5 83,3 1 16,7 6 100,0 0,009

3 Baik 18 36,0 32 64,0 50 100,0

4.3.9 Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Puskesmas Sitinjak

(29)

(50,0%) yang melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap dan 1 responden (50,0%) melakukan kunjungan antenatal care dengan tidak lengkap. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,953 , artinya tidak ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan kunjungan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Sitinjak, seperti pada tabel 4.20 berikut ini :

Tabel 4.20 Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Kunjungan

Antenatal Care di Wilayah Puskesmas Sitinjak

No Dukungan Petugas

Kesehatan

Kunjungan Antenatal Care

Total

p

Tidak

Lengkap Lengkap

f % f % f %

1 Kurang 1 50,0 1 50,0 2 100,0 0,953

(30)

BAB V PEMBAHASAN

5.1Hubungan Umur Ibu dengan Kunjungan Antenatal Care

Menurut Notoatmodjo (2010) umur merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam pemeriksaan kehamilan. Mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk melakukan pemeriksaan dibandingkan dengan yang muda.

Pada dasarnya baik ibu usia <20 tahun ataupun >35 tahun dan umur 20-35 tahun memiliki kekhawatiran yang sama terhadap janin yang dikandungnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang paling banyak melakukan kunjungan antenatal care lengkap pada ibu berumur 20-35 tahun sebanyak 29 orang (50,9%). Hal ini karena ibu dengan umur tersebut kematangan jiwanya sudah cukup baik sehingga dapat dengan mudah memahami akan pentingnya pemeriksaan kehamilan sehingga mau untuk melakukan kunjungan antenatal care. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Manuaba (2007) bahwa semakin cukup usia maka tingkat kematangan seseorang akan lebih baik pula hal ini sebagai akibat dari pengalaman yang didapatnya.

(31)

Hal ini sejalan dengan penelitian Nuraijah (2013), di wilayah kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas yang menunjukkan tidak ada hubungan antara umur dengan pemanfaatan antenatal care. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Manurung (2015), yang menunjukkan bahwa ibu dengan usia < 20 tahun dan usia > 35 tahun masih banyak yang tidak melakukan kunjungan antenatal care sesuai dengan standar maka hal ini akan dapat meningkatkan terjadinya berbagai permasalahan dalam kehamilan ibu. Usia <20 tahun dan >35 tahun meningkatkan risiko komplikasi obstetri juga peningkatan kesakitan dan kematian perinatal. Ibu hamil dengan usia < 20 tahun akan memiliki resiko yang lebih besar dari ibu yang mengalami kehamilan pada usia > 35 tahun, resiko tinggi dapat terjadi jika usia ibu lebih muda yaitu mengalami pendarahan berat saat melahirkan anak, anak lahir mati, anak lahir dengan berat badan rendah dan proses kelahiran yang sulit, oleh karena itu ibu hamil dengan usia <20 tahun dan >35 tahun harus mendapatkan perawatan yang lebih intensif sehingga sudah seharusnya mereka lebih sering melakukan pemeriksaan kehamilannya.

5.2Hubungan Pendidikan dengan Kunjungan Antenatal Care

(32)

Berdasarkan hasil penelitian Widyastuti (2010) mengatakan bahwa ada hubungan pendidikan dengan pemeriksaan kehamilan, hal ini disebabkan ibu akan membuat keputusan menyangkut masalah kesehatan mereka sendiri, semakin tinggi pendidikan seorang wanita ,maka semakin mampu mandiri dalam mengambil keputusan menyangkut diri mereka sendiri termasuk dalam melakukan perawatan kehamilan dan pemeriksaan kehamilan. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010) bahwa manusia yang memiliki sumber daya manusia yang lebih baik, dalam arti tingkat pendidikan yang lebih tinggi maka akan semakin memiliki wawasan yang semakin baik pula.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mayoritas pendidikan ibu adalah SMA dengan distribusi 22 orang (56,4%) yang melakukan Antenatal Care dengan lengkap. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kunjungan antenatal care. Artinya ibu yang berpendidikan tinggi ataupun rendah memiliki peluang yang sama untuk tidak memeriksakan kehamilnnya. Seharusnya ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih baik dalam melakukan kunjungan antenatal karena akan lebih mudah mendapatkan informasi dan memahami bahawa antenatal itu penting tetapi dalam penelitian ini berbeda ibu yang berpendidikan tinggi justru masih ada yang tidak melakukan kunjungan antenatal dengan lengkap.

(33)

mereka merasa dirinya berpengalaman karena kebanyaan dari mereka sudah memiliki lebih dari 1 anak dan hal ini yang menyebabkan rendahnya kujungan antenatal care di wilayah tersebut.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa pendidikan tidak menjamin perilaku ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, artinya ibu yang berpendidikan SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi memiliki peluang yang sama untuk memeriksakan kehamilannya. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuraijah (2012), bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemanfaatan Antenatal care dengan nilai p=0,682, hal ini di dukung juga oleh penelitian sembiring (2015), yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara pendidikan dengan pemeriksaan kehamilan .

5.3Hubungan Paritas dengan Kunjungan Antenatal Care

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh, dari 24 ibu yang memiliki 1 orang anak ada 13 ibu (54,2%) yang melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap diikuti ibu yang memiliki 2-4 anak ada 21 ibu (55,3%) yang melakukan kunjungan lengkap yang memiliki >4 anak ada 4 ibu (36,4%) yang melakukan kunjungan dengan lengkap. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara paritas dengan kunjungan antenatal care. Artinya, ibu paritas tinggi atau rendah memiliki peluang yang sama untuk tidak melakukan kunjungan antenatal.

(34)

memiliki anak >4 masih banyak yang tidak melakukan kunjungan antenatal, padahal semakin tinggi paritas ibu maka akan semakin tinggi maternal hal ini disebabkan karena kebanyakan ibu paritas tinggi tidak melakukan perawatan dan pemeriksaan kehamilan dan ini disebabkan pengalaman dari kehamilan sebelumnya.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Manurung (2015), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kunjungan antenatal care di wilayah Puskesmas Sitinjak. Hasil penelitian Widyastuti (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan paritas dengan pemeriksaan kehamilan dan hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2012) di kota Medan yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara variabel paritas dengan pemanfaatan ANC .

Ibu yang pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru bagi dirinya sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan, sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang anak mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya (Wiknjosastro, 2005). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, ibu yang memiliki > 2 orang anak mengatakan kehamilan adalah hal biasa sehingga tidak diperlukan pemeriksaan rutin dan berpendapat ibu tersebut sudah berpengalaman dalam menjalani kehamilannya.

(35)

menjaga kesehatan kehamilannya. wanita dengan paritas tinggi cenderung kurang melakukan perawatan kehamilan, ibu paritas tinggi lebih percaya diri tentang kehamilannya dan merasa kurang perlu untuk melakukan perawatan kehamilan dan merupakan penghalang untuk menggunakan pelayanan ANC.

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010), bahwa perubahan perilaku untuk orang dewasa pada umumnya lebih sulit jika dibandingkan dengan perubahan perilaku anak- anak, hal ini dikarenakan orang dewasa sudah memiliki pengetahuan dan sikap tertentu yang sudah mereka yakini secara bertahun-tahun yang berasal dari pengalaman. Hal ini juga termasuk mengenai seorang ibu yang telah melakukan persalinan sebelumnya tentunya memiliki pendapat dan sikap tertentu tentang pemeriksaam kehamilan yang telah didapatkan yang dapat mengakibatkan ibu telah memiliki pengetahuan, sikap dan persepsi dan keyakinan tentang pemeriksaan kehamilan dari persalinan sebelumnya sehingga akan memberikan pengetahuan dan kepercayaan tersendiri bagi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.

Menurut Wibowo (1992) dalam Nuraijah (2013), bahwa paritas berada di dalam kelompok yang sama dengan variabel umur ibu dan jarak kelahiran. Arah hubungan ketiga variabel tersebut adalah positif, yang berarti bahwa pertambahan umur ibu akan diikuti dengan pertambahan paritas yang dialami. Dengan demikian dapt dikatakan bahwa semakin bertambah umur ibu, dan semakin dekat jarak kelahiran, akan semakin sering ibu memanfaatkan pelayanan antenatal.

(36)

(lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi jika tidak diikuti dengan pemeriksaan kehamilan. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal, tetapi hal ini dapat dicegah jika ibu melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin walaupun tidak mengalami gangguan kehamilan.

5.4Hubungan Pengetahuan dengan Kunjungan Antenatal Care

Hasil uji statistik menunjukkan pengetahuan ibu dengan kunjungan antenatal care diperoleh semua ibu yang memiliki pengetahuan kurang tidak melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap yaitu 3 ibu (100,0%), diikuti ibu dengan pengetahuan sedang ada 9 ibu (30,0%) yang melakukan kunjungan lengkap dan 21 ibu (70,0%) yang tidak melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan baik ada 29 ibu (72,5%) yang melakukan kunjungan antenatal dengan lengkap dan 11 ibu (27,5%) yang tidak melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap.

(37)

yang menyatakan bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna dengan kunjungan antenatal care (p=0,001).

Ibu yang berpengetahuan baik lebih banyak memeriksakan kehamilannya, hal ini mungkin disebabkan karena ibu yang berpengetahuan baik peduli dengan kesehatannya dan terdapat perhatian terhadap keadaan kehamilannya. Pengetahuan yang dimiliki ibu membuat ibu lebih ingin mengetahui dengan keadaan kehamilannya sehingga lebih sering melakukan kunjungan antenatal care. Pegetahuan yang baik diperoleh dari pendidikan yang baik pula dimana mayoritas responden adalah berpendidikan tamat SMA dan bisa juga didapat dari pengalaman sebelumnya.

Pengetahuan merupakan indikator seseorang dalam melakukan suatu tindakan, jika seseorang didasari dengan pengetahuan yang baik terhadap kesehatan maka orang tersebut akan memahami pentingnya menjaga kesehatan dan memotivasi diri untuk diaplikasikan dalam kehidupannya. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).

(38)

Hal ini di dukung oleh penelitian Surtama (2013) memperlihatkan bahwa pengetahuan mempunyai hubungan dengan pemeriksaan kehamilan. Pentingnya aspek pengetahuan dalam pemamfaatan antenatal care (ANC) dapat di lihat dari pendapat Choli (2014) yang menyatakan bahwa pemanfaatan antenatal care (ANC) perlu di lakukan upaya peningkatan kesehatan ibu saat kehamilan dan melahirkan. Hal sejalan didapat dalam penelitian Sihombing (2009) dan Murniati (2007) bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna dengan pemanfaatan ANC .

5.5Hubungan Sikap dengan Kunjungan Antenatal Care

Hasil uji statistik menunjukkan pengetahuan ibu dengan kunjungan antenatal care diperoleh semua ibu yang memiliki sikap baik tidak melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap yaitu 2 ibu (100,0%), diikuti ibu yang memiliki sikap sedang ada 32 ibu (51,6%) yang melakukan kunjugan antenatal care dengan lengkap sedangkan ibu yang memiliki sikap kurang ada 6 ibu (66,7%) yang melakukan kunjungan dengan lengkap.

(39)

membuat ibu melakukan pemeriksaan berbeda dengan ibu yang sikapnya baik, ini disebabkan ibu merasa dirinya sehat dan merasa sudah berpengalaman dalam hal tersebut sehingga tidak perlu melakukan pemeriksaan walaupun ibu tersebut tahu pemeriksaan itu sangat perlu dilakukan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Nuraijah (2013) di puskesmas Sosopan yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan pemanfaatan antenatal care dengan p=0,089. Hal ini di dukung juga dengan penelitian Sembiring (2015) di Puskesmas H.A.H Hasan yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dan pemeriksaan kehamilan.

Sikap yang dimiliki ibu seharusnya membuat ibu lebih ingin mengetahui dengan keadaan kehamilannya dan sehingga lebih memanfaatkan ANC. Tetapi dalam hal ini tidak membuktikan sikap baik yang dimiliki ibu terhadap pemeriksaan kehamilan menumbuhkan rasa kepedulian ibu terhadap pemanfaatan ANC. Keadaan ini dapat kita lihat bahwa sikap ibu hamil dengan kategori baik tidak ada yang melakukan kunjungan Antenatal Care dengan lengkap sebesar 100,0%, ibu dengan sikap sedang sebesar 48,4% dan ibu dengan sikap buruk sebesar 33,3%. Hal ini terjadi erat kaitannya dengan persepsi ibu hamil akan kesehatannya selama kehamilan, dimana ibu yang merasakan adanya keluhan semasa kehamilan lebih banyak tidak memeriksakan kehamilan karena ibu merasa keluhan tersebut hal yang biasa sehingga tidak mendorong ibu untuk mengambil sikap untuk ibu melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.

(40)

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Dengan demikian ibu hamil melakukan reaksi terhadap stimulus kehamilannya dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur agar kehamilannya berkembang dengan sehat dan untuk memperkecil resiko komplikasi saat melahirkan, kelahiran premature, serta kematian ibu dan bayi. 5.6Hubungan Pendapatan dengan Kunjungan Antenatal Care

Pendapatan keluarga responden paling banyak <Rp 1.750.000 dengan distribusi 23 ibu (45,1%) melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap dan 28 ibu (54,9%) tidak melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap sedangkan keluarga yang memiliki pendapatan ≥Rp. 1.750.000 ada 15 ibu (68,2%) yang melakukan antenatal care dengan lengkap dan 7 ibu (31,8%) yang tidak melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap.

(41)

tidak perlu melakukan pemeriksaan kehamilan selama ibu merasa sehat dan tidak ada keluhan yang menghambat aktifitas mereka.

Hasil penelitian Hasil penelitian Murniati (2007) menunjukkan bahwa keluarga dengan mayoritas penghasilan tidak tetap ternyata memiliki pemanfaatan antenatal care yang cukup baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Manurung (2015), bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan pemeriksaan kehamilan di wilayah puskesmas Padangmatinggi dengan p=0,273.

Penghasilan keluarga merupakan faktor pemungkin bagi seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Penghasilan keluarga juga menentukan status sosial ekonomi keluarga tersebut. Sosial ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam masyarakat yang di tentukan dengan variable pendapatan, pendidikan dan pekerjaan, karena ini dapat mempengaruhi aspek kahidupan termasuk pemeliharaan kesehatan namun saat ini pemeriksaan kehamilan sudah menjadi cakupan yang mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk pembiayaan namun pada saat ini pemeriksaan kehamilan sudah tidak dikenakan biaya sehingga penghasilan tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap pemanfaaatan pelayanan antenatal care.

(42)

juga masih banyak yang memanfaatkan pelayanan antenatal care, hal ini tidak terlepas dari digratiskannya pelayanan antenatal care di puskesmas dan ibu hamil yang merasa membutuhkan pelayanan antenatal care untuk kesehatan ibu dan bayi.

5.7Hubungan Jarak Rumah ke Fasilitas Kesehatan dengan Kunjungan Jarak dari rumah ke tempat pelayanan antenatal menjadi prediktor utama yang bermakna pada pemanfaatan pelayanan antenatal. Jarak merupakan hal yang penting untuk menjangkau tempat pelayanan kesehatan. Menurut Green, ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor yang memberikan konstribusi terhadap perilaku sehat.

Hasil penelitian variabel jarak ke pelayanan kesehatan dengan kategori dekat ada 25 ibu (55,6%) yang melakukan kunjungan antenatal dengan lengkap dan 20 ibu (44,4%) yang tidak melakukan kunjungan antenatal lengkap sedangkan dengan kategori jauh ada 13 ibu (46,4%) yang melakukan kunjungan antenatal dengan lengkap dan 15 ibu (53,6%) yang tidak melakukan kunjungan dengan lengkap.

(43)

kesehatan. Ini karena suami rata-rata tidak ikut atau mau mengantar istri untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, padahal jarak dan waktu tempuh bukan menjadi hambatan karena mereka rata-rata memiliki kendaraan pribadi.

Hal ini sejalan dengan penelitian Sumiati (2012), yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jarak rumah kepelayanan dengan pemeriksaan kehamilan. Hal ini didukung oleh penelitiaan oktavinola (2009), yang menyatakan tidak ada hubungan antara jarak ke tempat pelayanan untuk melakukan antenatal care secara rutin selama kehamilan.

Penelitian ini tidak sejalan dengan Nuraijah (2013) , yang menyatakan tidak ada hubungan antara jarak ke pelayanan dengan pemanfaatan antenatal care di wilayah Puskesmas Sosopan. Penelitian Ardi (2008) menyatakan bahwa faktor jarak pelayanan berpengaruh terhadap pemanfaatan antenatal di Puskesmas Runding Kota Subusalam Propinsi NAD tahun 2008.

5.8Hubungan Dukungan Suami dengan Kunjungan Antenatal Care

Dukungan suami dan keluarga merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam perilaku ibu hamil dalam pemanfaatan antenatal care. Penelitian Sriwahyu (2013) memperlihatkan bahwa ibu hamil yang mendapatkan dukungan dari keluarga akan memanfaatkan antenatal care dibandingkan ibu hamil yang tidak mendapatkan dukungan suami.

(44)

lengkap dan 5 ibu (83,3%) tidak melakukan kunjungan dengan lengkap sedangan dukungan suami kategori kurang ada 5 ibu (29,4%) yang melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap dan 12 ibu (70,6%) yang tidak melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap.

Hasil uji statistik di dapat nilai p=0,009, artinya terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan sumi dengan kunjungan antenatal care di wilayah Puskesmas Sitinjak. Dalam penelitian ini dukungan suami kategori baik lebih banyak yang melakukan antenatal care lengkap. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan suami memiliki peluang yang lebih tinggi untuk meningkatkan ibu melakukan kunjungan antenatal care. Dukungan yang diberikan suami akan mempengaruhi emosi seorng istri, istri akan menyetujui keputusan yang diberikan suami terutama dalam hal pemeriksaan kehamilan apalagi jika suami ikut mendampingi istrinya untuk melakukan pemeriksaan kehamilan bukan hanya sekedar memberikan materil.

(45)

Dukungan suami adalah dukungan yang diberikan oleh suami kepada istrinya yang sedang hamil, dukungan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Suami merupakan bagian dari keluarga, maka dukungan suami sangat diperlukan dalam hal menentukan berbagai kebijakan dalam keluarga. Dukungan merupakan salah satu faktor pendorong (reinforcing factor) yang dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku (Green dalam Notoatmodjo, 2010).

Ibu akan melakukan pemeriksaan kehamilan jika suami memberikan dukungannya dengan baik. Hal ini karena kekhawatiran dari keluarga terhadap masa kehamilan yang merupakan gerbang untuk menghadapi persalinan, semakin baik pemeriksaan kehamilannya maka pihak keluarga akan semakin tenang untuk menghadapi persalinan karena dapat mengetahui kondisi kehamilannya serta kesehatan ibu dan bayinya.

5.9Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Kunjungan Antnatal Care

(46)

baik atau buruk memberikan peluang yang sama untuk tidak melakukan kunjungan antenatal care. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dukungan petugas kesehatan yang baik tidak diikuti dengan tindakan yang baik juga. Padahal diwilayah tersebut telah dibentuk kelas ibu hamil, untuk mempermudah ibu dan petugas kesehatan dalam berkomunikasi tetapi hal tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik.

Penelitian ini tidak sejalan dengan yang dilakukan Sriwahyu (2013), di Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan pemanfaatan antenatal care. Penelitian Sembiring (2015), menyebutkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan pemeriksaan kehamil (p=0,002).

Hasil penelitian Saifudin (2002) dikutip oleh Djusmalinar dkk (2012) bahwa informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang, biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh terhadap perilaku, biasanya melalui media massa. Ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care.

(47)

dalam mengatasi kesulitan yang dialami pasien dengan cepat sesuai dengan tuntunan akan membuat ibu hamil merasa percaya diri untuk memeriksakan kesehatan dan puas dengan pelayanan yang diberikan. Hal ini akan berdampak pada keinginan ibu untuk melanjutkan pemeriksaan kehamilan hingga pemeriksaan K4 di pelayanan kesehatan tersebut.

(48)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1Kesimpulan

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kunjungan antenatal care. Artinya, semakin baik pengetahuan ibu maka semakin banyak yang melakukan kunjungan antenatal care. Pengetahuan yang baik memberikan konstribusi besar dalam peningkatan jumlah kunjungan antenatal care.

2. Ada hubungan antara dukungan suami dengan kunjungan antenatal care. Artinya, semakin baik dukungan yang diberikan suami maka akan menyebabkan kunjungan antenatal ibu semakin lengkap karena dukungan suami merupakan faktor pendorong dan juga pembuat kebijakan di dalam keluarga.

3. Tidak ada hubungan antara umur dengan kunjungan antenatal care. Ibu yang berumur muda atau tua memiliki peluang yang sama untuk tidak melakukan kunjungan antenatal care.

4. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kunjungan antenatal care. Pendidikan tidak menjamin perilaku ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, artinya ibu yang berpendidikan SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi memiliki peluang yang sama untuk tidak melakukan kunjungan antenatal care.

(49)

6. Tidak ada hubungan antara sikap dengan kunjungan antenatal care. Sikap baik atau kurang memiliki peluang yang sama untuk tidak melakukan kunjungan antenatal care. Sikap baik tidak didukung dengan tindakan yang baik pula, artinya ibu yang memiliki sikap baik dalam penelitian ini tidak peduli dengan kehamilannya sehingga tidak melakukan kunjungan antenatal care dengan lengkap.

7. Tidak ada hubungan antara pendapatan dengan kunjungan antenatal care. Artinya, pendapatan tinggi atau rendah memiliki peluang yang sama untuk tidak melakukan antenatal care.

8. Tidak ada hubungan jarak ke fasilitas kesehatan dengan kunjungan antenatal care. Jarak dekat atau jauh bukan menjadi patokan terhadap aksesibilitas pada pelayanan kesehatan, artinya baik ibu yang memiliki persepsi waktu tempuh lama maupun dekat memiliki peluang yang sama untuk memiliki status pemeriksaan kehamilan tidak lengkap.

(50)

6.2Saran

1. Diharapkan peran ibu lebih aktif dalam mencari informasi dan rutin melakukan pemeriksaan kehamilannya sesuai standar.

Gambar

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan, Sikap, Dukungan Suami dan Dukungan Petugas Kesehatan
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengetahuan, Sikip, Dukungan Suami dan Dukungan Petugas Kesehatan
Tabel 4.1 Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di Wilayah Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tetralogi fallot defek jantung sianotik konginetal yang terdiri dari empat defek sruktural, yaitu : defek septum ventrikel, stenosis pulmoner yang dapat berupa

Dalam proses Protokol Feige Fiat Shamir (FFS) ini dibutuhkan bilangan prima yang dicari menggunakan metode Fermat dan bilangan acak yang dicari menggunakan metode Quadratic

Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah pemodelan prediksi malaria dengan judul Penyusunan Model Spasial untuk Memprediksi Penyebaran Malaria (Studi Kasus Kabupaten

Nyanyian itu telah lama hidup dan berkembang di dalam masyarakat Kulawi hingga saat ini dan seakan menjadi satu-satunya kesenian yang diketahui masyarakat luas di

Gambar 4.25 Graphic Standard Manual Identitas Visual Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2019 Lembar 4 Identitas Visual Menggunakan font comforta dengan ukuran Headline 24 pt dan isi

Karya tari Maha Puja merupakan karya tari yang mengambarakan keagungan Dewi Saraswati sebagai seorang yang cantik dengan kulit halus dan bersih merupakan

Untuk itu dalam kesempatan ini, saya selaku penulis dari skripsi yang mengambil salah satu objek tari betawi kreasi baru yakni Tari Lenggang Nyai milik Wiwiek Widiyastuti

Uji tekan dilakukan setelah silinder beton berumur 28 hari Hasil kuat tekan beton ringan tanpa pelapisan batu apung mengalami kenaikan nilai kuat tekan dengan penambahan serat