Perbandingan Tren
Plagiarism
di Indonesia dan Australia
Plagiarism atau plagiarisme dalam Bahasa Indonesia, merupakan penjiplakan yang menjiplak hak cipta (KBBI Daring, 2014). Plagiarisme merupakan sebuah
tindakan yang tidak terpuji terutama di dunia akademik, hal ini dikarenakan
plagiarisme dapat mencederai kode etik yang berlaku di dalam dunia akademik.
Plagiarisme terjadi di seluruh dunia, belakangan ini plagiarisme juga banyak terjadi
di Indonesia. Beberapa contoh kasus plagiarisme di Indonesia yang dapat kita ambil
seperti kasus dosen di Universitas Parahyangan (UNPAR) dan Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) yang melakukan plagiarisme, kasus plagiarisme
disertasi mahasiswa doktoral Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas
Gajah Mada (UGM), hingga kasus plagiarisme yang paling menghebohkan
seantero nusantara yaitu kasus Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
(PHU) Kementrian Agama, Anggito Abimanyu pada tulisannya di kolom opini
harian Kompas (Merdeka, 2014).
Tren plagiarisme di Indonesia yang berhasil terkuak dan diangkat oleh media
ini lebih banyak dilakukan oleh sivitas akademika pada level yang lebih tinggi.
Kasus terbaru plagiarisme yang ada bahkan lebih membuat kaget dunia akademik
Indonesia dan Asia, dimana seorang rektor dari salah satu universitas di Indonesia
melakukan plagiarisme terhadap karya mahasiswa di universitas tersebut. Felix
Kasim, rektor Universitas Maranatha Bandung, terbukti melakukan plagiarisme
terhadap hasil karya Andini Dwikenia Anjani, almuni universitas tersebut yang
lulus pada tahun 2008. Felix Kasim melakukan plagiarisme dengan mengutip hasil
penelitian tugas akhir Andini dan kemudian dijadikan makalah pada sebuah acara
simposium di Yogyakarta bulan Mei 2011. Akibat perbuataannya ini, Felix Kasim
diberhentikan sebagai rektor Universitas Maranatha Bandung dan menjalani
kehidupan baru dengan status sebagai plagiator (Tribunnews, 2014).
Sementara di negeri kangaroo Australia, plagiarisme lebih banyak dilakukan
oleh mahasiswa. Berdasarkan investigasi yang telah dilakukan, pada tahun 2013 di
kawasan Australia Barat saja terdapat 4000 mahasiswa yang mendapatkan surat
peringatan dikarenakan para mahasiswa melakukan plagiarisme, jumlah ini
meningkat 2 kali lipat dari tahun 2012 yaitu 2000 kasus (Kompas, 2013). Berbeda
Dede Sudrajattulloh
desudtulloh@gmail.com
dengan di Indonesia, di Australia kasus plagiarism didominasi oleh sivitas
akademika pada level yang lebih rendah.
Banyak alasan yang mungkin bisa menyebabkan maraknya tindakan
plagiarisme. Salah satunya menurut Professor Grady Venville, seorang wakil rektor
Universitas Western Australia, kesibukan mahasiswa yang berkuliah sambal
bekerja membuat mahasiswa melakukan banyak plagiarisme, hal ini dikarenakan
kemungkinan mahasiswa tersebut kelelahan atau pun masalah personal lainnya
(Kompas, 2013). Hal demikian juga mungkin berlaku di Indonesia, kegiatan
mahasiswa, dosen hingga rektor yang menumpuk dan menyibukan tentu menjadi
salah satu faktor mengapa banyak mahasiswa doktoral , dosen, bahkan rektor di
Indonesia yang melakukan aksi plagiarisme.
Banyaknya tekanan pekerjaan dan tugas membuat seorang individu dapat
menghalalkan segala cara demi memenuhi kewajiban dan tugasnya, apalagi di era
persaingan ketat seperti saat ini. Plagiarisme juga merupakan salah satu dari upaya
salah yang dihalalkan oleh segelintir orang guna mencapai tujuannya, baik di
Indonesia, di Australia, dan di belahan dunia manapun, plagiarism bukanlah sebuah
tindakan terpuji, sebaliknya tindakan ini merupakan tindakan tidak terpuji yang jika
dilakukan bukan hanya mencederai nama baik diri sendiri, tetapi juga nama baik
instansi yang menaungi serta menjadi beban moral seumur hidup.
Oleh karena itu, sebagai sivitas akademika yang menjunjung tinggi etika
penulisan ilmiah serta pengakuan hak cipta, kita sebaiknya tidak melakukan
tindakan plagiarism, karena yang dirugikan bukan hanya diri sendiri tetapi juga
banyak pihak. Serta pengawasan dan pencegahan aksi plagiarisme merupakan
tanggung jawab seluruh sivitas akademika terutama pada level internal universitas,
agar tindakan tersebut bisa ditanggulangi dan tidak sampai mencemarkan nama
Referensi
KBBI Daring (2014) ‘Plagiarisme.’ [Online]. Tesedia di: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/index.php (Diakses 20 Desember 2014).
Kompas (2013) ‘Semakin Banyak Mahasiswa di Australia Menjadi Plagiat.’
[Online]. Tersedia di:
http://internasional.kompas.com/read/2013/04/19/09161797/Semakin.Banya k.Mahasiswa.di.Australia.Menjadi.Plagiat (diakses 20 Desember 2014).
Merdeka (2014) ‘5 Kasus plagiarisme yang mengguncang dunia akademik.’ [Online]. Tersedia di: http://www.merdeka.com/peristiwa/5-kasus-plagiarisme-yang-mengguncang-dunia-akademi.html (Diakses 20 Desember 2014).