• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam tesis ini, penulis memandang bahwa masuknya pariwisata ke Atauro tidak bisa dilepaskan dengan hadirnya para penggerak yang disebut sebagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dalam tesis ini, penulis memandang bahwa masuknya pariwisata ke Atauro tidak bisa dilepaskan dengan hadirnya para penggerak yang disebut sebagai"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Bab VII

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, pada bab ini penulis ingin memberikan kesimpulan dan saran sebagai hasil akhir dari penyusunan tesis terkait dengan apa yang penulis temukan mengenai fakta-fakta di lapangan selama penelitian. Sebagaimana dibahas dalam penelitian ini, penulis membagi kelompok masyarakat Atauro menjadi tiga bagian. Ketiga bagian tersebut adalah kelompok masyarakat nelayan, kelompok masyarakat petani dan kelompok masyarakat non nelayan dan non petani.

Pada masa sebelum masuknya pariwisata, seperti diketahui bahwa masyarakat Atauro sangat bergantung pada kondisi alam dan cuaca di Atauro untuk menjalankan pekerjaannya baik sebagai nelayan maupun petani.Pada saat-saat tertentu di mana cuaca memungkinkan untuk melaut, masyarakat nelayan akan melaut. Jika cuaca memungkinkan untuk bercocok tanam, masyarakat petani akan beramai-ramai bercocok tanam. Salah satu hal yang unik adalah, baik masyarakat nelayan maupun petani mampu beradaptasi dengan kondisi alam yang ada dalam rangka mempertahankan hidup. Mereka sudah terbiasa untuk melakukan diversifikasi. Seorang petani dapat sekaligus menjadi juga nelayan atau sebaliknya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Kehidupan masyarakat Atauro sebelum masuknya pariwisata sangat memprihatinkan. Salah satu indikator yang bisa dilihat adalah adanya keterbelakangan secara ekonomi yang dialami masyarakat pada masa sebelum hadirnya pariwisata. Oleh karena itu, bisa dikatakan dengan masuknya pariwisata di Atauro masyarakat seakan memiliki harapan baru untuk melangsungkan kehidupan mereka pada arah yang lebih baik.

(2)

Dalam tesis ini, penulis memandang bahwa masuknya pariwisata ke Atauro tidak bisa dilepaskan dengan hadirnya para penggerak yang disebut sebagai agen-agen perubahan. Para agen perubahan tersebut menjadi pemicu kesadaran masyarakat mengenai potensi yang dimiliki Atauro sebagai sebuah tempat yang menarik untuk dijadikan obyek wisata. Para agen perubahan ini seakan membuka mata masyarakat Atauro yang sebelumya tidak menyadari bahwa tanah kelahirannya tersebut dapat diberdayakan sebagai lahan guna meningkatkan taraf hidup mereka ke arah yang lebih baik.

Jika melihat dari sisi para agen perubahan, pada awalnya masyarakat mulai terbuka terhadap sektor pariwista berkat hadirnya LSM Roman Luan. LSM ini memiliki basis gerakan di bidang pemberdayaan masyarakat serta banyak melakukan studi mengenai adanya kemungkinan terbukanya sektor lain di Atauro selain pertanian dan kelautan. Roman Luan dalam perannya di masyarakat Atauro memberikan pemahaman baru bahwa keindahan alam Atauro dapat dijadikan sebagai sarana meningkatkan taraf hidup masyarakat Atauro yang berada pada garis kemiskinan. Roman Luan telah menghadirkan suasana baru pada masyarakat Atauro dengan membangun kawasan ekowisata berupa penginapan yang diperuntukkan bagi para wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam Atauro.

Dengan hadirnya Roman Luan, masyarakat kemudian mampu belajar mengenai bagaimana melakukan pengembangan-pengembangan terhadap alam Atauro sehingga memiliki nilai ekonomi. Keberadaan Roman Luan juga melahirkan para pelaku wisata baik lokal maupun asing yang saat ini menjadi pengusaha-pengusaha di sektor wisata. Selain kehadiran LSM, kehadiran investor jua menjadi salah satu agen perubahan bagi masyarakat lokal Atauro secara langsung. Dengan kemampuan yang dimiliki, keberadaan investor baik lokal maupun asing mampu mengajak para pemuda lokal untuk bekerja sekaligus berlatih mengelola usaha pariwisata di Atauro. Investor ini sekaligus juga menjadi aktor pendidik masyarakat dengan adanya penginapan yang ia miliki dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal Atauro.

(3)

Para investor juga berperan menjadi motivator bagi masyarakat Atauro untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan sektor wisata di Atauro. Apa yang dilakukan para investor ini merupakan salah satu dari sekian banyak contoh bagaimana agen perubahan di Atauro bekerja.

Investor dalam hal ini merupakan contoh masyarakat sipil yang berperan membawa perubahan pada kehidupan masyarakat Atauro. Secara menyeluruh, mereka telah membawa perubahan bagi masyarakat Atauro dari kehidupan yang serba bergantung pada alam hingga mampu meningkatkan potensi ekonomi yang tersimpan di alam Atauro. Sebagaimana yang penulis temukan dalam penyusunan tesis ini, keberadaan para investor telah menjadikan masyarakat Atauro terbuka dan berusaha untuk memasuki dunia baru yang diharapkan dapat meningkatkan taraf kehidupannya yakni sektor pariwisata.

Penelitian ini juga menemukan fakta bahwa sejumlah investor yang terlibat dalam perkembangan dunia pariwisata di Atauro memiliki karakteristik yang unik. Artinya, baik investor lokal maupun asing ternyata mampu membaur dengan masyarakat Atauro sebagai obyek investasi sekaligus obyek pemberdayaan masyarakat lokal. Para investor di Atauro memiliki tanggung sosial di mana mereka tidak semata-mata mencari keuntungan finansial saja, lebih dari itu, mereka mengedepankan upaya pemberdayaan masyarakat Atauro sehingga mampu mengikuti kemajuan wisata di Atauro.

Sementara itu, dalam perkembangannya, gereja juga mengambil peran sebagai agen perubahan di Atauro. Kehadiran gereja di Atauro tidak hanya sekedar sebagai sebuah lembaga keagamaan namun juga sebagai sebuah lembaga sosial yang memberdayakan masyarakat agar dapat mengikuti laju perkembangan pariwisata di Atauro. Gereja sebagai sebuah lembaga sosial di Atauro tidak mengenal adanya pembedaan masyarakat berdasarkan latar belakang agamanya. Gereja secara sadar mengajak semua lapisan masyarakat Atauro untuk lebih mengenal bagaimana memanfaatkan perkembangan dunia wisata di Atauro.

(4)

Gereja, selain melakukan pendampingan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan yang bermanfaat bagi masyarakat Atauro juga menyediakan fasilitas bagi mereka yang ingin melatih ketrampilan yang bisa dimanfaatkan pada sektor wisata. Gereja menggelar pelatihan menjahit, mengolah kerajinan tangan, melatih memasak hingga menyediakan pasar bagi para perajin di Atauro. Melalui jaringannya yang tersebar mulai dari Timor Leste, Indonesia hingga negara-negara di Eropa, gereja memberdayakan masyarakat untuk lebih mampu menguasai ketrampilan-ketrampilan yang dapat dijadikan mata pencaharian sehingga mampu membuat masyarakat Atauro menjadi berpenghasilan secara ekonomi.

Singkatnya, peran para agen sebagai masyarakat sipil menjadi kunci lahirnya era baru ekonomi Atauro. Para agen perubahan telah membawa masyarakat Atauro kepada era ekonomi pariwisata yang dapat meningkatkan penghasilan masyarakat sehingga tidak hanya bergantung pada mata pencaharian mereka yang masih tergolong tradisional yakni sebagai petani dan nelayan.

Sementara pemerintah, setelah melihat hasil kerja para agen perubahan, mulai memberikan perhatian terhadap perkembangan pariwisata di pulau Atauro. Pemerintah Timor Leste mulai membangun infrastruktur jalan dan alat transportasi laut untuk meningkatkan aksesibilitas. Namun demikian, hingga saat ini, pemerintah belum secara maksimal melakukan upaya optimalisasi gerakan pariwisata di Atauro. Masyarakat masih bergerak secara mandiri dalam mengupayakan keberlangsungan industri wisata di Atauro. Pemerintah juga belum menciptakan regulasi-regulasi yang dapat melindungi masyarakat lokal serta membangun kesadaran mengenai prinsip-prinsip sustainable tourism development. Sampai saat ini hampir semua lapisan masyarakat di Atauro berpandangan sama yakni menjadikan pariwisata sebagai satu-satunya sektor yang menjanjikan.

Pada masa peralihan dari basis ekonomi tradisional ke pariwisata, masyarakat Atauro terdiri dari tiga golongan yang berbeda.

(5)

peluang untuk melakukan diversifikasi ekonomi dimana mereka masih mempertahankan pekerjaan lama sebagai nelayan maupun petani. Namun, dengan adanya lahan di sektor wisata ini, mereka menjadikan pekerjaan mereka sebagai nelayan dan petani yang dulunya merupakan pekerjaan utama, kini menjadi pekerjaaan sampingan dan pekerjaan utama yang baru ada di sektor pariwisata. Sementara pada masyarakat non nelayan dan petani, di mana mereka merupakan golongan masyarakat terdidik, saat ini mereka dihadapkan pada kondisi di mana pariwisata merupakan satu-satunya lahan yang bisa mereka gunakan sebagai sarana melangsungkan hidup. Masyarakat kelompok ini sama sekali tidak pernah bersentuhan dengan sektor pertanian dan kelautan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ada, maka penulis memberikan saran kepada NGO, investor dan gereja bahwa kondisi masyarakat Atauro saat ini masih menganggap pariwisata sebagai satu-satunya sektor yang menjanjikan. Mereka belum berpikir untuk mempertahankan sektor lama yakni pertanian dan kelautan, mereka juga belum merencanakan memunculkan sektor alternatif selain pariwisata. Berdasarkan hal ini, perlu diadakan semacam seminar maupun studi mengenai sektor alternatif yang bisa dimunculkan di Atauro. Dengan sumber daya yang dimiliki, penulis merasa baik NGO, investor, dan gereja dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya memperhatikan perlindungan terhadap alam Atauro serta mengenalkan sektor alternatif terhadap masyarakat.

Sementara pemerintah Timor Leste perlu mengupayakan optimalisasi gerakan industri pariwisata di Atauro untuk kesejahteraan masyarakat lokal. Dengan ditetapkannya Pulau Atauro sebagai zona ekonomi spesial, Pemerintah hendaknya sudah mulai berpikir untuk melakukan pembangunan-pembangunan sarana penunjang bagi Atauro dalam kaitannya dengan pengembangan pariwisata. Seperti diketahui, sarana seperti ketersedian air, listrik dan sarana penunjang seperti perbaikan jalan perlu lebih digarap secara serius. Di samping itu,

(6)

pemerintah perlu memikirkan menciptakan regulasi-regulasi yang dapat melindungi kepentingan masyarakat lokal dari desakan investor luar dan dari perusakan alam.

Selain itu, pemerintah juga harus mulai secara serius melakukan pendekatan kepada masyarakat Atauro agar perkembangan pariwisata di Atauro dapat semakin terarah. Jika tidak segera melakukan tindakan yang lebih sistematis, dikhawatirkan masyarakat Atauro akan semakin terjebak pada pemahaman bahwa sektor pariwisata merupakan satu-satunya sektor yang menjanjikan. Masa depan pariwisata Atauro sangat tergantung dari kemauan baik berbagai pihak. Untuk mencapai tujuan sustainable tourism development di pulau Atauro dibutuhkan sinergi dan kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat dan agen-agen perubahan.

Referensi

Dokumen terkait

Selain perubahan nilai, sosial, yang terjadi akibat perubahan sosial ekonomi masyarakat agraris ke masyarakat industri, keberadaan pariwisata tentunya sekarang

Dapat memberikan suatu masukan, acuan dan pandangan bagi perusahaan yang dalam penelitian ini adalah PT Global Informasi Bermutu (Global TV) tentang penyempurnaan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pengabdian implementasi aplikasi augmented reality berbasis lokasi dalam rangka pengenalan atraksi wisata di Kota Denpasar sudah terlaksana dan

nirlaba terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan (Pontoh, 2013:3). Sistem pengelolaan keuangan yang baik

sistem informasi yang ada tidak disalah gunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Kadung Indomedia bekerja sama dengan pihak Bank, sehingga proses pembayaran dapat

Dampak dismenore menimbulkan rasa yang tidak nyaman, kesulitan berkonsentrasi dalam belajar dan motivasi belajar menurun karena nyeri yang dirasakan, dapat

Pelaksanaan investasi desa dilakukan melalui kelembagaan yang dibentuk oleh petani yaitu KID (Komisi Investasi Desa) serta memperoleh pendampingan dari tenaga-tenaga LSM di

bahwa rincian tugas pokok dan fungsi Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung telah ditetapkan dalam Peraturan Walikota Bandung Nomor 474 Tahun 2008 tentang