PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS
CONTROVERSIAL
ISSUES
BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA
KELAS V SD DI GUGUS II MENGWI KABUPATEN BADUNG
Ni Md. Winursiti
1, I Wyn. Wiarta
2, I Wyn. Sujana
3123
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {winursiti19@yahoo.com
1, wayan.wiarta@yahoo.com
2,
wayan_sujana59@yahoo.com
3}
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran kontekstual berbasis controversial issues dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD di Gugus II Mengwi Kabupaten Badung tahun pelajaran 2013/2014. Rancangan penelitian ini menggunakan eksperimen semu dengan desain Nonequivalent Control
Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di Gugus
II Mengwi Kabupaten Badung sebanyak 275 orang. Sampel diambil dengan teknik
random sampling. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar IPS yang merupakan
penggabungan nilai kognitif dan afektif. Nilai kognitif dikumpulkan melalui tes objektif bentuk pilihan ganda biasa dan nilai afektif menggunakan lembar observasi sesuai dengan karakter yang dikembangkan. Data dianalisis dengan uji-t. Berdasarkan hasil uji-t didapat thitung = 4,49 dan ttabel dengan dk = 73 pada taraf signifikansi 5% = 2,000.
Dari kriteria pengujian thitung > ttabel = 4,49 > 2,000 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran kontekstual berbasis controversial
issues dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Rerata hasil
belajar IPS kelas eksperimen yang dibelajarkan melalui pembelajaran kontekstual berbasis controversial issues lebih dari siswa kelas kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional = 79,75 > 70,46. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual berbasis controversial issues berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD di Gugus II Mengwi Kabupaten Badung tahun pelajaran 2013/2014.
Kata kunci: Pembelajaran kontekstual, controversial issues, hasil belajar IPS
Abstract
The aimed of this study was to determine whether there was a significant differences in social learning outcomes between students who followed contextual teaching and learning based on controversial issues with students who took conventional learning in fifth grade of SD Gugus II Mengwi Badung Regency academic year 2013/2014. This study was a quasi experimental research with Nonequivalent Control Group Design. The population of this study were the fifth grade students of SD Gugus II Mengwi Badung Regency which consisted of 275 students. The samples of this study were determined by means of random sampling technique.The data taken from the result of the social learning process, which is merging between cognitive and affective scores. The cognitive scores were collected by multiple choice test item and the affective were using observation sheet developed which is accordance with the character. The data were analyzed by using t-test. Based on the result of the t-test was found tobs = 4,49 and ttab
with degrees of freedom 73 with significance level of 5% = 2,000. From the criteria of examination was tobs > ttab = 4,49 > 2,000 so that H0 was rejected and Ha was
accepted.The result of study showed that the significant differences in social learning outcomes between students who followed contextual teaching and learning based on controversial issues with students who took conventional learning. The average scores of social learning in experiment class which followed contextual teaching and learning based on controversial issues more than control class who took conventional learning = 79,45 > 70,46. Based on these results it can be concluded that the contextual teaching and learning based on controversial issues influenced the social learning outcomes of the fifth grade students of SD Gugus II Mengwi Badung Regency academic year 2013/2014.
Keywords : Contextual teaching and learning, controversial issues, social learning outcomes
PENDAHULUAN
Pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan siswa yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui beberapa jalur dan salah satu diantaranya
adalah pendidikan formal yang
diselenggarakan di sekolah. Jalur
pendidikan ini mempunyai jenjang yang
jelas, mulai dari pendidikan dasar,
pendidikan menengah, sampai pendidikan
tinggi. Pendidikan dasar merupakan
pondasi penting pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Salah satu jenjang pendidikan dasar adalah sekolah dasar (SD).
Pada tingkat sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib
diajarkan oleh guru. IPS mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial (Depdiknas, 2007:575). Mata
pelajaran IPS sangat penting diajarkan di sekolah dasar, karena merupakan dasar bidang Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi yang didapat siswa pada sekolah lanjut, yaitu SMP/MTs dan SMA/MA.
Pembelajaran IPS berusaha
mengintegrasikan materi dari berbagai
ilmu sosial dengan menampilkan
permasalahan sehari-hari masyarakat
disekitarnya. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Adapun tujuan pembelajaran IPS di SD (Depdiknas, 2007:575) yaitu:
(1) agar peserta didik memiliki
konsep-konsep yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya; (2) memiliki
kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan
keterampilan dalam kehidupan
sosial; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; dan (4) memiliki
kemampuan berkomunikasi,
bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Tujuan tersebut sesuai dengan
pendapat dari Lasmawan (2010) yang mengungkapkan bahwa pembelajaran IPS dewasa ini dihadapkan pada tantangan untuk mempersiapkan manusia Indonesia yang mampu memerankan diri dalam
kehidupan dunia modern. Dengan
demikian, pembelajaran IPS di sekolah dasar dirancang untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis terhadap kondisi
sosial masyarakat dalam memasuki
kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Siswa yang ada di sekolah dasar berasal dari latar belakang yang berbeda
dan mempunyai karakteristik yang
beragam pula. Setiap siswa memiliki kecepatan dan gaya belajar tersendiri. Oleh karena itu, dalam penyajian materi pembelajaran guru hendaknya mampu menumbuhkan minat dan motivasi siswa,
sehingga membuat siswa menikmati
pembelajaran yang berlangsung. Dalam hal ini, guru memegang peranan penting
menentukan strategi, pendekatan, model, maupun metode inovatif yang tepat digunakan dalam pembelajaran agar sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar dan materi yang dipelajari.
Berdasarkan observasi langsung di SD Gugus II Mengwi Kabupaten Badung khususnya pada mata pelajaran IPS, belum terlihat adanya minat dan motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran. Siswa
belum mampu untuk memanfaatkan
lingkungannya sebagai sumber belajar karena dalam pembelajaran siswa hanya menerima informasi dari guru serta sumber belajar seperti buku-buku maupun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah tersedia. Selain daripada itu, sebagian besar siswa belum mengetahui manfaat atau kegunaan dari belajar materi-materi
IPS yang disampaikan oleh guru,
sehingga siswa cenderung bersikap pasif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, persoalannya bukan pada kemampuan siswa yang rendah, namun perlu dikaji lebih mendalam penyebab dari belum adanya minat dan motivasi belajar siswa yang berdampak pada hasil belajar IPS yang belum optimal.
Kondisi pembelajaran yang
berlangsung di dalam kelas masih
diwarnai oleh penekanan pada aspek pengetahuan dan masih sedikit yang mengacu pada pelibatan siswa dalam pembelajaran. Guru kurang memahami dalam pemilihan dan penerapan berbagai strategi, pendekatan, model, maupun metode pembelajaran yang tepat. Guru
juga belum mampu untuk
mengembangkan iklim pembelajaran yang kondusif bagi siswa. Dengan demikian, proses pembelajaran yang berlangsung terasa kaku, dan hal ini juga berpengaruh secara langsung terhadap perolehan hasil belajar IPS.
Untuk mengatasi hal tersebut,
dilakukan penelitian sebagai solusi dalam mengoptimalkan hasil belajar IPS siswa. Pemilihan strategi, pendekatan, model, maupun metode yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa ketepatan guru dalam memilih strategi,
pendekatan, model, maupun metode
pembelajaran berpengaruh terhadap
keberhasilan dan hasil belajar IPS.
Salah satu pembelajaran yang
diterapkan untuk mengoptimalkan hasil
belajar IPS adalah pembelajaran
kontekstual berbasis controversial issues.
Pembelajaran kontekstual merupakan
suatu proses pendidikan yang holistik dan
berpusat pada siswa (student centered).
Suyatno (2009:8) menyatakan,
Student centered mengandung
pengertian pembelajaran
menerapkan strategi pedagogi yang
mengorientasikan siswa kepada
situasi yang bermakna, kontekstual,
dunia nyata, dan menyediakan
sumber belajar, bimbingan, petunjuk
bagi pembelajar ketika mereka
mengembangkan pengetahuan
tentang materi pelajaran yang
dipelajarinya sekaligus keterampilan memecahkan masalah.
Dalam usaha mengoptimalkan hasil
belajar IPS, perlu diadakan situasi
pembelajaran yang membantu guru
mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas dalam Taniredja,
2012:52). Pada penelitian ini,
pembelajaran kontekstual berbasis
controversial issues merupakan
pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mencapai hasil belajar yang optimal pada mata pelajaran IPS.
Pembelajaran kontekstual yang
dikombinasikan dengan controversial
issues merupakan sebuah inovasi pembelajaran. Dalam pembelajarannya siswa memperoleh konsep-konsep atau pengertian yang sesuai tentang isu yang
sedang berkembang di masyarakat
dengan mengaitkannya pada materi
pelajaran. Controversial issues merupakan
isu-isu kontroversial yang mudah diterima oleh seseorang atau kelompok tetapi juga mudah ditolak oleh orang atau kelompok
lain (Museing dalam Komalasari,
2011:60). Jadi, dalam pembelajarannya
mengemukakan pendapat terkait dengan isu kontroversial yang disampaikan oleh guru.
Adapun controversial issues yang
dimaksud dalam penelitian ini, yaitu masalah-masalah sosial yang banyak ditemui pada kehidupan nyata siswa. Masalah sosial yang muncul bermacam-macam, mulai dari yang bersifat lokal sampai pada yang bersifat nasional dan bahkan internasional. Tetapi, masalah sosial yang diajarkan kepada siswa harus disesuaikan dengan tingkat usia dan
perkembanganya. Misalnya dalam
membelajarkan siswa mengenai sikap yang perlu dicontoh dari tokoh-tokoh
bangsa, guru memunculkan atau
menyisipkan materi controversial issues
pada pembelajaran. Isu tersebut seperti berkurangnya rasa nasionalisme generasi bangsa pada saat ini yang ditunjukkan dengan sikap anarkis dalam menanggapi suatu kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Karakteristik pembelajaran
kontekstual menurut Depdiknas (dalam Rusman, 2009:198) yaitu: (1) kerjasama; (2) saling menunjang; (3) menyenangkan dan tidak membosankan; (4) belajar
dengan bergairah; (5) pembelajaran
terintegrasi, (6) menggunakan berbagai
sumber; (7) siswa aktif; (8) sharing dengan
teman; (9) siswa kritis guru kreatif; (10) dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa (peta-peta, gambar, artikel); (11) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain. Dari
karakteristik tersebut, pembelajaran
kontekstual berbasis controversial issues
merupakan pembelajaran dengan
mengaitkan isu-isu kontroversial yang terdapat di lingkungan siswa sebagai
sumber belajar, adanya kegiatan sharing
dengan teman, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
pendapatnya terkait dengan isu-isu
kontroversial, siswa menjadi aktif dan
kritis, menumbuhkan minat siswa,
pembelajaran menjadi bermakna, dan hasil dari pembelajaran dilakukan dengan penilaian autentik.
Sejalan dengan karakteristik
tersebut, sebuah kelas dikatakan
menggunakan pembelajaran kontekstual
berbasis controversial issues apabila
menerapkan ketujuh komponen utama
dalam pembelajarannya. Suyatno
(2009:57) menyatakan pembelajaran
kontekstual melibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran efektif, yang
dikaitkan dengan controversial issues
pada lingkungan siswa yakni
konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiry),
masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), refleksi (reflection),
dan penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment). Tujuan dari pembelajaran
kontekstual berbasis controversial issues
adalah agar siswa mampu
mengungkapkan pendapatnya mengenai
masalah-masalah yang terjadi di
lingkungannya. Sehingga, siswa
menemukan makna dari pembelajaran yang dilaksanakan dan menjadikannya
dasar pengambilan keputusan atas
pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Pembelajaran kontekstual berbasis
controversial issues mendorong siswa memahami hakekat, makna, dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan siswa rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar. Kondisi tersebut terwujud ketika siswa menyadari tentang apa yang
mereka perlukan untuk hidup, dan
bagaimana cara menggapainya (Mulyasa,
2011:103). Dalam pengembangan
pembelajaran kontekstual berbasis
controversial issues, guru menyajikan suatu isu atau masalah aktual yang
terdapat di masyarakat. Hal ini
memperkuat dimilikinya pengalaman
belajar yang aplikatif bagi siswa, karena lebih banyak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memprediksi,
mengklasifikasi, dan menganalisis
masalah yang ada di lingkungannya. Dengan demikian, aspek kognitif siswa
yang dikembangkan tidak hanya
keterampilan dalam menghafal dan
mengingat, melainkan juga menganalisis,
memprediksi, mengkritisi, dan
(Gunawan, 2011:68). Dengan menerapkan pembelajaran kontekstual
berbasis controversial issues, dapat
meningkatkan minat dan motivasi siswa khususnya pada mata pelajaran IPS, sehingga hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD di Gugus II Mengwi Kabupaten Badung menjadi optimal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
untuk mengetahui perbedaan yang
signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran
kontekstual berbasis controversial issues
dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD di Gugus II Mengwi Kabupaten Badung tahun pelajaran 2013/2014.
METODE
Rancangan penelitian ini
menggunakan eksperimen semu (quasi
experiment) dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Dengan desain ini, kelas eksperimen maupun kelas kontrol
dibandingkan tanpa melibatkan
penempatan subjek ke dalam kedua kelas tersebut secara random. Rancangan penelitian ini dipilih karena dilakukan di kelas tertentu dengan kelas yang telah ada.
Dalam penelitian ini terdapat tiga
tahapan, yaitu tahap persiapan,
pelaksanaan, dan akhir eksperimen. Pada tahap persiapan eksperimen,
langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
mempersiapkan sarana pendukung dalam pembelajaran, seperti kurikulum, silabus,
RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran), LKS (Lembar Kerja
Siswa), bahan ajar, dan media
pembelajaran yang nantinya digunakan selama proses pembelajaran berlangsung pada kelas eksperimen. Mengumpulkan
controversial issues pada lingkungan siswa terkait dengan materi pelajaran sebagai penunjang penelitian. Menyusun instrumen penelitian berupa tes objektif
bentuk pilihan ganda biasa untuk
mengukur kemampuan pada ranah
kognitif siswa dan lembar observasi sesuai dengan karakter yang dikembangkan untuk mengukur ranah afektif siswa.
Mengadakan uji validasi instrumen
penelitian.
Pada tahap pelaksanaan penelitian
eksperimen, langkah-langkah yang
dilakukan yaitu: menentukan sampel
penelitian berupa kelas yang dipakai dari populasi yang tersedia. Melaksanakan
pre-test pada kedua sampel penelitian.
Memberikan perlakuan pada kelas
eksperimen berupa pembelajaran
kontekstual berbasis controversial issues.
Memberikan perlakuan pada kelas kontrol berupa pembelajaran konvensional.
Pada tahap akhir eksperimen,
langkah-langkah yang dilaksanakan
adalah memberikan post-test berupa tes
objektif bentuk pilihan ganda biasa untuk
menilai ranah kognitif siswa dan
menggunakan lembar observasi sesuai dengan karakter yang dikembangkan untuk menilai ranah afektif siswa pada
kelas eksperimen maupun kontrol,
sehingga dapat dibandingkan hasil belajar dari kedua kelas tersebut.
Menurut Darmadi (2011:14),
populasi adalah keseluruhan atau
himpunan objek dengan ciri yang sama. Populasi dapat terdiri dari orang, benda, kejadian dan tempat dengan sifat atau ciri yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di Gugus II Mengwi Kabupaten Badung pada semester 2 (genap) tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 275 orang, meliputi tujuh sekolah dasar yaitu SD Negeri 1 Pererenan, SD Negeri 2 Pererenan, SD Negeri 1 Tumbakbayuh, SD Negeri 2 Tumbakbayuh, SD Negeri 1 Buduk, SD Negeri 2 Buduk, dan SD Negeri 3 Buduk.
Berdasarkan pertimbangan efisiensi, maka dalam penelitian ini tidak diteliti seluruh anggota populasi, melainkan hanya meneliti sampel yaitu sebagian dari populasi yang merupakan wakil-wakil representatif dari populasi (Sugiyono,
2012:118). Penentuan sampel pada
penelitian ini dilakukan dengan teknik
random sampling. Menurut Arikunto
(2010:95), sampling acak (random
sampling) digunakan apabila populasi darimana sampel diambil merupakan
populasi homogen yang hanya
mendapatkan sampel dilakukan random
pada populasi sehingga diperoleh sampel yaitu kelas VA SD Negeri 1 Buduk dan kelas V SD Negeri 2 Tumbakbayuh. Selanjutnya dilakukan uji kesetaraan
terhadap kedua sampel dengan
menggunakan uji-t. Dalam menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol
dilakukan random lagi dengan teknik
undian. Berdasarkan teknik random
sampling yang telah dilakukan, kelas VA SD Negeri 1 Buduk yang berjumlah 36 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas V SD Negeri 2 Tumbakbayuh yang berjumlah 39 orang sebagai kelompok kontrol.
Fokus objek dalam penelitian adalah variabel. Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2013:2). Variabel dalam
penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pembelajaran kontekstual berbasis
controversial issues yang diterapkan pada
kelas eksperimen dan pembelajaran
konvensional yang diterapkan pada kelas kontrol. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS siswa kelas V SD di Gugus II Mengwi
Kabupaten Badung tahun pelajaran
2013/2014.
Instrumen penelitian terdiri dari instrumen untuk mengukur ranah kognitif berupa tes hasil belajar IPS siswa dan instrumen untuk mengukur ranah afektif
berupa lembar observasi. Instrumen
penelitian kemudian diuji validitas,
reliablitas, daya beda, dan tingkat
kesukaran. Uji prasyarat yang digunakan
yaitu uji normalitas dengan rumus chi
kuadrat dan uji homogenitas dengan uji F (Fisher). Hipotesis yang diuji dalam
penelitian ini adalah hipotesis nol (H0)
yang berbunyi: “tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara
siswa yang dibelajarkan melalui
pembelajaran kontekstual berbasis
controversial issues dengan siswa yang
dibelajarkan melalui pembelajaran
konvensional pada kelas V SD di Gugus II
Mengwi Kabupaten Badung tahun
pelajaran 2013/2014”. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian adalah uji beda mean (uji-t)
dengan menggunakan rumus polled
varians.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemberian perlakuan (treatment)
dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Pada akhir penelitian, seluruh
siswa di kelas eksperimen diberikan
post-test berupa tes objektif bentuk pilihan
ganda untuk menilai ranah kognitif dan melalui lembar observasi untuk menilai ranah afektif, sehingga diperoleh hasil
belajar IPS. Dari hasil post-test dan
lembar observasi diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 79,75 dengan perolehan minimum sebesar 65 dan nilai maksimum sebesar 98. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat 23 siswa atau 63,89% siswa yang memperoleh hasil belajar dengan kategori sangat baik, dan 13 siswa atau 36,11% siswa memperoleh hasil belajar dengan kategori baik.
Pada akhir penelitian, seluruh siswa
di kelas kontrol diberikan post-test berupa
tes objektif bentuk pilihan ganda untuk menilai ranah kognitif dan melalui lembar observasi untuk menilai ranah afektif, sehingga diperoleh hasil belajar IPS. Dari
hasil post-test dan lembar observasi
diperoleh nilai rata-rata kelas kontrol
sebesar 70,46 dengan perolehan
minimum sebesar 55 dan nilai maksimum sebesar 96. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat 6 siswa atau 15,38% siswa yang memperoleh hasil belajar dengan kategori sangat baik, 31 siswa atau 79,49% siswa memperoleh hasil belajar dengan kategori baik, dan 2 siswa atau 5,13% siswa memperoleh hasil belajar dengan kategori cukup.
Sebelum dilakukan pengujian
hipotesis dengan analisis uji-t, terlebih dahulu harus dipenuhi beberapa asumsi sebagai prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui sebaran data hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas data digunakan
analisis chi kuadrat (X2) dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan
(dk) = k-1. Berdasarkan nilai X2tabel pada
taraf signifikansi 5% dan derajat
kebebasan (dk) = 5 diperoleh X2tabel =
11,07, sedangkan dari tabel kerja
diperoleh X2hitung = 2,48. Ini menunjukkan
bahwa X2hitung < X2tabel maka H0 diterima atau Ha ditolak, sehingga sebaran data hasil belajar IPS kelas eksperimen berdistribusi normal. Dari nilai X2tabel pada
taraf signifikansi 5% dan derajat
kebebasan (dk) = 5 diperoleh X2tabel =
11,07, sedangkan dari tabel kerja
diperoleh X2hitung = 9,59. Ini menunjukkan
bahwa X2hitung < X2tabel maka H0 diterima
atau Ha ditolak, sehingga sebaran data hasil belajar IPS kelas kontrol berdistribusi normal.
Uji homogenitas varians dilakukan berdasarkan data hasil belajar IPS yang meliputi data kelas eksperimen yang
dibelajarkan melalui pembelajaran
kontekstual berbasis controversial issues
dan kelas kontrol yang dibelajarkan
melalui pembelajaran konvensional.
Jumlah kelompok eksperimen adalah 36 orang dan kelompok kontrol berjumlah 39 orang. Uji homogenitas untuk kedua kelas dalam penelitian ini menggunakan uji F (Fisher). Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan
untuk pembilang n1 – 1 (36 – 1) dan
derajat kebebasan untuk penyebut n2 – 2
(39 – 2). Berdasarkan nilai Ftabel pada taraf
signifikansi 5% dengan dk (35,37)
diperoleh hasil Ftabel = 1,80, sedangkan
dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung =
1,06. Ini menunjukkan Fhitung < Ftabel
sehingga varians data hasil belajar IPS antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama atau homogen.
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (H0) yang berbunyi: “tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang
dibelajarkan melalui pembelajaran
kontekstual berbasis controversial issues
dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD di Gugus II Mengwi Kabupaten Badung tahun pelajaran 2013/2014”. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah uji
beda mean (uji-t). Adapun kriteria
pengujiannya adalah apabila thitung < ttabel,
maka H0 diterima (gagal ditolak) dan Ha
ditolak. Sebaliknya apabila thitung > ttabel,
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan
dk = n1 + n2 – 2 dan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis uji hipotesis hasil belajar IPS dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Tabel Analisis Uji Hipotesis Hasil Belajar IPS
No Sampel N Dk s2 thitung ttabel
1. 2. Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 36 39 73 79,75 70,46 78,19 82,83 4,49 2,000
Berdasarkan tabel 1, nilai ttabel pada
taraf signifikansi 5% dengan derajat
kebebasan (dk = 36 + 39 – 2 = 73)
diperoleh ttabel = 2,000. Dari hasil analisis
data hasil belajar IPS diperoleh thitung =
4,49. Dengan demikian thitung > ttabel = 4,50
> 2,000, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Berdasarkan uji-t diperoleh thitung >
ttabel berarti hipotesis yang menyebutkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang
dibelajarkan melalui pembelajaran
kontekstual berbasis controversial issues
dengan siswa yang dibelajarkan melalui
pembelajaran konvensional pada kelas V SD di Gugus II Mengwi Kabupaten Badung tahun pelajaran 2013/2014 pada
taraf signifikansi 5% diterima. Dari
perolehan hasil belajar IPS pada kedua kelas yaitu rerata hasil belajar IPS kelas eksperimen sebesar 79,75 dan rerata hasil belajar IPS pada kelas kontrol sebesar 70,46, maka dapat diketahui bahwa kedua kelas yang awalnya memiliki kemampuan
setara setelah diberikan treatment yang
berbeda, perolehan hasil belajar IPS mengalami perbedaan. Hasil belajar IPS pada kelas eksperimen lebih baik apabila
dibandingkan dengan hasil belajar IPS pada kelas kontrol.
Hal ini dikarenakan pembelajaran
kontekstual berbasis controversial issues
merupakan sebuah inovasi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif di dalam
pembelajaran. Suyatno (2009:57)
menyatakan pembelajaran kontekstual
melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yang dikaitkan
dengan controversial issues pada
lingkungan siswa yakni konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
menemukan (inquiry), masyarakat belajar
(learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan
penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment). Dalam pelaksanaan
pembelajaran kontestual berbasis
controversial issues siswa diberikan ruang untuk mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri melalui pembelajaran yang
berlangsung seperti menemukan,
bertanya, belajar di dalam kelompok yang heterogen, ataupun dengan bantuan alat peraga. Selain itu, adanya kesempatan yang diberikan guru kepada siswa untuk menanggapi permasalahan terkait dengan isu-isu kontroversial yang disampaikan dapat menciptakan minat dan motivasi siswa untuk belajar. Dengan adanya minat dan motivasi yang dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran, maka berpengaruh
pada tingkat konsentrasi saat
pembelajaran berlangsung, sehingga
berdampak pada hasil belajar yang optimal.
Berbeda dengan pembelajaran
konvensional yang diterapkan pada
pembelajaran IPS di kelas kontrol. Dalam kegiatan pembelajaran konvensional, tidak terdapat sintaks pembelajaran yang jelas.
Tujuan utama dalam pembelajaran
konvensional adalah penguasaan materi pembelajaran oleh siswa. Materi pelajaran bersumber dari buku-buku pelajaran yang selanjutnya isi buku tersebut harus
dikuasai siswa. Menurut Marhaeni
(2013:8), pembelajaran konvensional
memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya: (1) pembelajaran lebih
terpusat kepada guru; (2) kurangnya penggunaan media pembelajaran; (3) metode yang diterapkan kurang inovatif;
dan (4) jarang mengaitkan materi
pembelajaran dengan lingkungan siswa. Hal ini mengakibatkan pembelajaran yang berlangsung menjadi membosankan dan tentunya berpengaruh terhadap hasil belajar IPS.
Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara
siswa yang dibelajarkan melalui
pembelajaran kontekstual berbasis
controversial issues dengan siswa yang
dibelajarkan melalui pembelajaran
konvensional pada kelas V SD di Gugus II
Mengwi Kabupaten Badung tahun
pelajaran 2013/2014.
Hasil penelitian ini didukung dengan hasil
penelitian Nopiani (2013) yang
menyatakan bahwa penerapan
pembelajaran kontekstual berbasis
karakter berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar PKn dan hasil penelitian Rusditya (2013) pada siswa kelas V semester II SD Gugus I Blahbatuh Gianyar, menemukan bahwa pendekatan
pembelajaran kontekstual berbasis
kelompok kecil berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar IPS.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilaksanakan, maka dapat
disimpulkan yaitu sebagai berikut. Hasil belajar IPS siswa kelas VA SD Negeri 1
Buduk yang mengikuti proses
pembelajaran dengan menerapkan
pembelajaran kontekstual berbasis
controversial issues diperoleh rerata
(mean) sebesar 79,75, standar deviasi
sebesar 8,84, varians sebesar 78,19, modus sebesar 77, median sebesar 77,50, nilai maksimum sebesar 98, dan nilai minimum sebesar 65. Dengan diperoleh
nilai rerata (mean) sebesar 79,75, maka
dapat diketahui bahwa terdapat 23 siswa atau 63,89% siswa yang memperoleh hasil belajar dengan kategori sangat baik, dan 13 siswa atau 36,11% siswa memperoleh hasil belajar dengan kategori baik.
Hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 2 Tumbakbayuh yang mengikuti
pembelajaran dengan menerapkan
rerata (mean) sebesar 70,46, standar deviasi sebesar 9,10, varians sebesar 82,83, modus sebesar 63 dan 73, median sebesar 68, nilai maksimum sebesar 96, dan nilai minimum sebesar 55. Dengan
diperoleh nilai rerata (mean) sebesar
70,46, maka dapat diketahui bahwa terdapat 6 siswa atau 15,38% siswa yang memperoleh hasil belajar dengan kategori sangat baik, 31 siswa atau 79,49% siswa memperoleh hasil belajar dengan kategori baik, dan 2 siswa atau 5,13% siswa memperoleh hasil belajar dengan kategori cukup.
Berdasarkan analisis hasil belajar IPS menunjukkan bahwa rerata hasil belajar IPS siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rerata hasil belajar IPS siswa kelas kontrol = 79,75 > 70,46. Dari hasil analisis uji-t diperoleh thitung sebesar
4,49 dan ttabel dengan dk = 36 + 39 – 2 =
73 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga ttabel = 2,000, karena thitung
> ttabel = 4,49 > 2,000 maka H0 ditolak atau Ha diterima.
Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran kontekstual berbasis
controversial issues dengan siswa yang
dibelajarkan melalui pembelajaran
konvensional pada kelas V SD di Gugus II
Mengwi Kabupaten Badung tahun
pelajaran 2013/2014.
Adapun saran yang dapat
disampaikan setelah melaksanakan dan memperoleh hasil dari penelitian yaitu: bagi siswa, diharapkan siswa untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran serta dapat memahami materi pelajaran yang terkait dengan konteks kehidupan nyata
sehari-hari, sehingga mampu membangun
pengetahuannya sendiri untuk
mengoptimalkan hasil belajar khususnya pada mata pelajaran IPS.
Bagi guru, hasil penelitian ini
diharapkan untuk dapat diterapkan oleh guru dalam memperluas pengetahuan dan
wawasan mengenai pembelajaran
kontekstual berbasis controversial issues
sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar IPS.
Bagi sekolah, diharapkan dapat menyediakan sarana dan prasarana yang
menunjang pembelajaran agar siswa semakin berminat dan termotivasi untuk belajar dengan memanfaatkan sarana yang ada, sehingga berdampak pada hasil belajar IPS yang optimal dan mutu sekolah menjadi meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penilaian
Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi 2010. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Depdiknas. 2007. Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SLB. Jakarta: Depdiknas.
Gunawan, Rudy. 2011. Pendidikan IPS:
Filosofi, Konsep, dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran
Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Lasmawan. 2010. “Memperkuat Nilai-Nilai Pendidikan”.
http://lasmawan.blogspot.com/2010/
10/memperkuat-nilai-nilai-pendidikan.html (diakses tanggal 29 Januari 2014).
Marhaeni, A.A.I.N. 2013. Landasan dan
Inovasi Pembelajaran. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Mulyasa. 2011. Menjadi Guru Profesional:
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nopiani, Ni Wayan Sri. 2013. Pengaruh
Pembelajaran Kontekstual Berbasis Karakter Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SDN Gugus 2 Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja. Universitas Pendidikan Ganesha.
Rusditya, Pt. Wika Praja. 2013. Pengaruh
Pendekatan
PembelajaranKontekstual Berbasis Kelompok Kecil Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus I Blahbatuh Gianyar. Skripsi
(tidak diterbitkan). Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Rusman. 2011. Model-model
Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
---. 2013. Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran
Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka.
Taniredja, Tukiran, dkk. 2012.
Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.