i
POLA DERMATOGLIFI TANGAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
LINDA JANA SINTANINGTYAS
G0006109
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul :
Pola Dermatoglifi Tangan pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta
Linda Jana Sintaningtyas, G0006109, Tahun 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan
Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari Jumat, tanggal 15 Januari 2010
Pembimbing Utama
Prof.Dr.Didik G.Tamtomo,dr.,PAK,MM,MKK
(………)
NIP :19480313197603100
Pembimbing Pendamping
Nanang Wiyono,dr.,M.Kes
(
.………)
NIP :197605302002121002
Penguji Utama
Selfi Handayani,dr.,M.Kes
(
.………)
NIP: 196702141997022001
Penguji Pendamping
IGB Indro Nugroho,dr.,Sp.KJ
(
.………)
NIP: 197310032005011001
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret
Sri Wahjono, dr., M.Kes
Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., M.S
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Desember 2009
iv
INTISARI
LINDA JANA SINTANINGTYAS. G0006109/ VII. 2009.
Pola Dermatoglifi
Tangan pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Fakultas
Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tujuan Penelitian
: Menunjukkan adanya gambaran pola dermatoglifi tangan
pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dan menganalisis
dan membandingkan pola dermataglifi tangan antara pasien skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta dengan responden normal.
Metode Penelitian
: Penelitian ini bersifat deskriptif dan analitik dengan
pendekatan
cross sectional
. Responden antara lain terdiri atas 30 orang pasien
skizofrenia yang telah didiagnosis psikiater sesuai dengan Pedoman Diagnostik
dari PPDGJ III, di semua umur, dengan riwayat keluarga (genetik) skizofrenia
yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dan responden normal terdiri
dari 30 orang yang tidak memiliki riwayat keturunan skizofrenia dan tidak sedang
menderita skizofrenia. Yang diperiksa antara lain pola sidik jari, jumlah
ridge
(TRC /
Total Ridge Count
), dan frekuensi triradius total (PII/
Pattern Intensity
Index)
. Hasilnya dianalisa secara deskriptif dan analitik dengan menggunakan
Chi
Square
SPSS 16 untuk mengetahui perbedaan antara pola dermatoglifi pasien
skizofrenia di RSJD Surakarta dan responden normal.
Hasil Penelitian
: Hasil penilaian secara deskriptif antara lain frekuensi sidik jari
pada pasien skizofrenia sebanyak 61,1% berpola
ulnar loop
, kemudian 24,6%
berpola
whorl
, 8% berpola
radial loop
, dan 6,3% berpola
archus
. Sedangkan pada
responden normal yang berpola
ulnar loop
sebanyak 54,7%,
whorl
sebanyak
20,7%,
archus
13,7% dan
radial loop
11%. Jumlah sulur total pasien skizofrenia
rata-rata 109 sulur, sedangkan pada responden normal 106 sulur. Jumlah sulur
total berdasarkan jenis kelamin pada pasien skizofrenia laki-laki 123 sulur dan
perempuan 93 sulur. Sedangkan pada responden normal, jumlah sulur total pada
laki-laki 101 sulur dan perempuan 111 sulur. Jumlah rata-rata total triradius (PII)
pada pasien skizofrenia adalah 12, sedangkan pada responden normal rata-ratanya
11 triradius. Perhitungan secara analitik menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan pola sidik jari pada jari II dextra (p=0,035). Tidak terdapat pebedaan
yang signifikan antara pola sidik jari pada jari I,III,IV,V kanan dan jari I,II,III,IV
kiri serta jumlah sulur total (TRC/ Total Ridge Count) dan jumlah triradius total
(PII/
Pattern Intensity Index
) pada seluruh jari baik jari kanan maupun kiri yang
mengarah pada kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
Simpulan Penelitian
: Berdasarkan hipotesa penelitian, didapatkan perbedaan
gambaran pola dermatoglifi tangan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta yaitu pada jari II dextra yang berpola
ulnar loop
.
v
ABSTRACT
LINDA
JANA
SINTANINGTYAS.
G0006109/VII.
2009.
Hand’s
Dermatogyphic Pattern in Schizophrenic Patient in Surakarta Psichiatry
Hospital.
Faculty of Medicine, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Objective :
The aim of this study was to show special pattern, to analyse and
compare hand’s dermatoglyphic pattern in schizophrenic patient in Surakarta
Psichiatry Hospital with mentally healthy subject.
Methods :
This study was identified by cross sectional in descriptive and analytic
strategy. It was included 30 respondent schizophrenic patient in Surakarta
Psichiatry Hospital who satisfied the PPDGJ criteria for a diagnosis of
schizophrenia in all age with one or more relatives of schizophrenia and 30
mentally healthy subjects without any relatives of schizophrenia. We observed
dermatogliphic’s pattern, total ridge count, and pattern intensity index. The result
was analysed by Chi Square or by using alternative test if the condition in Chi
square was not fulfilled in SPSS 16.00 to know the differences hand’s
dermatoglyphic pattern in schizophrenic patient in Surakarta Psichiatry Hospital
and mentally healthy subject.
Result :
In descriptive point of view, we got frequency in hand’s dermatoglyphic
in Schizophrenic patient consist of 61,1% ulnar loop, 24,6% whorl, 8% radial
loop, 6,3% archus. In mentally healthy subject we got 54,7% ulnar loop, 20,7%
whorl, 13,7% archus, and 11% radial loop. Total ridge count in schizophrenic
patient was in average 109 ridges, in mentally healthy subject 106 ridges. Total
ridge count for male schizophrenic patient was 123 ridges and 93 in female. In
mentally healthy subject, we got 101 ridges for male and 111 ridges for female.
Pattern intensity index in schizophrenic patient was in average 12, in mentally
healthy subject was 11. In analytic point of view, schizophrenic patient showed a
significantly higher dermatoglyphic pattern in digiti II dextra (p=0,035) that was
dominated by ulnar loop. No significantly value in other finger.
Conclution :
That was special pattern of hand’s dermatoglyphic pattern in
schizophrenic patient in Surakarta Psichiatry Hospital in digiti II dextra that was
dominated by ulnar loop.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaykum Warahmatullohi Wabarakatuh
Alhamdulillaahirobbil’alamiin, segala puji hanya kepada Alloh SWT
atas segala rahmad hidayah-Nya, shalawat serta salam selalu tercurah pada
Rasululloh SAW, beserta keluarga dan para pengikutnya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul “Pola Dermatoglifi Tangan pada Pasien
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta”. Skripsi ini diajukan untuk
menjadi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Kedokteran Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Skripsi ini dapat tersusun berkat bimbingan, petunjuk, bantuan maupun
saran berharga dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1.
Prof. Dr. A.A.Subiyanto, dr., MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2.
Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Sebelas Maret Surakarta beserta anggota
dan stafnya yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi.
3.
Prof.Dr.Didik G.Tamtomo,dr.,PAK,MM,MKK selaku pembimbing utama
yang telah memberikan bimbingan, fasilitas dan pengarahan serta motivasi
yang sangat membantu dalam kelancaran pelaksanaan skripsi.
4.
Nanang Wiyono,dr.,M.Kes selaku pembimbing pendamping yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan masukan,
arahan, saran, dan jalan keluar dari permasalahan-permasalahan yang
timbul dalam proses penyusunan skripsi.
5.
Selfi Handayani,dr.,M.Kes selaku penguji utama atas masukan, saran, dan
koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi ini.
6.
IGB Indro Nugroho,dr.,Sp.KJ sebagai anggota penguji yang telah
meluangkan waktu di antara kesibukannya.
7.
Seluruh petugas RSJD Surakarta yang telah banyak memberikan bantuan,
8.
Orang tuaku (mama & papa tercinta) yang selalu ada ketika lelahku dan
selalu mendukung dalam setiap langkahku.
9.
Mbakku tersayang (Febriana Pramitaningrum), adikku “si Kapten Basket”
(Johan Pramudya Utama) dan Lutfi Rachman yang selalu membuatku
tidak pernah kesepian. Rekan-rekan asisten anatomi 2006, anak-anak kos
Griya Widoro Asri I, Candra Dewi, Dewan Mahasiswa FK UNS, dan
semua teman di 2006.
10. Terima kasih Ya Alloh atas semua kekuatan yang telah dititipkan. Terima
kasih mimpi-mimpiku. Walau kadang meleset dari perkiraan namun jalan
yang penuh liku ini membuat mataku terbuka betapa hidup tak pernah bisa
dirumuskan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan dan semoga penelitian ini berguna bagi kita semua. Amin.
Wassalamu’alaykum Warahmatullohi Wabarokatuh.
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...vi
DAFTAR ISI ...viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR DIAGRAM ...xi
DAFTAR GAM BAR ... xii
DAFTAR LAM PIRAN... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Lat ar Belakang M asalah ... 1
B. Perumusan M asalah... 3
C. Tujuan Penelit ian ... 3
D. M anfaat Penelit ian ...3
BAB II LANDASAN TEORI... 5
A. Tinjauan Pust aka ... 5
B. Kerangka Pemikiran ...22
C. Hipot esis ...22
BAB III M ETODE PENELITIAN ...23
A. Jenis Penelit ian ... 23
B. Lokasi Penelit ian ... 23
C. Subjek Penelit ian ...23
D. Teknik Sampling...24
E. Ident ifikasi Variabel Penelit ian... 24
F. Definisi Operasional Variabel... 25
G. Inst rument asi penelit ian ... 27
H. Alur Penelit ian...27
I. Alat Dan Bahan...28
J. Cara Kerja...28
K. Teknik Analisis Dat a ... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 30
A. Hasil Penelit ian ... 30
viii
BAB V PEM BAHASAN... 42
BAB VI SIM PULAN DAN SARAN... 52
A. Simpulan...52
B. Saran ... 53
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Deskripsi Subjek Penelit ian………... 30
Tabel 2 Pola Sidik Jari Pasien Skizofrenia………...31
Tabel 3 Pola Sidik Jari Responden Normal………31
Tabel 4 Jumlah Sulur (TRC) Pasien Skizofrenia dan Responden Normal 32
Tabel 5 Nilai PII Pasien Skizofrenia dan Responden Normal….………...33
Tabel 6 Hasil Perhit ungan Pola Sidik Jari………..……34
Tabel 7 Hasil Perhit ungan Jumlah Sulur (TRC)………..……..….35
Tabel 8 Frekuensi Pola Sidik Jari dan Jumlah Triradius Tot al pada Pasien SkizofreniaRumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a..………37
Tabel 9 Frekuensi Pola Sidik Jari dan Jumlah Triradius Tot al pada Responden Normal……….…...…………38
Tabel 10 Jumlah Sulur pada Ujung Jari Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a dan Responden Normal…….………39
xi
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1. Frekuensi Pola Sidik Jari Pasien Skizofrenia RSJD Surakart a dan Responden Normal….………...39
Diagram 2. Jumlah Sulur Tot al (TRC) Pasien Skizof renia RSJD Surakart a dan Responden normal……..……….……..40
xii
DAFTAR GAM BAR
Gambar 1 Cont oh Pola Dermat oglifi……….………7
Gambar 2 Jumlah Sulur pada Pola Dermat oglifi………...8
xiii
DAFTAR LAM PIRAN
Lam piran 1. Dat a Hasil Penelit ian Sidik Jari pada Pasien Skizofrenia Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a……….……….61
Lam piran 2. Dat a Hasil Penelit ian Sidik Jari pada Responden Normal..……..63
Lam piran 3. Out put SPSS unt uk St at ist ik Pola Dermat oglifi………...65
Lam piran 4. Out put SPSS unt uk St at ist ik PII (Pat t ern Int ensit y Index)……...67
Lam piran 5. Out put SPSS unt uk St at ist ik Jumlah Sulur Tot al (TRC)………..69
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Skizofrenia berasal dari kata
schism
yang berarti perpecahan dan
frenia
yang berarti jiwa. Istilah tersebut pertama kali diperkenalkan oleh
Eugene Bleuler untuk menjelaskan adanya perpecahan pikiran, emosi dan
perilaku. Skizofrenia merupakan suatu jenis psikosa yang sering dijumpai
dimana-mana sejak dahulu. Menurut Kraepelin, penderita skizofrenia
mengalami kemunduran intelegensi sebelum waktunya (demensia prekoks).
xiv
namun dapat dipastikan bahwa ada faktor keturunan yang juga menentukan
timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian terhadap
keluarga- keluarga penderita skizofrenia dan terutama anak- anak kembar satu
telur. Faktor yang mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor
pencetus seperti penyakit badaniah atau stress psikologik, biasanya tidak
menyebabkan skizofrenia, walaupun pengaruhnya terhadap skizofrenia tidak
dapat disangkal. Potensi untuk mendapatkan skizofrenia diturunkan melalui
gen yang resesif. Potensi ini mungkin kuat, mungkin juga lemah, tetapi
selanjutnya tergantung pada lingkungan individu itu apakah akan terjadi
skizofrenia atau tidak (Maramis, 2004).
Sidik jari bersifat genetik, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan pada trimester pertama kehamilan. Pembentukannya terjadi selama
embrio dan tidak pernah berubah dalam hidup kecuali diubah secara kebetulan
akibat luka-luka, terbakar, penyakit atau penyebab lain yang tidak wajar
(Elvayandri,
2002).
Relevansi
sidik
jari
dapat
digunakan
untuk
mengidentifikasi
orang-orang
dengan
predisposisi
genetik
untuk
perkembangan penyakit tertentu. Karena sidik jari diturunkan secara genetik
dan tidak dipengaruhi lingkungan eksternal setelah lahir seperti geografi,
ekonomi, dan lain-lain, sidik jari memiliki ciri yang paling bermanfaat untuk
menentukan hubungan mendasar dalam kehidupan.
Sejumlah gen yang ditemukan pada sindrom kelainan kromosom,
ternyata juga ditemukan keabnormalan pada pola sidik jari/ dermatoglifinya
(Fuller, 1973).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui
1
xv
relavansi sidik jari seperti penelitian yang dilakukan oleh Lena Rosida dan
Rosalina dari Universitas Lambung Mangkurat Banjar Baru terhadap penderita
sindrom Down didapatkan gambaran dermatoglifi yang khas seperti memiliki
pola triradius digital, hipothenar, dan pola
loop
telapak tangan, tetapi tidak
memiliki pola thenar. Penelitian yang telah dilakukan ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rafiah (1980), Suryadi (1993), dan Rosida
(2005). Menurut penelitian yang telah dilakukan di New Delhi tahun 2007
dikatakan bahwa pola dermatoglifi pada pasien kanker payudara memiliki
beberapa ciri khas yang berbeda dengan pasien normal, seperti terdapatnya 6
atau lebih pola melingkar (
whorl
) di sidik jarinya, juga ditemukan pola
whorl
meningkat di jari telunjuk tangan kanan dan jari kelingking tangan kanan
dibandingkan kontrol. Selain itu ditemukan pula PII (
Pattern Intensity Index
)
meningkat secara signifikan (Fuller, 1973; Chintamani, 2007; Jurnal Anatomi
Indonesia, 2006 ).
Screening
dapat digunakan untuk mencegah penyakit terjadi melalui
dua cara. Pertama, mencegah kejadian penyakit dengan meminimalisir atau
menghilangkan penyebab, dan yang kedua dengan melakukan deteksi dini dan
sistem intervensi (Rowley, 1984). Di dalam bukunya
Dermatoglyphics An
International Perspective
, Mavalwala menegaskan bahwa sidik jari dapat dan
seharusnya digunakan sebagai alat
screening
diagnosis sehingga memberi
petunjuk kepada petugas kesehatan untuk melakukan tes lebih lanjut (Reed,
1978).
xvi
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka didapatkan permasalahan
sebagai berikut :
Apakah ada gambaran tertentu pada pola dermatoglifi tangan pasien
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
1. Menunjukkan adanya gambaran pola dermatoglifi tangan tertentu pada
pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
2. Menganalisis dan membandingkan pola dermataglifi tangan antara pasien
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dengan responden
normal.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai gambaran
pola dermatoglifi tangan tertentu pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta.
2. Manfaat aplikatif
Penelitian sidik jari ini dapat menjadi dasar awal penggunaan
dermatoglifi untuk alternatif identifikasi (
screening
) skizofrenia sedini
mungkin dengan cara yang lebih mudah, murah, aman, dan non invasif.
xvii
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Dermatoglifi
Dermat oglifi merupakan konfigurasi gurat an-gurat an di ujung jari manusia (Graham dan Brow n, 2005). M enurut Francis Galt on (1822-1916) t idak ada sidik jari yang ident ik di dunia ini sekalipun di ant ara dua saudara kembar. Jika ada 5 jut a orang di bumi, kemungkinan munculnya dua sidik jari manusia yang sama baru akan t erjadi lagi 300 t ahun kemudian. Sist em sidik jari yang dipakai sekarang berasal dari Sir Richard Edw ard Henry, seorang asist en magist rat e kolekt or di Barat Daya India. Henry dilahirkan pada 26 Juli 1850 di Shadw ell, Wapping, London, Inggris. Sist em Henry berasal dari pola ridge (sulur/ garis-garis paralel) yang t erpusat pada pola jari t angan, jari kaki, khususnya t elunjuk. Pola ridge ini dibent uk selama embrio dan t idak pernah berubah dalam hidup kecuali diubah secara kebet ulan akibat luka-luka, t erbakar, penyakit at au penyebab lain yang t idak w ajar (Saha et al., 2003).
Sidik jari t elah t erbukt i cukup akurat , aman, mudah dan nyaman unt uk dipakai sebagai ident ifikasi karena sifat yang dimiliki sidik jari ant ara lain :
a. Perennial nat ure, yait u gurat an-gurat an pada sidik jari yang m elekat pada kulit manusia seumur hidup
b. Immut abilit y, yait u sidik jari seseorang t idak pernah berubah kecuali mendapat kan kecelakaan yang serius
xviii
xix
Gambar 1. Cont oh Pola Dermat oglifi
Pola sidik jari (gambar 1) dapat diperiksa secara langsung dan cara unt uk mendapat kannya dengan mudah adalah dengan mencelupkan t angan ke dalam genangan t int a kemudian dit empelkan di at as kert as. Pola sidik jari t erdiri dari baris-baris milimet er selebar set engah milimet er dari kelenjar keringat dan t erbent uk pada aw al kehidupan sekit ar 10 minggu kehamilan. Pola yang kompleks ini t erdiri at as dua pola ut ama yang disebut loop dan t riradius. Loop dibent uk saat arah alur paralel m embelok 180 derajat ket ika masuk dan keluar pada sisi jari yang sama dan penamaannya sesuai dengan arahnya. Jika mengarah ke t ulang radius dinamakan t ipe radial, jika mengarah ke t ulang ulna dinamakan t ipe ulnar. Triradius merupakan t it ik pusat dari bent uk segit iga yang m enyebar m embent uk sulur-sulur di jari t angan dan kaki, sert a di t elapak t angan dan kaki. Pancaran inilah yang mempunyai art i klinis karena spesifik unt uk t iap-t iap orang. Triradius di jari 2,3,4,5 dinamakan dengan abjad a,b,c,d. Triradius pent ing lainnya dinamakan t , t erdapat di regio hipot enar yang juga mampunyai art i klinik. M ekanisme t erbent uknya pola ini belum diket ahui secara past i (Penrose, 1968).
xx
sidik jarinya, t api jika polanya t ent ed arch maka pola t riradiusnya dit emukan di baw ah t ent yang dibent uk oleh garis melingkar yang t egas (Naffah, 1977; Graham dan Brow n, 2005).
Pada t elapak t angan (gambar 2 dan 3) biasanya dit emukan 5 t riradius, 4 dari jari 2 sampai 5 yang disebut a,b,c,d at au t riradius digit al, dan sat u dekat dengan aksis t ulang m et acarpal yang keempat yang paling sering pada bagian akhir proksimal dekat dengan pergelangan t angan, yang disebut t riradius aksila at au t . Triradius digit al memiliki dua pancaran yang saling menut upi dasar dari masing-masing jari dan sat u pancaran proksimal berasal dari bat as-bat as t elapak t angan. Garis ini disebut garis ut ama (A,B,C,D ) dan arahnya kadang-kadang m emiliki art i secara klinis maupun ant ropologis yang signifikan. Unt uk m enunjukkan posisi dari jalan keluar garis ut ama, bat as-bat as t elapak t angan dibagi menjadi 13 regio, dinomori 1 sampai dengan 13. Pola yang benar adalah jika loop dan w hor l dapat dit emukan di t iap-t iap lima area t elapak t angan ant ara lain hipot henar, t henar, area int erdigit al kedua, ket iga, dan keempat . Gambaran t opografis dari pola it u
xxi
dit ambah dengan pengukurannya secara m et rical berguna unt uk invest igasi secara ant ropologis dan m edis. Tot al jumlah sulur pada jari t angan at au TRC (Tot al Ridge Count) diperoleh dengan menghit ung jumlah sulur masing-masing jari yang disilangi oleh garis lurus yang dit arik dari t riradius ke pusat at au int i pola yang berdekat an kemudian menghit ung t ot alnya unt uk 10 jari. Whorl ada dua, yang t erbesar yang dicat at . Pat t er n Int ensit y Index (PII) jari diperoleh dengan m enghit ung t ot al t riradius dari sepuluh jari. PII t elapak t angan dipast ikan dengan m enghit ung jumlah loop pada 5 area t elapak t angan. Whorl dianggap sebagai 2 loop (Naffah, 1977).
Dist ribusi dermat oglifi berbeda oleh jenis kelamin maupun ras. Pria memiliki lebih banyak pola w horl daripada w anit a dan w anit a memiliki pola arch yang lebih sederhana dari pria (Jones, 1993). Pola gurat an-gurat an sidik jari t idak hanya bermanfaat unt uk ident ifikasi t et api juga bisa bermanfaat unt uk menemukan adanya abnormalit as dermat oglifi yang khas yang seringkali berhubungan dengan banyak kelainan kromosom (Graham dan Brow n, 2005).
2. Skizofrenia
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang merusak yang dapat
melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi),
pembicaraan, emosi, dan perilaku. Skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik
paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional
dan menarik diri dari hubungan antar pribadi normal. Ditemukan kelainan
pada area otak tertentu, termasuk sistem limbik, korteks frontal, dan ganglia
basal, misalnya pelebaran sulcus, fissura, ventrikel otak, perubahan asimetri
xxii
patognomonik atau selalu ditemukan pada pasien skizofrenia (Mansjoer,
2007).
Lesi neuropatologis yang tampak di otak dan interaksi lesi dengan
lingkungan dan stressor sosial sampai sekarang masih aktif diteliti. Dasar
untuk timbulnya abnormalitas pada skizofrenia mungkin terletak pada
perkembangan abnormal (contohnya migrasi abnormal neuron di sepanjang
sel glia radial selama perkembangan) atau dalam degenerasi neuron setelah
perkembangan (contohnya kematian sel terprogram secara abnormal, seperti
pada penyakit Huntington). Tetapi para ahli masih memegang kenyataan
bahwa kembar monozigotik mempunyai angka ketidaksesuaian 50%. Hal ini
menyatakan bahwa terdapat interaksi yang tidak dapat dimengerti antara
lingkungan dan perkembangan skizofrenia. Suatu penjelasan yang lain
adalah, walaupun kembar monozigotik mempunyai informasi genetika yang
sama, pengaturan ekspresi gen saat mereka menjalani kehidupan yang
terpisah adalah berbeda. Faktor- faktor yang mengatur ekspresi gen baru saja
mulai dimengerti, kemungkinan melalui regulasi gen yang berbeda, satu
kembar monozigotik menderita skizofrenia sedangkan yang lainnya tidak
(Kaplan dan Sadock, 1997).
Hipotesis dopamine menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh
terlalu banyak penerimaan dopamine otak. Kelebihan ini mungkin karena
produksi neurotransmitter atau gangguan regulasi mekanisme pengambilan
xxiii
dopamine atau terlalu banyaknya respon dopamine. Di tahun 2006 ditemukan
bahwa semua bagian otak dan volume hippocampus mengalami reduksi dan
ruang ventrikel membesar saat episode pertama perjalanan psikotik secara
relatif dibandingkan dengan orang sehat, hasilnya diputuskan skizofrenia
adalah proses neurodegeneratif, yang dimulai saat timbulnya onset gejala
penyakit, yang secara tepat dapat disebutkan secara karakteristik sebagai
proses abnormalitas perkembangan neuron yang mengakibatkan volume
abnormal otak sejak usia dini. Metaanalisis tahun 2009, dari pembelajaran
mengenai pencitraan otak secara difus mengidentifikasikan 2 lokasi otak yang
secara konsisten mengalami anisotropi fungsional pada penderita skizofrenia.
Regio pertama berada pada sebelah kiri lobus ventral yang disilangi oleh
bagian tractus dari substansia alba otak menghubungkan lobus frontal dengan
thalamus dan gyrus cinguli. Regio yang kedua berada pada lobus temporal
yang disilangi oleh substansia alba otak yang menhubungkan lobus frontal
dengan insula, hippocampus-amygdala, lobus temporal, dan lobus occipital
(Wikipedia, 2008). Kemungkinan kedua tractus tersebut berefek pada
skizofrenia, dengan memiliki potensi terjadinya
disconnection
dari substansia
grisea dimana keduanya terhubung. Hubungan yang berlebihan antara kedua
jalur tersebut mengakibatkan gejala positif pada pasien skizofrenia sehingga
mengakibatkan peningkatan yang berlebihan terhadap orientasi maupun
perhatian secara menyeluruh. Sedangkan anti-korelasi diantara kedua jalur
xxiv
dan peningkatan kepekaan neurotransmitter dopamine, juga menyebutkan
beberapa poin diantaranya ketidakseimbangan dopamine dan neurotransmitter
lain terutama serotonin yang didukung oleh hasil pencitraan dengan
menggunakan
PET
dan
SPET.
Neurotransmitter
tertentu
seperti
norephinephrin pada pasien gangguan jiwa memegang peranan dalam proses
learning, memory reinforcement
, siklus tidur dan bangun, kecemasan,
pengaturan
aliran
darah
dan
metabolisme
(Wikipedia,
2009).
Neurotransmitter lain juga berfungsi sebagai penghambat aktivasi dopamine
pada proses pergerakan yaitu GABA, di samping itu juga dengan adanya
penemuan penurunan level reseptor glutamate pada pasien postmortem
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara metabolisme glutamate
(glukosa) dengan penurunan aktivitas lobus frontal pada pasien skizofrenia
(Davison
et al.
, 1994).
Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric
Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1 % populasi penduduk dunia
menderita skizofrenia, 75% penderita mulai mengidapnya pada usia 16-25
tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap
kehidupan ini penuh stressor. Kondisi penderita sering terlambat disadari
keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap
penyesuaian diri (Durand dan Barlow, 2007).
Skizofrenia terjadi dengan frekuensi yang sangat mirip di seluruh
xxv
Pria sering mengalami awitan yang lebih awal daripada wanita. Faktor
risikonya antara lain :
a. Riwayat skizofrenia dalam keluarga
Penelitian menyebutkan bahwa faktor genetik berpengaruh terhadap
timbulnya skizofrenia. Walaupun demikian terbukti juga bahwa
skizofrenia tidak diturunkan seperti hukum Mendel secara langsung (jika
orang tua menderita skizofrenia, belum tentu anaknya akan menderita
skizofrenia juga). Prevalensi skizofrenia yang diketahui meliputi angka
kesakitan untuk saudara tiri 0,9-1,8%, saudara kandung 7-15%, bagi anak
dengan salah satu orang tua menderita skizofrenia 7-16%, kedua orang tua
menderita skizofrenia 40-68%, kembar dua telur (heterozigot) 2-15%, dan
bagi kembar satu telur (monozigot) 61-86% (Maramis, 2004).
b. Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik, penarikan
diri, dan atau impulsivitas.
c. Stress lingkungan
d. Kelahiran pada musim dingin, influenza selama kehamilan, komplikasi
obstetrik, terpaparnya anak-anak dengan kucing dan toksoplasma serta
masa kehamilan yang terpapar stress. Faktor ini hanya memiliki nilai
prediktif yang sangat kecil (Suzanne
et al.
, 2005).
e. Status sosial ekonomi yang rendah.
Manurut Eugen Bleuler, gejala-gejala skizofrenia dapat digolongkan
xxvi
1.)
Gangguan proses pikir
2.)
Gangguan emosi
3.)
Gangguan kemauan
4.)
Otisme
b. Gejala sekunder :
1.)
Waham
2.)
Halusinasi
3.)
Gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain
Menurut Pedoman Diagnostik dari PPDGJ III seseorang dapat dikatakan
skizofrenia jika:
a. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)
1.)
Thought echo
: isi pikirannya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan walaupun
isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau
thought insertion or
withdrawl
: isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya
(
insertion
) atau pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (
withdrawl
) dan
thought broadcasting
: isi pikirannya tersiar
keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya
2.)
Delution of control
: waham tentang dirinya dikendaliakan oleh
sesuatu kekuatan tertentu dari luar, atau
delution of influence
: waham
xxvii
terhadap suatu kekuatan dari luar, atau d
elusional perception
:
pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi
dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
3.) Halusinasi auditorik : suara halusinasi yang berkomentar secara terus-
menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien
di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau
jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
4.) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dinilai tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan makluk asing dari dunia luar).
b. Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas :
1.) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (
over-valued ideas
) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-
menerus
2.) Arus pikiran yang terputus (
break
) atau yang mengalami sisipan
(
interpolation
), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
xxviii
3.) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh- gelisah (
excitement
), posisi
tubuh tertentu (
posturing
), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor
4.) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respon emosinal yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
c. Adanya gejala- gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal)
d. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (
overall quality
) dari beberapa aspek perilaku pribadi (
personal
behaviour
), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,
tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (
self absorbed attitude
),
dan penarikan diri secara sosial (Maslim R., 2001).
3. Hubungan Skizofrenia Dengan Dermat oglifi Tangan
xxix
minggu 18 dan 19. Pada bulan ket ujuh t erjadi diferensiasi dan perkembangan papilla dermis di sulur sekunder. Papilla dermis yang semula t ersusun di ant ara dua sulur ganda pada epidermis berubah jumlah, bent uk, ukuran dan susunan selam a masa kehamilan dan berubah set elah lahir (Okajima, 1975). M enurut pengamat an Okajima, pola ridge kulit pert ama muncul pada umur 13 minggu kehamilan, pola ridge kulit yang kedua mulai differensiasi dari umur 19 minggu, dan papilla kulit pert ama kali diket ahui pada 23-25 minggu kehamilan. Sem ent ara it u, orifisium kelenjar keringat pert ama diident ifikasi pada kehamilan 16 minggu, namun daya afinit as orifisium kelenjar keringat pada reagen (bahan unt uk penelit ian) mengalami pengurangan sehingga orifisium keringat t idak t eramat i dengan umur kehamilan (Suzumori, 1980; Penrose and Ohara, 1973).
xxx
Analisis sidik jari t angan t erhadap 571 orang Habbanit yang dilakukan oleh Slat is, Kat znelson dan Bonne-Tamir pada t ahun 1976 m enunjukkan kesimpulan mengenai pola penurunan sidik jari. Sebuah t eori genet ik t elah dikembangkan. Teori ini menyat akan bahw a pola sidik jari dasar pada manusia adalah ulnar loop dan variasi gen m enyebabkan deviasi (penyimpangan) dari pola sidik jari dasar ini menjadi pola-pola lain. Gen-gen yang berpengaruh ant ara lain:
a. Gen semidominan unt uk pola w horl pada ibu jari tangan (sat u orang homozigot mempunyai pola w horl pada kedua ibu jari, yang lainnya m em punyai ulnar loop pada kedua ibu jari dan 288 orang het erozigot biasanya m empunyai dua pola ulnar loop at au sat u ulnar loop dan sat u w horl),
b. Gen semidominan unt uk pola w horl pada jari manis yang bekerja sepert i gen unt uk pola w horl pada ibu jari,
c. Gen dominan unt uk pola arch pada ibu jari dan seringkali pada jari t angan lain, d. Sat u at au lebih gen dominan unt uk pola arch pada jari t angan,
e. Gen dominan unt uk pola w horl pada semua jari t angan kecuali unt uk pola ulnar loop pada jari t engah,
f. Gen dominan unt uk radial loop pada jari t elunjuk, seringkali berhubungan dengan pola arch pada jari t engah,
g. Gen resesif unt uk pola radial loop pada jari manis dan kelingking.
xxxi
rahim yang buruk dapat m enimbulkan kesehat an yang buruk pada kehidupan dew asa kelak (Pow er and Schulkin, 2004).
Plasent a m emproduksi molekul-molekul informasi dalam jumlah besar sepert i st eroid dan pept ida akt if yang m embant u dalam hal regulasi dan keseimbangan fisiologi ibu dan janin. Perubahan produksi dan pengat uran pada pept ida dan st eroid plasent a akan berpengaruh secara signifikan t erhadap perkembangan dan pert um buhan janin. Dengan kat a lain, plasent a menjadi pusat pengat uran fisiologi ibu dan janin (Pow er and Schulkin, 2004).
M at ernal aut osom yang t erlambat dalam duplikasinya, menim bulkan ket idakseimbangan genet ik yang dapat mempengaruhi perkembangan em brio yang bersifat merugikan dan kadang-kadang m enunjukkan ket erlambat an perkembangan organ. Oleh karena it u, neonat us dengan ket idaknormalan aut osom biasanya lebih kecil dibanding neonat us dengan aut osom normal (Suzum ori, 1980). Penelit ian oleh T. Reed dan R.S. Young m emperlihat kan adanya pengaruh mat ernal t erhadap organ janin (Reed dan Terry, 1982).
xxxii
Penelitian dengan PET (Positron Emission Tomography, yaitu
pengamatan terhadap metabolisme glukosa pada saat seseorang sedang
mengerjakan tes psikologi, pada penderita skizofrenia memperlihatkan
tingkat metabolisme yang rendah pada lobus frontalis. Kelainan syaraf ini
dapat pula dijelaskan sebagai akibat dari infeksi yang disebabkan oleh virus
yang masuk otak. Infeksi ini dapat terjadi selama perkembangan janin. Akan
tetapi jika kerusakan terjadi pada masa awal perkembangan seseorang,
pertanyaan yang muncul adalah mengapa psikosis ini baru muncul pada masa
dewasa. Weiberger mengatakan bahwa luka pada otak saling mempengaruhi
dengan proses perkembangan otak yang normal. Dengan demikian, luka pada
daerah tersebut belum berpengaruh pada masa awal sampai lobus frontalis
mulai berperan dalam perilaku (Davison
et al
., 1994).
Keterlibatan unsur genetik telah dianggap sebagai sebagai kondisi
yang melatarbelakangi gangguan psikosis, sebagaian besar karena hasil
penelitian yang distimulasi oleh ditemukannya obat-obat anti psikosis pada
level tertentu asumsi banyak kasus skizofrenia yang disebabkan oleh
keturunan. Pembuktian aktual keterkaitan kromosom dengan menggunakan
teori genetik molekuler sulit dilakukan secara pasti, baik karena kejadian
spesifik tidak dapat disamakan maupun karena adanya banyak gen yang
xxxiii
B. Kerangka Berpikir
Ket erangan :
Garis put us-put us ( ) : M erupakan variabel yang t idak dit elit i Garis ut uh ( ) : M erupakan variabel yang dit elit i C. Hipotesis
Terdapat gambaran t ert ent u pada pola dermat oglifi t angan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah.
BAB III Fakt or M at ernal
saat Kehamilan
Konfigurasi Dermat oglif ik
Usia Dew asa
Dapat t erbaca
Tidak Terbaca
Skizofrenia Lingkungan,
st ress
Luka-luka, t erbakar, penyakit at au penyebab lain yang
t idak w ajar
xxxiv
M ETODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelit ian ini adalah penelit ian deskript if dan analit ik dengan pendekat an cross sect ional (M urt i, 2007).
B. Lokasi Penelitian
Penelit ian dilakukan di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a (unt uk sampel pasien skizofrenia) dan Fakult as Kedokt eran UNS (unt uk sidik jari responden normal). C. Subyek Penelitian
1. Populasi
Subjek penelit ian adalah pasien-pasien skizofrenia yang t elah didiagnosis psikiat er sesuai dengan Pedoman Diagnost ik dari PPDGJ III di semua umur dan memiliki riw ayat keluarga (genet ik) skizofrenia yang diraw at di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a dan responden normal yait u responden yang t idak m emiliki riw ayat ket urunan skizofrenia dan t idak sedang menderit a skizofrenia.
2. Sampel
Jumlah sampel yang digunakan adalah dengan cara purposif sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 pasien skizofrenia yang t elah didiagnosis psikiat er sesuai dengan Pedoman Diagnost ik dari PPDGJ III di semua umur dan memiliki riw ayat keluarga (genet ik) yang diraw at di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a dan 30 responden normal yang t idak m emiliki riw ayat ket urunan skizofrenia dan t idak sedang menderit a skizofrenia.
3. Kriteria Subjek
xxxv
a. Responden pasien skizofrenia t erdiri dari 30 orang pasien yang t elah didiagnosis psikiat er sesuai dengan Pedoman Diagnost ik dari PPDGJ III, di semua umur, dengan riw ayat keluarga (genet ik) skizofrenia yang diraw at di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
b. Responden normal t erdiri dari 30 orang yang t idak memiliki riw ayat ket urunan skizofrenia dan t idak sedang menderit a skizofrenia.
c. Sem ua responden yang akan dit elit i bersedia unt uk mengikut i penelit ian. d. Yang diambil dat anya dan dit elit i adalah pola dermat oglifi t elapak t angan. D. Teknik Sampling
Sesuai dengan desain cross sect ional penelit ian ini, sampel responden dipilih dengan t eknik fixed disease sampling (M urt i, 2007). Kebut uhan ukuran sampel (sample size) diperkirakan berdasarkan sifat represent at ivit as sam pel agar t aksiran karakt erist ik populasi t idak menyi mpang jauh (Taufiqurrahman, 2004). Kebut uhan sampel sebanyak 60 orang meliput i 30 subyek unt uk sampel pasien skizofrenia dan 30 responden normal.
E. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Skizofrenia
2. Variabel t erikat : Pola dermat oglifi t angan
3. Variabel pengganggu :Segala hal yang m enyebabkan t idak t erbacanya pola sidik jari pada pasien skizofrenia maupun responden normal sepert i luka-luka, t erbakar, penyakit at au penyebab lain.
xxxvi
Skizofrenia didefinisikan sebagai gangguan psikotik yang merusak
yang dapat melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi
(halusinasi), pembicaraan, emosi, dan perilaku. Yang dimaksud dengan pasien
skizofrenia di sini adalah pasien yang sudah didiagnosis oleh psikiater sesuai
dengan Pedoman Diagnosis PPDGJ III di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
Penelit ian akan dilakukan pada 30 pasien skizofrenia semua umur yang t elah m em enuhi persyarat an pada Pedoman Diagnost ik dari PPDGJ III dan m emiliki riw ayat keluarga (genet ik) skizofrenia. Adanya riw ayat genet ik dilihat pada genogram yang mana silsilah genet ik dari keluarga dan hubungan psikososialnya dilihat paling sedikit nya selama t iga generasi. Yang dimaksud dengan hubungan keluarga adalah bent uk keluarga int i (core family) dan ext ended f am ily. Keluarga int i (core family) t erdiri dari sepasang suami ist ri dengan anak-anaknya, baik anak kandung maupun anak angkat . Ext ended family t erdiri dari keluarga int i dit ambah dengan sanak saudara sepert i kakek, nenek, paman, bibi, kemenakan, saudara sepupu, dan sebagainya (Set iyohadi, 2006).
Alat ukur : diagnosis pasien skizofrenia oleh psikiat er sesuai dengan Pedoman Diagnost ik pada PPDGJ III yang diraw at di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
Skala pengukuran : nominal dikot omik 2. Dermat oglifi
xxxvii
let aknya di area t elapak t angan yang mana. Tot al jum lah sulur pada jari t angan at au TRC (Tot al Ridge Count) diperoleh dengan menghit ung jumlah sulur masing-masing jari yang disilangi oleh garis lurus yang dit arik dari t riradius ke pusat at au int i pola yang berdekat an kemudian menghit ung t ot alnya unt uk 10 jari. Whorl ada dua, yang t erbesar yang dicat at . Pat t ern Int ensit y Index (PII) jari diperoleh dengan m enghit un g t ot al t riradius dari sepuluh jari. PII t elapak t angan dipast ikan dengan menghit un g jumlah loop pada 5 area t elapak t angan. W horl dianggap sebagai 2 loop (Naffah, 1977).
Alat ukur : observasi hasil pola dermat oglifi t iap-t iap jari pada 10 jari t angan pasien skizofrenia di kert as F4 70gr set elah pencelupan jari t angan pada t int a di st empad.
Skala pengukuran : nominal polikot omik.
G. Instrumen Penelitian
1. Dat a prim er sidik jari pasien skizofrenia dan responden normal diperoleh dengan menganalisis hasil pola dermat oglifi t iap-t iap jari pada 10 jari t angan pasien skizofrenia dan responden normal di kert as F4 70gr set elah pencelupan jari t angan pada t int a di st empad
2. Dat a sekunder informasi ada t idaknya fakt or ket urunan pada pasien skizofrenia dilakukan dengan m elihat dat a rekam medis (st at us kesehat an) pasien.
3. Dat a primer informasi ada t idaknya fakt or ket urunan pada responden normal dilakukan dengan w aw ancara secara langsung.
xxxviii
M enghit ung Pola Dermat oglifi t iap-t iap jari pada10 jari t angan
Pengambilan sidik 10 jari t angan
30 pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a
Perhit ungan secara analit ik Penilaian secara deskript if 30 orang responden
xxxix
I. Alat Dan Bahan 1. Tint a hit am 2. Kert as F4 70 gr
3. St empad st empel t angan/ bak t empat t angan 4. Lap kering
5. Sabun cuci 6. Lup J. Cara Kerja
1. M encari 30 orang pasien skizofrenia di semua umur yang m emiliki riw ayat genet i k skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
2. M encari 30 orang responden normal di sem ua um ur yang t idak memiliki riw ayat genet ik skizofrenia
3. M engambil sidik jari t angan dengan cara menempelkan t elapak t angan pada st empad/ bak t em pat t angan dan melet akkannya pada kert as F4 70 gr.
4. M enganalisis dengan menghit ung hasil dermat oglifi t iap-t iap jari pada10 jari t angan pasien skizofrenia dan responden normal.
5. M enghit ung pola sidik jari, jumlah ridge (TRC / Tot al Ridge Count), dan frekuensi t riradius t ot al (PII/ Pat t ern Int ensit y Index).
K. Teknik dan Analisis Data
xl
komparat if variabel kat egorikal dua kelompok t idak berpasangan ada t iga, yait u uji Chi square dan Fisher (paramet rik) dan uji Kolmogorov smirnov (nonparam et rik). Syarat uji Chi square yang harus dipenuhi adalah sel yang m empunyai nilai expect ed kurang dari 5 maksimal berjumlah 20%. Apabila syarat ini t idak t erpenuhi, alt ernat if selanjut nya adalah uji Fisher. Jika t idak memenuhi juga maka memakai uji nonparamet rik Kolmogorov smirnov. Dat a diolah dengan St at ist ical Product and Service Solut ion (SPSS) 16,0 for Window s dengan t ingkat signifikansi 0.05.
Cara pengambilan kesimpulan analisis :
Ho diterima dan Hı
dit olak bila p > 0.05Hı diterima dan Ho ditolak bila
p < 0,05Ket erangan :
Ho : Tidak t erdapat perbedaan signifikan pola dermat oglifi t angan pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a
Hı : Terdapat
perbedaan signifikan pola dermat oglifi t angan pada pasien skizofreniadi Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
Sedangkan penilaian secara deskript if dilakukan dengan membandingkan pola sidik jari, jumlah sulur (TRC) dan frekuensi t riradius t ot al (PII) pada pasien skizofrenia dan responden normal.
xli
A. Hasil Penelitian
[image:41.612.149.491.357.677.2]Pada bulan Agust us 2009 t elah dilakukan pengambilan sampel sidik jari pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a dan sampel sidik jari pada responden normal (t idak memiliki riw ayat keluarga penderit a skizofrenia dan t idak sedang menderit a skizofrenia). Responden berju mlah 60 orang yang m eliput i 30 pasien skizofrenia dengan riw ayat keluarga penderit a skizofrenia dan 30 oran g responden normal yait u t idak memiliki riw ayat keluarga penderit a skizofrenia dan t idak sedang m enderit a skizofrenia. Dari 60 responden didapat kan dat a sebagai berikut :
Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelit ian
No. Ket erangan Jumlah Persent ase
1 Jenis Kelamin
-pasien skizof renia laki-laki -pasien skizof renia perempuan
19 11
63,3% 36,7%
Jumlah 30 100%
Jenis Kelamin
-responden normal laki-laki -responden normal perempuan
1 29
3,3% 96,7%
Jumlah 30 100%
2 St at us Responden -pasien skizof renia -normal
30 30
50% 50%
Jumlah 60 100%
xlii
Dari t abel 1 diperoleh subjek penelit ian ant ara lain pasien skizofrenia laki-laki sebanyak 19 orang (63,3%), pasien skizofrenia perempuan sebanyak 11 oran g (36,7%) sedangkan responden normal laki-laki sebanyak 1 orang (3,3%) dan responden normal perempuan sebanyak 29 orang (96,7%). Responden yang merupakan pasien skizofrenia sebanyak 30 orang (50%) dan yang m erupakan responden normal sebanyak 30 orang (50%).
Diagnosis skizofrenia dan adanya riwayat keluarga penderita pada
pasien skizofrenia dilihat pada status kesehatan pasien (data sekunder) di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Diagnosis skizofrenia ini ditegakkan oleh
psikiater sesuai dengan Pedoman Diagnosis PPDGJ III di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta. Sedangkan responden normal ditegakkan dengan
mengadakan wawancara seputar riwayat penyakit skizofrenia dan saat ini
sedang tidak menderita skizofrenia (data primer).
[image:42.612.144.495.514.689.2]Dari 30 pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a dan 30 responden normal didapat kan dat a pola sidik jari pada 10 jari sebagai berikut . Tabel 2. Pola Sidik Jari Pasien Skizofrenia*
Pola Digit i Dext ra Digit i Sinist ra I II III IV V I II III IV V
Whorl 11 7 4 11 8 11 8 2 10 1
Ulnar Loop 14 19 24 15 18 15 14 23 18 25
Radial Loop 2 2 2 3 3 1 4 3 1 3
Archus 3 2 0 1 1 3 4 2 1 1
Jumlah 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Sumber : Dat a primer Agust us 2009
xliii
[image:43.612.147.490.157.337.2]* ) t abel out put SPSS unt uk st at ist ik pola sidik jari dapat dilihat pada lampiran 3 Tabel 3. Pola Sidik Jari Responden Normal*
Pola Digit i Dext ra Digit i Sinist ra I II III IV V I II III IV V
Whorl 7 4 3 9 7 7 7 3 6 9
Ulnar Loop 17 11 19 15 18 17 12 19 19 17
Radial Loop 3 7 3 4 3 1 3 4 3 2
Archus 3 8 5 2 2 5 8 4 2 2
Jumlah 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Sumber : Dat a primer Agust us 2009
* ) t abel out put SPSS unt uk st at ist ik pola sidik jari dapat dilihat pada lampiran 3 Tabel 2 dan 3 menunjukkan dist ribusi pola sidik jari (dermat oglif i) pada pasien skizofrenia dan responden normal. Pola sidik jari dibagi at as pola w horl, ulnar loop, radial loop, dan archus. Pemeriksaan sidik jari dilakukan pada 10 jari baik pada pasien skizofrenia maupun pada responden normal. Jari I adalah pollex (digit us primus), jari II adalah index (digit us medius), jari III adalah digit us medius (t ert ius), jari IV adalah digit us anularis (quart us), dan jari V adalah digit us minimus (quint us).
Jumlah sulur (Tot al Ridge Count) pada pasien skizof renia dan responden normal dikelompokkan dalam klasifikasi nilai TRC<10 dan nilai TRC≥ 10. Nilai p
menunjukkan nilai peningkat an jumlah sulur (TRC) apakah t erdapat peningkat an secara signif ikan at au t idak jika dibandingkan ant ara pasien skizofrenia dengan responden normal.
xliv
Jari I Dext ra-Pasien Skizof renia -Responden Normal 25 21 5 9 30 30 Jari II Dext ra
-Pasien Skizof renia -Responden Normal 16 14 14 16 30 30 Jari III Dext ra
-Pasien Skizof renia -Responden Normal 19 16 11 14 30 30 Jari IV Dext ra
-Pasien Skizof renia -Responden Normal 20 20 10 10 30 30 Jari V Dext ra
-Pasien Skizof renia -Responden Normal 19 14 11 16 30 30 Jari I Sinist ra
-Pasien Skizof renia -Responden Normal 23 18 7 12 30 30 Jari II Sinist ra
-Pasien Skizof renia -Responden Normal 12 14 18 16 30 30 Jari III Sinist ra
xlv
Jari IV Sinist ra-Pasien Skizof renia -Responden Normal 18 21 12 9 30 30 Jari V Sinist ra
-Pasien Skizof renia -Responden Normal 15 16 15 14 30 30 Sumber : Dat a primer Agust us 2009
* ) t abel out put SPSS unt uk st at ist ik TRC dapat dillihat pada lampiran 5
[image:45.612.146.433.103.262.2]Nilai PII (Pat t ern Int ensit y Index) pada pasien skizofrenia jika dibandingkan dengan responden normal juga dikelompokkan dalam klasifikasi PII<10 dan PII≥10.
Tabel 5. Nilai PII Pasien Skizofrenia dan Responden Normal* Ket erangan PII < 10 PII ≥ 10 Jumlah Pasien skizofrenia Responden normal 5 8 25 22 30 30 Sumber : Dat a primer Agust us 2009
* ) t abel out put SPSS unt uk st at ist ik PII dapat dillihat pada lampiran 4
Dari t abel 5 dit erlihat bahw a nilai PII <10 unt uk pasien skizofrenia sebanyak 5 orang (8,3%) dan unt uk responden normal sebanyak 8 orang (13,3%), sedangkan nilai PII ≥10 pada pasien skizofrenia sebanyak 25 orang (41,7%) dan pada responden
xlvi
B. Analisis Data
1. Penilaian Secara Analitik
[image:46.612.146.506.357.704.2]Dat a yang diperoleh dalam penelit ian ini dianalisis secara analit ik menggunakan uji analisis Chi Square (X²) at au uji alt ernat ifnya jika t idak m em enuhi, yang diolah m enggunakan St at ist ical Product and Service Solut ion (SPSS) 16 for Window s dengan hasil sebagai berikut : Apabila harga p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahw a Ho dit erima dan H1 dit olak (t idak ada hubungan), dan demikian sebaliknya.
Tabel 6. Hasil Perhit ungan Pola Sidik Jari*
Perhit ungan Ket erangan
Digit i I Dext ra p= 0.952 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara pola sidik jari pada jari I dext ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
Digit i II Dext ra p= 0.035 Terdapat perbedaan yang signifikan ant ara pola sidik jari pada jari II dext ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a dimana pola ulnar loop mendominasi.
Digit i III Dext ra p= 0.586 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara pola sidik jari pada jari III dext ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
Digit i IV Dext ra p= 1.000 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara pola sidik jari pada jari IV sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
xlvii
dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
Digit i I Sinist ra p= 0.998 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara pola sidik jari pada jari IV sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
Digit i II Sinist ra p= 0.952 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara pola sidik jari pada jari IV sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
Digit i III Sinist ra p= 0.998 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara pola sidik jari pada jari IV sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
Digit i IV Sinist ra p= 0.952 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara pola sidik jari pada jari IV sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
Digit i V Sinist ra p= 0.236 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara pola sidik jari pada jari V sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a dimana pola ulnar loop mendominasi.
[image:47.612.145.508.550.689.2]* )t abel out put SPSS unt uk st at ist ik Pola Sidik Jari dapat dilihat pada lampiran3 Tabel 7. Hasil Perhit ungan Jumlah Sulur (TRC)*
Perhit ungan Ket erangan
Digit i I Dext ra p= 0.222 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara jumlah sulur (TRC) pada jari I dext ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
xlviii
Jiw a Daerah Surakart a.
Digit i III Dext ra p= 0.432 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara jumlah sulur (TRC) pada jari III dext ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
Digit i IV Dext ra p= 1 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara jumlah sulur (TRC) pada jari IV dext ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
Digit i V Dext ra p= 0.194 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara jumlah sulur (TRC) pada jari V dext ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
Digit i I Sinist ra p= 0.165 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara jumlah sulur (TRC) pada jari I sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
Digit i II Sinist ra p= 0.165 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara jumlah sulur (TRC) pada jari II sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
Digit i III Sinist ra p= 0.297 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara jumlah sulur (TRC) pada jari III sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
Digit i IV Sinist ra p= 0.417 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara jumlah sulur (TRC) pada jari IV sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
Digit i V Sinist ra p= 0.796 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara jumlah sulur (TRC) pada jari V sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
xlix
Hasil Perhit ungan nilai PII (Pat t ern Int ensit y Index) pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a dengan responden normal nilai p= 0.347 (lampiran 4), maka dapat disimpulkan bahw a H0 dit erima dan H1 dit olak at au t idak ada perbedaan yang signifikan ant ara nilai PII dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.
2. Penilaian Secara Deskriptif
l
Tabel 8. Frekuensi Pola Sidik Jari dan Jumlah Triradius Tot al (PII) pada Pasein Skizofrenia Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a
No. Ulnar Loop Radial Loop Whorl Archus
∑
PIIDex Sin Dex Sin Dex Sin Dex Sin
1. 2 4 - - 3 1 - - 10 14
2. - - 3 2 2 3 - - 10 15
3. 3 4 - - 2 1 - - 10 13
4. 4 4 - - - - 1 1 10 8
5. - 4 4 - - - 1 1 10 8
6. - - - 1 5 4 - - 10 19
7. 4 3 - 1 1 1 - - 10 12
8. - - 5 5 - - - - 10 10
9. 1 - - - 1 - 4 5 10 3
10. 4 3 - - 1 1 - 1 10 11
11. 4 4 - - - - 1 1 10 8
12. 5 4 - 1 - - - - 10 10
13. 5 3 - - - 2 10 8
14. 3 4 - - 2 1 - - 10 13
15. - 1 - - 5 4 - - 10 19
16. 4 3 - - 1 2 - - 10 13
17. 2 2 - - 3 3 - - 10 16
18. 5 5 - - - 10 10
19. 2 3 - - 3 2 - - 10 15
li
21. 5 5 - - - 10 10
22. 3 4 - - 2 1 - - 10 13
23. 4 5 - - 1 - - - 10 11
24. - - - 1 5 4 - - 10 19
25. 2 3 - 1 2 1 1 - 10 12
26. 5 3 - - - 2 - - 10 12
27. 5 5 - - - 10 10
28. 5 4 - - - 1 - - 10 11
29. 4 5 - - 1 - - - 10 11
30. 5 5 - - - 10 10
∑
90 94 12 12 41 33 8 11 300 356% 29,9% 31,2% 4% 4% 13,6% 11% 2,7% 3,7%
100%
Rat a 61,1% 8% 24,6% 6,3% 11,87
lii
Tabel 9. Frekuensi Pola Sidik Jari dan Jumlah Triradius Tot al (PII) pada Responden Normal
No. Ulnar Loop Radial Loop Whorl Archus
∑
PIIDex Sin Dex Sin Dex Sin Dex Sin
1. - - 5 3 - 2 - - 10 12
2. 2 2 - - 2 2 1 1 10 12
3. 2 3 - - 3 1 - 1 10 13
4. 4 4 - 1 - - 1 - 10 9
5. 2 3 - - - - 3 2 10 5
6. 5 2 - 3 - - - - 10 10
7. 3 4 - - 2 1 - - 10 13
8. - - - - 5 5 - - 10 20
9. 1 - - - 4 5 - - 10 19
10. 4 3 - - 1 2 - - 10 13
11. 5 5 - - - 10 10
12. 5 4 - - - 1 10 9
13. 5 4 - - - 1 10 9
14. 4 4 - - 1 1 - - 10 12
15. 2 2 2 2 - 1 1 - 10 10
16. - - - 5 5 10 0
17. 2 3 1 - - - 2 2 10 6
18. - 1 - - - - 5 4 10 8
19. 3 3 - - - - 2 2 10 6
[image:52.612.131.524.160.723.2]liii
21. - 3 5 2 - - - - 10 10
22. 1 - - - 4 5 - - 10 20
23. 4 3 - - 1 2 - - 10 13
24. 4 4 1 - - 1 - - 10 11
25. 4 5 1 - - - 10 10
26. 3 5 - - 2 - - - 10 12
27. 4 4 1 1 - - - - 10 10
28. 2 3 - - 3 2 - - 10 15
29. 2 2 1 - 2 2 - 1 10 13
30. 5 4 - 1 - - - - 10 10
∑
80 84 20 13 30 32 20 21 300 330% 26,7% 28% 6,7% 4,3% 10% 10,7% 6,7% 7% 100%
Rat a 54,7% 11% 20,7% 13,7% 11
Sumber : Dat a primer Agust us 2009
Pada t abel 8 dan 9 dapat dilihat bahw a frekuensi sidik jari sangat bervariasi. Pada t abel 8 sebanyak 61,1% pasien skizofrenia berpola ulnar loop, kemudian 24,6% berpola w horl, 8% berpola radial loop, dan 6,3% berpola archus. Sedangkan pada t abel 9 probandus normal yang berpola ulnar loop sebanyak 54,7%, w horl sebanyak 20,7%, archus 13,7% dan radial loop 11%. Jika digambarkan dalam bent uk diagram t ampak sepert i diagram 1 di baw ah ini.
[image:53.612.133.521.106.432.2]liv
Tabel 10. Jumlah Sulur pada Ujung Jari Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a dan Responden Normal
No Skizof renia Normal
L/ P Kanan Kiri Tot al L/ P Kanan Kiri Tot al
1. L 82 70 152 P 63 72 135
2. L 71 81 152 P 44 34 78
3. L 63 63 126 P 74 39 113
4. L 24 24 48 P 35 41 76
5. L 34 25 59 P 16 25 41
6. L 76 74 150 P 60 48 108
7. L 79 67 146 P 65 62 127
8. P 64 50 114 P 91 82 173
9. P 25 0 25 P 57 58 115
10. P 64 77 141 P 55 55 110
11. P 42 45 87 P 21 22 43
12. P 61 53 114 P 20 15 35
13. P 30 16 46 P 46 33 79
lv
15. P 81 72 153 P 38 53 91
16. P 70 60 130 P - - -
17. L 92 84 176 P 15 13 28
18. L 47 37 84 P - 8 8
19. L 74 67 141 P 29 45 74
20. L 65 49 114 P 54 42 96
21. L 44 37 81 P 78 83 161
22. L 55 47 102 P 107 129 236
23. L 70 52 122 P 79 71 150
24. L 72 87 159 P 80 77 157
25. L 62 71 133 P 49 44 93
26. L 68 66 134 P 58 55 113
27. L 41 48 89 P 38 34 72
28. P 42 41 83 P 75 85 160
29. L 47 48 95 P 74 63 137
30. L 43 37 80 L 61 40 101
∑
L=19P =11
L = 1209
P = 542
L = 1134
P = 484
L = 2343
P = 1026 L =29
P = 1
L = 1468
P = 61
L = 1469
P = 40
L = 2937
P = 101
Tot al 1751 1618 3369 Tot al 1529 1509 3038
Rat a-rat a L = 64
P = 49
57
L = 60
P = 44
52
L = 123
P = 93
109
Rat a L = 61
P = 61
61
L = 40
P = 50
45
L = 101
P = 111
106
Sumber : Dat a primer Agust us 2009
lvi
jenis kelamin maka jumlah sulur t ot al pada pasien skizofrenia laki-laki 123 sulur dan perempuan 93 sulur. Sedangkan pada responden normal, jumlah sulur t ot al pada laki-laki 101 sulur dan perempuan 111 sulur. Jika digambarkan dalam bent uk diagram akan t ampak sepert i diagram 2 di baw ah.
Diagram 2. Jumlah Sulur Tot al Pasien Skizofrenia dan Responden Normal
Dari t abel 8 dan 9 dapat dilihat bahw a jumlah rat a-rat a t ot al t riradius (PII)