• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Persepsi Lingkungan Kerja dan Tipe Kepribadian Neuroticism terhadap Stres Kerja Pegawai di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Persepsi Lingkungan Kerja dan Tipe Kepribadian Neuroticism terhadap Stres Kerja Pegawai di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dengan berlakunya Undang-Undang No. 15 tahun 1985 tentang

Ketenagalistrikan, Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara ditetapkan

sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK). Dalam rangka

meningkatkan efisiensi dan efektifitas usaha penyediaan tenaga listrik,

maka pada tanggal 16 Juni 1994 terbitlah Peraturan Pemerintah

No.23/1994 yang isinya menetapkan status PLN yang berubah dari

Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara dialihkan bentuknya menjadi

Perusahaan Perseroan (PERSERO) (Portal perusahaan, 2014).

Sejak status perusahaan berubah, perkembangan kelistrikan di

Sumatera Utara terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

begitu pesat. Hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah

pelanggan, perkembangan fasilitas kelistrikan, kemampuan pasokan listrik

dan indikasi-indikasi pertumbuhan lainnya. Untuk mengantisipasi

pertumbuhan dan perkembangan kelistrikan Sumatera Utara dimasa

mendatang serta sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan

jasa kelistrikan, maka berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor

078.K/023/DIR/1996 tanggal 8 Agustus 1996, dibentuklah organisasi baru

bidang jasa pelayanan kelistrikan yaitu PT PLN (Persero) Pembangkitan

(2)

Dengan pembentukan Organisasi baru PT. PLN (Persero)

Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara yang terpisah dari

PT PLN (Persero) Wilayah II, maka fungsi – fungsi pembangkitan dan

penyaluran yang sebelumnya dikelola oleh PT PLN (Persero) Wilayah II

berpisah tanggung jawab pengelolaannya ke PLN Pembangkitan dan

Penyaluran Sumbagut. Sementara itu, PT PLN (Persero) Wilayah II

berkonsentrasi pada bidang distribusi dan penjualan tenaga listrik. Pada

Tahun 2003 PT PLN (Persero) Wilayah II berubah namanya menjadi PT

PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara (Portal perusahaan, 2014).

PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dengan mottonya

Listrik untuk kehidupan yang lebih baik (Electricity for a Better Life)

merupakan pusat dari kegiatan dan gabungan dari hasil kinerja untuk

wilayah Sumatera Utara atau disebut Sumbagut (Sumatera Bagian Utara).

Wilayah Sumatera Utara terdiri dari delapan area, yaitu area Medan,

Binjai, Lubuk Pakam, Siantar, Rantau Prapat, Padang Sidempuan, Sibolga

dan Nias. Semua kinerja setiap area sangat mempengaruhi kinerja di

kantor wilayah Sumatera Utara. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi

kinerja suatu organisasi, antara lain motivasi organisasi (sejarah, misi,

budaya, insentif/imbalan), kapasitas organisasi (strategi kepemimpinan,

SDM, manajemen keuangan, proses organisasi, program manajemen,

infrastruktur, rantai institusional), dan lingkungan kerja (Kurniawati,

(3)

Lingkungan kerja adalah keadaan di sekitar tempat kerja pada

waktu karyawan melakukan pekerjaannya. Lingkungan kerja yang baik

akan membawa pengaruh yang baik kepada karyawan, pimpinan, dan

hasil pekerjaannya (Anorogo&Widiyanti dalam Khotimah, 2009).

Keadaan tersebut dapat mempengaruhi kesejahterahan karyawan, sehingga

karyawan akan berusaha untuk menghasilkan pekerjaan yang maksimal

(Baron & Greenberg dalam Khotimah, 2009). Sebaliknya lingkungan kerja

yang buruk dapat menimbulkan stres di tempat kerja. Stres atau

ketegangan timbul sebagai suatu hasil ketidakseimbangan antara persepsi

orang tersebut mengenai tuntutan yang dihadapinya, dan persepsinya

mengenai kemampuannya untuk menanggulangi tuntutan tersebut (Rice,

1992).

Wilayah kerja PT. PLN (Persero) yang berada di Nias terbagi ke

dalam dua rayon, yaitu Gunung Sitoli dan Teluk Dalam. Masing-masing

rayon memiliki unit PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel)

sendiri-sendiri. Area Nias terdiri dari kurang lebih 75 orang pegawai. Para

pegawai staff rata-rata berusia dibawah 30 tahun, freshgraduated,

berpendidikan rata-rata Diploma dan Strata Satu. Mereka direkrut melalui

seleksi langsung dari pusat Jakarta dan setelah diterima para karyawan

baru ini mengikuti OJT (On the Job Training), Prajabatan, dan

mendapatkan Surat Keputusan penempatan. Para pegawai atau karyawan

(4)

Dengan kondisi yang ada para pegawai atau karyawan di area Nias

berkeinginan untuk keluar dan pindah dari area Nias.

Dari hasil pre-eliminary research yang dilakukan di area Nias

ternyata dari data kuesioner, diperoleh data bahwa 65% karyawan

mengalami stres kerja, 10% karyawan mengalami motivasi kerja yang

menurun, 8% karyawan memiliki beban kerja berat, 5% bermasalah

dengan kepemimpinan, dan 12% karyawan bermasalah dengan

lingkungan kerjanya.

Stres kerja muncul karena adanya stressor atau pemicu stres yang

menurut Robbins (2014) ada tiga yaitu : Lingkungan, Organisasi dan

Individu. Ketidak pastian lingkungan mempengaruhi tingkat stres pada

karyawan dalam organisasi. Sementara organisasi adalah suatu kesatuan

sosial yang di koordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang

relatif dapat diidentifikasi yang bekerja untuk suatu tujuan bersama.

Mereka bekerja dalam satu wadah yaitu lingkungan kerja. Lingkungan

kerja merupakan keadaan di sekitar tempat kerja pada waktu karyawan

melakukan pekerjaannya dan keadaan ini merupakan keadaan yang sangat

mempengaruhi kesejahterahan karyawan sehingga karyawan akan berdaya

guna untuk menghasilkan hasil kerja (Wesik, 2004).

Dalam memahami sumber stres kerja, harus dilihat bahwa stres

kerja ini sebagai suatu interaksi dari beberapa faktor. Penyebab stres

ditempat kerja yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal

(5)

kepribadian dan persepsi karyawan itu sendiri. Stres kerja tersebut di

sebabkan reaksi terhadap stimulus akan sangat tergantung pada reaksi

subyektif individu masing-masing. Sumber stres kerja yang lain seperti

kondisi pekerjaan, peran, lingkungan kerja baik fisik maupun psikologis,

hubungan interpersonal, kesempatan pengembangan karier, dan struktur

organisasi (Rice, 1992).

Stres kerja adalah interaksi dari kondisi kerja dengan sifat-sifat

pekerjaan karyawan, yang dapat merubah fungsi-fungsi psikologis yang

normal menjadi tidak normal. Stres juga meningkatkan kinerja karyawan.

Keduanya menjadi sangat penting untuk perusahaan dan karyawannya,

dinyatakan oleh Beehr dan Newman (dalam Rice, 1992).

Menurut Rice (1992) seseorang dapat dikategorikan mengalami

stres kerja, jika stres yang dialami disebabkan oleh masalah-masalah yang

timbul di organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja. Stres kerja

merupakan stres yang kemunculannya mengacu pada pekerjaan seseorang

(Austin, 2004). Sedangkan menurut Robbins (2014) stres dapat

didefinisikan sebagai suatu kondisi dinamis dimana seorang individu

dihadapkan pada peluang, tuntutan atau sumber daya yang terkait dengan

apa yang dihasratkan individu tersebut, yang hasilnya dipandang tidak

pasti dan penting. Stres bisa positif juga bisa negatif. Stres positif berupa

stres yang mengandung tantangan atau stres yang menyertai di lingkungan

kerja, seperti beberapa proyek yang harus diselesaikan bersamaan,

(6)

negatif merupakan suatu hambatan atau stres yang menghalangi untuk

mencapai tujuan. Contohnya seperti birokrasi, politik kantor, kebingungan

yang terkait tanggung jawab pekerjaan.

Stres yang negatif menimbulkan kondisi kerja karyawan yang

buruk. Seberapa jauh akibat yang akan ditimbulkan oleh kondisi kerja

tergantung pada bagaimana cara individu mempersepsikannya. Setiap

individu mempunyai persepsi yang berbeda terhadap suatu hal walaupun

berada didalam situasi yang sama. Apabila karyawan memiliki persepsi

yang positif terhadap lingkungan kerjanya, maka karyawan akan

menerima hal tersebut sebagai hal yang menyenangkan. Sebaliknya, bila

karyawan memiliki persepsi yang negatif terhadap lingkungan kerja, maka

karyawan akan menerima hal tersebut sebagai sesuatu yang tidak

menyenangkan (Andriani, 2004).

Wineman (2004) menyatakan bahwa setiap lingkungan kerja selalu

meliputi kondisi lingkungan fisik dan lingkungan psikologis. Lingkungan

fisik merupakan keadaan ruangan beserta perlengkapan yang mendukung.

Sedangkan lingkungan psikologis merupakan kondisi organisasi dan

interaksi sosial didalamnya. Wesik (2004) menyebutkan bahwa

lingkungan psikologis adalah keadaan sekitar tempat kerja pada waktu

individu melakukan pekerjaan dan kecenderungan ini merupakan keadaan

yang dapat mempengaruhi kesejahterahan individu, sehingga individu

(7)

Lingkungan kerja psikologis merupakan faktor penting dan

berpengaruh terhadap karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.

Lingkungan kerja psikologis sangat mempengaruhi keadaan karyawan

dalam bekerja, dimana lingkungan kerja psikologis yang buruk bisa

menimbulkan kelelahan, ketegangan emosi, serta motivasi yang rendah.

Hal tersebut juga bisa memicu timbulnya stres dalam pekerjaan.

Sebaliknya, apabila lingkungan kerja psikologis yang baik menciptakan

motivasi tinggi dan tidak menimbulkan kelelahan serta ketegangan emosi

pada karyawan (Kartono, 2004).

Selain lingkungan kerja, faktor selanjutnya yang menjadi pemicu

stres kerja adalah kepribadian. Setiap individu atau karyawan memiliki

kepribadian yang berbeda-beda. Ada yang memiliki kepribadian yang

tidak bermasalah dengan emosinya, dan ada juga yang bermasalah dengan

emosi negatifnya (Tuten & Bosnjak, 2001). Kepribadian yang mengacu

pada kecenderungan individu untuk menjadi marah atau emosional

merupakan tipe kepribadian neuroticism (Goldberg, 2000). Tipe

kepribadian neuroticism adalah kepribadian yang menggambarkan

seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa

khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil dan

mengubah perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan Pervin ( dalam

Eysenck, 1990).

Dalam penelitian Knight & Shurgot (2005) tipe kepribadian

(8)

menurut Supervisor Perencanaan pegawai dan pengembangan organisasi,

ada pegawai atau karyawan yang akhirnya resign karena stres, cemas ,

kuatir, kurang penyesuaian, emosional, dan cepat bosan.

Karyawan merasa menemukan kesalahan pada berbagai aspek,

yakni lingkungan kerja, hubungan dengan rekan kerja, bereaksi negatif

terhadap saran yang ditujukan pada karyawan tersebut (Schultz&Schultz,

2002). Individu yang memiliki tipe kepribadian neuroticism, memiliki

karakteristik neuroticism dengan skor tinggi memiliki sifat mudah kuatir,

cemas, emosional, merasa tidak nyaman, kurang penyesuaian, dan

kesedihan yang tidak memiliki alasan yang menyebabkan seseorang

mudah mengalami stres (Pervin, 2005).

Apabila para karyawan mengalami stres kerja, maka kinerja dari

perusahaan akan mengalami hambatan. Demikian juga dengan persepsinya

terhadap lingkungan kerja buruk, maka menjadikan produktivitas

karyawan menurun (Sunarto, 2004). Stres kerja atau ketegangan timbul

sebagai hasil ketidakseimbangan antara persepsi individu terhadap

tuntutan kerja yang dihadapinya dengan persepsi individu mengenai

kemampuannya untuk menanggulangi tuntutan tersebut (Rice, 1992). Stres

kerja juga berhubungan dengan situasi lingkungan yang dipersepsikan

sebagai suatu tekanan yang melampaui kemampuan dan keadaan diri

seseorang untuk mengatasinya (Mc. Grath dalam Candraiah, 2003). Selain

persepsi lingkungan kerjanya, stres kerja juga sangat dipengaruhi oleh tipe

(9)

kuatir, cemas, emosional, merasa tidak nyaman, kurang penyesuaian dan

kesedihan yang tidak memiliki alasan merupakan ciri-ciri tipe kepribadian

neuroticism (Pervin, 2005).

Dari latar belakang permasalahan yang telah di uraikan diatas,

maka permasalahan yang akan diteliti yaitu bagaimana pengaruh persepsi

terhadap lingkungan kerja dan tipe kerpibadian neuroticism terhadap stres

kerja para karyawan PT. (Persero) wilayah Sumatera Utara area Nias.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,

maka secara terperinci masalah yang akan diteliti adalah apakah persepsi

lingkungan kerja pegawai berpengaruh terhadap stres kerja dan tipe

kepribadian neuroticism dari para pegawai berpengaruh terhadap stres

kerja.

Dari masalah diatas maka dapat diperoleh rumusan penelitian

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh persepsi lingkungan kerja dan tipe

kepribadian neuroticism terhadap stres kerja pegawai di PT

PLN Wilayah Sumut?

2. Bagaimanakah pengaruh persepsi lingkungan kerja terhadap

stres kerja pegawai di PT PLN Wilayah Sumut?

3. Bagaimanakah pengaruh tipe kepribadian neuroticism terhadap

(10)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan pada PT PLN Wilayah Sumut

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh persepsi lingkungan kerja dan tipe

kepribadian neuroticism terhadap stres kerja pegawai pada PT

PLN Wilayah Sumut.

2. Untuk mengetahui pengaruh persepsi lingkungan kerja

terhadap stres kerja pegawai pada PT PLN Wilayah Sumut.

3. Untuk mengetahui pengaruh tipe kepribadian neuroticism

terhadap stres kerja pegawai pada PT PLN Wilayah Sumut.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini :

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi disiplin ilmu

psikologi, khususnya bidang Psikologi Industri dan Organisasi (PIO),

terutama yang mengkaji tentang persepsi lingkungan kerja, tipe

kepribadian neuroticism dan stres kerja.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber kepustakaan

atau informasi untuk penelitian Psikologi Industri dan Organisasi

sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan penunjang untuk bahan

(11)

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah :

a) Dapat memberikan informasi kepada organisasi mengenai

gambaran tingkat stres kerja pegawai, gambaran tentang tipe

kepribadian neuroticism, dan gambaran tentang persepsi

lingkungan kerja pegawai PT. PLN Wilayah Sumut area Nias.

b) Dapat memberikan informasi kepada organisasi mengenai

pengaruh persepsi lingkungan kerja dan tipe kepribadian

neuroticism terhadap stres kerja pegawai PT. PLN Wilayah Sumut

area Nias.

c) Dapat menjadi dasar saran atau masukan untuk organisasi sehingga

dapat membuat rancangan intervensi yang tepat. Sehingga

rancangan intervensi tersebut dapat membantu pegawai dalam

mengelola tingkat stres kerja.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Bab ini yang menguraikan latar belakang masalah penelitian,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian baik

secara teoritis maupun secara praktis, dan sistematika penulisan.

(12)

Bab ini yang menguraikan landasan teori yang mendasari masalah

yang menjadi obyek penelitian, yaitu tentang persepsi lingkungan

kerja, tipe kepribadian neuroticism, dan stres kerja. Memuat

landasan teori beserta aspek-aspek, gejala-gejala, faktor-faktor

penyebab, dampaknya, bagaimana dinamikanya dan sebagainya,

mengemukakan Hipotesa penelitian.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini yang menguraikan identifikasi variabel, definisi

operasional variabel, populasi, sampel penelitian, tehnik

pengambilan sampel, metode pengumpulan data, validitas, uji

daya beda item dan reliabilitas alat ukur, prosedur penelitian

serta metode analisa data yang digunakan untuk mengolah hasil

data penelitian.

Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini yang menguraikan gambaran subyek penelitian, hasil

utama penelitian, hasil tambahan penelitian, dan pembahasannya.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berupa kesimpulan yang berisikan hasil dari penelitian

yang telah dilaksanakan, terdapat diskusi terhadap data-data yang

diperoleh, dan saran yang berisikan saran-saran praktis sesuai

hasil dan masalah penelitian, dan saran-saran metodologis untuk

(13)

Rancangan Intervensi

Merupakan rancangan intervensi yang diusulkan peneliti untuk

solusi dari permasalahan yang terjadi terhadap pegawai PT PLN

Referensi

Dokumen terkait

- Melafalkan kata dan kalimat surat Al Hujurat ayat 13 sesuai makhraj dengan fasih. - Membaca Surat Al Maidah

Informasi yang diberikan aplikasi penyewaan studio band ini merupakan suatu informasi yang berfungsi untuk memberikan informasi tentang jadwal penyewaan studio band serta

SEKOLAH : SD Negeri Menjangan MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam. KELAS/SEMESTER

Modul ini dibuat dengan menggunakan fasilitas-fasilitas yang telah disediakan oleh Macromedia Authorware, adapun Fasilitas yang di sediakan Knowledge Objects, Icon Palete,

1) Ketergantungan akan bahan bakar fosil mengakibatkan menipisnya pasokan energi dan perlunya pengembangan Energi Baru dan Terbarukan seperti biogas, air, panas bumi, serta

Dengan website profil kesehatan yang disajikan secara online, lewat koneksi ke internet, maka diharapkan dapat dinikmati oleh setiap masyarakat dan juga dapat menjadi pembanding

Pada era teknologi sekarang ini telah banyak media cetak maupun elektronik yang dapat menampung iklan dari suatu produk Penulis membahas cara pembuatan animasi untuk mengiklankan

Misi ini untuk mewujudkan peningkatan pembangunan ekonomi bagi semua (inklusif), sekaligus meningkatkan kemandirian dan kemampuan daya saing, terutama berbasis