• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tingkat Kekotaan dengan Metode

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Tingkat Kekotaan dengan Metode"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS INDIVIDU

PENENTUAN KARAKTERISTIK WILAYAH BERDASARKAN HIRARKI KOTA

YANG DITINJAU DARI KELENGKAPAN FASILITAS PUBLIK

DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

TUGAS MATA KULIAH

METODE ANALISIS PERENCANAAN

Dosen Pengampu : Dr.sc.agr. Iwan Rudiarto, ST., M.Sc.

Oleh :

AFDEN MAHYEDA

21040117410029

FAKULTAS TEKNIK

MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 2

1.3. Tujuan dan Sasaran ... 2

1.4. Ruang Lingkup ... 2

1.4.1. Ruang Lingkup Substansi... 2

1.4.2. Ruang Lingkup Wilayah ... 2

BAB II RINGKASAN METODE ... 3

2.1. Metode Analisis Penentuan Hirarki... 3

2.1.1.Metode Scalogram... 3

2.1.2. Metode Indeks Sentralitas Marshall ... 3

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH ... 5

3.1 Letak Administratif dan Geografis ... 5

BAB IV ANALISIS PENETUAN HIRARKI KEKOTAAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH... 7

4.1. Analisis Pusat Pelayanan ... 7

4.2. Identifikasi Hirarki Keruangan Kota Kabupaten Lampung Tengah ... 10

BAB V PENUTUP... 15

5.1. Kesimpulan... 15

5.2. Saran dan Rekomendasi ... 16

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kota adalah konsentrasi kebudayaan manusia dan tergambar sebagai puncak peradaban dari suatu bangsa. Pontoh dan Kustiwan (2009:5) mendifinisikan kota sebagai lokasi dengan jumlah penduduk yang lebih besar dibandingkan tempat lain disekitarnya akibat dari hasil aktivitas penduduknya yang berhubungan dengan pemanfaatan lahan non pertanian. Dengan memiliki konsentrasi jumlah penduduk yang lebih besar, menyebabkan peningkatan terhadap kebutuhan ruang di kota lebih dominan, baik ruang untuk tempat tinggal mapun ruang untuk fungsi-fungsi lainnya.Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan ruang tersebut perlu adanya penggunaan lahan yang sesuai dengan potensi dan manfaatnya masing-masing.

Pada dasarnya perkembangan suatu wilayah secara faktual dapat berubah sesuai dengan kecepatan, dinamika, atau pola perkembangan kegiatan masyarakat setempat dan atau pengaruh perkembangan wilayah sekitarnya, yang tentunya akan memberikan kontribusi terhadap upaya kegiatan penataan ruang. Kegiatan penataan ruang terutama pada aspek perencanaan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan guna mengantisipasi segala bentuk kecenderungan perkembangan kegiatan masyarakat yang telah dan akan terjadi.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, maka rencana tata ruang di Indonesia dirumuskan secara berjenjang mulai dari yang bersifat umum sampai tingkatan yang rinci. Mengingat rencana tata ruang merupakan matra keruangan dari rencana pembangunan daerah dan bagian dari pembangunan nasional maka antara satu jenis rencana tata ruang dengan jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan saling berurutan satu sama lainnya serta dijaga konsistensinya baik dari segi substansi maupun operasionalisasinya. Pada tingkat kabupaten, umumnya produk RTRW Kabupaten hanya mengatur struktur dan pola pemanfaatan lahan dalam skala makro kabupaten, dan tidak cukup rinci untuk dijadikan landasan operasional pengendalian Pemanfaatan ruang untuk pembangunan sarana dan prasarana lingkungan kota.

(4)

orde dalam hirarki suatu kota. Selain itu pengembangan kawasan budidaya, seperti permukiman, perdagangan dan jasa serta kawasan yang merupakan basis dalam beraktifitas lainnya haruslah menempati lahan yang merupakan ditetapkan sebagai kawasan budidaya. Sehingga sektor yang bergerak diatasnya dapat berjalan dengan baik, selain itu sektor perekonomian yang mendukung keberlangsungannya pembangunan suatu daerah juga perlu diketahui agar pembangunan lebih berfokus pada pemanfaatan potensi daerahnya.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut dapat dikemukakan bahwa karakteristik tingkat kekotaan suatu wilayah dipengaruhi oleh kelengkapan fasilitas pendukung ruang aktivitas masyarakatnya. Dimana di Kabupaten Lampung Tengah belum memiliki gambaran yang spesifik mengenai pembagian wilayah berdasarkan kelengkapan fasilitas publik. Hal ini yang menjadikan Kabupaten Lampung Tengah memerlukan suatu gambaran tentang bagaimana model pembagian wilayah di Kabupaten Lampung Tengah berdasarkan orde hirarki kotanya yang ditinjau dari kelengkapan fasilitas pendukung aktivitas publiknya.

1.3.Tujuan dan Sasaran

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu memodelkan pembagian wilayah di Kabupaten Lampung Tengah berdasarkan orde hirarki kotanya yang ditinjau dari kelengkapan fasilitas pendukung aktivitas publiknya.

1.4.Ruang Lingkup

1.4.1. Ruang Lingkup Substansi

Ruang lingkup substansi yang dibahas dalam paper ini yaitu tentang penentuan hirarki kekotaan berdasarkan kelengkapan fasilitas Kabupaten Lampung Tengah menggunakan Indeks Sentralitas Marshall yang kelayakannya diukur dengan nilai COR (Coefficient of Reproducibility) dengan Metode Scalogram.

1.4.2. Ruang Lingkup Wilayah

(5)

BAB II

RINGKASAN METODE

2.1. Metode Analisis Penentuan Hirarki

Identifikasi kawasan perkotaan di Kabupaten Lampung Tengahditentukan bersadarkan keterpusatan pelayanan dan interaksi keruangan. Pada analisis ini metode yang digunakan yaitu metode skalogram dan indeks sentralitas marshall untuk menentukan keterpusatan layanan.

2.1.1.Metode Scalogram

Digunakan untuk menilai tingkat kelengkapan fasilitas pelayanan suatu tempat, dimana data dasar yang digunakan dapat diubah menjadi ukuran nominal. [0 untuk menyatakan fasilitas yang tidak ada atau tidak tersedia dan 1 untuk menyatakan fasilitas yang ada atau tersedia]. Selanjutnya adalah menarik garis pengelompokan tempat berdasarkan kelengkapan jenis fasilitas. Hasil pengelompokan tadi diuji dengan menggunakan COR (Coefficient of Reproducibility). Koefisien akan bernilai benar atau layak digunakan jika > 0,9. Adapun rumus COR adalah sebagai berikut :

2.1.2. Metode Indeks Sentralitas Marshall

Untuk menilai jumlah unit setiap jenis fasilitas pada suatu wilayah atau daerah amatan dibandingkan dengan wilayah atau daerah amatan lainnya. Maka yang akan dihasilkan nantinya adalah nilai keterpusatan fasilitas yang merupakan indikator kemampuan pelayanan. Makin tinggi nilai keterpusatan yang dihasilkan, maka akan semakin tinggi pula kemampuan pelayanannya. Dan hal inilah yang akan menunjukkan central place dan hirarki daerah amatan. Adapun tahapan perhitungannya adalah sebagai berikut :

Error COR = 1

(6)

• Membuat ulang tabel metode Skalogram dengan memasukkan data jumlah fasilitas yang sebenarnya.

• Memberi bobot pada masing-masing fasilitas dengan rumus :

• Mengalikan hasil C yang didapat dengan data jumlah fasilitas yang sebenarnya. • Memberi interval pada masing-masing wilayah atau daerah amatan, dengan rumus:

, dimana: I = Panjang interval Xmax = nilai tertinggi Xmin = nilai terendah orde = jumlah interval

orde atau jarak interval dihitung dengan rumus : 1+3,3 log n dimana : n = jumlah daerah amatan

• Menyusun wilayah atau daerah amatan yang ada berdasarkan nilai keterpusatan fasilitas. Semakin tinggi nilainya, maka semakin tinggi hirarkinya.

t C =

T

C = bobot dari atribut suatu fasilitas t = nilai sentralitas gabungan (100)

T = jumlah total dari atribut fasilitas

XmaxXmin I =

(7)

BAB III

GAMBARAN UMUM WILAYAH

3.1 Letak Administratif dan Geografis

Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu Kabupaten yang ada pada Provinsi Lampung. Ibu Kota dari Kabupaten Lampung Tengah adalah Gunung Sugih. Secara geografis Kabupaten Lampung Tengah terletak pada posisi 104° 35' sampai 105° 50" Bujur Timur, 4° 30' sampai 4° 15' Lintang Selatan Kabupaten Lampung tengah meliputi areal daratan 4.789,82 km2, terletak di bagian tengah Propinsi Lampung yang berbatasan dengan : Sebelah Utara : Lampung Utara, Kab. Tulang Bawang Barat, Kab. Tulang Bawang Sebelah Timur : Kab. Lampung Timur dan Kota Metro

Sebelah Selatan : Kab. Sawaran, Kab. Lampung Selatan, Sebelah Barat : Kab. Pringsewu, Kab. Tanggamus

Secara administrarif Kabupaten lampung Tengah terbagi menjadi 28 kecamatan, serta 307 kampung/kelurahan (termasuk UPT).

Tabel III.1 Gambaran Umum Wilayah Administrasi Kab. Lampung Tengah

No Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan/K ampung Luas Wilayah Jumlah

Penduduk

Luas Area (km2) (%) terhadap total

1 Padang Ratu 15 204.44 4.27 49.242

2 Selagai Lingga 13 308.52 6.44 32.428

3 Pubian 20 173.88 3.63 42.038

4 Anak Tuha 12 161.64 3.37 36.642

5 Anak Ratu Aji 6 68.39 1.43 15.948

6 Kalirejo 16 101.31 2.12 65.169

7 Sendang Agung 9 108.89 2.27 37.360

8 Bangun Rejo 16 132.63 2.77 57.308

9 Gunung Sugih 15 130.12 2.72 64.376

10 Bekri 8 93.51 1.95 26.019

11 Bumi Ratu Nuban 10 65.14 1.36 29.488

12 Trimurjo 14 68.43 1.43 50.665

13 Punggur 9 118.45 2.47 37.270

14 Kota Gajah 7 68.05 1.42 32.788

15 Seputih Raman 14 146.65 3.06 47.522

16 Terbanggi Besar 10 208.65 4.36 111.427

17 Seputih Agung 9 122.27 2.55 47.651

18 Way Pengubuan 7 210.72 4.40 38.236

19 Terusan Nunyai 7 302.05 6.31 46.030

20 Seputih Mataram 12 120.01 2.51 47.354

21 Bandar Mataram 12 1055.28 22.03 74.904

22 Seputih Banyak 13 145.92 3.05 43.192

23 Way Seputih 6 77.84 1.63 17.512

24 Rumbia 8 106.09 2.21 34.760

25 Bumi Nabung 6 108.94 2.27 31.890

26 Putra Rumbia 10 95.02 1.98 17.892

27 Seputih Surabaya 13 144.60 3.02 45.931

28 Bandar Surabaya 10 142.39 2.97 33.692

Kab. Lampung Tengah 307 4789.82 100 1.214.734

(8)
(9)

BAB IV

ANALISIS PENETUAN HIRARKI KEKOTAAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

4.1. Analisis Pusat Pelayanan

Dalam pengelompokan fasilitas Kabupaten Lampung Tengah ini akan dinilai dan diidentifikasi kecenderungan perkembangan kekotaan yang ada di Kabupaten Lampung Tengah. Dengan metode scalogram, maka dapat dilihat kecenderungan kekotaan yang terjadi, sehingga dapat diuji kecenderungan tersebut apakah sudah layak untuk dilakukan analisa keterpusatan ruang dalam rangka menunjukan pengelompokan atau hirarki keruangan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Berikut merupakan analisa scalogram di Kabupaten Lampung Tengah.

Berdasarkan tabel 4.1, maka dapat ditentukan interval dalam orde kota yang ada di Kabupaten Lampung Tengah sebagai berikut:

Dari interval tersebut, maka pengelompokan orde wilayah kota ditinjau dari kelengkapan fasilitas di Kabupaten Lampung Tengah dapat dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 4.2.

Pembagian Orde Wilayah Berdasarkan Karakteristik Kekotaan Yang Ditinjau Dari Kelengkapan Fasilitas Di Kab. Lampung Tengah Dengan Metode Scalogram

Orde I Terbanggi Besar, Padang Ratu, Kalirejo, Seputih Raman, Bandar Mataram, Seputih Banyak, dan Way Pengubuan

Orde II Kota Gajah, Seputih Agung, Rumbia, Selagai Lingga

Orde III

Bangun Rejo, Pubian, Anak Tuha, Sendang Agung, Bumi Ratu Nuban, Punggur, Gunung Sugih, Bandar Surabaya, Trimurjo, Seputih Raman, Bekri, dan Seputih Surabaya

Orde IV Terusan Nunyai dan Bumi Nabung Orde V

(10)
(11)

9

(12)

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa Coefficient of Reproducibility (COR) menunjukan angka 0,9586 atau lebih dari 0,9, sehingga proses pengelompokan keruangan tersebut bisa diterima dan boleh dilanjutkan pada tahap analisa hirarki keruangan dengan metode indeks sentralitas marshall.

4.2. Identifikasi Hirarki Keruangan Kota Kabupaten Lampung Tengah

Metode indeks sentralitas marshall digunakan untuk menilai jumlah unit setiap jenis fasilitas pada suatu wilayah atau daerah amatan dibandingkan dengan wilayah atau daerah amatan lainnya, sehingga akan dihasilkan nilai keterpusatan fasilitas yang merupakan indikator kemampuan pelayanan. Makin tinggi nilai keterpusatan yang dihasilkan, maka akan semakin tinggi pula kemampuan pelayanannya, dan hal inilah yang akan menunjukkan central place dan hirarki daerah amatan.

(13)

11

(14)

Tabel 4.5

Analisis Penentuan Hirarki Indeks Sentralitas Marshall

No Kecamatan

1 Terbanggi Besar 6.27 7.25 6.35 4.17 3.26 5.26 5.09 6.44 11.98 4.46 8.00 2.75 1.32 6.38 13.33 15.38 34.21 2.13 100.00 244.03 I

2 Padang Ratu 3.62 4.66 4.76 3.13 4.89 5.26 4.00 4.59 4.69 4.46 2.67 4.59 6.58 4.26 5.00 11.54 2.63 2.98 0.00 84.30 V

3 Kalirejo 5.71 4.15 4.76 5.21 5.21 5.26 5.97 6.28 5.21 7.14 5.33 0.92 5.26 10.64 10.00 11.54 6.58 2.13 0.00 107.30 IV

4 Seputih Raman 4.04 3.11 3.17 5.21 4.56 5.26 4.00 3.89 4.17 3.57 4.00 10.09 1.32 4.26 3.33 7.69 2.63 45.96 0.00 120.26 IV

5 Bandar Mataram 3.76 6.74 4.76 5.21 3.91 5.26 4.21 1.57 4.69 5.36 2.67 8.26 7.89 4.26 5.00 11.54 5.26 4.68 0.00 95.02 IV

6 Seputih Banyak 4.87 3.63 6.35 4.17 4.23 2.63 4.00 5.97 4.17 4.46 4.00 10.09 1.32 8.51 5.00 7.69 6.58 4.68 0.00 92.35 V

7 Way Pengubuan 2.51 3.63 3.17 4.17 2.28 2.63 2.78 2.35 2.08 3.57 4.00 1.83 3.95 2.13 1.67 3.85 1.32 2.55 0.00 50.47 VI

8 Kota Gajah 3.20 4.66 4.76 2.08 2.28 5.26 2.78 3.34 3.13 4.46 5.33 2.75 1.32 4.26 5.00 3.85 10.53 0.00 0.00 68.99 V

9 Seputih Agung 3.34 4.66 3.17 6.25 2.93 2.63 2.99 5.57 5.73 5.36 2.67 4.59 3.95 6.38 1.67 3.85 5.26 0.00 0.00 71.00 V

10 Rumbia 3.34 3.11 3.17 4.17 2.61 2.63 2.24 1.10 3.13 4.46 4.00 6.42 2.63 4.26 5.00 3.85 3.95 0.00 0.00 60.06 V

11 Bangun Rejo 5.15 5.18 6.35 2.08 4.89 5.26 6.38 5.14 2.60 3.57 5.33 3.67 6.58 2.13 5.00 3.85 0.00 0.00 0.00 73.17 V

12 Pubian 4.32 5.70 1.59 4.17 3.91 5.26 5.50 3.89 1.56 4.46 1.33 9.17 11.84 4.26 1.67 3.85 0.00 0.00 0.00 72.47 V

13 Selagai Lingga 3.62 5.18 1.59 3.13 4.23 2.63 3.32 2.35 2.08 0.89 2.67 1.83 5.26 2.13 3.33 3.85 0.00 2.55 0.00 50.66 VI

14 Anak Tuha 3.34 2.59 3.17 3.13 6.51 2.63 4.27 3.57 1.04 3.57 1.33 0.92 1.32 4.26 3.33 0.00 0.00 0.00 0.00 44.99 VI

15 Sendang Agung 3.34 3.63 3.17 4.17 2.93 2.63 3.19 3.81 2.08 4.46 4.00 3.67 10.53 2.13 3.33 0.00 0.00 1.28 0.00 58.35 V

16 Bumi Ratu Nuban 1.81 2.59 1.59 5.21 3.26 2.63 2.58 3.14 3.65 2.68 5.33 0.92 5.26 8.51 5.00 0.00 1.32 0.00 0.00 55.47 VI

17 Punggur 3.48 3.11 3.17 3.13 2.93 2.63 2.92 4.24 2.60 4.46 4.00 1.83 3.95 2.13 5.00 0.00 6.58 0.00 0.00 56.17 V

18 Gunung Sugih 4.87 4.66 4.76 2.08 5.21 5.26 5.50 6.75 5.73 3.57 8.00 2.75 1.32 6.38 0.00 3.85 2.63 0.00 0.00 73.33 V

19 Bandar Surabaya 2.09 1.55 1.59 3.13 3.26 2.63 3.26 3.61 3.13 6.25 2.67 2.75 5.26 2.13 0.00 0.00 1.32 2.55 0.00 47.17 VI

20 Trimurjo 5.85 3.11 4.76 4.17 4.56 5.26 4.07 4.51 3.13 2.68 6.67 1.83 2.63 0.00 0.00 0.00 1.32 1.70 0.00 56.25 V

21 Seputih Mataram 4.32 3.63 4.76 3.13 3.91 2.63 3.87 2.32 3.13 1.79 4.00 4.59 0.00 2.13 5.00 0.00 1.32 22.55 0.00 73.05 V

22 Bekri 2.23 2.59 3.17 2.08 2.61 2.63 2.58 2.71 2.60 2.68 4.00 1.83 0.00 0.00 1.67 3.85 2.63 0.00 0.00 39.86 VI

23 Terusan Nunyai 2.65 3.11 1.59 1.04 2.28 2.63 2.17 1.81 11.46 3.57 1.33 0.00 2.63 0.00 3.33 0.00 1.32 0.00 0.00 40.92 VI

24 Seputih Surabaya 4.18 2.07 4.76 5.21 4.23 2.63 4.61 4.36 4.17 4.46 4.00 0.00 0.00 4.26 5.00 0.00 2.63 0.85 0.00 57.43 V

25 Anak Ratu Aji 1.67 2.07 3.17 1.04 1.95 2.63 1.90 1.26 0.52 1.79 0.00 0.00 1.32 2.13 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 21.45 VI

26 Bumi Nabung 3.06 1.55 3.17 6.25 3.26 2.63 3.19 2.51 1.04 0.00 2.67 4.59 5.26 2.13 1.67 0.00 0.00 0.00 0.00 42.99 VI

27 Putra Rumbia 1.25 1.04 1.59 1.04 1.95 2.63 1.83 1.77 0.52 0.00 0.00 1.83 1.32 0.00 1.67 0.00 0.00 0.00 0.00 18.44 VI

28 Way Seputih 2.09 1.04 1.59 2.08 1.95 2.63 0.81 1.18 0.00 1.79 0.00 5.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3.40 0.00 24.07 VI

Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

(15)

13

(16)

Berdasarkan tabel analisa tersebut di atas, maka dapat ditentukan interval dalam hirarki keruangan yang ada di Kabupaten Lampung Tengah sebagai berikut.

Tabel 4.6.

5,78 37,60 206,43 - 244,03 I

≈ 6 ≈ 37,60

Dari interval tersebut, maka pengelompokan orde/hirarki keruangan kawasan Kota di Kabupaten Lampung Tengahdapat dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 4.7.

Pembagian Orde/ Hirarki Kota Berdasarkan Karakteristik Kekotaan Yang Ditinjau Dari Kelengkapan Fasilitas di Kab. Lampung Tengah Dengan Metode Indeks Sentralitas Marshall

: Hirarki I Terbanggi Besar : Hirarki II

-: Hirarki III

-: Hirarki IV Kalirejo, Seputih Raman, dan Bandar mataram

: Hirarki V

Padang Ratu, Seputih Banyak, Kota Gajah, Seputih Agung, Rumbia, Bangun Rejo, Pubian, Sendang Agung, Punggur, Gunung Sugih, Trimurjo, Seputih Mataram, dan Seputih Surabaya

: Hirarki VI

Way Pengubuan, Selagai Lingga, Anak Tuha, Bumi Ratu Nuban, Bandar Surabaya, Bekri, Terusan Nunyai, Anak Ratu Aji, Bumi Nabung, Putra Rumbia, dan Way Seputih

Sumber : Hasil Analisis, 2017

(17)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari pembahasan dan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan wilayah Kabupaten Lampung Tengah dengan mempertimbangkan aspek hirarki kota, dapat dilihat bahwa Kabupaten Lampung Tengah terbagi atas 6 orde/hierarki.

1. Untuk metode Scalogram, pembentukan orde wilayah 28 administrasi kecamatan berdasarkan karakteristik kekotaan yang ditinjau dari 19 fasilitas penunjang aktivitas masyarakat di Kabupaten Lampung Tengah didapatkan hasil sebagai berikut:

Orde/Hierarki Kecamatan

I Terbanggi Besar, Padang Ratu, Kalirejo, Seputih Raman, Bandar Mataram, Seputih Banyak, dan Way Pengubuan

II Kota Gajah, Seputih Agung, Rumbia, Selagai Lingga

III

Bangun Rejo, Pubian, Anak Tuha, Sendang Agung, Bumi Ratu Nuban, Punggur, Gunung Sugih, Bandar Surabaya, Trimurjo, Seputih Raman, Bekri, dan Seputih Surabaya

IV Terusan Nunyai dan Bumi Nabung

V

-VI Anak Ratu Aji, Putra Rumbia, dan Way Seputih

2. Untuk metode Indeks Sentralitas Marshall, pembentukan orde wilayah 28 administrasi kecamatan berdasarkan karakteristik kekotaan yang ditinjau dari 19 fasilitas penunjang aktivitas masyarakat di Kabupaten Lampung Tengah didapatkan hasil sebagai berikut:

Orde/Hierarki Kecamatan

I Terbanggi Besar

II

-III

-IV Kalirejo, Seputih Raman, dan Bandar mataram

V

Padang Ratu, Seputih Banyak, Kota Gajah, Seputih Agung, Rumbia, Bangun Rejo, Pubian, Sendang Agung, Punggur, Gunung Sugih, Trimurjo, Seputih Mataram, dan Seputih Surabaya

VI

Way Pengubuan, Selagai Lingga, Anak Tuha, Bumi Ratu Nuban, Bandar Surabaya, Bekri, Terusan Nunyai, Anak Ratu Aji, Bumi Nabung, Putra Rumbia, dan Way Seputih

(18)

5.2. Saran dan Rekomendasi

Sebaiknya pemerintah Kabupaten Lampung Tengah lebih memperhatikan hirarki kotanya dalam pengembangan wilayahnya sehingga tidak terjadi ketimpangan spasial dan pembangunan di wilayah Kabupaten Lampung Tengah akan lebih merata. Sebagai Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dapat menggali lebih dalam tentang analisis sektor basis dan potensial untuk pengembangan wilayah dan juga mengkaji bagaimana kesesuaian lahan terhadap rencana tata ruang di pusat-pusat pengembangan wilayah.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo, 2008, konsep dan teori Pengembangan Wilayah. Yogyakarta :Graha Ilmu

Badan Pusat Statistik.2017.Kabupaten Lampung TengahDalam Angka 2017.BPS:Lampung Tengah

Ernan Rustiadi dkk, 2011, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah,Cet 2- Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Muta’ali, Lutfi, 2015, Teknik Analisis Regional untuk perencanaan wilayah, tata ruang dan lingkungan,Cet 1.- Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG)

Gambar

Tabel III.1 Gambaran Umum Wilayah Administrasi Kab. Lampung Tengah
Gambar III.1. Peta Administrasi Kabupaten Lampung Tengah
Tabel 4.1.Penentuan Interval dan Orde Kota
Tabel 4.3
+6

Referensi

Dokumen terkait

Adapun persaksian yang dikaitkan dengan orang tertentu, maka caranya adalah dengan kita bersaksi bahwa si fulan atau beberapa orang tertentu merupakan penghuni

Secara operasional kepuasan kerja adalah pernyataan tercapainya suatu harapan yang menimbulkan perasaan senang terhadap pekerjaan yang diungkap dalam bentuk skor melalui

Objek i dalam i penelitian ini i adalah pembelajaran i Pendidikan Al Qur’an pada Sekolah Menengah Atas Negeri dikota Banjarmasin.. Keindahah tulisan

Bentuk gelombang tegangan dan arus input/ output serta spectrum harmonisa untuk metode Kontrol Fase ditunjukkan pada Gambar 12 dan 13. Tegangan output metode Kontrol

Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama dan patogen penyeebab penyakit tanaman yang

Manfaat yang diterima peserta PIR adalah meningkatnya pendapatan, memiliki penghasilan tetap, memiliki pekerjaan tetap, dapat hidup tenang dan nyaman karena sudah

Di sisi lain minyak goreng bekas (jelantah) yang merupakan buangan berbagai macam proses memiliki potensi yang tinggi untuk dijadikan bahan bakar karena memiliki kandungan

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat pencahayaan ( illumination levels ), ukuran objek kerja, bentuk objek kerja, kekontrasan, lama waktu untuk melihat objek kerja,