BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Mekanisme Koping (Abdul Muhith, 2015)
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 2006)
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Dan menggunakan beberapa mekanisme untuk melindungi diri. ( Maramis, 2006)
Mekanisme koping terhadap ansietas setiap ada stressor penyebab individu mengalami ansietas, maka secara otomatis muncul upaya untuk mengatasi dengan dengan berbagai mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping menjadi efektif bila didukung oleh kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu yang bersangkutan bahwa mekanisme koping yang digunakan dapat mengatasi ansietasnya. Sumber koping merupakan modal kemampuan yang dimiliki individu guna mengatasi ansietas. Ansietas perlu diatasi untuk mencapai keadaan homeostasis dalam diri individu, baik secara fisiologi maupun psikologis. Apabila individu tidak mampu mengatasi ansietas secara konstruktif, maka ketidak mampuan tersebut dapat menjadi penyebab utama terjadinya perilaku yang patologis. Dua mekanisme koping terhadap ansietas yaitu strategi pemecahan masalah dan mekanisme pertahanan diri. (Asmadi, 2008) B. Bentuk dan Contoh Mekanisme Koping (Sujono dan Teguh, 2009)
a. Denial
Menghindari realita yang tidak menyenangkan dengan mengabaikan atau menolak untuk mengakuinya.
Contoh :
dengan beranggapan bahwa dirinya tetap sehat seperti dulu, tidak ingin memikirkan kematian.
2) Atau juga seorang ibu yang tidak mau menerima anak dengan terbelakang mental atau dibawah rata-rata dengan menyerahkan anak tersebut ke orang lain atau saudara yang tinggal jauh dari lingkungannya.
b. Kompensasi
Proses dimana individu memperbaiki penurunan citra diri berupaya menggantinya dengan menonjolkan kelebihan lain yang dimiliki.
Contoh :
1) Seorang anak yang sangat nakal dilingkungan rumahnya menjadi sangat ramah, sopan dan pandai disekolahnya dan disenangi para temannya.
2) Seseorang yang menjelekkan temannya dengan perkataan yang buruk mengenai diri temannya, karena perlakuannya semua teman-temannya menghindarinya karena dia bersikap tidak baik kepada temannya, namun karena tidak menginginkan hal itu maka dia berusaha memperbaiki ucapannya tersebut dengan meminta maaf kepada temannya, dan memperbaiki hubungannya dengan teman-temannya yang lain, sehingga teman-temannya beranggapan bahwa dia tidak melakukan kesalahan.
c. Displacement
Memindahkan emosi atau perasaan kepada seseorang atau obyek lain yang lebih netral atau kurang berbahaya.
Contoh :
1) Seorang anak yang dimarahi oleh ibunya karena mengolok-olok atau memperlakukan adiknya dengan kasar dan membuat adiknya menangis ketika itu ia melampiaskan amarahnya dengan membanting pintu karena merasa tidak terima dengan perilaku ibunya terhadapnya.
2) Seorang istri yang kesal dengan suaminya dan melampiaskan kekesalannya dengan membanting piring.
d. Proyeksi
dorongan, sikap atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan pada orang lain.
Contoh :
1) Seorang wanita menyukai seseorang tetapi cintanya ditolak kemudian dia bercerita ketidak benarannya bahwa dia menolak cinta seseorang.
2) Seorang siswa yang malas kemudian tidak lulus ujian mengatakan kepada orang tuanya, bahwa dia tidak lulus bukan karena malas, malainkan karena guru sentimen kepadanya. 3) Seorang pasien dengan penyakit kronis yang memiliki
kepercayaan terhadap hal mistis menganggap bahwa penyakitnya adalah ulah tetangga atau seseorang yang tidak senang terhadapnya.
e. Reaksi Formasi
Mengembangkan perilaku dan pola sikap tertentu yang disadari, berlawanan dengan perasaan dan keinginannya. Atau penyusunan reaksi mencegah keinginan yang berbahaya baik yang diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan untuk dilakukannya.
Contoh :
1) Seorang yang secara fanatik melarang perjudian dan kejahatan lain dengan maksud agar dapat menekan kecendrungan dirinya sendiri ke arah itu.
2) Seorang ibu membenci anaknya, tetapi karena kebencian terhadap anak itu merupakan suatu sikap yang tercela dan karenanya membuat si ibu mengalami rasa berdosa dan kecemasan, maka si ibu kemudian mengungkapkan sikap sebaliknya, yakni menyayangi anaknya secara berlebihan. 3) Seorang pasien yang bersikap baik dan menyenangkan secara
berlebihan terhadap perawat yang sebenernya ia tidak suka. f. Isolasi
Memisahkan atau mengeluarkan dari komponen perasaan tentang pikiran, kenangan atau pengalaman tertentu.
Contoh :
2) Seorang pengemar film horor akan sering tampil ke hadapan orang banyak yang tujuan sebenarnya adalah menghilangkan rasa takutnya sendiri.
3) Seorang pasien yang menceritakan kerajinan dia untuk mengecek kesehatan dan menjaga kesehatannya padahal kenyataannya ia masih saja makan sembarangan tidak berpantang untuk menjaga kesehatannya.
g. Introyeksi
Bentuk identifikasi yang lebih mendalam dimana individu mengambil atau memasukkan nilai dari orang lain yang dicintai atau benci menjadi struktur egonya.
Contoh :
1) Seorang pasien yang kesal terhadap penyakitnya dan ia akan menyakiti dirinya sendiri.
2) Seseorang yang membenci tetangganta tapi memasukkan atau menyimpan kebencian itu ke dirinya sendiri, hingga jika ia kesal ke tetangganya tersebut ia akan memukuli dirinya sendiri.
h. Rasionalisasi
Memberikan alasan atau penjelasan yang masuk akal agar perilaku, pikiran atau perasaan yang tidak dapat diterima atau dibenarkan oleh orang lain.
Contoh :
1) Ketika diberi tugas untuk menghafal seorang mahasiswa tidak hadir pada mata kuliah bahasa inggris dengan alasan ada urusan keluarga, padahal iya belum hafal, dan takut untuk hadir.
2) Seorang pasien yang mengatakan tidak takut pada jarum suntik tapi hanya merasa nyeri ketika melihatnya, padahal ia takut. i. Subtitusi
Mengganti tujuan bernilai lebih tinggi yang tidak dapat dicapai dengan tujuan lain yang hampir sama tetapi nilainya lebih rendah.
Contoh :
tidak ada dan akhirnya pasien itu membeli obat yang berbeda merek dan lebih murah dengan komposisi yang sama.
j. Identifikasi
Suatu proses dimana seseorang berusaha seperti orang yang dikagumi dengan meniru cara berfikir dan perilakunya.
Contoh :
1) Seorang anak yang meniru gaya, cara berpakaian, cara berbicara dan bagaimana caranya bersolek ibunya atau idolanya.
2) Seorang mahasiswa yang meniru keteladanan dosennya. k. Undoing
Suatu tindakan atau komunikasi tertentu yang bertujuan menghapuskan atau meniadakan tindakan sebelumnya.
Contoh :
1) Seorang pasien yang merasa bersalah terhadap perawat dan memberikan makanan kepada perawat tersebut.
2) Seorang ibu yang memarahi anaknya dengan memukulnya dan seketika ibu itu merasa menyesal dan akhirnya memeluk anaknya dan membelikan anaknya mainan.
l. Sublimasi
Perubahan bentuk ekspresi dorongan atau rangsangan yang terhambat ke ekspresi yang lebih dapat diterima oleh masyarakat secara sosial.
Contoh :
1) Seseorang yang berlaku keras dan suka berkelahi kemudian ia disalurkan dan menjadi atlet tinju.
2) Dokter yang agresif disalurkan menjadi seorang ahli bedah. 3) Anak kecil yang selalu mencoret-coret tembok dan ketika besar
keahliannya disalurkan untuk menjadi pelukis. m. Regresi
Menghadapi stress dengan perilaku, perasaan dan cara berfikir mundur kembali ke ciri tahap perkembangan sebelumnya.
1) Seorang anak yang tidak manja menjadi lebih manja ketika memiliki adik agar perhatian ibunya terfokus pada dia dan dia meminta ibunya untuk menyuapi atau menggentong dia.
n. Represi
Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran atau memori yang menyatkan atau bertentangan dengan kesadaran.
Contoh :
1) Seseorang lebih sering menekankan pada kejadian yang membahagiakan dan enggan menekankan pada kejadian yang tidak membahagiakan atau membuat dirinya sedih.
2) Seorang anak yang mengalami peristiwa tsunami atau korban tsunami. Peristiwa itu mengakibatkan ia kehilangan keluarganya. Ia merasa sangat trauma atas peristiwa tersebut. Sehingga ia tidak mau lagi mengingat peristiwa tsunami itu dan ia telah pindah dan bahkan melupakan tempat kejadian itu. Ia tidak ingin mengingatnya lagi dan berusaha melupakannya. o. Intelektualisasi
Alasan atau logika yang berlebihan yang digunakan untuk menghindari perasaan yang mengganggu dirinya.
Contoh :
1) Seseorang yang mengalami kehilangan harta benda dan keluarganya, namun karena tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihannya maka ia menenangkan dirinya dan selalu menekankan bahwa bencana yang menimpanya adalah berasal dari Allah dan itu merupakan ujian untuknya.