• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELESAIAN SENGKETA LAHAN HUTAN DI REGISTER 22 WAY WAYA KABUPATEN PRINGSEWU Bayu manggala, Sudirman Mechsan, S.H., M.H., Ati Yuniati, S.H., M.H. Jurusan Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Lampung, Jl Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENYELESAIAN SENGKETA LAHAN HUTAN DI REGISTER 22 WAY WAYA KABUPATEN PRINGSEWU Bayu manggala, Sudirman Mechsan, S.H., M.H., Ati Yuniati, S.H., M.H. Jurusan Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Lampung, Jl Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELESAIAN SENGKETA LAHAN HUTAN DI REGISTER 22 WAY WAYA KABUPATEN PRINGSEWU

Bayu manggala, Sudirman Mechsan, S.H., M.H., Ati Yuniati, S.H., M.H. Jurusan Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum

Universitas Lampung, Jl Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35146 No.HP : 082178130360

Email : satryasuryapratama@yahoo.co.id

ABSTRAK

Sengketa lahan hutan yang terjadi di Register 22 Way Waya Kabupaten Pringsewu adalah sengketa yang terjadi akibat dari tukar guling kawasan hutan yang ditetapkan berdasarkan keputusan mentri kehutanan Nomor SK.742/MENHUT/-II/2009. Pada kenyataanya tukar guling tersebut didasari oleh pemaksaan oleh panitia kompensasi kepada masyarakat sehingga menimbulkan sengketa.Permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1). Bagaimanakah cara penyelesaian sengketa lahan hutan di Register 22 Way Waya Kabupaten Pringsewu? 2). Apakah faktor penghambat dalam penyelesaian sengketa lahan hutan di Register 22 Way Waya Kabupaten Pringsewu ?Metode penelitian yang dipergunakan adalah dengan menggunakan pendekatan normatif dan empiris dengan data yang bersumber dari data primer dan data skunder. Hasil penelitian menunjukan 1) Penyelesaian sengketa lahan hutan yang terjadi di Register 22 Way Waya diselesaikan melalui cara non litigasi yaitu dengan mediasi. Hal ini dilakukan dengan pembentukan tim terpadu dan panitia tapal batas hutan. 2) faktor penghambat dalam penyelesaian sengketa ini adalah Masyarakat tidak mengetahui proses dan cara untuk menyelesaikan sengketa lahan hutan hal ini. Masyarakat yang bersengketa yang tidak tahu harus kemana untuk menyelesaikan sengketa dan kurang tanggapnya pemerintah yang menyebabkan masalah sengketa ini berlarut-larut.Saran dalam penelitian ini adalah; Pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah kabupaten pringsewu dan kementrian harus mengawasi dengan ketat segala permohonan atau izin tentang kehutanan dan menindak tegas segala bentuk pelanggaran yang terjadi di Kawasan Hutan Register22 Way Waya Kabupaten Pringsewu.

(2)

I. PENDAHULUAN

Sengketa yang terjadi di Register 22 Way Waya Kabupaten Pringsewu itu bermula dari dikeluarkanya Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor SK.742/MENHUT-II/2009 tentang penetapan sebagian Kawasan Hutan Hutan Lindung Kelompok Hutan Way Waya Register 22, seluas 175 (seratus tujuh puluh lima) hektar, yang terletak diwilayah Kecamatan Pagelaran Utara, Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung sebagai Kawasan Hutan Tetap. Keputusan tersebut merupakan keputusan yang dikeluarkan akibat dari proses kompensasi (tukar guling) lahan register dengan tanah marga pada tahun 1999. Pada yang diperjanjikan okeh ketua panitia kompensasi Makmun adalah seluas 175 hektar yang terletak di Sumber bandung. Pada kenyataanya di lapangan panitia kompensasi tidak bisa memenuhi lahan kompensasi seluas 175 Ha, dan hanya bisa

menyiapkan sekitar 100 ha, sedangkan yang 75 Ha mengambil lahan dari Pekon Giri Tunggal dan Margosari. Lahan seluas 75 Ha itulah yang dipaksakan untuk dimasukan dalam lahan kompensasi padahal warga tidak menyetujui kalau lahanya dimasukan dalan lahan kompensasi dan warga yang tanahnya termasuk dalam objek tukar guling ini merasa tanah mereka tidak termasuk dalam lahan kompensasi. Dalam hal ini pekon-pekon yang wilayahnya termasuk dalam Register 22 Way Waya adalah Pekon Margosari, Giritungngal, Sumber Bandung. Tapi tidak entah bagaimana keluar persetujuan dari masyarakat dan rekomendasi oleh Bupati Tanggamus yang menyetujui dan telah membuat pernyataan pelepasan dan penyerahan hak atas tanah yang diketuai oleh orang bernama Makmun warga Desa Sumber Bandung bahwa lahan selus kurang lebih 175 (seratus tujuh puluh lima ) hektar merupakan lahan tukar guling dan keluarlah Keputusan Menteri Kehutanan Republik

Indonesia Nomor

(3)

Hutan Lindung Kelompok Hutan Way Waya Register 22, seluas 175 (seratus tujuh puluh lima) hektar, yang terletak diwilayah Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung sebagai Kawasan Hutan Tetap. Padahal pada kenyataanya masyarakat tidak menyetujui tanahnya dijadikan lahan kompensasi. Oleh karena itu masyarakat tidak mau pindah dari lahan hutan Register 22 Way Waya karena mereka berpendapat bahwa tanah kompensasi tersebut adalah tanah mereka dan mereka menjadi korban dari dikeluarkanya Keputusan Menteri Kehutanan Republik

Indonesia Nomor

SK.742/MENHUT-II/2009 karena status mereka sekarang menjadi perambah hutan. Terbitnya SK tersebut sudah menimbulkan kerugian-kerugian material bagi masyarakat serta kecemasan spiritual di kalangan kaum tani dan sebagai bukti nyata adanya pelanggaran hak-hak ekonomi, sosial dan budaya terhadap warga negara Indonesia.

Dalam penyelesaian sengketa ini diutamakan diselesaikan melaui non litigasi terlebih dahulu sebelum menggunakan jalur litigasi.

Walaupun sudah ada landasan hukum mengenai penyelesaian sengketa kehutanan tapi pada kenyataan di lapangan tidak ada kejelasan dalam proses penyelesaian sengketa lahan hutan. Masyarakat yang menjadi korban menuntut kepada pemerintah daerah untuk mengeluarkan daerah meraka dari register dan mencabut Keputusan Menteri Kehutanan Republik

Indonesia Nomor

SK.742/MENHUT-II/2009 namun dalam hal ini pemerintah daerah dan kementrian kahutanan tidak cepat tanggap dalam menyelesaikan masalah ini dan belum ada penyelesaianya. Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam penyelesaian sengketa ini juga menyebabkan lambatnya penyelesaian sengketa ini.

(4)

II. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan teknik pengumpulan dan pengolahan data sebagai berikut ;

a. Studi Lapangan

Studi Lapangan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara bebas, namun terarah kepada data penelitian yang diinginkan. Pihak yang diwawancarai adalah masyarakat Register 22 Way Waya dan Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang ada hubungannya dengan materi penelitian, berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, majalah-majalah serta dokumen lain yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

c. Identifikasi

Identifikasi data yaitu mencari dan menetapkan data yang berhubungan dengan penyelesaian sengeta lahan hutan di Register 22 Way Waya Kabupaten Pringsewu.

d. Editing

Editing yaitu meneliti kembali data yang diperoleh dari keterangan masyarakat maupun dari kepustakaan, Semua data yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

e. Klasifikasi Data

Klasifikasi data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok yang telah ditentukan secara sistematis sehingga data tersebut siap untuk dianalisis. f. Penyusunan Data

Sistematisasi data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam data tersebut dapat dianalisa menurut susunan yang benar dan tepat.

g. Analisis Data

(5)

secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, logis dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis guna menjawab permasalahan yang ada.

III. PEMBAHASAN

3.2 Sengketa di Register 22 Way Waya Kabupaten Pringsewu Sengketa lahan hutan yang terjadi di register 22 Way Waya. Sengketa yang terjadi di Register 22 Way Waya Kabupaten Pringsewu itu bermula dari dikeluarkanya Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor SK.742/MENHUT-II/2009 tentang penetapan sebagian Kawasan Hutan Hutan Lindung Kelompok Hutan Way Waya Register 22, seluas 175 (seratus tujuh puluh lima) hektar, yang terletak diwilayah Kecamatan Pagelaran Utara, Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung sebagai Kawasan Hutan Tetap.

Pada mulanya di Pekon Sumber Bandung ada program kompensasi / tukar guling lahan seluas 175 Ha, yaitu lahan marga akan di ganti dengan lahan register. Lahan tukar guling yang diperjanjikan okeh ketua

panitia kompensasi Makmun adalah seluas 175 hektar yang terletak di Sumber bandung. Pada kenyataanya di lapangan panitia kompensasi tidak bisa memenuhi lahan kompensasi seluas 175 Ha, dan hanya bisa menyiapkan sekitar 100 ha, sedangkan yang 75 Ha mengambil lahan dari Pekon Giri Tunggal dan Margosari. Lahan seluas 75 Ha itulah yang dipaksakan untuk dimasukan dalam lahan kompensasi padahal warga tidak menyetujui kalau lahanya dimasukan dalan lahan kompensasi

3.2.1 Tahap–Tahap Penyelesaian Sengketa Lahan Hutan di Register 22 Kabupaten Pringsewu Melalui Mediasi

(6)

tentang penetapan sebagian Kawasan Hutan Hutan Lindung Kelompok Hutan Way Waya Register 22 dan diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Tetapi masyarakat lebih memilih untuk menggunakan jalur non litigasi yaitu dengan jalur mediasi yang dilakukan pemerintah daerah kabupaten pringsewu dengan membentuk tim terpadu dan tim tapal batas hutan untuk menelesaikan sengketa di Register 22 Way Waya.

3.2.2 PembentukanTim Terpadu dan Panitia Tapal Batas Hutan Dalam sengketa lahan hutan yang terjadi di Register 22 Way Waya dibentuklah Tim Terpadu yang dibentuk secara khusus yang bersifat ad hoc (sementara) oleh Pemerintah

Kabupaten Pringsewu dalam upaya penyelesaian sengketa di tanah Register 22 Way Waya. Sesuai dengan Keputusan Bupati Pringsewu No. B/126/1.01/2012 tentang Pembentukan Tim Terpadu Penyelesaian Masalah Tanah Eks Register 22 Way Waya Kabupaten Pringsewu

Selain dibentuk Tim Terpadu dibentuk juga Panitia Tapal Batas Kawasan Hutan Lindung Kabupaten

Pringsewu guna mengtur ulang batas kawasan hutan dalam sengketa lahan hutan yang terjadi di Register 22 Way Waya berdasarkan SK Gubernur Lampung No. G/743/III.16/HK 2013 tertanggal 26 September 2013 dengan ketua Bupati Pringsewu dan sekretaris kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Pringsewu, serta beranggotakan kepala BPN, Bappeda, BPKH wilayah XX, camat Pagelaran Utara, dan peratin Margosari.

3.3 Hasil Penyelesaian Sengketa Di Register 22 Way Waya Kabupaten Pringsewu

(7)

Batas Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Pringsewu masih belum meputuskan untuk dikeluarkan dari Register 22. Panitia Tapal Batas Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Pringsewu masih memeriksa dan menyelidiki fakta-fakta yang terjadi di lapangan dan untuk selanjutnya hasil penyelidikan yang dilakukan Panitia Tapal Batas Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Pringsewu di laporkan kepada Kementrian Kehutan untuk ditindak lebih lanjut.

3.4 Faktor Penghamat Dalam Penyelesaian Sengeta di Register 22 Way Waya

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyelesaian sengketa dan cara mengakses informasi yang diperlukan tentang proses penyeleysaian sengketa lahan hutan di register 22 menyebabkan lambatnya proses penyelesaian sengketa ini. Masyarakat tidak mengetahui proses dan cara untuk menyelesaikan sengketa lahan hutan hal ini. Masyarakat yang bersengketa yang tidak tahu harus kemana untuk menyelesaikan sengketa. Masyarakat biasanya

hanya bisa mendemo pemerintah daerah kabupaten pringsewu untuk menuntut hak mereka. 2. Lemahnya komunikasi antara

masyarakat dengan pemerintah daerah. komunikasi antara pemerintah daerah kabupaten pringsewu dengan masyarakat yang bersengketa dinilai masih kurang begitu baik dikerenakan kurangnya sarana dan prasarana serta fasilitas untuk masyarakat

untuk menyampaikan

pendapatnya dalam penyelesaian sengketa yang menyebabkan masyarakat tidak padu dengan pemerintah daerah dalam proses penyelesaian sengketa.

(8)

pembiaran terhadap terjadinya sengketa yang menyebabkan banyak masyarakat yang menjadi korban.

4. Pemerintah daerah kurang tegas dalam menindak oknum-oknum yang yang melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum yang menyababkan terjadinya sengketa ini. Pemerintah harusnya menyadari bahwa tukar guling kawasan hutan ini terdapat pelangaran hukum di dalamnya karena ada pemaksaan dari oknum tertentu terhadap masyarakat untuk melakukan tukar guling. Pemerintah seharusnya menindak tegas oknum yang memaksa masyarakat dan menyeretnya ke pengadilan dan memberikan sangsi tergas tergahap oknum tersebut.

V. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penyelesaian sengketa lahan hutan yang terjadi di Register 22 Way Waya diselesaikan melalui cara non litigasi ini mengacu pada

Undang- Undang No; 49 tahun 1999 pasal 74 tentang Kehutanan. Hal ini dilakukan dengan pembentukan tim terpadu dan panitia tapal batas hutan untuk menyelesaikan masalah sengketa lahan hutan di Register 22 Way Waya. Dengan berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa Penyelesaian sengketa lahan hutan yang terjadi di Register 22 Way Waya sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(9)

3. Pemerintah Daerah dan Kementrian Kehutanan harus mengawasi dengan ketat segala permohonan atau izin tentang kehutanan dan menindak tegas segala bentuk pelanggaran yang terjadi di Kawasan Hutan Register 22 Way Waya Kabupaten Pringsewu supaya tidak terjadi lagi kesalahan dalam penetapan kawasan hutan karena hal ini menyangkut kepentingan orang banyak.

DAFTAR PUSTAKA A.Buku-Buku

Budiarto, Agus. 2013.Pengawasan Pendistribusian Bahan Bakar

Minyak Bersubsidi Di

Provinsi Lampung. Lampung;

Universitas Lampung.

Judistira K. Garna, 1992, “Teori -Teori Perubahan Sosial”, Program

Pascasarjana UNPAD, Bandung.

Muhammad,Abdulkadir. 2004. Hukum Dan Penelitian

Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Mukhsin, 2007. Aspek Hukum Sengketa Hak Atas Tanah,

makalah disampaikan

pada Workshop strategi

Penanganan dan

Penyelesaian Sengketa

Pertanahan yang

diselenggarakan Badan

Pertanahan Nasional RI ,

Batam, penerbit Badan Pertanahan Nasional.

Murad,Rusmadi.1991. Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah,

Bandung, Mandar Maju.

Nader, L & Todd, H.F. (1978) The Disputing Process Law in

Ten Societies Colombia University Press, New York

Prajoto, Edi, Antinomi.2006. Norma Hukum Pembatalan

Pemberian Hak Atas Tanah

Oleh Peradilan Tata Usaha

Negara Dan Badan

Pertanahan Nasional,

(10)

Sunaryo Thomas, 2002. Managemen Konflik Dan Kekerasan,

Makalah Pada

Sarasehan Tentang Antisipasi

Kerawanan Sosial. Jakarta;

Badan Kesatuan Bangsa Prov DKI Jakarta.

Widjaja, Gunawan.2002. Alternatif Penyelesaian Sengketa,

Jakarta, Rajawali Pers.

Zain, Alam setia. 1996. Hukum Lingkungan Konservasi

Hutan dan Segi-Segi

Pidana. Jakarta. Penerbit ;

Rineka Cipta

B. Internet

www.wikipedia.co.id

http://www.artikata.com

www.yuliasapuspita.blogspot.com

www.apakabar.weebly.com

http://www.pringsewukab.go.id

http://www.bandarlampungnews.com

http://lampost.com

http://www.lampungonline.com

http://lampung.tribunnews.com

http://www.antaralampung.com

http://risasmoko.blogspot.com

C.Peraturan Perundang-Undangan

Undanng Undang Dasar 1945

Undang Undang No 5 Tahun 1960 Tentang Pokok Pokok Agraria

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Jo Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan.

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 339/Kpts-II/1990 tentang Pengukuhan Kawasan Hutan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 634/Kpts-II/1999.

(11)

Kawasan Hutan Sebagaimana Telah Dirubah Beberapa Kali Terakhir Dengan

Referensi

Dokumen terkait

Definisi Flowchart Bagan alir (flowchart) adalah bagan (chart) yang menunjukkan alir (flow) di dalam program atau prosedur sistem secara.. Dalam siklus ini terdapat dua

Pada Tabel 9., dapat dilihat hasil analisa kadar gluten yang dilakukan pada keempat jenis tepung terigu, yaitu Cakra Kembar Emas, Cakra Kembar, Segitiga Biru, dan Kunci

kegiatan Program peningkatan manajemen dan pelayanan Administrasi Persentase kinerja perkantoran yang baik Bidang pelaksana Uraian Indikator Kinerja 2016 2017 2018 2019

Bayi umur kurang dari 6 bulan dengan bronkiolitis akut dan distress pernafasan sebaiknya dirawat di rumah sakit bila ditemukan kadar SpO2 kurang dari 92 %,

Untuk produk-produk yang memerlukan biaya cukup besar dilakukan pemilihan proses yang tepat dan efisien, mengingat cairan fermentasi merupakan campuran yang

Pada aktivitas kerja proyek, siswa diminta berkolaborasi menghasilkan karya seni non konvensional, dengan memanfaatkan unsur rupa, gerak, bunyi, lakon, atau unsur lain dalam

[r]