• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TAN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

KOMODITAS KEDELAI (Glycine max(L.) Merrill)

Disusun oleh:

Astidhia Nadia ( 135040200111062 ) Dedi Sutrisno ( 135040200111130 ) Christy Nur Cahyani ( 135040201111270 )

Kelas: Z

Asisten Kelas: Isa Apri Adi Asisten Lapang: Moh. David A. U.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN KOMODITAS KEDELAI (Glycine max (L.) Merill)

BAB 1-BAB 3

Disetujui oleh :

Asisten Kelas, Asisten lapang,

Isa ApriAdi Moh. David A .U.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sebab oleh karena-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum kami yang berjudul “Teknologi Produksi Tanaman kedelai”.

Laporan ini memuat pembahasan mengenai Teknologi Produksi Tanaman Kedelai yang didasarkan dari berbagai jurnal dan buku. Adapun tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk menambah pengetahuan dan untuk memenuhi tugas Praktikum Teknologi Produksi Tanaman.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pengampu mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman yang telah banyak memberi masukan dan bimbingan dalam penulisan laporan ini.

Pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak” sehingga penulisan laporan ini pun tak luput dari kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan sebagai evaluasi bagi kami untuk ke depannya.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat memenuhi persyaratan tugas yang diberikan.

Malang, 24 Nopember 2014

(4)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR TABEL...1

PENDAHULUAN...2

1.1 Latar Belakang...2

1.2 Tujuan...3

1.3 Manfaat...3

2. TINJAUAN PUSTAKA...4

2.1 Perkembangan Produksi dan Teknologi Produksi tanaman Kedelai...4

2.1.1 Teknologi Produksi Tanaman kedelai...4

2.2Deskripsi Tanaman Kedelai...5

2.3 Klasifikasi dan Morfologi...6

2.4 Syarat Tumbuh...7

2.5 Fase Pertumbuhan Tanaman...8

2.6 Teknik Budidaya...10

2.6.1 Persyaratan Benih...10

2.6.2 Persiapan Lahan...11

2.6.3 Penanaman...11

2.6.4 Pengairan...11

2.6.5 Pemupukan...12

2.6.6 Penyulaman Benih...12

2.6.7 Penyiangan...12

(5)

2.6.9 Pemanenan...13

2.7 Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil...14

3. BAHAN DAN METODE...15

3.1 Waktu dan Tempat...15

3.2 Alat dan Bahan...15

3.2.1 Alat...15

3.2.2 Bahan...15

3.3 Cara Kerja...15

3.4 Parameter Pengamatan...16

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 Deskripsi Fase Tumbuh Vegetatif pada Tanaman Kedelai...8

Tabel 2 Deskripsi Fase Tumbuh Generatif pada Tanaman Kedelai...9

Tabel 3 Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z...18

Tabel 4 Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Tanggamus Kelas AD...18

Tabel 5 Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Grobogan Kelas Q...19

Tabel 6 Jumlah Daun Kedelai Varietas Tanggamus KelasZ ...20

Tabel 7 Jumlah Daun Kedelai Varietas Tanggamus KelasAD ...20

Tabel 8 Jumlah Daun Kedelai Varietas GroboganKelas Q...21

Tabel 9 Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z 28 HST...21

Tabel 10 Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z 32 HST...22

Tabel 11 Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z 42 HST...22

Tabel 12 Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas AD28 HST...23

Tabel 13 Luas DaunKedelaiVarietas TanggamusKelas AD 32 HST...23

Tabel 14 Luas DaunKedelaiVarietas TanggamusKelas AD 42 HST...24

Tabel 15 Luas Daun Kedelai Varietas Grobogan Kelas W 28 HST...24

Tabel 16 Luas DaunKedelaiVarietas GroboganKelas W 32 HST...25

Tabel 17 Luas DaunKedelaiVarietas GroboganKelas W 42 HST...25

Tabel 18 Identitas Artropodha yang ditemukan...27

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

(7)

aman dikonsumsi, maupun harganya yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein hewani. Di Indonesia, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk pangan olahan seperti: tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai, dan berbagai bentuk makananringan.

Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri pangan olahan berbahan baku kedelai, maka kebutuhan kedelai di dalam negeri terus meningkat. Data statistik dari FAO dan BPS menunjukkan bahwa kebutuhan kedelai rata-rata pada tahun 2001-2005 sebesar 1,84-2,04 juta ton, sementara produksi dalam negeri masih sangat rendah yaitu antara 0,67-0,81 juta ton. Kekurangannya harus diimpor sebesar 1,12-1,36 juta ton. Gambaran di atas mencerminkan bahwa Indonesia masih mengalami defisit yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri.

Saat ini ada beberapa varietas unggul kedelai yang telah dilepas ke masyarakat seperti; Sinabung, Anjasmoro, Mahameru, Penderman, Ijen, Tanggamus, Sibayak, Kaba, Nanti, Ratai, dan Seulawah. Varietas unggul baru yang dilepas tersebut mempunyai potensi hasil rata-rata 2,5 ton ha-1. Namun,

di tingkat petani yang dicerminkan oleh rataan produktivitas nasional baru mencapai 1,28 ton ha-1. Ini berarti bahwa masih terdapat potensi dan peluang

yang sangat besar untuk meningkatkan produksi kedelai melalui peningkatan produktivitas.

Produktivitas dapat ditingkatkan melalui introduksi inovasi teknologi. Salah satu komponen teknologi yang paling mudah dan cepat menyebar adalah penggunaan varietas unggul baru (VUB) yang berdaya hasil tinggi, karena kontribusi varietas unggul dalam meningkatkan produktivitas paling mudah dilihat dan dipahami oleh petani. Oleh karena itu, perakitan varietas unggul baru yang mempunyai karakter produktivitas tinggi serta toleran terhadap cekaman lingkungan biotik dan abiotik sangat diperlukan dalam rangka peningkatan produksi kedelai.

1.2 Tujuan

(8)

1.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum teknologi produksi tanaman pada komoditas kedelai dapat mengetahui hasil terbaik antara varietas tanggamus dengan varietas grobogan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

(9)

Produksi kedelai tahun 2012 (ARAM I) diperkirakan sebesar 779,74 ribu ton biji kering atau menurun sebanyak 71,55 ribu ton (8,40 persen) dibandingkan tahun 2011. Penurunan produksi ini diperkirakan terjadi di Jawa sebesar 41,77 ribu ton dan di luar Jawa sebesar 29,78 ribu ton. Penurunan produksi kedelai terjadi karena adanya perkiraan penurunan luas panen seluas 55,56 ribu hektar (8,93 persen). Sebaliknya produktivitas diperkirakan akan meningkat sebesar 0,08 kuintal ha-1 (0,58 persen) (BPS,2012).

Perkiraan penurunan produksi kedelai tahun 2012 yang relatif besar terdapat di Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Lampung. Sedangkan perkiraan kenaikan produksi kedelai tahun 2012 terdapat di Provinsi Jawa Tengah, Aceh, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, dan Banten(BPS,2012 ).

Pola panen kedelai Januari-Desember, pada tahun 2010 dan tahun 2011 masing-masing pada Oktober dan September. Pola panen kedelai tahun 2012 mendekati pola panen tahun 2010 dibanding dengan tahun 2011. Pada subround Januari–April tahun 2012 dan tahun 2010, puncak panen terjadi pada Februari, sedangkan pada tahun 2011, panen kedelai mencapai puncaknya pada Maret(BPS,2012 ).

2.1.1 Teknologi Produksi Tanaman kedelai

Kekeringan dan hama penyakit merupakan kendala yang sering dihadapi dalam budidaya tanaman yang mampu menurunkan produksi kedelai. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan produksi kedelai, diantaranya

a. Galur Harapan Kedelai Toleran Kekeringan.

Beberapa genotipe toleran kekeringan yang dapat digunakan sebagai sumber gen. Pembentukan populasi dasar menggunakan empat sumber gen yang toleran MLG2805, MLG3474,MLG3072, dan MLG2984. Sejumlah galur harapan toleran kekeringan dan berdaya hasil tinggi sudah diperoleh (karim.2012).

(10)

Beberapa galur yang telah dimiliki Balitkabi seperti IAC-100, W/80, G100H, dan IAC-80 adalah galur yang tahan terhadap serangan ulat grayak (Karim,2012).

c. Penggunaan Isolat SINPV.

Isolat SINPV JTM 97C yang dikembangkan oleh Balitkabi mampu membunuh larva ulat jengkal Chrysodeixis chalsites, penggulung daun

Lamprosema indicata, dan penggerek polong kedelai Etiella zinckernella sebesar 94-96% (Bedjo 2006).

d. Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Kedelai.

Produktivitas tanaman kedelai dengan PTT lebih tinggi 29,4% dibandingkan tanpa PTT atau cara biasa (Adisarwanto et al. 2009).

2.2Deskripsi Tanaman Kedelai

Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu tanaman pangan penghasil protein nabati. Tanaman ini berasal dari daratan Cina Pusat dan Cina Utara. Hal ini didasarkan pada penyebaran Glycine ussuriensis, spesies yang diduga sebagai tetua Glycine max. Penyebaran kedelai di kawasan Asia, seperti Jepang, Indonesia, Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia, Birma, Nepal, dan India yang dimulai sejak abad pertama setelah masehi sampai abad ke-15 hingga abad ke16. Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan jenis tanaman semusim(Adie dan Krisnawati,2007).

(11)

2.3 Klasifikasi dan Morfologi

Klasifikasi tanaman kedelai menurut Adie dan Krisnawati (2007) termasuk kelas Spermatophyta,Ordo Rosales,Famili Papilionaceae, Genus Glycine, dan Spesies Glycine max.

Morfologi tanaman kedelai terdiri dari akar, batang, cabang, daun, bunga, dan polong. Kedelai mempunyai sistem perakaran akar tunggang bercabang yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua macam, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Selain itu terdapat jenis yang lain yaitu semi determinate atau semi indeterminate. Tipe determinate,

pertumbuhan vegetatif berhenti setelah fase berbunga, batang normal dan tidak melilit. Tipe indeterminate, pertumbuhan vegetatif berlanjut setelah berbunga dan batang melilit. Tipe pertumbuhan kedelai lainnya yaitu semi determinate atau

semi indeterminate (Adie dan Krisnawati, 2007).

Kedelai memiliki daun berwarna hijau berbentuk bulat (oval), yang mempunyai bulu. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm, serta kepadatan bulu berkisar 3-20 buah/mm. Lebat-tipisnya bulu pada daun kedelai terkait dengan tingkat toleransi varietas kedelai terhadap serangan jenis hama tertentu (misalnya hama penggerek batang). Contoh varietas yang berbulu lebat yaitu IAC 100, sedangkan varietas yang berbulu jarang yaitu Wilis, Dieng, Anjasmoro, dan Mahameru (Irwan, 2006).

Fase reproduktif kedelai ditandai saat tunas aksilar berkembang menjadi kelompok bunga dengan 2 hingga 35 kuntum dalam setiap kelompok. Periode berbunga dipercepat dengan kondisi suhu hangat. Bunga pertama kali muncul pada buku ke lima atau ke enam dan atau buku di atasnya. Bunga muncul ke arah ujung batang utama atau ujung cabang. Tingkat keguguran bunga mencapai 20-80%. Adanya kecenderungan, varietas dengan jumlah bunga banyak pada per buku memiliki presentasi keguguran bunga lebih tinggi daripada yang berbunga lebih sedikit. Jumlah bunga kedelai dari 20 varietas yang ada di Indonesia rata-rata 57 bunga. Kedelai varietas Wilis memiliki jumlah bunga 6% lebih banyak dibandingkan Anjasmoro (Adie dan Krisnawati, 2007).

(12)

biji), dan besar (>14 g/100 biji). Biji juga dikategorikan berdasarkan bentuk tampilannya, antara lain bulat hingga lonjong (Adie dan Krisnawati, 2007).

Kedelai dapat dipanen sekitar umur 75-90 hari, tergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Ciri-ciri kedelai siap panen, antara lain daun tua atau berwarna kuning buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat (Deptan, 2014).

2.4 Syarat Tumbuh

Pada umumnya pertumbuhan kedelai sangat ditentukan oleh ketinggian tempat dan biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m di atas permukaan laut. Namun demikian, di atas batas itu kedelai masih bisa ditanam dengan hasil yang optimal (Suprapto, 1989).

Suhu optimum bagi pertumbuhan kedelai antara 20 – 30ºC, dan untuk menjamin berlangsungnya pembungaan yang baik dibutuhkan suhu di atas 24ºC. Untuk perkecambahan optimal terjadi pada suhu 30ºC, dan pada kondisi lingkungan yang baik maka biji kedelai dapat berkecambah dalam 4 hari setelah tanam. Polong kedelai terbentuk optimal pada suhu 26,6 – 32ºC, pada suhu yang tinggi dapat mengganggu kelembaban tanah akibat meningkatnya laju evapotranspirasi dan proses metabolisme yang terjadi akan lebih tinggi (Lamina, 1989).

Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman hari pendek. Artinya,

tanaman kedelai tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis, yaitu 15 jam per hari. Oleh karena itu, bila varietas yang berproduksi tinggi dari daerah subtropik dengan panjang hari 14 – 16 jam ditanam di daerah tropik dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami penurunan produksi karena masa berbunganya menjadi pendek, yaitu dari umur 50 – 60 hari menjadi 35 – 40 hari setelah tanam (Adisarwanto, 2005).

(13)

Kelembaban udara yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kedelai berkisar antara 75 – 90% (Adisarwanto, 2008).

Jumlah air yang digunakan oleh tanaman kedelai tergantung pada kondisi iklim, sistem pengelolaan tanaman, dan lama periode tumbuh. Namun demikian, pada umumnya kebutuhan air pada tanaman kedelai berkisar 350 – 450 mm selama masa pertumbuhan kedelai. Tanaman kedelai sebenarnya cukup toleran terhadap cekaman kekeringan karena dapat bertahan dan berproduksi bila kondisi cekaman kekeringan maksimal 50% dari kapasitas lapang atau kondisi tanah yang optimal (Adisarwanto, 2005).

Tanaman kedelai tumbuh baik pada tanah yang subur dan memiliki drainase yang baik, tetapi kedelai toleran pada hampir semua jenis tanah. Tanah untuk pertumbuhan kacang kedelai sebaiknya mengandung Nitrogen dan campuran bakteri. Kacang kedelai yang di tanam pada lahan yang sama selama 2-3 tahun berturut-turut akan memberikan hasil panen yang baik pada tahun-tahun berikutnya. Kacang kedelai tumbuh lebih baik dari tanaman pangan lainnya pada tanah yang kurang subur, pada musim kemarau dan pada tanah yang kering (Duke, 1983).

Kedelai dapat tumbuh di tanah yang agak masam akan tetapi pada pH yang terlalu rendah bisa menimbulkan keracunan Al dan Fe. Nilai pH yang cocok berkisar antara 5,8 – 7,0. Pada pH di bawah 5,0 pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi akan berjalan kurang baik (Suprapto, 1989).

Selain kelembaban udara, faktor lingkungan tumbuh yang sangat berpengaruh adalah kelembaban tanah. Penurunan kelembaban tanah dari 90% air tersedia menjadi 50% air tersedia dapat menurunkan hasil biji kedelai antara 30 – 40%. Hal ini terutama bila penurunan kelembaban tanah tersebut terjadi pada periode pembentukan polong (Adisarwanto, 2008).

2.5 Fase Pertumbuhan Tanaman

(14)

dicirikan oleh daun keping dan dua daun tunggal.Fase berikutnya adalah fase V1,V2, dan seterusnya hingga fase Vn ( Litbang,2013).

Penandaan stadia pada fase V(1 hingga n) dihitung berdasarkan daun berangkai tiga pada buku-buku pada batang utama. Fase V1 dicirikan oleh daun tunggal dan daun berangkai tiga pada buku di atasnya yang telah berkembang penuh, fase V2 ditunjukkan oleh adanya daun berangkai tiga pada buku kedua yang telah berkembang penuh, dan daun pada buku di atasnya yang telah terbuka, demikian seterusnya (tabel 1). Meskipun pertumbuhan vegetatif berlanjut, fase-fase pertumbuhan tanaman setelah pembungaan lebih tepat jika dideskripsikan menggunakan struktur reproduktif (Litbang,2013 ).

Tabel. 1 Deskripsi fase tumbuh vegetatif pada tanaman kedelai.

Kode Fase tumbuh Keterangan

VE Kecambah Tanaman baru muncul diatas tanah

VC Keteleon Daun keping ( kotiledon) terbuka dan dua daun tunggal diatas juga mulai

V1 Buku ke-1 Daun tunggal pada buku pertama telah berkembang penuh, dan daun berangkai tiga. Pada buku di atasnya telah terbuka

V2 Buku ke-2 Daun berangkai tiga pada buku ketiga telah berkembang penuh, dan daun pada buku keempat telah terbuka

V3 Buku ke-3 Daun berangkai tiga pada buku ketiga telah berkembang penuh, dan daun pada buku keempat telah terbuka

V4 Buku ke-4 Daun berangkai tiga pada buku keempat telah berkembang penuh, dan daun pada buku kelima telah terbuka

Vn Buku ke-n Daun berangkai tiga pada buku ke-n telah berkembang penuh

(15)

Tabel 2. Deskripsi fase tumbuh generatif pada tanaman kedelai.

Kode Fase tumbuh Keterangan

R1 Mulai berbunga Terdapat satu bunga mekar pada batang utama

R2 Berbunga penuh Pada dua lebih buku pada batang utama terdapat bunga mekar

R3 Mulai pembentukan polong

Terdapat satu atau lebih polong sepanjang 5 mm pada batang utama

R4 Polong berkembang penuh Polong pada batang utama mencapai panjang 2 cm atau lebih

R5 Polong mulai berisi Polong pada batang utama berisi biji dengan ukuran 2 mm x1 mm

R6 Biji penuh Polong pada batang utama berisi biji berwarna hijau atau biru yang telah berwarna hijau atau biru yang telah memenuhi rongga polong

R7 Polong mulai kuning, coklat, matang

Satu polong pada batang utama menguning; 50% daun menguning masak fisiologi R8 Polong matang penuh 95 % polong telah berwarna polong masak

umur masak

2.6 Teknik Budidaya

2.6.1 Persyaratan Benih

Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, maka benih yang digunakan harus yang berkualitas baik, artinya benih mempunyai daya tumbuh yang besar dan seragam, tidak tercemar dengan varietas-varietas lainnya, bersih dari kotoran, dan tidak terinfeksi dengan hama penyakit. Benih yang ditanam juga harus merupakan varietas unggul yang berproduksi tinggi, berumur genjah/pendek dan tahan terhadap serangan hama penyakit. Beberapa varietas unggul kedelai, diantaranya Ainggit (137), Clark 63, Davros, Economic Garden, Galunggung, Guntur, Lakon,Limpo Batang, Merbabu, No.27, No.29, No.452, Orba, Peter, Raung, Rinjani,Shakti, Taichung, Tambora, Tidar, TK 5, Wilis(Prihatman,2000).

(16)

Pengolahan lahan dimulai sebelum jatuhnya hujan. Tanah diolah dengan bajak dan garu/cangkul hingga gembur. Untuk pengaturan air hujan perlu dibuat saluran drainase pada setiap 4 m dan di sekeliling petakan sedalam 30 cm dan lebar 25 cm. Kedele sangat terganggu pertumbuhannya bila air tergenang.Tanah bekas pertanaman padi tidak perlu diolah (tanpa olah tanah = TOT). Jika digunakan lahan tegal lakukan pengolahan tanah secara intensif yakni dengan dua kali dibajak dan sekali diratakan (Hanum,2008 ).

Pembuatan bedengan dapat dilakukan dengan pencangkulan ataupun dengan bajak, lebar 50-60 cm, tinggi 20 cm. Apabila akan dibuat drainase, maka jarak antara drainase yang satu dengan lainnya sekitar 3-4 m ( Prihatman,2000).

Buat saluran dengan kedalaman 25–30 cm dan lebar 30 cm setiap 3–4 m, yang berfungsi untuk mengurangi kelebihan air sekaligus sebagai saluran irigasi pada saat tidak ada hujan. Perlakuan benih Untuk mencegah serangan hama lalat bibit, sebelum ditanam benih dicampur dengan insektisida (Hanum, 2008 ).

2.6.3 Penanaman

Penanaman menggunakan benih bersertifikat dengan kebutuhan benih sekitar 40 kg/ha. Penanaman benih dengan cara ditugal, jarak tanam ideal yang digunakan 40 x 10 cm atau 40 x 15 cm sesuai kesuburan tanah, setiap lubang tanam diisi 2 benih kemudianditutup dengan tanah (Hanum,2008 ).

2.6.4 Pengairan

Fase pertumbuhan tanaman yang sangat peka terhadapkekurangan air adalah awal pertumbuhan vegetatif (15–21 HST), saat berbunga (25–35 HST) dan saat pengisian polong (55–70 HST). Dengan demikian pada fase-fase tersebut tanaman harus diairi apabila hujan sudah tidak turun (Hanum,2008 ).

2.6.5 Pemupukan

(17)

pemupukan dapat menaikkan hasil. Dosis pupuk secara tepat menurut Prihatman (2000) adalah sebagai berikut:

a) Sawah kondisi tanah subur: pupuk Urea=50 kg/ha.

b) Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk Urea=50 kg/ha, TSP=75 kg/ha ,danKCl=100 kg/ha.

c) Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk Urea=100 kg/ha, TSP=75 kg/ha ,danKCl=100 kg/ha.

d) Lahan kering kondisi tanah kurang subur: pupuk kandang=2000-5000 kg/ha; Urea=50-100 kg/ha, TSP=50-75 kg/ha, dan KCl=50-75 kg/ha.

2.6.6 Penyulaman Benih

Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam dengan varietas yang sama. Untuk menggantikan tanaman yang tidak tumbuh dengan cara ditugal sedalam 2-5 cm (Hanum,2008 ).

2.6.7 Penyiangan

Penyiangan dilakukan dangan melihat fase pertumbuhan tanaman yaitu pada fase vegetatif awal dan generatif awal. Penyiangan I pada saat tanaman berumur dua minggu, menggunakan cangkul.Penyiangan II bila tanaman sudah berbunga (kurang lebih umur tujuh minggu), menggunakan arit atau gulma dicabut dengantangan (Hanum,2008 ).

2.6.8 Pengendalian Hama

Pengendalian hama dilakukan jika populasi hama sudah mendekati ambang ekonomi dengan menerapkan pengendalian hama terpadu ( PHT), dengan pengendalian secara kultur teknis, biologis, dan pengendalian menggunakan insektisida.

Pengendalian secara kultur teknis antara lain penggunaan mulsa jerami, pengolahan tanah, pergiliran tanaman dan tanam serentak dalam satu hamparan, dan penggunaan tanaman perangkap jagung dan kacang hijau (Hanum,2008 ).

(18)

(NPV)untuk ulat grayak Spodoptera litura (SlNPV) dan untuk ulat buah Helicoverpa armigera(HaNPV), dan Penggunaan feromonoid seks yang mampu mengendalikan ulat grayak (Hanum,2008 ).

Insektisida hanya akan digunakan bila kerusakan yang disebabkan oleh hama diperkirakan akan menimbulkan kerugian secara ekonomi, yaitu setelah tercapainya ambang kendali. Pengendalian hama dilakukan berdasarkan pemantauan. Pengendalian hama secara bercocok tanam (kultur teknis) dan pengendalian secara hayati (biologis) saat ini dilakukan untuk menekan pencemaran lingkungan (Hanum,2008 ).

2.6.9 Pemanenan

Panen dilakukan pada umur sekitar 75-90 hari dengan indikator sebagian besar daun sudah menguning, polong mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Panen yang terlambat akan merugikan, karena banyak polong yang sudah tua dan kering, sehingga kulit polong retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan. Disamping itu, polong akan gugur akibat tangkai buah mengering dan lepas dari cabangnya ( Prihatman,2000).

Namun, untuk kedelai yang jadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar kemasaman biji benar-benar sempurna dan merata (Prihatman,2000).Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya segera dapat dijemur. Berikut ini adalah beberapa cara pemanenan kedelai:

a) Pemanenan dengan Cara Dicabut

Sebelum tanaman dicabut, keadaan tanah perlu diperhatikan terlebih dulu. Padatanah ringan dan berpasir, proses pencabutan akan lebih mudah. Carapencabutan yang benar ialah dengan memegang batang pokok, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus dilakukan dengan hati-hati sebab kedelai yang sudah tua mudah sekali rontok bila tersentuh tangan ( Prihatman,2000).

(19)

Alat yang biasanya digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup tajam,sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan. Di samping itu denganalat pemotong yang tajam, pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan jumlahbuah yang rontok akibat goncangan bisa diminimalkan. Pemungutan dengan caramemotong bisa meningkatkan kesuburan tanah, karena akar dengan bintil-bintil yang menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi tertinggal di dalam tanah. Pada tanah yang keras, pemungutan dengan cara mencabut sukar dilakukan, maka dengan memotong akan lebih cepat(Prihatman,2000).

2.7 Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil

Varietas Tanggamus berasal dari hibrida (persilangan tunggal) Kerinci x No. 3911 varietas Tanggamus dilepas pada tahun 2001.Potensi hasil diantara 1,4-2,8 ton/ ha, Varietas ini berumur 88 hari. Toleran terhadap moderat karat daun. Varietas Tanggamus mempunyai sifat polong tidak mudah pecah saat panen. Wilayah adaptasi varietas ini adalah lahan kering masam ( Balitkabi,2011 ).

Varietas Grobogan berasal dari pemurnian populasi Lokal Malabar Grobogan. Varietas Grobogan dilepas pada tahun 2008. Varietas ini berumur sekitar 76 hari dengan potensi hasil 3,40 ton/ha. Varietas ini mempunyai sifat polong masak tidak mudah pecah dan pada saat panen daun luruh 95–100%. Varietas Grobogan beradaptasi baik di beberapa kondisi lingkungan tumbuh yang berbeda cukup besar, pada musim hujan dan daerah beririgasi baik (Balitkabi, 2011).

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat

(20)

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Tugal : Untuk membuat lubang 2. Gembor : Untuk menyiram

3. Meteran : untuk mengukur panjang dan tinggi bedengan 4. Cangkul : untuk menggemburkan tanah

3.2.2 Bahan

1. Benih kedelai varietasTanggamus: sebagai bahan tanam 2. Benih kedelai varetas Grobogan : sebagai bahan tanam 3. Pupuk kandang : untuk menambah unsur hara 4. Pupuk urea : untuk menyuplai unsur hara N

5. Pupuk KCl : untuk menyuplai unsur hara K

6. Pupuk SP36 : untuk menyuplai unsur hara P

7. Inokulan :untukmeningkatkanpenyerapanunsurhara

8. Agenshayati : memacu pertumbuhan tanaman

3.3Cara Kerja

3.3.1 Persiapan lahan

Pertama yang dilakukan pada persiapan lahan yaitu inventarisasi lahan dengan luas 30 x 500 cm kemudian dilakukan pengolahan lahan sedalam 20 cm yang dilakukan secara optimal dilanjutkan dengan pembentukan bedengan dengan tinggi 25-30 cm, terakhir pemberian pukan dengan dosis 10 ton ha.-1.

3.3.2 Penanaman

Pada penanaman yang utama dilakukan penentuan jarak tanam dengan jarak tanam 15-20 cm per tanaman selanjutnya ditugal untuk membuat lubang tanam sedalam ± 3 cm kemudian di tanam perlubang sebanyak dua benih.

(21)

3.3.3.1 Pemupukan

Pada waktu pemupukan pertama yang dilakukan menimbang dosis pupuk urea, SP36, dan KCl seberat 309,6, 460,8,dan 154,8 gram. selanjutnya membuat lubang pupuk kiri dan kanan tanaman dengan jarak 5-10 cm kemudian setiap tanaman diberi dosis seberat 8,6 gr, 12,8 gr, dan 4,3 gr. Pemberian pupuk urea di sisi kanan SP36 dan KCl di sisi kiri.

3.3.3.2 Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan pada waktu setiap minggu setelah 21 hst. yang fungsinya untuk memperkuat akar tanaman mengikat tanah.

3.3.3.3 Penyiangan

Penyiangan dilakukan pada waktu fase vegetatif awal dan fase generatif awal yang kami lakukan setiap minggu dengan mencabut gulma yang ada di sekitar tanaman utama selanjutnya buang ketempat jauh dari lahan.

3.4 Parameter Pengamatan

3.4.1 Parameter Pertumbuhan

a. TinggiTanaman

Tinggi tanaman diamati dengan cara mengukur masing-masing tanaman, dari permukaan tanah hingga kanopi tertinggi tanpa di tarik.

b. Jumlah Daun

Daun tanaman kedelai merupakan daun majemuk trifolia dimana setiap tiga helai daun dihitung sebagai satu daun dan untuk penghitungan jumlah daun dilakukan pada saat daun sudah membuka sempurna.

c. Luas Daun

Pengukuranluasdaundilakukandenganmetode rating, menggunakanreplikayang

sebelumnyatelahdibuatberdasarkanukurandauntanamankedelaimulaidari

yang berukuranbesar, sedangdankecil.

(22)

3,4,2 Parameter Hasil

a. JumlahPolong

Penghitungan dilakukan ketika polong sudah terisi. b. JumlahBunga

Jumlahbungadihitungberdasarkanbunga yang sudahmekar sempurna padasetiaptanaman.

3.4.3 Parameter Hama danPenyakit

a. IndeksPenyakit

Pengukuranindekspenyakit dilakukan dengan menghitung jumlah helai daun yang terserang menggunakanmetodescoring dengan skala tertinggi

4dengan ketentuan untuk skala 0

apabilaluaspermukaandauntidakmenunjukkanadanya gejala atau sehat ,untuk skala 1 apabilaluaspermukaandaunterserang 1-25 %, skala 2 apabilaluaspermukaandaunterserang 26-50 %, skala 3 apabilaluaspermukaandaunterserang 51-75 % dan untuk skala 4 apabilaluaspermukaandaunterserang 76-100 %. Kemudian dihitung menggunkan rumus

I=(n x v)

Z X N X100 .

Keterangan :

I = Intensitas Serangan

n = jumlah daun dari tiap katagori serangan v = nilai skala tiap katagori serangan

Z = nilai skala dari katagori serangan tertinggi N = jumlah daun yang diamati

(23)

Perhitunganpopulasiseranggadilakukandenganmenghitungserangga yang ditemukanpadapetakdanmenentukanseranggatersebutmasukkedalamhama, musuhalami atau serangga lain.

(24)

4.1 Hasil

4.1.1 Aspek Budidaya Pertanian

4.1.1.1 Tinggi Tanaman Kedelai

Tabel 3. Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z

Sampel

Tabel 4. Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Tanggamus Kelas AD

Sampel

Tabel 5.Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Grobogan Kelas Q

(25)

Tanaman 42 HST 49 HST 56 HST

Grafik 1. Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Tanggamus dan Grobogan.

28 hst0 35 hst 42 hst

Tabel 6. Jumlah Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z

Tanaman Pengamatan Jumlah Daun (cm)

(26)

10 5 17 25

Rata - Rata 3 9,5 14,5

Tabel 7.Jumlah Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas AD

Tanaman Pengamatan Jumlah Daun (cm)

28 HST 35 HST 42 HST

1 8 9 12

2 10 13 15

3 11 12 14

4 8 7 9

5 9 3 0

6 17 24 26

7 7 12 0

8 9 16 18

9 7 3 6

10 7 0 0

Rata - Rata 9,3 9,9 10

Tabel 8. Jumlah Daun Kedelai Varietas Grobogan Kelas Q

Tanaman Pengamatan Jumlah Daun (cm)

35 HST 42 HST 49 HST

1 5 6 7

2 23 27 30

3 4 5 6

4 22 24 25

5 12 15 18

6 6 9 11

7 17 21 25

8 10 13 15

Rata-Rata 12,4 15 17,1

(27)

28 hst0 35 hst 42 hst

4.1.1.3 Luas Daun Kedelai

4.1.1.3.1 Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z

Tabel 9. Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z 28 HST

Sampel

Replika 1=35,948 ; Replika 2=57,012 ; Replika 3=44,456

Tabel 10. Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z 32 HST

(28)

tanaman Rep 1 Rep 2 Rep 3 I II III

1 5 3 3 179,74 171,036 133,368

2 4 5 3 143,792 285,06 133,368

3 5 7 6 179,74 399,084 266,736

4 7 6 4 251,636 342,072 177,824

5 1 1 2 35,948 57,012 88,912

6 4 4 3 143,792 228,048 133,368

7 4 6 5 143,792 342,072 222,28

8 1 0 0 35,948 0 0

9 1 2 1 35,948 114,024 44,456

10 6 6 5 215,688 342,072 222,28

Rata-Rata 136,602 228,048 142,259

Keseluruhan Rata-Rata 168,970

Keterangan:

Replika 1=35,948 ; Replika 2=57,012 ; Replika 3=44,456

Tabel 11. Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z 42 HST

Sampel

(29)

4.1.1.3.2 Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas AD

Tabel 12. Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas AD 28 HST

Sampel

6 5 4 8 179,74 228,048 355,648

7 2 2 3 71,896 114,024 133,368

8 6 2 1 215,688 114,024 44,456

Replika 1=35,948 ; Replika 2=57,012 ; Replika 3=44,456

Tabel 13. Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas AD 32 HST

Sampel

Tanaman Rep 1Jumlah DaunRep 2 Rep 3 I Luas DaunII III

1 6 2 1 215,68

6 17 5 2 611,116 285,06 88,912

(30)

8 9 5 2 323,53

Replika 1=35,948 ; Replika 2=57,012 ; Replika 3=44,456

Tabel 14. Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus Kelas AD 42 HST

Sampel Tanaman

Jumlah Daun Luas Daun

Rep 1 Rep 2 Rep 3 I II III

1 4 3 3 143,792 171,036 133,368

2 6 4 5 342,072 228,048 222,28

3 2 7 5 71,896 399,084 222,28

4 4 3 2 143,792 171,036 88,912

5 0 0 0 0 0 0

6 11 7 8 395,428 399,084 355,648

7 0 0 0 0 0 0

8 7 6 5 251,636 342,072 222,28

9 2 3 1 71,896 171,036 44,456

10 0 0 0 0 0 0

Rata-Rata 142,051 188,140 128,922

Keseluruhan Rata-Rata 153,038

Keterangan:

Replika 1=35,948 ; Replika 2=57,012 ; Replika 3=44,456

4.1.1.3.3 Luas Daun Kedelai Varietas Grobogan Kelas W

Tabel 15. Luas Daun Kedelai Varietas Grobogan Kelas W 28 HST

(31)

5 1 1 2 19,44 21,525 80,392

Replika 1=7,838 ; Replika 2=6,788 ; Replika 3=10,997 ; Replika 4=14,803 ; Replika 5= 19,44 ; Replika 6=6,55 ; Replika 7=3,546 ; Replika 8=14,16

Tabel 16. Luas Daun Kedelai Varietas Grobogan Kelas W 32 HST

Sampel

3 2 4 12 21,954 101,176 595,896

4 2 3 3 29,606 72,852 225,648

Replika 1=18,48 ; Replika 2=16,431 ; Replika 3=25,924 ; Replika 4=24,284 ; Replika 5=21,525 ; Replika 6=17,157 ; Replika 7=8,452 ; Replika 8=23,522

Tabel 17. Luas Daun Kedelai Varietas Grobogan Kelas W 42 HST

Sampel

Tanaman Rep 1 Jumlah DaunRep 2 Rep 3 I Luas DaunII III

1 1 2 7 7,838 36,96 186,697

2 2 4 7 13,576 65,724 252,56

3 2 5 12 21,954 126,47 596,896

4 1 1 8 14,403 24,284 601,728

5 2 2 6 38,88 43,05 241,176

6 1 3 5 6,55 51,471 32,75

7 2 4 13 7,092 33,808 400,543

(32)

Rata-Rata 15,5566

Replika 1=26,671 ; Replika 2=36,08 ; Replika 3=49,658 ; Replika 4=75,216 ; Replika 5=40,196 ; Replika 6=6,55 ; Replika 7=30,811 ; Replika 8=32,836

Grafik 3. Luas Daun Kedelai Varietas Tanggamus dan Grobogan.

1 2 3

Grafik rata-rata luas daun

Var.Tanggamus

Varietas Pengamatan 1 Pegamatan 2 Pengamatan 3

Tanggamus Z 61,93 168,97 165,099

Tanggamus AD 130,721 151,484 153,038

Grobogan 76,6 101,68 133,08

(33)

4.1.2.1 Keragaman Artrhopoda

Tabel 18. Identifikasi Artropodha yang Ditemukan

N O

Gambar Literatur Gambar Dokumentasi Nama Populasi Ordo Peran

(34)

(BPTP Sumut,

4.2.1 Aspek Budidaya Pertanian

4.2.1.1 Tinggi Tanaman Kedelai

Dari hasil data tabel dan grafik tanaman kedelai varietas tanggamus dengan varietas grobogan, menunjukkan adanya perbedaan antara tinggi tanamannya.Pada tanaman kedelai varietas tanggamus kelas Z, rata-rata tinggi tanaman pada pengamatan ke-1, ke-2, dan ke-3 secara berturut turut adalah 14,5 cm, 23,5 cm, dan 34,5 cm. Sedangkan pada tanaman kedelai varietas tanggamus kelas AD, rata-rata tinggi tanaman pada pengamatan ke-1, ke-2, dan ke-3 secara berturut-turut adalah 17,5 cm, 20,4 cm, dan 21,3 cm. Terakhir pada tanaman kedelai varietas grobogan kelas Q, rata-rata tinggi tanaman pada pengamatan ke-1, ke-2, dan ke-3 secara berturut-turut adalah 19,9 cm, 22,3 cm, dan 26 cm. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa penambahan tinggi tanaman kedelai yang paling signifikan ada pada kedelai varietas tanggamus.

Hasil di atas sesuai dengan literatur yang didapat, menurut Bakhtiar et al. (2014) dalam jurnalnya disebutkan bahwa data tinggi tanaman yang diperoleh, dianalisis dengan sidik ragam yang dapat menunjukkan adanya perbedaan yang nyata di antara varietas.

(35)

intensitas cahaya matahari, dimana cahaya matahari itu merupakan sumber energi terpenting dalam proses pertumbuhan tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, untuk itu intensitas cahaya matahari yang cukup perlu diberikan guna mengoptimalkan pertumbuhan tinggi tanaman kedelai.

4.2.1.2 Jumlah Daun Kedelai

Dari hasil data tabel dan grafik tanaman kedelai varietas tanggamus dengan varietas grobogan, menunjukkan adanya perbedaan antara jumlah daunnya.Pada tanaman kedelai varietas tanggamus kelas Z, rata-rata jumlah daun pada pengamatan ke-1, ke-2, dan ke-3 secara berturut turut adalah 3 helai, 9,5 helai, dan 14,5 helai. Sedangkan pada tanaman kedelai varietas tanggamus kelas AD, rata-rata jumlah daun pada pengamatan ke-1, ke-2, dan ke-3 secara berturut-turut adalah 9,3 helai, 9,9 helai, dan 10 helai. Terakhirpada tanaman kedelai varietas grobogan kelas Q, rata-rata jumlah daun pada pengamatan ke-1, ke-2, dan ke-3 secara berturut-turut adalah 12, 4 helai, 15 helai, dan 17,1 helai. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa penambahan jumlah daun kedelai yang paling signifikan ada pada kedelai varietas grobogan.

Hasil di atas sesuai dengan literatur yang didapat, Hidayat (1985) mengungkapkan bahwa lahan budidaya yang basah kurang cocok bagi pertumbuhan kedelai varietas tanggamus, karena pada dasarnya memiliki karakteristik dapat tumbuh secara optimal pada lahan kering masam, sehingga pertumbuhan vegetatifnya kurang maksimal, hal ini ditunjukkan oleh jumlah daun yang lebih sedikit.

4.2.1.3 Luas Daun Kedelai

(36)

luas rata-rata 168,920, kelas AD yang varietas sama memilik luas 151,484 sedangkan pada varietas grobogan kelas W memiliki luas 101,655.

Pada pengamatan terakhir varietas tanggamus kelas Z memiliki luas rata 165,099, sedangkan kelas AD yang varietasnya tanggamus memilik luas rata-rata 153,038 sedangkan pada varietas grobogan kelas W memiliki luas rata-rata-rata-rata 133,082. Perbedaan luas menunjukkan bahwa nilai tersebut berbanding lurus terhadap jumlah daun tanaman yaitu varietas tanggamus memiliki luas daun yang lebih tinggi dibanding varietas grobogan pada hampir setiap pengamatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan ini adalah perbedaan genetik dan lingkungan tumbuh salah satunya adalah air.

Marliah (2012) menyatakan bahwa proses yang sensitif terdapat kekurangan air adalah pembelahan sel. Hal ini dapat diartikan bahwa pertumbuhan tanaman sangat peka terhadap defisit (cekaman) air karena berhubungan dengan turgor dan hilangnya turgiditas dapat menghentikan pembelahan dan pembesaran sel yang mengakibatkan tanaman lebih kecil. Sebelumnya Whigham dan Minor (1978), telah melaporkan bahwa pengaruh cekaman air pada pertumbuhan tanaman dicerminkan oleh daun-daun yang lebih kecil.

4.2.2 Aspek Hama dan Penyakit

4.2.2.1 Keragaman Artrhopoda

(37)

menusukkan stilet pada kulit polong dan terus ke biji kemudian menghisap cairan biji. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering dan polong gugur. Sedangkan pada pertanaman kedelai kelas kami belum terdapat polong yang terserang hama kepik polong.

Selain dari hama tersebut, pada tanaman kedelai terdapat serangga lainnya yaitu Kumbang Kubah Spot M (Menochillus sexmacullatus), Belalang Kayu (Oxiya chinensis), dan Belalang Hijau (Atractomorpha crenulata). Serangga tersebut tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kedelai karena serangga tersebut tidak merusak atau merugikan.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Varietas berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun pada tiap pengamatan. Tanaman kedelai yang memiliki tinggi tanaman dan luas daun tertinggi pada varietastanggamus. namun jumlah daun tertinggi pada varietas grobogan.

Keragaman arthropoda tanaman kedelai adalahlalat kacang (Ophiomyia phaseoli), ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites), dan kepik penghisap polong (Riptortus linearis) sebagai hama. Kemudianbelalanghijau (Atractomorpha crenulata), kumbang kubah spot M(Menochillus sexmacullatus), dan belalang kayu(Valanga nigricornis) sebagai serangga lain pada tanaman kedelai. Pada kedelai varietas tanggamus ini tidak ditemukan adanya serangan penyakit.

5.2 Saran

(38)

DaftarPustaka

Adisarwanto, T; 2005. Kedelai. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.

Adisarwanto, T. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Cetakan 10. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. 76 hlm.

Adisarwanto, T. 2009. Kedelai. Jakarta:Penerbit Penebar Swadaya. 107 hlm. Asadi, Dimiarti Arsyad.1991. Adaptasi Varietas Kedelai pada Pertanaman

Tumpang Sari dan Naungan Buatan.Bogor: Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan.

Badan Pusat Statistik.2012.Data Strategis BPS.Jakarta: Badan Pusat Statistik. Bakhtiar., Hidayat,Taufan., Jufri, Yadi., dan Safriati, Suwayda. 2014. Keragaan

Pertumbuhan dan Komponen Hasil beberapa Varietas Unggul Kedelai di Aceh Besar (The Performance of Growth and Yield Component of Soybean Varieties in Aceh Besar). Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. J. Floratek 9: 46 – 52

Balitkabi . 2011. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-Kacangan dan

Umbi-umbian. Malang: Balai Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. 179 hlm.

Bedjo, 2006. Potensi, Peluang dan Tantangan Pemanfaatan Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV) untuk Pengendalian Spodoptera litura Fabricus pada Tanaman Kedelai. Bogor: Pusat Penelitian Tanaman. BPTP SUMUT. 2007. Hama, Penyakit, dan Masalah Hara pada Tanaman

Kedelai, Identifikasi dan Pengendaliannya.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.2012.Pedoman Teknis Pengelolan

Produksi Tanaman Kedelai. Jakarta: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Duke. 1983. Kesesuaian Lahan Terhadap Tanaman. Yogyakarta: Penerbit Andi

Offset.

Gani, Anischan.2007. Bagan Warna Daun. Jakarta: Departemen Pertanian. Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2.Jakarta: Direktorat

(39)

Hidayat, O., 1985. Morfologi Tanaman Kedelai pada Lahan Kering. Bogor: Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Perkembangan Tanaman Pangan.

Irwan A.W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill).

Bandung: Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

Jumin, Hasan Basri. 2005.Dasar-Dasar Agronomi.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Lamina, 1989. Kedelai dan Pengolahannya. Jakarta: Simpleks.

Marliah, Ainun dkk. 2012. Pengaruh Jenis Mulsa dan Konsistensi Pupuk Organik Cair Super Biotek terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang. Jurnal floratek.No 7. hal 164 – 172.

Prayogo, Yusmani dan Suharsono. 2005. Optimalisasi Pengendalian Hama Pengisap Polong Kedelai (Riptortus linearis) dengan Cendawan Entomopatogen Verticillium lecanii. Jurnal Litbang Pertanian 24 (4), 2005. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang Prihatman, Kemal. 2000. Budidaya Pertanian. Jakarta: Sistim Informasi

Manajemen Pembangunan di Perdesaan, Proyek PEMD, Proyek PEMD, BAPPENAS.

Purwaningsih,Okta dkk. 2012. Tanggapan Tanaman Kedelai terhadap Inokulasi Rhizobium. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia vol.2, No.2 :25-32. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.2000.Teknologi Produksi

Benih Kedelai.Bali: Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Jakarta: Penerbit Gramedia Suhartini, dkk.2013.Panduan RougingTanaman dan Pemeriksaan Benih

Kedelai.Badan Penelitian Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.

Suprapto, H.S. 1999. Bertanam Kedelai. Jakarta: Penebar Swadaya.

(40)

Untung, K., 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Whigham, O.K. and H.C. Minor. 1978. Agronomic Characteristics and

Gambar

Tabel. 1 Deskripsi fase tumbuh vegetatif pada tanaman kedelai.
Tabel 2. Deskripsi fase tumbuh generatif pada tanaman kedelai.
Tabel 3. Tinggi Tanaman Kedelai Varietas Tanggamus Kelas Z
Grafik 1. Tinggi Tanaman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Indeks keanekaragaman jenis mikroalga pada titik IV mempunyai nilai tertinggi (H’= 3,010) dari titik yang lainnya karena pada stasiun ini memiliki jumlah jenis paling

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menghasilkan instrumen penilaian otentik yang layak digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains dan keterampilan berpikir kritis peserta

(Setiap pekerjaan dalam suatu organisasi dewasa ini mempunyai segi-segi pekerjaan perkantoran atau pekerjaan kertas. Dalam berbagai pekerjaan, segi ini adalah

Hasil penelitian diperoleh bahwa pertumbuhan bayam cabut ( Amaranthus tricolor L .) dengan pemberian kompos berba- han dasar daun krinyu ( Chromolaena odorata L .) menunjukkan

menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan alat sains sederhana lebih baik dari pada kelas control yang menggunakan model pembelajaran inkuiri tanpa alat

Fungsi yang dimaksud adalah dengan penerapan tematik akan memperkuat fungsi ruang yang ingin diciptakan sehingga dengan melihat ruang tersebut dengan adanya tematik maka pengguna

Menurut Firdaus (2004) bahwa pada ikan, suhu lingkungan yang tinggi tetapi masih dalam batas toleransi umumnya akan mempercepat produksi antibodi dan meningkatkan

Berdasarkan skala prioritas Sistem Informasi Warren McFarlan (1983) yang membagi sistem informasi menjadi empat jenis yaitu Strategic System Information (SIS),