BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) pada sebuah pabrik produksi merupakan suatu terobosan rangkaian proses dan aliran produk yang saling terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan pasokan bahan baku. Pada suatu
supply chain ada 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya (Nyoman Pujawan, 2005). Kinerja dari supplier sangat menentukan apakah proses produksi dapat berjalan dengan baik dan efisien.
(S2), dan CV. Iswadi (S3). Dari hasil pengamatan awal terlihat adanya indikasi terjadinya kendala pada supply bahan baku langsung dari supplier seperti diuraikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Waktu dan Jumlah Pengiriman dari Setiap Pemasok (Supplier)
perusahaan meminta bahan sebanyak 125.000 Kg namun dipenuhi hanya 122.387 Kg.
Tabel 1.2. Jumlah Bahan Baku yang Dikembalikan Periode Januari 2015
Minggu Ke- Bahan Baku Diterima
Masuk
Bahan Baku Dikembalikan Kriteria Pengembalian
I 122.387 Kg - -
II 111.176 Kg S1 = 4.500 Kg Berkarat > 75%
III 64.319 Kg S1 = 1.800 Kg Berkarat >70%
IV 20.701 Kg S1 = 3.451 Kg Tumpukan pasir yang mengeras
Sumber: PT. Asia Raya Foundry
Selama ini proses pengadaan bahan baku langsung tersebut dilakukan oleh tiga supplier yang bekerjasama dengan PT. Asia Raya Foundry secara kontinu dengan harga beli bahan baku Rp 3.800/kg. Perusahaan didalam melakukan produksi perlu mendapatkan pasokan bahan baku langsung yang lancar sehingga kinerja para pemasok perlu dinilai. Keberlanjutan kerjasama berikutnya sangat tergantung dengan penilaian kinerja supplier selama ini, hanya saja sistem penilaian yang dilakukan oleh pihak pabrik masih secara subjektif dan dalam bentuk kualitatif saja sehingga manajemen perusahaan tidak dapat menentukan
supplier yang benar-benar memiliki kinerja terbaik dan dapat dipertahankan sebagai rekanan yang mendukung proses produksi di pabrik. Hal ini harus dianalisis menggunakan penelitian ilmiah sehingga perusahaan mengetahui secara kuantitaif bagaimana kinerja supplier perusahaan.
Metode ini digunakan dengan melihat 3 proses inti kinerja eksternal supply chain. Kinerja supplier bahan baku utama kemudian akan dinilai bobotnya menggunakan
Analytical Hierarchy Process. Penilaian ini tidak hanya dilakukan terhadap satu faktor saja namun dilakukan penilaian lain yang mendukung untuk melakukan evaluasi pemasok berdasarkan teori Supply Chain Management.
Penelitian mengenai SCOR dan AHP pernah dilakukan dalam beberapa jurnal ilmiah. Yandra (2014) melakukan penelitian tentang Pendekatan Kinerja menggunakan Supply Chain Operation Refrencess (SCOR) dan Fuzzy Analytical Hierarchy Process (AHP). Pada penelitian dibahas tentang penilaian supplier
pada salah satu Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) yang berada di Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur performa yang dilakukan dengan pendekatan supply chain operation refrencess (SCOR) dengan fuzzy analytichal hierarchy process (AHP). Kesimpulan yang diperoleh dari perhitungan fuzzy AHP bahwa perusahaan harus segera memprioritaskan pengelolaan aset khususnya persediaan untuk segera diperbaiki. Fokus perbaikan pada kemampuan perusaaan untuk menjual produknya secara efektif. Selanjutnya Yuni (2013) melakukan penelitian yang berjudul Perancangan Sistem Penilaian dan Seleksi Supplier dengan Menggunakan Metode AHP dan Traffic Light System
terbaik dari tiga Supplier perusahaan berhasil diraih oleh PT X dengan skor 91%. Sedangkan PT Y meraih skor 79% dan PT Z meraih skor 65%.
Hasil dari kedua penelitian ini menjadi alasan bahwa permasalahan yang dihadapi perusahaan dapat diselesaikan dengan menggunakan metode yang sama.
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang menjadi bahasan utama dalam penelitian ini adalah perusahaan secara ilmiah belum melakukan pengukuran kinerja para supplier
dalam memasok bahan baku langsung. Masalah yang biasanya terjadi pada
supplier adalah tidak tepatnya waktu pengiriman bahan baku langsung, jumlah bahan baku langsung yang dikirim jumlahnya tidak sesuai yang diminta dan kualitas bahan baku tidak sesuai dengan yang ditetapkan perusahaan sehingga menyebabkan bahan baku yang sudah dikirim dikembalikan ke supplier. Diantara masalah tersebut akan diteliti faktor mana yang paling dominan menyebabkan terganggunya kinerja supplier sehingga hasil penelitian dapat menunjukkan alternatif supplier yang berkinerja unggul.
1.3. Tujuan dan Manfaat