• Tidak ada hasil yang ditemukan

INJAUAN HUKUM ISLAM DALAM JUAL BELI KAIN POTONGANDI DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "INJAUAN HUKUM ISLAM DALAM JUAL BELI KAIN POTONGANDI DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG - Test Repository"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

“TINJAUAN HUKUM ISLAM DALAM JUAL BELI

KAIN POTONGANDI DESA KALONGAN

KECAMATAN UNGARAN TIMUR

KABUPATEN SEMARANG”

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam (S.H)

Oleh :

HADDADUL WATON

NIM : 214 11 023

JURUSAN S1-HUKUM

EKONOMI SYARI’AH (HES)

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

ii

“TINJAUAN HUKUM ISLAM DALAM JUAL BELI

KAIN POTONGANDI DESA KALONGAN

KECAMATAN UNGARAN TIMUR

KABUPATEN SEMARANG”

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam (S.H)

Oleh :

HADDADUL WATON

NIM : 214 11 023

JURUSAN S1-

HUKUM EKONOMI SYARI’AH (HES)

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

vii

MOTTO

نَأ ّلاِإ ِلِطاَبْلاِب ْمُكَنْ يَ ب ْمُكَلاَوْمَأ ْاَوُلُكْأَت َلا ْاوُنَمآ َنيِذّلا اَهّ يَأ اَي

ْمُكْنّ ضٍااَ َ ت نَ ةً َااَ ِت َنوُكَت

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

(9)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan

atas dukungan dan do‟a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada: 1. Tuhan YME, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka skripsi ini dapat

dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Tuhan

penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do‟a.

2. Ayah Nasihudin Dan Ibu Atun Woninten tercinta & tersayang yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh cinta dan kesabaran serta ikhlas-tulus memberikan dukungan dan doa restunya kepada penulis.

3. Bapak dan Ibu Dosen,khususnya Ibu Dra. Siti Zumrotun dan Ibu Evi Ariyani, M.H,penguji dan pengajar, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik. 4. Almarhumah Nenek Suwarti yang senantiasa mendoakan dengan ketulusan

hatinya di alam sana semoga ditempatkan disisih allah.

5. Kakak saya Jasoshul Wathon, yang senantiasa memberikan dukungan,

semangat, senyum dan do‟anya untuk keberhasilan ini,

6. Rossi Dewi Riana, seseorang yang telah memberikan semangat dan motivasi yang tinggi sehingga penulis selalu semangat dalam menjalani kehidupan. 7. Teman-teman ku semuanya khususnya, Sokri, Iler, Gumo‟ong/ Ndung, Telo,

dan masih banyak lagi, keluarga baru di Mapala MITAPASA, sahabat dan sejawat tersayang, tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak kan mungkin aku sampai di sini.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

ميحرلا نحمرلا للها مسب

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada

junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi

syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana syari‟ah. Adapun judul skripsi ini

adalah “Tinjauan Hukum Islam Dalam Jual Beli Kain Potongan Di Desa

Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga. 3. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah di

IAIN Salatiga

(11)

x

5. Seluruh Dosen Fakultas Syaria‟ah Jurusan hukum ekonomi syariahIAIN Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai.

6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun spiritual serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita.

7. Sejawat-sejawat Mapala MITAPASA khususnya angkatan XVII dan sahabat-sahabat semua yang telah membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amien ya robbal

„alamien.

Salatiga, 09 september 2016 Yang menyatakan

(12)

xi

ABSTRAK

Waton, Haddad. 2016. (tinjauan hukum islam dalam jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang). Skripsi Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Ekonomi Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.

Kata Kunci: Tinjauan Hukum Islam Dalam Jual Beli Kain Potongan Di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang

Penelitian tentang jual beli kain potongan yang terjadi di desa kalongan kecamatan ungaran timur kabupaten semarang adalah ditujukan kepada penjual dan pembeli kain potongan yang berada di Desa Kalongan. Adapun permasalahan yang akan dikaji yakni: bagaimana proses jual beli kain potongan di Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semrang? bagaimana pandangan hukum islam terhadap jual beli kain potongan di Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang?

Dalam skripsi ini mengunakan metode penelitian kualitatif, digunakan untuk penelitian pada kondisi objek yang alamiah, merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan yang kokoh serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi pada lingkungan tersebut.

Proses jual beli kain yang terdapat di Desa Kalongan Kecaatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang mengunakan sistem tawar-menawar melalui telepon dan BBM (Black Barry Masenger) dari situ terjadi kesepakatan antara penjual dan pembeli sesuai dengan perjanjian. adapun transaksi pembayaran dilakukan dengan sistem transfer dan tunai. Ketika jual beli tersebut terjadi cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, maka antara penjual dan pembeli melakukan khiyar

dan barang yang tidak sesuai tersebut dapat dikembalikan oleh pihak penjual. Adapun hasil penelitian dapat dipaparkan peneliti, sebagai berikut: Pelaksanaanjual beli kain potongan yang terjadi di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, tetapberpegangteguhpada

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN BERLOGO ... i

HALAMANJUDUL ... ii

HALAMAN DEKLARASI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

(14)

xiii

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Kalongan Dalam Lintas Sejarah ... 39

B. Praktek Jual Beli Kain ... 49

C. Bentuk Jual Beli ... 52

1. Transaksi Jual Beli ... 52

2.Transaksi Pembayaran ... 54

3.Pelaksanaan Khiyar ... 55

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Jual Beli Kain Potongan Di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Dengan Hukum Islam ... 58

B. Kesesuaian Pelaksanaan Khiyar Dalam Hukum Islam ... 60

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Khiyar ... 61

D. Usaha Untuk Memperbaiki Pelaksanaan Khiyar ... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Jumlah Penduduk ... 47

Tabel 3.2 Data Tingkat Pendidikan Terakhir ... 48

Tabel 3.3 Data Mata Pencaharian ... 50

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas untuk

berhubungan dengan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia sangat beragam, sehingga terkadang secara pribadi ia tidak mampu untuk memenuhinya dan harus berhubungan dengan

orang lain. Dalam hubungan satu manusia dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan, harus terdapat aturan yang menjelaskan hak dan

kewajiban keduanya berdasarkan kesepakatan. Hak dan kewajiban adalah sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Ketika mereka berhubungan dengan orang lain, maka akan timbul hak dan kewajiban yang

akan mengikat keduanya.

Menurut Ulama Mazhab Syafi‟i dan Hambali, jual beli adalah saling

menukar harta dalam bentuk pemindahan kepemilikan. Dalam hal ini mereka

memberi penekanan pada kata “pemilikan” karena ada juga tukar-menukar

harta yang sifatnya tidak harus di miliki. Secara etimologi yaitu mengganti

atau menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.Menurut ulama Mazhab Hanafi, jual beli adalah saling menukar harta dengan cara tertentu, tukar

menukar suatu yang di inggini, sepadan, dan bermanfaat dengan cara tertentu.(Azyumardi Azra.2005:293)

Adapun Syarat-Syarat jual beli dapat dilihat dari empat sisi, yaitu dari

(18)

pelaksanaan akad jual beli, dan kekuatan ikatan akad itu sendiri. Dari sisi akad, ada empat yang harus di penuhi: 1. Orang yang melakukan akad

(penjual dan pembeli) disyaratkan telah berakal (anak kecil dan orang gila akadnya tidak sah) dan berbeda, artinya seorang tidak dapat bertindak dalam

waktu yang sama sebagai penjual maupun sebagai pembeli sekalikus terhadap akad dan barang yang sama, kecuali hakim. 2. Akad itu sendiri sesuai antara ijab dan kabul. 3. Tempat melakukan akad disyaratkan harus pada suatu

tempat (majelis) atau satu waktu pembicaraan, karena di zaman sekarang, tidak sedikit transaksi jual beli yang di lakukan melalui telepon. Sehubungan

dengan hal ini, terjadi perbedaan pendapat antara ulama, apakah pembicaraan dalam jual beli tersebut masih dikatakan satu majelis jika pembicaraan telah di selinggi dengan pembicaraan lain sedangkan tempatnya masih satu,atau

tempatnya terpisah. Menurut ulama mazhab Maliki, tidak ada salahnya pembicaraan jual beli tersebut terputus, asalkan masih dalam persoalan jual

beli. Akan tetapi ulama mazhab Syafi‟i dan Hambali berpendapat antara ijab

dan kabul tidak dapat dipisahkan dalam waktu yang lama, yang ,mengidikasikan jual beli itu tidak jadi. 4. Barang yang di akad kan seperti

Barang itu ada, atau tidak ada ditempat, tetapi pihak penjual menyatakan kesanggupannya untuk mengadakannya. Dapat di manfaatkan dan bermanfaat

(19)

Dari sisi sahnya akad tersebut, jual beli itu harus terhindar dari cacat. Misalnya, kriteria barang tidak di ketahui, baik jenis, kualitas, dan

kuantitasnya,jumlah harga tidak jelas, adanya unsur paksaan dan jual beli tersebut mengandung unsur tipuan, mudarat serta adanya syarat-syarat yang

membuatnya rusak.

Dari sisi pelaksanaan jual beli, orang yang berakad mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli. Misalnya, barang tersebut milik sendiri

(bukan milik orang lain atau tersangkut hak orang lain dalam dalam barang itu). Akad jual beli tidak dapat di laksanakan apabila orang yang berakad

tidak mempunyai kekuasaan langsung, misalnya seseorang bertindak mewakili orang lain dalam jual beli. Dalam hal ini, orang tersebut harus mempunyai persetujuan dahulu dari orang yang diwakilinya dan setelah itu jual beli dapat

di laksanakan. (Azyumardi Azra.2005:295)

Mekanisme yang dilakukan dalam jual-beli kain potongan di Desa

Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, memiliki potensi yang dapat merugikan satu pihak terkait sepertisipembeli. Banyak aspek yang berpotensi menjadi faktor penyebab dikategorikannya sebuah transaksi

jual-beli menjadi tidak sehat, dalam arti terdapat kecurangan diantaranya adalahpenjualdan objek barang. Penjualbisa menjadi faktor penyebab

dikategorikannya sebuah transaksi jual-beli tidak sehat ketika barang yang diberikan kepada pembeli tidak sesuai dengan barang yang ditawarkan. Karena Dalam jual-beli Kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran

(20)

akan dijualnya melalui BBM atau Telepon dengan menjelaskan dan mencantumkanfoto barang, Jumlah banyaknya barang, harga barang. untuk

pembayaran ada adadua sistem pembayaran yaitu di lakukan dengan sistem teransfer melalui ATM dan sistem tunai. di jual beli kain potongan di Desa

Kalongan Kecamatan Ungaran Timur ini pembelibisa menjadi pihak yang dirugikan. Dikarenakan sipembeli biasanya memeriksa barang itu ketika sudah sampai rumah, dan ada juga barang yang di retur atau dikembalikan,

apa karena sipenjual yang tidak jujur dalam memberikan informasi tentang barang tersebut, atau karena si pembeli yang kurang jelas atas informasi

tentang barang tersebut.

Ketika kedua belah pihak ada yang mempunyai moral hazard atau keinginan yang tidak baik dalam bertransaksi jual-beli, maka didalam Hukum

Islam mempunyai hak khiyar, yakni hak untuk memilih antara dua, meneruskan akad jual beli atau mengurangkan ( menarik kembali, tidak jadi

jual beli) diadakan khiyar oleh syara‟ agar kedua belah pihak atau kedua orang yang melakukan jual beli dapat memikirkan kemaslahatan masing-masing lebih jauh, supaya tidak akan terjadi penyesalan dikemudian hari

lantaran salah satu pihak ada yang dirugikan karena merasa tertipu. (Sulaiman Rasjid.2014:286)

Berangkat dari permasalahan diatas penyusun tertarik untuk

melakukan penelitian dengan mengangkat judul “TINJAUAN HUKUM

(21)

KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN

SEMARANG.”

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana proses jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran timur Kabupaten Semarang ?

2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang.?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari uraian diatas, maka dapat di angkat tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semaranng.

2. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam dalam praktik jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten

Semarang.

D. Kegunaanpenelitian

Agar tulisan ini dapat memberikan hasil yang berguna secara

keseluruhan, maka penelitian ini sekiranya dapat memberikan manfaat diantaranya:

1. Menambah wawasan keilmuan tentang sistem jual beli kain potongan 2. Menambah wawasan keilmuan mahasiswa serta masyarakat umum tentang

(22)

3. Bisa menjadi bahan sosialisasi kepada masyarakat tentang sistem jual beli kain potongan

4. Menjadi refrensi untuk peneliti selanjutnya E. Penegasan Penelitian

Agar terdapat kejelasan mengenai judul penelitian di atas, maka penulis perlu menjelaskan maknanya sebagai berikut:

1.Pengertian jual beli

Jual beli yaitu suatu pertukaran atau saling menukar, Jual beli juga dapat diartikan menukar uang dengan barang yang diingginkan sesuai

dengan rukun dan syarat tertentu.setelah jual beli dilakukan secara sah, barang yang dijual menjadi milik pembeli sedangkan uang yang dibayarkan pembeli sebagai penganti harga barang, menjadi milik penjual. Sedangkan

menurut pengertian fiqih, jual beli yaitu menukar suatu barang dengam barang yang lain dengan cara yang tertentu (Akad).(Sulaiman

Rasjid.2014:278) 2.Khiyar

Khiyar yaitu memilih mana yang lebi hbaik dari dua hal atau lebih. dalam akad khiyar berarti hak memilih bagi pihak-pihak bersangkutan untuk melangsugkan akad yang telah di adakan khiyar

syarat, khiyar rukyat atau khiyar cacat. Hak khiyar dimaksudkan guna menjamin agar akad yang diadakan benar-benar terjadiatas kerelaan penuh pihak-pihak bersangkutan karena sukarela itu merupakan asas bagi sahnya

(23)

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalampenelitian ini yang digunakan

adalahpenelitiankualitatif.Maksud dari penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yangberlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya Adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.

(Sugiyono,2010:9) 2. Metode pendekatan

Dalam penelitian in metode yang digunakan peneliti adalahDeskriptif Analitis, yaitu mempelajari masalah danmenggambarkan tata cara yang berlaku dalam masyarkat, kemudian

menganalisis dengan teori yang ada.

Menurut Sugiyono dalam bukunya metode penelitian

kualitatif,Metode Deskriptif Analisis merupakan metode penelitian dengan caramengumpulkan data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudiandata-data tersebut disusun, diolah dan dianalisisuntuk

dapatmemberikan gambaranmengenai masalah yang ada. (Sugiyono,20010:105)

3. LokasiPenelitian

(24)

4. Sumber data

Pengumpulan data merupakan langkah riil yang sangat dibutuhkan sehubungan dengan referensi yang sesuai dengan objek. Dalam penyusunan

skripsi ini dilakukan, Data yang dibutuhkan atau diperlukan Dalam penelitian ini data yangdiperlukan adalah data tentang jual beli dan khiyar

dalam Islam dengan melihat baik dari aspek materil maupun praktek di

dalam kehidupan sehari-hari.

Pengumpulan data merupakan suatu tahapan dalam proses

penelitian yang sifatnya mutlak untuk di lakukan karena data merupakan suatu fenomena yang akan di teliti. Pengumpulan data di fokuskan pada pokok permasalahan yang ada, sehingga dalam penelitian tidak terjadi

penyimpangan dalam pembahasan a. Data sekunder

Data sekunder merupakan data-data yang di peroleh dari bahan-bahan pustaka

b. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti yaitu dari pihak penjual maupun pembeli

(25)

menutup kemugkinan untuk mengembangkan pertanyaan yang lebih luas tetapi sesuai dengan apa yang ada di daftar pertanyaan.

5. Metode pengumpulan data.

Teknik pengumpulan data dapat di peroleh sebagai berikut:

a. Observasi

Suatu penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam

lingkungan subyek, dalam selama itu data dalam bentuk catatan lapangan di kumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa

ganguan. (Lexy J. Moelong, 2009:187)

Dalam penelitian ini penulis mencoba mengamati secara langsung kegiatan atau praktek jual beli kain kiloan tersebut, untuk

memperoleh gambaran detail dari upaya pelaksanaan jual beli yang di lakukan penjual maupun pembeli.

b. Wawancara.

Wawancara dilakukan dengan pihak penjual dan pembeli kain potongan dan itu lebih dari sekedar percakapan, selalu

terdapat suatu tujuan dan biasanya wawancara memiliki beberapa bentuk struktur, tujuan drajat struktur di bentuk oleh

seseorang,yaitu sang peneliti, yang mengorganisir wawan cara sedemikian rupa untuk meliputi topik yang di mintainya sekaligus menggerakkan diskusi ke arah yang di ingginkannya dengan

(26)

6. Analisis data

Analisisdata dalam tesis ini akan menggunakan metode analisis

kualitatif. Analisis kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi pada lingkunggan setempat.dengan data kualitatif kita dapat

mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh

penjelasan yang banyak dan bermanfaat.(Matthew,1992:1-2)

Pemilihanmetodeiniadalahatasdasarbahwaanalisisterhadapmaterida nbahan-bahanhokumtersebutuntukselanjutnyaakandipelajaridandianalisis,

sehinggadiharapkan agar tujuandaritesisiniakantercapai. 7. Penegesahan keabsahan data

Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi empat teknik yaitu:

a. Kredibilitas yaitu kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data

dan informasi yang di kumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dari

responden sebagai informan.

(27)

setingan tertentu dapat di transfer dalam subjek lain yang memiliki tipologo yang sama.

c. Dependabilitas, kriteria ini dapat di gunakan untuk menilaiapakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak, dengan mengecek

apakah si peneliti sudah cukup hati-hati, apakah pembuat kesalahan dalam mengkonseptualisasikan rencana penelitiannya, dalam pengumpulan data, dan dalam penginterpretasiannya.

d. Konfirmabilitas, kriteria untuk menilai kebermutuan hasil penelitian. (Syamsuddin,2015:91-92)

8. Tahap-TahapanPenelitian.

a. Memilih tempat,pelaku serta kegiatan yang akan diteliti

b. Melaksanakan observasi berupa wawancara kepada informan

secara langsung

c. Mencatat hasil observasi

d. Melakukan observasi deskriptif atau menjabarkan hasil wawancara e. Melakukan analisis domain yaitu menemukan berbagai gambaran umum dari objek yang diketahui. Selanjutnya memilih kategori

objek yang spesifik untuk dikembangkan.

f. Melakukan analisis , menjabarkan kategori yang dipilih secara

lebih rinci

g. Melakukan analisis dengan mengabungkan antara data yang diperoleh dari hasil wwancara dengan teori yang digunakan untuk

(28)

h. Mencatat hasil analisis teori dengan hasil penelitian, mencari kekuragan data yang diperoleh

i. Mencari data tambahan dari sumber yang mendukung j. Mencatat hasil penelitian. (Sugiyono,2010:254)

G. SistematikaPenulisan

Untukmempermudahdalammempelajaridanmemahamikeseluruhanme

ngenaipenelitianini, makapenulismembagisistematikapenulisansebagaiberikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi Latar Belakang Masalah, fokus Penelitian, Tujuan

Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Berisi pengertian jual beli, dasar hukum jual beli, rukun jual beli, syarat jual beli, syarat sah jual beli, bentuk-bentuk

jual beli, kewajiban pembeli, kewajiban penjual,pengertian

khiyar, hak Khiyar, macam-macam Khiyar, pengertian kain

potongan

BAB III HASIL PENELITIAN

Berisi Sejarah terjadinya desa Kalongan, Data penduduk

(29)

Hasil penelitian dan wawancara dengan pelaku (penjual dan pembeli) kain Potongan di Desa Kalongan

Kec.Ungaran Timur Kab.Semarang.

Berisi tentang transaksi jual beli kain potongan, transaksi

pembayaran, pelaksanaan khiyar. BAB IV ANALISIS

Analisa praktek jual beli kain potongan di Desa

Kalongankecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dengan Hukum Islam, Kesesuaian pelaksanaan khiyar

dalam hukum islam, faktor- faktor yang mempengaruhi

khiyar, Usaha untuk memperbaiki pelaksanaan khiyar

BAB V PENUTUP

(30)

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli 1. Pengertian jual beli

Jual beli sebagai sarana saling memenuhi kebutuhan manusia

sudah ada sejak manusia lahir, namun teknis pelaksanannya berbeda. Jual beli yang paling sederhana dilangsugkan dengan menukar barang dengan barang lainnya, karena mereka belum mengenal nilai tukar. Jual beli

seperti ini disebut dengan barter atau al-muqayyadah. Setelah nilai tukar (uang) di kenal, jual beli banyak di lakukan berdasarkan nilai tukar ini,

pada zaman rasulullah SAW dinar (mata uang emas lama) dan dirham (mata uang perak) dipakai sebagai alat tukar (Azyumardi, 2003:293-294).

Menurut KUH Perdata pasal 1457, jual beli adalah suatu perjanjian

dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah

dijanjikan.

Jual beli menurut bahasa artinya memindahkan hak milik terhadap

benda dengan akad saling menganti, jika dia mengeluarkan dari hak miliknya, jika dia membelinya dan memasukan kedalam hak miliknya, dan ini termasuk dalam nama-nama yang mempunyai lawan kata jika

(31)

mengambil dan artinya dan syara yang artinya menjual. Allah berfirman: dan mereka menjualnya dengan harga yang sedikit, artinya

mereka menjual yusuf, karena masing-masing pihak telah mengambil ganti dan memberi ganti,yang satu sebagai penjual dengan yang ia beri

dan pembeli dengan apa yang ia ambil, maka kedua nama ini layak untuk di jadikan sebagai sebutannya.

Perkataan jual beli terdiri dari dua kata jual dan beli sebenarnya

„jual‟dan„beli‟ mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang,

Kata jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual, sedangkan kata

beli adanya perbuatan membeli. Dengan demikian, perkataan „jual beli‟ menunjukkan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan pihak lain membeli(Suhrawardi,2014:128).

Jual beli yaitu mengganti atau menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain(Azyumardi, 2003:293).Sedangkan menurut syari‟at, yang

dimaksud dengan jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling rela. Atau memindahkan milikdengan ganti yang dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah) (Sabiq, 1988:47).

Jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang tertentu (akad) (Sulaiman, 2012:278) sedangkan

(32)

Sedangkan menurut ulama mazhab hanafi yatu saling menukar harta dengan cara tertentu. Ulama mazhab hanafi lainya mengatakan

bahwa jual beli adalah tukar menukar sesuatu yang di inggini, sepadan, dan bermanfaat dengan cara tertentu. Yang di maksud dengan cara tertentu

atau khusus adalah melalui ijab dan kabul atau dengan cara saling memberikan barang dan uang antara penjual dan pembeli.

Adapun menurut ulama mazhab syafi‟i yaitu saling menukarharta

dan bentuk pemindahan pemilikan. Dalam hal ini mereka memberi penekanan pada kata „‟pemilikan‟‟ karena ada juga tukar menukar barang

yang sifatnya tidak harus di miliki, seperti sewa-menyewa (ijaroh). Sedangkan menurut ibnu hajar pada dasarnya jual beli yang mengandung unsur ketidak jelasan dilarang dalam Islam (Hajar,2002:200).

2. Dasar Hukum Jual Beli

Jual beli merupakan akad yang dibolehkan berdasarkan Alquran,

sunnah dan ijma‟ para ulama. Dilihat dari aspek hukum, jual beli

hukumnya mubah kecuali jual beli yang dilarang oleh syara‟. Adapun

dasar hukum dari Alquran antara lain (Muslich, 2010: 177-179).

a. Surat Al-Baqarah ayat 198:

يْمكُ بِّبلَ يْنمِ لًا يْ لَ ا كُ لَتَ يْ لَتَ يْ لَ حٌا لَ كُ يْمكُ يْيلَ لَ لَ يْيلَل

(33)

b. Surah Al-Baqarah ayat 275



لَببِّرلا لَمَّرلَحلَو لَعيْيلَتَ يْلا كُهَّ لا َّللَحلَ لَو

Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (Al-Baqarah ayat 275).

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya

Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”.(An-Nisa‟ayat 29)

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Rifa‟ah bin Rafi‟ Al

-Bazzar dan al Hakim ditegaskan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda ketika ditanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan yang paling baik.

Rasulullah SAW Menjawab: “usaha tangan manusiasendiri, serta jual beli

yang diberkati” dengan kata lain, jual beli yang jujur tanpa di iringgi

(34)

Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dari Sa‟id Al-khudri, Rasulullah SAW juga

menyatakan “ jual beli itu didasarkan oleh suka sama suka.” Begitu pula

dalam hadis riwayat at-tirmizi, Rasulullah SAW bersabda: “pedagang yang jujur dan dapat dipercaya itu sejajar (tempatnya di Surga) dengan

para Nabi, Siddiqin, dan suhada.” Pada dasarnya jual beli dihukumkan

mubah (boleh) jika dilakukan sesuai dengan tuntutan syariat Islam (Azyumardi, 2003:294).

3. Rukun Jual Beli

Ada beberapa rukun jual beli yang harus dipenuhi agar sebuah

transaksi jual beli bisa dikatakan dengan sah oleh sarak (hukum islam). Menurut sulaiman rukun jual beli itu ada tiga macam yaitu:

a. Penjual dan pembeli

1).Berakal

2).Bukan paksaan

3).Balig

b. Uang dan benda yang dibeli 1) Suci

2) Ada manfaatnya

3) Barang itu dapat diserahkan

4) Barang sendiri

5) Barang diketahui oleh penjual dan pembeli c. Lafad ijab dan kabul

(35)

2) Makna keduanya hendaknya mufakat (Sama) walaupun lafadnyaberlainan

3) Keduanya tidak disangkutkan dengan urusan yang lain 4) Tidak berwaktu (Sulaiman, 2012: 279)

Rukun jual beli menurut Hanafiah adalah ijab dan qabul yang menunjukan sikap saling tukar-menukar, atau saling memberi.atau dengan redaksi yang lain, ijab qabul adalah perbuatan yang menunjukkan

kesediaan dua pihak untuk menyerahkan milik masing-masing kepada pihak lain, dengan menggunakan perkataan atau perbuatan (Muslich,

2010: 179-186).

Menurut jumhur ulama rukun jual beli itu ada tiga, yaitu a. Penjual dan Pembeli

Orang yang melakukan akad, yaitu penjual dan pembeli. Secara umum, penjual dan pembeli harus orang yang memiliki ahliyah

(kecakapan) dan wilayah (kekuasaan). Persyaratan penjual dan pembeli secara rinci akan diuraikan dalam pembahasan berikutnya , yaitu mengenai syarat-syarat jual beli(Aziz,2010:27).

b. Ijab dan Qabul

1) Pengertian Ijab dan Qabul

Secara umum ijab dan qabulialah ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab dan qabul

dilakukan sebab ijab qabul menunjukan kerelaan (keridhaan).

(36)

Akad adalah bentuk ungkapan dari ijab dan qabul apabila akadnya akad iltizam yang dilakukan oleh dua pihak, atau ijab saja apabila

akadnya akad iltizam yang dilakukan oleh satu pihak.

3) SifatIjab dan Qabul

Akad terjadi karena adanya ijab dan qabul. Apabila ijab sudah diucapkan, tetapi qabul belum keluar maka ijab belum mengikat.

c. Objek Akad Jual Beli.

Objek akad jual beli adalah barang yang dijual (mabi‟) dan

harga atau uang (tsaman).

Sedangkan menurut abdul aziz rukun jual beli itu ada tiga : a. keduabelah pihak yang berakad

b. Yang diakadkan

c. Lafat yang diucapkan pada waktu akad

Oleh sebab itu, ada yang mengatakan penanaman pihak yang berakad sebagai rukun bukan sebagai hakiki tetapi secara istilah saja, karena ia bukan bagian barang yang dijual belikan yang di dapati diluar,

sebab akad akan terjadi dari luar jika terpenuhi dua hal yang pertama shighat yaitu ijab dan qabul (Aziz,2010:28).

4. Syarat Jual Beli

Ada empat syarat jual beli yang harus dipenuhi dalam akad jual beli, yaitu (Muslich, 2010: 186-200):

(37)

Syarat harus terpenuhi agar akad jual beli dipandang sah

menurut syara‟. Apabila syarat ini tidak terpenuhi, maka akad jual

beli menjadi batal. Hanafiah mengemukakan empat macam syarat untuk keabsahan jual beli:

1) Syarat berkaitan dengan orang yang melakukan akad

Syarat untukorang yang melakukan akad, yaitu penjual dan pembeli ada dua:

a) Orang yang berakad harus berakal. Maka tidak sah akad yang dilakukan oleh orang gila, dan anak yang belum

berakal

b) Orang yang melakukan akadharus berbilang (tidak sendirian).

2) Syarat berkaitan dengan akad itu sendiri.

Syarat akad yang sangat penting adalah bahwa qabul

harus sesuai dengan ijab, dalam arti pembeli menerima apa yang di-ijab-kan (ditanyakan) oleh penjual.

3) Syarat berkaitan dengan tempat akad.

Syarat yang berkaitan dengan tempat akad adalah ijab dan

qabul harus terjadi dalam satu majelis. Apabila ijab dan

qabul berbeda majelis, maka jual beli tidak sah. 4) Syarat berkaitan dengan objek akad.

Syarat yang harus dipenuhi oleh objek akad adalah

(38)

a).Barang yang dijual harus ada

b).Barang yang dijual harus barang yang sudah dimiliki.

c).Barang yang dijual harus bisa diserahkan pada saat dilakukannya akad jual beli.

b. Syarat kelangsungan jual beli

Untuk kelangsungan jual beli diperlukan dua syarar sebagai berikut

1) Kepemilikan atau kekuasaan

Pengertian kepemilikan atau hak milik adalah menguasai sesuatu

dan mampu men-tasarruf-kannya sendiri, karena tidak ada

penghalang yang ditetapkan oleh syara‟.

2) Pada benda yang dijual (mabi‟) tidak terdapat hak orang lain.

Apabila di dalam barang yang dijadikan objek jual beli itu terdapat hak orang lain, maka akadnya mauquf dan tidak bisa

dilangsungkan. c. Syarat mengikat

Untuk mengikatnya (luzum-nya) jual beli disyaratkan akad jual

beli terbebas dari salah satu jenis khiyar yang membolehkan kepada salah satu pihak untuk membatalkan akad jual beli, seperti khiyar

(39)

membatalkan jual beli atau meneruskan atau menerimanya(Muhammad,2012: 800).

Sedangkan menurut Muhammad, Syarat jual beli ada tuju yaitu: a. Sama sama ridho baik penjual maupun pembeli, kecuali orang yang

dipaksa dengan kebenaran.

b. Bahwa boleh melakukan transaksi, yaitu dengan syarat keduanya yang mukalaf cerdas dan merdeka.

c. Yang dijual adalah yang boleh diambil manfaatnya secara mutlak, maka tidak boleh menjual yang tidak ada manfaatnya diharamkan

seperti arak, dan babi.

d. Bahwa yang dijual adalah milik sang penjual, atau diijinkan baginya menjualnya pada saat transaksi.

e. Barang yang dijual harus sudah dietahui oleh kedua belah pihak yang melakukan transaksi dengan melihat atau dengan sifat.

f. Bahwa harganya sudah diketahui

g. Bahwa yang dijual itu harus bisa diserahkan, maka tidak boleh menjual ikan yang masih berada di laut atau burung yang di udara

(Muhammad,2012: 801).

5. Syarat Syah Jual Beli

Menurut Muslich (2010:190) syarat syah ini terbagi dalam dua bagian, yaitu syarat umum dan syarat khusus. Syarat umum yarat yang

harus ada disetiap jenis jual beli terus diangap syah menurut syara‟ secara

(40)

A. Ketidak jelasan

Yang dimaksud disini adalah ketidak jelasan yang serius yang mendatangkan perselisihan yang sulit untuk diselesaikan. Ketidakjelasan ini ada empat macam, yaitu:

1) Ketidak jelasan dalam barang yang di jual, baik jenisnya,macamnya,atau kadarnya menurut pandangan pembeli.

2) Ketidak jelasan harga.

3) Ketidakjelasan masa tempo, dalam harga yang diangsur, atau dalam khiyar syarat. Dalam hal ini waktu harus jelas, apabila

tidak jelas maka akad menjadi batal.

4) Ketidak jelasan dalam langkah-langkah penjaminan, misalnya

penjual mensyaratkan diajukannya seorang kafi (penjamin). dalam hal ini penjamin tersebut harus jelas apabila tidak jelas maka akad jual beli akan batal.

b. Pemaksaan

Pengertian pemaksaan adalah mendorong orang lain (yang

dipaksa) untuk melakukan suatu perbuatan yang tidak disukainya, paksaan ini ada dua macam yaitu:

1) Paksaan absolut yaitu paksaan dengan ancaman yang sanggat

(41)

2) Paksaan relatif yaitu paksaan dengan ancaman yang lebih rigan, misalnya akan dipukul (Muslich,2010:191).

Kedua macam paksaan tersebut mempunyai pengaruh terhadap jual beli yang fasid menurut jumhur Hanafiyah, dan Mauquf

menurut zufar.

1) Pembatasan dengan waktu

Yaitu jual beli dengan dibatasi waktu seperti, saya jual

baju ini kepadamu untuk selama satubulan atau satu tahun, jual beli semacam ini hukumnya fasid, karena kepemilikan atas satu

barang, tidak bisa dibatasi waktunya. 2) Penipuan.

Yang dimaksud dengan penipuan disini adalah dalam sifat

barang. Seperti seorang menjual sapi dengan peranyataan bahwa sapi itu airsusunya sehari sepuluh liter, padahal kenyataannya

paling banyak dua liter. Akan tetapi, apabila ia menjualnya dengan pernyataan bahwa air susunya lumayan banyak tanpa penyebutan kadarnya termasuk syarat yang sahih.apabila

penipuanya itu dalam bentuk barang maka ini membatalkan jual beli (Muslich,2010:192).

3) Kemudaratan

Kemudaratan ini terjadi apabila penyerahan barang yang dijual tidak mugkin dilakukan kecuali dengan memasukkan

(42)

Seperti seorang menjual baju (kain) satu meter yang tidak bisa dibagi dua. Dalam pelaksanaanya terpaksa baju (kain) tersebut

dipotong, walaupun hal itu merugikan sipenjual.Dikarenakan

kerusakan ini untuk menjaga hak perorangan, bukan hak syara‟

maka para fukaha penetapkan, apabila penjual melaksanakan kemadorotan atas dirinya, dengan cara memotong baju (kain) dan menyerahkan kepada pembeli maka akad berubah menjadi

shahih(Muslich,2010:192). 4) Syarat yang merusak

Yaitu syarat yang ada manfaatnya bagi salah satu pihak

yanng bertransaksi, tetapi syarat tersebut tidak ada dalam syara‟

dan adat kebiasaan atau tidak dikehendaki oleh akad, atau tidak

selaras dengan tujuan akad. Misalnya seorang menjual mobil dengan syarat ia (penjual) akan menggunakan sebulan setelah

terjadinya akad jual beli tersebt (Muslich,2010:193). 6. Bentuk-Bentuk Jual Beli

Dilihat dari segi sah dan tidak sahnya, para ulama membagi jual

beli menjadi tiga bentuk yaitu: a. Jual beli yang sahih

(43)

Jual beli bisa dibilang batil yaitu karena apabila salah satu atau seluruh rukunnya tidak terpenuhi, atau jual beli itu pada dasar

dan sifatnya tidak di syariatkan. Misalnya jual beli yang di lakukan oleh anak-anak atau oleh orang gila, barang-barangnya

yang di haramkan untuk dijual (seperti bangkai, darah, babi, khamar), dan Ada juga beberapa bentuk jual beli yang di katakan batil yaitu:

1) Jual beli sesuatu yang tidak ada,seperti menjual sapi yang belum ada.

2) Jual beli barang yang tidak dapat diserahkan kepada penjual, seperti burung yang terbang di udara.

3) Jual beli yang mengandung unsur penipuan atau unsur

spekulatif yang sangat tinggi, seperti jual beli al-hissah (jual beli dengan lemparan batu, yang intinya jika batu dilemparkan

dibarang-barang tersebut, maka yang kena yang dijual) dan jual beli mulamasah (barang yang terpegang oleh pembeli adalah barang yang dijual).

4) Jual beli benda-benda najis, seperti babi, khamar, bangkai, dan darah.

(44)

sah,tetapi ketika jual beli tidak jadi, harga yang telah diberikan pada penjual itu menjadi hibah baginya

6) Jual beli air sunggai, air danau,air laut, dan air yang tidak boleh di miliki oleh seseorang, air merupakan hak umat

manusia maka tidak boleh diperjual belikan. c. Jual beli yang fasid (rusak)

Adapun jual beli dikatakan fasid (rusak) apabila jual beli itu

pada dasarnya dibolehkan, tetapi sifatnya tidak memenuhi syarat. Misalnya, menjual rumah atau mobil kepada orang lain tanpa

menunjukan identitasnya yang jelas (rumah dan mobil yang mana), sehimga menimbulkan pertengkaran Jual beli yang fasid ada beberapa bentuk yaitu:

1) Jual beli majhul, jual beli yang tidak diketahui secara umum. 2) Jual beli yang tergantung pada suatu syarat, seperti ucapan penjual

kepada pembeli.

3) Jual beli barang yang gaib, yang tidak dapat dihadirkan saat jual beli sehinga tidak dapat di lihat oleh pembeli(Azyumardi,

2003:295).

Menurut ulama mazhab Maliki, membolehkannya asalkan

(45)

hak khiyar. Sedangkan menurut mazhab Syafi‟i, menyatakan jual

beli yang seperti ini batal secara mutlak(Azyumardi, 2003:296).

a.Jual beli orang buta. para ulama mazhab Maliki, Hanafi, Hambali menyatakan bahwa jual beli seperti ini apa bila orang

buta tersebut mempunyai hak khiyar. Sedangkan menurut

mazhab Syafi‟i jual beli seperti ini malah tidak dibolehkan

kecuali barang yang dibeli tersebut sudah dilihat sebelum buta.

b.Jual beli dengan harga yang diharamkan. misalnya, menjadikan barang–barang yang diharamkan (seperti babi, khamar, darah,

dan bangkai) sebagai harga.

c.Jual beli ajal. Misalnya, seseorang menjual barangnya dengan harga Rp.1.000.000,00 yang pembayarannya di tunda selama

satu tahun. setelah pemberian barang kepada pembeli, penjual atau pemilik barang tersebut membeli barang tersebut dengan

harga yang lebih rendah misalnya Rp.500.000,00

d.Jual beli anggur dan buah-buahan untuk tujuan pembuatan khamar apabila diketahui yang pembeli tersebut adalah

produsen khamar. Sedangak menurut mazhab Hanafi dan

Syafi‟i, jual beli tersebut akadnya sah, tetapi hukumnya makruh

Sedangkan menurut ulama Hammbali dan Maliki, jual beli ini batal sama sekali.

e.Jual beli yang di iringi dengan syarat. Misalnya, jika di beli

(46)

lagi jualbeli ini tidak boleh bedasarkan hadis yang di riwayatkan oleh Ashab As-sunan (para penyusun kitab sunah)

dari abu hurairah dan amar bin syu‟aib bahwa rasulullah SAW

melarang suatu akad dan dua syarat dalam suatu bentuk jual

beli.

f.Jual beli yang sebagaian barang yang sama sekali tidak bisa dipisahkan dari kesatuannya. Misalnya, menjual telinga

kambing, lengan baju, sebelah sepatu.

g.Jual beli buah-buahan. Misalnya, buah yang belum sempurna

matangnya untuk dipanen(Azyumardi, 2003:296).

Jual beli yang batil tidak ada bedanya dengan dengan jual beli yang fasid. Hukumnya sama-sama tidak sah. akan tetapi ulama

mazhab Hanafi membedakan kedua bentuk jual beli tersebut. Jual beli yang fasid dapat menjadi sah apabila kefasidannya atau

kerusakanya diperbaiki. Sedangkan jual beli yang batil tidak dapat diperbaiki agar dapat bisa di angap sah ada beberapa kriteria yang dapat membuat jual beli itu batal.

1.Terkait Dengan kecakapan bertindak hukum kedua belah pihak (pembeli dan penjual).

(47)

3.Terkait dengan barang yang dijual belikan, jelas kriterianya, milik sendiri.

4.Terkait dengan sifat, syarat, larangan syarak, rukun dan syarat yang di tentukan.

Oleh karna itu unsur utama jual beli adalah kerelaan antara penjual dan pembeli, syariat islam juga memberikan hak khiyar

bagi kedua belah pihak agar tidak timbul perselisihan di kemudian

hari dan tidak ada pihak yang di rugikan. (Azyumardi, 2003:297) 7. Kewajiban Pembeli

Kewajiban utama pembeli adalah membayar harga pembelian pada waktu dan ditempat yang telah diperjanjikan. Akan tetapi, apabila waktu dan tempat pembayaran tidak ditetapkan dalam perjanjian

maka pembayaran harus dilakukan di tempat dan pada waktu penyerahan barang di lakukan,Apabila si pembeli tidak membayar

harga barang tersebut maka si penjual dapat menuntut pembatalan perjanjian sebagaimana halnya pembeli dapat menuntut pembatalan perjanjian jika si penjual tidak menyerahkan barangnya

(Miru,2012:144)

8. Kewajiban Penjual

Dalama perjanjian jual beli terdapat dua kewajiban yang utama dari penjual terhadap pembeli apabila harga barang tersebut telah di bayar oleh pembeli, yaitu:

(48)

2.Menangung atau menjamin barang tersebut (Miru,2012:145)

B. Khiyar

1. Pengertian khiyar

Khiyar secara bahasa adalah kata nama dari ikhtiyar yang berarti mencari yang baik dari dua urusan baik meneruskan akad atau membatalkannya. Sedangkan menurut istilah kalangan ulama fiqih yaitu

mencari yang baik dari dua urusan baik berupa meneruskan akad atau membatalkanya. Darisini terlihat bahwa makna secara istilah tidak begitu

berbeda denganmaknanya secara bahasa. Oleh sebab itu, sebagian ulama terkini mereka mendefinisikan khiyar secara syar‟i sebagai hak orang

yang berakad dalam membatalkan akad atau meneruskan karena ada

sebab-sebab secara syar‟i yang dapat membatalkan sesuai dengan kesepakatan ketika berakad (Aziz,2010:99)

Khiyar merupakan salah satu akad yang berkaitan erat dengan jual beli (Abdul Aziz,2010:215).Dalam jual beli, menurut agama Islam di bolehkan untuk memilih, apakah akan meneruskan jual beli atau akan

membatalkannya karna terjadinya sesuatu hal (Suhendi,2014:83).

2. Hak Khiyar

Hak khiyar ditetapkan syariat islam bagi orang-orang yang melakukan transaksi perdata agar tidak dirugikan dalam transaksi yang mereka lakukan, sehingga kemaslahatan yang dituju dalam suatu

(49)

Sedangkan menurut Ahmad Azhar Basyir, khiyar dimaksudkan guna untuk menjamin agar akad yang diadakan benar-benar terjadi atas

kerelaan penuh pihak-pihak bersangkutan karna suka, rela itu merupakan asas bagi sahnya suatu akad (Basyir,2000:125).

3. Macam-Macam Khiyar

Berikut dikemukakan beberapa pengertian masing-masing

khiyar.Jumlah khiyar sangat banyak dan diantaranya para ulama telah terjadi perbedaan pendapat. Menurut ulama Hanafiyah, jumlahnya ada

lima, yakni:

a. Khiyar al-majlis

Yaitu hak pilih oleh kedua belah pihak yang berakad untuk membatalkan akad, selama keduanya masih berada didalam majelis

akad (diruangan toko) dan belom berpisah badan. Artinya, suatu transaksi bisa dianggap sah apabila keduabelah pihak yang

melaksanakan akad telah terpisah badan atau salah seorang mereka telah melakukan pilihan untuk menjual maupun untuk membeli.

Khiyar seperti ini hanya berlaku dalam suatu transaksi yang bersifat mengikat keduabelah pihak yang melakukan transaksi, seperti jual beli dan sewa menyewa (Dewi,2005:80)

Khiyar majlis yaitu antara penjual dan pembeli boleh memlilih akan melanjutkan atau membatalkannya.selama masih didalam satu tempat, khiyar majlis boleh dilakukan dalam berbagai

(50)

sedagkan menurt imam An-Nawawi, muhadis dan pakar

fiqih Sayafi‟i, mengatakan bahwa untuk menyatakan kepada

penjual dan pembeli telah berpisah badan, seluruhnya diserahkan sepenuhnya kepada kebiasaan masyarakat setempat dimana jual

beli itu berlangsung. b. Khiyar at-ta‟yin

Hak pilih bagi pembeli untuk menentukan barang yang

berbeda kualitas dalam jual beli. Menurut ulama Hanafiyah khiyar

seperti ini boleh. dengan alasan, bahwa produk sejenis yang

berbeda kualitas sangat banyak, yang kualitas itu tidak diketahui secara pasti oleh pembeli, sehingga iya memerlukan bantuan oleh seorang pakar ( Dewi, 2005: 81)

c. Khiyar asy-syarth

Hak pilih yang di tentukan oleh salah satu pihak yang

berakad satu keduanya atau bagi orang lain untuk meneruskan membatalkan jual beli, selama masih dalam tenggang waktu yang di tentukan ( Dewi, 2005: 81)

Syarat sewaktu akad oleh kedua belah pihak atau oleh salah seorang, seperti kata sipenjual saya jual barang ini dengan harga

sekian dengan syarat khiyar dalam tiga hari atau kurang dari tiga hari, khiyar syarat boleh dilakukan dalam segalahal jual beli, kecuali barang yang wajib di terima ditempat jual beli, seperti

(51)

malam, terhitung dari waktu akad. Para ulama fiqih sepakat khiyar

ini diperbolehkan dengan tujuan untuk memelihara hak-hak

pembeli dari unsur penipuan mugkin yg terjadi oleh pihak penjual.

Khiyarasy-Syarth menurut mereka hanya berlaku dalam transaksi

yang mengikat misal sewa menyewa, perserikatan dagang, jaminan hutang. ( Dewi, 2005: 81).

Khiyar syarat bisa berakhir dengan salah satu sebab berikut: a. Terjadi penegasan pembatalan akad atau penetapannya. b. Berakhir batas waktu khiyar.

c. Terjadi kerusuhan pada objek akad. Jika kerusakan terjadi dalampenguasaan pihak penjual maka akadnya batal dan

berakhirlah khiyar. Namun, apabila kerusakan itu terjadi pada penguasaan pembeli maka berakhirlah khiyar tapi tidak

membatalkan akad.

d. Wafatnya sahibul khiyar, menurut mazhab hanafiyah

danHanbaliyah, sedangkan mazhab Syafi‟iyah dan malikiyah

berpendapat bahwa hak khiyar dapat berpindah kepada ahli waris ketika sahibul khiyar meningal. ( Dewi, 2005: 81).

d.Khiyar al-aib

Hak untuk membatalkan atau melangsungkan jual beli bagi kedua belah pihak yang berakad, apabila terdapat satu cacat pada

(52)

Pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya apabila pada barang tersebut terdapat suatu cacat yang mengurangi

kuwalitas,barang itu, atau mengurangi harganya.

Khiyar aib disyaratkan dalam islam, yang didasarkan pada hadits, salah satunya ialah:

مُ اَ بٌ اَ يّ اَ لَّا لِ بٌ لْ اَ لِ لْ لِ اَا عً لْ اَ لِ لْ لِ اَ لْ لِلاَا اَ مٍللِ لْ مُللِ لُّ لِ اَ اَ لِللِ لْ مُل لْو مُ اَ مُللِ لْ مُللْ اَو

(

ر ق ج ل هوار

)

Artinya: “seorang muslim adalah saudara muslim yang lain. Tidaklah

halal bagi seorang muslim untuk menjual barang bagi saudaranya yang mengandung kecacatan, kecuali jika menjelaskanya terlebih dahulu. (Sulaiman Rasjid, 2014:288)

Khiyar al‟aib ini menurut kesepakatan ulama fiqih, berlaku

sejak di ketahuinya cacat pada barang yang di jual belikan dan dapat di warisi oleh ahli waris pemilik hak khiyar. Adapun cacat yang

menyebabkan munculnya hak khiyar, menurut ulama Hanafiyah dan Hambaliyah adalah seluruh unsur yang merusak objek jual beli itu dapat mengurangi nilainya menurut tradisi para pedagang, tetapi

menurut malikiyah dan syafi‟iyah seluruh cacat yang menyebabkan

nilai barang itu berkurang atau hilang unsur yang di ingginkan

daripadanya. (Gemala Dewi,2005:84)

Adapun syarat-syarat berlakunya khiyar al‟-aib, menurut ulama pakar fiqih cacat pada barang itu adalah:

(53)

2. Pembeli tidak mengetahui bahwa pada barang tersebut ada cacat ketikaakad berlangsung.

3. Ketika akad berlangsung pemilik barang tidak mensyaratkan bahwa apabila ada cacat barang tersebut tidak boleh di

kembalikan.

4. Cacat itu tidak hilang sampai dilakukan pembatalan akad (Dewi,2005:85).

e. Khiyar ar-ru‟yah

Hak pilih bagi pembeli untuk menyatakan berlaku atau batal

jual beli yang ia lakukan terhadap suatu objek yang belum ia lihat ketika akad berlangsung. Akad seperti ini menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah boleh terjadi disebabkan objek yang akan dibeli itu

tidak ada di tempat ketika berlangsungnya akad, atau karna sulit dilihat, Khiyar ar-ru‟yah mulai berlaku sejak pembeli melihat barang

yang akan ia beli.

Menurut jumhur ulama mengemukakan beberapa syarat melakukan Khiyar ar-ru‟yah yaitu:

1. Objek yang dibeli tidak dilihat pembeli saat akad berlangsung.

2. Objek akad tersebut berupa materi, seperti tanah, rumah, dan kendaraan.

3. Akad itu sendiri mempunyai alternatif untuk dibatalkan, seperti

(54)

penuhi maka menurut jumhur ulama, maka khiyar ar-ru;yah ini tidak berlaku (Dewi,2005:80-86).

C.Tinjauan Umum Tentang Kain Potongan

Kain potongan merupakan sisa kain dari rol atau kain baru yang

sudah tidak dimanfaatkan lagi oleh pabrik-pabrik garmen, atau bisa dibilang sisa kain pembuatan pakaian hampir sama dengan kain perca sama-sama sisa cuman kain perca itu sisa dari pemotongan pembuatan

(55)

39

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Desa kalongan dalam Lintas Sejarah

Desa Kalongan merupakan desa yang tidak berdiri begitu saja,

akan tetapi ada cerita yang berhubungan dengan wali sanga yaitu sunan kalijaga atau raden mas syahid. Bermula ketika Raden Mas Syahid bersama istrinya melakukan perjalanan perjalanan dari masjid milik sunan

gunug jati menuju demak. Pada saat melakukan perjalanan menuju kedemak, beliau singgah di sebuah desa di kabupaten semarang. Karena

sampainya di desa itu sudah kawengen (kemaleman), maka raden mas syahid menginap disebuah rumah penduduk.

Keesokan harinya raden mas syahid berjalan-jalan melihat

kondisi desa tersebut ternyata animisme dan dinamisme masih kuat melekat pada diri masyarakat desa tersebut itu bertentangan dengan ajaran

agama Islam karena beliau mengemban tugas untuk berdakwah maka secara pelan-pelan kebiasaan-kebiasaan masyarakat desa didiberi warna Islami dengan caranya yang luwes tersebut maka banyak masyarakat desa

yang kemudian meninggalkan adat dan kepercayaan lama untuk memeluk agama Islam. Tahun berlalu hampir seluruh warga desa itu dan warga desa

(56)

sebelah yang ternyata keadaanya masih sama, di desa tersebut banyak sekali pohon besar yang rimbun dan hampir setiap pohon terkesan

gelap. Ternyata di atas pohon itu banyak kalong (kelelawar berukuran besar) yang bergelantungan sangking banyaknya kalong atau kelelawar

yang berukuran besar di desa itu maka akhirnya raden mas syahid menamakan desa tersebut dengan nama desa kalongan. Demikian ringkasan cerita yang dapat di ambil Tentang kebenaran pastinya.

1.letak Geografis Desa Kalongan

Desa kalongan merupakan salahsatu desa di wilayah kecamatan

ungaran timur. Secara Geografis desa kalonggan kecamatan ungaran timur berbatasan dengan beberapa kelurahan yang berada di wilayah kecamatan

ungaran timur serta dengan desa yang berbeda di wilayah kabupaten semarang. Adapun batas-batas desa kalongan kecamatan ungaran timur. Sebagai berikut :

Sebelah Utara :Kalikayen:Kawengen: Mluweh Kecamatan Ungaran Timur

sebelah selatan :Weringin Putih:leyangan Kecamatan Bergas

Sebelah Timur :Gondoriyo Kecamatan Bergas

(57)

Keadaan wilaah desa kalongan kecamatan ungaran timur dengan topografi atau bentangan lahan yang terdiri dari + 863,000 ha dan kondisi

geogrfis tinggi dari permukaan laut 633 m dan keadaan suhu rata-rata 24 C, curah hujan rata- rata 2,22 mm. sebagaian besar dikelurahan Ungaran

timur ini berupa lahan pertanian berupa tanah sawah, lahan pertanian kering jenis tegalan, tanah perkebunan dan ada tanah hutan dan sebagaian tanah lainya adalah kawasan perumahan penduduk.

a. Tanah sawah seluas 77,00 ha dengan rincian

Sawah irigrasai : 39,00 ha

Sawah tadah hujan : 38,00 ha

b. Tanah kering seluas 577,55 ha dengan rincian

Tegal/ ladang : 134,90 ha

Pemukiman : 290,70 ha

Pekarangan : 151,95 ha

c. Tanah perkebunan seluas 74,75 ha dengan rincian Tanah perkebunan negara : 62,00 ha

Tanah perkebunan perorangan : 10,00 ha

Tanah bengkok : 18,25 ha

Kebun desa : 5,00 ha

Lapangan olahraga : 2,00 ha

Perkantoran pemerintah : 2,50 ha

Taman kota : 3,00 ha

(58)

Bangunan sekolahan : 5,50 ha

Jalanan : 18,00 ha

Tangkapan air : 1,00 ha

Aliran listrik tenaga tinggi : 3,00 ha

d. Tanah huta seluas 62,00 ha dengan rincian

Hutan lindung : 62,00 ha

2. Potensi Wilayah

Untuk mengetahui potensi wilayah beserta sumber daya manusia yang tinggal di desa kalongan kecamatan ungaran timur bisa di lihat dari jumlah penduduk bedasarkan usia dan tingkat pendidikan.

a. Penduduk

Menurut data monografi bulan mei 2016 jumlah seluruh

(59)

2 1 – 5 431 4 831

3 6 – 10 468 444 912

4 11 – 15 407 398 805

5 16 – 20 383 394 805

6 21 – 25 411 409 820

7 26 – 30 409 441 850

8 31 – 35 429 479 908

9 36-40 446 450 896

10 41-45 363 374 737

11 46-50 330 343 673

12 51-55 310 305 615

13 56-60 243 266 509

JUMLAH

5074 5059 10133

b.Pendidikan

Tingkat pendidikan Masyarakat Desa Kalongan menurut data monografi pada bulan mei 2016, sudah mengalami peningkatan dari

(60)

yang melanjutkan pendidikan sampai Perguruan Tinggi sudah cukup banyak. Dan untuk masyarakat yang telah lulus Sarjan Keatas pun

mencapai jumlah 326 orang. Namun tingkat masyarakat yang tidak sekolah juga tinggi mencapai 115 orang yang terdiri dari masyarakat

yang telah usia lanjut. Sedangkan untuk saat ini kondisi pendidikan masyarakat untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.2

Data Tingkat Pendidikan Terakhir

NO. JENIS

PENDIDIKAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 Tidak Sekolah 42 73 115

2 PLAY GRUP 264 136 400

3 BelumTamatS

D. 237 463 700

4 TidakTamatSD 109 46 155

5 Tamat SD. 793 1,004 1,797

6 Tamat SLTP 2,643 1,148 3,791

7 Tamat SLTA 1,695 1,154 2,849

8 Tamat.Akademi

/Diploma 71 57 128

(61)

JUMLAH 5,969 4,164 10,133

c.Mata Pencaharian

Ditinjau dari mata pencaharian penduduk Desa kalongan, banyak diantaranya adalah sejumlah 110 orang sebagai PNS, Pegawai Swasta 1.794 orang, buruh pabrik mencapai jumlah 820 orang, kurang

lebih 1.526 orang penduduk sebagai petani, dan sekitar 100 orang pedagang. Dari tingkat mata pencaharian masyarakat tentu sebagian

besar masyarakatnya berada pada tingkat penghasilan menengah ke bawah. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel dibawah ini :

(62)

7.

MasyarakatDesa Kalongan, Kec. Unggaran, Kab. Semarang, penduduknya beragama Islam itu lebih banyak daripada agama yang lain jumlah penduduk agama Islam di Desa Kalongan, Kec. Unggaran

(63)

dan 51 orang beragama katolik, Dengan begitu kegiatan keagamaan yaitu kegiatan berbasis Islam sangatlah banyak.

Tabel 3.4 Data Penduduk

NO. AGAMA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 Islam 4920 4911 9831

2 Katholik 28 23 51

3 Kristen 126 125 251

4 Hindu - - -

5 Budha - - -

6 Khonghcu - - -

JUMLAH 5074 5059 10.133

Dalam melihat potensi wilayah penting juga diperhatikan data tentang sarana prasarana pembangunan. Karena hal ini merupakan salah

satu kebutuhan masyarakat yang cukup penting dalam mendukung jalannya roda pemerintah disuatu wilayah. Adapun sarana prasarana

(64)

3. Sarana Dan Prasarana a. Sarana Pendidikan

Di desa kalongan mempunyai sarana pendidikan sebagai berikut :

Prasarana kesehatan yang ada di desa kalongan sebagai berikut: 1. Prasarana Kesehatan

Prasarana olahraga yang ada di desa kalongai Sebagai berikut : Lapangan sepakbola : 1 Buah

(65)

Lapangan voli : 4 Buah

Hasil wawancara peneliti dengan beberapa pelaku penjual maupun pembeli kain potongan dengan Hasil wawancara

Pertama, dengan bapak doyok selaku penjual kain kiloan dan bapak deden selaku pembeli, didapatkan informasi sebagai berikut

Bapak deden membeli kain ptongan sebanyak 1000 kg dengan

harga 4.500,000 dari bapak doyok dengan ketentuan 1.lebar barang diatas 1m

2.Berat barang sesuai dengan yang dibeli 1000kg 3.Jenis barang bahan pakaian polos

4.Warna keseluruhan putih

Biasanya setiap teransaksi itu ada barang yang tidak sesuai dan itu kebanyakan lebar kain yang kurang oleh karena itu ketika barang yang di

perjanjikan tersebut tidak sesuai lebih dari 10% itu dianggap tidak masalah dan ketika barang yang tidak sesuai tersebut melebihi 10% itu dapat untuk di kembalikan dan untuk kelebihan kain atau kekurangan kain

(66)

situ dari pihak pembeli itu dapat melihat barangnya tersebut ketika barang sudah sampai rumah.

kedua, hasil wawancara dengan bapak AL Atif warga dusun bulu Desa kalonggan kecamatan unggaran timur, sebagai penjual dan dengan

bapak farid sebagai pembelil kain potongan. Dan didapatkan informasi sebagai berikut :

Saya mendapatkan barang dari seseorang dengan barang yang

masih bercampur antara jenis kain warna kain dan lebar kain tersebut setelah itu saya pisahkan dengan jenis kain yang sama dengan warna kain

yang sama juga setelah itu saya timbang satu persatu dan ketika sudah selesai lalu saya menawaran barang kepada bapak farid dengan melalui telepon ataupun dengan BBM dengan dicantumkan jenis barang, jumlah

barang, dan harga barang. Dan biasanya kita melakukan Perjanjian jual beli tersebut hanya secara lisan atau dengan telepon yang biasa dilkukan

oleh penjual maupun pembeli kain yang ada, ketika saya menjual barang dengan bapak farid dia mau membeli kain kiloan tersebut dengan perjanjian barang harus sesuai dengan yang di tawarkan,

1.dari segi ukuran 2.Warna kain

(67)

Farid mengambil barangnya dulu dan akan saya cek semua terlebih dahulu dan pasti ada juga yang tidak sesuai dengan perjanjian walaupun cuman

sedikit dan setelah itu saya hanya ambil yang sesuai diperjanjian saja dan yang tidak sesuai saya kembalikan dan dengan sistim pembayaran cash,

ketika hanya mengandalkan saling percaya dan tanpa melihat barangnya semua hanya bisa melihat sampel saja kebanyakan itu dri pihak pembeli yang dirugikan karna tidakmugkin semua baranyang yang ditawarkan itu

sesuai semua, entah itu ukurannya kurang ataupun timbanganya yang kurang pasti ada yag cacat ataupun tidak sesuai dengan perjanjian, atau

ukuran kain kurang dari 1m karna kebanyakan penjual kain potongan itu tidak diukur dengan pasti atau dengan alat ukur yang ada hanya mengunakan perkiraan saja.

Sedangkan dengan Perjanjian itu ada yang dilakukan didepan dan ada juga yang dilakukan dibelakang, dan saya biasanya mengunakan

perjanjian yang di depan karna lebih cepat dan mudah hanya dengan modal percaya jadi tingal ngirim barang dan uang pun akan d transfer tanpa harus ketemu dengan sipembeli langsung.

Perjanjian yang didepan: pembeli melihat contoh baang terseut ketempat sipenjual ketika sipembeli tertarik dengan barang tersebut

sipembeli membayar barang tersebut dengan perjanjian jumlah barang 1,000kg harga barang 35,000,000 dan lebar barang minimal 1m dan itupun harus sesuai dengn barang tersebut, ketika barang sudah dikirim dan

(68)

dengan yang diperjanjikan maka barang yang tidak sesuai itu dikembalikan, ketika barang yang tidak sesuai itu kurang dari 10% itu

dianggap wajar, kebanyakan untuk pelangan saya itu mengunakan perjanjian yang didepan karena lebih mudah dan cepat dan bisa di bilang

hanya dengan kepercayaan dari pihak pembeli dengan pihak penjual. Perjanjian yang di belakang: sipenjual menawarkan barang kepembeli dengan barang 1,000kg harga barang 35,000,000 dan lebar

barang tersebut harus sesuai dengan ukuran minimal 1m kalau melebihi ukuran tersebut malah lebih bagus, jadi dari pihak penjual itu hanya

mengirim barangnya ke tempat sipembeli dan akan dicek semua lagsung oleh pihak pembeli dari jumlah barang, lebar barang, dan warna barang dan ketika barang tersebut banyak yang tidak sesuai maka barang yang

tidak sesuai itu dikembalikan dan hanya yang sesuai saja yang diambil dan untuk sistem pembayarannya secara cash.

C. Bentuk Jual Beli

Bentuk Transaksi Jual beli yang berada di desa kalongan kecamatan ungaran timur kabupaten semarang ini ada dua macam jenis transaksi yang

dilakukan antara lain.

1. Transaksi Jual Beli

a. Transaksi Via Telepon

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Data Tingkat Pendidikan Terakhir
Tabel 3.3 Data Mata Pencaharian
Tabel 3.4 Data Penduduk

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik final meliputi: 1) proses pengembangan Buku Ajar Guru berbasis pendekatan saintifik pada Mata

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian pemanfaatan media Kit IPA, disarankan: (a) Meningkatkan frekwensi pemanfaatan media Kit dalam pembelajaran IPA baik

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel Lingkungan kerja (X) secara tidak langsung berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Kinerja Karyawan (Y) melalui

Segala Puji dan Syukur atas Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga Praktikan diberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga

Artinya, doa-doa atau mantra merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia terutama bagi pelaku magi pada saat melakukan upacara keagamaan, hal tersebut akan

st ernocl ei domast oi deus set i nggi pr omi nesi a l arynge. st er nocl ei domast

Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa secara keseluruhan strategi inovasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja operasional, kemudian secara parsial