• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keaktifan Belajar dan Sikap Ilmiah Mahasiswa pada Perkuliahan Kajian Matematika Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keaktifan Belajar dan Sikap Ilmiah Mahasiswa pada Perkuliahan Kajian Matematika Sekolah Dasar"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Keaktifan Belajar dan Sikap Ilmiah Mahasiswa pada

Perkuliahan Kajian Matematika Sekolah Dasar

Sugiyono1, dan Joko Sutrisno2

1sugiyonopacitan@gmail.com, 2jokosutrisno1945@gmail.com 1

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2Pendidikan Bahasa Inggris STKIP PGRI Pacitan

AbstrakMakalah ini membahas tentang keaktifan belajar dan sikap ilmiah Mahasiswa dalam mengikuti kegiatan perkuliahan. Makalah ini merupakan hasil penelitian diskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan terhadap mahasiswa kelas A dan kelas B semester II Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP PGRI Pacitan pada perkuliahan Kajian Matematika Sekolah Dasar. Data penelitian hasil observasi, hasil angket, dan wawancara yang dianalisis secara deskriptif. Teknik yang digunakan dalam pengambilan subjek adalah sampling purposive. Pertimbangan pengambilan subjek berdasarkan hasil observasi dan angket. Selanjutnya dilakukan wawancara kepada subjek yang terpilih untuk mempertajam hasil diskripsi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model Miles dan Huberman yang meliputi; reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keaktifan belajar yang paling banyak untuk kelas A pada kategiori kurang sebesar 43,59%, sedangkan untuk kelas B pada kategori sedang sebesar 37,14%. Untuk hasil identifikasi sikap ilmiah mahasiswa yang paling dominan baik kelas A dan kelas B sama yakni pada kategori sangat kurang, dengan persentase masing-masing 71,79% dan 40,00%.

Kata kunci: belajar, ilmiah, keaktifan, sikap

I. PENDAHULUAN

Kegiatan belajar mengajar idealnya dapat mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang dimiliki, hal ini sesuai dengan amanah undang-undang [1] sistem pendidikan nasional. Dalam menciptakan suasana belajar aktif tentunya membutuhkan macam-macam strategi dan implementasi metode pembelajaran yang tepat. Karena tidak semua peserta didik mampu mengikuti proses pembelajaran secara aktif. Menurut [2] aktivitas belajar merupakan segala sesuatu yang dilakukan peserta baik fisik maupun mental/non fisik dalam proses pembelajaran atau suatu bentuk interaksi (guru dan siswa) untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang menyangkut kognitif, afektik dan psikomotor dalam rangka untuk mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang diutamakan dalam pembelajaran adalah aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik. Selanjutnya [3] menyatakan bahwa jenis aktivitas antara lain: 1) Visual activities; 2) Oral activities; 3)

Listening activities; 4) Writing activities; 5) Drawing activities; 6) Motor activities; 7) Mental activities;

8) Emotional ectivities.

Referensi [4] menyatakan ada beberapa aktivitas yang berkaitan dengan psikologi pendidikan yaitu:1) Pengamatan Indera, setiap orang normal mampu mengenal lingkungan baik di dalam dirinya sendiri maupun di luar dirinya denganmenggunakan organ indera yang dimiliki; 2) Tanggapan, tanggapan diperoleh dari pengindraan dan pengamatan terhadap kondisi lingkungan sekitar; 3) Fantasi, fantasi sebagai aktivitas imajinasi untuk membentuktanggapan baru dibantu tanggapan lamayang telah ada, yangmemungkinkan manusia untuk berorientasi dalam alam imajineryang melampaui dunia riil; 4) Ingatan, mengingat berarti menyerap atau melekatkan pengetahuan dengan pengecaman secara aktif; 5) Pikiran dan Berpikir, pikiran sebagai kondisi letak hubungan antar bagianpengetahuan yang telah ada dalam diri yang dikontrol oleh akal. Berpikirsebagai proses menentukan hubungan-hubungan secara

(2)

tenaga/kekuatan jiwa tertuju kepada sesuatu objek dan pendayagunaan kesadaran untuk menyertai sesuatu aktivitas; 7) Perasaan, perasaan adalah pengalaman yang bersifat efektif, yang dihayati sebagaisuka (pleasentness) atau ketidaksukaan (unpleasentness) yang timbul karenaadanyarangsangan dari luar; 8) Kemauan, kemauan merupakankekuatan atau kehendak untuk memilih dan merealisasi suatu tujuan yangmerupakan pilihan dari berbagai tujuan.

Sikap ilmiah juga diperlukan untuk menciptakan suasana kegiatan pembelajaran menjadi aktif. Sikap [5] merupakan tingkah laku yang bersifat umum, berkembang dari interaksi antara individu dengan lingkungan masa lalu dan masa kini. Melaui proses kognisi dari integrasi dan konsistensi sikap dibentuk menjadi komponen kognisi, emosi, dan kecendrungan bertindak. Indikator untuk menilai sikap ilmiah yaitu; kejujuran, kedisiplinan, kerja keras, kreatif, kemandirian, rasa ingin tahu, kepedulian lingkungan, tanggung jawab, dan sikap demokratis. Selanjutnya sikap ilmiah menurut [2] merupakan tindakan yang ditunjukkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau menanggapi suatu pendapat atau ide dengan berdasarkan ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya. Dengan memiliki sikap ilmiah seorang peserta didik akan memiliki daya kekritisan terhadap segala yang diterima, sehingga mampu menilai dan menanggapi dengan argumen yang logis. Sikap ilmiah tersebut ditunjukkan melalui aktivitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.

Sesuai referensi [6] sikap ilmiah diartikan sebagai suatu kecenderungan, kesiapan, kesediaan, seseorang untuk memberikan respon/tanggapan/tingkah laku secara ilmu pengetahuan yang telah diakui kebenarannya. Pendekatan tertentu untuk memecahkan masalah, menilai ide dan informasi untuk membuat keputusan, didasarkan pada bukti yang telah dikumpulkan dan dievaluasi secara objektif, dengan sikap kritis berdasarkan bukti yang relevan. Ciri seseorang berfikir dengan sikap ilmiah memiliki kualitas realistis, perhatian terhadap lingkungan, menghindari generalisasi yang didasarkan pada fenomena dan tidak mempercayai dogmatis. Berdasarkan uraian di atas tujuan penulisan makalah ini untuk mengidentifikasi keaktifan belajar dan sikap ilmiah mahasiswa dalam proses pembelajaran.

II. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Subjek yang diteliti adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di STKIP PGRI Pacitan. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016. Instrument dalam penelitian ini adalah lembar observasi, angket, dan pedoman wawancara. Teknik yang digunakan dalam pengambilan subjek adalah sampling purposive. Pertimbangan pengambilan subjek berdasarkan hasil observasi dan angket. Selanjutnya dilakukan wawancara kepada subjek yang terpilih untuk mempertajam hasil diskripsi. Analisis data menggunakan [7] yang meliputi; reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Validitas data hasil penelitian ini menggunakan triangulasi teknik, yaitu verifikasi hasil observasi, angket dan hasil wawancara.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil identifkasi keaktifan belajar mahasiswa program studi PGSD pada dua kelas yang berbeda memenuhi 4 (empat) katergori yaitu baik, sedang, kurang, dan sangat kurang. Hasil ini berbeda dengan penelitian [8] yang mengelompokkan 5 (lima) kategori keaktifan yaitu baik sekali, baik, sedang, kurang, dan sangat kurang. Perbedaan tersebut dikarenakan hasil penelitian ini tidak ada skor keaktifan yang memenuhi rentang 91-100 (baik sekali). Hasil secara rinci pada masing-masing kelas yaitu kelas A dan kelas B disajikan pada gambar berikut.

(3)

GAMBAR 1. PERSENTASE KEAKTIFAN BELAJAR MAHASISWA KELAS A

GAMBAR 2. PERSENTASE KEAKTIFAN BELAJAR MAHASISWAKELAS B

Hasil keaktifan mahasiswa kedua kelas tersebut ada yang identik ada pula yang berbeda. Keaktifan mahasiswa kelas A menunjukkan persentase tertinggi pada kategori keaktifan, sedangkan kelas B persentase tertinggi pada kategori keaktifan sedang.Selanjutnya persentase terendah menunjukan hasil yang identik yaitu pada kategori keaktifan baik. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian [9] yang menunjukkan persentase tertinggi pada kualitas keaktifan baik yaitu 50%, sedangkan pesentase terendah pada keaktifan kurang sebesar 8,33%.

Keaktifan belajar tersebut jika diuraikan pada masing-masing indikator terlihat hasil yang beragam. Untuk kelas A persentase pada masing-masing indikator antara lain; Keaktifan mengikuti jalannya pembelajaran 10,25%, mencatat materi pembelajaran 8,91%, mengerjakan tugas 9,85%, menghadapi masalah dalam belajar 9,11%, menyampaikan hasil diskusi 7,10%, membuat daftar pertanyaan 7,57%, membuat pertanyaan 7,97%, menjawab dan melontarkan pertanyaan 7,37%, menyusun dan mengajukan pertanyaan 8,44%, memunculkan ide alternatif jawaban 7,57%, pembahasan soal 8,04%, dan keaktifan dalam menuliskan hasil jawaban 7,84%.

Selanjutnya, persentase masing-masing indikator pada kelas B antara lain; Keaktifan mengikuti jalannya pembelajaran 9,69%, mencatat materi pembelajaran 9,07%, mengerjakan tugas 8,72%, menghadapi masalah dalam belajar 9,41%, menyampaikan hasil diskusi 7,96%, membuat daftar pertanyaan 7,68%, membuat pertanyaan 8,51%, menjawab dan melontarkan pertanyaan 8,17%, menyusun dan mengajukan pertanyaan 8,24%, memunculkan ide alternatif jawaban 7,27%, pembahasan soal 6,85%, dan keaktifan dalam menuliskan hasil jawaban 8,44%. Hasil tersbut merupakan triangulasi hasil observasi, angket, dan wawancara. Ketiga teknik tersebut telah dikenakan kepada subjek, sehingga data yang dihasilkan tersebut dinyatakan valid.

Mencermati hasil pada masing-masing indikator tersebut terdapat kesamaan persentase tertinggi antara kelas A dan Kelas B pada indikator keaktifan mengikuti jalannya pembelajaran. Namun,

Keaktifan Baik Keaktifan Sedang Keaktifan Kurang Keaktifan Sangat Kurang

5.13 17.95 43.59 33.33 Keaktifan Baik Keaktifan Sedang Keaktifan Kurang Keaktifan Sangat Kurang

8.57

37.14 34.29 20.00

(4)

indikator keaktifan dalammenyampaikan hasil diskusi, sedangkan kelas B persentase terendah pada indikator keaktifan dalam memunculkan ide alternatif jawaban. Dengan demikian, perlu ada upaya untuk meningkatkan keaktifan pada kedua kelas tersebut. Pada kelas A perlu diberikan wahana dan kesempatan yang lebih dalam menyampaikan hasil diskusi. Sedangkan kelas B diperlukan stimulan dan dorongan untuk memantik munculnya ide para mahasiswa.

Pembahasan selanjunya hasil identifikasi sikap ilmiah mahasiswa pada kelas A dan kelas B. Identifikasi sikap ilmiah mahasiswa inijuga dikelompokkan menjadi 5 (lima) yaitu baik sekali, baik, sedang, kurang, dan sangat kurang. Namun, hasil identifikasi sikap ilmiah pada masing-masing kelas menunjukkanhasil yang berbeda.Kelas A memenuhi kelima kategori tersebut sedangkan kelas B hanya memenuhi empat ketegori. Secara rinci hasil identifikasi pada masingmasing kelas antara lain sebagia berikut.

GAMBAR 3. HASIL IDENTIFIKASI SIKAP ILMIAH KELAS A

GAMBAR 4. HASIL IDENTIFIKASI SIKAP ILMIAH KELAS B

Hasil identifikasi sikap ilmiah mahasiswa kedua kelas tersebut identik. Terlihat bahwa persentase Sikap ilmiah pada masig-masing kategori menunjukkan kesamaan hasil. Persentase tertinggi antara mahasiswa kelas A dan kelas B sama yaitu pada kategori sikap ilmiah sangat kurang. Dan persentase terendah juga sama yaitu pada kategori sikap ilmiah baik. Terdapat satu perbedaan antara kelas A dan kelas B. Pada kelas A memenuhi kategori sikap ilmiah sangat baik yaitu sebanyak 2.56% mahasiswa, sedangkan pada kelas B tidak ada mahasiswa yang memenuhi kategori sikap ilmiah sangat baik.

Identifikasi penilaian sikap ilmiah ini mengacupada instrumen yang dikembangkan Kartono (2012) dengan 9 (sembilan) indikator. Hasil identifikasi masing-masing indikator pada mahasiswa kelas A menunjukkan hasil sebagai berikut; kejujuran 12,17 %, kedisiplina 10,93%, kerja keras 10,65%, kreatif 8,58%, kemandirian 10,24%, rasa ingin tahu 10,51%, kepedulian lingkunga 11,20%, tanggung jawab 12,03%, sikap demokratis 13,69%. Berikutnya hasil identifikasipada mahasiswa kelas B yaitu; kejujuran 12,16%, kedisiplina 10,76%, kerja keras 12,55%, kreatif 7,43%, kemandirian 9,99%, rasa ingin tahu 9,09%, kepedulian lingkunga 11,78%, tanggung jawab 11,78%, sikap demokratis 14,47%. Hasil tersbut

Sikap Ilmiah Sangat Kurang Sikap Ilmiah Kurang Sikap Ilmiah Sedang Sikap Ilmiah Baik Sikap Ilmiah Sangat Baik 71.79 15.38 7.69 2.56 2.56 Sikap Ilmiah Sangat Kurang Sikap Ilmiah Kurang Sikap Ilmiah Sedang Sikap Ilmiah Baik 40.00 31.43 20.00 8.57

(5)

merupakan triangulasi hasil observasi, angket, dan wawancara. Ketiga teknik tersebut telah dikenakan kepada subjek, sehingga data yang dihasilkan tersebut dinyatakan valid.

Hasil pesentasekedua kelas pada masing-masing indikator tersebut menunjukkan hasil yang identik.Yaitu persentase paling rendah terletak pada indikator sikap kreatif, dan persentase tertinggi pada indikator sikap demokratis.Hal ini, upaya meningkatkan sikap ilmiah pada mahasiswa kedua kelas dapat menggunakan perlakuan atau pendekatan yang sama. Kedua kelas tersebut perlu diberikan tantangan untuk meningkatkan sikap kreatif. Kegiatan pembelajaran harus diarahkan pada eksplorasi kreatifitas mahasiswa dengan berbagai macam metode.

IV. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keaktifan belajar yang paling banyak untuk kelas A pada kategori kurang sebesar 43,59%, sedangkan untuk kelas B pada kategori sedang sebesar 37,14%. Hasil pada masing-masing indikator memiliki kesamaan antara kelas A dan Kelas B yaitu persentase tertinggi pada indikator keaktifan mengikuti jalannya pembelajaran. Dan terdapathasil perbedaan pada persentase terendah. Yaitu, pada kelas A pada indikator keaktifan dalam menyampaikan hasil diskusi, sedangkan kelas B pada indikator keaktifan dalam memunculkan ide alternatif jawaban.

Untuk hasil identifikasi sikap ilmiah mahasiswa yang paling dominan baik kelas A dan kelas B sama yakni pada kategori sangat kurang, dengan persentase masing-masing 71,79% dan 40,00%. Hasil pesentase kedua kelas pada masing-masing indikatormenunjukkan hasil sama, yaitu persentaseterendah pada indikator sikap kreatif, dan persentase tertinggi pada indikator sikap demokratis

B. Saran

Perlu ada upaya untuk meningkatkan keaktifan mahasiswa pada kelas A dan kelas B. Pada kelas A perlu diberikan wahana dan kesempatan yang lebih dalam menyampaikan hasil diskusi. Sedangkan kelas B diperlukan stimulan dan dorongan untuk memantik munculnya ide para mahasiswa.

Upaya meningkatkan sikap ilmiah pada mahasiswa kedua kelas dapat dilakukan dengan menggunakan perlakuan atau pendekatan yang sama. Kedua kelas tersebut perlu diberikan tantangan untuk meningkatkan sikap kreatif. Kegiatan pembelajaran harus diarahkan pada eksplorasi kreatifitas mahasiswa dengan berbagai macam metode.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepadaDirektorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat JenderalPenguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, yang telah membiayai riset ini.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Undang-undang Republik Indonesia Nomor nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

[2] Sugiyono dan Joko Sutrisno. Identifikasi Keaktifan Belajar dan Sikap Ilmiah Mahasiswa Program Studi PGSD STKIP PGRI Pacitan. Jurnal Humaniora, Volume 03, Nomor 03, Juni 2016.

[3] A.M. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali, 2011. [4] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:Alphabeta, 2011

[5] Kartono, Pengembangan Model Penilaian Sikap Ilmiah Ipa Bagi Mahasiswa PGSD. FKIP UNS. (Online) http://eprints.uns.ac.id/15202/1/Publikasi_Jurnal_(37).pdf, 2012.

[6] Dede Parsaoran Damanik dan Nurdin Bukit, Analisis kemampuan berfikir kritis dan sikap ilmiah pada pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran inquiry training (IT) dan direct Instructin (DI). Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651 Volume 2 (1) Juni 2013.

(6)

[7] Miles, M. B. dan Huberman, A. M. (Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIPress, 2009.

[8] Rintayati dan Sulistya Partomo Putro, Meningkatkan Aktivitas Belajar (active learning) Siswa Berkarakter Cerdas Dengan Pendekatan Sains Teknologi (STM). Jurnal Didaktika Dwija Indria, 1 (2) tahun 2014.

[9] Umi Chotimah, Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Mahasiswa melalui Implementasi Cooperative Learning. Jurnal Forum Kependidikan, Volume 27, Nomor 1, September 2007.

Gambar

GAMBAR 1. PERSENTASE KEAKTIFAN BELAJAR MAHASISWA KELAS A
GAMBAR 4. HASIL IDENTIFIKASI SIKAP ILMIAH KELAS B

Referensi

Dokumen terkait

Melalui permasalahan tersebut, muncul ide untuk merancang sebuah gerobak kopi keliling renceng sepeda yang dibuat menggunakan kayu jati belanda dengan tujuan untuk

Dari hasil pengujian yang dilakukan, hasil yang diperoleh pada grafik kekerasan pada tabel 5 dan gambar 6 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kekerasan baja S45C

Untuk menetukan debit banjir rencana ( design flood) perlu didapatkan harga suatu intesitas curah hujan terutama bila digunakan metoda rational.Intesitas curah

Perintis kemerdekaan adalah merekan yang telah berjuang mengantarkan bangsa indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan, diakui dan disahkan sebagai perintis

Melihat apa yang telah dicapai oleh home industry Mawar Batik, yang lebih mengutamakan proses produksi dalam manajemennya, maka ini sangat menarik apabila dilihat

-Bagunan berdiri diatas tanah Pengairan Surat Perjanjian Tgl.07-09-2012

Tujuan penelitian adalah : (1) untuk menghitung potensi (volume dan riap) kayu hutan tanaman sengon di Kabupaten Penajam Pasir Utara Provinsi Kalimantan Timur, dan (2)

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.. Shalawat