P-ISSN 2549-9629 E-ISSN 2549-9866
Tersedia online di http://jnh.stikesbanisaleh.ac.id Submisi: 1-03-2017 Review: 17-03-2017 Accepted : 20-03-2017 Publish :21-03-2017
Pengaruh Dukungan Kelompok Keluarga Sesama Penderita
(family
peer-led support group)
terhadap Pencegahan Relaps Penderita Skizofrenia
di Kabupaten Sleman, Yogyakarta
Abdul Ghofur¹*Nunuk Sri Puranti21
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 2
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
*ghofur71@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang. Psikoedukasi yang dilakukan oleh tenaga professional, belum sepenuhnya mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi keluarga. Oleh karena itu kontinuitas pelayanan pada tingkat masyarakat belum berjalan secara berkesinambungan dan terarah pada upaya pemberdayan keluarga dalam mengoptimalkan peran dan fungsinya sesuai tugas perkembangannya. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan kelompok keluarga sesama penderita (family peer-led support group) terhadap pencegahan relaps penderita skizofrenia. Metode. Metoda penelitian ini menggunakan quasi experimen dengan design pre dan post kontrol group. Sampel sebanyak 36 keluarga yang memiliki penderita skizofrenia yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Gamping II dan Godean I di Kabupaten Sleman, yang terbagi menjadi dua yaitu 18 orang keluarga pada kelompok perlakuan dan 18 orang keluarga pada kelompok kontrol. Tehnik pengambilan sample dengan randomized control trial. Hasil. Karakeristik keluarga yang mendukung keluarga sesame penderita skizofrenia (family peer-led support group) sebagian besar adalah orang tua (50%), sedangkan nilai mean ± Standar Deviasi (SD) untuk umur (tahun) (52,33± 0,507), lama interaksi dengan penderita (jam) (1,37±0,29) serta lama tinggal bersama penderita (tahun) (14,64±0,48). Sedangkan indikator kekambuhan menggunakan Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS) sebelum intervensi pada kelompok perlakuan memiliki nilai mean ± SD sebesar 25,06 ±11,79, setelah intervensi nilai mean ± SD sebesar 24,28±11,09; sedangkan kelompok kontrol nilai mean ± SD sebesar 19,83±5,38, setelah intervensi nilai mean ± SD sebesar 27,61±9,97. Berdasarkan analisis bivariate didapatkan hasil nilai mean ± SD sebesar 0,36±6,40 (t:-2,112; Sig α (<0,05):0,042; 95% CI:-16,788 sampai -0,322). Kesimpulan. Dukungan kelompok keluarga sesama penderita (family peer-led support group) dapat menurunkan risiko relaps penderita skizofrenia.
Kata Kunci : risiko relaps, dukungan keluarga sesama, skizofrenia
ABSTRACT
Background. Psychoeducation conducted by professionals, not fully able to overcome the problems faced by families. Therefore, continuity of services at the community level has not run continuously and focused its efforts on empowering families in optimizing the role and function according to development tasks. Family support among people with mental disorders in the form of group activities for socializing is one solution that will assist families in reducing the burden on families and care. Objectives. This study aims to determine the influence of the family support group of fellow patients (family peer-led support group) on the prevention of schizophrenia’s relapse. Method. This research method using a quasi-experimental design with pre and post control group. A sample of 36 families who have a schizophrenic patient who lived in Community Health Centres Godean I and Gamping II in Sleman district, which is divided into 18-person family in the treatment group and 18 families in the control group. Technics sampling with purposive sampling. Program interventions in the form of peer group psychoeducation and problem solving skills, communication skills and managing emotions, building comitment peer group, peer group support family. Results. Characteristic family support peer
families of people with are mostly parents (50%), while the mean ± Standard Deviation (SD) for age (years) (52.33 ± 0.507), duration of interaction with patients (h) (1.37 ± 0.29) and long stay with the patient (years) (14.64 ± 0.48). While indicators of relapse using the Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS) before the
11.09; while the control group mean ± SD of 19.83 ± 5.38, after intervention mean ± SD of 27.61 ± 9.97. Based on bivariate analysis showed mean ± SD of 0.36 ± 6.40 (t: 2.112; Sig α (<0.05): 0.042; 95% CI: 16.788 to -0.322). Thus the intervention program is statistically significant. Conclusion. Support family group of fellow patient (family peer-led support group) can reduce the risk of schizophrenia’s relapse.
Keywords : Family Support Fellow Patient, Risk Of Relapse, Schizophrenia
Pendahuluan
Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk DIY sebesar 2,7 per mil, sedangkan gangguan jiwa berat penduduk Indonesia sebesar 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak berdasarkan wilayah berlokasi di Propinsi D.I Yogyakarta, selain itu prevalensi gangguan jiwa berat yang tinggi diantaranya di Provinsi Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah.1 Sedangkan Wilayah Kabupaten Sleman terdapat 3.447 kasus yang telah di tangani oleh RS Ghrasia melalui program Desa Siaga Jiwa, penanganannya masih berorientasi pada penderita gangguan jiwa baik untuk deteksi gangguan jiwa maupun pemanfaatan pelayanan kesehatan sementara itu keluarga sebagai bagian dari penderita tidak pernah tersentuh dalam program. Oleh karena itu akses akan pelayanan kesehatan pada keluarga belum tertangani dengan baik.2 Skizofrenia merupakan gangguan mental yang serius yang berdampak tidak hanya pada penderita, namun juga keluarga.3 Lebih dari setengah penderita skizofrenia dirawat oleh keluarga.4 Kualitas interaksi keluarga dengan penderita akan memperanguhi risiko kekambuhan.5
Intervensi psikoedukasi keluarga mampu meningkatkan pengetahuan, menurunkan risiko kekambuhan dan meningkatkan kepatuhan penderita skizofrenia.4 Intervensi belum mampu mengurangi beban yang dialami keluarga,6 keluarga memerlukan teman untuk saling berbagi, dukungan, partisipasi serta kebutuhan saling bantu sesama keluarga yang mengasuh penderita skizofrenia.5 Dukungan sesama keluarga
pengasuh penderita skizofrenia mampu menurunkan beban akibat stress dalam
mengasuh penderita, membantu
meningkatkan koping keluarga serta membantu meningkatkan fungsi psikososial.8 Pelayanan pada pasien dan keluarga memerlukan waktu yang lama dan
permanen, untuk menunjang
keberlangsungan pencehagan kekambuhan.9 Psikoedukasi yang dilakukan oleh tenaga professional, belum sepenuhnya mampu mengatasi permasalahan yang di hadapi keluarga. Oleh karena itu kontinuitas pelayanan pada tingkat masyarakat belum berjalan secara berkesinambungan dan terarah pada upaya pemberdayan keluarga dalam mengoptimalkan peran dan fungsinya sesuai tugas perkembangannya. Dukungan keluarga sesama penderita gangguan jiwa berupa kegiatan berkelompok untuk bersosialisasi merupakan salah satu solusi yang akan membantu keluarga dalam mengurangi beban keluarga dan perawatan. Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu “Adakah pengaruh dukungan kelompok keluarga sesama penderita (family peer-led support group) dapat menurunkan risiko relaps penderita skizofrenia di Sleman, Yogyakarta?”
Tujuan penelitian ini adalah diketahui pengaruh
d
ukungan kelompok keluarga sesama penderita (family peer-led support group) dapat menurunkan risiko relaps penderita skizofrenia.Metode
Penelitian ini menggunakan method
quasi eksperimen dengan desain “pre-post test with control groups design’’. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki penderita skizofrenia yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Gamping II dan Puskesmas Godean I, Kab Sleman, Provinsi DI Yogyakarta sebanyak 190 orang. Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut :
= 36
Keterangan10
= 10 P1 = 0,5
1- = 90 P2 = 0,22
Sampel dalam penelitian ini menggunakan besar sampel sebanyak 36 subyek, yang terdiri dari 18 keluarga kelompok perlakuan dan 18 keluarga kelompok kontrol. Tehnik sampling dengan metode purposive sampling Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Keluarga tinggal satu rumah dengan penderita skizofrenia
b. Keluarga merupakan orang yang merawat penderita skizofrenia di rumah
c. Keluarga tidak menderita gangguan jiwa
d. Keluarga berusia 45-60 tahun
e. Keluarga bersedia menjadi responden penelitian
f. Penderita skizofrenia tidak dalam kondisi akut
Hasil
Hasil penelitian diperoleh data karakteristik responden yang terdiri dari karakteristik keluarga dan karakteristik pasien. Dalam sehari rata-rata keluarga berinteraksi dengan
penderita skizofrenia antara 1,08 sampai 1,66 jam dan sebagian besar keluarga adalah orang tua (50%) dan keluarga tinggal dengan penderita skizofrenia rata-rata selama 14,16
sampe 17,12 bulan (tabel 1)
Tabel 1 Karakteristik Keluarga yang memiliki Penderita Skizofrenia
Variabel n % mean±SD
1 Umur (tahun) 52,33± 0,507
2 Lama Tinggal (tahun) 14,64±0,48
3 Lama Interaksi dengan pasien (jam) 1,37±0,29
4 Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 16 20 44,4 55,6 5 Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. PT 16 8 10 2 44,4 22,2 27,8 5,6 6 Pekerjaan a. Tidak bekerja b. Petani c. Wiraswasta/buruh 14 2 20 38,9 5,6 55,6 7 Hubungan dengan penderita skizofrenia
b. Suami/istri c. Anak d. Saudara 6 6 6 16,7 16,7 16,7
Pada tabel 2, penderita skizofrenia lebih dekat dengan ayah atau ibu (33%) , demikian pula yang membantu penderita dalam mengontrol obat adalah ayah atau ibu (50%).
Sedangkan rata-rata pasien mulai minum abat 0,84 sampai 7,28 tahun, sementara pasien menderita skizofrenia antara 1,72 sampai 28,76 tahun.
Tabel 2 Karakteristik Penderita Skizofrenia
No Variabel n % mean±SD
1 Umur (tahun) 44,69± 14,99
2 Lama menderita skizofrenia (tahun) 13,52±15,24
3 Mulai minum obat (tahun) 4,06±3,22
4 Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 22 14 61,1 38,9 5 Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA 14 6 16 38,9 16,7 44,4 6
Orang terdekat pasien a. Orang tua
b. Ayah atau ibu c. Suami/istri d. Anak e. Saudara 8 12 8 2 6 22,2 33,3 22,2 5,6 16,7 9
Kontrol Obat Pasien a. Orang tua b. Ayah atau ibu c. Suami/istri d. Anak e. Saudara 2 18 2 8 6 5,6 50,0 5,6 22,2 16,7
Berdasarkan tabel 3 status kesehatan penderita skizofrenia sebelum dan sesudah intervensi rata-rata mengalami kenaikan baik pada indikator PANSS. Hasil penelitian ini mengindikasikan adanya perubahan nilai
mean dan SD sebelum dan sesudah intervensi baik pada perlakuan (sebelum:
25,06±11,79; sesudah: 24,28±11,09) maupun kontrol (sebelum: 19,83±5,38 ; sesudah:
27,61±9,97 ). Berdasarkan tabel 4, pada uji
normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dapat disimpulkan sebaran data pada hasil penelitian tersebut terdistribusi secara normal. Dengan demikian data dapat dianalisis menggunakan uji t test, karena data tersebut merupakan data parametrik.
Tabel 3 Status Kesehatan Penderita Skizofrenia Sebelum dan Sesudah Intervensi
No Variabel Mean±SD
Sebelum Sesudah
1
Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS) a. Perlakuan b. Kontrol 25,06±11,79 19,83±5,38 24,28±11,09 27,61±9,97
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data, Distribusi Mean dan Standard Deviasi Kelompok Perlakuan dan Kontrol pada Program Dukungan Sesama Keluarga yang memiliki Penderita Skizofrenia, Tahun 2016
Variabel Mean ± SD
Kolmogorov-Smirnov * Sig α**
PANSS 3,50±12,74 0,151 0,037
* Data terdistribusi normal, ** Sig α < 0,05
Hasil penelitian pada tabel 5 diperoleh informasi bahwa distribusi mean dan standard deviasi status mental penderita skizofrenia dengan penilaian Positive And Negative Syndrome Scale (PANSS) dengan nilai mean dan standar deviasi (SD) sebagai berikut 0,36±6,40 (t: -2,112, Sig α: 0,042,
95% CI: -16,788 sampai -0,322)
Dengan demikian hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa program dukungan keluarga sesama penderita skizofrenia mampu mencegah kekambuhan pada penderita skizofrenia.
Tabel 5. Hasil Uji t pada Variabel Skizofrenia di Wilayah Kerja Gamping dan Godean Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Tahun 2016
Variabel Mean ± SD t* Sig α** 95% CI
lower Upper
PANSS 0,36±6,40 -2,112 0,042 -16,788 -0,322
*Uji t test, **Sig α<0,05
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang risiko kekambuhan penderita skizofrenia dalam satu tahun yang lebih dari 3 (tiga) kali sebesar 42,1%, sedangkan yang kurang dari 2 kali per tahun sebesar 57,9%.11 Penyebab kekambuhan seringkali kurang pengetahuan keluarga dalam merawat penderita
skizofrenia dan kemampuan,
mengkspresikan perasaan.12 Hal ini dikarenakan perubahan kondisi mental penderita skizofrenia sangat dinamis dan sangat dipengaruhi oleh pola asuh dan ekpsresi emosi keluarga.13 Sebagai dasar penelitian sebelumnya, peneliti melakukan pengamatan risiko kekambuhan yang rencananya dilakukan selama empat bulan)
sejak oberservasi awal, oleh peneliti dilakukan selama satu bulan, karena mengingat perubahan kondisi status mental yang dinamis, sehingga diduga akan terjadi bias jika pengamatannya terlalu lama dengan intervensi.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 dan 2, dapat dibahas sebagai berikut keluarga sebagai caregiver umumnya adalah orang tua,12 rata-rata dalam sehari paling lama keluarga berinteraksi dengan penderita skizofrenia selama 1,66 jam pertemuan yang pendek memicu terjadinya kesalah pahaman dalam berkomunikasi dengan keluarga (ayah, ibu dan saudara kandung), sehingga terjadi perlakuan kasar dan ekspresi emosi yang
kekambuhan, sehingga menyebabkan penderita juga rentan terhadap dampak psikososial akibat kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain.14 Sebagian besar pengawas minum obat adalah ayah atau ibu, karena penderita lebih aman dengan kedua orang tuanya, sehingga dengan demikian peran orang tua menjadi caregiver bagi penderita skizofrenia.15
Hasil penelitian yang terlihat dalam tabel 5, dukungan keluarga sesama penderita skizofrenia dalam program pendampingan secara statistik bermakna dalam mencegah relaps. Intervensi ini membantu keluarga mendapatkan informasi tentang sumber daya yang bisa dimanfaatkan, membangun keterampilan (misalnya, komunikasi dan keterampilan pemecahan masalah), strategi perawatan diri, dan dukungan emosional kepada pengasuh dan kerabatnya.16
Psikoedukasi pada kelompok keluarga akan lebih kuat lagi pengaruhnya dengan melibatkan tehnologi mediasi yang akan menurunkan dampak positif dan negatif penderita skizofrenia.17 Kondisi ini disebabkan kurangnya informasi dari pendamping tentang gangguan, medikasi dan akses layanan kesehatan.18
Intervensi dukungan keluarga yang memiliki penderita skizofrenia mampu membangun harapan, berbagi pengalaman hidup dalam melakukan pendampingan sehingga memudahkan dalam memahami kondisi penderita skizofrenia,19 dengan
kondisi seperti ini penderita skizofrena akan mampu mendapatkan dukungan sosial, reintegrasi ke masyarakat, perasaan terganggu akibat stigma menurun serta lingkungan mampu memahami pasien20.
Psikoedukasi keluarga dilakukan secara rutin diberikan kepada anggota keluarga untuk menjaga mereka kontak dengan pelayanan kesehatan, meningkatkan pengetahuan dan keluarga mampu mengembangkan strategi koping yang baru.21
Intervensi psikososial pada keluarga menunjukkan efek positif yang signifikan penerimaan kembali, dan meningkatkan kepatuhan dalam minum obat secara teratur.22 Dengan dukungan kelurga
penderita akan menurunkan risiko
kekambuhan sehingga penderita skizofrenia bisa menggunakan ketrampilan sosial, self
efficayy dan meningkatnya kualitas hidup.23
Dukungan keluarga akan membantu penderita skizofrenia memiliki kemampuan dalam mengatasi perilaku agresif, perawatan rutine sehari-hari dan mampu untuk berinteraksi dengan orang lain lebih baik.22; mempercepat proses pemulihan penderita skizofrenia, mencegah kambuh serta membantu meningkatkan fungsi sosial dan kognitif24, meningkatkan kepatuhan minum obat7; meningkatkan pengalaman dalam menghadapi penderita serta mampu memberikan contoh bagi keluarga lainnya25, meningkatkan persepsi caregiver, self-efficacy, meningkatkan kepuasan keluarga serta mendorong untuk keterlibatan secara social.26,17 Hal ini sesuai dengan penelitiannya,27 bahwa pendampingan keluarga akan membantu menurunkan beban hidup dan meningkatkan kualitas hidup keluarga. Dukungan keluarga sesama penderita ini dilakukan dengan melakukan kegiatan psikoedukasi keluarga, pendampingan keluarga serta dukungan sesama caregiver.
Family peer to led dalam psikoedukasi mampu meningkatan peningkatan pengetahuan, perawatan diri, dukungan sosial, dan strategi manajemen diri18 dan mampu mendorong partisipasi keluarga dalam pemberdayaan dan keterlibatan dalam perawatan makin membaik,13 meningkatkan pemulihan diri penderita dan memberikan harapan bagi keluarga.28
Dukungan keluarga dalam
keterlibatan memberikan pendampingan kepada penderita skizofrenia mampu
menumbuhkan mengelola dan memberikan ketrampilan16 dalam penyelesaian masalah (skill coping). Program ini juga akan peningkatan pengetahuan, mengatasi, perawatan diri, dukungan sosial, dan strategi self management sehingga dapat mencegah relaps.29 Family peer to led membuktikan bahwa efektivitas program self-management mampu membantu pemulihan pasien dan mencegah relaps dan ini dapat menjadi dasar bagi program pemberdayaan keluarga.30
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan sebagai berikut:
1) Keterbatasan jumlah sampel yang belum mencerminkan keterwakilan kondisi keluarga yang memiliki penderita skizofrenia
2) Tidak dilakukan random dalam pengambilan sampel, sehingga hasilnya kurang merepresentasikan populasi yang ada.
Kesimpulan
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut
1) Karakteristik penderita skizofrenia: lama menderita paling besar lebih dari 7 tahun, sedangkan orang terdekatnya adalah ayah atau ibu, sehingga yang mengontrol minum obat sebagian besar adalah ayah atau ibu,
2) Pendampingan keluarga dengan penderita skizofrenia sebagian besar orang tua, keluarga berinterasi dengan pasien memerlukan waktu paling lama kurang dari dua jam dan berkumpul dengan keluarga paling lama kurang dari 2 tahun 3) Dukungan kelompok keluarga dapat
menurunkan risiko kemambuhan penderita skizofrenia. Semakin baik keluarga memberikan dukungan kepada keluarga lain yang memiliki penderita skizofrenia, maka risiko kekambuhan penderita akan menurun.
Saran
1) Keterlibatan keluarga dalam kelompok sebaya akan membantu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan keluarga. Dengan demikian program ini dapat dijadikan skreening bagi keluarga lain dalam upaya preventif dan promotiif.
2) Bagi Puskesmas, program peer to led
menjadi dasar dalam upaya meningkatkan pelayanan primer bagi penderita skizofrenia.
3) Bagi Poltekkes, menjadi kajian ilmiah terhadap peran pemberdayaan
keluarga dalam mencegah
kekambuhan dan pemanfaatan layanan Puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
Acri,M., Hooley.C.D.,Richardson.N., and MoabaL.B. (2016). Original paper: Peer Models in Mental Health for Caregivers and Families, Community Ment Health Journal, © Springer Science+Business Media New York, DOI 10.1007/s10597-016-0040-4
Amer. (2011). Diabet A Standards of medical care in diabetes-2011
American Diabetes Association. Diabetes Care, 34:S11–S61
Amelia, D.R dan Anwar, Z. (2013). Relaps Pada Pasien Skizofrenia, Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol 1, No 1 (2013)
Anonim. (2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Kementrian Kesehatan RI.
Bevan.S, Gulliford.J, Steadman. K, Taskila, T, Thomas. R and Moise. A (2013).
Working with Schizophrenia: Pathways to Employment, Recovery & Inclusion, F. Hoffmann-La Roche Ltd., Switzerland. The Work Foundation
Breitborde, N. J., Moreno, F. a, Mai-Dixon, N., Peterson, R., Durst, L., Bernstein, B., … McFarlane, W. R. (2011). Multifamily group psychoeducation and cognitive remediation for first-episode psychosis: a randomized controlled trial. BMC Psychiatry, 11(1), 9. Chan, K. K. S., & Mak, W. W. S. (2015).
Attentional Bias Associated with Habitual Self-Stigma in People with Mental Illness. Plos One, 10(7). Chan, S.W., Yip, B., Tso, S., Cheng, B.S., &
Tam, W. (2011). Evaluation of a psychoeducation program for Chinese clients with skizofrenia and their family caregivers. Patient Education and Counseling, 75(1), 67-76.
Chans . W . C . , L I Z . , Klainin -Yobasp, Tings, Chanm.F & E P. W. (2014). Effectiveness of a peer-led self-management programme for people with schizophrenia: protocol for a randomized controlled trial. Journal of Advanced Nursing 70(6), 1425– 1435. doi: 10.1111/jan.12306
Caqueo-Urízar, A., Rus-Calafell, M., Urzúa, A., Escudero, J., & Gutiérrez-Maldonado, J. (2015). The role of family therapy in the management of schizophrenia: challenges and solutions. Neuropsychiatric Disease and Treatment, 11, 145–51.
Chien, WT, Lui S, Clifton AV. (2013). Peer support for schizophrenia.
Cochrane Database of Systematic Reviews, Issue 12. Art. No.:
CD010880.DOI:
10.1002/14651858.CD010880. Chien, W. T., & Thompson, D. R. (2013).
An RCT with three-year follow-up of peer support groups for Chinese families of persons with schizophrenia. Psychiatric Services (Washington, D.C.), 64(10), 997– 1005.doi:10.1176/appi.ps.20120024 3
Duckworth K and Halpern , 2014, Peer support and peer-led family support for persons living with schizophrenia. Curr Opin Psychiatry. May;27(3):216-21 Geriani, D., Satish, K., & Savithry, B.
(2015). Burden of Care on Caregivers of Schizophrenia Patients : A Correlation to Personality and Coping, Journal of Clinical and Diagnostic Research, Mar, Vol-9(3); 1–5.
Giron M, Fernandez-Yanez A, Mana-Alvarenga S, Molina-Habas A,Nolasco A, Gomez-Beneyto M. (2010). Efficacy and effectiveness of individual family intervention on social and clinical functioning and family burden in severe schizophrenia: a 2-year randomized controlled study. PsycholMed. 40(1):73–84.
Gitasari N dan Savira.S.I, (2015). Pengalaman Family Caregiver
Orang dengan Skizofrenia, Jurnal Character . Volume 03 Nomor 2 Koolaee, A.K and Etemadi. (2010). A. The
outcome of family interventions for the mothers of schizophrenia patients in Iran. Int J Soc Psychiatry. 56(6):634–646
Kulhara P, Chakrabarti S, Avasthi A. (2009).
Sharma A, Sharma S.
Psychoeducational intervention for caregivers of Indian patients with schizophrenia: a
randomised-controlled trial. Acta Psychiatr Scand.;119(6):472–483
Lloyd-Evans, B., Mayo-Wilson, E., Harrison, B., Istead, H., Brown, E., Pilling, S., … Kendall, T. (2014). A systematic review and meta-analysis of randomised controlled trials of peer support for people with severe mental illness. BMC Psychiatry,
14(1), 39
Loughland CM, Lawrence G, Allen J. (2009). Aggression and trauma experiences among carer relatives of people with psychosis. Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol; 44:1031–1040
Miyamoto Y, Sono T. (2012). Lessons from peer support among individuals with mental health difficulties: a review of the literature. Clinical Practice & Epidemiology in Mental Health.8:822–9
Pharoah F, Mari J, Rathbone J, Wong W. (2010). Family intervention for schizophrenia. Cochrane Database Syst Rev. (12)
Pistrang N, Barker C, Humphreys K. (2008). Mutual help groups for mental health problems: a review of effectiveness studies.American Journal of Community Psychology
2:110–121
Pollio, D. E., North, C. S., Hudson, A. M., Hong, B. a., Osborne, V. a., & McClendon, J. B. (2012). Psychoeducation Responsive to
Families (PERF): Translation of a Multifamily Group
Repper, J., & Carter, T. (2011). A review of the literature on peer support in mentalhealth services. Journal of Mental Health, 20(4), 392-411. RS Jiwa Grasia, 2013, Data dan Informasi
Pelayanan RS Jiwa Ghrasia, tidak di publikasikan
Sharif, F., Shaygan, M., & Mani, A. (2012). Effect of a psycho-educational intervention for family members on caregiver burdens and psychiatric.
BMC Psychiatry, 12:48. doi:10.1186/1471-244X-12-48 Shen, H. (2008). Effectiveness of a Peer-Led
Self Management Program for Older People with Type 2 Diabetes in China, Desertation, School of Nursing, Faculty of Health Queensland University of Technoloy, Australia
Välimäki M, Hätönen H, Lahti M, Kuosmanen L, Adams CE. (2012). Information and communication technology in patient education and support for people with schizophrenia.
Cochrane Database of Systematic Reviews, Issue 10. Art. No.:
CD007198.DOI: 10.1002
/14651858.CD007198.pub2
Xia J, Li C. Problem solving skills for schizophrenia. Cochrane Database of Systematic Reviews. (2007). Issue 2. Art. No.: CD006365. DOI: 10.1002 /14651858