• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Peraturan Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Peraturan Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

Peraturan Presiden tentang

Percepatan Pelaksanaan Berusaha

(2)

Peraturan Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha

1. Latar Belakang

a. Beberapa indikator menunjukan kinerja realisasi investasi meski tumbuh tetapi masih dibawah target yang ditetapkan, antara lain: 1) investasi dunia kepada Indonesia masih rendah (1,97%) dari

rata-rata per tahun (2012-2016) sebesar USD 1.417,58 Milyar; 2) capaian target rasio investasi sebesar 32,7% (2012-2016)

dibawah target RPJMN sebesar 38,9% pada Tahun 2019;

3) realisasi investasi rendah dibandingkan dengan

pengajuan/komitmen investasi, dengan rata-rata untuk PMA sebesar 27,5% dan untuk PMDN sebesar 31,8% (2010-2016); 4) belum seimbangnya wilayah investasi antara Jawa (diatas

50%) dan luar Jawa.

b. Hal ini disebabkan karena pelayanan perizinan saat ini masih bersifat parsial dan tidak terintegrasi, sekuensial (berurutan), belum seluruhnya dilayani di PTSP, belum sepenuhnya menggunakan

teknologi informasi (on-line), serta biaya perizinan yang tidak jelas.

Disamping itu paradigma birokrasi masih sebagai “pemberi izin” dan belum “melayani”.

c. Waktu proses penyelesaian perizinan berusaha sangat beragam. Beberapa kegiatan usaha dapat diselesaikan dibawah 1 tahun, namun kegiatan usaha lainnya masih memerlukan waktu 2 tahun bahkan dapat lebih lama.

d. Oleh karena itu, meski Indonesia sudah masuk sebagai negara layak investasi, namun realisasi investasi dan kecepatan untuk mulai berusaha belum seperti yang diharapkan. Untuk itu diperlukan kebijakan lanjutan setelah pelaksanaan deregulasi perizinan yaitu dengan upaya untuk percepatan pelaksanaan berusaha.

2. Tujuan dan Manfaat

a. Tujuan:

1) meningkatkan standar pelayanan perizinan berusaha yang efisien, mudah, dan terintegrasi tanpa mengesampingkan tata kelola Pemerintahan yang baik;

2) mempercepat proses penerbitan perizinan berusaha sesuai dengan standar pelayanan;

3) memberikan kepastian waktu dan biaya dalam proses perizinan berusaha;

(3)

4) meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dalam proses pemberian perizinan berusaha;

5) menyelesaikan hambatan dalam proses pelaksanaan

berusaha;

6) memanfaatkan teknologi informasi dalam proses perizinan berusaha melalui penerapan sistem perizinan terintegrasi

(single submission).

b. Manfaat:

1) pelaku usaha segera dapat segera merealisasikan investasi dan melakukan usaha (konstruksi dan/atau komersial) setelah pendaftaran penanaman modal;

2) adanya kepastian proses dan waktu penyelesaian perizinan.

3. Pokok-pokok Kebijakan

a. Pengaturan kebijakan percepatan pelaksanaan berusaha

ditetapkan dalam Peraturan Presiden.

b. Percepatan pelaksanaan berusaha dilakukan dalam 2 tahap. c. Tahap Pertama dengan output (keluaran) adalah:

1) Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) untuk pengawalan dan

penyelesaian hambatan perizinan dalam pelaksanaan

berusaha (end to end):

a) Satgas terdiri dari Satgas Nasional dan Satgas pada kementerian/lembaga, provinsi, dan kabupaten/kota.

b) Satgas Nasional mengoordinasikan Satgas pada

kementerian/lembaga, provinsi, dan kabupaten/kota dan memastikan kementerian/lembaga dan pemerintah daerah melakukan peningkatan pelayanan seluruh perizinan yang

menjadi kewenangannya (end to end). Dalam pelaksanaan

tugasnya, Satgas Nasional membentuk klinik penyelesaian hambatan, yaitu Klinik Tata Ruang dan Kehutanan, Klinik Pertanahan, dan Klinik Ketenagakerjaan.

c) Satgas pada kementerian/lembaga, provinsi, dan

kabupaten/kota melakukan penyelesaian perzinan yang menjadi kewenangannya serta menyediakan layanan

pengaduan (help desk).

d) Satgas pada kementerian/lembaga, provinsi, dan

kabupaten/kota terdiri dari Satgas Leading Sector (utama)

dan Satgas Supporting (pendukung).

e) Satgas Leading Sector bertanggungjawab untuk melakukan

pengawalan, pemantauan, dan penyelesaian hambatan atas

(4)

peningkatan pelayanan seluruh perizinan berusaha

disektornya (end to end). Satgas Leading Sector pada

kementerian/lembaga antara lain berada pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Pertanian,

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian

Perindustrian, Kementerian Perhubungan.

f) Satgas Supporting memberikan dukungan untuk perizinan

berusaha pada leading sector. Satgas Supporting pada

kementerian/lembaga antara lain Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kementerian Keuangan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

g) Satgas Supporting pada kementerian/lembaga dapat pula

berfungsi sebagai Satgas Leading Sector dalam bidang

tertentu. Satgas pada provinsi atau kabupaten/kota dapat

menjadi Satgas Leading Sector dalam hal perizinan

berusaha sepenuhnya menjadi kewenangan gubernur atau bupati/walikota.

h) Setiap Satgas wajib menyampaikan laporan secara berkala.

Satgas Leading Sector maupun Satgas Supporting

menyampaikan laporannya kepada Satgas Nasional. Satgas Nasional menyampaikan laporannya kepada Presiden.

2) Penerapan perizinan checklist pada KEK, FTZ, Kawasan

Industri, dan Kawasan Pariwisata:

a) PTSP pada KEK, FTZ, Kawasan Industri, dan Kawasan

Pariwisata menyediakan checklist berupa daftar seluruh

perizinan yang harus diselesaikan oleh pelaku usaha dalam waktu tertentu.

b) Setelah pelaku usaha memperoleh pendaftaran penanaman

modal (Indicative Investment Certificate), pelaku usaha

memilih kawasan untuk tempat berusaha. PTSP kemudian memberikan kepada pelaku usaha, berupa: akta pendirian dan pengesahan badan usaha, NPWP, Tanda Daftar Perusahaan, Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA), Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA), Angka Pengenal Impor (API), dan Akses Kepabeanan.

c) Selanjutnya pelaku usaha menandatangani checklist

sebagaimana dimaksud pada huruf a dan checklist tersebut

merupakan perizinan sementara yang mencakup: perizinan lingkungan (UKL-UPL), sertifikat tanah, rencana teknis bangunan/IMB, dan Izin Usaha.

d) PTSP berdasarkan checklist tersebut memproses

pemberian fasilitas perpajakan, fasilitas kepabeanan dan

cukai, serta kemudahan untuk ketenagakerjaan,

(5)

e) Setelah penandatanagan checklist yang merupakan perizinan sementara, pelaku usaha dapat melakukan pembebasan tanah dan melakukan konstruksi.

3) Penerapan perizinan dengan penggunaan data sharing:

a) Untuk perizinan berusaha diluar KEK, FTZ, Kawasan

Industri, dan Kawasan Pariwisata yang belum

menggunakan perizinan checklist, pelaksanaan kemudahan

perizinan oleh PTSP dan instansi terkait lainnya dilakukan

melalui penggunaan data secara bersama (data sharing).

b) Pelaku usaha untuk mendapatkan beberapa perizinan berusaha termasuk perizinan untuk konstruksi, cukup menyampaikan 1 kali dokumen persyaratan kepada PTSP.

c) Dokumen persyaratan yang disampaikan tersebut

digunakan oleh PTSP dan instansi terkait lainnya secara

bersama (data sharing) untuk menyelesaikan: izin lokasi

atau penetapan lokasi, izin lingkungan, izin gangguan, analisa dampak lalu lintas, persetujuan rencana teknis bangunan/IMB, perizinan sektor industri serta untuk permintaan fasilitas perpajakan, kepabeanan, cukai, dan fasilitas lainnya.

4) Waktu pelaksanaan Tahap Pertama:

a) Pembentukan dan pelaksanaan tugas Satgas dimulai sejak Peraturan Presiden ditetapkan.

b) Satgas Nasional dan Satgas Leading Sector akan bertugas

untuk Tahun 2017 dan seterusnya.

c) Satgas Supporting hanya akan bertugas pada Tahun 2017

yang selanjutnya pelaksanaan tugas Satgas Supporting

dilakukan oleh sistem Single Submission.

d. Tahap Kedua dengan output (keluaran) adalah: 1) Reformasi peraturan perizinan berusaha:

a) Menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan evaluasi atas seluruh dasar hukum pelaksanaan proses perizinan berusaha yang berlaku pada saat ini termasuk untuk UMKM.

b) Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, masing-masing melakukan penyederhanaan pengaturan perizinan berusaha melalui penerbitan peraturan pengganti (baru) termasuk Perda, yang memuat secara jelas mengenai:

• standar pelayanan perizinan PTSP yang mencakup:

pelaku usaha yang eligible untuk mendapatkan perizinan,

(6)

• biaya penerbitan perizinan (PNBP atau Pajak Daerah/Retribusi Daerah);

• kewajiban PTSP untuk memberikan perizinan apabila

semua persyaratan telah lengkap dan benar;

• Dalam hal persyaratan belum lengkap dan benar, PTSP

wajib memberitahukan secara tertulis kepada pemohon untuk melengkapi persyaratan;

• pembentukan layanan pengaduan; dan

• seluruh proses perizinan yang telah disempurnakan

dilaksanakan dalam bentuk penggunaan teknologi

informasi (online) termasuk pemanfaatan tanda tangan

digital (digital signature).

2) Penerapan Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi (Single

Submission):

a) Pelaksanaan seluruh perizinan dan pemenuhan persyaratan berusaha yang menjadi kewenangan menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib dilakukan

melalui Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi (Single

Submission).

b) Seluruh perizinan dan pemenuhan persyaratan berusaha tersebut wajib diharmonisasi dan distandarisasikan sesuai standar nasional/internasional.

c) Sistem melakukan pemrosesan perizinan serta pengambilan

keputusan secara tunggal (single and synchronous

processing of data and information).

d) Sistem melakukan proses manajemen koordinasi dan validasi sistem informasi perizinan secara elektronik antar kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dalam rangka mendapatkan legalitas akses terkait perizinan.

e) Sistem akan terintegrasi dengan berbagai sistem pelayanan

yang terkait dengan Single Submission, antara lain: Nomor

Induk Kependudukan (Kemendagri), pendirian badan usaha

(Kemenkumham), Impor-Ekspor dalam Indonesia National

Single Window (Kemenkeu), dan sistem dari

kementerian/lembaga terkait lainnya.

f) Data yang disampaikan dalam sistem dijamin keamanan

dan kerahasiannya melalui Single Submission.

3) Waktu pelaksanaan Tahap Kedua:

a) Preparasi Tahap Kedua dilakukan dalam Tahap Pertama (sampai Desember 2017)

(7)

b) Penyelesaian reformasi peraturan beserta harmonisasinya ditargetkan selesai pada akhir November 2017.

c) Uji coba Single Submission ditargetkan pada 1 Januari 2018

dan pelaksanaannya secara bertahap dimulai setelah uji coba berhasil dilaksanakan dan selambat-lambatnya pada Maret 2018.

d) Seluruh proses Single Submission dan PTSP dilakukan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data menunjukkan bahwa pelayanan sosial lanjut usia yang diberikan UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar terlaksana dengan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Asisten

Proses pertumbuhan ini meliputi pembentukan protein-protein tubuh, sehingga kelainan genetik atau struktur dan jumlah kromosom akan sangat mempengaruhi pembentukan

Peningkatan kekuatan mekanik material sebesar 24% dibandingkan dengan material tanpa penmabahan nanopartikel, ini terjadi pada penambahan fraksi massa SiO 2 sebesar 0,0087.

Maka sebagai upaya pemanfaatan limbah cair industri tahu ini dapat digunakan sebagai substrat dalam sistem MFC untuk produksi listrik.. Untuk mengetahui kemampuan

Bakpiapia Djogdja sudah mengembangkan program-program pemasaran yang terpisah (umumnya dengan produk yang berbeda) untuk memenuhi kebutuhan khas masing-masing

Umumnya mereka menganut agama islam dengan taat, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa asli Madura yang di bagi menjadi beberapa tingkatan, bahasa Madura biasa dan

Dengan menggunakan pewarna daun jati muda (Tectona Grandis) dan filtrat kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus), struktur histologis preparat lebih jelas dan lebih