BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Medis
1. Kehamilan
a. Pengertian
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum serta dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut
kalender internasional. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester, dimana
trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15
minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu
(minggu ke-28 hingga ke-40). Kehamilan matur (cukup bulan)
berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43
minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36
minggu disebut kehamilan prematur, sedangkan bila lebih dari 43
minggu disebut kehamilan postmatur (Prawirohardjo, 2009).
Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung
terdiri dari Ovulasi (pelepasan ovum), Migrasi Spermatozoa dan
ovum, Konsepsi dan pertumbuhan zigot, Nidasi (Implementasi) pada
Jadi kehamilan adalah bertemunya/bersatunya sperma dan sel
telur di tuba falopi yang akan menjadi atau akan berkembang dan akan membelah diri menjadi morula, blastura dan grastula. Kemudian akan berimplantasi di endometrium dan akan berkembang menjadi janin selama 280 hari.
b. Diagnosis kehamilan
Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah
sekitar 280 sampai 300 hari. Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester,
yaitu trimester pertama (0 sampai 12 minggu), trimester kedua (13
sampai 28 minggu), dan trimester ketiga (29 sampai 42 minggu).
Tiga klasifikasi atau pembagian kehamilan dalam trimester (TM)
yaitu:
1) Trimester I (0 sampai 12 minggu)
a) Pengertian
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implementasi. Masa awal kehamilan ini dimulai
dari konsepsi sampai 12 minggu kehamilan (Irianti dkk,
2014)
b) Etiologi
Peristiwa kehamilan tidak terlepas dari kejadian yang
meliputi: pembentukan gamet (sel telur dan sel sperma),
ovulasi, pertemuan sel telur dan sel sperma serta implantasi
(1) Pembentukan gamet menurut prawirohardjo tahun 2009
yaitu:
(a) Ovum
Ovulasi atau pelepasan sel telur merupakan
bagian dari siklus menstruasi normal, yang terjadi
sekitar 14 hari sebelum menstruasi yang akan
datang. Pada saat ovulasi, ovum keluar dari robekan
folikel degraf menuju tuba. (b) Sperma
Sperma dibentuk di tubulus seminiferus dengan jumlah 100 juta/ml setiap ejakulasi. Pematangan
sperma berlangsung di epidimis bagian kepala, badan dan ekor. Sperma yang sudah matur berada
di epidimis bagian ekor dan siap untuk ejakulasi
(2) Proses Kehamilan menurut prawirohardjo tahun 2009
yaitu:
(a) Tahap inseminasi
Pada tahap ini terjadi proses ekspulsi cairan
semen yang dipancarkan kedalam vagina melalui
uretra. Sperma yang masuk kedalam saluran
reproduksi wanita sebanyak 3 cc setiap ejakulasi
yakni 300 juta. Sperma bergerak dari uterus menuju
(b) Tahap fertilisasi dan konsepsi
Fertilisasi dapat terjadi jika ada pertemuan dan penetrasi antara sel ovum dan sel sperma. Hasil dari
fertilisasi terjadilah zigot. Zigot membelah secara mitosis. pada saat zigot membelah menjadi 32 sel
disebut morula.di dalam morula terdapat blastosel
yang berisi cairan yang dikeluarkan oleh tuba fallopi, bentuk ini disebut blastosit. Lapisan terluar blastosit yaitu trofoblas berfungsi untuk menyerap makanan
dan merupakan calon tembuni atau ari-ari
(plasenta), sedang masa di dalamnya di sebut
simpul embrio yang merupakan calon janin. Dalam
waktu kurang lebih 5 - 7 hari blastosit berimplantasi
di uterus. Hormon estrogen dan progesteron
merangsang pertumbuhan uterus, dinding
endometrium menjadi tebal, lunak, dan banyak
mengandung pembuluh darah, serta mengeluarkan
sekret seperti air susu (uterin milk) sebagai makanan embrio.
(c) Tahap implantasi
Implantasi adalah proses insersi sel blastosis
kedinding rahim, 6 hari setelah fertilisasi. Trofoblas
menempel pada dinding uterus dan melepaskan
hormon korionik gonadotropin. Hormon ini
produksi hormon estrogen dan progesteron
sehingga mencegah terjadinya menstruasi. Embrio
telah kuat menempel setelah hari ke-12 dari
fertilisasi, selanjutnya akan terbentuk lapisan-lapisan
embrio. Blastosis biasanya berinsersi di dekat puncak rahim (fundus uteri), di bagian depan maupun dinding belakang fundus uteri. Sel-sel yang berada dibagian dalam dinding blastosis yang tebal
akan berkembang menjadi embrio. Sedangkan
sel-sel bagian luar yang tertanam pada dinding rahim
akan membentuk plasenta.
Kehamilan merupakan mata rantai yang
brsinambung dan terdiri dari ovulasi (pembuahan sel telur), migrasi spermatozoa (perpindahan sperma melalui mulut rahim-porsio-hingga tuba falopi) , dan
fertilisasi (pertemuan ovum dan sperma), nidasi
(pelekatan dinding endometrium) dan pertumbuhan
serta perkembangan zigot, pembentukan plasenta,
dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai usia
aterm.
c) Tanda kemungkinan hamil menurut manuaba tahun 2013,
yaitu:
(1) Tanda subjektif hamil
(b) Nausea (enek) dengan atau tanpa vomitus
(muntah) karena pengaruh hormone esterogen
dan progesterone menyebabkan pengeluaran
asam lambung yang berlebihan.
(c) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman
tertentu)
(d) Konstipasi atau obstipasi karena pengaruh
progesterone dapat menghambat peristaltic usus,
menyebabkan kesulitan buang air besar.
(e) Pingsan dan mudah lelah karena terjadi
gangguan sirkulasi kekepala menyebabkan
iskemia.
(f) Payudara Tegang.
(g) Anoreksia (tidak nafsu makan)
(h) Pigmentasi Kulit.
(2) Tanda objektif hamil menurut Manuaba (2013) yaitu:
(a) Pembesaran dan perubahan konsistensi rahim,
dengan memperhatikan tanda piscacek dan hegar .
(b) Perubahan warna dan konsistensi serviks .
(c) Kontraksi Braxton Hicks . (d) Terdapat balotement .
(e) Teraba bagian janin .
(f) Terdapat kemungkinan pengeluaran kolostrum .
(h) Terdapat kebiruan vagina/selaput lendir vulva (tanda
chadwick) d) Tanda pasti kehamilan
(1) Teraba gerakan janin dalam rahim
(2) Terdengar denyut jantung janin (hamil 12 minggu)
(3) Pemeriksaan rontgen terdapat kerangka janin
(4) Pemeriksaan ultrasonografi
(5) Terdapat kantong kehamilan, usia kehamilan 4 minggu.
(6) Terdapat fetal plate, usia kehamilan 4 minggu. (7) Terdapat kerangka janin,usia kehamilan 12 minggu.
(8) Terdapat denyut jantung janin, usia kehamilan 6 minggu.
e) Ketidak nyamanan ibu hamil TM I menurut Irianti, dkk
(2014) yaitu:
(1) Mual muntah atau emesis gravidarum merupakan suatu
keadaan mual yang terkadang disertai muntah
(frekuensi kurang dari 5 kali).
Kebutuhan fisiologis : Hindari bau dan faktor penyebab
lain, makan sedikit tapi sering, duduk tegak setiap kali
selesai makan, minum hangat atau makan biskuit kering
setelah bangun tidur sebelum beranjak dari tempat tidur
dan hindari makanan berminyak.
(2) Pusing biasanya terjadi diawal kehamilan
Kebutuhan fisiologis : Bangun secara perlahan – lahan
(3) Hipersaliva atau air liur berlebih
Kebutuhan fisiologis : dapat diatasi dengan menyikat
gigi, berkumur atau menghisap permenyang
mengandung mint.
(4) Mudah lelah, diakibatkan oleh penurunan drastic laju
metabolisme dasar pada awal kehamilan.
Kebutuhan fisiologis : meyakinkan bahwa kelelahan
adalah hal yang normalakan hilang secara spontan
pada TM II, beristirahat cukup, minum yang banyak
karena efek dari dehidrasi adalah kelelahan.
(5) Peningkatan frekuensi berkemih
Kebutuhan fisiologis : tidak mengurangi minum dan
tidak menahan BAK.
(6) Konstipasi
Kebutuhan fisiologis : perubahan gaya hidup seperti
perubahan konsumsi makanan, perbanyak buah dan
sayur.
f) Tanda bahaya ibu dan janin masa kehamilan muda atau
Trimester I menurut Hani, dkk (2011) yaitu :
(1) Nyeri kepala hebat hingga pandangan kabur
(2) Mual muntah berlebihan
(3) Perdarahan Pervaginam
(4) Nyeri perut bagian bawah : nyeri perut pada kehamilan
22 minggu atau kurang mungkin gejala utama pada
g) Patologi pada kehamilan TM I menurut Irianti, dkk (2014)
yaitu:
(1) Hiperemesis gravidarum (HEG) adalah suatu keadaan mual muntah pada kehamilan yang menetap dengan
frekuensi muntah lebih dari 5 kali sehari.
Penatalaksanaan : mengenali tanda dan gejala HEG
sehingga dapat melakukan upaya deteksi dini.jika ibu
datang dengan keadaan dehidrasi disertai penurunan
tingkat kesadaran melakukan penatalaksanaan awal
sebagai upaya penstabilan keadaan ibu sebelum
dilakukan penatalaksanaan lanjut. Terapi yang diberikan
yaitu vitamin B1 100 mg dicampur dengan 100 ml cairan
fisiologis diberikan dalam waktu 30-60 menit perminggu,
pemberian antiemetic, vitamin B6, dan terapi seroid
yang diberikan dokter dirumah sakit. Kewenangan bidan
dalam penatalaksanaan HEG adalah melakukan
penatalaksanaan pada HEG ringan dan deteksi dini
untuk dilakukan pengalihan asuhan.
(2) Abortus, yaitu berakhirnya kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang
dari 20 – 22 minggu.
Penatalaksanaan : deteksi dini komplikasi sebagai
penegak diagnosis dan penatalaksanaan lanjut.
(a) Abortus Iminens : biasanya diawali dengan keluhan perdarahan perevaginam pada umur kehamilan
kurang dari 20 minggu.penderita mengeluh mulas
sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali
perdarahan pervaginam.
(b) Abortus insipiens: penderita akan merasa mulas karena adanya kontraksi yang sering dan
kuat,perdarahan bertambah sesuai dengan
pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan.
(c) Abortus kompletus : seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
(d) Abortus inkompletus : semua hasil konsepsi keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.
(e) Missed abortion: biasanya penderita tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan
pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang
diharapkan.
(f) Abortus habitualis : abortus spontan yang terjadi 3kali atau lebih secara berturut-turut.
(3) Kehamilan ektopik, yaitu kehamilan diluar rongga rahim,
dimana telur telah dibuahi berimplantasi dan tumbuh
dilokasi lain selain lapisan dalam rahim.
Penatalaksanaan : kewenangan bidan dalam kasus
risiko yang dimiliki ibu saat pemeriksaan kehamilan
sehingga mampu melakukan deteksi dini. Diagnose
pasti yaitu USG oleh dokter dan pemeriksaan
laboratorium. Jika terdapat tanda – tanda syok lakukan
pencegahan syok dengan memberikan larutan isotonis
parenteral sebelum ibu dilakukan perawatan lebih lanjut.
(4) Molahidatidosa, yaitu kelainan tropoblas pada kehamilan, dimana sel-sel viili korialis berkembang membentuk gelembung-gelembung putih seperti
anggur, berisi cairan yang akan menyebabkan
kegagalan dalam pembentukan janin,sel-sel tersebut
akan berkembang menjadi sel-sel hidropik.
Penatalaksanaan : mengenali tanda dan gejala sebagai
penegakan diagnosis pada molahidatidosa ditentukan
dari hasil anamnesis dan pemeriksaan.
2) Trimester II
a) Pengertian
Kehamilan trimester II menurut Irianti, dkk (2014) adalah
keadaan dimana usia gestasi janin mencapai usia 13 minggu
hingga akhir minggu ke-27.
b) Ketidak nyamanan pada ibu hamil TM II menurut Irianti, dkk
(2014) yaitu:
(1) Pusing, merupakan timbulnya perasaan melayang
karena peningkatan volume plasma darah yang
Kebutuhan fisiologi : hindari berdiri secara tiba-tiba,
hindari berdiri terlalu lama, jangan lewatkan waktu
makan, dan berbaring dalam keadaan miring serta
waspadai keadaan anemia.
(2) Sering berkemih, seiring bertambahnya usai kehamilan,
massa uterus akan bertambah dan ukuran uterus
mengalami peningkatan, sehingga uterus membesar
kearah luar pintu atas panggul menuju rongga abdomen.
Asuhan yang dapat dilakukan bidan terkait seringnya
berkemih dijelaskan lebih lanjut pada keluhan sering
berkemih ditrimester III.
(3) Nyeri perut bawah,disebabkan oleh semakin
membesarnya uterus sehingga keluar dari rongga
panggul menuju rongga abdomen.
Kebutuhan fisiologis : menghindari berdiri secara
tiba-tiba dari posisi jongkok, mengajarkan posisi tubuh yang
baik sehingga memperingan gejala nyeri yang mungkin
timbul.
(4) Nyeri punggung keluhan ini di mulai pada usia kehamilan
12 minggu dan akan meningkat pada saat usia
kehamilan 24 minggu hingga menjelang persalinan.
Kebutuhan fisiologis : menjaga posisi tubuhnya, senam
(5) Secret vagina yang berlebih / leucorrhea
Kebutuhan fisiologis : menjaga kebersihan dirinya
dengan mengganti celana dalam sesering mungkin.
c) Tanda bahaya pada TM II menurut Hani, dkk (2011) yaitu:
Tanda Bahaya Ibu dan Janin Masa Kehamilan Lanjut
atau Trimester II yaitu:
(1) Sakit kepala yang hebat dan menetap
(2) Perubahan visual secara tiba – tiba (Pandangan kabur,
rabun senja)
(3) Nyeri abdomen yang hebat.
(4) Perdarahan Pervaginam
(5) Bengkak pada muka, tangan, dan kaki.
(6) Gerakan janin berkurang.
(7) Ketuban pecah sebelum waktunya.
d) Komplikasi pada kehamilan TM II menurut Irianti, dkk (2014)
yaitu:
(1) Penyakit penyerta pada ibu hamil seperti nyeri perut,
keputihan, penambahan ukuran uterus dapat terjadi
(molahidatidosa, makrosomnia, hidramnion atau
polahidramnion, dan oligohidramnion), dan penyakit penyerta lainnya.
Penatalaksanaan : melakukan deteksi dini yaitu
mengenali tanda/gejala yag muncul untuk penegakan
(2) Preeklamsia ringan merupakan tekanan darah ≥140/90
mmHg disertai protein urine dalam urine pada usia
kehamilan di atas 20 minggu, pada wanita yang tidak
memiliki riwayat hipertensi sebelumnya.
Penatalaksanaan : menganjurkan ibu untuk istirahat
cukup dan mengurangi konsumsi garam.
(3) Preeklamsia berat merupakan peningkatan tekanan
darah >160 mmHg sistol dan >110 mmHg diastole,
protein urine +3 atau +4.
Penatalaksanaan dengan pemberian bolus MgSO4 g IV
dilanjutkan dengan MgSO4 g IM.
(4) Eklamsia merupakan keadaan preeklamsia yang
disertai dengan penurunan tingkat kesadaran dan
disertai reaksi kejang, baik pada saat kehamilan
maupun persalinan.
Penatalaksanaan :deteksi dini dan memberikan terapi
bolus MgSO4 2 g IV dilanjutkan dengan MgSO4 4 g IM
setiap 4 jam dan nifedipin 10 mg peroral dilanjutkan 10
mg setiap 4 jam.
(5) Hipertensi gestasional merupakan peningkatan tekanan
darah yang terjadi akibat dari proses kehamilan, dimana
peningkatan tekanan darah secara abnormal terjadi
akibat proses kehamilan tanpa disertai dengan protein
urine. Hiperemesis gestasional terjadi pada usia
dengan istirahat cukup, kurangi konsumsi garam dan
deteksi dini sebagai penetapan diagnose.
(6) Gangguan kesejahteraan janin. Penatalaksanaan
kewenangan bidan adalah deteksi dini untuk penegakan
diagnose.
e) Kebutuhan pada kehamilan TM II menurut Irianti, dkk (2014)
yaitu:
(1) Kebutuhan konseling mengenai perubahan fisiologis
yang mungkin terjadi pada trimester II sehingga ibu
mampu memahami keadaan yang terjadi pada dirinya
selama kehamilan merupakan keadaan yang normal,
serta waspada terhadap keluhan yang menuju pada
keabnormalan.
(2) Kebutuhan konseling tentang nutrisi terkait penambahan
berat badan normal selama kehamilan dan batasan
penambahan berat badan yang diperbolehkan selama
kehamilan.
(3) Kebutuhan mengenai pemantauan tumbuh kembang
janin.
(4) Kebutuhan konseling tentang tanda bahaya yang
mungkin terjadi pada trimester II.
(5) Dukungan psikologis yang diberikan terkait perubahan
yang terjadi sehingga ibu tetap percaya diri dan mampu
melewati setiap fase kehamilannya dengan baik serta
3) Trimester III
a) Pengertian
Menurut Irianti, dkk (2014) Trimester III mencangkup minggu
ke 29 sampai 42 minggu kehamilan. Trimester III sering kali
disebut sebagai “ periode menunggu, penantian dan
waspada “ sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu
kelahiran bayinya.
b) Hal yang mendasari ketidaknyamanan pada ibu hamil
trimester III menurut Irianti, dkk (2014) adalah :
(1) Pertambahan ukuran eterus akibat dari perkembangan
janin dan plasenta serta turunnya kepala pada rongga
panggul menimbulkan pengaruh pada system organ
maternal. Hal tersebut menjadi dasar timbulnya
ketidaknyamanan pada ibu selama trimester III.
(2) Pada trimester III kadar progesterone mengalami
peningkatan dan stabil hingga 7 kali lebih tinggi dari
masa sebelum hamil.
(3) Penantian dan persiapan akan persalinan memengaruhi
psikologis ibu.
c) Ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester III menurut Irianti,
dkk (2014) yaitu:
(1) Sering berkemih
Kebutuhan fisiologis : sering berkemih hal normal akibat
jam sebelum tidur agar istirahat ibu tidak akan
terganggu.
(2) Varises dan wasir
Kebutuhan fisiologis :menghindari memaksakan
mengejan saat defekasi jika tidak ada rangsangan untuk
mengedan, sedangkan varises atau kram melakukan
exercise selama kehamilan dengan teratur, menjaga
sikap tubuh yang baik, tidur dengan posisi kaki sedikit
ditinggikan dan dalam keadaan miring.
(3) Sesak nafas
Kebutuhan fisiologis : mengurangi aktifitas yang berat
dan berlebihan ibu hamil perlu memperhatikan posisi
pada saat duduk dan berbaring.
(4) Bengkak pada kaki
Kebutuhan fisiologis : menghindari duduk dengan posisi
kaki menggantung, saat tidur posisi kaki sedikit
ditinggikan, dan hindari pakaian ketat.
(5) Kram pada kaki
Kebutuhan fisiologis : meluruskan kaki dan menekan
tumit.
(6) Gangguan tidur,mudah lelah, dan pusing
Kebutuhan fisiologis : minum air hangat, melakukan
aktivitas yang tidak menimbulkan stimulasi sebelum tidur,
(7) Nyeri perut bawah
Kebutuhan fisiologis : pemberian analgesic harus
mendapatkan pemantauan dari bidan atau dokter.
(8) Heardburn/ perasaan panas pada perut
Kebutuhan fisiologis : mengubah gaya hidup dan pola
nutrisi.
(9) Kontraksi Braxton hicks dapat menjadi penyebab
persalinan palsu
d) Perubahan psikologi pada trimester III menurut Hani, dkk
(2011) yaitu:
Sejumlah ketakutan muncul pada trimester III. Wanita
mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan
kehidupannya sendiri seperti : apakah nanti bayinya akan
lahir abnormal, terkait persalinan dan pelahiran (nyeri,
kehilangan kendali, hal-hal lain yang tidak diketahui) dll.
Mimpi-mimpi yang dialaminya merefleksikan rasa penasaran
dan ketakutannya akan proses persalinan dan komplikasi
yang akan dialaminya. Kehamilan dapat menimbulkan stress
bagi semua wanita, dukungan keluarga atau suami
diperlukan.
e) Tanda bahaya pada ibu hamil trimester III menurut Hani, dkk
(2011), yaitu:
Tanda bahaya pada ibu hamil trimester III sama dengan
tanda bahaya pada ibu hamil trimester II, yaitu :
(2) Perubahan visual secara tiba – tiba (Pandangan kabur,
rabun senja)
(3) Nyeri abdomen yang hebat.
(4) Perdarahan Pervaginam
(5) Bengkak pada muka, tangan, dan kaki.
(6) Gerakan janin berkurang.
(7) Ketuban pecah sebelum waktunya.
f) Patologis pada trimester III menurut Irianti, dkk (2014) yaitu:
(1) Plasenta previa : kelainan letak implantasi plasenta atau
plasenta previa. Plasenta previa diartikan sebagai keadaan dimana plasenta ternidasi secara tidak normal
sehingga menghalangi jalan lahir.
Penatalaksanaan asuhan bidan mampu melakukan
deteksi dini plasenta previa dalam asuhan antenatal
dengan mengenali faktor risiko, tanda serta gejala,
sehingga dapat mencegah komplikasi sedini mungkin.
(2) Solusio plasenta yaitu terlepasnya implantasi plasenta sebagian atau komplit dari normal implantasi dinding
uterus sebelum melahirkan setelah 20 minggu usia
kehamilan.
Penatalaksanaan asuhan kebidanan tergantung dengan
drajat syok maternal dan kondisi janin.tindak lanjut
(3) Premature Ruptured Of Membranes (PROM) adalah pecahnya membrane ketuban janin secara spontan
sebelum usia 37 minggu atau sebelum persalinan.
Penatalaksanaan asuhan kebidanan untuk menegakkan
diagnose yaitu dengan pemeriksaan inspekulo dan
menilai cairan yang dikeluarkan apakah besar dan
dimana sifat basa terjadi lakmus merah pada wanita.
(4) Infeksi saluran kemih merupakan masalah kesehatan
umum yang terjadi pada wanita hamil. Infeksi saluran
kemih dapat disebabkan keberadaan bakteri dalam urine
(bakteriuria) dengan gejala atau tanpa gejala.
Penatalaksanaan : menganjurkan untuk menjaga
kebersihan kecukupan asuhan cairan,dan keteraturan
frekuensi berkemih.
(5) Anemia merupakan kadar hemoglobin kurang dari 11
gr/dl.
Penatalaksanaan dapat di berikan defisiensi besi dapat
diberikan terapi dengan memberikan senyawa-senyawa
besi sederhana seperti fero sulfat, fumarat, dan glukonat.
c. Perubahan fisiologis pada kehamilan menurut Prawirohardjo tahun
2009, yaitu:
Segala perubahan fisik dialami wanita selama hamil berhubungan
dengan beberapa sistem yang disebabkan oleh efek khusus dari
hormon. Perubahan ini terjadi dalam rangka persiapan
perkembangan payudara untuk pembentukan/produksi air susu
selama masa nifas. Beberapa perubahan fisiologis yang timbul
selama masa hamil dikenal sebagai tanda kehamilan.
Perubahan fisiologi sebagian sudah terjadi segera setelah
fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Secara fisiologis
perubahan-perubahan yang dapat terjadi selama kehamilan antara
lain:
1) Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai
persalinan. Uterus mempunyai kemampuan untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti
keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalina.
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan. Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama
oleh hormon progesteron. Akan tetapi, setelah kehamilan 12
minggu lebih penambahan ukuran uterus didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi. pada awal kehamilan tuba fallopi, ovarium, dan ligamentum rotundum berada sedikit di bawah apek fundus, sementara pada akhir kehamialn akan berada
sedikit di atas pertengahan uterus.
Pada mingu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya seperti buah avokad. Seiring dengan
perkembangan kehamilannya, daerah fundus dan korpus akan
12 minggu. Pada akhir kehamilan 12 minggu uterus akan terlalu
besar dalam rongga pelvis dan seiring perkembangannya,
uterus akan menyentuh dinding abdominal, mendorong usus ke
samping dan ke atas, terus tumbuh hingga hampir menyentuh
hati. Pada saat pertumbuhan uterus akan berotasi ke arah
kanan, dekstrorotasi ini disebabkan oleh adanya rektosigmoid di daerah kiri pelvis. Pada triwulan akhir ismus akan berkembang
menjadi segmen bawah uterus. Pada akhir kehamilan otot-otot
uterus bagian atas akan berkontraksi sehingga segmen bawah
uterus akan melebar dan menipis. Batas antara segmen atas yang tebal dan segmen bawah yang tipis disebut dengan
lingkaran retraksi fisiologis.
2) Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lunak dan
kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat vaskularisasi dan
terjadinya edema pada seluruh seviks, bersaman dengan
terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-kelenjar
serviks.
Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan
heterogen yang mengalami perubahan yang luar biasa selama
kehamilan dan persalinan. Bersifat seperti katup yang
bertanggung jawab menjaga janin di dalam uterus sampai akhir
kehamilan dan selama persalinan. Serviks didominasi jaringan
ikat fibrosa. Komposisinya berupa jaringan matriks ekstraseluler
dan bagian sel yang mengandung otot dan fibroblas, epitel,
serta pembuluh darah.
Pada akhir trimester pertama kehamilan, berkas kolagen
menjadi kurang kuat terbungkus. Hal ini terjadi akibat penurunan
konsentrasi kolagen secara keseluruhan. Dengan sel-sel otot
polos dan jarinagan elastis, serabut kolagen bersatu dengan
arah paralel terhadap sesamanya sehingga serviks menjadi
luanak dibanding kondisi hamil, tetapi tetap mampu
mempertahankan kehamilan. Pada saat kehamilan mendekati
aterm, terjadi penurunan lebih lanjut dari konsentrasi kolagen.
Konsentrasinya menurun secara nyata dari keadaan yang relatif
dilusi dalam keadaan menyebar (dispersi) dan ter-remodel
menjadi serat.
Proses remodelling sangat kompleks dan melibatkan proses
kaskade biokikmia,interaksi antara komponen seluler dan
matriks ekstraseluler, serta infiltrasi stroma serviks oleh sel-sel
inflamasi seperti netrofil dan makrofag. Proses remodelling ini
berfungsi agar uterus dapat mempertahankan kehamilan sampai
aterm dan kemudian proses distruksi serviks yang membuatnya
berdilatasi memfasilitasi persalinan.
Proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan sehingga
siklus kehamilan yang berikutnya akan berulang. Waktu yang
tidak tepat bagi perubahan kompleks ini akan mengakibatkan
persalinan preterm,penundaan persalinan menjadi postermdan
3) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan
pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korp[us
luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan
berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan
setelah itu akan berperan sebagai penghasil progresteron dalam
jumlah yang relatif minimal.
Relaksin, suatu hormon proteinyang mempunyai struktur
mirip dengan insulin dan insulin like growth factor I & II, disekresikan oleh korpus luteum, desidua, plasenta, dan hati.
Aksi biologi utamanya adalah dalam proses remodelling jaringan
ikat pada saluran reproduksi, yang kemudian akan
mengakomodasi kehamilan dan keberhasilan proses persalinan.
Perannya belum diketahui secara menyeluruh, tetapi diketahui
mempunyai efek pada perubahan struktur biokimia serviks dan
kontraksi miometrium yang akan berimplikasi pada kehamilan
preterm.
4) Vagina dan Perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia
terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva,
sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang
dikenal dengan tanda chadwick. Perubahan ini meliputi
penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang
merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu
persalinan dengan meningkanya ketebalan mukosa,
mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot
polos.perubahan ini mengakibatkan bertambah panjangnya
dinding vagina. Papilla mukosa juga mengalami hipertrofi
dengan gambaran seperti paku sepatu.
Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, di mana
sekresi akan berwarna keputihan, menebal, dan pH antara 3,5-6
yang merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat
glikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari
lactobacillus acidopillus. 5) Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna
menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan
mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal
dengan nama striae gravidarum. Pada multipara selain striae
kemerahan itu seringkali ditemukan garis berwarna perak
berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya.
Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya
(linea alba) akan berubah menjadi hitam kecokelatan yang
disebut linea nigra. Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran
yang bervariasi pada wajah dan lebar yang disebut chloasma
atau plasma gravidarum. Selain itu, pada areola dan daerah
Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah
epidermal dan dermal yang penyebab pastinya belum diketahui.
Adanya peningkatan kadar serum melanocyte stimulating
hormon pada akhir bulan kedua masih sangat diragukan sebai
penyebabnya. Estrogen dan progesteron diketahui mempunyai
peran dalam melanogenesis dan diduga menjadi faktor
pendorongnya.
6) Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan
payudaranya akan menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua
payudara akan bertambah ukurannyadan vena-vena di bawah
kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar,
kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan
berwarna kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar.
Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai
bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat
diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prolactin
inhibiting hormone. Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman. Kelenjar Montgomentry, yaitu kelenjar sebasea dari areola, akan membesar dan cenderung akan
menonjol keluar. Jika payudara makin besar, striae seperti yang
akan terlihat pada perut akan muncul.
7) Sistem Metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan
darah, dan cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan
berat badan akan bertambah 12,5 kg. Pada trimester ke-2 dan
ke-3 pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambah
berat badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara pada
perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan
menambah berat badan per minggu masing-masing sebesar 0,5
kg dan 0,3 kg. Hasil konsepsi, uterus, dan darah ibu secara
relatif mempunyai kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan
lemak dan karbohidrat. WHO menganjurkan asupan protein per
hari pada ibu hamil 51 g. Pada kehamilan normal akan terjadi
hipoglikemia puasa yang disebabkan oleh kenaikan kadar
insulin, hiperglikemia postprandial dan hiperinsulinemia.
Konsentrasi lemak, lipoprotein, dan apoliprotein dalam
plasma akan meningkat selama kehamilan. Lemak akan
disimpan sebagian besar di sentral yang kemudian akan
digunakan janin sebagai nutrisi sehingga cadangan lemak itu
akan berkurang.
Selama kehamilan ibu akan menyimpan 30 g kalsium yang
sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan janin. Zinc (Zn)
sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan janin.
Kekurangan zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat. Pada perempuan hamil dianjurkan asupan mineral ini
7,3-11,3 mg/hari, tetapi hanya pada perempuan-perempuan
Asam folat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pembelahan
sel dalam sintesis DNA/RNA. Defisiensi asam folat selama
kehamilan akan menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik
dan defisiensi pada masa prakonsepsi serta awal kehamilan
diduga akan menyebabkan neural tube defect pada janin
sehingga perempuan yang merencanakan kehamilan dianjurkan
mendapat asupan asam folat 0,4 mg/hari sampai usia kehamilan
12 minggu.
8) Sistem Kardiovaskuler
Pada minggu ke-5 cardiac output dan perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular sistemik. Selain itu, juga
terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu ke-10 dan 20
terjadi peningkatan volume plasma sehingga juga terjadi
peningkatan preload. Performa ventrikel selama kehamilan dipengaruhi oleh penurunan ressistensi vaskular sistemik dan
perubahan pada aliran pulsasi arterial. Peningkatan estrogen
dan progesteron juga akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi
dan penurunan resistensi vaskular perifer.
Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan
menekan vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada
dalam posisi terlentang. Penekanan vena kava inferior ini akan
mengurangi darah balik vena ke jantung. Akibatnya, terjadinya
penurunan preload dan cardiac output sehingga akan menyebabkan terjadinya hipotensi arterial yang dikenal dengan
akan mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran. Penekanan
pada aorta ini juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta
ke ginjal.
Selama trimester terakhir posisi terlentang akan membuat
fungsi ginjal menurun jika dibandingkan posisi miring. Karena
alasan inilah tidak dianjurkan ibu hamil dalam posisi pada akhir
kehamilan.
9) Traktus Digestivus
Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus
akan tergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti
apendiks yang akan bergeser ke arah atas dan lateral.
Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan motilitas
otot polos pada traktus digestivus dan penurunan sekresi asam
hidroklorid dan peptin di lambung sehingga akan menimbulkan
gejala berupa pyrosis (heartburn) yang disebabkan oleh refluks asam lambung ke esofagus bawah sebagai akibat perubahan
posisi lambung dan menurunnya tonus sfingter esofagus bagian
bawah.
Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga
dengan trauma sedang saja bisa menyebabkan perdarahan.
Epulis selama kehamilan akan muncul, tetapi setelah persalinan
akan berkurang secara spontan. Hemorroid juga merupakan
suatu hal yang sering terjadi sebagai akibat konstipasi dan
peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena
perubahan selama kehamilan baik secara anatomik maupun
morfologik.
10) Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan
tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga
menimbulkan berkemih. Ginjal akan membesar, glomerular
filtration rate, dan renal plasma flow juga akan meningkat. Pada
ureter akan terjadi dilatasi di mana sisi kanan akan lebih
membesar dibandingkan ureter kiri. Hal ini diperkirakan karena
ureter kiri dilindungi oleh kolon sigmoid dan adanya tekanan
yang kuat pada sisi kanan uterus sebagai konsekuensi dari
dekstrorotasi uterus. Ovarium kanan dengan posisi melintang di
atas ureter kanan juga diperkirakan sebagai faktor
penyebabnya.
11) Sistem Endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar
± 135%. Akan tetapi kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti
penting dalam kehamilan. Hormon prolaktin akan meningkat 10x
lipat pada saat kehamilan aterm. Kelenjar tiroid akan mengalami
pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat dari
hiperplasia dan peningkatan vaskularisasi. Pengaturan
konsentrasi kalsium sangat berhubungan erat dengan
magnesium, fosfat, hormon paratiroid, vitamin D, dan kalsitonin.
Adanya gangguan pada salah satu faktor itu akan menyebabkan
normal akan mengecil, sedangkan hormon androstenedion,
testosteron, aldosteron, dan kortisol akan meningkat.
12) Sistem Muskuloskeletal
Lordosis yang progesif akan menjadi bentuk yang umum
pada kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke
posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat berat ke
belakang arah dua tungkai. Sendi sakroilliaka, sakrokoksigis dan
pubis akan meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena
pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan
perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan
tidak enak pada bagian bawah punggung terutama pada akhir
kehamilan.
d. Program dan kebijakan teknis menurut Kaslam, dkk (2012) yaitu:
1) Kunjungan pertama (K1)
K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan
pelayanan terpadu dan kompehensif sesuai standar. Kontak
pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama,
sebaiknya sebelum minggu ke 8.
2) Kunjungan ke-4 (K4)
K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan
tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk
mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai
standar. (1-1-2). Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut : minimal
trimester ke-2 (>12 – 24 minggu), dan minimal 2 kali pada
trimester ke-3 (> 24 minggu sampai dengan kelahiran).
Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai
kebutuhan/indikasi dan jika ada keluhan,penyakit atau gangguan
kehamilan.
3) Penanganan komplikasi (PK)
PK adalah penanganan komplikasi kebidanan, penyakit
menular maupun tidak menular serta masalah gizi yang terjadi
pada waktu hamil,bersalin dan nifas. Pelayanan diberikan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi.
2. Persalinan
a. Pengertian
Persalinan merupakan proses keluarnya hasil konsepsi yang diikuti
dengan keluarnya plasenta dari jalan lahir. (Prawirohardjo, 2009)
Persalinan / kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik
ibu maupun janin. (Asri, 2012)
Jadi persalinan adalah proses dimana hasil konsepsi (air ketuban,
bayi, dan plasenta) keluar dari jalan lahir.
Menurut dr. Ida Bagus Gede Manuaba Sp.OG, 2010, h.164
persalinan dibagi 3 macam:
1) Persalinan spontan. Bila persalinan seluruhnya berlangsung
2) Persalinan Buatan. Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga
dari luar.
3) Persalinan anjuran. Bila persalinan yang diperlukan untuk
persalinan ditimbulkan dariluar dengan jalan merangsang.
b. Proses Terjadinya Persalinan menurut Manuaba (2013) yaitu:
Terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga
menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya
kekuatan his. Dengan penurunan hormon progesteron menjelang
persalinan dapat terjadi kontraksi. Kontraksi otot rahim menyebabkan:
1) Turunnya kepala, masuk pintu atas panggul, terutama
primigravida minggu ke-36.
2) Perut lebih melebar karena fundus uteri turun
3) Muncul saat nyeri di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot
rahim dan tertekannya pleksus Frankenhauser yang terletak sekitar serviks (tanda persalinan palsu)
4) Terjadi pelunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim
5) Terjadi pengeluaran lendir, lendir penutup serviks dilepaskan.
c. Tanda persalinan menurut Manuaba (2013) yaitu:
1) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak
kontraksi yang makin pendek.
2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir,
lendir campur darah).
3) Dapat disertai ketuban pecah.
4) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (pelunakan
d. Faktor yang mempengaruhi persalina menurut Asri (2012) yaitu:
Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah :
1) Power (tenaga yang mendorong anak)
a) His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalina.
b) Tenaga mengejan (kontraksi otot dinding perut)
2) Passage (panggul)
a) Bagian-bagian tulang panggul
b) Bagian-bagian pelvis minor
c) Bidang panggul
3) Passage (fetus) : presentasi janin, sikap janin, posisi janin, bentuk
atau ukuran kepala janin.
4) Plasenta
5) Psikologis / kondisi psikis ibu.
e. Tahapan Persalinan
1) Kala I
Adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai lengkap. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar
8 jam. Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan
pembukaaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan
multigravida 2 cm/jam (Asri, 2012).
a) Perubahan-perubahan fisiologi kala I menurut Asri (2012),
yaitu :
(1) Perubahan hormon.
Kala I → Ketuban meregang vagina bagian atas.
Setelah ketuban pecah → perubahan vagina dan dasar
panggul karena karena bagian depan.
(3) Perubahan serviks : Pendataran dan pembukaan
(4) Perubahan uterus
b) Keadaan psikologis ibu bersalin kala I menurut Asri (2012)
yaitu :
(1) Rasa takut
(2) Stress
(3) Ketidaknyamanan
(4) Cemas
(5) Marah-marah dll
c) Kebutuhan ibu bersalin kala I menurut Asri (2012) yaitu :
(1) Kebutuhan akan rasa aman dan nyaman
(2) Nutrisi
(3) Kebutuhan privasi
(4) Kebutuhan dukungan emosional,social dan spiritual.
d) Penyulit kala I menurut Asri (2012) yaitu :
(1) Partus lama
(2) Gawat janin
(3) Rupture uteri
Asuhan kebidanan pada awal kehamilan perlu memiliki
rencana rujukan dan penatalaksanaan awal penanganan
e) Tujuan asuhan kala I menurut Asri (2012) yaitu :
(1) Menyiapkan kelahiran bayi seoptimal mungkin sehingga
persalinan bayi dapat berjalan baik dan lancer tanpa
komplikasi, ibu dan bayi selamat dan sehat.
(2) Lama kala I : primi 12 jam dan multi 8 jam
2) Kala II
Kala II atau kala pengusiran, gejala utama menurut
Prawirohardjo (2009) yaitu:
a) His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit, durasi 50-100
detik.
b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai
pengeluaran cairan secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan nemdakati lengkap diikuti
keinginan mengejan.
d) Kedua kekuatan, his dan mengajan lebih mendorong
kepala bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu,
suboksiput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut
lahir ubun-ubun besar, ahi, hidung dan muka, serta kepala.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar
f) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan
bayi ditolong.
g) Lamanya kala II untuk primigrvida 50 menit dan
Menurut Asri (2012) yaitu:
a) Respon psikologis persalinan kala II
(1) Emotional distress
(2) Nyeri menurunkan kemampuan mengendalikan
emosional → cepat marah.
(3) Lemah
(4) Takut
(5) Kultur
b) Tanda gejala persalinan kala II, yaitu :
(1) Ibu merasakan ingin meneran bersama dengan
terjadinya kontraksi.
(2) Ibu merasakan ada peningkatan tekanan pada
rectum/vagina
(3) Perineum menonjol
(4) Vulva vagina dan spintar ani membuka.
(5) Meningkatnya pengeluaran lendir darah
c) Kebutuhan dasar selama persalinan
(1) Memberikan dukungan secara terus menerus kepada
ibu
(2) Menjaga kebersihan
(3) Kenyamanan ibu
d) Tanda bahaya kala II, yaitu :
(1) Tanda bahaya bagi janin
(a) Takikardia
(c) Deselerasi
(d) Meconium staining
(e) Hiperaktif
(f) Asidosis
(2) Tanda-tanda bahaya pada ibu :
(a) Perubahan tekanan darah
(b) Abnormalitas nadi
(c) Abnormalitas kontraksi
(d) Retraksi patologis.
(e) Gelisah atau kesakitan
Penatalaksanaan komplikasi atau tanda bahaya
sebelum rujukan adalah penatalaksanaan awal prarujukan
sesuai diagnosis.
3) Kala III (pelepasan uri)
Setelah kala II, kontraks uterus berhenti sekitar 5-10 menit.
Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta
pada lapisan Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim.
Lepasnya plasenta, tanda-tandanya: uterus menjadi bundar,
uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas kesegmen
bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi semburan
darah. (Prawirohardjo, 2009)
a) Kala uri menurut Asri (2012) yaitu:
(1) HIS pelepasan uri
Uterus menjadi bundar, semburan darah, tali pusat
memanjang, fundus uteri naik.
(3) Perdarahan dianggap patologis bila melebihi 500 cc.
(4) Sebab-sebab pengeluaran plasenta, yaitu : Pengecilan
rahim akibat kontraksi otot-otot rahim → perlekatan
plasenta sangat mengecil. Ditempat plasenta lepas
hematoma → plasenta terangkat dari dasarnya.
b) Manajemen aktif kala III menurut Sondhak (2013) yaitu :
(1) Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin.
(2) Memberikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah
bayi lahir.
(3) Lakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)
(4) Masasse fundus
4) Kala IV (observasi)
Dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan postpartum sering terjadi 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan: tingkat kesadaran penderita,
pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,
pernafasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan).
Perdarahan normal jika jumlahnya tidak melabihi 400-500 cc. (
Prawiroharjo, 2009)
Asri (2012) menyatakan bahwa sebelum meninggalkan
wanita postpartum harus diperhatikan 7 pokok penting, yaitu :
b) Tidak ada perdarahan pervaginam atau perdarahan lain
pada alat genital.
c) Plasenta dan selaput ketuban telah lahir lengkap.
d) Kandung kencing harus kosong.
e) Luka pada perineum telah terawat dengan baik, tidak ada
hematom.
f) Bayi dalam keadaan baik.
g) Ibu dalam keadaan baik.
f. Komplikasi yang mungkin terjadi pada persalinan menurut Asri (2012)
yaitu:
1) Distosia karena kelainan tenaga (Kelainan His)
2) Kelainan janin (Kelainan dalam letak atau bentuk janin, janin
dalam bahaya dan kelahiran ganda)
3) Kelainan jalan lahir (ukuran atau bentuk jalan lahir)
g. Program dan Kebijakan Teknis
Wikjosastro RI (2008) Menyatakan bahwa tujuh langkah dalam
membuat keputusan yaitu :
1) Mengumpulkan data utama dan relevan untuk membuat
keputusan
2) Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah
3) Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi
4) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk
mengatasi masalah
5) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi
6) Melaksanakan intervensi yang terpilih
7) Memantau dan mengevaluasi evektifitas asuhan atau intervensi
58 angkah Penatalaksanaan Persalinan Normal menurut Sondhak
(2013) yaitu :
1) Mengenali gejala dan tanda kala II
Melihat adanya tanda persalinan kala II, yaitu :
a) Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran.
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum.
c) Perineum tampak menonjol
d) Vulva dan sfingter ani membuka
2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan sesnsial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai didalam partus set.
3) Menggunakan APD (topi, kacamata, masker, clemek, dan spatu
boot)
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku,mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang
bersih.
5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan
meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi
7) Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik.
8) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa
yang sudah dibatasi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,
perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari
depan ke belakang membuang kapas atau kasa yang
terkontaminasi dalam wadah yang besar. Mengganti sarung
tangan (meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di
dalam larutan dekontaminasi, langkah 9)
Dengan mengguanakan teknik aseptik, melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks
sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan
pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam
larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannnya dalam
keadaan terbalik serta merendamnya didalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas).
10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) stelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf.
c) Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses
Pimpinan Meneran.
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
dengan keinginannya.
12) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan.
13) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
14) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu pada posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasanyaman).
15) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran.
16) Membimbing ibu meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk
meneran.
17) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu unuk
18) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya (tidak meminta ibu untuk berbaring terlentang).
19) Menganjurkan ibu unuk beristirahat diantara kontraksi.
20) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu.
21) Menganjurkan asupan cairan per oral.
22) Menilai DJJ setiap lima menit.
23) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
dalam waktu 120 menit (2jam) meneran untuk ibu primipara atau
60 menit (1jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak
mempunyai keinginan untuk meneran.
24) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil
posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,
anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak
kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi-kontraksi.
25) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
26) Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
27) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
28) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong
ibu.
29) Membuka partus set.
30) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
32) Lahirnya Kepala
Saat kepala bayi membuka vulva 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain tali, letakkan tangan yang
lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar
perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan
atau bernapas cepat saat kepala lahir.
33) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan
kain atau kasa yang bersih. (Langkah ini tidak harus dilakukan)
34) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses
kelahiran bayi:Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,
lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.Jika tali pusat melilit leher
bayi dengan erat, mengklemnya didua tempat dan memotongnya.
35) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
36) Lahirnya Bahu :
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan dimasing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke
arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul
dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke
arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
37) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas)
untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya
lahir.
38) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada
diatas (anterior) dari punggung kea rah kaki bayi untuk
menyangganya saat punggung kaki lahir.
39) Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu
kelahiran kaki.
40) Penanganan Bayi Baru Lahir
Menilai bayi dengan cepat (dalam30 detik), kemudian meletakkan
bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih
rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan
bayi ditempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia,
lakukan resusitasi. (lihat bab 26. Resusitasi Neonatus)
41) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
membiarkan kontak kulit ibu – bayi. Lakukan penyuntikan
oksitosin/i.m. (lihat keterangan dibawah)
42) Menjepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari tali pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
43) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
44) Mengeringkan bayi mengganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering,
mentupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi
mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.
45) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI atau Inisiasi
menyusui dini.
46) Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
47) Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik. Dalam waktu 2
menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit
I.M. di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
48) Penegangan Tali Pusat Terkendali
Memindahkan klem pada tali pusat. Meletakkan satu tangan
diatas kain yang ada diperut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan
menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan
tangan yang lain.
Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus ke arah
atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk
membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta
tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk
melakukan rangsangan puting susu. Mengeluarkan Plasenta
setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.Jika plasenta tidak lepas
setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit:
a) Mengurangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.
b) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung
kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.
e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit
sejak kelahiran bayi.
Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang
plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan
melahirkan selaput ketuban tersebut. Jika selaput ketuban robek,
memakai sarung tangan disinfeksi tinggi atau steril dan memeriksa
tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril
untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
49) Pemijatan Uterus
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
50) MenilaiPerdarahan
Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan
plasenta didalam kantung plastik atau tempat khusus. Jika uterus
tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik
mengambil tindakan yang sesuai.
Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserisasi yang mengalami perdarahan aktif.
51) Melakukan Prosedur Pascapersalinan
Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan
baik.Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan
dalam larutan klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang masih
bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril
atau meningkatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati
simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul
mati yang pertama.Melepaskan klem bedah dan meletakkannya
ke dalam larutan klorin 0,5%.Menyelimuti kembali bayi dan
menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya
bersih atau kering.Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian
ASI.
52) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam:
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
53) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan
yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
54) Jika ditemukan laserisasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang
sesuai.Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan
masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus, Mengevaluasi
kehilangan darah, Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan
kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascapersalinan. Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap
jam selama dua jam pertama ascapersalinan.Melakukan tindakan
55) Kebersihan dan Keamanan
Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5%
utuk dekontaminasi (10 menit).
56) Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.
Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuaai.Membersihkan ibu dengan air disinfeksi
tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lender, dan darah.
Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.Memastikan bahwa ibu nyaman.
57) Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk
melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air
bersih. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam klorin 0,5%,
membalikan bagian dalam keluar dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.Mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air mengalir.
58) Dokumentasi: Melengkapi patograf (halaman depan dan
3. Masa Nifas
a. Pengertian
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini
terjadi perubahan-perubahan fisiologi menurut Suherni (2009) yaitu:
1) Perubahan fisik
2) Involusi uterus dan pengeluaran lochea
3) Laktasi atau pengeluaran air susu ibu
4) Perubahan sistem tubuh lainnya
5) Perubahan psikis
b. Tujuan
Suherni (2009) menyatakan bahwa tujuan asuhan masa nifas, yaitu:
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologis
2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu maupun bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat.
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.
5) Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa nifas,
dapat mencegah beberapa kematian ibu maupun bayi.
c. Suherni (2009) menyatakan bahwa komplikasi yang mungkin terjadi
pada masa nifas yaitu :
1) Perdarahan pervaginam adalah kehilangan darah sebanyak
500cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan.
2) Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada
traktus genitalia yang terjadi pada setiap saat dimana terdapat
dua atau lebih dari hal-hal berikut, yaitu :
a) Nyeri pelvik.
b) Demam , C atau lebih.
c) Rabas vagina yang abnormal.
d) Rabas vagina yang berbau busuk.
e) Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus.
3) Kelainan payu dara seperti bendungan ASI dan mastitis
d. Adaptasi psikologis ibu masa nifas
Roito, dkk (2013) menyatakan bahwa tiga tahap perilaku wanita ketika
beradaptasi dengan perannya sebagai orang tua,yaitu :
1) Taking in (periode tingkah laku ketergantungan). Fase ketergantungan ibu segera setelah melahirkan yang menyerahkan
sepenuhnya kepada orang lainuntuk memenuhi
kebutuhannya.fase ini berlangsung 1 sampai 2 hari setelah bayi
lahir.