• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I perkembangan motorik 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I perkembangan motorik 1"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang anak dapat mengalami keterlambatan perkembangan di hanya satu ranah

perkembangan saja, atau dapat pula di lebih dari satu ranah perkembangan.Keterlambatan

perkembangan umum atau global developmental delay merupakan keadaan keterlambatan

perkembangan yang bermakna pada dua atau lebih ranah perkembangan.Secara garis besar,

ranah perkembangan anak terdiri atas motor kasar, motor halus, bahasa / bicara, dan personal

sosial / kemandirian.Sekitar 5 hingga 10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan

perkembangan. Data angka kejadian keterlambatan perkembangan umum belum diketahui

dengan pasti, namun diperkirakan sekitar 1-3% anak di bawah usia 5 tahun mengalami

keterlambatan perkembangan umum.1

Gangguan koordinasi motorik diketahui diderita 1 dari 20 anak usia sekolah. Ciri utamanya

adalah gangguan perkembangan motorik, terutama motorik halus.Sebenarnya gangguan ini

mengenai motorik kasar dan motorik halus, tetapi yang sangat berpengaruh pada fungsi belajar

adalah fungsi motorik halusnya.Keterampilan gerakan merupakan dasar dari keterampilan belajar

sehingga dengan adanya keterbatasan atau gangguan keterampilan gerak, seperti pada kasus

gangguan keterampilan motorik maka masalah akanmeningkat dan meluas seiring dengan

bertambahnya usia anak. Walaupun kondisi ini pertama kali dikenal awal tahun 1990-an, namun

kewaspadaan mengenai keadaan ini baru meningkat akhir-akhir ini berdasarkan bukti bahwa

(2)

Istilah motorik diambil dari kata motor yang memiliki arti ”gerak” dalam kaitannya dengan

pengertian gerak dimaksud adalah suatu aktivitas yang mengandalikan peran gerak tubuh sebagai

perilaku gerak. Perilaku motorik (gerak) merupakan istilah generik yang mengarah kepada

pengertian tentang “gejala perilaku nyata yang teramati dan ditampilkan melalui gerak otot atau

anggota tubuh di bawah kontrol sistem persyarafan”,ada dua sitilah yang sering digunakan

dalam kaitannya dengan belajar motorik yaitu kemampuan motorik dan keterampian motorik.3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi

Istilah motorik diambil dari kata motor yang memiliki arti ”gerak” dalamkaitannya

dengan pengertian gerak dimaksud adalah suatu aktivitas yang mengandalikan peran gerak tubuh

sebagai perilaku gerak. Perilaku motorik (gerak) merupakan istilah generik yang mengarah

kepada pengertian tentang ”gejala perilaku nyata yang teramati dan ditampilkan melalui gerak

otot atau anggota tubuh di bawah kontrol sistem persyarafan”. Ada dua sitilah yang sering

digunakan dalam kaitannya dengan belajar motorik yaitu kemampuan motorik dan keterampilan

motorik.Kemampuan dan keterampilan ini merupakan dua konsep yang berbeda.Kemampuan

motorik lebih tepat disebut sebagai kapasitas seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan

unjuk kemampuan yang relatif melekat sejak kanak-kanak.3

Faktor biologis dianggap sebagai kekuatan utama yang berpengaruh terhadap

kemampuan motorik dasar seseorang.Kemampuan motorik dasar inilah yang kemudian berperan

sebagai landasan bagi perkembangan keterampilan motorik. Oleh karena itu keterampilan

motorik akan banyak bergantung kepada kemampuan dasar yang dikuasai. Lingkup kemampuan

(3)

fleksibilitas, misalnya.merupakan kemampuan dasar untuk pelaksanaan berbagai keterampilan

motorik. Dengan demikian keterampilan motoric dapat dikatakan sebagai faktor lingkungan

(yang diciptakan) atau merupakan hasil belajar misalnya; terampil memukul bola stik, bermain

bola dll.Secara mendasar anak-anak yang mengalami gangguan motorik dapat digolongkan ke

dalam tiga katagori yaitu; 1) Spina bifina, 2) Cerebal palcy 3) developmental coordination

disorder.3

B. Epidemiologi

Prevalensi gangguan koordinasi motorik tidak diketahui tetapi diperkirakan sekitar 6% dari

anak usia sekolah. Rasio laki-laki terhadap perempuan juga tidak diketahui, tetapi lebih banyak

anak laki-laki yang memiliki gangguan koordinasi motorik dibandingkan anak

perempuan.Laporan dalam literatur menyebutkan rasio laki-laki berbanding perempuan terentang

dari 2:1 sampai sebesar 4:1.4

Seorang anak dapat mengalami keterlambatan perkembangan di hanya satu ranah

perkembangan saja, atau dapat pula di lebih dari satu ranah perkembangan.Keterlambatan

perkembangan umum atau global developmental delay merupakan keadaan keterlambatan

perkembangan yang bermakna pada dua atau lebih ranah perkembangan.Secara garis besar,

ranah perkembangan anak terdiri atas motor kasar, motor halus, bahasa / bicara, dan personal

sosial / kemandirian.Sekitar 5 hingga 10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan

perkembangan. Data angka kejadian keterlambatan perkembangan umum belum diketahui

dengan pasti, namun diperkirakan sekitar 1-3% anak di bawah usia 5 tahun mengalami

(4)

C. Etiologi

Penyebab gangguan koordinasi motorik tidak diketahui, tetapi hipotesis adalah termasuk

penyebab organik dan perkembangan.Faktor resikonya adalah prematuritas, hipoksia, malnutrisi

perinatal, dan berat badan lahir rendah. Kelainan neurokimiawi dan lesi lobus parietalis juga

telah diajukan berperan dalam defisit koordinasi .4

Gangguan koordinasi motorik dan gangguan komunikasi memiliki hubungan yang kuat,

walaupun agen penyebab spesifik tidak diketahui untuk keduanya.Masalah koordinasi juga lebih

sering dibandingkan biasanya pada anak-anak dengan perilaku impulsif dan berbagai gangguan

belajar. Gangguan koordinasi motorik kemungkinan memiliki penyebab yang multifaktoral .4

Penyebab keterlambatan perkembangan umum antara lain gangguan genetik atau kromosom

seperti sindrom Down; gangguan atau infeksi susunan saraf seperti palsi serebral atau CP, spina

bifida, sindrom Rubella; riwayat bayi risiko tinggi seperti bayi prematur atau kurang bulan, bayi

berat lahir rendah, bayi yang mengalami sakit berat pada awal kehidupan sehingga memerlukan

perawatan intensif dan lainnya.5

D. Faktor resiko

Faktor risiko keterlambatan perkembangan motorik yang dapat diketahui dengan penilaian

perkembangan pada bayi meliputi :

Motorik kasar

 4,5 bulan : Belum dapat mengontrol kepala

 5 bulan : Belum dapat tengkurap bolak-balik

 7-8 bulan : Belum duduk tanpa bantuan

 9-10 bulan : Tidak dapat berdiri berpegangan

 15 bulan : Belum berjalan

 2 tahun : Tidak mampu naik atau turun tangga

Motorik halus

 3,5 bulan : Tangan tetap terkepal

 4-5 bulan : Tidak mampu memegang mainan

(5)

 10-11 bulan : Tidak mampu menyumput benda kecil

 15 bulan : Tidak dapat memasukkan atau mengambil benda

 20 bulan : Tidak dapat membuka kaos kaki atau sarung tangan sendiri

 24 bulan : Tidak dapat menyusun 5 balok.1

E. Macam-macam penyakit yang dapat menyebabkan Gangguan perkembangan Motorik a) Spina Bifina

Spina bifina merupakan suatu pembentukan yang salah dari stuktur tulangbelakang (spina)

yang disebabkan oleh penutupan yang kurang baik dari satu atau lebihruas tulang belakang

(vertebrata) yang dikenal dengan nama sumbing tulang belakangatau pembelahan tulang

belakang. Kondisi sumbing tulang belakang yang tidakmengakibatkan secara serius dinamakan

sumbing tulang belakang samar (spinal bifidaocculta). Sumbing tulang belakang kista ( spina

bifida cysta) merupakan kelanjutan darikondisi spinal bifida occulta, yaitu suatu kondisi yang

menggambarkan adanyapenutupan dari saluran spina melalui celah ruas tulang yang tidak

normal. Ada duabentuk dari spina bifida cysta; Pertama; yang disebut meningokel (meningocele)

yaitu suatu keadaan dimana penutupan tali spinal nampak menonjol.Kedua; yang

disebutmeilomeningokel (myelo-meningocele).Suatu keadaan bilamana penutupan spinalterjadi

pada tali spinal, dan akar syaraf menonjol.6

Gambar. Bentuk spina bifida.7

Hasil penelitian kondisi kelainan tulang tersebut diperkirakan 1 dari 350 anaklahir dengan

salah satu bentuk spina bifina dan kiri-kira ada 50.000 anak-anak usia sekolah yang memiliki

(6)

Penyebab khusus dari Spina bifida tidak diketahui. Nampaknya bahwa adakombinasi faktor

keturunan dan lingkungan yang mungkin meningkatkan resiko dari sumbing tulang belakang,

tetapi tidak ada satu faktor secara langsung dapat diidentifikasi.9

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki hambatan miomeningkol

cenderung menunjukan kondisi hidrosefali. Di mana anak ini akanmeperlihatkan ketidak

seimbangan di dalam memproduksi cairan cerebrospinal dalam tengkorak dan pengaliran cairan

ke dalam sistem peredaran darah melalui permukaan otak. Jika kondisi ini dibiarkan, maka akan

menyebabkan terjadinya gangguan mental atau kematian yang cepat.9

Banyak anak yang mengalami hambatan mielomeningokel mempunyai masalah dalam

perhatian yang sekaligus akan mengganggu aktivitas gerak seperti; menangkap danmelempar

bola, koordinasi gerak (visual-motor) seperti dalam melakukan koordinasi gerak mata-tangan

misalnya sering muncul pada anak yang mengalami gangguan mielomeningokel.9

b) Cerebral Palcy

Dilihat dari makna kata sesungguhnya kata Cerebral Palsy terdiri atas dua yaitu cerebral dan

palsy. Kata cerebral diambil dari kata cerebellum yang berarti otak dan kata palsy yang berarti

kekakuan. Jadi menurut arti katanya Cerebral Palsy menunjuk kepada kekakuan yang disebabkan

karena adanya gangguan yang terletak di dalam otak . Berkenaan dengan pengertian itu (Bax :

1994) menjelaskan bahwacerebal palsy digambarkan sebagai gangguan gerak dan postur yang

disebabkan oleh kerusakan permanent tetapi nonprogresif pada otak Kondisi cerebral palsy

memiliki derajat tertentu dari yang ringan hingga yang berat tergantung pada hebat tidaknya

kerusakan yang terjadi pada otak. Jika kerusakan pada otak itu cukup meluas sehinga

menimbulkan kerusakan pada bagaian lain yaitu pusat dan fungsi pancaindra, maka gangguan itu

akan menyertai pula pada gangguan yang menyebar luas pada fungsi sensoris seperti;

penglihatan, pendengaran, bicara bahkan masuk kepada wilayah kecerdasan, akan tetapi dapat

(7)

Berkenaan dengan hal ini (Bax:1994) menjelaskan bahwa Cerebal palsy biasanya disertai oleh

kombinasi kesulitan lainnya misalnya; penglihatan, pendengaran, berbicara dan kemampuan

kecerdasan. Oleh karena itu sekalipun ada dua orang anak didiagnosisi sebagai anak yang

memiliki cerebal palcy akan memiliki perbedaan yang besar diantara keduanya. Hal ini

menyebakan timbulnya kesulitan untuk menemukan kesimpulan tentang dampak dari gangguan

motorik (cerebral palsy) terhadap perkembangan anak.10

Namun demikian secara umum dapat diidentifikasi dan didefinisikan beberapa tipe hambatan

yang ditimbulkan oleh gangguan motorik ini (cerebal palsy).¾ dari anak daricerebral palsy

mengalami gerakan spastic (spastic movement), athetosis, ataxia, rigidity dan tremor.

Cerebral palsy dengan gangguan spastic menunjuk kepada suatu kondisi yang disebabkan oleh

kegagalan otot dalam melakukan releksasi sehingga gerakan-gerakanmereka menjadi kaku. Cara

berjalan yang menyilang (scissor gait) sehingga aktivitas berjalan dilakukan pada ujung jari; kaki

mengarah ketengah, kedua lutut tertekuk dan hamper beradu, punggung , sikut dan pergelangan

tangang tertekuk; lengan bawah terputar ke kekanan.

Cerebral palsy dengan gangguan athetosis, sering menunjukkan aktivitas sepertimenggeliat

secara berlebihan dan tanpa tujuan dan diluar kehendak dirinya. Berlawanan dengan spastic,

individu ini bergerak terlalu banyak ; menunjukkan tonus otot yang rendah (hypotonus), ia juga

memiliki kecenderungan untuk mengeluarkan air liur, pungggung yang bengkung.

Cerebral palsy dengan gangguan ataxia, menunjukkan gangguan dalam keseimbnagan dan

kenestesis yang kurang, mengalami hambatan di dalam kesadaran akan ruang. Kondisi anak

seperti ini biasanya diperoleh setelah lahir.

Cerebral palsy dengan gangguan rigidity, menunjuk kepada kekakuan tonus otot agonis dan

antagonis yang cenderung membekukan gerak dan berlawanan dengan spastic, ia memiliki

(8)

Cerebral palsy dengan gangguan tremor, memiliki gerak yang kuat dan takterkontrol.Jadi

berlawanan dengan mereka yang mengalami gangguan athetosis.Namun demikian Individu ini

biasanya tidak terlalu mengalami kesulitan berarti dibandingkan kondisi cerebral palsy lainnya.10

Cerebral Palsy sebetulnya dapat mempengaruhi satu atau lebih bagian tubuh sehingga

seringkali dikelompokkan berdasarkan topografik atau anatomik. Tipe tersebut mencakup apa

yang disebut dengan :

 hemiplegia ( kelumpuhan padaa satu sisi tubuh ; lengan dan tungkai,

 paraplegia; kelumpuhan yang diderita pada kedua tungkai,

 dipligia; (kelumpuhan pada kedua kaki dan sedikit mengalami kelumpuhan pada lengan,

 Quadriplegia ( kelumpuhan pada semua anggota badan),

 triplegia 9 kelumpuhan pada tiga anggota badan), dan

 monoplegia (kelumpuhan pada satu anggota badan).10

c) Developmental coordination disorder

Anak yang mengalami gangguan koordinasi gerak (developmental coordination

disorder) adalah anak yang mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari

yang memerlukan keterampilan-keterampilan gerak tertentu dan koordinasi gerak seperti;

menalikan tali sepatu, mengancingkan kancing baju, menangkan dan melempar bola,

kesulitan menggunting dan memotong dengan menggunakan pisau, mengendaria sepeda,

melakukan kegiatan olah raga dan menulis. Kondisi seperti ini sulit dijelaskan dari sudut

pandang neorologis atau kondisi medis dan biasanya kesulitan seperti ini berlangsung

sampai usia remaja.11

Akan tetapi kesulitan dalam menjelaskankondisi ini dilihat dari aspek

neorologisdipertanyakan oleh Jongmans, Mercuri, Dubowizt, dan Henderson (1998) yang

menemukan secara signifikan bahwa anak-anak yang berusia 6 tahun ke atas yang memiliki

kesulitan dalam koordinasi gerak memiliki abnormalitas pada fungsi otak. Anak-anak yang

mempunyai hambatan seperti koordinasi gerak diberi label denganistilah yang beragam seperti

misalnya; Clumcy Child syndrome, developmental disfraxia, Developmental apraxia dan

(9)

tahun 1994 telah disepakati bahwa keragaman istilah sebagaimana diuraikan di atas dapat

disederhanakan dalam satu istilah yang disebut dengan developmental coordination disorder

(gangguan koordinasi gerak). Meskipun sampai saat ini mesih terjadi perdebatan tentang apakah

terdapat perbedaan antara anak yangmenga,lami gangguan koordinasi gerajk dengan

istilah-istilah yang beragam sebagaimana yang di sebutkan di atas.12

Terdapat kesepakatan bahwa anak-anak dengan gangguan DCD bersifat heterogen, (Dewey

dan Kaplan 1994) menjelaskan bahwa terdapat tiga kelompok anak yangdikatagorikan sebagai

DCD yaitu;

 Kesulitan keseimbangan

 Kesulitan koordinasi

 Mengalami kesulitan dalam kegiatan sehari-hari seperti menyisir rambut, menulis,merencanakan

gerak pada kegiatan yang berurutan dan kesulitan dalam hampir semuabidang.13

Kesulitan koordinasi gerak pada anak yang mengalami DCD biasanya sulit diidentifikasi

sebelum usia empat/lima tahun. Hal ini deisebabkan karena belum ada kesepakatan dalam

menentukan kriteria untuk mengetahui DCD sehingga belum ada tes yang dapat digunakan untuk

dapat mengetahuinya pada anak di bawah usia 5 tahun. Namun demikian terdapat perkiraan

incident DCD yaitu; 500-1000 dari 10.000 anak diduga mengalami DCD.. Sebagai contoh;

penelitian yang dilakukanoleh Kadesjo and Gilberg (1999) meneliti lebih dari 400 anak yang

berusia 6 s/d 8 tahun yang bertempat tinggal didaerah tertentu di Swedia dan anak-anak ini

bersekolah di sekolah biasa. 20 anakl (4,9 %) diindentifikais sebagai anak yang mengalami DCD

berat yang didasrkan pada test motorik kasar da motorik halus. Kebanyakan anak dari kelompok

ini (18 orang) adalah anak laki-laki Selanjutnya 35 oarang anak (8,6%) diidentifikasi sebagai

anak yang mengalami DCD sedang dan 29 dari kelompok ini adalah anak laki-laki. Hampir

setengan dari kelompok anak inimenunjukkan gejala ADHD (Attention Deficit and Hyperaktive

(10)

bahwa perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang mengalami Develompment

Coordination Disorder yaitu 5:1.13

F. Gejala dan tanda Klinis

Gambaran klinis dari masalah koordinasi motorik dinilai dari sudutpandang perkembangan,

yaitu dengan mempertimbangkan kemampuan fisik normal pada usia yang berbeda.Evaluasi

perkembangan meliputi pertimbangan variasi individu. Mengevaluasi pengembangan

keseluruhan anak, mempertimbangkan karakteristik dan gaya kekuatan dan kelemahan

masing-masing anak.4

Manifestasi pada bayi

• Bayi dengan kesulitan pada fungsi motorik mungkin muncul hipertonikatau hipotonik. Jika bayi

bereaksi keras pada setiap pendengaranringan atau rangsangan visual dengan menjadi kaku atau

denganmelengkungkan punggungnya, ini adalah tanda hipertonus danhiperreaktivitas. Bayi

muda mempertahankan tonus fleksor dalambeberapa bulan pertama kehidupan dan hanya secara

bertahapmengembangkan pola ekstensi. Ketika orang tua melaporkan bahwabayi mereka kuat

(yaitu, otot-otot keras dan tegang muncul), jikarefleks primitif (misalnya, Moro, plantar, atau

refleks rooting) bertahansetelah 6 atau 7 bulan, keprihatinan tentang perkembangan motoric

dibenarkan. Salah satu tanda tunggal mungkin tidak signifikan, namunketekunan refleks primitif

harus mendatangkan beberapa pemeriksaanpenuh fungsi motorik secara keseluruhan.Data

anekdotal menunjukkan bahwa bayi dalam beberapa kelompokras, misalnya Afrika ,Amerika,

umumnya mencapai keterampilanmotorik kasar lebih cepat daripada anak-anak dari kelompok

raslainnya. Ketika bayi kecil muncul hampir siap untuk berjalan pada usiabeberapa bulan, ini

(11)

kepala menuju garisvertikal saat dipegang samping mungkin memiliki masalahperkembangan

motorik.

• Bayi dengan tantangan bermotor sering tertunda dalam mencapaiPerkembangannya seperti

kemampuan untuk berguling, duduk dengan bantuan,dan duduk tanpa bantuan. Bayi dengan

masalah motor mungkin tidakmampu mempertahankan berat badan mereka setelah 6 bulan

biladidukung di bawah lengan mereka.

• Pada sekitar usia 4 bulan, bayi dapat mulai mengantisipasi pergerakanbenda-benda,

menunjukkan perkembangan visuomotor awal. Padasekitar usia 6 bulan, mereka biasanya dapat

menentang ibu jari dalamgerakan menggenggam.

• Pada usia 9 bulan, sambil duduk dengan sendirinya, bayi harus bisamengoreksi diri postur saat

miring ke 1 sisi atau sisi lainnya, bukanhanya menjadi terbalik.

• Jika bayi tidak dapat duduk dengan bantuan atau dirinya sendiri pada usia 9bulan, kekurangan

ini harus diperhatian oleh pemeriksaan dokterdengan rinci dan cepat.

• Bayi yang berdiri dan yang selalu menunjuk ke bawah dengan jari-jarikaki mereka juga

mungkin menandakan hipertonus pada tungkaibawah (atau hipertonus umum) dan sensitivitas

tinggi untukmenyentuh di permukaan plantar kaki. Bayi ini kemudian dapatberjalan berjinjit.

Manifestasi pada tahun kedua dan ketiga dari kehidupan

• Kesulitan dalam fungsi motorik halus pada anak-anak di tahun-tahunawal mungkin sulit untuk

diidentifikasi. Misalnya, balita yangmemiliki deficit keterampilan motorik halus tidak dapat

menerimamakanan yang membutuhkan kemampuan mengunyah yang lebihbesar. Makan

makanan padat membutuhkan fungsi terkoordinasisekitar 31 pasang otot dan koordinasi bernapas

(12)

mungkinmenampilkan penanda tantangan motor yang mungkin melampauimengunyah. Hal ini

juga berlaku untuk balita yang berulang kalitersedak makanan saat mengunyah.

• Anak-anak mungkin memiliki kesulitan dalam kemampuan untukmembuat pemahaman untuk

mengambil benda kecil dengan jaritelunjuk dan jempol. Hal ini dapat diuji dengan membiarkan

anak-anakuntuk mengambil sebuah benda kecil dari permukaan yang datar,seperti sepotong

sereal sarapan. Bayi dapat terus berusaha untukmengambil benda-benda dengan pemahaman

palmar (yaitu, denganpermukaan anterior seluruh tangan). Jika demikian, mereka harusdiamati

untuk keterlambatan motorik halus.

• Pada akhir tahun pertama kehidupan, sebagian besar bayi mulaimembuat upaya untuk berjalan

sambil berpegangan pada furnitur danmengambil langkah-langkah pertama mereka tak lama

kemudian. Bayiyang tidak dapat berjalan setelah umur 18 bulan mungkin memilikihypotonicity

atau hypertonicity, kekuatan otot yang buruk ataukoordinasi, dan kesulitan dengan mengelola,

keseimbangan, danpostur. Dalam sebuah studi tahun 1990 oleh Bax et al, kebanyakananak yang

tidak berjalan pada usia 18 bulan ternyata menjadi sehat,namun sebagian kecil mengalami

kesulitan motorik, termasuk cerebralpalsy dan keterlambatan perkembangan lainnya.

• Kemampuan untuk berjalan sangat tergantung pada kemampuan untukmenjaga keseimbangan

dan tidak jatuh. Berjalan membutuhkan lebihdaripada kekuatan otot belaka untuk mendukung

berat tubuh . Faktor-faktorlain yang terlibat dalam onset berjalan termasuk gayatemperamen,

kesempatan, dan faktor motivasi.Manifestasi di prasekolah dan anak usia sekolahPada usia 3-5

tahun, banyak keterampilan yang diperoleh dandisempurnakan dengan paparan kegiatan dan

permainan yangmembutuhkan motorik berlatih. Anak-anak jelas bervariasi dalamkecepatan

(13)

• Pada usia 4-5 tahun, kebanyakan anak telah mengembangkanpreferensi tangan yang jelas atau

dominasi. Dalam beberapa kasus,keterampilan tangan yang benar kemampuan untuk

benar-benarmelakukan tugas dengan baik dengan kedua tangan.

• Tanda lain yang menjadi perhatian adalah kesulitan dalam memegangpensil. Kekhawatiran

muncul pada anak yang memiliki kesempatanpraktek dan yang masih tidak bisa memegang

pensil dengan polamatang.

• Banyak pakar berpikir bahwa kesulitan dalam keterampilan motoric halus (yaitu, dalam

mengelola jari dan pergelangan tangan) lebihmerupakan refleksi dari rusak di daerah proksimal

tungkai atasdaripada di daerah lain. Anak-anak mungkin tidak dapat menanganipena, krayon,

atau pensil. Ini dianggap sebagai cara yang matang danefisien untuk menangani tugas-tugas

menulis. Selama kegiatan itu,hanya pergelangan tangan bergerak bersama, sementara sendi lain

diekstremitas atas tetap. Namun demikian, ketika bahu lemah, anak-anakkompensasi ketika

mereka harus menggunakan bagian distalekstremitas atas (jari, tangan). Alih-alih menggunakan

pergelangantangan untuk menulis, anak-anak harus memindahkan seluruhekstremitas atas untuk

menulis.1

Tanda klinis yang mengarahkan adanya gangguan koordinasi motoric terlihat paling awal

pada masa bayi, saat anak yang terkena mulai berusaha melakukan tindakan yang memerlukan

koordinasi motorik.Gambaran klinis yang penting adalah gangguan kinerja anak yang jelas

terganggupada koordinasi motorik. Kesulitan dalam motorik mungkin bervariasi menurut umur

dan stadium perkembangan anak .14

Pada masa bayi dan masa anak-anak awal gangguan mungkinbermanifestasi sebagai

keterlambatan kejadian perkembangan normal,seperti berputar, merangkak, duduk, berdiri,

(14)

kecanggungan tampak pada hampir semua aktivitas yang memerlukan koordinasi motorik. Anak

yang terkena tidak dapat memegang benda, dan mereka mudah menjatuhkannya; gaya berjalan

mereka tidak mantap; mereka sering kali tersandung pada kakinya sendiri; dan mereka mungkin

menabrak anak-anak lain saat berusaha mendekati mereka.14

Pada anak yang lebih besar ganguan koordinasi mototrik mugkin terlihat dalam permainan di

meja, seperti mencocokkan kepingan gambar atau membangun balok, dan pada tiap jenis

permainan bola.Walaupun tidak ada ciri spesifik yang patognomonik untuk gangguan koordinasi

motorik, kejadian perkembangan sering kali terlambat.Banyak anak dengan ganguan juga

memiliki gangguan bicara. Anak yang lebih tua mungkin juga memiliki masalah kesulitan

sekolah sekunder, termasuk masalah perilaku dan emosional, yang memerlukan intervensi

terapeutik yang tepat.14

F. Penegakkan diagnosa

Diagnosa gangguan koordinasi motorik memerlukan riwayat tentangperilaku motorik

awal anak, termasuk pengamatan langsung aktivitas motorik. Skrining informal untuk gangguan

koordinasi motorik dapat dilakukan dengan meminta anak melakukan pekerjaan yang melibatkan

koordinasi motorik kasar (melompat, meloncat, dan berdiri pada satu tungkai), koordinasi

motorik halus (menjentikkan jari dan mengikat tali sepatu), dan koordinasi mata dan tangan

(menangkap bola dan meniru tulisan).14

Diagnosa didukung oleh skor subtes kinerja yang lebih rendah darinormal dari tes

kecerdasan baku da oleh skor subtes verbal yang normal atau di atas normal. Tes khusus

koordinasi motorik dapat berguna, seperti Bender Gestalt Visual Motor Test, Frostig Movement

(15)

The Bender Gestalt Visual Motor test digunakan untuk menilai penggabungan

visual-motorik dan keterampilan pemahaman visual ( apakah kedua mata dan salah satu bagian otak

berhubungan dengan penyampaian daya lihat dengan tepat). Test ini terdiri dari sembilan tes

yang harus diikuti.14

Bruininks-Oseretsky Test of Motor Proficiency (BOTMP) untuk menilai keterampilan

motorik halus maupun kasar pada anak yang beusia4 sampai 14 tahun. BOTMP terbagi dalam 8

sub bagian, termasuk kemampuan untuk berlari dan ketangkasan umum, bagaimana seorang

anak dapat mempertahankan keseimbangan dan koordinasi dari pergerakan bilateral. Tes ini

sering disukai oleh anak-anak karena serupa dengan aktivitas pada masa anak-anak (melempar

atau menangkap bola, berlari, melakukan push up). Tes ini paling banyak digunakan untuk

menilai kemampuan motorik, dan dapat digunakan dalam cakupan yang luas pada anak-anak,

dari kemampuan tubuh hingga rintangan fisik yang berat.1,4

G. Skrining Perkembangan

Diagnosa juga dapat ditegakkan berdasarkan skrining perkembangan dengan memakai

denver developmental screening test II (DDST II) , bayley Infan Neurodevelopmental Screening

(BINS) , muenchener, KPSP, dan kartu menuju sehat (KMS).15

Skrining perkembangan DENVER II

Skrining perkembangan yang banyak digunakan oleh profesi kesehatan adalah Denver II,

antara lainkarena mempunyai rentang usia yang cukup lebar (mulaibayi baru lahir sampai umur 6

tahun), mencakup semuaaspek perkembangan dengan realiability cukup tinggi(interrates

reability = 0.99, test-retest reability = 0.90).13,20Sampai tahun 1990 metode ini telah digunakan

(16)

Walaupun secara eksplisit metode ini untuk mendeteksi 4 aspek perkembangan, tetapi di

dalamnya sebenarnya terdapat aspek-aspek lain sebagai berikut:16

• Gerak kasar

• Gerak halus (di dalamnya terdapat aspek koordinasi mata dan tangan, manipulasi benda-benda

kecil, pemecahan masalah ),

• Berbahasa (di dalamnya terdapat juga aspek pendengaran, penglihatan dan pemahaman,

komunikasi verbal),

• Personal sosial (di dalamnya terdapat juga aspek penglihatan, pendengaran, komunikasi, gerak

halus dan kemandirian).

Uji Denver membutuhkan waktu cukup lama sekitar 30-45 menit. Kesimpulan hasil

skrining Denver II hanya menyatakan bahwa balita tersebut: normal atau dicurigai ada gangguan

tumbuh kembang pada aspek tertentu. Normal, jika ia dapat melakukansemua kemampuan (atau

berdasarkan laporan orangtuanya) pada semua persentil yang masuk dalamgaris umurnya.

Walaupun ada 1 ketidakmampuan atau menolak melakukan pada persentil 75-90 masih dianggap

normal. Dicurigai ada gangguan tumbuh kembang jika ada 1 atau lebih ketidakmampuan pada

persentil > 90, atau 2 (atau lebih) ketidakmampuan/ menolak pada persentil 75-90 yang masuk

garis umurnya.21 Selain itu di dalam Denver II ada bagian terpisah untuk menilai perilaku anak

secara sekilas. Tetapi Denver II tidak mampu mendeteksi gangguan emosional,atau

gangguan-gangguan ringan. Tidak ada metoda skrining yang sempurna.17

Bayley Infan Neurodevelopmental Screening (BINS)

Untuk mengidentifikasi bayi berusia 3-24 bulan yang mengalami keterlembatan tumbuh

kembang atau mengalami gangguan neurologis. Aspek perkembangan yang diuji oleh BINS

(17)

 Fungsi neurologis dasar : Mengukur kelengkapan perkembangan sistim saraf pusat.  Fungsi penerimaan atau reseptif

 Fungsi ekspresif

 Fungsi pengertian (kognitif)

Dalam format pencatatan hasil skor total bayi disesuaikan dengan distribusi skor yang

disesuaikan usia kronologis bayi. Setiap usia memiliki titik potong yang terbagi dalam 3

klasifikasi yang mengindikasikan besarnya resiko untuk terjadinya keterlambatab dalam

perkembangan atau gangguan neurologis, : resiko rendah, resiko sedang, dan resiko tinggi.

Tindak lanjut dari hasil penilaian BINS adalah sebagi berikut :

 Resiko rendah

Dianggap memiliki resiko minimal atau tidak memiliki resiko terjadinya hambatan

perkembangan.Walaupun demikian, tetap harus diingat adanya variabel yang tidak dapat diukur

oleh BINS namun dapat mempengaruhi perkembangan, misalnya faktor lingkungan.

 Resiko Sedang

Direkomendasikan uji BINS sekitar 3 bulan yang akan datang. Selama itu orang tua diberi

petunjuk untuk memberi stimulasi sebagai latihan perkembangan anak.Bila dari pemeriksaan

selanjutnya didapatkan adanya keterlambatan maka kita jarus melakukan pemeriksaan lain untuk

mendiagnosis penyebab keterlambatan perkembangan.

 Resiko tinggi

Dibutuhkan uji diagnostik lebih lanjut.18

Muenchener

Tujuan utama untuk mendeteksi keterlambatan dalam perkembangan dengan cara

mengukur tahap perkembangan bidang fungís tertentu. Digunakan untuk usia 0-3 tahun. Aspek

perkembangan yang dinilai antara lain :

- Usia 0-12 bulan : merangkak, duduk, berjalan, memegang, persepsi, berbicara, pengertian

bahasa, sosialisasi

- Usia 1-2 tahun : pengertian berbahasa, berbicara, persepsi, keterampilan tangan, berjalan.

Penafsiran hasil pemeriksaan :

Yang pertama diperhatikan, apakah grafik tadi menunjukkan penyimpangan yang negatif

(18)

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

Kuesioner ini diterjemahkan dan dimodifikasi dari Denver Prescreening Developmental

Questionnaire(PDQ) oleh tim Depkes RI yang terdiri dari beberapadokter spesialis anak,

psikiater anak, neurolog, THT,mata dan lain-lain pada tahun 1986.12 Kuesioner iniuntuk skrining

pendahuluan bayi umur 3 bulan sampai anak umur 6 tahun yang dilakukan oleh orangtua. Setiap

umur tertentu ada 10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan anak, yang harus diisi (atau

dijawab) oleh orangtua dengan ya atau tidak, sehingga hanya membutuhkan waktu 10-15 menit

(lihat lampiran).22 Jika jawaban ya sebanyak 6 atau kurang maka anak dicurigai ada gangguan

perkembangan dan perlu dirujuk, atau dilakukan skrining dengan Denver II.Jika jawaban ya

sebanyak 7-8, perlu diperiksa ulang 1 minggu kemudian. Jika jawaban ya 9-10, anak dianggap

tidak ada gangguan, tetapi pada umur berikutnya sebaiknya dilakukan KPSP lagi.19

Untuk memperluas jangkauan skrining perkembangan Frankenburg dkk,. (1990)

menganjurkan agar lebih banyak menggunakan PDQ, karena mudah, cepat, murah dan dapat

dikerjakan sendiri oleh orangtua atau dibacakan oleh orang lain (misalnya paramedis atau kader

kesehatan).20 Jika dengan PDQ dicurigai ada gangguan perkembangan, anak tersebut dirujuk

untuk dilakukan skrining dengan Denver II yang lebih rumit, lama dan harus dilakukan oleh

tenaga terlatih.13 Kuesioner ini sampai sekarang masih dianjurkan oleh Depkes untuk digunakan

di tingkat pelayanan kesehatan primer (dokter keluarga,Puskesmas) sering disebut sebagai ‘buku

hijau’ berjudul Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Depkes RI 1994 yang telah diuji

coba di beberapa propinsi, tetapi tampaknya jarang dimanfaatkan. Bahkan beberapa dokter

Puskemas tidak tahu adanya buku tersebut, atau tidak tahu cara penggunaannya karena tidak

pernah diajarkan.19

(19)

Suatu kartu yang digunakan untuk mencatat berat badan bayi dan anak balita, setiap kali

ditimbang secara teratur pada tiap-tiap bulan.Berat badan dicantumkan dalam KMS dalam

bentuk titik (.), disebut titik berat badan. Titik-titik tersebut dirangkai sehingga membentuk

grafik yang menunjukkan pertumbuhan anak tersebut.20

KEGUNAAN

o Mengngontrol pertumbuhan berat badan anak.

o Digunakan sebagai alat untuk mengetahui keadaan kesehatan anak.

o Dipakai sebagai alat untuk mengetahui keadaan gizi anak.

CARA PENGISIAN

o Pada penimbangan pertama, pengisian kolom identitas dan kolom bulanpada kolom tersedia.

o Catat semua kejadian yang dialami atau diderita (sakit, imunisasi,pemberian vit A dosis tinggi).

o Hasil penimbangan pertama diberi titik pada batas garis tegak (pada bulandimana anak saat itu

menimbang) dengan garis datar.

o 4. Penimbangan selanjutnya seperti no. 3 dan titik-titik pada tiap bulan bila

CARA MEMBACA

o Garis yang menghubungkan titik satu ke yang lain apakah mengikuti satu warna atau pindah

kewarna yang lebih tua.

o Bila garis yang menghubungkan titik-titik tersebut pindah kewarna yang lebih tua berarti berat

badan anak naik.

o Bila garis yang dibuat menurun, tetap atau bertambah tetapi pindah ke pita warna yang muda

berarti berat badan anak tidak naik.20

Tabel 1

(20)

A Kinerja dalam aktivitas sehari-hari yang memerlukan koordinasi motorik adalah secara bermakna di bawah yang diharapkan menurut usia kronologis pasien dan inteligensia yang terukur. Hal ini dapat bermanifestasi dengan

keterlambatan yang nyata dalam pencapaian kejadian

motorik (berjalan, merangkak, duduk), menjatuhkan barangbarang, “kecanggungan”, prestasi buruk dalam olahraga, atau

tulisan tangan yang buruk

B Gangguan dalam kriteria A secara bermakna mengganggu

pencapaian akademik atau aktivitas hidup sehari-hari

C Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Koordinasi Perkembangan

Gangguan bukan karena kondisi medis umum (palsi serebral, hemiplegia, atau distrofi otot) dan tidak memenuhi kriteria untuk gangguan perkembangan pervasif

D Jika terdapat retardasi mental, kesulitan motorik adalah13 melebihi dari apa yang biasa menyertainya

Catatan penulisan: jika terdapat kondisi medis umum (neurologis) atau defisit sensorik, tuliskan kondisi tersebut pada Aksis III.

(Dikutip dari American Psychiatric Association, Washington, 1994)

H. Terapi

Secara khusus seorang dokter akan mencoba untuk memastikanmasalah yang dialami

(21)

untuk mengembangkan fungsi adaptif secara optimal atau kemahiran dari keterampilan yang

terbelakang atau perbaikan dari kesulitan berkoordinasi.4

Terapi gangguan koordinasi motorik termasuk latihan motorikperseptual, teknik latihan

neurofisiologis untuk disfungsi motorik, dan pendidikan fisik yang termodifikasi.Teknik

Montessori mungkin berguna bagi banyak anak prasekolah, karena menekankan perkembangan

keterampilan motorik.Tidak ada latihan atau metode latihan tunggal yang tampaknya lebih

menguntungkan atau efektif dibandingkan yang lainnya.Masalah perilaku atau emosional

sekunder dan gangguan komunikasi yang terjadi bersamaan harus ditangani dengan metoda

terapi yang sesuai.14

Tidak ada penelitian skala besar yang telah melaporkan efek terapi,walaupun penelitian

kecil telah menyatakan bahwa latihan dalam koordinasi ritmik, mempraktekkan gerakan motorik,

dan belajar menggunakan mesin ketik semuanya adalah berguna.14

Konseling parental membantu menurunkan kecemasan dan ras bersalah pada orangtua

terhadap gangguan anak dan meningkatkan kesadaran mereka, yang memberikan keyakinan bagi

mereka untuk membantu anak.14

I. Prognosis

Jika tidak ditangani, anak-anak dengan gangguan koordinasi motoric cenderung memiliki

gejala yang bertahan pada masa remaja hingga masa dewasa.4

Pada kasus berat yang tetap tidak terobati, pasien mungkin memilikisejumlah komplikasi

sekunder, seperti kegagalan berulang pada pekerjaan akademik dan nonakademik di sekolah,

masalah berulang dalam berusaha bergabung dengan kelompok teman sebaya, dan

ketidakmampuan bermain dan berolahraga.Masalah tersebut dapat menyebabkan harga diri yang

(22)

parah sebagai reaksi terhadap frustasi yang ditimbulkan oleh gangguan.Semua tingkat fungsi

adaptif dapat diharapkan pada anak-anak. Ciri penyerta yang sering adalah keterlambatan

kejadian nonmotorik, gangguan bahasa ekspresif, dan gangguan bahasa reseptif/ekspresif

campuran .14

BAB III Ringkasan

Gangguan keterampilan motorik adalah semua gangguan yangditandai dengan perkembangan

koordinasi motorik yang tidak adekuat yang cukup berat sehingga membatasi gerakan atau

menahan kemampuan melakukan tugas, pekerjaan sekolah, atau aktivitas lain yang termasuk

dalam gangguan ini adalah gangguan koordinasi perkembangan atau Development Coordination

Disorder (DCD).

Penyebab keterlambatan perkembangan umum antara lain gangguan genetik atau kromosom

seperti sindrom Down; gangguan atau infeksi susunan saraf seperti palsi serebral atau CP, spina

bifida, sindrom Rubella; riwayat bayi risiko tinggi seperti bayi prematur atau kurang bulan, bayi

berat lahir rendah, bayi yang mengalami sakit berat pada awal kehidupan sehingga memerlukan

perawatan intensif dan lainnya

Tanda klinis yang mengarahkan adanya gangguan koordinasi motoric terlihat paling awal

(23)

koordinasi motorik.Gambaran klinis yang penting adalah gangguan kinerja anak yang jelas

terganggua pada koordinasi motorik.Kesulitan dalam motorik mungkin bervariasi menurut umur

dan stadium perkembangan anak.

Terapi gangguan koordinasi motorik termasuk latihan motorikperseptual, teknik latihan

neurofisiologis untuk disfungsi motorik, dan pendidikan fisik yang termodifikasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Keterlambatan Perkembangan Pada Anak [homepage on the

Internet]. Nodate [cited 2015 Feb 22]. Available from

http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/mengenal-keterlambatan-perkembangan-umum-pada-anak.html.

2. Barkoukis A. Disorders of Childhood: Motor Skills Disorders [homepage on the Internet]. 2008

[cited 2015 Feb 01]. Available from http://mentalhelp.net/poc/view_doc.php?

type=doc&id=14495&cn=37.

3. Lutan R. Teori Belajar Keterampilan Motorik: Konsep dan Penerapan [Tesis]. Bandung:

Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. 2005.

4. Kaplan, et al. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Psikiatris Klinis Jilid 2. Jakarta: Binarupa

Aksara. 2002.

5. Blackman JA. Developmental Screening: Infants, Toddlers, And Preschoolers. Tokyo: Saunders,

1992; p. 617-23.

6. Appleton PL, Minchom PE, Ellis NC, Eliott. Self Concept Of Young People With Spina Bifida:

A population-Based Study. Journal of Developmental Medicine and Child Neurology.

(24)

7. Gambar Bentuk Spida Bifida [homepage on the Internet]. Nodate [cited 2015 Feb 25]. Available

from http://1.bp.blogspot.com /SPINA%2BBIFIDA.gif.

8. French R, Jansma P. Special Physical Education. Columbus: Charles E. Merrill Publihing

Company. 2012.

9. Anderson EM, Spain B. The Child With Spina Bifida. London: Methuen. 2010.

10. Bax MCO. Terminology And Classification Of Cerebral Palsy. Journal of Developmental

Medicine and Child Neurology. 2010;6:295-7.

11. Kadesjo B, Gillberg C. Developmental Coordination Disorder In Swedish 7 Year-Old Children.

Journal of the American Academy of Child Adolescent Psychiatry. 2011;20:32-9.

12. Jongmans MJ, Mercuri E, Dubowitz LMS, Henderson SE. Perseptual Motor Difficulties And

Their Concomitants In Six-Year-Old Children Born Prematurely. Journal of Human Movement

Science. 2005;17:629-53.

13. Dewey D, Kaplan BJ. Subtyping Of Development Motor Deficits. Journal of Development

Neuropsychology. 2009;10:265-84.

14. Hawari D. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa [Skripsi]. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. 2003.

15. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi 1. Jakarta: Sagung

Seto. 2002.

16. Frankenburg WK, et al. Denver II Technical Manual. Denver: Denver Developmental Materials.

1990. p. 1-20.

17. Gunawan N. Pedoman deteksi dini tumbuh kembangbalita. Jakarta: Depkes RI. 2004. p. 1-120

18. Patacy, C. Motor Skills Disorder [homepage on the Internet]. 2010 [cited 2015 Feb 01].

(25)

19. Frankenburg WK, Dodds J, Archer P. Denver II Training Manual. Denver: Denver

Developmental Materials. 1990. p. 1-16.

20. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pengunaan KMS [homepage on the Internet]. 2012 [cited

24 Feb 2015]. Available from

Referensi

Dokumen terkait

Jaringan pergaulan yang dilakukann- ya tak berhenti di dalam negeri tetapi juga di luar negeri, karena itu sebenarnya ko- munikasi dalang yang dilakukannya tak terbatas. Kapan saja

Skripsi/Tesis/Disertasi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk. telah saya nyatakan

Kader posyandu lansia berkunjung ke rumah lansia yang tidak hadir dalam kegiatan posyandu lansia untuk memantau keadaan

Hal ini berarti besaran pengaruh dari variabel kepuasan kerja internal dan eksternal secara bersamaan terhadap komitmen organisasi karyawan BPJS Ketenagakerjaan

[r]

Berdasar pada hasil yang diperoleh pada kemampuan awal siswa dalam hal membaca, maka guru melakukan modifikasi untuk meningkatkan kemampuan membaca dengan memanfaatkan

dan prasarana Aparatur Jumlah Sarana dan Prasarana yang terpelihara 1 Mobil 5 Spd Motor 1 Mobil 5 Spd Motor 100% 4. Penyusunan Laporan Capaian kinerja dan ikhtisar

 Demikian pula, bila j adalah status transient, maka p ij (n) =v0 untuk semua i; yang berarti bahwa probabilitas sistem berada pada status transient setelah bertransisi