“TINJAUAN HUKUM ISLAM DALAM JUAL BELI
KAIN POTONGANDI DESA KALONGAN
KECAMATAN UNGARAN TIMUR
KABUPATEN SEMARANG”
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam (S.H)
Oleh :
HADDADUL WATON
NIM : 214 11 023
JURUSAN S1-HUKUM
EKONOMI SYARI’AH (HES)
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
ii
“TINJAUAN HUKUM ISLAM DALAM JUAL BELI
KAIN POTONGANDI DESA KALONGAN
KECAMATAN UNGARAN TIMUR
KABUPATEN SEMARANG”
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam (S.H)
Oleh :
HADDADUL WATON
NIM : 214 11 023
JURUSAN S1-
HUKUM EKONOMI SYARI’AH (HES)
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vii
MOTTO
نَأ ّلاِإ ِلِطاَبْلاِب ْمُكَنْ يَ ب ْمُكَلاَوْمَأ ْاَوُلُكْأَت َلا ْاوُنَمآ َنيِذّلا اَهّ يَأ اَي
ْمُكْنّ ضٍااَ َ ت نَ ةً َااَ ِت َنوُكَت
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
viii
PERSEMBAHAN
Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan
atas dukungan dan do‟a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada: 1. Tuhan YME, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka skripsi ini dapat
dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Tuhan
penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do‟a.
2. Ayah Nasihudin Dan Ibu Atun Woninten tercinta & tersayang yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh cinta dan kesabaran serta ikhlas-tulus memberikan dukungan dan doa restunya kepada penulis.
3. Bapak dan Ibu Dosen,khususnya Ibu Dra. Siti Zumrotun dan Ibu Evi Ariyani, M.H,penguji dan pengajar, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik. 4. Almarhumah Nenek Suwarti yang senantiasa mendoakan dengan ketulusan
hatinya di alam sana semoga ditempatkan disisih allah.
5. Kakak saya Jasoshul Wathon, yang senantiasa memberikan dukungan,
semangat, senyum dan do‟anya untuk keberhasilan ini,
6. Rossi Dewi Riana, seseorang yang telah memberikan semangat dan motivasi yang tinggi sehingga penulis selalu semangat dalam menjalani kehidupan. 7. Teman-teman ku semuanya khususnya, Sokri, Iler, Gumo‟ong/ Ndung, Telo,
dan masih banyak lagi, keluarga baru di Mapala MITAPASA, sahabat dan sejawat tersayang, tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak kan mungkin aku sampai di sini.
ix
KATA PENGANTAR
ميحرلا نحمرلا للها مسب
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana syari‟ah. Adapun judul skripsi ini
adalah “Tinjauan Hukum Islam Dalam Jual Beli Kain Potongan Di Desa
Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang”
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga. 3. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah di
IAIN Salatiga
x
5. Seluruh Dosen Fakultas Syaria‟ah Jurusan hukum ekonomi syariahIAIN Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai.
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun spiritual serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita.
7. Sejawat-sejawat Mapala MITAPASA khususnya angkatan XVII dan sahabat-sahabat semua yang telah membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amien ya robbal
„alamien.
Salatiga, 09 september 2016 Yang menyatakan
xi
ABSTRAK
Waton, Haddad. 2016. (tinjauan hukum islam dalam jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang). Skripsi Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Ekonomi Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.
Kata Kunci: Tinjauan Hukum Islam Dalam Jual Beli Kain Potongan Di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
Penelitian tentang jual beli kain potongan yang terjadi di desa kalongan kecamatan ungaran timur kabupaten semarang adalah ditujukan kepada penjual dan pembeli kain potongan yang berada di Desa Kalongan. Adapun permasalahan yang akan dikaji yakni: bagaimana proses jual beli kain potongan di Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semrang? bagaimana pandangan hukum islam terhadap jual beli kain potongan di Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang?
Dalam skripsi ini mengunakan metode penelitian kualitatif, digunakan untuk penelitian pada kondisi objek yang alamiah, merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan yang kokoh serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi pada lingkungan tersebut.
Proses jual beli kain yang terdapat di Desa Kalongan Kecaatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang mengunakan sistem tawar-menawar melalui telepon dan BBM (Black Barry Masenger) dari situ terjadi kesepakatan antara penjual dan pembeli sesuai dengan perjanjian. adapun transaksi pembayaran dilakukan dengan sistem transfer dan tunai. Ketika jual beli tersebut terjadi cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, maka antara penjual dan pembeli melakukan khiyar
dan barang yang tidak sesuai tersebut dapat dikembalikan oleh pihak penjual. Adapun hasil penelitian dapat dipaparkan peneliti, sebagai berikut: Pelaksanaanjual beli kain potongan yang terjadi di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, tetapberpegangteguhpada
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN BERLOGO ... i
HALAMANJUDUL ... ii
HALAMAN DEKLARASI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
xiii
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Kalongan Dalam Lintas Sejarah ... 39
B. Praktek Jual Beli Kain ... 49
C. Bentuk Jual Beli ... 52
1. Transaksi Jual Beli ... 52
2.Transaksi Pembayaran ... 54
3.Pelaksanaan Khiyar ... 55
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Jual Beli Kain Potongan Di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Dengan Hukum Islam ... 58
B. Kesesuaian Pelaksanaan Khiyar Dalam Hukum Islam ... 60
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Khiyar ... 61
D. Usaha Untuk Memperbaiki Pelaksanaan Khiyar ... 63
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Jumlah Penduduk ... 47
Tabel 3.2 Data Tingkat Pendidikan Terakhir ... 48
Tabel 3.3 Data Mata Pencaharian ... 50
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Manusia Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas untuk
berhubungan dengan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia sangat beragam, sehingga terkadang secara pribadi ia tidak mampu untuk memenuhinya dan harus berhubungan dengan
orang lain. Dalam hubungan satu manusia dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan, harus terdapat aturan yang menjelaskan hak dan
kewajiban keduanya berdasarkan kesepakatan. Hak dan kewajiban adalah sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Ketika mereka berhubungan dengan orang lain, maka akan timbul hak dan kewajiban yang
akan mengikat keduanya.
Menurut Ulama Mazhab Syafi‟i dan Hambali, jual beli adalah saling
menukar harta dalam bentuk pemindahan kepemilikan. Dalam hal ini mereka
memberi penekanan pada kata “pemilikan” karena ada juga tukar-menukar
harta yang sifatnya tidak harus di miliki. Secara etimologi yaitu mengganti
atau menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.Menurut ulama Mazhab Hanafi, jual beli adalah saling menukar harta dengan cara tertentu, tukar
menukar suatu yang di inggini, sepadan, dan bermanfaat dengan cara tertentu.(Azyumardi Azra.2005:293)
Adapun Syarat-Syarat jual beli dapat dilihat dari empat sisi, yaitu dari
pelaksanaan akad jual beli, dan kekuatan ikatan akad itu sendiri. Dari sisi akad, ada empat yang harus di penuhi: 1. Orang yang melakukan akad
(penjual dan pembeli) disyaratkan telah berakal (anak kecil dan orang gila akadnya tidak sah) dan berbeda, artinya seorang tidak dapat bertindak dalam
waktu yang sama sebagai penjual maupun sebagai pembeli sekalikus terhadap akad dan barang yang sama, kecuali hakim. 2. Akad itu sendiri sesuai antara ijab dan kabul. 3. Tempat melakukan akad disyaratkan harus pada suatu
tempat (majelis) atau satu waktu pembicaraan, karena di zaman sekarang, tidak sedikit transaksi jual beli yang di lakukan melalui telepon. Sehubungan
dengan hal ini, terjadi perbedaan pendapat antara ulama, apakah pembicaraan dalam jual beli tersebut masih dikatakan satu majelis jika pembicaraan telah di selinggi dengan pembicaraan lain sedangkan tempatnya masih satu,atau
tempatnya terpisah. Menurut ulama mazhab Maliki, tidak ada salahnya pembicaraan jual beli tersebut terputus, asalkan masih dalam persoalan jual
beli. Akan tetapi ulama mazhab Syafi‟i dan Hambali berpendapat antara ijab
dan kabul tidak dapat dipisahkan dalam waktu yang lama, yang ,mengidikasikan jual beli itu tidak jadi. 4. Barang yang di akad kan seperti
Barang itu ada, atau tidak ada ditempat, tetapi pihak penjual menyatakan kesanggupannya untuk mengadakannya. Dapat di manfaatkan dan bermanfaat
Dari sisi sahnya akad tersebut, jual beli itu harus terhindar dari cacat. Misalnya, kriteria barang tidak di ketahui, baik jenis, kualitas, dan
kuantitasnya,jumlah harga tidak jelas, adanya unsur paksaan dan jual beli tersebut mengandung unsur tipuan, mudarat serta adanya syarat-syarat yang
membuatnya rusak.
Dari sisi pelaksanaan jual beli, orang yang berakad mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli. Misalnya, barang tersebut milik sendiri
(bukan milik orang lain atau tersangkut hak orang lain dalam dalam barang itu). Akad jual beli tidak dapat di laksanakan apabila orang yang berakad
tidak mempunyai kekuasaan langsung, misalnya seseorang bertindak mewakili orang lain dalam jual beli. Dalam hal ini, orang tersebut harus mempunyai persetujuan dahulu dari orang yang diwakilinya dan setelah itu jual beli dapat
di laksanakan. (Azyumardi Azra.2005:295)
Mekanisme yang dilakukan dalam jual-beli kain potongan di Desa
Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, memiliki potensi yang dapat merugikan satu pihak terkait sepertisipembeli. Banyak aspek yang berpotensi menjadi faktor penyebab dikategorikannya sebuah transaksi
jual-beli menjadi tidak sehat, dalam arti terdapat kecurangan diantaranya adalahpenjualdan objek barang. Penjualbisa menjadi faktor penyebab
dikategorikannya sebuah transaksi jual-beli tidak sehat ketika barang yang diberikan kepada pembeli tidak sesuai dengan barang yang ditawarkan. Karena Dalam jual-beli Kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran
akan dijualnya melalui BBM atau Telepon dengan menjelaskan dan mencantumkanfoto barang, Jumlah banyaknya barang, harga barang. untuk
pembayaran ada adadua sistem pembayaran yaitu di lakukan dengan sistem teransfer melalui ATM dan sistem tunai. di jual beli kain potongan di Desa
Kalongan Kecamatan Ungaran Timur ini pembelibisa menjadi pihak yang dirugikan. Dikarenakan sipembeli biasanya memeriksa barang itu ketika sudah sampai rumah, dan ada juga barang yang di retur atau dikembalikan,
apa karena sipenjual yang tidak jujur dalam memberikan informasi tentang barang tersebut, atau karena si pembeli yang kurang jelas atas informasi
tentang barang tersebut.
Ketika kedua belah pihak ada yang mempunyai moral hazard atau keinginan yang tidak baik dalam bertransaksi jual-beli, maka didalam Hukum
Islam mempunyai hak khiyar, yakni hak untuk memilih antara dua, meneruskan akad jual beli atau mengurangkan ( menarik kembali, tidak jadi
jual beli) diadakan khiyar oleh syara‟ agar kedua belah pihak atau kedua orang yang melakukan jual beli dapat memikirkan kemaslahatan masing-masing lebih jauh, supaya tidak akan terjadi penyesalan dikemudian hari
lantaran salah satu pihak ada yang dirugikan karena merasa tertipu. (Sulaiman Rasjid.2014:286)
Berangkat dari permasalahan diatas penyusun tertarik untuk
melakukan penelitian dengan mengangkat judul “TINJAUAN HUKUM
KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN
SEMARANG.”
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana proses jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran timur Kabupaten Semarang ?
2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang.?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dari uraian diatas, maka dapat di angkat tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semaranng.
2. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam dalam praktik jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang.
D. Kegunaanpenelitian
Agar tulisan ini dapat memberikan hasil yang berguna secara
keseluruhan, maka penelitian ini sekiranya dapat memberikan manfaat diantaranya:
1. Menambah wawasan keilmuan tentang sistem jual beli kain potongan 2. Menambah wawasan keilmuan mahasiswa serta masyarakat umum tentang
3. Bisa menjadi bahan sosialisasi kepada masyarakat tentang sistem jual beli kain potongan
4. Menjadi refrensi untuk peneliti selanjutnya E. Penegasan Penelitian
Agar terdapat kejelasan mengenai judul penelitian di atas, maka penulis perlu menjelaskan maknanya sebagai berikut:
1.Pengertian jual beli
Jual beli yaitu suatu pertukaran atau saling menukar, Jual beli juga dapat diartikan menukar uang dengan barang yang diingginkan sesuai
dengan rukun dan syarat tertentu.setelah jual beli dilakukan secara sah, barang yang dijual menjadi milik pembeli sedangkan uang yang dibayarkan pembeli sebagai penganti harga barang, menjadi milik penjual. Sedangkan
menurut pengertian fiqih, jual beli yaitu menukar suatu barang dengam barang yang lain dengan cara yang tertentu (Akad).(Sulaiman
Rasjid.2014:278) 2.Khiyar
Khiyar yaitu memilih mana yang lebi hbaik dari dua hal atau lebih. dalam akad khiyar berarti hak memilih bagi pihak-pihak bersangkutan untuk melangsugkan akad yang telah di adakan khiyar
syarat, khiyar rukyat atau khiyar cacat. Hak khiyar dimaksudkan guna menjamin agar akad yang diadakan benar-benar terjadiatas kerelaan penuh pihak-pihak bersangkutan karena sukarela itu merupakan asas bagi sahnya
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Dalampenelitian ini yang digunakan
adalahpenelitiankualitatif.Maksud dari penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yangberlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya Adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.
(Sugiyono,2010:9) 2. Metode pendekatan
Dalam penelitian in metode yang digunakan peneliti adalahDeskriptif Analitis, yaitu mempelajari masalah danmenggambarkan tata cara yang berlaku dalam masyarkat, kemudian
menganalisis dengan teori yang ada.
Menurut Sugiyono dalam bukunya metode penelitian
kualitatif,Metode Deskriptif Analisis merupakan metode penelitian dengan caramengumpulkan data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudiandata-data tersebut disusun, diolah dan dianalisisuntuk
dapatmemberikan gambaranmengenai masalah yang ada. (Sugiyono,20010:105)
3. LokasiPenelitian
4. Sumber data
Pengumpulan data merupakan langkah riil yang sangat dibutuhkan sehubungan dengan referensi yang sesuai dengan objek. Dalam penyusunan
skripsi ini dilakukan, Data yang dibutuhkan atau diperlukan Dalam penelitian ini data yangdiperlukan adalah data tentang jual beli dan khiyar
dalam Islam dengan melihat baik dari aspek materil maupun praktek di
dalam kehidupan sehari-hari.
Pengumpulan data merupakan suatu tahapan dalam proses
penelitian yang sifatnya mutlak untuk di lakukan karena data merupakan suatu fenomena yang akan di teliti. Pengumpulan data di fokuskan pada pokok permasalahan yang ada, sehingga dalam penelitian tidak terjadi
penyimpangan dalam pembahasan a. Data sekunder
Data sekunder merupakan data-data yang di peroleh dari bahan-bahan pustaka
b. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti yaitu dari pihak penjual maupun pembeli
menutup kemugkinan untuk mengembangkan pertanyaan yang lebih luas tetapi sesuai dengan apa yang ada di daftar pertanyaan.
5. Metode pengumpulan data.
Teknik pengumpulan data dapat di peroleh sebagai berikut:
a. Observasi
Suatu penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam
lingkungan subyek, dalam selama itu data dalam bentuk catatan lapangan di kumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa
ganguan. (Lexy J. Moelong, 2009:187)
Dalam penelitian ini penulis mencoba mengamati secara langsung kegiatan atau praktek jual beli kain kiloan tersebut, untuk
memperoleh gambaran detail dari upaya pelaksanaan jual beli yang di lakukan penjual maupun pembeli.
b. Wawancara.
Wawancara dilakukan dengan pihak penjual dan pembeli kain potongan dan itu lebih dari sekedar percakapan, selalu
terdapat suatu tujuan dan biasanya wawancara memiliki beberapa bentuk struktur, tujuan drajat struktur di bentuk oleh
seseorang,yaitu sang peneliti, yang mengorganisir wawan cara sedemikian rupa untuk meliputi topik yang di mintainya sekaligus menggerakkan diskusi ke arah yang di ingginkannya dengan
6. Analisis data
Analisisdata dalam tesis ini akan menggunakan metode analisis
kualitatif. Analisis kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi pada lingkunggan setempat.dengan data kualitatif kita dapat
mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh
penjelasan yang banyak dan bermanfaat.(Matthew,1992:1-2)
Pemilihanmetodeiniadalahatasdasarbahwaanalisisterhadapmaterida nbahan-bahanhokumtersebutuntukselanjutnyaakandipelajaridandianalisis,
sehinggadiharapkan agar tujuandaritesisiniakantercapai. 7. Penegesahan keabsahan data
Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi empat teknik yaitu:
a. Kredibilitas yaitu kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data
dan informasi yang di kumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dari
responden sebagai informan.
setingan tertentu dapat di transfer dalam subjek lain yang memiliki tipologo yang sama.
c. Dependabilitas, kriteria ini dapat di gunakan untuk menilaiapakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak, dengan mengecek
apakah si peneliti sudah cukup hati-hati, apakah pembuat kesalahan dalam mengkonseptualisasikan rencana penelitiannya, dalam pengumpulan data, dan dalam penginterpretasiannya.
d. Konfirmabilitas, kriteria untuk menilai kebermutuan hasil penelitian. (Syamsuddin,2015:91-92)
8. Tahap-TahapanPenelitian.
a. Memilih tempat,pelaku serta kegiatan yang akan diteliti
b. Melaksanakan observasi berupa wawancara kepada informan
secara langsung
c. Mencatat hasil observasi
d. Melakukan observasi deskriptif atau menjabarkan hasil wawancara e. Melakukan analisis domain yaitu menemukan berbagai gambaran umum dari objek yang diketahui. Selanjutnya memilih kategori
objek yang spesifik untuk dikembangkan.
f. Melakukan analisis , menjabarkan kategori yang dipilih secara
lebih rinci
g. Melakukan analisis dengan mengabungkan antara data yang diperoleh dari hasil wwancara dengan teori yang digunakan untuk
h. Mencatat hasil analisis teori dengan hasil penelitian, mencari kekuragan data yang diperoleh
i. Mencari data tambahan dari sumber yang mendukung j. Mencatat hasil penelitian. (Sugiyono,2010:254)
G. SistematikaPenulisan
Untukmempermudahdalammempelajaridanmemahamikeseluruhanme
ngenaipenelitianini, makapenulismembagisistematikapenulisansebagaiberikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi Latar Belakang Masalah, fokus Penelitian, Tujuan
Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Berisi pengertian jual beli, dasar hukum jual beli, rukun jual beli, syarat jual beli, syarat sah jual beli, bentuk-bentuk
jual beli, kewajiban pembeli, kewajiban penjual,pengertian
khiyar, hak Khiyar, macam-macam Khiyar, pengertian kain
potongan
BAB III HASIL PENELITIAN
Berisi Sejarah terjadinya desa Kalongan, Data penduduk
Hasil penelitian dan wawancara dengan pelaku (penjual dan pembeli) kain Potongan di Desa Kalongan
Kec.Ungaran Timur Kab.Semarang.
Berisi tentang transaksi jual beli kain potongan, transaksi
pembayaran, pelaksanaan khiyar. BAB IV ANALISIS
Analisa praktek jual beli kain potongan di Desa
Kalongankecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dengan Hukum Islam, Kesesuaian pelaksanaan khiyar
dalam hukum islam, faktor- faktor yang mempengaruhi
khiyar, Usaha untuk memperbaiki pelaksanaan khiyar
BAB V PENUTUP
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli 1. Pengertian jual beli
Jual beli sebagai sarana saling memenuhi kebutuhan manusia
sudah ada sejak manusia lahir, namun teknis pelaksanannya berbeda. Jual beli yang paling sederhana dilangsugkan dengan menukar barang dengan barang lainnya, karena mereka belum mengenal nilai tukar. Jual beli
seperti ini disebut dengan barter atau al-muqayyadah. Setelah nilai tukar (uang) di kenal, jual beli banyak di lakukan berdasarkan nilai tukar ini,
pada zaman rasulullah SAW dinar (mata uang emas lama) dan dirham (mata uang perak) dipakai sebagai alat tukar (Azyumardi, 2003:293-294).
Menurut KUH Perdata pasal 1457, jual beli adalah suatu perjanjian
dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah
dijanjikan.
Jual beli menurut bahasa artinya memindahkan hak milik terhadap
benda dengan akad saling menganti, jika dia mengeluarkan dari hak miliknya, jika dia membelinya dan memasukan kedalam hak miliknya, dan ini termasuk dalam nama-nama yang mempunyai lawan kata jika
mengambil dan artinya dan syara yang artinya menjual. Allah berfirman: dan mereka menjualnya dengan harga yang sedikit, artinya
mereka menjual yusuf, karena masing-masing pihak telah mengambil ganti dan memberi ganti,yang satu sebagai penjual dengan yang ia beri
dan pembeli dengan apa yang ia ambil, maka kedua nama ini layak untuk di jadikan sebagai sebutannya.
Perkataan jual beli terdiri dari dua kata jual dan beli sebenarnya
„jual‟dan„beli‟ mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang,
Kata jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual, sedangkan kata
beli adanya perbuatan membeli. Dengan demikian, perkataan „jual beli‟ menunjukkan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan pihak lain membeli(Suhrawardi,2014:128).
Jual beli yaitu mengganti atau menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain(Azyumardi, 2003:293).Sedangkan menurut syari‟at, yang
dimaksud dengan jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling rela. Atau memindahkan milikdengan ganti yang dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah) (Sabiq, 1988:47).
Jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang tertentu (akad) (Sulaiman, 2012:278) sedangkan
Sedangkan menurut ulama mazhab hanafi yatu saling menukar harta dengan cara tertentu. Ulama mazhab hanafi lainya mengatakan
bahwa jual beli adalah tukar menukar sesuatu yang di inggini, sepadan, dan bermanfaat dengan cara tertentu. Yang di maksud dengan cara tertentu
atau khusus adalah melalui ijab dan kabul atau dengan cara saling memberikan barang dan uang antara penjual dan pembeli.
Adapun menurut ulama mazhab syafi‟i yaitu saling menukarharta
dan bentuk pemindahan pemilikan. Dalam hal ini mereka memberi penekanan pada kata „‟pemilikan‟‟ karena ada juga tukar menukar barang
yang sifatnya tidak harus di miliki, seperti sewa-menyewa (ijaroh). Sedangkan menurut ibnu hajar pada dasarnya jual beli yang mengandung unsur ketidak jelasan dilarang dalam Islam (Hajar,2002:200).
2. Dasar Hukum Jual Beli
Jual beli merupakan akad yang dibolehkan berdasarkan Alquran,
sunnah dan ijma‟ para ulama. Dilihat dari aspek hukum, jual beli
hukumnya mubah kecuali jual beli yang dilarang oleh syara‟. Adapun
dasar hukum dari Alquran antara lain (Muslich, 2010: 177-179).
a. Surat Al-Baqarah ayat 198:
يْمكُ بِّبلَ يْنمِ لًا يْ لَ ا كُ لَتَ يْ لَتَ يْ لَ حٌا لَ كُ يْمكُ يْيلَ لَ لَ يْيلَل
b. Surah Al-Baqarah ayat 275
لَببِّرلا لَمَّرلَحلَو لَعيْيلَتَ يْلا كُهَّ لا َّللَحلَ لَو
Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (Al-Baqarah ayat 275).
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”.(An-Nisa‟ayat 29)
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Rifa‟ah bin Rafi‟ Al
-Bazzar dan al Hakim ditegaskan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda ketika ditanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan yang paling baik.
Rasulullah SAW Menjawab: “usaha tangan manusiasendiri, serta jual beli
yang diberkati” dengan kata lain, jual beli yang jujur tanpa di iringgi
Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dari Sa‟id Al-khudri, Rasulullah SAW juga
menyatakan “ jual beli itu didasarkan oleh suka sama suka.” Begitu pula
dalam hadis riwayat at-tirmizi, Rasulullah SAW bersabda: “pedagang yang jujur dan dapat dipercaya itu sejajar (tempatnya di Surga) dengan
para Nabi, Siddiqin, dan suhada.” Pada dasarnya jual beli dihukumkan
mubah (boleh) jika dilakukan sesuai dengan tuntutan syariat Islam (Azyumardi, 2003:294).
3. Rukun Jual Beli
Ada beberapa rukun jual beli yang harus dipenuhi agar sebuah
transaksi jual beli bisa dikatakan dengan sah oleh sarak (hukum islam). Menurut sulaiman rukun jual beli itu ada tiga macam yaitu:
a. Penjual dan pembeli
1).Berakal
2).Bukan paksaan
3).Balig
b. Uang dan benda yang dibeli 1) Suci
2) Ada manfaatnya
3) Barang itu dapat diserahkan
4) Barang sendiri
5) Barang diketahui oleh penjual dan pembeli c. Lafad ijab dan kabul
2) Makna keduanya hendaknya mufakat (Sama) walaupun lafadnyaberlainan
3) Keduanya tidak disangkutkan dengan urusan yang lain 4) Tidak berwaktu (Sulaiman, 2012: 279)
Rukun jual beli menurut Hanafiah adalah ijab dan qabul yang menunjukan sikap saling tukar-menukar, atau saling memberi.atau dengan redaksi yang lain, ijab qabul adalah perbuatan yang menunjukkan
kesediaan dua pihak untuk menyerahkan milik masing-masing kepada pihak lain, dengan menggunakan perkataan atau perbuatan (Muslich,
2010: 179-186).
Menurut jumhur ulama rukun jual beli itu ada tiga, yaitu a. Penjual dan Pembeli
Orang yang melakukan akad, yaitu penjual dan pembeli. Secara umum, penjual dan pembeli harus orang yang memiliki ahliyah
(kecakapan) dan wilayah (kekuasaan). Persyaratan penjual dan pembeli secara rinci akan diuraikan dalam pembahasan berikutnya , yaitu mengenai syarat-syarat jual beli(Aziz,2010:27).
b. Ijab dan Qabul
1) Pengertian Ijab dan Qabul
Secara umum ijab dan qabulialah ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab dan qabul
dilakukan sebab ijab qabul menunjukan kerelaan (keridhaan).
Akad adalah bentuk ungkapan dari ijab dan qabul apabila akadnya akad iltizam yang dilakukan oleh dua pihak, atau ijab saja apabila
akadnya akad iltizam yang dilakukan oleh satu pihak.
3) SifatIjab dan Qabul
Akad terjadi karena adanya ijab dan qabul. Apabila ijab sudah diucapkan, tetapi qabul belum keluar maka ijab belum mengikat.
c. Objek Akad Jual Beli.
Objek akad jual beli adalah barang yang dijual (mabi‟) dan
harga atau uang (tsaman).
Sedangkan menurut abdul aziz rukun jual beli itu ada tiga : a. keduabelah pihak yang berakad
b. Yang diakadkan
c. Lafat yang diucapkan pada waktu akad
Oleh sebab itu, ada yang mengatakan penanaman pihak yang berakad sebagai rukun bukan sebagai hakiki tetapi secara istilah saja, karena ia bukan bagian barang yang dijual belikan yang di dapati diluar,
sebab akad akan terjadi dari luar jika terpenuhi dua hal yang pertama shighat yaitu ijab dan qabul (Aziz,2010:28).
4. Syarat Jual Beli
Ada empat syarat jual beli yang harus dipenuhi dalam akad jual beli, yaitu (Muslich, 2010: 186-200):
Syarat harus terpenuhi agar akad jual beli dipandang sah
menurut syara‟. Apabila syarat ini tidak terpenuhi, maka akad jual
beli menjadi batal. Hanafiah mengemukakan empat macam syarat untuk keabsahan jual beli:
1) Syarat berkaitan dengan orang yang melakukan akad
Syarat untukorang yang melakukan akad, yaitu penjual dan pembeli ada dua:
a) Orang yang berakad harus berakal. Maka tidak sah akad yang dilakukan oleh orang gila, dan anak yang belum
berakal
b) Orang yang melakukan akadharus berbilang (tidak sendirian).
2) Syarat berkaitan dengan akad itu sendiri.
Syarat akad yang sangat penting adalah bahwa qabul
harus sesuai dengan ijab, dalam arti pembeli menerima apa yang di-ijab-kan (ditanyakan) oleh penjual.
3) Syarat berkaitan dengan tempat akad.
Syarat yang berkaitan dengan tempat akad adalah ijab dan
qabul harus terjadi dalam satu majelis. Apabila ijab dan
qabul berbeda majelis, maka jual beli tidak sah. 4) Syarat berkaitan dengan objek akad.
Syarat yang harus dipenuhi oleh objek akad adalah
a).Barang yang dijual harus ada
b).Barang yang dijual harus barang yang sudah dimiliki.
c).Barang yang dijual harus bisa diserahkan pada saat dilakukannya akad jual beli.
b. Syarat kelangsungan jual beli
Untuk kelangsungan jual beli diperlukan dua syarar sebagai berikut
1) Kepemilikan atau kekuasaan
Pengertian kepemilikan atau hak milik adalah menguasai sesuatu
dan mampu men-tasarruf-kannya sendiri, karena tidak ada
penghalang yang ditetapkan oleh syara‟.
2) Pada benda yang dijual (mabi‟) tidak terdapat hak orang lain.
Apabila di dalam barang yang dijadikan objek jual beli itu terdapat hak orang lain, maka akadnya mauquf dan tidak bisa
dilangsungkan. c. Syarat mengikat
Untuk mengikatnya (luzum-nya) jual beli disyaratkan akad jual
beli terbebas dari salah satu jenis khiyar yang membolehkan kepada salah satu pihak untuk membatalkan akad jual beli, seperti khiyar
membatalkan jual beli atau meneruskan atau menerimanya(Muhammad,2012: 800).
Sedangkan menurut Muhammad, Syarat jual beli ada tuju yaitu: a. Sama sama ridho baik penjual maupun pembeli, kecuali orang yang
dipaksa dengan kebenaran.
b. Bahwa boleh melakukan transaksi, yaitu dengan syarat keduanya yang mukalaf cerdas dan merdeka.
c. Yang dijual adalah yang boleh diambil manfaatnya secara mutlak, maka tidak boleh menjual yang tidak ada manfaatnya diharamkan
seperti arak, dan babi.
d. Bahwa yang dijual adalah milik sang penjual, atau diijinkan baginya menjualnya pada saat transaksi.
e. Barang yang dijual harus sudah dietahui oleh kedua belah pihak yang melakukan transaksi dengan melihat atau dengan sifat.
f. Bahwa harganya sudah diketahui
g. Bahwa yang dijual itu harus bisa diserahkan, maka tidak boleh menjual ikan yang masih berada di laut atau burung yang di udara
(Muhammad,2012: 801).
5. Syarat Syah Jual Beli
Menurut Muslich (2010:190) syarat syah ini terbagi dalam dua bagian, yaitu syarat umum dan syarat khusus. Syarat umum yarat yang
harus ada disetiap jenis jual beli terus diangap syah menurut syara‟ secara
A. Ketidak jelasan
Yang dimaksud disini adalah ketidak jelasan yang serius yang mendatangkan perselisihan yang sulit untuk diselesaikan. Ketidakjelasan ini ada empat macam, yaitu:
1) Ketidak jelasan dalam barang yang di jual, baik jenisnya,macamnya,atau kadarnya menurut pandangan pembeli.
2) Ketidak jelasan harga.
3) Ketidakjelasan masa tempo, dalam harga yang diangsur, atau dalam khiyar syarat. Dalam hal ini waktu harus jelas, apabila
tidak jelas maka akad menjadi batal.
4) Ketidak jelasan dalam langkah-langkah penjaminan, misalnya
penjual mensyaratkan diajukannya seorang kafi (penjamin). dalam hal ini penjamin tersebut harus jelas apabila tidak jelas maka akad jual beli akan batal.
b. Pemaksaan
Pengertian pemaksaan adalah mendorong orang lain (yang
dipaksa) untuk melakukan suatu perbuatan yang tidak disukainya, paksaan ini ada dua macam yaitu:
1) Paksaan absolut yaitu paksaan dengan ancaman yang sanggat
2) Paksaan relatif yaitu paksaan dengan ancaman yang lebih rigan, misalnya akan dipukul (Muslich,2010:191).
Kedua macam paksaan tersebut mempunyai pengaruh terhadap jual beli yang fasid menurut jumhur Hanafiyah, dan Mauquf
menurut zufar.
1) Pembatasan dengan waktu
Yaitu jual beli dengan dibatasi waktu seperti, saya jual
baju ini kepadamu untuk selama satubulan atau satu tahun, jual beli semacam ini hukumnya fasid, karena kepemilikan atas satu
barang, tidak bisa dibatasi waktunya. 2) Penipuan.
Yang dimaksud dengan penipuan disini adalah dalam sifat
barang. Seperti seorang menjual sapi dengan peranyataan bahwa sapi itu airsusunya sehari sepuluh liter, padahal kenyataannya
paling banyak dua liter. Akan tetapi, apabila ia menjualnya dengan pernyataan bahwa air susunya lumayan banyak tanpa penyebutan kadarnya termasuk syarat yang sahih.apabila
penipuanya itu dalam bentuk barang maka ini membatalkan jual beli (Muslich,2010:192).
3) Kemudaratan
Kemudaratan ini terjadi apabila penyerahan barang yang dijual tidak mugkin dilakukan kecuali dengan memasukkan
Seperti seorang menjual baju (kain) satu meter yang tidak bisa dibagi dua. Dalam pelaksanaanya terpaksa baju (kain) tersebut
dipotong, walaupun hal itu merugikan sipenjual.Dikarenakan
kerusakan ini untuk menjaga hak perorangan, bukan hak syara‟
maka para fukaha penetapkan, apabila penjual melaksanakan kemadorotan atas dirinya, dengan cara memotong baju (kain) dan menyerahkan kepada pembeli maka akad berubah menjadi
shahih(Muslich,2010:192). 4) Syarat yang merusak
Yaitu syarat yang ada manfaatnya bagi salah satu pihak
yanng bertransaksi, tetapi syarat tersebut tidak ada dalam syara‟
dan adat kebiasaan atau tidak dikehendaki oleh akad, atau tidak
selaras dengan tujuan akad. Misalnya seorang menjual mobil dengan syarat ia (penjual) akan menggunakan sebulan setelah
terjadinya akad jual beli tersebt (Muslich,2010:193). 6. Bentuk-Bentuk Jual Beli
Dilihat dari segi sah dan tidak sahnya, para ulama membagi jual
beli menjadi tiga bentuk yaitu: a. Jual beli yang sahih
Jual beli bisa dibilang batil yaitu karena apabila salah satu atau seluruh rukunnya tidak terpenuhi, atau jual beli itu pada dasar
dan sifatnya tidak di syariatkan. Misalnya jual beli yang di lakukan oleh anak-anak atau oleh orang gila, barang-barangnya
yang di haramkan untuk dijual (seperti bangkai, darah, babi, khamar), dan Ada juga beberapa bentuk jual beli yang di katakan batil yaitu:
1) Jual beli sesuatu yang tidak ada,seperti menjual sapi yang belum ada.
2) Jual beli barang yang tidak dapat diserahkan kepada penjual, seperti burung yang terbang di udara.
3) Jual beli yang mengandung unsur penipuan atau unsur
spekulatif yang sangat tinggi, seperti jual beli al-hissah (jual beli dengan lemparan batu, yang intinya jika batu dilemparkan
dibarang-barang tersebut, maka yang kena yang dijual) dan jual beli mulamasah (barang yang terpegang oleh pembeli adalah barang yang dijual).
4) Jual beli benda-benda najis, seperti babi, khamar, bangkai, dan darah.
sah,tetapi ketika jual beli tidak jadi, harga yang telah diberikan pada penjual itu menjadi hibah baginya
6) Jual beli air sunggai, air danau,air laut, dan air yang tidak boleh di miliki oleh seseorang, air merupakan hak umat
manusia maka tidak boleh diperjual belikan. c. Jual beli yang fasid (rusak)
Adapun jual beli dikatakan fasid (rusak) apabila jual beli itu
pada dasarnya dibolehkan, tetapi sifatnya tidak memenuhi syarat. Misalnya, menjual rumah atau mobil kepada orang lain tanpa
menunjukan identitasnya yang jelas (rumah dan mobil yang mana), sehimga menimbulkan pertengkaran Jual beli yang fasid ada beberapa bentuk yaitu:
1) Jual beli majhul, jual beli yang tidak diketahui secara umum. 2) Jual beli yang tergantung pada suatu syarat, seperti ucapan penjual
kepada pembeli.
3) Jual beli barang yang gaib, yang tidak dapat dihadirkan saat jual beli sehinga tidak dapat di lihat oleh pembeli(Azyumardi,
2003:295).
Menurut ulama mazhab Maliki, membolehkannya asalkan
hak khiyar. Sedangkan menurut mazhab Syafi‟i, menyatakan jual
beli yang seperti ini batal secara mutlak(Azyumardi, 2003:296).
a.Jual beli orang buta. para ulama mazhab Maliki, Hanafi, Hambali menyatakan bahwa jual beli seperti ini apa bila orang
buta tersebut mempunyai hak khiyar. Sedangkan menurut
mazhab Syafi‟i jual beli seperti ini malah tidak dibolehkan
kecuali barang yang dibeli tersebut sudah dilihat sebelum buta.
b.Jual beli dengan harga yang diharamkan. misalnya, menjadikan barang–barang yang diharamkan (seperti babi, khamar, darah,
dan bangkai) sebagai harga.
c.Jual beli ajal. Misalnya, seseorang menjual barangnya dengan harga Rp.1.000.000,00 yang pembayarannya di tunda selama
satu tahun. setelah pemberian barang kepada pembeli, penjual atau pemilik barang tersebut membeli barang tersebut dengan
harga yang lebih rendah misalnya Rp.500.000,00
d.Jual beli anggur dan buah-buahan untuk tujuan pembuatan khamar apabila diketahui yang pembeli tersebut adalah
produsen khamar. Sedangak menurut mazhab Hanafi dan
Syafi‟i, jual beli tersebut akadnya sah, tetapi hukumnya makruh
Sedangkan menurut ulama Hammbali dan Maliki, jual beli ini batal sama sekali.
e.Jual beli yang di iringi dengan syarat. Misalnya, jika di beli
lagi jualbeli ini tidak boleh bedasarkan hadis yang di riwayatkan oleh Ashab As-sunan (para penyusun kitab sunah)
dari abu hurairah dan amar bin syu‟aib bahwa rasulullah SAW
melarang suatu akad dan dua syarat dalam suatu bentuk jual
beli.
f.Jual beli yang sebagaian barang yang sama sekali tidak bisa dipisahkan dari kesatuannya. Misalnya, menjual telinga
kambing, lengan baju, sebelah sepatu.
g.Jual beli buah-buahan. Misalnya, buah yang belum sempurna
matangnya untuk dipanen(Azyumardi, 2003:296).
Jual beli yang batil tidak ada bedanya dengan dengan jual beli yang fasid. Hukumnya sama-sama tidak sah. akan tetapi ulama
mazhab Hanafi membedakan kedua bentuk jual beli tersebut. Jual beli yang fasid dapat menjadi sah apabila kefasidannya atau
kerusakanya diperbaiki. Sedangkan jual beli yang batil tidak dapat diperbaiki agar dapat bisa di angap sah ada beberapa kriteria yang dapat membuat jual beli itu batal.
1.Terkait Dengan kecakapan bertindak hukum kedua belah pihak (pembeli dan penjual).
3.Terkait dengan barang yang dijual belikan, jelas kriterianya, milik sendiri.
4.Terkait dengan sifat, syarat, larangan syarak, rukun dan syarat yang di tentukan.
Oleh karna itu unsur utama jual beli adalah kerelaan antara penjual dan pembeli, syariat islam juga memberikan hak khiyar
bagi kedua belah pihak agar tidak timbul perselisihan di kemudian
hari dan tidak ada pihak yang di rugikan. (Azyumardi, 2003:297) 7. Kewajiban Pembeli
Kewajiban utama pembeli adalah membayar harga pembelian pada waktu dan ditempat yang telah diperjanjikan. Akan tetapi, apabila waktu dan tempat pembayaran tidak ditetapkan dalam perjanjian
maka pembayaran harus dilakukan di tempat dan pada waktu penyerahan barang di lakukan,Apabila si pembeli tidak membayar
harga barang tersebut maka si penjual dapat menuntut pembatalan perjanjian sebagaimana halnya pembeli dapat menuntut pembatalan perjanjian jika si penjual tidak menyerahkan barangnya
(Miru,2012:144)
8. Kewajiban Penjual
Dalama perjanjian jual beli terdapat dua kewajiban yang utama dari penjual terhadap pembeli apabila harga barang tersebut telah di bayar oleh pembeli, yaitu:
2.Menangung atau menjamin barang tersebut (Miru,2012:145)
B. Khiyar
1. Pengertian khiyar
Khiyar secara bahasa adalah kata nama dari ikhtiyar yang berarti mencari yang baik dari dua urusan baik meneruskan akad atau membatalkannya. Sedangkan menurut istilah kalangan ulama fiqih yaitu
mencari yang baik dari dua urusan baik berupa meneruskan akad atau membatalkanya. Darisini terlihat bahwa makna secara istilah tidak begitu
berbeda denganmaknanya secara bahasa. Oleh sebab itu, sebagian ulama terkini mereka mendefinisikan khiyar secara syar‟i sebagai hak orang
yang berakad dalam membatalkan akad atau meneruskan karena ada
sebab-sebab secara syar‟i yang dapat membatalkan sesuai dengan kesepakatan ketika berakad (Aziz,2010:99)
Khiyar merupakan salah satu akad yang berkaitan erat dengan jual beli (Abdul Aziz,2010:215).Dalam jual beli, menurut agama Islam di bolehkan untuk memilih, apakah akan meneruskan jual beli atau akan
membatalkannya karna terjadinya sesuatu hal (Suhendi,2014:83).
2. Hak Khiyar
Hak khiyar ditetapkan syariat islam bagi orang-orang yang melakukan transaksi perdata agar tidak dirugikan dalam transaksi yang mereka lakukan, sehingga kemaslahatan yang dituju dalam suatu
Sedangkan menurut Ahmad Azhar Basyir, khiyar dimaksudkan guna untuk menjamin agar akad yang diadakan benar-benar terjadi atas
kerelaan penuh pihak-pihak bersangkutan karna suka, rela itu merupakan asas bagi sahnya suatu akad (Basyir,2000:125).
3. Macam-Macam Khiyar
Berikut dikemukakan beberapa pengertian masing-masing
khiyar.Jumlah khiyar sangat banyak dan diantaranya para ulama telah terjadi perbedaan pendapat. Menurut ulama Hanafiyah, jumlahnya ada
lima, yakni:
a. Khiyar al-majlis
Yaitu hak pilih oleh kedua belah pihak yang berakad untuk membatalkan akad, selama keduanya masih berada didalam majelis
akad (diruangan toko) dan belom berpisah badan. Artinya, suatu transaksi bisa dianggap sah apabila keduabelah pihak yang
melaksanakan akad telah terpisah badan atau salah seorang mereka telah melakukan pilihan untuk menjual maupun untuk membeli.
Khiyar seperti ini hanya berlaku dalam suatu transaksi yang bersifat mengikat keduabelah pihak yang melakukan transaksi, seperti jual beli dan sewa menyewa (Dewi,2005:80)
Khiyar majlis yaitu antara penjual dan pembeli boleh memlilih akan melanjutkan atau membatalkannya.selama masih didalam satu tempat, khiyar majlis boleh dilakukan dalam berbagai
sedagkan menurt imam An-Nawawi, muhadis dan pakar
fiqih Sayafi‟i, mengatakan bahwa untuk menyatakan kepada
penjual dan pembeli telah berpisah badan, seluruhnya diserahkan sepenuhnya kepada kebiasaan masyarakat setempat dimana jual
beli itu berlangsung. b. Khiyar at-ta‟yin
Hak pilih bagi pembeli untuk menentukan barang yang
berbeda kualitas dalam jual beli. Menurut ulama Hanafiyah khiyar
seperti ini boleh. dengan alasan, bahwa produk sejenis yang
berbeda kualitas sangat banyak, yang kualitas itu tidak diketahui secara pasti oleh pembeli, sehingga iya memerlukan bantuan oleh seorang pakar ( Dewi, 2005: 81)
c. Khiyar asy-syarth
Hak pilih yang di tentukan oleh salah satu pihak yang
berakad satu keduanya atau bagi orang lain untuk meneruskan membatalkan jual beli, selama masih dalam tenggang waktu yang di tentukan ( Dewi, 2005: 81)
Syarat sewaktu akad oleh kedua belah pihak atau oleh salah seorang, seperti kata sipenjual saya jual barang ini dengan harga
sekian dengan syarat khiyar dalam tiga hari atau kurang dari tiga hari, khiyar syarat boleh dilakukan dalam segalahal jual beli, kecuali barang yang wajib di terima ditempat jual beli, seperti
malam, terhitung dari waktu akad. Para ulama fiqih sepakat khiyar
ini diperbolehkan dengan tujuan untuk memelihara hak-hak
pembeli dari unsur penipuan mugkin yg terjadi oleh pihak penjual.
Khiyarasy-Syarth menurut mereka hanya berlaku dalam transaksi
yang mengikat misal sewa menyewa, perserikatan dagang, jaminan hutang. ( Dewi, 2005: 81).
Khiyar syarat bisa berakhir dengan salah satu sebab berikut: a. Terjadi penegasan pembatalan akad atau penetapannya. b. Berakhir batas waktu khiyar.
c. Terjadi kerusuhan pada objek akad. Jika kerusakan terjadi dalampenguasaan pihak penjual maka akadnya batal dan
berakhirlah khiyar. Namun, apabila kerusakan itu terjadi pada penguasaan pembeli maka berakhirlah khiyar tapi tidak
membatalkan akad.
d. Wafatnya sahibul khiyar, menurut mazhab hanafiyah
danHanbaliyah, sedangkan mazhab Syafi‟iyah dan malikiyah
berpendapat bahwa hak khiyar dapat berpindah kepada ahli waris ketika sahibul khiyar meningal. ( Dewi, 2005: 81).
d.Khiyar al-aib
Hak untuk membatalkan atau melangsungkan jual beli bagi kedua belah pihak yang berakad, apabila terdapat satu cacat pada
Pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya apabila pada barang tersebut terdapat suatu cacat yang mengurangi
kuwalitas,barang itu, atau mengurangi harganya.
Khiyar aib disyaratkan dalam islam, yang didasarkan pada hadits, salah satunya ialah:
مُ اَ بٌ اَ يّ اَ لَّا لِ بٌ لْ اَ لِ لْ لِ اَا عً لْ اَ لِ لْ لِ اَ لْ لِلاَا اَ مٍللِ لْ مُللِ لُّ لِ اَ اَ لِللِ لْ مُل لْو مُ اَ مُللِ لْ مُللْ اَو
(
ر ق ج ل هوار
)
Artinya: “seorang muslim adalah saudara muslim yang lain. Tidaklah
halal bagi seorang muslim untuk menjual barang bagi saudaranya yang mengandung kecacatan, kecuali jika menjelaskanya terlebih dahulu. (Sulaiman Rasjid, 2014:288)
Khiyar al‟aib ini menurut kesepakatan ulama fiqih, berlaku
sejak di ketahuinya cacat pada barang yang di jual belikan dan dapat di warisi oleh ahli waris pemilik hak khiyar. Adapun cacat yang
menyebabkan munculnya hak khiyar, menurut ulama Hanafiyah dan Hambaliyah adalah seluruh unsur yang merusak objek jual beli itu dapat mengurangi nilainya menurut tradisi para pedagang, tetapi
menurut malikiyah dan syafi‟iyah seluruh cacat yang menyebabkan
nilai barang itu berkurang atau hilang unsur yang di ingginkan
daripadanya. (Gemala Dewi,2005:84)
Adapun syarat-syarat berlakunya khiyar al‟-aib, menurut ulama pakar fiqih cacat pada barang itu adalah:
2. Pembeli tidak mengetahui bahwa pada barang tersebut ada cacat ketikaakad berlangsung.
3. Ketika akad berlangsung pemilik barang tidak mensyaratkan bahwa apabila ada cacat barang tersebut tidak boleh di
kembalikan.
4. Cacat itu tidak hilang sampai dilakukan pembatalan akad (Dewi,2005:85).
e. Khiyar ar-ru‟yah
Hak pilih bagi pembeli untuk menyatakan berlaku atau batal
jual beli yang ia lakukan terhadap suatu objek yang belum ia lihat ketika akad berlangsung. Akad seperti ini menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah boleh terjadi disebabkan objek yang akan dibeli itu
tidak ada di tempat ketika berlangsungnya akad, atau karna sulit dilihat, Khiyar ar-ru‟yah mulai berlaku sejak pembeli melihat barang
yang akan ia beli.
Menurut jumhur ulama mengemukakan beberapa syarat melakukan Khiyar ar-ru‟yah yaitu:
1. Objek yang dibeli tidak dilihat pembeli saat akad berlangsung.
2. Objek akad tersebut berupa materi, seperti tanah, rumah, dan kendaraan.
3. Akad itu sendiri mempunyai alternatif untuk dibatalkan, seperti
penuhi maka menurut jumhur ulama, maka khiyar ar-ru;yah ini tidak berlaku (Dewi,2005:80-86).
C.Tinjauan Umum Tentang Kain Potongan
Kain potongan merupakan sisa kain dari rol atau kain baru yang
sudah tidak dimanfaatkan lagi oleh pabrik-pabrik garmen, atau bisa dibilang sisa kain pembuatan pakaian hampir sama dengan kain perca sama-sama sisa cuman kain perca itu sisa dari pemotongan pembuatan
39
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Desa kalongan dalam Lintas Sejarah
Desa Kalongan merupakan desa yang tidak berdiri begitu saja,
akan tetapi ada cerita yang berhubungan dengan wali sanga yaitu sunan kalijaga atau raden mas syahid. Bermula ketika Raden Mas Syahid bersama istrinya melakukan perjalanan perjalanan dari masjid milik sunan
gunug jati menuju demak. Pada saat melakukan perjalanan menuju kedemak, beliau singgah di sebuah desa di kabupaten semarang. Karena
sampainya di desa itu sudah kawengen (kemaleman), maka raden mas syahid menginap disebuah rumah penduduk.
Keesokan harinya raden mas syahid berjalan-jalan melihat
kondisi desa tersebut ternyata animisme dan dinamisme masih kuat melekat pada diri masyarakat desa tersebut itu bertentangan dengan ajaran
agama Islam karena beliau mengemban tugas untuk berdakwah maka secara pelan-pelan kebiasaan-kebiasaan masyarakat desa didiberi warna Islami dengan caranya yang luwes tersebut maka banyak masyarakat desa
yang kemudian meninggalkan adat dan kepercayaan lama untuk memeluk agama Islam. Tahun berlalu hampir seluruh warga desa itu dan warga desa
sebelah yang ternyata keadaanya masih sama, di desa tersebut banyak sekali pohon besar yang rimbun dan hampir setiap pohon terkesan
gelap. Ternyata di atas pohon itu banyak kalong (kelelawar berukuran besar) yang bergelantungan sangking banyaknya kalong atau kelelawar
yang berukuran besar di desa itu maka akhirnya raden mas syahid menamakan desa tersebut dengan nama desa kalongan. Demikian ringkasan cerita yang dapat di ambil Tentang kebenaran pastinya.
1.letak Geografis Desa Kalongan
Desa kalongan merupakan salahsatu desa di wilayah kecamatan
ungaran timur. Secara Geografis desa kalonggan kecamatan ungaran timur berbatasan dengan beberapa kelurahan yang berada di wilayah kecamatan
ungaran timur serta dengan desa yang berbeda di wilayah kabupaten semarang. Adapun batas-batas desa kalongan kecamatan ungaran timur. Sebagai berikut :
Sebelah Utara :Kalikayen:Kawengen: Mluweh Kecamatan Ungaran Timur
sebelah selatan :Weringin Putih:leyangan Kecamatan Bergas
Sebelah Timur :Gondoriyo Kecamatan Bergas
Keadaan wilaah desa kalongan kecamatan ungaran timur dengan topografi atau bentangan lahan yang terdiri dari + 863,000 ha dan kondisi
geogrfis tinggi dari permukaan laut 633 m dan keadaan suhu rata-rata 24 C, curah hujan rata- rata 2,22 mm. sebagaian besar dikelurahan Ungaran
timur ini berupa lahan pertanian berupa tanah sawah, lahan pertanian kering jenis tegalan, tanah perkebunan dan ada tanah hutan dan sebagaian tanah lainya adalah kawasan perumahan penduduk.
a. Tanah sawah seluas 77,00 ha dengan rincian
Sawah irigrasai : 39,00 ha
Sawah tadah hujan : 38,00 ha
b. Tanah kering seluas 577,55 ha dengan rincian
Tegal/ ladang : 134,90 ha
Pemukiman : 290,70 ha
Pekarangan : 151,95 ha
c. Tanah perkebunan seluas 74,75 ha dengan rincian Tanah perkebunan negara : 62,00 ha
Tanah perkebunan perorangan : 10,00 ha
Tanah bengkok : 18,25 ha
Kebun desa : 5,00 ha
Lapangan olahraga : 2,00 ha
Perkantoran pemerintah : 2,50 ha
Taman kota : 3,00 ha
Bangunan sekolahan : 5,50 ha
Jalanan : 18,00 ha
Tangkapan air : 1,00 ha
Aliran listrik tenaga tinggi : 3,00 ha
d. Tanah huta seluas 62,00 ha dengan rincian
Hutan lindung : 62,00 ha
2. Potensi Wilayah
Untuk mengetahui potensi wilayah beserta sumber daya manusia yang tinggal di desa kalongan kecamatan ungaran timur bisa di lihat dari jumlah penduduk bedasarkan usia dan tingkat pendidikan.
a. Penduduk
Menurut data monografi bulan mei 2016 jumlah seluruh
2 1 – 5 431 4 831
3 6 – 10 468 444 912
4 11 – 15 407 398 805
5 16 – 20 383 394 805
6 21 – 25 411 409 820
7 26 – 30 409 441 850
8 31 – 35 429 479 908
9 36-40 446 450 896
10 41-45 363 374 737
11 46-50 330 343 673
12 51-55 310 305 615
13 56-60 243 266 509
JUMLAH
5074 5059 10133b.Pendidikan
Tingkat pendidikan Masyarakat Desa Kalongan menurut data monografi pada bulan mei 2016, sudah mengalami peningkatan dari
yang melanjutkan pendidikan sampai Perguruan Tinggi sudah cukup banyak. Dan untuk masyarakat yang telah lulus Sarjan Keatas pun
mencapai jumlah 326 orang. Namun tingkat masyarakat yang tidak sekolah juga tinggi mencapai 115 orang yang terdiri dari masyarakat
yang telah usia lanjut. Sedangkan untuk saat ini kondisi pendidikan masyarakat untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.2
Data Tingkat Pendidikan Terakhir
NO. JENIS
PENDIDIKAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 Tidak Sekolah 42 73 115
2 PLAY GRUP 264 136 400
3 BelumTamatS
D. 237 463 700
4 TidakTamatSD 109 46 155
5 Tamat SD. 793 1,004 1,797
6 Tamat SLTP 2,643 1,148 3,791
7 Tamat SLTA 1,695 1,154 2,849
8 Tamat.Akademi
/Diploma 71 57 128
JUMLAH 5,969 4,164 10,133
c.Mata Pencaharian
Ditinjau dari mata pencaharian penduduk Desa kalongan, banyak diantaranya adalah sejumlah 110 orang sebagai PNS, Pegawai Swasta 1.794 orang, buruh pabrik mencapai jumlah 820 orang, kurang
lebih 1.526 orang penduduk sebagai petani, dan sekitar 100 orang pedagang. Dari tingkat mata pencaharian masyarakat tentu sebagian
besar masyarakatnya berada pada tingkat penghasilan menengah ke bawah. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel dibawah ini :
7.
MasyarakatDesa Kalongan, Kec. Unggaran, Kab. Semarang, penduduknya beragama Islam itu lebih banyak daripada agama yang lain jumlah penduduk agama Islam di Desa Kalongan, Kec. Unggaran
dan 51 orang beragama katolik, Dengan begitu kegiatan keagamaan yaitu kegiatan berbasis Islam sangatlah banyak.
Tabel 3.4 Data Penduduk
NO. AGAMA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 Islam 4920 4911 9831
2 Katholik 28 23 51
3 Kristen 126 125 251
4 Hindu - - -
5 Budha - - -
6 Khonghcu - - -
JUMLAH 5074 5059 10.133
Dalam melihat potensi wilayah penting juga diperhatikan data tentang sarana prasarana pembangunan. Karena hal ini merupakan salah
satu kebutuhan masyarakat yang cukup penting dalam mendukung jalannya roda pemerintah disuatu wilayah. Adapun sarana prasarana
3. Sarana Dan Prasarana a. Sarana Pendidikan
Di desa kalongan mempunyai sarana pendidikan sebagai berikut :
Prasarana kesehatan yang ada di desa kalongan sebagai berikut: 1. Prasarana Kesehatan
Prasarana olahraga yang ada di desa kalongai Sebagai berikut : Lapangan sepakbola : 1 Buah
Lapangan voli : 4 Buah
Hasil wawancara peneliti dengan beberapa pelaku penjual maupun pembeli kain potongan dengan Hasil wawancara
Pertama, dengan bapak doyok selaku penjual kain kiloan dan bapak deden selaku pembeli, didapatkan informasi sebagai berikut
Bapak deden membeli kain ptongan sebanyak 1000 kg dengan
harga 4.500,000 dari bapak doyok dengan ketentuan 1.lebar barang diatas 1m
2.Berat barang sesuai dengan yang dibeli 1000kg 3.Jenis barang bahan pakaian polos
4.Warna keseluruhan putih
Biasanya setiap teransaksi itu ada barang yang tidak sesuai dan itu kebanyakan lebar kain yang kurang oleh karena itu ketika barang yang di
perjanjikan tersebut tidak sesuai lebih dari 10% itu dianggap tidak masalah dan ketika barang yang tidak sesuai tersebut melebihi 10% itu dapat untuk di kembalikan dan untuk kelebihan kain atau kekurangan kain
situ dari pihak pembeli itu dapat melihat barangnya tersebut ketika barang sudah sampai rumah.
kedua, hasil wawancara dengan bapak AL Atif warga dusun bulu Desa kalonggan kecamatan unggaran timur, sebagai penjual dan dengan
bapak farid sebagai pembelil kain potongan. Dan didapatkan informasi sebagai berikut :
Saya mendapatkan barang dari seseorang dengan barang yang
masih bercampur antara jenis kain warna kain dan lebar kain tersebut setelah itu saya pisahkan dengan jenis kain yang sama dengan warna kain
yang sama juga setelah itu saya timbang satu persatu dan ketika sudah selesai lalu saya menawaran barang kepada bapak farid dengan melalui telepon ataupun dengan BBM dengan dicantumkan jenis barang, jumlah
barang, dan harga barang. Dan biasanya kita melakukan Perjanjian jual beli tersebut hanya secara lisan atau dengan telepon yang biasa dilkukan
oleh penjual maupun pembeli kain yang ada, ketika saya menjual barang dengan bapak farid dia mau membeli kain kiloan tersebut dengan perjanjian barang harus sesuai dengan yang di tawarkan,
1.dari segi ukuran 2.Warna kain
Farid mengambil barangnya dulu dan akan saya cek semua terlebih dahulu dan pasti ada juga yang tidak sesuai dengan perjanjian walaupun cuman
sedikit dan setelah itu saya hanya ambil yang sesuai diperjanjian saja dan yang tidak sesuai saya kembalikan dan dengan sistim pembayaran cash,
ketika hanya mengandalkan saling percaya dan tanpa melihat barangnya semua hanya bisa melihat sampel saja kebanyakan itu dri pihak pembeli yang dirugikan karna tidakmugkin semua baranyang yang ditawarkan itu
sesuai semua, entah itu ukurannya kurang ataupun timbanganya yang kurang pasti ada yag cacat ataupun tidak sesuai dengan perjanjian, atau
ukuran kain kurang dari 1m karna kebanyakan penjual kain potongan itu tidak diukur dengan pasti atau dengan alat ukur yang ada hanya mengunakan perkiraan saja.
Sedangkan dengan Perjanjian itu ada yang dilakukan didepan dan ada juga yang dilakukan dibelakang, dan saya biasanya mengunakan
perjanjian yang di depan karna lebih cepat dan mudah hanya dengan modal percaya jadi tingal ngirim barang dan uang pun akan d transfer tanpa harus ketemu dengan sipembeli langsung.
Perjanjian yang didepan: pembeli melihat contoh baang terseut ketempat sipenjual ketika sipembeli tertarik dengan barang tersebut
sipembeli membayar barang tersebut dengan perjanjian jumlah barang 1,000kg harga barang 35,000,000 dan lebar barang minimal 1m dan itupun harus sesuai dengn barang tersebut, ketika barang sudah dikirim dan
dengan yang diperjanjikan maka barang yang tidak sesuai itu dikembalikan, ketika barang yang tidak sesuai itu kurang dari 10% itu
dianggap wajar, kebanyakan untuk pelangan saya itu mengunakan perjanjian yang didepan karena lebih mudah dan cepat dan bisa di bilang
hanya dengan kepercayaan dari pihak pembeli dengan pihak penjual. Perjanjian yang di belakang: sipenjual menawarkan barang kepembeli dengan barang 1,000kg harga barang 35,000,000 dan lebar
barang tersebut harus sesuai dengan ukuran minimal 1m kalau melebihi ukuran tersebut malah lebih bagus, jadi dari pihak penjual itu hanya
mengirim barangnya ke tempat sipembeli dan akan dicek semua lagsung oleh pihak pembeli dari jumlah barang, lebar barang, dan warna barang dan ketika barang tersebut banyak yang tidak sesuai maka barang yang
tidak sesuai itu dikembalikan dan hanya yang sesuai saja yang diambil dan untuk sistem pembayarannya secara cash.
C. Bentuk Jual Beli
Bentuk Transaksi Jual beli yang berada di desa kalongan kecamatan ungaran timur kabupaten semarang ini ada dua macam jenis transaksi yang
dilakukan antara lain.
1. Transaksi Jual Beli
a. Transaksi Via Telepon