Kedudukan Perempuan Dalam Kepemimpinan Sinodal Gereja Kristen Prostestan
di Bali (GKPB) Dilihat dari Perspektif Sosio-Feminsis
Oleh
Debora Seilatu
NIM 71 2011 008
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Progam Studi Teologi, Fakultas Teologi
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains
Teologi (S.Si Teol)
PROGRAM STUDI TEOLOGI
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
MOTTO
“Akhir adalah Awal dari sesuatu yang baru”
Selama masih hidup, tidak ada kata akhir karena akhir dari
sesuatu adalah awal sesuatu yang baru, oleh sebab itu tetaplah
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan ungkapan terima kasih penulis naikan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih karunia dan tuntunan kasihNya kepada penulis yakni Vallian Sahusiwa selaku mahasiswa Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) sehingga boleh menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang Mahasiswa dalam bentuk Tugas Akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si Teol). Semua ini tidak dapat penulis lakukan tanpa kasih dan kemurahan Tuhan sebagai sang pemberi hidup. Penulis mengakui bahwa banyak suka duka yang dilalui penulis selama berproses sebagai seorang mahasiswa. Tapi semua itu bisa penulis lalui berkat orang-orang disekitar penulis yang Tuhan pakai untuk menjadi motivator dan penyemangat sehingga penulis bisa menjalaninya dengan baik. Tugas Akhir yang bisa penulis selesaikan ini, tidak akan menjadi suatu karya yang baik tanpa ada dukungan dan doa dari berbagai pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mau mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. David Samiyono sebagai pembimbing I yang selalu membantu dan membimbing penulis di tengah kesibukannya sebagai seorang dosen, bisa meluangkan waktunya untuk memberikan masukan-masukan, motivasi yang berarti dalam penulisan Tugas Akhir ini sehingga bisa selesai dengan baik.
2. Ira Desiawanti Mangililo, P.hD, sebagai pembimbing II yang menjadi tempat bertukar pikiran dengan penulis, yang selalu memberikan dukungan, saran-saran dan nasihat-nasihat yang diberikan kepada penulis tidak hanya untuk Tugas Akhir saja tetapi juga supaya menjadi pelayan Tuhan yang siap untuk melayani dengan sepenuh hati.
3. Seluruh dosen Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana yang membantu penulis berproses selama perkuliahan untuk siap menjadi pelayan Tuhan nantinya. Ucapan terima kasih juga untuk para staf TU Fakultas Teologi, Ibu Budi yang membantu penulis dalam mengetahui informasi-informasi tentang kuliah dan juga doa dan semangat untuk penulis.
5. Ibu Maureen dan Bapak Dave, terima kasih telah menjadi orang tua saya yang memberikan semangat, motivasi lewat dana cuma-cuma yang telah diberikan selama kuliah. Tugas Akhir ini juga menjadi hadiah untuk kalian.
6. Keluarga di Buduk Bapak Pdt. Dr. I Nengah Ripa, terima kasih buat doa dan dukungan selama ini.
7. Keluarga besar Panti Asuhan Widhya Asih Melaya, terutama Mbok Komang Puriani sekeluraga, Bapak Franky Wardana, serta adik-adik di Panti yang selalu memberikan motivasi, semangat dan selalu mendoakan penulis dalam studi.
8. Jemaat GKPB Galang Ning Hyang Abianbase dan GKPB PNIEL Blimbingsari yang telah bersedia meluangkan waktu membantu penulis untuk memberikan data-data untuk penelitian dalam Tugas Akhir ini.
9. Saudara terkasih Kak FLM yang selalu menemani, mendoakan dan membantu penulis sehingga bisa selesai dengan baik.
10. Teman-teman angkatan 2011 yang selalu menjadi bagian penting selama penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Teologi ini, “I can’t smile without you”. Kita bukan teman, tetapi kita adalah keluarga.
Akhir kata, pada kesempatan ini juga penulis dari lubuk hati yang paling dalam memohon maaf apabila selama studi, penelitian, maupun dalam penyusunan dan penyelesaian Tugas Akhir ini ada yang kurang berkenan di hati baik dalam perkataan, tindakan yang penulis lakukan. Semoga Tugas Akhir tidak hanya menjadi syarat untuk mendapatkan gelar saja, tetapi juga dapat bermanfaat dan menjadi berkat buat pembaca. Tuhan memberkati kita semua.
Salatiga 23 September 2015
DAFTAR ISI
COVER ...i
LEMBAR PENGESAHAN ...ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ...iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ...iv
2.1.Perempuan Dalam Budaya Bali ...4
2.2.Teori Patriaki ...6
2.3.Teori Feminis ...7
2.4.Kepemimpinan Dengan Perspektif Gender ...10
3. HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA ...11
3.1.Gambaran Umum Wilayah Penelitian ...11
3.2.GKPB Jemaat Galang Ning Hyang, Abianbase ...12
3.2.1. Sejarah GKPB jemaat Galang Ning Hyang, Abianbase …………...…...12
3.2.2. Kehidupan Jemaat GKPB jemaat Galang Ning Hyang, Abianbase …...…...14
3.3.GKPB Jemaat PNIEL, Blimbingsari ...16
3.3.1. Sejarah GKPB jemaat PNIEL, Blimbingsari ………...16
3.3.2. Kehidupan Jemaat GKPB jemaat PNIEL, Blimbingsari …………...…...16
3.4.Kedudukan perempuan dalam kepemimpinan GKPB jika dilihat dari perspektif budaya ...18
3.5.Penyebab Pendeta perempuan tidak pernah menjabat sebagai seorang Bishop di GKPB ...20
4. PENUTUP ...22
KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KEPEMIMPINAN SINODAL
GEREJA KRISTEN PROTESTAN DI BALI (GKPB) DILIHAT DARI
PERSPEKTIF SOSIO-FEMINIS
Debora Seilatu ABSTRAK
Penelitian ini merupakan upaya untuk memahami bagiamana kedudukan perempuan di Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) terutama di kedudukan kepemimpinan dengan keadaan Bali yang masih sangat kental dengan budaya patriaki. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara secara mendalam terhadap informan yang berpengalaman serta mengerti akan budaya Bali dan GKPB. Kemudian data diolah dan disajikan melalui teknik analisa dekriptif. Penelitian ini mengambil lokasi di dua tempat, yaitu GKPB jemaat Galang Ning Hyang di Abianbase dan GKPB jemaat PNIEL di Blimbingsari. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori budaya, feminisme dan kepemimpinan jender. Kedudukan perempuan aras jemaat di GKPB dilihat dari perspektif budaya feminis saat ini sudah tidak menjadi suatu masalah yang dikhawatirkan, namun kedudukan perempuan di GKPB di aras Sinode masih sangat memprihatinkan karena GKPB harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan warga di Bali sehingga GKPB pun menganut budaya yang sama dengan budaya Bali, yaitu budaya patriaki. Hingga saat ini, pendeta perempuan tidak pernah menjabat di jabatan tertinggi di GKPB yaitu sebagai Bishop karena budaya patriaki yang masih sangat mempengaruhi pola berpikir warga jemaat GKPB termasuk warga jemaat perempuan.
