• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan, simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu untuk memperjelas dan menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sering menjadi masalah bagi siswa. Namu dengan matematika diharapkan dapat membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan namun sayangnya, pengembangan sistem atau model pembelajaran matematika tidak sejalan dengan perkembangan berpikir anak terutama pada anak-anak usia SD. Apa yang dianggap logis dan jelas oleh para guru dan apa yang dapat diterima oleh orang yang berhasil mempelajarinya, merupakan hal yang tidak masuk akal dan membingungkan bagi anak-anak.

Kenyataan ini dapat ditemukan setelah peneliti mengadakan diskusi dengan para guru SD Negeri Tegalombo 05 Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati. Bahwa pada umumnya anak-anak mengalami kesulitan dalam mata pelajaran matematika. Terutama menghitung luas permukaan bangun ruang.

Matematika bagi anak SD berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkungannya, guna pengembangan pola pikir dan banyak yang dijumpai di lingkungan siswa sebagai sumber belajar, sebagai contoh “bentuk-bentuk dan ukuran bangun ruang bekas bungkus barang yang ada di sekitarnya. Ini merupakan salah satu prinsip pembelajaran dengan memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitar lingkungan siswa sebagai sumber belajar.

Perkembangan anak sangatlah berbeda dengan orang dewasa, hal ini tampak jelas baik dalam bentuk fisiknya maupun dalam cara-cara berpikir dan bertindak. Keadaan ini sering dilupakan guru, bahwa siswa dianggap dapat berpikir seperti orang dewasa. Padahal anak usia SD pada umumnya berada pada tahap berpikir operasional konkret.

(2)

Kenyataan di lapangan para guru dalam model pembelajaran hanya dalam bentuk verbal, sehingga anak tidak dapat memecahkan sendiri.

Sesuai dengan keterangan tersebut di atas bahwa dalam pembelajaran diperlukan suatu media sebagai alat memecahkan masalah khususnya pada menghitung luas bangun ruang menggunakan media yang berupa benda konkret. Sehingga dengan menggunakan benda konkret anak mampu melakukan aktivitas logis dalam batas konkret, untuk memecahkan masalah.

Dengan menggunakan benda konkrit di sekitar lingkungan siswa dapat meningkatkan pemahaman konsep-konsep matematika. Perkembangan kognitif anak dimulai dari belajar melalui benda-benda konkrit, dilanjutkan pada belajar melalui gambar-gambar dan diagram-diagram (semi konkret dan semi abstrak) kemudian belajar melalui simbol-simbol atau tanda.

Melalui pengamatan di lapangan yang dilakukan oleh peneliti di SDN Tegalombo 05 Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati pelaksanaan pembelajaran matematika belum berpusat pada siswa, namun masih cenderung berpusat pada guru sehingga siswa pasif dalam belajar, kecenderungan ini disebabkan kurangnya guru dalam memanfaatkan media pada benda-benda konkret yang ada di sekitar siswa.

Jika setiap guru di SDN Tegalombo 05 Kecamatan Dukuhseti kreatif dalam memanfaatkan benda-benda kongkrit yang ada di sekitar siswa, maka benda-benda kongkrit tersebut sangat menunjang dalam proses pembelajaran.

Kurangnya alat peraga matematika, tuntutan kurikulum yang harus dipenuhi oleh guru agar target pencapain kurikulum sesuai, maka pembelajaran matematika yang ada di sekolah dasar cenderung monoton tanpa melihat proses sehingga dalam memahami luas bangun ruang mengalami kesulitan.

Disamping itu pemahaman guru tentang perkembangan peserta didik kurang diperhatikan. Pada dasarnya anak itu bukanlah tiruan dari orang dewasa. Anak bukan bentuk mikro dari orang dewasa. Anak-anak mempunyai kemampuan intelektual yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Cara-cara berpikir anak berbeda dengan cara-cara berpikir orang dewasa. Hal inilah perlu mendapat perhatian terutama tentang kesiapan untuk belajar dan bagaiamana berpikir mereka itu berubah sesuai dengan perkembangan usianya. Sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran diperlukan strategi pembelajaran

(3)

matematika harus sesuai dengan perkembangan intelektual akan perkembangan tingkat berpikir anak.

Adanya kebiasaan guru untuk membatasi kebebasan mengeluarkan pendapat sangat merugikan kreativitas siswanya, sehingga apa yang dipelajari siswa dalam matematika kurang bermakna. Seorang guru hendaknya menggunakan benda-benda atau objek-objek sekitar siswa untuk membelajarkan matematika kepada siswa. Hal ini sangat bermanfaat apa yang dipelajari siswa dalam matematika lebih bermakna baik secara logis maupun psikologis karena sesuai dengan pengalaman anak.

Benda-benda sekitar siswa dapat dijadikan alat peraga yang murah dan mudah didapat. Serta bermanfaat bagi pelaksanaan model pembelajaran dengan alat peraga siswa lebih termotivasi, aktif dan kreatif, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk memanipulatif dan bermain secara terpadu sehingga pengawasan siswa terhadap matematika lebih aktif.

Berdasarkan latar belakang di atas, agar pembelajaran tidak merugikan siswa dan memungkinkan siswa lebih berkembang kemampuannya, maka perlu diberi cara pemecahannya dengan menciptakan suasana belajar yang kondusif serta menyesuaikan karakter siswa sekolah dasar yang masih suka dengan benda-benda konkret. Penerapan pembelajaran tersebut juga berdasarkan pada perkembangan anak. Oleh karena itu dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul : “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Menghitung Luas Bangun Ruang Melalui Metode Demontrasi Menggunakan Benda Konkrit Di Kelas V SDN Tegalombo 05”.

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang salah satu strategi pembelajaran matematika yang dapat dilakukan guna meningkatkan kemampuan belajar matematika siswa tentang menghitung luas bangun ruang.

1.2. Identifikasi Masalah

Pada pembelajaran Matematika terutama materi Menghitung volume bangun ruang dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari di kelas V SDN Tegalombo 05 masih dianggap sebagai konsep ilmu yang yang sulit di pahami walaupun materi tersebut telah dipelajari di kelas sebelumnya. Ini adalah salah satu diduga menjadi faktor penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas V. Selanjutnya hasil identifikasi

(4)

permasalahan pembelajaran yang menjadi faktor penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa, adalah sebagai berikut:

a. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. b. Siswa kurang tertarik untuk merespon pertanyaan guru. c. Siswa kurang memahami pelajaran yang diberikan oleh guru. d. Siswa belum menguasai konsep bangun ruang dengan baik.

e. Kejenuhan dan kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran saat KBM. f. Kurangnya variasi dalam pembelajaran.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini difokuskan pada Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Menghitung Luas Bangun Ruang Melalui Metode Demontrasi Menggunakan Benda Konkrit Di Kelas V SDN Tegalombo 05 Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati. Dengan demikian dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : Bagaimanakah Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Menghitung Volume Bangun Ruang Melalui Metode Demontrasi Menggunakan Benda Konkrit di Kelas V SDN Tegalombo 05 Tahun pelajaran 2012/2013 Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati. 1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Menghitung Volume Bangun Ruang Melalui Metode Demontrasi Menggunakan Benda Konkrit Di Kelas V SDN Tegalombo 05 Tahun pelajaran 2012/2013 Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati. 1.5. Manfaat Penelitian

Dari hasi penelitian tindakan kelas ini terdapat dua manfaat yang dapat diambil diantaranya yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.5.1. Manfaat Teoritis

1.5.1.1. Untuk memperkuat teori belajar matematika tentang menghitung volume bangun ruang melalui metode benda konkrit di sekitar siswa.

(5)

1.5.1.2. Menjadi wacana dalam berpikir dan dijadikan dasar bertindak bagi pendidik dalam penyelanggaraan proses belajar.

1.5.1.3. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya baik oleh peneliti Skripsi ini maupun peneliti lain.

1.5.2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi semua pihak, antara lain :

1.5.2.1. Bagi Siswa

1. Dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep bangun ruang. 2. Dapat mengikuti proses pembelajaran dengan perasaan senang, dan motivasi

yang tinggi.

3. Dapat saling bekerjasama dalam berdiskusi.

4. Siswa memiliki pengalaman baru tentang proses pembelajaran yang berbeda dari yang biasa dialaminya.

1.5.2.2. Bagi Guru

1. Sebagai masukan bagi semua guru SDN Tegalombo 05 tentang pembelajaran menggunakan benda-benda konkret yang ada di sekitar siswa guna meningkatkan kemampuan menghitung luas bangun ruang, Sehingga menambah wawasan dalam melaksanakan strategi pembelajaran matematika di kelas.

2. Dengan pelaksanaan penelitian Tindakan Kelas ini, penulis memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas, khususnya dengan menerapkan metode pembelajaran demontrasi menggunakan benda kongkrit pada siswa.

3. Guru juga belajar mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di dalam kelas atau proses pembelajaran, sekaligus mampu mencari solusi atau pemecahannya

(6)

1.5.2.3. Bagi Sekolah

Semakin banyak guru yang mau memperbaiki proses pembelajaran melalui PTK maka sekolah akan sangat diuntungkan. Hal ini akan bermuara pada peningkatan prestasi belajar siswa yang akan mempengaruhi prestasi sekolah.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

1. Adanya perasaan senang terhadap belajar. Adanya keinginan yang tinggi terhadap penguasaan dan keterlibatan dengan kegiatan belajar. Adanya perasaan tertarik yang

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

Juga didorong faktor alami dari pertumbuhan badan yang pasti memerlukan ukuran-ukuran baru serta selera masyarakat yang selalu berubah juga trend yang selalu update

Hasil penelitian untuk faktor permintaan secara simultan ada pengaruh nyata antara tingkat pendapatan, selera, jumlah tanggungan dan harapan masa yang akan datang