• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek penambahan sodium carboxymethyl cellulose sebagai binder dan gliserin sebagai humektan terhadap sifat fisis pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih (Piper betle L.) - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Efek penambahan sodium carboxymethyl cellulose sebagai binder dan gliserin sebagai humektan terhadap sifat fisis pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih (Piper betle L.) - USD Repository"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK PENAMBAHAN SODIUM CARBOXYMETHYL CELLULOSE SEBAGAI BINDER DAN GLISERIN SEBAGAI HUMEKTAN TERHADAP SIFAT FISIS PASTA GIGI EKSTRAK AIR-ALKOHOL

DAUN SIRIH (Piper betle L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Daniel Kurniawan

NIM : 078114071

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

EFEK PENAMBAHAN SODIUM CARBOXYMETHYL CELLULOSE SEBAGAI BINDER DAN GLISERIN SEBAGAI HUMEKTAN TERHADAP SIFAT FISIS PASTA GIGI EKSTRAK AIR-ALKOHOL

DAUN SIRIH (Piper betle L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Daniel Kurniawan

NIM : 078114071

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

(6)
(7)
(8)

vii

PRAKATA

Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Farmasi (S.Farm.) program studi Farmasi.

Sepanjang proses perkuliahan, penelitian hingga penyusunan skripsi,

Penulis telah menerima banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, sebagai Tuhan yang sangat baik dan luar biasa dalam

hidup Penulis.

2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan waktu, bimbingan, pengarahan, masukan serta pelajaran tentang

hidup kepada Penulis dalam penyusunan skripsi.

4. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan

waktu, masukan, kritik dan saran kepada Penulis.

5. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan

waktu, masukan, kritik dan saran kepada Penulis.

6. Segenap dosen fakultas farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

mengajar dan membimbing Penulis selama perkuliahan.

7. Papa, Mama, Sari dan David yang selalu berdoa, memberikan kasih sayang,

(9)

viii

8. Yemima yang selalu mendengarkan, memberikan kasih sayang, perhatian,

motivasi, inspirasi, semangat dan dukungan kepada Penulis.

9. Septi, Fany dan Yemima sebagai teman satu tim atas kerjasama, bantuan,

kebersamaan, keceriaan, dan suka duka selama proses penyusunan skripsi.

10.Teman-teman skripsi lantai 1 Lia, Riris, Dinar, Mala, Bella, Tika, Puput,

Yoga, Manda, Ayu, Siska, Cinthya, Ius, dan Robby atas kebersamaan,

keceriaan dan suka duka selama ini.

11.Teman-teman FST 2007 atas kebersamaan yang tidak terlupakan.

12.Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Ottok, Mas Iswandi, Mas Wagiran, Mas Sigit,

Mas Parlan serta laboran-laboran yang lain yang telah membantu Penulis

selama penelitian.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

Penulis dalam menyelesaikan laporan akhir ini.

Penulis menyadari bahwa laporan akhir skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari seluruh pihak. Penulis berharap semoga laporan akhir skripsi ini

dapat berguna bagi seluruh pihak, terutama dalam bidang farmasi.

(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

(11)

x

3. Kegunaan ekstrak air-alkohol daun sirih sebagai antibakteri ... 7

3. Mekanisme pembersihan gigi oleh pasta gigi ... 14

(12)

xi

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 28

1. Variabel penelitian ... 28

2. Definisi operasional ... 29

C. Alat ... 30

D. Bahan ... 30

E. Tata Cara Penelitian ... 30

1. Verifikasi ekstrak air-alkohol daun sirih ... 30

(13)

xii

b. Uji kualitatif ekstrak air-alkohol daun sirih secara

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ... 31

2. Formula ... 31

3. Pembuatan pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih ... 32

4. Uji sifat fisis past gigi ... 33

a. Uji viskositas ... 33

b. Uji sag ... 33

F. Analisis Data ... 34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Verifikasi Ekstrak Air-Alkohol Daun Sirih ... 35

1. Ekstraksi Daun Sirih ... 35

2. Uji kualitatif dengan KLT ... 36

B. Pembuatan Pasta Gigi Ekstrak Air-Alkohol Daun Sirih ... 38

C. Karakterisasi Sifat Fisis Pasta Gigi ... 43

(14)

xiii

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan 2 faktor dan 2 level .. 25

Tabel II. Formula standar pasta gigi ... 31

Tabel III. Formula modifikasi pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih ... 32

Tabel IV. Percobaan desain faktorial (tiap percobaan direplikasi 3 kali) ... 33

Tabel V. Sifat fisik pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih... 45

Tabel VI. Hasil uji regresi linear antara viskositas dan sag pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih ... 49

Tabel VII. Efek CMC-Na dan gliserin, serta interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisis pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih ... 51

Tabel VIII. Persamaan desain faktorial ... 51

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman sirih ... 7

Gambar 2. Struktur gigi ... 8

Gambar 3. Perkembangan karies gigi ... 11

Gambar 4. Viskotester RION ... 16

Gambar 5. Piknometer cup aluminum ... 17

Gambar 6. Tensiometer Instron ... 18

Gambar 7. Struktur natrium sakarin ... 20

Gambar 8. Struktur metil paraben ... 20

Gambar 9. Struktur CMC-Na ... 22

Gambar 10. Struktur Gliserin ... 23

Gambar 11. Tanaman sirih yang diekstraksi ... 35

Gambar 12. Kromatogram KLT ekstrak air-alkohol daun sirih dengan sinar UV 254 nm ... 37

Gambar 13. Matriks CMC-Na yang dihasilkan dari entanglement rantai polimer yang berdampingan ... 41

Gambar 14. Grafik hubungan viskositas terhadap waktu ... 46

Gambar 15. Grafik hubungan sag terhadap waktu ... 46

(17)

xvi

DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan (1). ... 15

Persamaan (2). ... 24

Persamaan (3). ... 33

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Certificate of Analysis Ekstrak Air-Alkohol Daun Sirih

dari Javaplant ... 56

Lampiran 2. Proses Ekstraksi Ekstrak Air-Alkohol Daun Sirih

dari Javaplant ... 57

Lampiran 3. Notasi Desain Faktorial dan Percobaan Desain Faktorial ... 59

Lampiran 4. Data Uji Sifat Fisis Pasta Gigi Ekstrak Air-Alkohol Daun Sirih 60

Lampiran 5. Data Hasil Analisis Menggunakan SPSS 18 ... 62

Lampiran 6. Data Hasil Analisis Menggunakan Design Expert ... 64

(19)

xviii

INTISARI

Sifat fisis pasta gigi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain bahan dan jumlah bahan yang digunakan. Sodium carboxymethyl cellulose (CMC-Na) merupakan bahan yang digunakan sebagai binder dalam pasta gigi dan berfungsi untuk meningkatkan viskositas sediaan pasta gigi. Sedangkan gliserin merupakan bahan yang digunakan sebagai humektan dan berfungsi untuk meningkatkan konsistensi dan mencegah hilangnya lembab dari sediaan pasta gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penambahan CMC-Na sebagai binder dan gliserin sebagai humektan serta interaksi keduanya terhadap sifat fisis pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih (Piper betle L.).

Penelitian ini merupakan rancangan yang bersifat quasi eksperimental menggunakan desain faktorial dengan dua faktor, yaitu jumlah CMC-Na-jumlah gliserin dan dua level yaitu level tinggi-level rendah. Sifat fisis pasta gigi yang diamati meliputi viskositas dan uji sag setelah 48 jam dari pembuatan dan secara periodik selama 21 hari untuk profil viskositas dan 1 bulan untuk profil sag. Kemudian dilakukan analisa data secara statistik menggunakan Design Expert 7. 1.4 untuk mengetahui signifikansi (p<0.05) dari setiap faktor dan interaksinya dalam memberikan efek.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan sodium carboxymethyl cellulose, gliserin dan interaksi keduanya memberikan efek yang signifikan terhadap viskositas pasta gigi ekstrak daun sirih (Piper betle L.).

(20)

xix

ABSTRACT

Physical properties of toothpaste is affected by several factors, such as type and amount of each ingredient used in its formulation. Sodium carboxymethyl cellulose (CMC-Na) used as binder in toothpaste formulation which increases the viscosity of toothpaste. Glycerin used as humectant in toothpaste formulation which increases the consistency and prevents loss of water from toothpaste. This study was aimed to know how the effect of sodium carboxymethyl cellulose as binder, glycerin as humectant and their interactions in determining the physical properties of water-ethanol extract of betel leaf (Piper betle L) toothpaste.

This research was a quasi experimental research using a factorial design with two factors, addition amount of sodium carboxymethyl cellulose-glycerin and two level high-low level. Physical properties such as viscosity and sag of toothpaste were evaluated after 48 hours and periodically for 21 days of storage for viscosity profile and 1 month of storage for sag profile. The data were analyzed statistically using Design Expert 7.1.4 in determining the significancy (p<0,05) of each factor and their interactions in giving effect.

The result of this study showed that sodium carboxymethyl cellulose, glycerin, and their interactions provide significant effect on viscosity as a physical property of water-ethanol extract of betel leaf (Piperbetle L) toothpaste.

(21)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Gigi merupakan salah satu organ penting pencernaan. Fungsi dari gigi

adalah mastikasi (pengunyahan), fonetik (bicara), estetis (penampilan), dan

menelan. Gigi juga merupakan jaringan tubuh yang paling keras dibanding yang

lainnya. Namun demikian, gigi rentan mengalami kerusakan, misalnya terjadinya

lubang pada gigi atau karies gigi (Hadi, 2003).

Menurut Lehner (cit., Pradopo, Ashrin, Tedjosasongko, Nuraini, 2009)

karies gigi disebabkan adanya plak gigi, yaitu lengketan berisi bakteri dan

produk-produknya yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Bakteri yang bertanggung

jawab dalam pembentukan plak adalah Streptococcus mutans. Streptococcus

mutans merupakan kuman yang kariogenik karena mampu segera membentuk

asam dari karbohidrat yang diragikan. Streptococcus mutans dapat tumbuh subur

dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena

kemampuannya membuat polisakarida ekstra sel. Polisakarida ekstra sel ini

terutama terdiri dari polimer glukosa yang menyebabkan matriks plak mempunyai

konsistensi seperti gelatin, akibatnya bakteri terbantu untuk melekat pada gigi

serta saling melekat satu sama lain. Hal ini yang menyebabkan plak semakin lama

semakin tebal (Pratiwi, 2004).

Salah satu cara pencegahan karies gigi adalah mengusahakan agar

(22)

pembentukannya atau dengan cara pembersihan plak secara teratur. Menyikat gigi

menggunakan pasta gigi membantu kontrol plak dan merupakan langkah awal

untuk mengontrol karies gigi. Saat ini pasta gigi dilengkapi dengan penambahan

jenis bahan aktif yang mengandung bahan dasar alami ataupun bahan sintetik

sebagai bahan anti kuman. Namun, dewasa ini pasta gigi yang mengandung bahan

dasar alami lebih dipilih daripada pasta gigi yang mengandung bahan aktif. Hal

ini disebabkan karena pasta gigi dengan bahan dasar alami selain bermanfaat

untuk menghambat pertumbuhan bakteri plak, juga lebih aman karena berasal dari

tanaman.

Sirih (Piper betle L.) merupakan salah satu jenis tanaman dari famili

Piperaceae yang telah dikenal luas (Burkill, 1935). Masyarakat Indonesia sudah

sejak lama mengenal daun sirih sebagai bahan untuk “menginang” dengan

keyakinan bahwa daun sirih dapat menguatkan gigi, menyembuhkan luka-luka

kecil di mulut, menghilangkan bau mulut, menghentikan pendarahan gusi, dan

sebagai obat kumur. Daun sirih dapat digunakan untuk pengobatan berbagai

macam penyakit diantaranya obat sakit gigi dan mulut, sariawan, abses rongga

mulut, luka bekas cabut gigi, penghilang bau mulut (Syukur dan Hernani, 1999).

Menurut Nalina dan Rahim (2007), ekstrak daun sirih yang mengandung asam

lemak (asam stearat dan asam palmitat) dan ester asam lemak hidroksi (hidroksi

ester asam stearat, palmitat dan miristat) dan hidroksikavikol menunjukkan

aktivitas antibakteri terhadap S. mutans. Menurut Suwondo (2007), ekstrak daun

sirih mempunyai aktifitas anti bakteri terhadap bakteri aerob dan bakteri anaerob

(23)

sirih memberikan aktivitas antibakteri terhadap S. mutans pada konsentrasi 1%.

Hal ini disebabkan karena pada ekstrak air-alkohol daun sirih terdapat senyawa

fenol dan turunannya yang dapat memecah ikatan protein sel bakteri (Pratiwi,

2004).

Dalam penelitian ini akan dibuat pasta gigi dari ekstrak daun sirih. Pasta

gigi dengan bahan alami biasanya memanfaatkan minyak atsiri daun sirih.

Digunakan ekstrak air-alkohol daun sirih dalam penelitian ini karena pada

penyimpanan ekstrak cenderung lebih stabil dan lebih tidak mudah teroksidasi

dibandingkan dengan minyak atsiri. Pertimbangan utama pemilihan bentuk pasta

gigi karena senyawa fenol dan turunannya dalam ekstrak air-alkohol daun sirih

sangat mudah teroksidasi sehingga menyebabkan khasiatnya menurun. Salah satu

cara mengatasi hal tersebut adalah dengan membentuk sediaan pasta gigi. Salah

satu komponen pasta gigi yaitu binder akan mengakomodasi ekstrak air-alkohol

daun sirih sehingga meningkatkan stabilitas ekstrak dalam sediaan. Ekstrak

air-alkohol daun sirih akan terperangkap dalam binder yang membentuk matriks,

sehingga melindunginya dari proses oksidasi.

CMC-Na (Sodium Carboxymethylcellulose) merupakan suatu zat yang

biasanya digunakan sebagai binder untuk meningkatkan viskositas dalam suatu

sediaan pasta gigi. Gliserin digunakan dalam formulasi pasta gigi sebagai

humektan yang berfungsi untuk meningkatkan konsistensi dan mencegah

hilangnya lembab dari pasta gigi (Garlen,1996). Komposisi dari CMC-Na dan

gliserin akan memberikan efek yang dapat diukur kebermaknaannya dalam

(24)

Desain eksperimen yang memungkinkan untuk mengevaluasi efek

penambahan CMC-Na sebagai binder dan gliserin sebagai humektan secara

simultan adalah desain faktorial. Desain faktorial pada dua level dan dua faktor

(Full Factorial Design 22), merupakan metode rasional untuk menyimpulkan dan

mengevaluasi secara obyektif efek faktor terhadap kualitas suatu sediaan. Faktor

yang diteliti adalah CMC-Na sebagai binder dan gliserin sebagai humektan

dengan variasi jumlah CMC-Na dan gliserin sebagai level yang dipilih.

Signifikansi dari setiap faktor dan interaksinya dalam memberikan efek dianalisis

dengan Anova pada taraf kepercayaan 95% (p<0.05).

1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang ada adalah

apakah variasi jumlah CMC-Na dan gliserin pada level yang diteliti memberikan

efek signifikan terhadap sifat fisis pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih (Piper

betle L.) yang meliputi viskositas dan sag?

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan penulis, penelitian

tentang Efek Penambahan CMC-Na sebagai Binder dan Gliserin sebagai

Humektan terhadap Sifat Fisis Pasta Gigi Ekstrak Air-Alkohol Daun Sirih (Piper

betle L.) belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk

(25)

CMC-Na sebagai binder dan gliserin sebagai humektan terhadap sifat fisis pasta gigi dan

aplikasi desain faktorial dalam analisis pengaruh tersebut.

b. Manfaat metodologis. Manfaat metodologis dalam penelitian ini

adalah untuk menambah informasi dalam bidang kefarmasian mengenai

penggunaan desain faktorial dalam mengamati efek penambahan CMC-Na

sebagai binder dan gliserin sebagai humektan terhadap sifat fisis pasta gigi.

c. Manfaat praktis. Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui efek penambahan CMC-Na sebagai binder dan gliserin sebagai

humektan terhadap sifat fisis dan stabilitas pasta gigi sehingga dapat diterima oleh

masyarakat.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah membuat sediaan pasta gigi dengan

zat aktif berupa ekstrak daun sirih (Piper betle L.).

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah mengetahui efek dari penambahan

CMC-Na sebagai binder dan gliserin sebagai humektan serta interaksi keduanya

dalam menentukan sifat fisis pasta gigi ekstrak daun sirih (Piper betle L.) yang

(26)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Sirih

Tanaman sirih (Piper betle L.) merupakan anggota suku Piperaceae.

Tanaman ini memiliki sinonim Chavica auriculata Miq, C. betle Miq. Sirih

merupakan nama umum/dagang dari tanaman ini (Syamsuhidayat dan Hutapea,

1991).

1. Morfologi

Tanaman perdu, merambat (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Helaian

daun berbentuk bundar telur atau bundar telur lonjong, pada bagian pangkal

berbentuk jantung atau agak bundar, tulang daun bagian bawah gundul atau

berambut sangat pendek, tebal, berwarna putih, panjang 5 cm sampai 18 cm, lebar

2,5 cm sampai 10,5 cm. Bunga berbentuk bulir, berdiri sendiri di ujung cabang

dan berhadapan dengan daun. Daun pelindung berbentuk lingkaran, bundar telur

terbalik atau lonjong, panjang kira-kira 1 mm. Bulir jantan, panjang gagang 1,5

cm sampai 3 cm, benang sari sangat pendek. Bulir betina, panjang gagang 2,5 cm

sampai 6 cm. Kepala putik 3 sampai 5. Buah buni, bulat, dengan ujung gundul.

Bulir masak berambut kelabu, rapat, tebal 1 cm sampai 1,5 cm. Biji membentuk

(27)

Gambar 1. Tanaman sirih

2. Kandungan kimia

Daun sirih segar mengandung minyak atsiri 0,7 – 2,6%. Minyak atsiri

juga mengandung allilkatekol 2,7 – 4,6%, kadinen 6,7 – 9,1%, karvakrol 2,2 –

4,8%, karyofilen 0,2 – 11,9%, kavibetol 0,0 – 1,2%, kavikol 5,1 – 8,2%, sineol 3,6

– 6,2%, estragol 7 – 14,6%, eugenol 26,8 – 42,5% dan eugenol metileter 8,2 –

15,8%, juga mengandung pirokatekin (Darwis, 1992).

3. Kegunaan ekstrak air-alkohol daun sirih sebagai antibakteri

Berdasarkan metode difusi agar dengan cakram kertas (metode

Bauer-Kirby), ekstrak air-alkohol daun sirih pada konsentrasi 1% telah mempunyai

aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans (Suwondo, 2007). Adanya

senyawa turunan fenol pada ekstrak air-alkohol dapat mengakibatkan denaturasi

protein pada Streptococcus mutans. Protein yang terdenaturasi tidak dapat

menjalankan aktivitas biologisnya dengan baik (Anonim, 2009).

B. Gigi 1. Struktur gigi

Gigi tersusun pada 2 bagian rahang, yaitu pada rahang atas dan rahang

bawah. Setiap gigi terdiri atas mahkota (bagian di atas gusi) dan akar (bagian yang

(28)

2000). Bagian mahkota adalah bagian yang tampak pada mulut. Sedangkan bagian

akar berada di dalam rahang dan berfungsi untuk menjaga gigi tetap pada

tempatnya (Anonim, 2010b).

Gambar 2. Struktur gigi(Anonim, 2010a)

Bagian mahkota pada gigi tertutup oleh enamel. Enamel merupakan

jaringan yang paling keras di tubuh. Di bawah enamel terdapar dentin, yang

merupakan bagian utama dari sebuah gigi. Dentin juga merupakan jaringan yang

keras, tetapi tidak sekeras enamel. Pada keadaan tertentu, dentin dapat menjadi

terasa sangat nyeri dan sensitif. Pada bagian tengah gigi terdapat pulpa, dimana

pada pulpa terdapat saraf dan pembuluh darah. Jaringan yang mengelilingi sebuah

gigi dan melindungi jawbone disebut gusi atau gingiva. Jaringan gingiva yang

sehat melekat dekat pada sekeliling gigi dan terasa kuat apabila disentuh serta

tidak berdarah apabila ditekan dengan keras (Anonim,2010a).

2. Karies gigi

Karies adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya interaksi

antara bakteri plak, diet dan gigi. Tidak diragukan lagi bahwa tanpa adanya plak,

(29)

yang kariogenik karena mampu segera membentuk asam dari karbohidrat yang

dapat diragikan (Pratiwi, 2004).

Karies gigi merupakan sebuah yang paling sering penyakit terjadi.

Karies gigi dapat menghancurkan enamel dan dentin pada gigi. Karies gigi

dimulai dengan hilangnya mineral dari permukaan enamel. Tahap ini merupakan

dari awal terjadinya karies dan masih dapat dihentikan. Namun, apabila dibiarkan

proses ini akan mengakibatkan terbentuknya lubang pada bagian dentin dan dapat

berakhir dengan kerusakan total pada seluruh bagian mahkota gigi. Ketika karies

telah mencapai bagian dentin, gigi akan terasa menjadi sangat sensitif dan orang

tersebut akan mengalami apa yang disebut dengan sakit gigi. Pasien akan merasa

sakit apabila memakan sesuatu yang manis, sesuatu yang panas atau dingin, atau

ketika mengigit sesuatu yang keras. Hal ini disebabkan karena bagian pulpa telah

terinfeksi oleh bakteri. Karies disebabkan oleh bakteri yang terakumulasi pada

plak dapat mencerna gula dan mengubahnya menjadi asam. Asam pada mulut

akan menyerang enamel dan melarutkannya (Anonim, 2010a).

Karies dimulai pada bagian enamel pada gigi (gambar 3a). Pada tahap

awal ini belum ada gejala atau tanda-tanda sakit gigi. Satu-satunya tanda yang

dapat dilihat adalah perubahan warna pada enamel, dimana enamel akan berubah

menjadi berwarna keputih-putihan. Perubahan warna ini disebabkan asam yang

dihasilkan oleh bakteri pada plak telah melarutkan beberapa mineral pada enamel.

Pada tahap ini belum terbentuk lubang karena masih banyak mineral yang berada

pada enamel. Proses ini dapat dicegah dan dihentikan karena enamel akan

(30)

mengusahakan mulut selalu dijaga agar tetap bersih sehingga hanya akan ada

sedikit asam yang menyerang enamel. Apabila proses asam menyerang dan

melarutkan enamel ini tidak dicegah maka bagian dentin yang kemudian akan

terserang. Dentin akan berubah menjadi lunak seperti sepon dan berwarna kuning

serta enamel akan menjadi rusak (gambar 3b). Kerusakan tersebut kemudian akan

menyebar melalui dentin menuju ke bagian pulpa. Pada tahap ini, gigi akan terasa

begitu sakit apabila orang yang bersangkutan memakan makanan dingin, panas

maupun manis, atau mengigit sesuatu yang keras. Hal ini disebabkan karena

bagian pulpa telah terinfeksi oleh bakteri (gambar 3c). Kerusakan pada bagian

mahkota gigi dapat menghasilkan enamel dengan tepi yang tajam yang dapat

melukai lidah, pipi atau bibir. Karies dapat menyebabkan kerusakan gigi

sepenuhnya atau abscess sehingga gigi tersebut harus dicabut (gambar 3d)

(31)

Gambar 3. Perkembangan karies gigi(Anonim, 2010a)

C. Pasta Gigi 1. Definisi

Pasta gigi adalah sediaan yang digunakan bersamaan dengan sikat gigi

dengan tujuan untuk membersihkan permukaan gigi (Garlen, 1996). Pasta gigi

dikelompokkan ke dalam obat bukan kosmetik. Hal ini dikarenakan obat

mengandung suatu zat aktif untuk mencapai efek yang diinginkan, dan pasta gigi

biasanya mengandung zat aktif, baik alami maupun sintesis (Okpalugo, J. dan

Ibrahim, K., 2009).

Pasta gigi merupakan sebuah sistem dispersi. Pasta gigi terdiri dari air,

(32)

Fungsi utama dari pasta gigi adalah untuk membersihkan permukaan gigi. Pasta

gigi membantu menghilangkan sisa makanan, mengurangi plak pada gigi,

mengkilapakan permukaan gigi, dan menyegarkan bau mulut. Pasta gigi juga

memiliki efek terapetik dan kosmetik lainnya, yaitu sebagai pemutih, mengatasi

gigi sensitif, menghambat pertumbuhan plak, dan perlindungan terhadap masalah

gigi dan mulut (Garlen, 1996).

Bahan penyusun pasta gigi terdiri atas abrasive, binder, surfaktan,

humektan, pemanis, perasa, pewarna, pengawet, zat aktif dan bahan tambahan

lainnya (Garlen, 1996).

2. Karakteristik pasta gigi

Pasta gigi dapat berupa pasta opaque, gel, pasta dengan garis-garis

berwarna, setengah gel/setengah pasta, serbuk maupun cairan. Sebagian besar

yang beredar di pasaran adalah dalam bentuk pasta maupun gel. Karakteristik

yang penting dalam sebuah pasta gigi meliputi konsistensi, abrasiveness,

kemampuan membersihkan dan mengkilapkan gigi, penampilan, stabilitas dan

keamanan (Garlen, 1996).

Konsistensi menggambarkan sifat alir pasta gigi. Pasta gigi merupakan

sebuah semi solid yang biasanya dikeluarkan dari dalam tube. Gaya yang

dibutuhkan untuk mengeluarkan pasta gigi dari dalam tube berhubungan erat

dengan viskositas, kerapatan, extrudability dan kohesivitas dari pasta gigi itu

sendiri. Konsisitensi yang ideal bagi sebuah pasta gigi adalah cukup lembut agar

dapat dikeluarkan dengan mudah dari dalam tube, tetapi juga cukup keras untuk

(33)

pasta gigi. Konsistensi dari sebuah pasta gigi dapat berubah seiring dengan

bertambahnya waktu. Oleh karena itu, konsistensi pasta gigi penting untuk

diperhatikan dalam aspek formulasi sehingga konsistensi ideal dari pasta gigi

dapat dipertahankan sampai masa pakai pasta gigi tersebut habis (Garlen, 1996).

Abrasiveness merupakan kemampuan pasta gigi untuk dapat menggosok

permukaan gigi. Pasta gigi dapat diformulasikan dengan rentang abrasiveness

yang luas. Idealnya, sebuah pasta gigi harus cukup abrasive untuk dapat

membersihkan gigi dengan baik, menghilangkan partikel makanan serta

mengkilapkan permukaan gigi. Namun, sebuah pasta gigi juga tidak boleh

memiliki nilai abrasiveness yang terlalu tinggi sehingga tidak akan merusak

enamel dan dentin pada gigi. Faktor-faktor yang mempengaruhi abrasiveness dari

suatu pasta gigi adalah struktur kimia dari abrasive yang digunakan, kekerasan

abrasive, bentuk kristal abrasive, ukuruan partikel abrasive, dan konsentrasi

penggunaan abrasive dalam pasta gigi tersebut. Nilai abrasive dari suatu pasta

gigi dapat diukur dengan berbagai metode in vitro, tetapi metode yang paling

sering digunakan saat ini adalah metode abrasi dentin radioaktif atau abrasi

enamel radioaktif (Garlen,1996).

Membersihkan gigi adalah menghilangkan noda, plak, partikel makanan,

dan kotoran-kotoran lainnya dari permukaan gigi. Kemampuan ini dijalankan oleh

peran abrasive dalam pasta gigi. Kemampuan pembersihan dari sebuah pasta gigi

ditentukan oleh besarnya nilai abrasive pasta gigi tersebut. Pasta gigi dengan nilai

abrasive yang tinggi dapat membersihkan gigi dengan lebih baik daripada pasta

(34)

yang terlalu tinggi dapat merusak enamel dan dentin. Kemampuan mengkilapkan

gigi yang dimiliki pasta gigi dapat muncul karena agen pengkilap yang digunakan.

Pada umumnya, abrasive dengan kemampuan abrasiveness yang tinggi akan

memiliki kemampuan mengkilapkan gigi yang buruk (Garlen, 1996).

Penampilan pasta gigi seharusnya halus, seragam, mengkilap, dan harus

bebas dari gelembung udara. Selain itu, pasta gigi juga harus memiliki warna yang

menarik dan rasa nyaman atau enak di mulut (Garlen, 1996).

Sebuah pasta gigi harus stabil selama masa pakainya. Pasta gigi tidak

boleh terpisah, harus dapat mempertahankan viskositasnya, harus dapat menjaga

pH-nya, dan harus dapat menjaga besarnya konsentrasi agen terapeutik yang

digunakan. Selain itu, sebuah pasta gigi juga harus aman dan tidak bersifat toksik

bila digunakan (Garlen, 1996).

3. Mekanisme pembersihan gigi oleh pasta gigi

Pasta gigi harus dapat membersihkan permukaan gigi dari noda, partikel

makanan, dan terutama dari plak yang menempel pada permukaan gigi. Plak

adalah lapisan lembut berwarna putih atau kuning, yang menempel pada gigi. Plak

terutama tersusun dari bakteri. Selain itu, plak juga mengandung saliva dan

partikel dari makanan. Pembersihan gigi adalah penghilangan plak, sisa makanan,

dan partikel-partikel lainnya yang menempel pada gigi. Pembersihan gigi ini

dapat tercapai karena peran abrasive dalam pasta gigi. Semakin besar konsentrasi

abrasive dalam pasta gigi, maka kemampuannya dalam membersihkan gigi

(35)

4. Sifat fisis dan metode evaluasi pasta gigi

a. Viskositas. Viskositas adalah suatu pertahanan dari suatu cairan untuk

mengalir, semakin tinggi viskositas maka semakin besar tahanannya (Martin,

Swarbick, Cammarata, 1993). Viskositas (η) digambarkan dengan persamaan

metematika :

……… Persamaan (1)

Dari persamaan itu dapat diketahui bahwa peningkatan gaya geser (shear

stress) akan menaikkan kecepatan geser (shear rate). Namun hal ini hanya

berlaku untuk senyawa dengan tipe Newtonian seperti air, alkohol, gliserin, dan

larutan sejati. Sedangkan untuk sediaan seperti emulsi, suspensi, dispersi, dan

larutan polimer umumnya termasuk tipe Newtonian. Pada tipe

Newtonian, viskositas tidak berbanding lurus dengan kecepatan geser. Tipe

non-Newtonian meliputi plastis, pseudoplastis, dan dilatan (Liebermann, 1996).

Alat yang digunakan untuk mengukur viskositas pasta gigi adalah

Viscotester Rion. Satuan yang dipakai dalam viskositas pada alat ini adalah

(36)

Gambar 4. Viskotester RION (Anonim, 2011)

b. Sag. Sag adalah ketidakmampuan pasta gigi untuk mempertahankan

bentuknya setelah dikeluarkan dari dalam tube. Sebuah pasta gigi harus dapat

mempertahankan bentuknya ketika dikeluarkan dari dalam wadahnya. Ketika

diaplikasikan pada sikat gigi, pasta gigi seharusnya tidak melebar dan masuk ke

dalam bulu-bulu sikat gigi. Sifat ini dapat diamati secara visual dengan cara

mengeluarkan pasta gigi keatas bulu sikat gigi atau secarik kertas. Setelah

didiamkan 1 menit, pertambahan diameter dari pasta gigi tersebut harus

seminimal mungkin (Garlen, 1996).

c. Berat jenis. Berat jenis merupakan perbandingan massa dari suatu zat

terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu harus ditentukan pada temperature

yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus (Martin, Swarbrick dan

Cammarata, 1990). Berat jenis pasta gigi diukur menggunakan piknometer cup

aluminum. Penetapan berat jenis suatu pasta gigi dilakukan untuk mengetahui

apakah pada pembuatan pasta gigi tersebut terjadi aerasi berlebihan atau tidak

(37)

Gambar 5. Piknometer cup aluminum (Anonim, 2010b)

d. Cohesiveness. Cohesiveness merupakan kemampuan pasta gigi untuk

melekat pada permukaan gigi dan sikat gigi. Cohesiveness diukur dengan cara

mengeluarkan sejumlah tertentu pasta ke atas papan logam lalu dialiri dengan

aliran air yang konstan, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk

menghilangkan seluruh pasta dari papan logam maka semakin tinggi cohesiveness

dari pasta gigi tersebut. Tidak terdapat standar industri dalam pengukuran

cohesiveness. Oleh karena itu, pengukuran cohesiveness suatu pasta gigi biasanya

dilakukan dengan suatu pasta gigi lain yang telah memiliki nilai cohesiveness

yang baik sebagai pembandingnya(Garlen, 1996).

e. Extrudability. Extrudability diukur berdasarkan gaya yang dibutuhkan

untuk mengeluarkan pasta gigi dari tube. Extrudability dipengaruhi oleh

konsistensi pasta gigi dan diameter tube. Semakin rendah gaya yang dibutuhkan

maka semakin baik konsistensi pasta tersebut. Pengukuran extrudability dilakukan

dengan cara memberikan beban pada tube pasta gigi yang terbuka. Penambahan

beban dilakukan secara konstan sampai pasta gigi dapat keluar dari tube (Garlen,

(38)

Gambar 6. Tensiometer Instron (Clock, 1975)

D. Bahan-bahan Pasta Gigi 1. Abrasive

Abrasive merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam

pembuatan pasta gigi. Sebagian besar abrasive terdiri dari senyawa inorganik

berbentuk serbuk (Mitsui, 1997). Abrasive berfungsi untuk membersihkan atau

menghilangkan sisa-sisa makanan yang menyangkut pada gigi. Pada umumnya,

abrasive digunakan sebanyak setengah dari total formula (Young, 1972).

Penggunaan abrasive dalam pasta gigi biasanya sebanyak 20% hingga 50% dari

formulasi total (Garlen, 1996).

2. Binder

Binder merupakan gom alami maupun sintetik, resin atau hidrokoloid

lainnya, yang digunakan untuk menjaga konsistensi fase padatan dan cairan dalam

bentuk pasta. Binder berfungsi untuk meningkatkan viskositas dari fase cairan

(39)

fase cairan dari pasta. Pada umumnya dalam formula pasta gigi, binder digunakan

dalam konsentrasi 0,9% - 2% (Garlen, 1996).

Binder merupakan salah satu bagian yang penting dalam pasta gigi yang

berfungsi untuk mencegah pemisahan pada pasta gigi. Binder yang biasanya

digunakan dalam pasta gigi adalah pati, tragakan, natrium alginate dan sodium

carboxymethyl cellulose (Young, 1972). Binder digunakan untuk mencegah

pemisahan fase padat dan fase cair pada pasta gigi, memberikan viskositas yang

sesuai serta membentuk pasta gigi. Selain itu, binder juga memberikan pengaruh

dalam dispersi dan pembilasan pasta gigi dalam rongga mulut (Mitsui, 1997).

3. Humektan

Pada umumnya, humektan ditambahkan dalam pasta gigi untuk

mencegah hilangnya kandungan air dari dalam pasta atau mencegah terjadinya

pengerasan pasta selama penyimpanan (Young, 1972). Humektan yang biasa

digunakan pada pasta gigi adalah gliserin, sorbitol, propilen glikol dan polietilen

glikol (Mitsui, 1997).

Suatu humektan untuk dapat digunakan dalam formulasi pasta gigi harus

dapat memenuhi syarat-syarat berikut: harus memiliki dan mempertahankan

kemampuan penyerapan air yang sesuai; kemampuan penyerapan airnya tidak

dipengaruhi oleh perubahan kondisi lingkungan (temperatur, kelembaban, dll);

harus memiliki kemampuan bercampur yang baik dengan bahan lain; harus aman;

dan sebisa mungkin tidak berwarna, berbau, dan berasa (Mitsui, 1997). Dalam

pembuatan pasta gigi humektan ditambahkan dalam jumlah 10% - 30% (Rieger,

(40)

4. Pemanis

Pemanis dibutuhkan untuk dapat memperbaiki rasa dari pasta gigi. Di

Amerika Serikat, natrium sakarin adalah satu-satunya pemanis yang diijinkan

dalam kadar 0,05-0,25% (Garlen, 1996).

Gambar 7. Struktur natrium sakarin (Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009)

5. Pengawet

Pada umumnya, penggunaan air, humektan, dan gom alami pada sediaan

pasta gigi memungkinkan untuk terjadinya pertumbuhan mikrobia. Oleh karena

itu, adanya pengawet seperti metil dan propel paraben atau sodium benzoate

biasanya digunakan pada konsentrasi 0,05% - 0,2% (Garlen, 1996).

(41)

6. Aquadest

Aquadest dibuat dengan destilasi, perlakuan menggunakan penukar ion,

osmosis balik, atau proses lain yang sesuai dari air yang memenuhi persyaratan

untuk diminum. Aquadest biasanya digunakan untuk pembuatan sediaan-sediaan

farmasi(Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979).

7. Surfaktan

Surfaktan merupakan agen pembentuk busa yang biasanya digunakan

pada level 0,5% sampai 2,0% untuk membentuk busa yang diinginkan (Garlen,

1996). Fungsi utama dari agen pembentuk busa adalah untuk mendispersikan

pasta gigi ke dalam rongga mulut dengan tujuan untuk membersihkan kotoran

yang berada di dalam mulut. Surfaktan yang digunakan di dalam mulut, selain

harus mempunyai pembusaan dan dispersi sempurna, tidak bersifat toksik atau

mengiritasi, juga harus mempunyai rasa dan bau yang baik (Mitsui, 1997).

E. Sodium Carboxymethyl Cellulose

CMC-Na (Sodium Carboxymethylcellulose) merupakan garam sodium

yang berasal dari sebuah polikarboksimetil eter selulosa dengan berat molekulnya

adalah 90000-700000. Biasanya digunakan sebagai agen penyalut, agen stabilitas,

suspending agen, tablet dan kapsul disintegran tablet pengikat, agen pengabsorbsi

air. CMC-Na biasa digunakan dalam bentuk sediaan oral dan topikal. Utamanya,

sediaan tersebut untuk meningkatkan viskositas atau kekentalan (Anonim, 2008).

CMC-Na merupakan polimer semisintetik yang diperoleh dari substitusi

(42)

pelarutan dalam air. CMC-Na berupa cairan kental transparan. CMC-Na dapat

larut dengan baik di dalam air. CMC-Na dapat bercampur baik dengan bahan lain,

stabil dan relatif murah (Mitsui, 1997). CMC-Na bersifat anionik, stabil pada

range pH 5,5 hingga 9,5, bersifat stabil terhadap elektrolit serta ion kalsium dan

cocok untuk sebagian besar formulasi pasta gigi (Rieger, 2000).

CMC-Na dapat meningkatkan viskositas larutan dengan mekanisme

perpanjangan rantai. Rantai polimer CMC-Na terlarut dalam pelarut, biasanya

pelarut yang digunakan adalah air atau kombinasi air dengan alkohol. Viskositas

larutan meningkat seiring meningkatnya konsentrasi polimer karena semakin

banyak rantai yang terbentuk dalam tempat yang terbatas. Dengan meningkatnya

konsentrasi polimer, maka semakin sukar untuk memisahkan rantai polimer satu

sama lain dengan pemberian gaya geser (Gruber, 1999).

Gambar 9. Struktur CMC-Na (Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009)

F. Gliserin

Gliserin merupakan nama lain dari gliserol, propan-triol,

(43)

berwarna, tidak berbau, higroskopis, rasanya manis, dan berupa cairan viscous.

Gliserin merupakan alkohol dan mempunyai tiga gugus –OH yang

bertanggungjawab terhadap kelarutan di air. Rumus molekul gliserin adalah

C3H8O3 dengan bobot molekul 92,09. Gliserin dapat bercampur dengan air dan

dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan

dalam minyak menguap. Bobot jenisnya tidak kurang dari 1,249 (Anonim, 1999).

H

2

C

Gambar 10. Rumus bangun gliserin (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995)

Gliserin (C3H8O3) berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

seperti sirup dan merupakan cairan yang higroskopik. Gliserin dapat digunakan

sebagai humektan pada konsentrasi hingga 30% (Boylan, 1986). Gliserin bersifat

sebagai pengawet dan sering digunakan sebagai stabilisator dan sebagai suatu

pelarut pembantu dalam hubungannya dengan air dan alkohol (Ansel, 1989).

Secara umum tipe humektan yang digunakan tergantung dari ketersediaannya.

Gliserin menjadi humektan yang sering digunakan karena ketersediaannya dan

harganya yang stabil (Harry, 1982). Selain itu, ketika digunakan sebagai

humektan dalam pasta gigi, gliserin memberikan rasa hangat pada mulut (Garlen,

(44)

G. Metode Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan teknik untuk memberikan model hubungan

antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Model yang

diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika. Desain faktorial

digunakan dalam percobaan untuk mengevaluasi secara simulatan efek dari

beberapa faktor dan interaksi yang signifikan (Bolton, 1997).

Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang

masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda yaitu level rendah dan

level tinggi. Desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui

faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon

(Bolton, 1997).

Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain

faktorial (two level factorial design) dilakukan berdasarkan rumus :

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b12X1X2 ...Persamaan (2)

Dengan: Y = respon hasil atau sifat yang diamati

X1, X2 = level bagian A, level bagian B

bo, b1, b2, b12 = koefisien dapat dihitung dari hasil percobaaan

bo = rata-rata hasil semua percobaan

b1, b2, b12 = koefisien yang dihitung dari hasil percobaan

Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat

percobaan (2n=4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor).

Penamaan formula untuk jumlah percobaan = 4 adalah formula (1) untuk

(45)

formula ab untuk percobaan IV (Bolton, 1997). Respon yang ingin diukur harus

dapat dikuantitatifkan.

Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level

Percobaan Faktor A Faktor B Interaksi (1) - - +

Percobaan (1) = faktor A level rendah, faktor B rendah Percobaan a = faktor A level tinggi, faktor B rendah Percobaan b = faktor A level rendah, faktor B tinggi Percobaan ab = faktor A level tinggi, faktor B tinggi

Berdasarkan persamaan tersebut dengan substitusi secara matematis,

dapat dihitung besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi.

Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada

level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek

menurut Bolton (1997) sebagai berikut :

Efek faktorial I = [(a-(1)) + (ab-b)] / 2

Efek faktorial II = [(b-(1)) + (ab-a)] / 2

Efek faktorial III = [(ab-b) - (a-(1))] / 2

Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki

efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam

menentukan respon. Metode ini memungkinkan untuk mengidentifikasi efek

masing-masing faktor, maupun efek interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis,

dapat mengurangi jumlah penelitian jika dibandingkan dengan meneliti dua efek

(46)

H. Landasan Teori

Sirih (Piper betle L.) merupakan anggota suku Piperaceae. Masyarakat

Indonesia sudah sejak lama mengenal daun sirih sebagai bahan untuk menginang.

Daun sirih dapat digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit

diantaranya obat sakit gigi dan mulut, sariawan, abses rongga mulut, luka bekas

cabut gigi, penghilang bau mulut (Syukur dan Hernani, 1999). Ekstrak air-etanol

daun sirih pada konsentrasi 1% mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri

aerob dan anaerob serta bakteri pembentuk plak yang sangat kariogenik.

Dalam penelitian ini akan dibuat bentuk sediaan pasta gigi. Pada

formulasi pasta gigi terdapat binder dan humektan sebagai komponen

penyusunnya. Binder merupakan suatu pembawa yang dapat mengakomodasi

ekstrak air-etanol daun sirih sehingga dapat meningkatkan stabilitas ekstrak dalam

sediaan. Ekstrak air-alkohol daun sirih akan terperangkap dalam binder yang

membentuk matriks, sehingga melindunginya dari proses oksidasi. Sedangkan

humektan dapat menjaga kelembaban dari sediaan pasta gigi sehingga mencegah

terjadinya proses pengerasan selama penyimpanan. Binder yang digunakan adalah

CMC-Na dan humektan yang digunakan adalah gliserin.

Untuk mengetahui sifat fisis pasta gigi dapat diamati dari viskositas dan

sag, serta profil perubahan viskositas dan sag yang terjadi selama penyimpanan.

Variasi penambahan CMC-Na sebagai binder dan gliserin sebagai

humektan diyakini akan memberikan efek yang dapat diukur signifikansinya

dalam menentukan parameter-parameter sediaan pasta gigi seperti sifat fisis.

(47)

penambahan CMC-Na sebagai binder dan gliserin sebagai humektan serta

interaksi keduanya yang signifikan adalah desain faktorial (Bolton, 1997). Salah

satu metode rasional untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara obyektif efek

faktor terhadap kualitas suatu sediaan adalah desain faktorial pada dua level dan

dua faktor (Full Factorial Design 22).

I. Hipotesis

Variasi jumlah CMC-Na dan gliserin pada level yang diteliti memberikan

efek signifikan terhadap sifat fisis pasta gigi ekstrak daun sirih (Piper betle L.)

(48)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian quasi eksperimental dengan

desain penelitian secara desain faktorial.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

penambahan CMC-Na dan gliserin dengan 2 level.

b. Variabel tergantung. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah

sifat fisis pasta gigi yaitu viskositas dan sag serta profil viskositas secara periodik

selama 21 hari dan sag selama 1 bulan.

c. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam

penelitian ini adalah lama penyimpanan, sifat dari wadah penyimpanan, suhu

penyimpanan, intensitas cahaya, kecepatan dan lama pengadukan mixer.

d. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali

(49)

2. Definisi operasional

a. Ekstrak air-alkohol daun sirih. Ekstrak air-alkoholdaun sirih adalah

ekstrak kering daun sirih berupa serbuk halus, diekstraksi dengan pelarut

air-alkoholdengan perbandingan1:1oleh Javaplant

b. Faktor. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, dalam

penelitian ini digunakan 2 faktor, yaitu penambahan CMC-Na dan gliserin.

c. Level. Level adalah nilai untuk faktor, dalam penelitian ini terdapat 2

level, yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah penambahan CMC-Na

adalah 1,5 gram dan level tinggi 2 gram. Level rendah penambahan gliserin

adalah 11 gram dan level tinggi 21 gram.

d. Respon. Respon adalah besaran yang diamati perubahan efeknya,

besarnya dapat dikuantitatif. Respon dalam penelitian ini adalah sifat fisis pasta

gigi.

e. Sifat fisis pasta gigi. Sifat fisis pasta gigi adalah parameter untuk

mengetahui kualitas fisis pasta gigi, dalam penelitian ini adalah viskositas dan sag

48 jam setelah pembuatan serta stabilitas viskositas setelah 21 hari penyimpanan

dan sag setelah 1 bulan penyimpanan.

f. Viskositas. Viskositas adalah suatu pertahanan dari suatu cairan untuk

mengalir. Satuan viskositas pasta gigi adalah d.Pa.s.

g. Sag. Sag adalah ketidakmampuan pasta gigi untuk mempertahankan

bentuknya selama 1 menit setelah pasta gigi tersebut dikeluarkan dari dalam tube.

Satuan sag adalah milimeter.

(50)

i. Desain faktorial. Desain faktorial adalah desain penelitian yang dapat

digunakan untuk mengevaluasi efek penambahan CMC-Na dan gliserin.

C. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas pyrex

Japan, mixer (Miyako), timbangan METTLER TOLEDO GB 3002 Switzerland,

Viscometer seri VT 04 (RION-JAPAN), dan tube pasta gigi (Ciptadent).

D. Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak air-alkohol

daun sirih (Piper betle L.) produksi Javaplant Surakarta, Indonesia; gliserin

(Pharmaceutical grade), CMC-Na (Pharmaceutical grade), kalsium karbonat

(Pharmaceutical grade), metil paraben (Pharmaceutical grade), natrium sakarin

(Pharmaceutical grade), etanol (Pharmaceutical grade) dan aquadest (pH 7) dari

Laboratorium Kimia Analisis Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Indonesia.

E. Tata Cara Penelitian 1. Verifikasi ekstrak air-alkohol daun sirih

a. Ekstraksi daun sirih. Sediaan ekstrak air-alkohol daun sirih dibuat

dengan cara maserasi, yaitu dengan cara merendam simplisia sebanyak 10 gram

dalam 100 ml pelarut air-alkohol selama 24 jam sambil sesekali diaduk. Setelah

24 jam, ekstrak disaring menggunakan kertas saring dan ampasnya diperas.

(51)

diperoleh cairan ekstrak sebanyak 100 ml. Setelah itu cairan ekstrak diuapkan

dengan rotary vacum evaporator sampai berbentuk cairan kental, kemudian

dilanjutkan dengan menggunakan penangas air dengan suhu antara 500-600C

sampai diperoleh ekstrak kental atau kering, dan hasilnya ditimbang (Suwondo,

2007).

b. Uji kualitatif ekstrak air-alkohol daun sirih secara kromotografi lapis

tipis (KLT). Ekstrak air-alkohol daun sirih hasil ekstraksi dan ekstrak air-alkohol

daun sirih yang dibeli masing-masing ditimbang sebanyak 0,5 g, kemudian

dilarutkan dalam pelarut air-alkohol. Setelah itu, dilakukan penotolan pada

lempeng KLT sebanyak 7 µl tiap totolan. Totolan pertama adalah ekstrak

alkohol daun sirih hasil ekstraksi, totolan kedua adalah campuran ekstrak

air-alkohol daun sirih hasil ekstraksi dan ekstrak air-air-alkohol yang dibeli, dan totolan

yang ketiga adalah ekstrak air-alkohol yang dibeli, lalu dielusi. Fase diam: silika

gel GF254. Fase gerak adalah kloroform : metanol (9 : 1) (Thurairajah dan Rahim,

2003). Deteksi bercak pada lempeng KLT menggunakan sinar UV 254 nm. Rf

masing-masing bercak dihitung, dan bandingkan nilai Rf ketiga ekstrak tersebut.

2. Formula

Tabel II. Formula standar pasta gigi (Young, 1972)

Bahan pasta gigi Satuan (g) Kalsium karbonat 57

(52)

Tabel III. Formula modifikasi pasta gigi ekstrak air-alkoholdaun sirih (100 g)

Bahan pasta gigi Satuan (g)

CMC-Na 1,5 Ekstrak air-alkohol daun sirih 1

3. Pembuatan pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih

a. Pembuatan pasta gigi. CMC-Na dikembangkan dalam 30 ml aquadest

selama 24 jam. Setelah itu, masukkan gliserin dan aduk menggunakan mixer

dengan kecepatan putar nomor 2 selama 10 menit. Disisi lain, metil paraben

dilarutkan dalam 1 ml etanol sedangkan natrium sakarin dan ekstrak air-alkohol

daun sirih masing-masing dilarutkan dalam aquadest sisa. Larutan metil paraben

ditambahkan pada campuran CMC-Na dan gliserin dan aduk menggunakan mixer

dengan kecepatan putar nomor 2 selama 5 menit. Kemudian, tambahkan larutan

natrium sakarin dan kalsium karbonat porsi demi porsi serta aduk perlahan selama

5 menit untuk menghomogenkan campuran. Pada tahap akhir tambahkan larutan

ekstrak air-alkohol daun sirih dan aduk selama 5 menit sampai homogen (Young,

(53)

Tabel IV. Percobaan desain faktorial (tiap percobaan direplikasi 3 kali).

Bahan pasta gigi gel Formula 1 (g)

Kalsium karbonat 40 40 40 40

Gliserin 11 11 21 21

4. Uji sifat fisis pasta gigi

a. Uji viskositas. Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscometer

Rion seri VT 04. Pasta gigi dimasukkan ke dalam wadah hingga penuh dan

dipasang pada portable viscotester. Viskositas pasta gigi diketahui dengan

mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas (Instruction Manual Viscotester

VT-04E). Uji ini dilakukan 48 jam setelah pembuatan untuk mengetahui efek

faktor terhadap viskositas, sedangkan untuk memonitor perubahan viskositas,

dilakukan uji pada 7 hari, 14 hari dan 21 hari penyimpanan.

b. Uji sag. Pasta gigi dari tiap formula dimasukkan ke dalam tube pasta

gigi. Setelah itu, pasta gigi dikeluarkan dengan cara menekan bagian ujung tube

pasta gigi pada kaca bundar berskala. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap

diameter awal silinder pasta gigi dan diameter silinder pasta gigi setelah 1 menit.

Nilai sag dihitung dari selisih diameter silinder pasta gigi tersebut (Garlen, 1996).

(54)

Uji ini dilakukan 48 jam setelah pembuatan untuk mengetahui efek faktor

terhadap sag, sedangkan untuk memonitor perubahan sag, dilakukan uji pada 7

hari, 14 hari, 21 hari dan 1 bulan penyimpanan.

F. Analisis Data

Data standarisasi ekstrak air-alkohol daun sirih mengacu pada standar

yang tercantum dalam Certificate of Analysis dan verifikasi ekstrak dengan uji

KLT. Data yang terkumpul adalah data uji viskositas, dan uji sag 48 jam setelah

pembuatan, serta profil viskositas secara periodik selama 21 hari dan sag selama 1

bulan penyimpanan. Metode desain faktorial digunakan untuk mengetahui efek

penambahan CMC-Na sebagai binder dan gliserin sebagai humektan dan

interaksinya dalam menentukan sifat fisis pasta gigi.

Profil viskositas selama 21 hari dan sag pasta gigi selama 1 bulan

dibandingkan dengan 48 jam setelah pembuatan dianalisis signifikansinya

menggunakan uji T berpasangan bila distribusi data normal dan menggunakan uji

Wilcoxon bila distribusi data tidak normal.

Analisis data viskositas dan uji sag 48 jam setelah pembuatan

menggunakan Design Expert 7.1.4 (Serial number 2014.7723) dengan uji

ANOVA pada taraf kepercayaan 95%. Dari hasil analisis, diperoleh nilai p

(probability-value), apabila nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa setiap

(55)

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Verifikasi Ekstrak Air-Alkohol Daun Sirih 1. Ekstraksi daun sirih

Ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak kering

air-alkohol daun sirih produksi Javaplant. Data standarisasi ekstrak air-alkohol daun

sirih mengacu pada standar yang tercantum dalam Certificate of Analysis dan

verifikasi ekstrak dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT).

Gambar 11. Tanaman sirih yang digunakan

Daun sirih yang diekstraksi berwarna hijau tua, dengan panjang 10

hingga 12 cm dan lebar 6 hingga 8 cm, serta berasal dari Kulon Progo,

Yogyakarta. Daun sirih mula-mula diiris kecil-kecil, dikeringkan dan kemudian

dibuat menjadi serbuk. Ekstrak air-alkohol daun sirih dibuat dengan cara

maserasi, yaitu dengan cara merendam simplisia yang sudah dikeringkan dan

diserbuk dalam pelarut air-alkohol selama 24 jam. Dipilihnya metode maserasi

dikarenakan metode ini tidak memerlukan pemanasan dalam proses ekstraksinya

(56)

merupakan metode ekstraksi yang efektif dan sederhana yang dilakukan dengan

merendam serbuk simplisia didalam cairan penyari. Cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif.

Kemudian zat aktif akan terlarut dalam cairan penyari dan dengan adanya

perbedaan konsentrasi didalam dan diluar sel, maka larutan yang terpekat akan

terdesak keluar.

Ekstrak kental yang diperoleh kemudian digunakan sebagai pembanding

untuk verifikasi ekstrak air-alkohol daun sirih produksi Javaplant secara kualitatif

menggunakan metode KLT.

2. Uji kualitatif dengan KLT

Tujuan dilakukan uji kualitatif ini adalah untuk melakukan verifikasi

terhadap ekstrak air-alkohol daun sirih produksi Javaplant. Verifikasi ekstrak ini

dilakukan untuk mengetahui apakah ekstrak air-alkohol daun sirih produksi

Javaplant yang digunakan dalam penelitian memiliki kandungan senyawa yang

hampir sama dengan ekstrak air-alkohol daun sirih yang dibuat oleh penulis.

Verifikasi ekstrak ini dilakukan dengan cara membandingkan profil kromatogram

ekstrak air-alkohol daun sirih produksi Javaplant dengan ekstrak kental hasil

ekstraksi penulis.

Terdapat 3 totolan pada lempeng KLT, yaitu ekstrak air-alkohol daun

sirih hasil ekstraksi penulis, ekstrak air-alkohol daun sirih produksi Javaplant dan

campuran kedua ekstrak. Campuran kedua ekstrak ini perlu ditotolkan juga pada

(57)

Pelarut yang digunakan untuk melarutkan ekstrak daun sirih sama

dengan pelarut yang digunakan dalam ekstraksi yaitu air : alkohol (1 : 1). Fase

diam yang digunakan adalah silika gel GF254 dan fase geraknya adalah kloroform :

metanol (9 : 1). Lempeng KLT dikembangkan dengan jarak elusi 10 cm kemudian

dilakukan deteksi dengan sinar UV 254 nm (Thuraijah dkk., 2003).

Gambar 12. Kromatogram KLT ekstrak air-alkohol daun sirih dengan sinar UV 254 nm

Keterangan :

Fase diam = silika gel GF 254 nm Fase gerak = kloroform : metanol (9:1) Jarak elusi = 10 cm

E1 = ekstrak air-alkohol daun sirih produksi Javaplant

(58)

Dari kromatogram yang diperoleh, dapat dilihat bahwa totolan ekstrak

air-alkohol daun sirih produksi Javaplant (E1) menghasilkan 2 bercak khas yaitu

pada Rf 0,63 dan 0,83. Totolan campuran kedua eksrak (E2) menghasilkan 2

bercak yaitu pada Rf 0,62 dan 0,83. Totolan ekstrak air-alkohol daun sirih hasil

ekstraksi penulis (E3) juga menghasilkan 2 bercak yaitu pada Rf yang sama

dengan bercak E1 yaitu 0,63 dan 0,83. Selain itu, semua bercak juga

memperlihatkan warna ungu di bawah sinar UV 254 nm.

Suatu ekstrak dapat dikatakan memiliki kandungan senyawa yang

hampir sama dengan pembandingnya secara kualitatif dengan metode KLT

apabila ekstrak tersebut memiliki warna bercak dan nilai Rf yang hampir sama

dengan pembandingnya. Berdasarkan profil kromatogram yang terbentuk, maka

dapat dikatakan bahwa ekstrak air-alkohol daun sirih produksi Javaplant memiliki

kandungan senyawa yang mirip dengan ekstrak kental yang dibuat penulis. Oleh

karena itu, diharapkan ekstrak air-alkohol daun sirih produksi Javaplant

memberikan khasiat yang sesuai dengan klaim khasiat daun sirih.

B. Pembuatan Pasta Gigi Ekstrak Air-Alkohol Daun Sirih

Pasta gigi adalah sediaan yang digunakan bersamaan dengan sikat gigi

dengan tujuan untuk membersihkan permukaan gigi. Pada penelitian ini dibuat

pasta gigi dengan ekstrak air-alkohol daun sirih sebagai bahan antibakteri. Ekstrak

daun sirih akan terakomodasi dalam matriks pembawa pada sediaan pasta gigi,

sehingga ekstrak akan terlindung dari pengaruh reaksi oksidasi yang dapat

(59)

keseluruhan. Dalam pembuatan pasta gigi ini terdapat 2 fase, yaitu fase cair dan

fase padat yang tidak larut air. CMC-Na, gliserin, metil paraben, etanol, natrium

sakarin dan ekstrak kering air-alkohol daun sirih dapat larut dalam air sehingga

disebut fase cair, sedangkan kalsium karbonat yang tidak dapat larut air disebut

sebagai fase padat.

Formula yang digunakan pada pembuatan pasta gigi ekstrak air-alkohol

daun sirih ini mengacu pada hasil orientasi yang dilakukan oleh penulis. Formula

yang digunakan merupakan hasil modifikasi dari formula standar (Young, 1972).

Modifikasi yang dilakukan meliputi perubahan jenis binder dan pengawet yang

digunakan, peniadaan penggunaan surfaktan dan pewarna, serta perubahan jumlah

komposisi bahan yang digunakan. Modifikasi formula ini dilakukan dengan tujuan

untuk mendapatkan pasta gigi dengan karakter sifat fisis sesuai dengan yang

diharapkan. Modifikasi yang dilakukan merupakan modifikasi yang tidak

merubah fungsi pokok yang dapat mempengaruhi mekanisme pembersihan gigi

oleh pasta gigi.

Pembuatan pasta gigi ekstrak air-alkohol ini berdasarkan pada cold

method, dimana dalam seluruh prosesnya tidak menggunakan pemanasan. Pada

metode ini, binder dan humektan dicampur terlebih dahulu dengan mixer dalam

wadah. Sementara itu, fase cair seperti aquadest, pengawet, pemanis dan zat aktif

disiapkan secara terpisah. Fase cair kemudian dimasukkan satu per satu ke dalam

campuran binder dan humektan lalu di mixer. Setelah terbentuk campuran yang

kental, abrasive dimasukkan sedikit demi sedikit dengan kecepatan pengadukan

(60)

Pada pembuatan pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih ini, CMC-Na

dikembangkan terlebih dahulu dalam aquadest selama 24 jam. Selain itu, natrium

sakarin dan ekstrak air-alkohol daun sirih dilarutkan terlebih dahulu dalam

aquadest, sementara metil paraben dilarutkan dalam etanol. Hal ini dilakukan

untuk mempermudah proses pencampuran antara fase cair yang satu dengan yang

lain. Aquadest dipilih sebagai pelarut ekstrak air-alkohol daun sirih karena

mengacu pada Certificate of Analysis (CoA) ekstrak air-alkohol daun sirih larut

dalam aquadest. Sesuai dengan cold method, maka CMC-Na dan gliserin

dicampurkan terlebih dahulu di dalam wadah menggunakan mixer selama 10

menit. Setelah itu, ke dalam campuran CMC-Na dan gliserin tersebut

ditambahkan larutan metil paraben dalam etanol, dan di mixer selama 5 menit.

Kemudian ditambahkan larutan natrium sakarin yang sebelumnya telah dilarutkan

dalam aquadest ke dalam campuran tersebut. Langkah selanjutnya adalah

penambahan fase padat yaitu kalsium karbonat ke dalam campuran. Penambahan

kalsium karbonat ini dilakukan secara sedikit demi sedikit sampai campuran

homogen. Langkah terakhir, larutan ekstrak air-alkohol daun sirih ditambahkan ke

dalam campuran dan di mixer selama 5 menit.

Pada pembuatan pasta gigi ini digunakan CMC-Na sebagai binder

karena CMC-Na memiliki kemampuan untuk menjaga konstituen cairan dan

padatan dalam suatu bentuk pasta yang halus. Selain itu, CMC-Na juga berfungsi

untuk meningkatkan viskositas dari fase cairan sekaligus meningkatkan viskositas

dari sediaan, sehingga pada akhirnya dapat mencegah keluarnya fase cairan dari

(61)

stabil terhadap elektrolit serta ion kalsium dan cocok untuk sebagian besar

formulasi pasta gigi (Rieger, 2000).

Pada umumnya dalam formula pasta gigi, binder digunakan dalam

konsentrasi 0,9% - 2% (Garlen, 1996). Dalam penelitian ini, CMC-Na digunakan

pada konsentrasi 1,5% dan 2% karena berdasarkan hasil orientasi yang telah

dilakukan penulis CMC-Na dengan konsentrasi 1,5% dan 2% sudah memberikan

viskositas yang baik. CMC-Na adalah koloid hidrofilik yang terdispersi dalam

media air (Rieger, 2000). Ketika terpapar air, koloid hidrofilik akan mengalami

perpanjangan rantai polimer (entanglement) dan akan membentuk suatu matriks

sehingga pada akhirnya akan terjadi peningkatan viskositas. Peristiwa

pembentukan matriks tersebut terjadi tanpa adanya crosslinking sehingga matriks

yang terbentuk merupakan matriks yang bersifat dinamis (Collet dan Moreton,

2002).

Gambar 13. Matriks CMC-Na yang dihasilkan dari entanglement rantai polimer yang berdampingan (Collet dan Moreton, 2002)

Gliserin pada formula pasta gigi berfungsi sebagai humektan. Dalam

pasta gigi, humektan berfungsi untuk mencegah hilangnya kandungan air dari

dalam pasta atau mencegah terjadinya pengerasan pasta selama penyimpanan

(62)

karena gliserin memiliki 3 gugus hidroksi (-OH) pada strukturnya sehingga dapat

membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Dalam pembuatan pasta gigi,

semakin banyak jumlah gliserin yang ditambahkan akan menyebabkan semakin

rendah viskositas yang dihasilkan sediaan pasta gigi tersebut. Hal ini disebabkan

karena gliserin merupakan fase cair dalam pasta gigi sehingga semakin banyak

fase cair maka semakin rendah viskositas yang dihasilkan.

Abrasive merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam

pembuatan pasta gigi (Mitsui, 1997). Abrasive berfungsi untuk membersihkan

atau menghilangkan sisa-sisa makanan yang menyangkut pada gigi (Young,

1972). Abrasive yang digunakan pada pembuatan pasta gigi ekstrak air-alkohol

daun sirih ini adalah kalsium karbonat.

Kebanyakan pasta gigi cukup pahit ketika digunakan, karena itu perlu

digunakan pemanis untuk menutupi rasa pahit tersebut. Pemanis yang digunakan

dalam formula pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih ini adalah natrium sakarin.

Natrium sakarin memiliki sifat mudah larut dalam air dan mempunyai tingkat

kemanisan yang tinggi sehingga hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit

(Garlen, 1996).

Pada umumnya, penggunaan air dan binder yang merupakan derivat

selulosa pada sediaan pasta gigi memungkinkan untuk terjadinya pertumbuhan

mikroba. Oleh karena itu, adanya pengawet seperti metil paraben digunakan untuk

mencegah pertumbuhan mikrobia dalam pasta gigi. Menurut Garlen (1996), metil

(63)

pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih ini digunakan metil paraben pada

konsentrasi 0,2%.

C. Karakterisasi Sifat Fisis Pasta Gigi

Sediaan yang baik adalah sediaan yang dapat memenuhi persyaratan

sifat fisis dan stabil selama penyimpanan. Sifat fisis yang dapat diukur dari

sediaan pasta gigi adalah viskositas, berat jenis, cohesiveness, extrudability dan

sag. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi terhadap sifat fisis pasta gigi yang

meliputi viskositas dan sag setelah 48 jam pembuatan. Sedangkan stabilitas fisis

pasta gigi dapat diamati dari perubahan viskositas setelah 21 hari penyimpanan

dan perubahan sag setelah 1 bulan penyimpanan.

Viskositas merupakan suatu besaran yang menunjukkan ketahanan suatu

cairan untuk dapat mengalir. Semakin tinggi viskositas maka tahanan suatu cairan

untuk dapat mengalir semakin besar. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah

viskositas maka tahanan suatu cairan untuk dapat mengalir juga semakin kecil.

Dengan kata lain, bila viskositas semakin tinggi maka semakin kental sediaan

yang dihasilkan dan semakin rendah viskositas maka semakin encer sediaan yang

dihasilkan. Pengukuran viskositas bertujuan untuk melihat profil kekentalan dari

pasta gigi. Pengukuran viskositas dilakukan setelah 48 jam pembuatan, 7 hari, 14

hari dan 21 hari penyimpanan. Pengukuran viskositas setelah 48 jam pembuatan

dilakukan untuk melihat profil viskositas pasta gigi yang merupakan parameter

sifat fisis pasta gigi. Sedangkan pengukuran viskositas secara periodik selama 21

Gambar

Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan 2 faktor dan 2 level  ..
Gambar 1. Tanaman sirih
Gambar 2. Struktur gigi (Anonim, 2010a)
Gambar 3. Perkembangan karies gigi (Anonim, 2010a)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Konsentrasi penambahan whippy cream dalam pembuatan es krim soyghurt memberikan pengaruh

Format VO-SOT dipilih jika gambar yang ada kurang menarik atau kurang dramatis, namun ada pernyataan narasumber yang perlu ditonjolkan untuk melengkapi narasi pada akhir

Pada kenyataannya untuk perusahaan non keuangan yang terdapat dalam penelitian ini yang termasuk dalam LQ-45, adanya kepemilikan saham yang semakin besar oleh blockholder

Jumlah sampel yang digunakan adalah dengan cara purposif sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 pasien skizofrenia yang t elah didiagnosis psikiat er sesuai

“Perancangan Strategi Pemsaran dengan Metode QFD dan Analisis SWOT Pada Produk Hijab Sallyheart” dapat diselesaikan.. Adapun tujuan dari Penulisan Skripsi ini adalah

“ STRES DAN MANAJEMEN WAKTU PADA MAHASISWA YANG MENGAMBIL KULIAH SAMBIL MENGIKUTI KEGIATAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN, MAGANG ATAU KEDUANYA”.. Untuk

The result shows that Merida can express her feminist spirit although she lives in medieval time so that she became different from other women.. Merida is able to

- Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah No 420/02945 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyusunan Kalender Pendidikan Tahun Pelajaran 2017/2018..