• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi di Indonesia yang terletak pada bagian selatan Pulau Jawa berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. DI Yogyakarta memiliki kawasan kepesisiran seluas 745 km2 dari Kabupaten Kulonprogo hingga Kabupaten Gunungkidul (BPS, 2012). Panjang garis pantai DI Yogyakarta adalah 113 km yang terbagi dalam 3 kabupaten, 71 km Kabupaten Gunungkidul, 17 km Kabupaten Bantul, dan 25 km Kabupaten Kulon Progo (PPE Jawa, nd).

Kepesisiran DI Yogyakarta memiliki keberagaman ekosistem akibat adanya variasi interaksi komponen abiotik dan biotik. Ekosistem merupakan kesatuan komunitas memiliki dinamika interaksi antara komponen biotik dan abiotik sebagai suatu unit fungsional yang membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktifitas (Tansley pada Fitter, 2010; MEA, 2005; UU 27 th 2007). Variasi komponen abiotik dipengaruhi oleh perbedaan genetik dan material penyusun pantai satu dengan lainnya (Mardiatno, 2004; Khakim, 2009). Keberagaman komponen biotik disebabkan oleh kemampuan adaptasi biotik terhadap lingkungan fisik.

Ekosistem memberikan berbagai manfaat berupa jasa ekosistem. Jasa ekosistem dapat diartikan sebagai seluruh manfaat yang diperoleh dari ekosistem. Millenium Ecosystem Assessment (2005) mengklasifikasikan jasa ekosistem dalam empat kategori utama yaitu provisioning services (jasa penyedia), supporting services (jasa pendukung), regulating services (jasa pengaturan) dan cultural services (jasa kebudayaan). Macam jenis jasa ekosistem tiap kategori disajikan pada Tabel 1.1.

(2)

2

Tabel 1. 1. Berbagai Macam Jasa Ekosistem

Kategori Macam Jasa Ekosistem

Jasa penyedia Bahan pangan, serat, plasma nutfah, biokimia, air tawar Jasa pengaturan Pengatur kualitas udara, iklim, air, erosi, penghambat

tumbuhnya bibit penyakit, hama, penyerbukan, bencana alam

Jasa kebudayaan Keberagaman budaya, nilai keagamaan, nilai pendidikan, inspirasi, nilai keindahan, kekerabatan sosial, nilai warisan budaya, wisata

Jasa pendukung Pembentukan tanah, fotosintesis, daur nutrien, daur air Sumber : Millenium Ecosystem Assesment, 2005

Regulating services atau jasa pengaturan dapat berupa berbagai macam jasa yang dihasilkan oleh ekosistem terkait dengan pengaturan sistem dan proses yang terjadi di alam, termasuk didalamnya bencana alam. Perlindungan alamiah terhadap bencana alam kepesisiran yang diberikan oleh ekosistem kepesisiran terbukti mampu mengurangi dampak dari bencana alam. Beberapa kejadian tsunami yang pernah terjadi dapat menjadi contohnya seperti di Pesisir Barat Aceh tahun 2004, ekosistem mangrove dapat mengurangi dampak gelombang tsunami hingga 50-75% (Sukandarrumidi, 2009; UNEP, nd). Contoh lainnya yaitu bentuk muara sungai yang berbelok dan alamiah lebih menguntungkan dari segi pengurangan dampak empasan tsunami daripada muara sungai yang dinormalisasi (Sukandarrumidi, 2009).

Kawasan Kepesisiran DI Yogyakarta merupakan daerah rawan bencana kepesisiran, diantaranya tsunami dan erosi pantai. Bencana alam dapat berdampak pada hilangnya hidup, penghidupan, dan kepemilikan masyarakat. Database bencana alam (dibi) DI Yogyakarta menyebutkan tsunami dalam skala kecil pernah terjadi pada Kawasan Kepesisiran DI Yogyakarta pada tahun 2006 (dibi.jogjaprov.go.id). Kejadian ini menyebabkan 3 korban meninggal dan 3 korban luka. Dampak kejadian tsunami pada kawasan Kepesisiran DI Yogyakarta tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan tsunami Aceh tahun 2004 dan tsunami Krakatau tahun 1883, meskipun demikian Kepesisiran DI Yogyakarta masuk dalam satu dari delapan celah seismik yang berpotensi mengalami gempa

(3)

3

dengan magnitude yang besar (Marfai dkk, 2013a). Beberapa rekaman kejadian gempabumi di sekitar Pulau Jawa disajikan pada Tabel 1.2.

Tabel 1. 2. Gempabumi Besar (>6 SR) yang Terjadi di Sekitar Pulau Jawa

Tanggal Lokasi Magnitudo Menyebabkan Tsunami

20 Januari 1917 Bali 6,6 Ya

3 Juni 1994 Jawa Timur 7,8 Ya

26 Mei 2006 Yogyakarta 6,3 Tidak

17 Juli 2006 Tasikmalaya 7,7 Ya

8 Agustus 2007 Indramayu 7,5 Tidak

2 September 2009 Tasikmalaya 7 Ya

3 April 2011 Jawa 6,7 Tidak

Sumber : maps of world, 2014; USGS, 2014; wikipedia, 2014

Kondisi global menunjukkan kepesisiran merupakan area padat penduduk. Hal inilah yang menyebabkan meningkatnya risiko bencana sehingga kejadian bencana dan dampaknya meningkat dari waktu ke waktu. Kepadatan penduduk kepesisiran tiga kali lebih tinggi dibandingkan daratan pada tahun 2000 yaitu 99,6 banding 37,9 jiwa/km2 dengan jumlah penduduk sekitar 60% dari total populasi dunia (Pethick, 1984; Kay dan Alder pada MEA, 2005; Wolanski, ND). Berdasarkan SRES (Special Report on Emission Scenarios), populasi penduduk dunia di kepesisiran dari 1,2 milyar jiwa pada 1990 diproyeksikan menjadi 1,8 sampai dengan 5,2 miliyar jiwa pada 2080 (Nicholls dkk, 2007). Penduduk di kepesisiran tidak terdistribusi secara merata tetapi mengelompok pada daerah dengan ekosistem potensial. Sebanyak 71% penduduk dunia hidup pada ekosistem estuari, 31% pada ekosistem terumbu karang, 45% pada ekosistem mangrove, dan 49% pada ekosistem rumput laut (CIESN pada MEA, 2005). Jumlah dan bagian dari penduduk dunia yang tinggal di kawasan kepesisiran disajikan Tabel 1.3. Jumlah persentase tidak berjumlah 100% disebabkan karena adanya batas yang tidak tegas antar tiap jenis ekosistem sehingga terjadi tumpang tindih penghitungan luasan.

(4)

4

Tabel 1. 3. Jumlah dan Persentase dari Penduduk Dunia yang Tinggal pada Ekosistem Kepesisiran Hingga Jarak 50 km

Subtipe Penduduk (juta jiwa) Persen dari Penduduk Dunia (%) Persen dari Penduduk Kepesisiran (%) Estuari 1.599 27 71 Terumbu karang 711 12 31 Mangrove 1.030 18 45 Rumput laut 1.146 19 49 Total 5.596

Sumber : CIESN dalam MEA, 2005

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk kawasan Kepesisiran DI Yogyakarta pada tahun 2012 sejumlah 379.909 jiwa yang tinggal pada daerah seluas 745 km2. Jumlah, kepadatan penduduk, dan luas wilayah tiap kecamatan di Kepesisiran DI Yogyakarta secara lebih rinci disajikan dalam Tabel 1.4.

Tabel 1. 4. Jumlah, Kepadatan Penduduk, dan Luas Wilayah Tiap Kecamatan di Kawasan Kepesisiran DI Yogyakarta tahun 2012

Kab. Kecamatan Jumlah Penduduk

(Jiwa) Luas (km2) Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) G unungki dul Purwosari 19.618 71,76 273 Panggang 26.689 99,80 267 Saptosari 34.427 87,83 392 Tanjungsari 25.815 71,63 360 Tepus 32.035 104,91 305 Girisubo 22.290 94,57 236 Bantul Srandakan 28.755 18,32 1.570 Sanden 29.814 23,16 1.287 Kretek 29.470 26,77 1.101 K l. pr ogo Temon 24.465 36,30 674 Wates 44.003 32,00 1.375 Panjatan 33.400 44,59 749 Galur 29.127 32,91 885

Sumber : BPS Kab. Bantul, Kulonprogo dan Gunungkidul, 2012

Kepesisiran Kabupaten Bantul memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu 1.289 jiwa/km2 diikuti oleh Kulonprogo dan Gunungkidul dengan

(5)

masing-5

masing kepadatan penduduk 898 jiwa/km2 dan 303 jiwa/km2. Hal ini sejalan dengan kondisi global yang dikemukakan oleh CIESN dalam MEA (2005), ekosistem di Kepesisiran Bantul dan Kulonprogo lebih potensial dibandingkan dengan ekosistem di Kepesisiran Gunungkidul.

1.2. Rumusan Masalah

Konfigurasi fisik Kepesisiran DI Yogyakarta membuat daerah ini rawan akan berbagai bencana alam yang salah satunya yaitu tsunami. Besarnya jumlah penduduk yang tinggal di kepesisiran menyebabkan tingginya risiko kehilangan baik kehidupan, penghidupan maupun harta benda. Risiko ini tidak dapat dihilangkan, yang dapat dilakukan hanyalah meminimalisirnya. Pendekatan dalam pengurangan risiko bencana beragam macamnya, salah satunya yaitu pendekatan pengurangan risiko bencana berbasis ekosistem. Ekosistem kepesisiran telah terbukti memiliki jasa dalam pengurangan dampak bencana alam dan signifikan dalam mengurangi risiko bencana. Bervariasinya jenis ekosistem di Kawasan Kepesisiran DI Yogyakarta menyebabkan adanya perbedaan respon dalam menghadapi berbagai bencana alam kepesisiran. Respon yang berbeda tersebut menghasilkan perbedaan pada kemampuan dan bentuk dalam pengurangan risiko bencana. Respon tiap jenis ekosistem dapat diketahui dengan terlebih dahulu melakukan zonasi wilayah yang memiliki kesaamaan karakteristik ekosistem.

Jasa ekosistem pengurangan risiko bencana wujudnya abstrak dan tidak nampak secara langsung sehingga tidak banyak diketahui oleh pengampu kebijakan serta masyarakat luas, sehingga tak jarang hal ini dilupakan atau bahkan diabaikan dalam pengambilan kebijakan. Penghitungan total economic value (TEV) jasa ekosistem kawasan kepesisiran DI Yogyakarta berfungsi untuk mengubah bentuk yang abstrak tersebut jadi lebih nyata, sehingga pentingnya jasa ekosistem tampak jelas bagi pengampu kebijakan serta masyarakat luas. Variasi kemampuan dan bentuk pengurangan risiko bencana oleh ekosistem tentunya akan menghasilkan perbedaan nilai yang signifikan. Berdasarkan pernyataan yang telah dituliskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

(6)

6

1. Jasa ekosistem apa saja yang diberikan oleh tiap satuan ekosistem kawasan Kepesisiran DI Yogyakarta dalam pengurangan risiko bencana?

2. Berapa besarnya total economic value (TEV) jasa ekosistem yang diberikan oleh ekosistem dalam pengurangan risiko bencana pada KawasanKepesisiran DI Yogyakarta?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi jasa ekosistem Kawasan Kepesisiran DI Yogyakarta dalam pengurangan risiko bencana.

2. Menghitung besarnya total economic value (TEV) jasa ekosistem kawasan kepesisiran dalam pengurangan risiko bencana pada KawasanKepesisiran DI Yogyakarta.

1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Memperluas kajian mengenai kebencanaan dan jasa ekosistem, khususnya valuasi jasa ekosistem pesisir dalam pengurangan risiko bencana alam.

2. Menjadi acuan untuk penelitian berikutnya yang terkait dengan tema yang serupa.

3. Menjadi salah satu masukan dan pertimbangan dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan kepesisiran terpadu Kawasan Kepesisiran DI Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1. 1. Berbagai Macam Jasa Ekosistem
Tabel 1. 2. Gempabumi Besar (>6 SR) yang Terjadi di Sekitar Pulau Jawa Tanggal  Lokasi  Magnitudo  Menyebabkan Tsunami
Tabel 1. 4. Jumlah, Kepadatan Penduduk, dan Luas Wilayah Tiap Kecamatan  di Kawasan Kepesisiran DI Yogyakarta tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

dan janganlah seseorang di antara menuntut saya untuk berlaku z } a > lim dalam soal harta dan nyawa.” (HR. menegaskan dalam hadith tersebut, bahwa ikut campur dalam

sekolah oleh kepala sekolah pada SDIT Nurul Fikri Aceh besar, menunjukan bahwa kepala sekolah sudah mengimplementasikan pemberdayaan komite sekolah dengan melibatkan

Areal pertanaman padi sawah di Desa Ogoamas II lebih luas dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya, yang mana para petaninya sebagian besar mengusahakan usahatani

Bagaimana landasan filosofis, psikologis, sosial budaya serta ilmu pengetahuan dan teknologi dalam upaya pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menuju

Berbeda dengan berbagai indikator yang bersifat non-perilaku yang dapat dibuat standarnya, maka untuk promosi kesehatan, indikator dan parameternya dapat berubah

Terima kasih kepada pihak yang terlibat penyusunan buku ini, khususnya mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris kelompok 3 dan 4 Angkatan 2015 dan 2016 yang telah

Tetapi jika kita hanya tertarik pada berlatih postur yoga dengan tujuan utama menjaga kesehatan tubuh dan tidak memiliki tujuan untuk menyembuhkan pikiran dan emosi, maka pikiran

Hasil penelitian ini bahwa beberapa variabel mempunyai hasil sebagai berikut: (1) pemberian kompensasi finansial telah membuktikan adanya pengaruh positif dan