• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Medis - Vety Annalisa BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Medis - Vety Annalisa BAB II"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis

1. Kehamilan

a. Pengertian

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum serta dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut

kalender internasional. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester, dimana

trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15

minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu

(minggu ke-28 hingga ke-40). Kehamilan matur (cukup bulan)

berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43

minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36

minggu disebut kehamilan prematur, sedangkan bila lebih dari 43

minggu disebut kehamilan postmatur (Prawirohardjo, 2009).

Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung

terdiri dari Ovulasi (pelepasan ovum), Migrasi Spermatozoa dan

ovum, Konsepsi dan pertumbuhan zigot, Nidasi (Implementasi) pada

(2)

Jadi kehamilan adalah bertemunya/bersatunya sperma dan sel

telur di tuba falopi yang akan menjadi atau akan berkembang dan akan membelah diri menjadi morula, blastura dan grastula. Kemudian akan berimplantasi di endometrium dan akan berkembang menjadi janin selama 280 hari.

b. Diagnosis kehamilan

Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah

sekitar 280 sampai 300 hari. Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester,

yaitu trimester pertama (0 sampai 12 minggu), trimester kedua (13

sampai 28 minggu), dan trimester ketiga (29 sampai 42 minggu).

Tiga klasifikasi atau pembagian kehamilan dalam trimester (TM)

yaitu:

1) Trimester I (0 sampai 12 minggu)

a) Pengertian

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implementasi. Masa awal kehamilan ini dimulai

dari konsepsi sampai 12 minggu kehamilan (Irianti dkk,

2014)

b) Etiologi

Peristiwa kehamilan tidak terlepas dari kejadian yang

meliputi: pembentukan gamet (sel telur dan sel sperma),

ovulasi, pertemuan sel telur dan sel sperma serta implantasi

(3)

(1) Pembentukan gamet menurut prawirohardjo tahun 2009

yaitu:

(a) Ovum

Ovulasi atau pelepasan sel telur merupakan

bagian dari siklus menstruasi normal, yang terjadi

sekitar 14 hari sebelum menstruasi yang akan

datang. Pada saat ovulasi, ovum keluar dari robekan

folikel degraf menuju tuba. (b) Sperma

Sperma dibentuk di tubulus seminiferus dengan jumlah 100 juta/ml setiap ejakulasi. Pematangan

sperma berlangsung di epidimis bagian kepala, badan dan ekor. Sperma yang sudah matur berada

di epidimis bagian ekor dan siap untuk ejakulasi

(2) Proses Kehamilan menurut prawirohardjo tahun 2009

yaitu:

(a) Tahap inseminasi

Pada tahap ini terjadi proses ekspulsi cairan

semen yang dipancarkan kedalam vagina melalui

uretra. Sperma yang masuk kedalam saluran

reproduksi wanita sebanyak 3 cc setiap ejakulasi

yakni 300 juta. Sperma bergerak dari uterus menuju

(4)

(b) Tahap fertilisasi dan konsepsi

Fertilisasi dapat terjadi jika ada pertemuan dan penetrasi antara sel ovum dan sel sperma. Hasil dari

fertilisasi terjadilah zigot. Zigot membelah secara mitosis. pada saat zigot membelah menjadi 32 sel

disebut morula.di dalam morula terdapat blastosel

yang berisi cairan yang dikeluarkan oleh tuba fallopi, bentuk ini disebut blastosit. Lapisan terluar blastosit yaitu trofoblas berfungsi untuk menyerap makanan

dan merupakan calon tembuni atau ari-ari

(plasenta), sedang masa di dalamnya di sebut

simpul embrio yang merupakan calon janin. Dalam

waktu kurang lebih 5 - 7 hari blastosit berimplantasi

di uterus. Hormon estrogen dan progesteron

merangsang pertumbuhan uterus, dinding

endometrium menjadi tebal, lunak, dan banyak

mengandung pembuluh darah, serta mengeluarkan

sekret seperti air susu (uterin milk) sebagai makanan embrio.

(c) Tahap implantasi

Implantasi adalah proses insersi sel blastosis

kedinding rahim, 6 hari setelah fertilisasi. Trofoblas

menempel pada dinding uterus dan melepaskan

hormon korionik gonadotropin. Hormon ini

(5)

produksi hormon estrogen dan progesteron

sehingga mencegah terjadinya menstruasi. Embrio

telah kuat menempel setelah hari ke-12 dari

fertilisasi, selanjutnya akan terbentuk lapisan-lapisan

embrio. Blastosis biasanya berinsersi di dekat puncak rahim (fundus uteri), di bagian depan maupun dinding belakang fundus uteri. Sel-sel yang berada dibagian dalam dinding blastosis yang tebal

akan berkembang menjadi embrio. Sedangkan

sel-sel bagian luar yang tertanam pada dinding rahim

akan membentuk plasenta.

Kehamilan merupakan mata rantai yang

brsinambung dan terdiri dari ovulasi (pembuahan sel telur), migrasi spermatozoa (perpindahan sperma melalui mulut rahim-porsio-hingga tuba falopi) , dan

fertilisasi (pertemuan ovum dan sperma), nidasi

(pelekatan dinding endometrium) dan pertumbuhan

serta perkembangan zigot, pembentukan plasenta,

dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai usia

aterm.

c) Tanda kemungkinan hamil menurut manuaba tahun 2013,

yaitu:

(1) Tanda subjektif hamil

(6)

(b) Nausea (enek) dengan atau tanpa vomitus

(muntah) karena pengaruh hormone esterogen

dan progesterone menyebabkan pengeluaran

asam lambung yang berlebihan.

(c) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman

tertentu)

(d) Konstipasi atau obstipasi karena pengaruh

progesterone dapat menghambat peristaltic usus,

menyebabkan kesulitan buang air besar.

(e) Pingsan dan mudah lelah karena terjadi

gangguan sirkulasi kekepala menyebabkan

iskemia.

(f) Payudara Tegang.

(g) Anoreksia (tidak nafsu makan)

(h) Pigmentasi Kulit.

(2) Tanda objektif hamil menurut Manuaba (2013) yaitu:

(a) Pembesaran dan perubahan konsistensi rahim,

dengan memperhatikan tanda piscacek dan hegar .

(b) Perubahan warna dan konsistensi serviks .

(c) Kontraksi Braxton Hicks . (d) Terdapat balotement .

(e) Teraba bagian janin .

(f) Terdapat kemungkinan pengeluaran kolostrum .

(7)

(h) Terdapat kebiruan vagina/selaput lendir vulva (tanda

chadwick) d) Tanda pasti kehamilan

(1) Teraba gerakan janin dalam rahim

(2) Terdengar denyut jantung janin (hamil 12 minggu)

(3) Pemeriksaan rontgen terdapat kerangka janin

(4) Pemeriksaan ultrasonografi

(5) Terdapat kantong kehamilan, usia kehamilan 4 minggu.

(6) Terdapat fetal plate, usia kehamilan 4 minggu. (7) Terdapat kerangka janin,usia kehamilan 12 minggu.

(8) Terdapat denyut jantung janin, usia kehamilan 6 minggu.

e) Ketidak nyamanan ibu hamil TM I menurut Irianti, dkk

(2014) yaitu:

(1) Mual muntah atau emesis gravidarum merupakan suatu

keadaan mual yang terkadang disertai muntah

(frekuensi kurang dari 5 kali).

Kebutuhan fisiologis : Hindari bau dan faktor penyebab

lain, makan sedikit tapi sering, duduk tegak setiap kali

selesai makan, minum hangat atau makan biskuit kering

setelah bangun tidur sebelum beranjak dari tempat tidur

dan hindari makanan berminyak.

(2) Pusing biasanya terjadi diawal kehamilan

Kebutuhan fisiologis : Bangun secara perlahan – lahan

(8)

(3) Hipersaliva atau air liur berlebih

Kebutuhan fisiologis : dapat diatasi dengan menyikat

gigi, berkumur atau menghisap permenyang

mengandung mint.

(4) Mudah lelah, diakibatkan oleh penurunan drastic laju

metabolisme dasar pada awal kehamilan.

Kebutuhan fisiologis : meyakinkan bahwa kelelahan

adalah hal yang normalakan hilang secara spontan

pada TM II, beristirahat cukup, minum yang banyak

karena efek dari dehidrasi adalah kelelahan.

(5) Peningkatan frekuensi berkemih

Kebutuhan fisiologis : tidak mengurangi minum dan

tidak menahan BAK.

(6) Konstipasi

Kebutuhan fisiologis : perubahan gaya hidup seperti

perubahan konsumsi makanan, perbanyak buah dan

sayur.

f) Tanda bahaya ibu dan janin masa kehamilan muda atau

Trimester I menurut Hani, dkk (2011) yaitu :

(1) Nyeri kepala hebat hingga pandangan kabur

(2) Mual muntah berlebihan

(3) Perdarahan Pervaginam

(4) Nyeri perut bagian bawah : nyeri perut pada kehamilan

22 minggu atau kurang mungkin gejala utama pada

(9)

g) Patologi pada kehamilan TM I menurut Irianti, dkk (2014)

yaitu:

(1) Hiperemesis gravidarum (HEG) adalah suatu keadaan mual muntah pada kehamilan yang menetap dengan

frekuensi muntah lebih dari 5 kali sehari.

Penatalaksanaan : mengenali tanda dan gejala HEG

sehingga dapat melakukan upaya deteksi dini.jika ibu

datang dengan keadaan dehidrasi disertai penurunan

tingkat kesadaran melakukan penatalaksanaan awal

sebagai upaya penstabilan keadaan ibu sebelum

dilakukan penatalaksanaan lanjut. Terapi yang diberikan

yaitu vitamin B1 100 mg dicampur dengan 100 ml cairan

fisiologis diberikan dalam waktu 30-60 menit perminggu,

pemberian antiemetic, vitamin B6, dan terapi seroid

yang diberikan dokter dirumah sakit. Kewenangan bidan

dalam penatalaksanaan HEG adalah melakukan

penatalaksanaan pada HEG ringan dan deteksi dini

untuk dilakukan pengalihan asuhan.

(2) Abortus, yaitu berakhirnya kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang

dari 20 – 22 minggu.

Penatalaksanaan : deteksi dini komplikasi sebagai

penegak diagnosis dan penatalaksanaan lanjut.

(10)

(a) Abortus Iminens : biasanya diawali dengan keluhan perdarahan perevaginam pada umur kehamilan

kurang dari 20 minggu.penderita mengeluh mulas

sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali

perdarahan pervaginam.

(b) Abortus insipiens: penderita akan merasa mulas karena adanya kontraksi yang sering dan

kuat,perdarahan bertambah sesuai dengan

pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan.

(c) Abortus kompletus : seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari

20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

(d) Abortus inkompletus : semua hasil konsepsi keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.

(e) Missed abortion: biasanya penderita tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan

pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang

diharapkan.

(f) Abortus habitualis : abortus spontan yang terjadi 3kali atau lebih secara berturut-turut.

(3) Kehamilan ektopik, yaitu kehamilan diluar rongga rahim,

dimana telur telah dibuahi berimplantasi dan tumbuh

dilokasi lain selain lapisan dalam rahim.

Penatalaksanaan : kewenangan bidan dalam kasus

(11)

risiko yang dimiliki ibu saat pemeriksaan kehamilan

sehingga mampu melakukan deteksi dini. Diagnose

pasti yaitu USG oleh dokter dan pemeriksaan

laboratorium. Jika terdapat tanda – tanda syok lakukan

pencegahan syok dengan memberikan larutan isotonis

parenteral sebelum ibu dilakukan perawatan lebih lanjut.

(4) Molahidatidosa, yaitu kelainan tropoblas pada kehamilan, dimana sel-sel viili korialis berkembang membentuk gelembung-gelembung putih seperti

anggur, berisi cairan yang akan menyebabkan

kegagalan dalam pembentukan janin,sel-sel tersebut

akan berkembang menjadi sel-sel hidropik.

Penatalaksanaan : mengenali tanda dan gejala sebagai

penegakan diagnosis pada molahidatidosa ditentukan

dari hasil anamnesis dan pemeriksaan.

2) Trimester II

a) Pengertian

Kehamilan trimester II menurut Irianti, dkk (2014) adalah

keadaan dimana usia gestasi janin mencapai usia 13 minggu

hingga akhir minggu ke-27.

b) Ketidak nyamanan pada ibu hamil TM II menurut Irianti, dkk

(2014) yaitu:

(1) Pusing, merupakan timbulnya perasaan melayang

karena peningkatan volume plasma darah yang

(12)

Kebutuhan fisiologi : hindari berdiri secara tiba-tiba,

hindari berdiri terlalu lama, jangan lewatkan waktu

makan, dan berbaring dalam keadaan miring serta

waspadai keadaan anemia.

(2) Sering berkemih, seiring bertambahnya usai kehamilan,

massa uterus akan bertambah dan ukuran uterus

mengalami peningkatan, sehingga uterus membesar

kearah luar pintu atas panggul menuju rongga abdomen.

Asuhan yang dapat dilakukan bidan terkait seringnya

berkemih dijelaskan lebih lanjut pada keluhan sering

berkemih ditrimester III.

(3) Nyeri perut bawah,disebabkan oleh semakin

membesarnya uterus sehingga keluar dari rongga

panggul menuju rongga abdomen.

Kebutuhan fisiologis : menghindari berdiri secara

tiba-tiba dari posisi jongkok, mengajarkan posisi tubuh yang

baik sehingga memperingan gejala nyeri yang mungkin

timbul.

(4) Nyeri punggung keluhan ini di mulai pada usia kehamilan

12 minggu dan akan meningkat pada saat usia

kehamilan 24 minggu hingga menjelang persalinan.

Kebutuhan fisiologis : menjaga posisi tubuhnya, senam

(13)

(5) Secret vagina yang berlebih / leucorrhea

Kebutuhan fisiologis : menjaga kebersihan dirinya

dengan mengganti celana dalam sesering mungkin.

c) Tanda bahaya pada TM II menurut Hani, dkk (2011) yaitu:

Tanda Bahaya Ibu dan Janin Masa Kehamilan Lanjut

atau Trimester II yaitu:

(1) Sakit kepala yang hebat dan menetap

(2) Perubahan visual secara tiba – tiba (Pandangan kabur,

rabun senja)

(3) Nyeri abdomen yang hebat.

(4) Perdarahan Pervaginam

(5) Bengkak pada muka, tangan, dan kaki.

(6) Gerakan janin berkurang.

(7) Ketuban pecah sebelum waktunya.

d) Komplikasi pada kehamilan TM II menurut Irianti, dkk (2014)

yaitu:

(1) Penyakit penyerta pada ibu hamil seperti nyeri perut,

keputihan, penambahan ukuran uterus dapat terjadi

(molahidatidosa, makrosomnia, hidramnion atau

polahidramnion, dan oligohidramnion), dan penyakit penyerta lainnya.

Penatalaksanaan : melakukan deteksi dini yaitu

mengenali tanda/gejala yag muncul untuk penegakan

(14)

(2) Preeklamsia ringan merupakan tekanan darah ≥140/90

mmHg disertai protein urine dalam urine pada usia

kehamilan di atas 20 minggu, pada wanita yang tidak

memiliki riwayat hipertensi sebelumnya.

Penatalaksanaan : menganjurkan ibu untuk istirahat

cukup dan mengurangi konsumsi garam.

(3) Preeklamsia berat merupakan peningkatan tekanan

darah >160 mmHg sistol dan >110 mmHg diastole,

protein urine +3 atau +4.

Penatalaksanaan dengan pemberian bolus MgSO4 g IV

dilanjutkan dengan MgSO4 g IM.

(4) Eklamsia merupakan keadaan preeklamsia yang

disertai dengan penurunan tingkat kesadaran dan

disertai reaksi kejang, baik pada saat kehamilan

maupun persalinan.

Penatalaksanaan :deteksi dini dan memberikan terapi

bolus MgSO4 2 g IV dilanjutkan dengan MgSO4 4 g IM

setiap 4 jam dan nifedipin 10 mg peroral dilanjutkan 10

mg setiap 4 jam.

(5) Hipertensi gestasional merupakan peningkatan tekanan

darah yang terjadi akibat dari proses kehamilan, dimana

peningkatan tekanan darah secara abnormal terjadi

akibat proses kehamilan tanpa disertai dengan protein

urine. Hiperemesis gestasional terjadi pada usia

(15)

dengan istirahat cukup, kurangi konsumsi garam dan

deteksi dini sebagai penetapan diagnose.

(6) Gangguan kesejahteraan janin. Penatalaksanaan

kewenangan bidan adalah deteksi dini untuk penegakan

diagnose.

e) Kebutuhan pada kehamilan TM II menurut Irianti, dkk (2014)

yaitu:

(1) Kebutuhan konseling mengenai perubahan fisiologis

yang mungkin terjadi pada trimester II sehingga ibu

mampu memahami keadaan yang terjadi pada dirinya

selama kehamilan merupakan keadaan yang normal,

serta waspada terhadap keluhan yang menuju pada

keabnormalan.

(2) Kebutuhan konseling tentang nutrisi terkait penambahan

berat badan normal selama kehamilan dan batasan

penambahan berat badan yang diperbolehkan selama

kehamilan.

(3) Kebutuhan mengenai pemantauan tumbuh kembang

janin.

(4) Kebutuhan konseling tentang tanda bahaya yang

mungkin terjadi pada trimester II.

(5) Dukungan psikologis yang diberikan terkait perubahan

yang terjadi sehingga ibu tetap percaya diri dan mampu

melewati setiap fase kehamilannya dengan baik serta

(16)

3) Trimester III

a) Pengertian

Menurut Irianti, dkk (2014) Trimester III mencangkup minggu

ke 29 sampai 42 minggu kehamilan. Trimester III sering kali

disebut sebagai “ periode menunggu, penantian dan

waspada “ sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu

kelahiran bayinya.

b) Hal yang mendasari ketidaknyamanan pada ibu hamil

trimester III menurut Irianti, dkk (2014) adalah :

(1) Pertambahan ukuran eterus akibat dari perkembangan

janin dan plasenta serta turunnya kepala pada rongga

panggul menimbulkan pengaruh pada system organ

maternal. Hal tersebut menjadi dasar timbulnya

ketidaknyamanan pada ibu selama trimester III.

(2) Pada trimester III kadar progesterone mengalami

peningkatan dan stabil hingga 7 kali lebih tinggi dari

masa sebelum hamil.

(3) Penantian dan persiapan akan persalinan memengaruhi

psikologis ibu.

c) Ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester III menurut Irianti,

dkk (2014) yaitu:

(1) Sering berkemih

Kebutuhan fisiologis : sering berkemih hal normal akibat

(17)

jam sebelum tidur agar istirahat ibu tidak akan

terganggu.

(2) Varises dan wasir

Kebutuhan fisiologis :menghindari memaksakan

mengejan saat defekasi jika tidak ada rangsangan untuk

mengedan, sedangkan varises atau kram melakukan

exercise selama kehamilan dengan teratur, menjaga

sikap tubuh yang baik, tidur dengan posisi kaki sedikit

ditinggikan dan dalam keadaan miring.

(3) Sesak nafas

Kebutuhan fisiologis : mengurangi aktifitas yang berat

dan berlebihan ibu hamil perlu memperhatikan posisi

pada saat duduk dan berbaring.

(4) Bengkak pada kaki

Kebutuhan fisiologis : menghindari duduk dengan posisi

kaki menggantung, saat tidur posisi kaki sedikit

ditinggikan, dan hindari pakaian ketat.

(5) Kram pada kaki

Kebutuhan fisiologis : meluruskan kaki dan menekan

tumit.

(6) Gangguan tidur,mudah lelah, dan pusing

Kebutuhan fisiologis : minum air hangat, melakukan

aktivitas yang tidak menimbulkan stimulasi sebelum tidur,

(18)

(7) Nyeri perut bawah

Kebutuhan fisiologis : pemberian analgesic harus

mendapatkan pemantauan dari bidan atau dokter.

(8) Heardburn/ perasaan panas pada perut

Kebutuhan fisiologis : mengubah gaya hidup dan pola

nutrisi.

(9) Kontraksi Braxton hicks dapat menjadi penyebab

persalinan palsu

d) Perubahan psikologi pada trimester III menurut Hani, dkk

(2011) yaitu:

Sejumlah ketakutan muncul pada trimester III. Wanita

mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan

kehidupannya sendiri seperti : apakah nanti bayinya akan

lahir abnormal, terkait persalinan dan pelahiran (nyeri,

kehilangan kendali, hal-hal lain yang tidak diketahui) dll.

Mimpi-mimpi yang dialaminya merefleksikan rasa penasaran

dan ketakutannya akan proses persalinan dan komplikasi

yang akan dialaminya. Kehamilan dapat menimbulkan stress

bagi semua wanita, dukungan keluarga atau suami

diperlukan.

e) Tanda bahaya pada ibu hamil trimester III menurut Hani, dkk

(2011), yaitu:

Tanda bahaya pada ibu hamil trimester III sama dengan

tanda bahaya pada ibu hamil trimester II, yaitu :

(19)

(2) Perubahan visual secara tiba – tiba (Pandangan kabur,

rabun senja)

(3) Nyeri abdomen yang hebat.

(4) Perdarahan Pervaginam

(5) Bengkak pada muka, tangan, dan kaki.

(6) Gerakan janin berkurang.

(7) Ketuban pecah sebelum waktunya.

f) Patologis pada trimester III menurut Irianti, dkk (2014) yaitu:

(1) Plasenta previa : kelainan letak implantasi plasenta atau

plasenta previa. Plasenta previa diartikan sebagai keadaan dimana plasenta ternidasi secara tidak normal

sehingga menghalangi jalan lahir.

Penatalaksanaan asuhan bidan mampu melakukan

deteksi dini plasenta previa dalam asuhan antenatal

dengan mengenali faktor risiko, tanda serta gejala,

sehingga dapat mencegah komplikasi sedini mungkin.

(2) Solusio plasenta yaitu terlepasnya implantasi plasenta sebagian atau komplit dari normal implantasi dinding

uterus sebelum melahirkan setelah 20 minggu usia

kehamilan.

Penatalaksanaan asuhan kebidanan tergantung dengan

drajat syok maternal dan kondisi janin.tindak lanjut

(20)

(3) Premature Ruptured Of Membranes (PROM) adalah pecahnya membrane ketuban janin secara spontan

sebelum usia 37 minggu atau sebelum persalinan.

Penatalaksanaan asuhan kebidanan untuk menegakkan

diagnose yaitu dengan pemeriksaan inspekulo dan

menilai cairan yang dikeluarkan apakah besar dan

dimana sifat basa terjadi lakmus merah pada wanita.

(4) Infeksi saluran kemih merupakan masalah kesehatan

umum yang terjadi pada wanita hamil. Infeksi saluran

kemih dapat disebabkan keberadaan bakteri dalam urine

(bakteriuria) dengan gejala atau tanpa gejala.

Penatalaksanaan : menganjurkan untuk menjaga

kebersihan kecukupan asuhan cairan,dan keteraturan

frekuensi berkemih.

(5) Anemia merupakan kadar hemoglobin kurang dari 11

gr/dl.

Penatalaksanaan dapat di berikan defisiensi besi dapat

diberikan terapi dengan memberikan senyawa-senyawa

besi sederhana seperti fero sulfat, fumarat, dan glukonat.

c. Perubahan fisiologis pada kehamilan menurut Prawirohardjo tahun

2009, yaitu:

Segala perubahan fisik dialami wanita selama hamil berhubungan

dengan beberapa sistem yang disebabkan oleh efek khusus dari

hormon. Perubahan ini terjadi dalam rangka persiapan

(21)

perkembangan payudara untuk pembentukan/produksi air susu

selama masa nifas. Beberapa perubahan fisiologis yang timbul

selama masa hamil dikenal sebagai tanda kehamilan.

Perubahan fisiologi sebagian sudah terjadi segera setelah

fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Secara fisiologis

perubahan-perubahan yang dapat terjadi selama kehamilan antara

lain:

1) Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai

persalinan. Uterus mempunyai kemampuan untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti

keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalina.

Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan. Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama

oleh hormon progesteron. Akan tetapi, setelah kehamilan 12

minggu lebih penambahan ukuran uterus didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi. pada awal kehamilan tuba fallopi, ovarium, dan ligamentum rotundum berada sedikit di bawah apek fundus, sementara pada akhir kehamialn akan berada

sedikit di atas pertengahan uterus.

Pada mingu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya seperti buah avokad. Seiring dengan

perkembangan kehamilannya, daerah fundus dan korpus akan

(22)

12 minggu. Pada akhir kehamilan 12 minggu uterus akan terlalu

besar dalam rongga pelvis dan seiring perkembangannya,

uterus akan menyentuh dinding abdominal, mendorong usus ke

samping dan ke atas, terus tumbuh hingga hampir menyentuh

hati. Pada saat pertumbuhan uterus akan berotasi ke arah

kanan, dekstrorotasi ini disebabkan oleh adanya rektosigmoid di daerah kiri pelvis. Pada triwulan akhir ismus akan berkembang

menjadi segmen bawah uterus. Pada akhir kehamilan otot-otot

uterus bagian atas akan berkontraksi sehingga segmen bawah

uterus akan melebar dan menipis. Batas antara segmen atas yang tebal dan segmen bawah yang tipis disebut dengan

lingkaran retraksi fisiologis.

2) Serviks

Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lunak dan

kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat vaskularisasi dan

terjadinya edema pada seluruh seviks, bersaman dengan

terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-kelenjar

serviks.

Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan

heterogen yang mengalami perubahan yang luar biasa selama

kehamilan dan persalinan. Bersifat seperti katup yang

bertanggung jawab menjaga janin di dalam uterus sampai akhir

kehamilan dan selama persalinan. Serviks didominasi jaringan

ikat fibrosa. Komposisinya berupa jaringan matriks ekstraseluler

(23)

dan bagian sel yang mengandung otot dan fibroblas, epitel,

serta pembuluh darah.

Pada akhir trimester pertama kehamilan, berkas kolagen

menjadi kurang kuat terbungkus. Hal ini terjadi akibat penurunan

konsentrasi kolagen secara keseluruhan. Dengan sel-sel otot

polos dan jarinagan elastis, serabut kolagen bersatu dengan

arah paralel terhadap sesamanya sehingga serviks menjadi

luanak dibanding kondisi hamil, tetapi tetap mampu

mempertahankan kehamilan. Pada saat kehamilan mendekati

aterm, terjadi penurunan lebih lanjut dari konsentrasi kolagen.

Konsentrasinya menurun secara nyata dari keadaan yang relatif

dilusi dalam keadaan menyebar (dispersi) dan ter-remodel

menjadi serat.

Proses remodelling sangat kompleks dan melibatkan proses

kaskade biokikmia,interaksi antara komponen seluler dan

matriks ekstraseluler, serta infiltrasi stroma serviks oleh sel-sel

inflamasi seperti netrofil dan makrofag. Proses remodelling ini

berfungsi agar uterus dapat mempertahankan kehamilan sampai

aterm dan kemudian proses distruksi serviks yang membuatnya

berdilatasi memfasilitasi persalinan.

Proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan sehingga

siklus kehamilan yang berikutnya akan berulang. Waktu yang

tidak tepat bagi perubahan kompleks ini akan mengakibatkan

persalinan preterm,penundaan persalinan menjadi postermdan

(24)

3) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan

pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korp[us

luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan

berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan

setelah itu akan berperan sebagai penghasil progresteron dalam

jumlah yang relatif minimal.

Relaksin, suatu hormon proteinyang mempunyai struktur

mirip dengan insulin dan insulin like growth factor I & II, disekresikan oleh korpus luteum, desidua, plasenta, dan hati.

Aksi biologi utamanya adalah dalam proses remodelling jaringan

ikat pada saluran reproduksi, yang kemudian akan

mengakomodasi kehamilan dan keberhasilan proses persalinan.

Perannya belum diketahui secara menyeluruh, tetapi diketahui

mempunyai efek pada perubahan struktur biokimia serviks dan

kontraksi miometrium yang akan berimplikasi pada kehamilan

preterm.

4) Vagina dan Perineum

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia

terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva,

sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang

dikenal dengan tanda chadwick. Perubahan ini meliputi

penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan

(25)

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang

merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu

persalinan dengan meningkanya ketebalan mukosa,

mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot

polos.perubahan ini mengakibatkan bertambah panjangnya

dinding vagina. Papilla mukosa juga mengalami hipertrofi

dengan gambaran seperti paku sepatu.

Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, di mana

sekresi akan berwarna keputihan, menebal, dan pH antara 3,5-6

yang merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat

glikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari

lactobacillus acidopillus. 5) Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna

menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan

mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal

dengan nama striae gravidarum. Pada multipara selain striae

kemerahan itu seringkali ditemukan garis berwarna perak

berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya.

Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya

(linea alba) akan berubah menjadi hitam kecokelatan yang

disebut linea nigra. Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran

yang bervariasi pada wajah dan lebar yang disebut chloasma

atau plasma gravidarum. Selain itu, pada areola dan daerah

(26)

Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah

epidermal dan dermal yang penyebab pastinya belum diketahui.

Adanya peningkatan kadar serum melanocyte stimulating

hormon pada akhir bulan kedua masih sangat diragukan sebai

penyebabnya. Estrogen dan progesteron diketahui mempunyai

peran dalam melanogenesis dan diduga menjadi faktor

pendorongnya.

6) Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan

payudaranya akan menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua

payudara akan bertambah ukurannyadan vena-vena di bawah

kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar,

kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan

berwarna kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar.

Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai

bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat

diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prolactin

inhibiting hormone. Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman. Kelenjar Montgomentry, yaitu kelenjar sebasea dari areola, akan membesar dan cenderung akan

menonjol keluar. Jika payudara makin besar, striae seperti yang

akan terlihat pada perut akan muncul.

7) Sistem Metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan

(27)

darah, dan cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan

berat badan akan bertambah 12,5 kg. Pada trimester ke-2 dan

ke-3 pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambah

berat badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara pada

perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan

menambah berat badan per minggu masing-masing sebesar 0,5

kg dan 0,3 kg. Hasil konsepsi, uterus, dan darah ibu secara

relatif mempunyai kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan

lemak dan karbohidrat. WHO menganjurkan asupan protein per

hari pada ibu hamil 51 g. Pada kehamilan normal akan terjadi

hipoglikemia puasa yang disebabkan oleh kenaikan kadar

insulin, hiperglikemia postprandial dan hiperinsulinemia.

Konsentrasi lemak, lipoprotein, dan apoliprotein dalam

plasma akan meningkat selama kehamilan. Lemak akan

disimpan sebagian besar di sentral yang kemudian akan

digunakan janin sebagai nutrisi sehingga cadangan lemak itu

akan berkurang.

Selama kehamilan ibu akan menyimpan 30 g kalsium yang

sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan janin. Zinc (Zn)

sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan janin.

Kekurangan zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin

terhambat. Pada perempuan hamil dianjurkan asupan mineral ini

7,3-11,3 mg/hari, tetapi hanya pada perempuan-perempuan

(28)

Asam folat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pembelahan

sel dalam sintesis DNA/RNA. Defisiensi asam folat selama

kehamilan akan menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik

dan defisiensi pada masa prakonsepsi serta awal kehamilan

diduga akan menyebabkan neural tube defect pada janin

sehingga perempuan yang merencanakan kehamilan dianjurkan

mendapat asupan asam folat 0,4 mg/hari sampai usia kehamilan

12 minggu.

8) Sistem Kardiovaskuler

Pada minggu ke-5 cardiac output dan perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular sistemik. Selain itu, juga

terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu ke-10 dan 20

terjadi peningkatan volume plasma sehingga juga terjadi

peningkatan preload. Performa ventrikel selama kehamilan dipengaruhi oleh penurunan ressistensi vaskular sistemik dan

perubahan pada aliran pulsasi arterial. Peningkatan estrogen

dan progesteron juga akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi

dan penurunan resistensi vaskular perifer.

Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan

menekan vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada

dalam posisi terlentang. Penekanan vena kava inferior ini akan

mengurangi darah balik vena ke jantung. Akibatnya, terjadinya

penurunan preload dan cardiac output sehingga akan menyebabkan terjadinya hipotensi arterial yang dikenal dengan

(29)

akan mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran. Penekanan

pada aorta ini juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta

ke ginjal.

Selama trimester terakhir posisi terlentang akan membuat

fungsi ginjal menurun jika dibandingkan posisi miring. Karena

alasan inilah tidak dianjurkan ibu hamil dalam posisi pada akhir

kehamilan.

9) Traktus Digestivus

Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus

akan tergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti

apendiks yang akan bergeser ke arah atas dan lateral.

Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan motilitas

otot polos pada traktus digestivus dan penurunan sekresi asam

hidroklorid dan peptin di lambung sehingga akan menimbulkan

gejala berupa pyrosis (heartburn) yang disebabkan oleh refluks asam lambung ke esofagus bawah sebagai akibat perubahan

posisi lambung dan menurunnya tonus sfingter esofagus bagian

bawah.

Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga

dengan trauma sedang saja bisa menyebabkan perdarahan.

Epulis selama kehamilan akan muncul, tetapi setelah persalinan

akan berkurang secara spontan. Hemorroid juga merupakan

suatu hal yang sering terjadi sebagai akibat konstipasi dan

peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena

(30)

perubahan selama kehamilan baik secara anatomik maupun

morfologik.

10) Traktus Urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan

tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga

menimbulkan berkemih. Ginjal akan membesar, glomerular

filtration rate, dan renal plasma flow juga akan meningkat. Pada

ureter akan terjadi dilatasi di mana sisi kanan akan lebih

membesar dibandingkan ureter kiri. Hal ini diperkirakan karena

ureter kiri dilindungi oleh kolon sigmoid dan adanya tekanan

yang kuat pada sisi kanan uterus sebagai konsekuensi dari

dekstrorotasi uterus. Ovarium kanan dengan posisi melintang di

atas ureter kanan juga diperkirakan sebagai faktor

penyebabnya.

11) Sistem Endokrin

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar

± 135%. Akan tetapi kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti

penting dalam kehamilan. Hormon prolaktin akan meningkat 10x

lipat pada saat kehamilan aterm. Kelenjar tiroid akan mengalami

pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat dari

hiperplasia dan peningkatan vaskularisasi. Pengaturan

konsentrasi kalsium sangat berhubungan erat dengan

magnesium, fosfat, hormon paratiroid, vitamin D, dan kalsitonin.

Adanya gangguan pada salah satu faktor itu akan menyebabkan

(31)

normal akan mengecil, sedangkan hormon androstenedion,

testosteron, aldosteron, dan kortisol akan meningkat.

12) Sistem Muskuloskeletal

Lordosis yang progesif akan menjadi bentuk yang umum

pada kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke

posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat berat ke

belakang arah dua tungkai. Sendi sakroilliaka, sakrokoksigis dan

pubis akan meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena

pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan

perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan

tidak enak pada bagian bawah punggung terutama pada akhir

kehamilan.

d. Program dan kebijakan teknis menurut Kaslam, dkk (2012) yaitu:

1) Kunjungan pertama (K1)

K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga

kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan

pelayanan terpadu dan kompehensif sesuai standar. Kontak

pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama,

sebaiknya sebelum minggu ke 8.

2) Kunjungan ke-4 (K4)

K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan

tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk

mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai

standar. (1-1-2). Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut : minimal

(32)

trimester ke-2 (>12 – 24 minggu), dan minimal 2 kali pada

trimester ke-3 (> 24 minggu sampai dengan kelahiran).

Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai

kebutuhan/indikasi dan jika ada keluhan,penyakit atau gangguan

kehamilan.

3) Penanganan komplikasi (PK)

PK adalah penanganan komplikasi kebidanan, penyakit

menular maupun tidak menular serta masalah gizi yang terjadi

pada waktu hamil,bersalin dan nifas. Pelayanan diberikan oleh

tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi.

2. Persalinan

a. Pengertian

Persalinan merupakan proses keluarnya hasil konsepsi yang diikuti

dengan keluarnya plasenta dari jalan lahir. (Prawirohardjo, 2009)

Persalinan / kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik

ibu maupun janin. (Asri, 2012)

Jadi persalinan adalah proses dimana hasil konsepsi (air ketuban,

bayi, dan plasenta) keluar dari jalan lahir.

Menurut dr. Ida Bagus Gede Manuaba Sp.OG, 2010, h.164

persalinan dibagi 3 macam:

1) Persalinan spontan. Bila persalinan seluruhnya berlangsung

(33)

2) Persalinan Buatan. Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga

dari luar.

3) Persalinan anjuran. Bila persalinan yang diperlukan untuk

persalinan ditimbulkan dariluar dengan jalan merangsang.

b. Proses Terjadinya Persalinan menurut Manuaba (2013) yaitu:

Terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga

menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya

kekuatan his. Dengan penurunan hormon progesteron menjelang

persalinan dapat terjadi kontraksi. Kontraksi otot rahim menyebabkan:

1) Turunnya kepala, masuk pintu atas panggul, terutama

primigravida minggu ke-36.

2) Perut lebih melebar karena fundus uteri turun

3) Muncul saat nyeri di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot

rahim dan tertekannya pleksus Frankenhauser yang terletak sekitar serviks (tanda persalinan palsu)

4) Terjadi pelunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim

5) Terjadi pengeluaran lendir, lendir penutup serviks dilepaskan.

c. Tanda persalinan menurut Manuaba (2013) yaitu:

1) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak

kontraksi yang makin pendek.

2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir,

lendir campur darah).

3) Dapat disertai ketuban pecah.

4) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (pelunakan

(34)

d. Faktor yang mempengaruhi persalina menurut Asri (2012) yaitu:

Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah :

1) Power (tenaga yang mendorong anak)

a) His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalina.

b) Tenaga mengejan (kontraksi otot dinding perut)

2) Passage (panggul)

a) Bagian-bagian tulang panggul

b) Bagian-bagian pelvis minor

c) Bidang panggul

3) Passage (fetus) : presentasi janin, sikap janin, posisi janin, bentuk

atau ukuran kepala janin.

4) Plasenta

5) Psikologis / kondisi psikis ibu.

e. Tahapan Persalinan

1) Kala I

Adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai lengkap. Lamanya kala I untuk

primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar

8 jam. Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan

pembukaaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan

multigravida 2 cm/jam (Asri, 2012).

a) Perubahan-perubahan fisiologi kala I menurut Asri (2012),

yaitu :

(1) Perubahan hormon.

(35)

Kala I → Ketuban meregang vagina bagian atas.

Setelah ketuban pecah → perubahan vagina dan dasar

panggul karena karena bagian depan.

(3) Perubahan serviks : Pendataran dan pembukaan

(4) Perubahan uterus

b) Keadaan psikologis ibu bersalin kala I menurut Asri (2012)

yaitu :

(1) Rasa takut

(2) Stress

(3) Ketidaknyamanan

(4) Cemas

(5) Marah-marah dll

c) Kebutuhan ibu bersalin kala I menurut Asri (2012) yaitu :

(1) Kebutuhan akan rasa aman dan nyaman

(2) Nutrisi

(3) Kebutuhan privasi

(4) Kebutuhan dukungan emosional,social dan spiritual.

d) Penyulit kala I menurut Asri (2012) yaitu :

(1) Partus lama

(2) Gawat janin

(3) Rupture uteri

Asuhan kebidanan pada awal kehamilan perlu memiliki

rencana rujukan dan penatalaksanaan awal penanganan

(36)

e) Tujuan asuhan kala I menurut Asri (2012) yaitu :

(1) Menyiapkan kelahiran bayi seoptimal mungkin sehingga

persalinan bayi dapat berjalan baik dan lancer tanpa

komplikasi, ibu dan bayi selamat dan sehat.

(2) Lama kala I : primi 12 jam dan multi 8 jam

2) Kala II

Kala II atau kala pengusiran, gejala utama menurut

Prawirohardjo (2009) yaitu:

a) His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit, durasi 50-100

detik.

b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai

pengeluaran cairan secara mendadak.

c) Ketuban pecah pada pembukaan nemdakati lengkap diikuti

keinginan mengejan.

d) Kedua kekuatan, his dan mengajan lebih mendorong

kepala bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu,

suboksiput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut

lahir ubun-ubun besar, ahi, hidung dan muka, serta kepala.

e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar

f) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan

bayi ditolong.

g) Lamanya kala II untuk primigrvida 50 menit dan

(37)

Menurut Asri (2012) yaitu:

a) Respon psikologis persalinan kala II

(1) Emotional distress

(2) Nyeri menurunkan kemampuan mengendalikan

emosional → cepat marah.

(3) Lemah

(4) Takut

(5) Kultur

b) Tanda gejala persalinan kala II, yaitu :

(1) Ibu merasakan ingin meneran bersama dengan

terjadinya kontraksi.

(2) Ibu merasakan ada peningkatan tekanan pada

rectum/vagina

(3) Perineum menonjol

(4) Vulva vagina dan spintar ani membuka.

(5) Meningkatnya pengeluaran lendir darah

c) Kebutuhan dasar selama persalinan

(1) Memberikan dukungan secara terus menerus kepada

ibu

(2) Menjaga kebersihan

(3) Kenyamanan ibu

d) Tanda bahaya kala II, yaitu :

(1) Tanda bahaya bagi janin

(a) Takikardia

(38)

(c) Deselerasi

(d) Meconium staining

(e) Hiperaktif

(f) Asidosis

(2) Tanda-tanda bahaya pada ibu :

(a) Perubahan tekanan darah

(b) Abnormalitas nadi

(c) Abnormalitas kontraksi

(d) Retraksi patologis.

(e) Gelisah atau kesakitan

Penatalaksanaan komplikasi atau tanda bahaya

sebelum rujukan adalah penatalaksanaan awal prarujukan

sesuai diagnosis.

3) Kala III (pelepasan uri)

Setelah kala II, kontraks uterus berhenti sekitar 5-10 menit.

Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta

pada lapisan Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim.

Lepasnya plasenta, tanda-tandanya: uterus menjadi bundar,

uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas kesegmen

bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi semburan

darah. (Prawirohardjo, 2009)

a) Kala uri menurut Asri (2012) yaitu:

(1) HIS pelepasan uri

(39)

Uterus menjadi bundar, semburan darah, tali pusat

memanjang, fundus uteri naik.

(3) Perdarahan dianggap patologis bila melebihi 500 cc.

(4) Sebab-sebab pengeluaran plasenta, yaitu : Pengecilan

rahim akibat kontraksi otot-otot rahim → perlekatan

plasenta sangat mengecil. Ditempat plasenta lepas

hematoma → plasenta terangkat dari dasarnya.

b) Manajemen aktif kala III menurut Sondhak (2013) yaitu :

(1) Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin.

(2) Memberikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah

bayi lahir.

(3) Lakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)

(4) Masasse fundus

4) Kala IV (observasi)

Dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

perdarahan postpartum sering terjadi 2 jam pertama.

Observasi yang dilakukan: tingkat kesadaran penderita,

pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,

pernafasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan).

Perdarahan normal jika jumlahnya tidak melabihi 400-500 cc. (

Prawiroharjo, 2009)

Asri (2012) menyatakan bahwa sebelum meninggalkan

wanita postpartum harus diperhatikan 7 pokok penting, yaitu :

(40)

b) Tidak ada perdarahan pervaginam atau perdarahan lain

pada alat genital.

c) Plasenta dan selaput ketuban telah lahir lengkap.

d) Kandung kencing harus kosong.

e) Luka pada perineum telah terawat dengan baik, tidak ada

hematom.

f) Bayi dalam keadaan baik.

g) Ibu dalam keadaan baik.

f. Komplikasi yang mungkin terjadi pada persalinan menurut Asri (2012)

yaitu:

1) Distosia karena kelainan tenaga (Kelainan His)

2) Kelainan janin (Kelainan dalam letak atau bentuk janin, janin

dalam bahaya dan kelahiran ganda)

3) Kelainan jalan lahir (ukuran atau bentuk jalan lahir)

g. Program dan Kebijakan Teknis

Wikjosastro RI (2008) Menyatakan bahwa tujuh langkah dalam

membuat keputusan yaitu :

1) Mengumpulkan data utama dan relevan untuk membuat

keputusan

2) Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah

3) Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi

4) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk

mengatasi masalah

5) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi

(41)

6) Melaksanakan intervensi yang terpilih

7) Memantau dan mengevaluasi evektifitas asuhan atau intervensi

58 angkah Penatalaksanaan Persalinan Normal menurut Sondhak

(2013) yaitu :

1) Mengenali gejala dan tanda kala II

Melihat adanya tanda persalinan kala II, yaitu :

a) Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran.

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum.

c) Perineum tampak menonjol

d) Vulva dan sfingter ani membuka

2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan sesnsial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai didalam partus set.

3) Menggunakan APD (topi, kacamata, masker, clemek, dan spatu

boot)

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku,mencuci

kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan

mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang

bersih.

5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan

meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi

(42)

7) Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik.

8) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa

yang sudah dibatasi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,

perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari

depan ke belakang membuang kapas atau kasa yang

terkontaminasi dalam wadah yang besar. Mengganti sarung

tangan (meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di

dalam larutan dekontaminasi, langkah 9)

Dengan mengguanakan teknik aseptik, melakukan

pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks

sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan

pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam

larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannnya dalam

keadaan terbalik serta merendamnya didalam larutan klorin 0,5%

selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas).

10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) stelah kontraksi berakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180

(43)

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan

semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada

partograf.

c) Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses

Pimpinan Meneran.

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai

dengan keinginannya.

12) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta

janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan temuan-temuan.

13) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat

mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai

meneran.

14) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu pada posisi setengah

duduk dan pastikan ia merasanyaman).

15) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran.

16) Membimbing ibu meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk

meneran.

17) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu unuk

(44)

18) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan

pilihannya (tidak meminta ibu untuk berbaring terlentang).

19) Menganjurkan ibu unuk beristirahat diantara kontraksi.

20) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat

pada ibu.

21) Menganjurkan asupan cairan per oral.

22) Menilai DJJ setiap lima menit.

23) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera

dalam waktu 120 menit (2jam) meneran untuk ibu primipara atau

60 menit (1jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak

mempunyai keinginan untuk meneran.

24) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil

posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,

anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak

kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi-kontraksi.

25) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera

setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

26) Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

27) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

28) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong

ibu.

29) Membuka partus set.

30) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

(45)

32) Lahirnya Kepala

Saat kepala bayi membuka vulva 5-6 cm, lindungi perineum

dengan satu tangan yang dilapisi kain tali, letakkan tangan yang

lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak

menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar

perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan

atau bernapas cepat saat kepala lahir.

33) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan

kain atau kasa yang bersih. (Langkah ini tidak harus dilakukan)

34) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai

jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses

kelahiran bayi:Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,

lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.Jika tali pusat melilit leher

bayi dengan erat, mengklemnya didua tempat dan memotongnya.

35) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

36) Lahirnya Bahu :

Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan dimasing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk

meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke

arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul

dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke

arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

37) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala

(46)

bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.

Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati

perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh

bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas)

untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya

lahir.

38) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada

diatas (anterior) dari punggung kea rah kaki bayi untuk

menyangganya saat punggung kaki lahir.

39) Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu

kelahiran kaki.

40) Penanganan Bayi Baru Lahir

Menilai bayi dengan cepat (dalam30 detik), kemudian meletakkan

bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih

rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan

bayi ditempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia,

lakukan resusitasi. (lihat bab 26. Resusitasi Neonatus)

41) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

membiarkan kontak kulit ibu – bayi. Lakukan penyuntikan

oksitosin/i.m. (lihat keterangan dibawah)

42) Menjepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari tali pusat bayi.

Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan

memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).

43) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

(47)

44) Mengeringkan bayi mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering,

mentupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi

mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

45) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI atau Inisiasi

menyusui dini.

46) Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

47) Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik. Dalam waktu 2

menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit

I.M. di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah

mengaspirasinya terlebih dahulu.

48) Penegangan Tali Pusat Terkendali

Memindahkan klem pada tali pusat. Meletakkan satu tangan

diatas kain yang ada diperut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan

menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan

menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan

tangan yang lain.

Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus ke arah

atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk

membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta

tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan

(48)

berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk

melakukan rangsangan puting susu. Mengeluarkan Plasenta

setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian ke arah atas,

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus.

Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.Jika plasenta tidak lepas

setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit:

a) Mengurangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.

b) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung

kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.

c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya.

e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit

sejak kelahiran bayi.

Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang

plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan

melahirkan selaput ketuban tersebut. Jika selaput ketuban robek,

memakai sarung tangan disinfeksi tinggi atau steril dan memeriksa

(49)

tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril

untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

49) Pemijatan Uterus

Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

50) MenilaiPerdarahan

Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa

plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan

plasenta didalam kantung plastik atau tempat khusus. Jika uterus

tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik

mengambil tindakan yang sesuai.

Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserisasi yang mengalami perdarahan aktif.

51) Melakukan Prosedur Pascapersalinan

Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan

baik.Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan

dalam larutan klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang masih

bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan

mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril

atau meningkatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati

(50)

simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul

mati yang pertama.Melepaskan klem bedah dan meletakkannya

ke dalam larutan klorin 0,5%.Menyelimuti kembali bayi dan

menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya

bersih atau kering.Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian

ASI.

52) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam:

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.

c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

53) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan

yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.

54) Jika ditemukan laserisasi yang memerlukan penjahitan, lakukan

penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang

sesuai.Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan

masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus, Mengevaluasi

kehilangan darah, Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan

kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama

pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua

pascapersalinan. Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap

jam selama dua jam pertama ascapersalinan.Melakukan tindakan

(51)

55) Kebersihan dan Keamanan

Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5%

utuk dekontaminasi (10 menit).

56) Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.

Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuaai.Membersihkan ibu dengan air disinfeksi

tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lender, dan darah.

Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan

kering.Memastikan bahwa ibu nyaman.

57) Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk

memberikan ibu minuman dan makanan yang

diinginkan.Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk

melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air

bersih. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam klorin 0,5%,

membalikan bagian dalam keluar dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.Mencuci kedua tangan

dengan sabun dan air mengalir.

58) Dokumentasi: Melengkapi patograf (halaman depan dan

(52)

3. Masa Nifas

a. Pengertian

Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.

Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini

terjadi perubahan-perubahan fisiologi menurut Suherni (2009) yaitu:

1) Perubahan fisik

2) Involusi uterus dan pengeluaran lochea

3) Laktasi atau pengeluaran air susu ibu

4) Perubahan sistem tubuh lainnya

5) Perubahan psikis

b. Tujuan

Suherni (2009) menyatakan bahwa tujuan asuhan masa nifas, yaitu:

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologis

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi

masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada

ibu maupun bayinya.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,

pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat.

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.

5) Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena

(53)

pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa nifas,

dapat mencegah beberapa kematian ibu maupun bayi.

c. Suherni (2009) menyatakan bahwa komplikasi yang mungkin terjadi

pada masa nifas yaitu :

1) Perdarahan pervaginam adalah kehilangan darah sebanyak

500cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan.

2) Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada

traktus genitalia yang terjadi pada setiap saat dimana terdapat

dua atau lebih dari hal-hal berikut, yaitu :

a) Nyeri pelvik.

b) Demam , C atau lebih.

c) Rabas vagina yang abnormal.

d) Rabas vagina yang berbau busuk.

e) Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus.

3) Kelainan payu dara seperti bendungan ASI dan mastitis

d. Adaptasi psikologis ibu masa nifas

Roito, dkk (2013) menyatakan bahwa tiga tahap perilaku wanita ketika

beradaptasi dengan perannya sebagai orang tua,yaitu :

1) Taking in (periode tingkah laku ketergantungan). Fase ketergantungan ibu segera setelah melahirkan yang menyerahkan

sepenuhnya kepada orang lainuntuk memenuhi

kebutuhannya.fase ini berlangsung 1 sampai 2 hari setelah bayi

lahir.

Gambar

Tabel 2.1: Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Nonoperatif
Tabel 2.2: Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode Operasi (Tubektomi)
Tabel 2.3: Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode Operasi (Vasektomi)
Tabel 2.4: Prosedur Penapisan Klien

Referensi

Dokumen terkait

Instruksi Presiden Republik Indonesia nomor 7 Tahun 1999 mewajibkan setiap instansi pemerintah untuk bertanggung jawab atas tugas pokok dan fungsi serta kewenangan

kesusastraan yang sampai kepada kita adalah Carita Parahyangan (dari akhir abad ke-16) kitab lain yang juga menyebut kerajaan Sunda adalah Kitab “Siksa Kandang

bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 60 Tahun 2013 tentang Kebijakan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2014, perlu menetapkan Peraturan

Dengan dibuatnya laporan biaya kualitas secara khusus dan berkala diharapkan pihak manajemen perusahaan dapat melakukan pengendalian atas kualitas produk serta

saluran kelenjar liur sekaligus dijumpai pula autoantibodi terhadap tiroid dengan angka kekerapan tinggi; secara histologik kelenjar air mata dan

SPA Unit Serapung memiliki nilai konservasi tinggi yang termasuk di dalam nilai konservasi tinggi 1 – 4, namun untuk nilai konservasi tinggi point kedua, yaitu

Dengan teknologi multimedia dapat digunakan sebagai media pembuatan video profil “Vihara Dhama Sundara” yang menjadi media informasi dan promosi agar dikenal oleh masyarakat

Dalam upaya menumbuhkan partisipasi publik guna mengungkap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam butir kesatu diatas, harus diciptakan iklim yang kondusif antara lain