• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. saja perusahaan bertanggungjawab (Freeman, 2001). Perusahaan harus menjaga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. saja perusahaan bertanggungjawab (Freeman, 2001). Perusahaan harus menjaga"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Stakeholder Theory

Stakeholder theory adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja perusahaan bertanggungjawab (Freeman, 2001). Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholder-nya dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholder-nya, terutama stakeholder yang mempunyai kekuatan terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan, dan lain-lain (Chariri & Ghozali, 2007).

Stakeholder dapat dibagi menjadi dua berdasarkan karakteristiknya yaitu

stakeholder primer dan stakeholder sekunder (Clarkson, 1995). Stakeholder

primer didefinisikan sebagai seorang atau kelompok yang tanpanya perusahaan tidak dapat bertahan going concern, meliputi: shareholder dan investor, karyawan, konsumen dan pemasok. Stakeholder sekunder didefinisikan sebagai mereka yang mempengaruhi, atau dipengaruhi perusahaan, namun tidak berhubungan dengan transaksi dengan perusahaan dan tidak esensial kelangsungannya.

Donaldson dan Preston (1995) berpendapat bahwa stakeholder theory merupakan hal yang berkenaan dengan pengelolaan atau ketatalaksanaan (managerial) dan merekomendasikan sikap, struktur, dan praktik. Menurut

(2)

10

Donaldson dan Preston (1995), teori stakeholder dibagi dalam tiga aspek, yaitu: 1) Descriptive/Empirical, yang menyatakan bahwa teori digunakan untuk menjelaskan karakter khusus dan perilaku perusahaan. 2) Instrumental, sebagai tambahan dari data deskriptif, digunakan untuk mengidentifikasikan hubungan antara manajemen stakeholders dengan hasil yang didapatkan (profitabilitas, pertumbuhan, dll). 3) Normative, yang menyatakan bahwa teori digunakan untuk mengintepretasikan fungsi dari perusahaan, termasuk mengidentifikasi pedoman moral dan filosofi pada operasi dan manajemen perusahaan.

2.1.2 Sustainability Report

Sustainability Report memiliki definisi yang beragam, menurut Elkington (1997) Sustainability Report adalah laporan yang memuat tidak saja informasi kinerja keuangan tetapi juga informasi non-keuangan yang terdiri dari informasi aktivitas sosial dan lingkungan yang memungkinkan perusahaan bisa bertumbuh secara berkesinambungan (sustainable performance).

Sustainability Report merupakan jenis laporan yang bersifat sukarela. Laporan ini diungkapkan sebagai pelengkap laporan keuangan, namun dalam penyampaiannya laporan ini terpisah dari laporan keuangan perusahaan. Hal ini diperkuat oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 paragraf ke

laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industry yang menganggap pegawai sebagai

(3)

11

pelaporan berkelanjutan di Indonesia didukung oleh sejumlah aturan seperti UU No.23/1997 tentang manajemen lingkungan dan aturan yang dikeluarkan Bursa Efek Indonesia mengenai prosedur dan persyaratan listing dan juga standar laporan keuangan (PSAK).

Sebagian besar bentuk pengungkapan Sustainability Report perusahaan diungkapkan melalui website perusahaan, dengan media ini stakeholder dapat mengakses dan mengetahui bagaimana bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan oleh perusahaan. Sustainability Report dapat didesain oleh manajemen sebagai cerita retoris untuk membentuk image (pencitraan) bagi pemakainya melalui pemakaian narrative text (Nugroho, 2009).

2.1.3 Prinsip Sustainability Reporting

Pengungkapan Sustainability Report yang sesuai dengan GRI (Global Reporting Index) memiliki prinsip-prinsip yang tercantum dalam GRI-G3 Guidelines, yaitu:

1. Keseimbangan

Laporan harus menggambarkan aspek positif dan negatif dari kinerja perusahaan untuk kemudian dapat dilakukan penilaian yang masuk akal terhadap keseluruhan kinerja. Keseluruhan penyajian isi laporan harus menyajikan gambaran yang tidak bias terhadap kinerja perusahaan. Laporan harus menghindari pemilihan, penghilangan, atau penyajian format yang memungkinkan kesalahan penilaian oleh pembaca laporan.

(4)

12 2. Dapat dibandingkan

Sustainability Report berisi isu-isu dan informasi yang harus dipilih, dikumpulkan, dan dilaporkan secara konsisten. Informasi yang dilaporkan harus disajikan dalam sebuah cara yang memungkinkan

stakeholder dapat menganalisis perubahan kinerja perusahaan dari waktu

ke waktu dan dapat mendukung analisis relatif terhadap perusahaan lainnya. Perbandingan sangat dibutuhkan dalam mengevaluasi kinerja. Stakeholder yang menggunakan laporan harus dapat membandingkan informasi kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan yang dilaporkan dengan kinerja perusahaan sebelumnya, sasarannya, dan kinerja perusahaan lainnya. Pelaporan yang konsisten dapat memungkinkan pihak-pihak internal dan eksternal untuk melakukan perbandingan.

3. Akurat

Informasi yang dilaporkan dalam Sustainability Report harus cukup akurat dan rinci sehingga memungkinkan stakeholder untuk menilai kinerja perusahaan. Tanggapan terhadap topik dan indikator ekonomi, sosial, dan linkungan dapat diekspresikan dalam berbagai cara, mulai dari tanggapan secara kualitatif sampai kepada pengukuran kuantitatif secara detail. Karakteristik yang menentukan ketepatan adalah berbeda berdasarkan sifat dari informasi serta pengguna informasi. Sebagai contoh, ketepatan dari informasi kualitatif sangat ditentukan oleh tingkatan kejelasan, detail, dan keseimbangan penyajian laporan dalam Batasan Laporan yang tepat. Sebaliknya, ketepatan dari informasi kuantitatif akan sangat tergantung

(5)

13

pada metode khusus yang digunakan dalam memperoleh, mengkompilasi dan menganalisis data. Tuntutan akan ketepatan sebagian besar akan tergantung pada tujuan dari penggunaan informasi. Sejumlah kebijakan akan membutuhkan ketepatan yang tinggi dalam melaporkan informasi dibandingkan dengan yang lainnya.

4. Urut waktu

Laporan dilakukan dengan jadwal yang teratur, sehingga informasi kepada stakeholder tersedia tepat waktu ketika dibutuhkan dalam mengambil keputusan. Kegunaan informasi akan sangat terkait dengan apakah waktu pengungkapannya kepada stakeholder dapat memungkinkan mereka untuk mengintegrasikannya secara efektif dalam pembuatan keputusan.

5. Kesesuaian

Informasi harus disediakan dalam cara yang dapat dimengerti dan diakses oleh stakeholder. Laporan harus menyajikan informasi yang dapat dimengerti, dapat diakses, dan dapat digunakan oleh para stakeholder (baik dalam bentuk cetak maupun saluran lainnya). Stakeholder harus dapat menemukan informasi yang dibutuhkannya dengan mudah. Informasi harus disajikan dalam cara yang komprehensif kepada

stakeholder yang telah memiliki pemahaman akan perusahaan dan

aktivitasnya. Grafik dan tabel data terkonsolidasi dapat membantu dalam memahami dan mengakses informasi yang ada dalam laporan.

(6)

14 6. Dapat dipertanggungjawabkan

Informasi dan proses yang digunakan dalam penyusunan laporan harus dikumpulkan, direkam, dikompilasi, dianalisis, dan diungkapkan dalam sebuah cara yang dapat diuji dan dapat membentuk kualitas dan materialitas dari laporan. Stakeholder harus yakin bahwa isi serta tingkatan prinsip-prinsip sebuah laporan dapat dicek ketepatan dan ketelitian isinya. Informasi dan data yang termasuk dalam laporan harus didukung oleh pengendalian internal atau dokumentasi yang dapat di-review oleh individu di luar mereka yang terlibat dalam pembuatan laporan.

2.1.4 Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas (Jumingan, 2006).

Menurut Mulyadi (2007) kinerja keuangan ialah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya.

2.1.5 Profitabilitas

Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Sedangkan menurut Riyanto (2001), profitabilitas suatu

(7)

15

perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Menurut Harahap (2006), profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Jumlah laba bersih kerap dibandingkan dengan ukuran kegiatan atau kondisi keuangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekuitas pemegang saham untuk menilai kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa tingkat aktivitas atau investasi. Dari definisi ini terlihat jelas bahwa sasaran yang akan dicari adalah laba perusahaan.

Profitabilitas juga mempunyai arti usaha mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang (Bottazi, 2008). Tanpa adanya keuntungan (profit), maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Para kreditur, pemilik perusahaan, dan terutama sekali pihak manajemen perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungan karena disadari benar pentingnya arti dari profit terhadap kelangsungan dan masa depan perusahaan (Brigham & Houston, 1993).

Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio rasio keuangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Shapiro (1991)

(8)

16

Dalam penelitian ini, Return on Asset (ROA) dan Earning per Share (EPS) ditetapkan sebagai proksi pengukuran profitabilitas. Menurut Mardiyanto (2009), Return on Asset adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Sedangkan pengertian Earning per Share (EPS) menurut Gibson (1996) adalah rasio yang menunjukan pendapatan yang diperoleh setiap lembar saham.

Return on Asset diukur dari laba bersih setelah pajak (earning after tax) terhadap total assetnya yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan profitabilitas perusahaan (Robert Ang. 1997:74). Return on Asset juga merupakan ukuran efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk operasi. Semakin besar Return on Asset menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat kembalian investasi (return) semakin besar.

Earning per Share diukur dari laba bersih setelah pajak (earning after tax) dikurangi dividen saham preferen terhadap total asset perusahaan (Gibson, 1996). Earning per Share adalah kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan yang diperoleh kepada pemegang sahamnya. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukannya (Brigham & Houston, 1993).

Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur mengenai seberapa efisien perusahaan dalam menggunakan asetnya dan seberapa efisien pula perusahaan

(9)

17

dalam menjalankan operasional perusahaannya, serta fokusnya adalah kepada net income (Ross, 2003).

2.1.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Sustainability Report dapat dikatakan masih jarang dilakukan dikarekan publikasi Sustainability Report masih bersifat voluntary dan baru di dunia bisnis. Berikut beberapa penelitian penelitian terdahulu mengenai Sustainability Report:

No Penulis dan

Tahun Judul Variabel Hasil

1 Soelistyonin grum (2011) Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Kinerja Keuangan Sustainability Report, ROA, Current Ratio, Dividend Payout Ratio Pengungkapan Sustainability Report berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. 2 Adhima (2012) Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Profitabilitas Perusahaan Sustainability Report, ROA Pengungkapan Sustainability Report berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. 3 Irine (2013) Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sustainability Report, ROA Pengungkapan Sustainability Report berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan 4 Yohanes dan Josua (2013) Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Profitabilitas Perusahaan Sustainability ROA pengungkapan Sustainability Report berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan

(10)

18 5 Feby (2013) Pengaruh Pengungkapan Sustainability Reporting Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sustainability Report, ROA Pengungkapan Sustainability Report secara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan 6 Nazim Hussain (2015) Impact of Sustainability Performance on Financial Performance: An Empirical Study of Global Fortune (N100) Firms Sustainability Report ROA Pengungkapan Sustainability Report berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan

2.2 Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis

2.2.1 Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Return on Asset

Fungsi dari Sustainability Report adalah untuk menginformasikan kepada

stakeholder bagaimana pertanggungjawaban perusahaan terhadap kinerja

ekonomi, sosial, dan lingkungannya (Elkington, 1997). Fombrun et al. (2000) dan Fiori et al. (2007) juga menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan memiliki banyak manfaat dan dapat meningkatkan reputasi perusahaan terhadap konsumen sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Gray et al. (1994) dalam (Chariri & Ghozali, 2007) mengatakan bahwa perusahaan harus menjaga dukungan dengan stakeholder terutama investor, salah satu strategi untuk menjaga dukungan ini adalah dengan cara mengungkapkan Sustainability Report. Kepercayaan konsumen terhadap perusahaan secara tidak

(11)

19

langsung akan meningkatkan penjualan perusahaan, laba, dan akhirnya akan berimbas pada profitabilitas (Sayekti dan Ludovicus, 2007).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Soelistyaningrum (2011) menemukan bahwa pengungkapan Sustainability Report berpengaruh positif terhadap Return on Asset perusahaan. Adhima (2012) dan Irine (2013) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa Sustainability Report berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Yohanes dan Josua (2013) dan Feby (2013) juga mengungkapkan bahwa pengungkapan Sustainability Report secara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Penemuan ini juga didukung oleh Hussain (2015), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengungkapan Sustainability Report berpengaruh terhadap Return on Asset.

Menurut Albahi (2009) analisis Return on Asset merupakan rasio terpenting diantara rasio profitabilitas dan merupakan teknik analisis yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Dalam pengungkapan Sustainability Report tentu saja harus menunjukkan sebuah perusahaan yang profitable, hal ini secara tidak langsung mendorong perusahaan untuk terus meningkatkan laba yang tentu saja berpengaruh terhadap Return on Asset (Burhan & Rahmanti, 2012).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis membuat hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut:

H1: Pengungkapan Sustainability Report berpengaruh terhadap Return on Asset

(12)

20

2.2.2 Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Earning per Share

Earning per Share (EPS) atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya (Gibson, 1996). Earning per Share di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata rata saham biasa yang beredar (Abdultah, 1994).

Dalam hal ini Sustainability Report menjadi media bagi Stakeholder terutama para investor untuk mengambil keputusan menanamkan modal mereka di sebuah perusahaan (Falk, 2007). Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki Earning per Share tinggi dibandingkan saham yang memiliki Earning per Share rendah (Elliot & Elliot, 1993).

Penelitian yang dilakukan Wijayanti et al (2011) menunjukkan bahwa Sustainability Report memiliki pengaruh terhadap Earning per Share perusahaan. Hal ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwijayanti et al (2012) yang menyatakan bahwa kualitas pengungkapan yang rendah menjadi pertimbangan investor karena laporan tahunan hanya memuat hal positif tentang perusahaan.

Dengan adanya Sustainability Report, perusahaan secara sadar akan terus meningkatkan profitabilias agar sebanding dengan saham yang dimiliki oleh para investor (Sugiarto, 2009). Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengungkapan

(13)

21

perusahaan, semakin banyak pengungkapan oleh perusahaan semakin tingi pula Earning per Share perusahaan tersebut (Rimba, 2010)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis membuat hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut:

H2: Pengungkapan Sustainability Report berpengaruh terhadap Earning per Share

2.3 Kerangka Teoritis

Teori stakeholder menjadi acuan dari penelitian ini dimana perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap sosial maupun lingkungannya. Tanggung jawab ini mengharuskan perusahaan untuk melaporkan secara transparan kinerja ekonomi, sosial, maupun lingkungannya yang dilakukan melalui Sustainability

Report. Dengan adanya Sustainability Report diharapkan perusahaan mampu

mendapat legitimasi dari masyarakat dan memberikan dampak positif serta meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Berdasar uraian yang telah dikemukakan dan telaah pustaka, variabel independen dalam penelitian ini adalah pengungkapan Sustainability Report, sedangkan variabel dalam penelitian ini adalah profitabilitas perusahaan yang diproksikan dengan Return on Asset dan Earning per Share. Dari landasan teori yang telah diuraikan di atas, dibuatlah suatu kerangka teoritis yang merupakan pengembangan dari teori yang dipaparkan oleh Herremans et al. (1993) mengenai pengaruh pengungkapan Sustainability Report terhadap profitabilitas perusahaan.

(14)

22

Variabel Independen Variabel Dependen profitabilitas Pengungkapan

Sustainability Report ROA

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat cukup rumitnya permainan ini maka permainan ini lebih cocok diberikan kepada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Sekolah Menengah Atas (SMA). Seorang siswa

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

a Bisa memproduksi produk bedak mawar dengan jumlah 300 bungkus. Dan masih kami teruskan pemasaran sampai sekarang. Hasil yang dicapai memang belum bisa memenuhi target

Potensi batubara bawah permukaan Pusat Sumber Daya Geologi telah melakukan kajian mengenai potensi batubara bawah permukaan mulai kedalaman 100 meter sampai dengan 500 meter

Perbedaan antara volume dan besar arus yaitu, volume adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu penampang tertentu pada suatu ruas jalan tertentu per satuan waktu

Dapat mengetahui dan menguraikan dasar-dasar onkologi bedah mulai dari cara menegakkan diagnosis klinis onkologi, diagnosis dengan sarana bantu yang canggih sampai

Agar usaha tetap berkelanjutan, mengembangkan usaha kelompoknya, untuk meningkatkan daya saing di pasar lokal dan di pasar regional, serta lebih bertambah

Penelitian ini merupakan uji diagnos- tik untuk menentukan validitas foto polos sinus paranasal 3 posisi dan CT scan potongan koronal sebagai alat diagnosis pada pasien dengan