• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN UNJUK KERJA KONTROL POSISI PID PADA MODEL HELIKOPTER BERBASIS LABVIEW DAN RANGKAIAN ANALOG TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Elektro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBANDINGAN UNJUK KERJA KONTROL POSISI PID PADA MODEL HELIKOPTER BERBASIS LABVIEW DAN RANGKAIAN ANALOG TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Elektro"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN UNJUK KERJA

KONTROL POSISI PID PADA MODEL HELIKOPTER

BERBASIS LABVIEW DAN RANGKAIAN ANALOG

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada

Program Studi Teknik Elektro

Disusun Oleh :

PAULUS TOFAN RAPIYANTA

NIM : 035114031

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

(2)

PERFORMANCE COMPARATION OF

PID POSITION CONTROL IN HELICOPTER MODEL

BASED ON LABVIEW AND ANALOG CIRCUIT

FINAL PROJECT

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

to Obtain the SARJANA TEKNIK Degree

in Electrical Engineering

By :

PAULUS TOFAN RAPIYANTA

Student Number : 035114031

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2007

(3)
(4)
(5)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain,

kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka,

sebagaimana layaknya karya ilmiah.”

Yogyakarta, 23 Oktober 2007

Penulis,

Paulus Tofan Rapiyanta

(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Kita (manusia) memiliki satu kesamaan yang mendasar,

yaitu sama-sama memiliki perbedaan..

maka, hargailah perbedaan itu

Mungkin kita bukan siapa-siapa bagi dunia

Tapi mungkin kita adalah dunia bagi seseorang

Tugas Akhir ini kupersembahkan untuk:

Sang pencipta yang empunya segalanya,

Orang tua dan adik-adik tercinta,

Teman-teman terbaik ku

dan Malaikat kecil di hatiku....

(7)

INTISARI

Kontrol PID (Proportional-Integral-Derivative) merupakan salah satu metode pengendalian yang sering digunakan dalam sistem kendali. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan unjuk kerja kontrol PID yang dibuat dalam program LabVIEW dan rangkaian analog. Pada penelitian ini kontrol PID digunakan untuk mengendalikan posisi pada sebuah model helikopter.

Perancangan kontrol PID menggunakan metode kurva reaksi dan kontroler disusun secara paralel. Kontrol PID dibuat dengan basis rangkaian analog dan dalam algoritma pemrograman LabVIEW. Kemudian, unjuk kerja kedua kontroler ini dibandingkan berdasarkan pada lima parameter yaitu: waktu tunda, waktu naik, lewatan maksimum, waktu penetapan dan steady state error. Parameter-parameter ini didapatkan dari hasil pengujian respon sistem pada kontrol PID berbasis LabVIEW dan rangkaian analog.

Hasil dari penelitian ini adalah output posisi kontrol PID yang stabil dan perbandingan unjuk kerja antara kontrol PID berbasis LabVIEW dengan rangkaian analog. Kontrol PID berbasis LabVIEW memiliki waktu tunda dan waktu naik yang lebih cepat serta nilai Maksimum overshoot (Mp) yang lebih besar daripada kontrol PID berbasis rangkaian analog. Pada bidang vertical, kontrol posisi PID berbasis LabVIEW memiliki waktu penetapan (ts) yang lebih cepat jika input yang diberikan makin besar. Sedangkan, untuk bidang horizontal terjadi hal yang sebaliknya. Pada bidang vertical, kontrol PID berbasis LabVIEW memiliki Steady State error (SSE) yang lebih besar daripada kontrol PID berbasis rangkaian analog . Sedangkan untuk bidang horizontal, nilai SSE berbanding terbalik dengan nilai input yang diberikan

Kata kunci : PID, LabVIEW, unjuk kerja

(8)

ABSTRACT

PID (Proportional-Integral-Derivative) control is one of controlling methods that is usually used in control system. This research has a purpose to compare the performance of PID control based on LabVIEW and analog circuit. In this research, PID control is used to control the position of model helicopter.

PID control design which uses curve reaction method and controller are arranged in parallel form. PID control is made based on analog circuit and LabVIEW programming algorithm. Then, the performance of these two controllers are compared based on five parameters : delay time, rise time, maximum overshoot, settling time and steady state error. These parameters are derived from the response examination result of PID control which is based on LabVIEW and analog circuit.

The result of this research is the stable output position of PID control and the performance evaluation between PID control based on LabVIEW and analog circuit. PID control based on LabVIEW has the shorter delay and rise time than PID control which is based on analog circuit and also maximum overshoot (Mp) bigger than PID control which is based on analog circuit. On vertical position, PID control position based on LabVIEW has shorter settling time (ts) if the input is bigger, while horizontal position is on the contrary. On vertical position, PID control based on LabVIEW has bigger steady state error (SSE) than PID control which is based on analog circuit. While for horizontal position, the increasing of input will make the steady state error decrease and viceversa.

Keyword : PID, LabVIEW, Performance evaluation.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berjudul “Perbandingan Unjuk Kerja Kontrol Posisi PID Pada Model Helikopter Berbasis LabVIEW dan Rangkaian Analog”.

Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan tugas akhir ini didasarkan pada hasil - hasil yang penulis dapatkan selama proses perancangan, pembuatan, pengujian dan pengamatan alat.

Penulisan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Wuri Harini, S.T., M.T., selaku Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis.

2. Bapak Elang Parikesit, S.T., selaku Pembimbing II yang telah memberikan ide judul dan bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis.

3. Bapak Martanto, S.T., M.T. dan Bapak Petrus Setyo Prabowo, S.T. sebagai dosen penguji saat ujian kolokium yang telah memberikan perbaikan pada proposal tugas akhir penulis.

4. Bapak dan ibu dosen teknik elektro yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berguna bagi penulis.

5. Bapak dan ibu laboran dan karyawan teknik elektro dan mekatronika : mas Mardi, mas Broto, mbak Vie, mas Hardi, mas suryo, mas Oni dan kang Ucup yang telah banyak membantu proses pengerjaan tugas akhir ini.

6. Bapak Aris Sukardjito dan seluruh karyawan/wati Sekretariat Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma yang telah membantu urusan administrasi penulis. 7. Kedua orang tua, adik Gema dan Nana, atas dukungan dan doa yang tiada

henti untuk penulis.

(10)

8. Eyang kakung, putri dan seluruh keluarga, atas bimbingan dan dorongan selama studi dan pengerjaan tugas akhir ini.

9. Malaikat kecil di hatiku, atas semua keindahan yang telah menjadi semangat bagi penulis selama studi dan pengerjaan tugas akhir ini.

10.Tasura 52 crew : Widay, Win, Bakteri, Aweng dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas canda-tawa, pelajaran hidup dan kebersamaan yang indah selama penulis belajar di TE USD jogja.

11.Teman-teman kost Flame (b’217an crew) : Pay, NanoNano, Anggey, Metha dan Agung atas support dan hari-hari bahagia yang telah dilalui bersama. 12.Teman-teman kontrakan ponti : Bakri, Boboto, Topan, Sungkit, Manto dan

Aan, atas ide, semangat dan kebersamaan yang telah diberikan kepada penulis. 13.Bintang terang di langit malamku, 74 , atas motto, kebersamaan dan warna

yang berbeda dalam hidup penulis selama di jogja.

14.Teman-teman Elektro 2003 : Win, widy, Bakri, Pak Bo, Inndit, Jepri, Yosep, Suryo_mery, Dennis_Joe, Giegieh, Bos kera, Ika, Angga, Guntur, Wisnu, Putu, DC, om Ron dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas bantuan dan kebersamaannya selama di TE USD jogja.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan dari penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Harapan penulis agar tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membacanya.

Yogyakarta, 22 Oktober 2007 Penulis

Paulus Tofan R

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………. . i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING………..……… iii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI……….. . iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN……….……… . vi

INTISARI……… vii

ABSTRACT………. viii

KATA PENGANTAR……… ix

DAFTAR ISI……….. xi

DAFTAR GAMBAR……….. xiv

DAFTAR TABEL……….. xvii

DAFTAR LAMPIRAN……….. xviii

BAB I. PENDAHULUAN……… 1

I. Latar belakang………. 1

II. Perumusan masalah……….. 2

III. Batasan masalah……….. 2

IV. Manfaat dan tujuan penelitian………. 3

V. Metodologi penelitian……….. 3

BAB II. DASAR TEORI……… 4

A. Kontrol PID (Proportional-Integral-Derivative)……… 4

1. Kontroler proportional………. 5

2. Kontroler integral……….. 6

3. Kontroler derivative………. 7

B. LabVIEW………... 10

C. NI ELVIS………... 17

D. SENSOR………. 19

(12)

E. MOTOR DC………... 20

F. OP-AMP UNTUK KENDAL PID………. 21

1. Op-amp sebagai penguat……… 21

2. Op-amp sebagai buffer………... 22

3. Op-amp sebagai penguat penjumlah……….. 23

4. Op-amp sebagai integrator………. 23

6. Op-amp sebagai diferensiator……… 24

G. KARAKTERISTIK RESPON SISTEM KONTROL ... 25

BAB III. PERANCANGAN……….. 27

A. Perancangan plant……… 28

B. Perancangan sensor……….. 29

C. Perancangan kontroler PID……….. 30

1. Penentuan parameter-parameter PID dengan metode kurva reaksi………. 30

a. Posisi vertical………... 32

b. Posisi horizontal………... 35

2. Perancangan blok konversi………. 37

a. Posisi vertical... 37

b. Posisi horizontal... 40

3. Pemrograman dengan software LabVIEW... 41

D. Perancangan kontroler PID dengan op-amp……… 43

1. Posisi vertical………. 43

a. Kontroler P……….. 43

b. Kontroler I... 44

c. Kontroler D... 45

2. Posisi horizontal... 46

a. Kontroler P... 46

b. Kontroler I... 46

c. Kontroler D... 47

(13)

3. Rangkaian-rangkaian tambahan... 48

a. Rangkaian set point untuk posisi vertical………... 48

b. Rangkaian set point untuk posisi horizontal…….. . 49

c. Rangkaian error...……….. 50

d. Rangkaian penjumlah………. . 51

E. Driver motor……… 51

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....……….. 53

A. Plant dan Rangkaian analog hasil perancangan..……… 53

B. Hasil pengujian...……….. 56

1. Pembahasan unjuk kerja Kontrol PID ... 57

a. Pengujian pertama... 57

b. Pengujian kedua... 61

c. Pengujian ketiga... 63

2. Pengujian Batas Kemampuan Kontroler... 65

3. Pengujian respon terhadap gangguan... 69

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...……….. 75

A. KESIMPULAN... 75

B. SARAN...……….. 76

DAFTAR PUSTAKA... 77

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Block diagram sistem dengan feedback………. 4

Gambar 2.2 Diagram blok kontroler proportional……… 5

Gambar 2.3 Diagram blok kontroler integral……… 6

Gambar 2.4 Diagram blok kontroler derivative….……… 7

Gambar 2.5 Respon tangga satuan (step) sistem……… 8

Gambar 2.6 Kurva respon berbentuk S……….. 8

Gambar 2.7 Tampilan front panel……….. 11

Gambar 2.8 Tampilan block diagram………. 12

Gambar 2.9 Contoh icon untuk subroutine RPM……… 12

Gambar 2.10 Tools palette………... 14

Gambar 2.11 Controls palettes……… 15

Gambar 2.12 Function palettes……… 16

Gambar 2.13 Modul NI ELVIS……… 17

Gambar 2.14 Sisi atas modul NI ELVIS……….. 18

Gambar 2.15 Rangkaian pembagi tegangan………. 19

Gambar 2.16 Potensiometer………. 19

Gambar 2.17 Hubungan seri resistansi pada potensiometer…………. 20

Gambar 2.18 Simbol motor DC……… 20

Gambar 2.19 Prinsip kerja motor DC……… 21

Gambar 2.20 Rangkaian penguat inverting……… 22

Gambar 2.21 Rangkaian buffer dengan op-amp……… 22

Gambar 2.22 Rangkaian penguat penjumlah………. 23

Gambar 2.23 Rangkaian op-amp sebagai integrator……….. 23

Gambar 2.24 Rangkaian op-amp sebagai diferensiator………. 24

Gambar 2.25.Kurva respons tangga satuan yang menunjukkan td, tr, Mp, ts dan SSE ... 26

(15)

Gambar 3.1 Diagram blok sistem pengendali posisi..………. 27

Gambar 3.2 Rancangan plant………..……… 28

Gambar 3.3 Rancangan rangkaian sensor……… 29

Gambar 3.4 Diagram alir proses pengambilan data……… 32

Gambar 3.5 Grafik output plant terhadap waktu untuk posisi vertical 34 Gambar 3.6 Grafik output plant terhadap waktu untuk posisi horizontal 36 Gambar 3.7 Grafik hubungan tegangan sensor vertical terhadap ketinggian... 38

Gambar 3.8 Grafik hubungan tegangan sensor horizontal terhadap sudut putar...………. 40

Gambar 3.9 Diagram alir kontroler PID..…….……… 42

Gambar 3.10 Rangkaian kontroler P bidang vertical ……… 44

Gambar 3.11 Rangkaian kontroler I bidang vertical...….……… 45

Gambar 3.12 Rangkaian kontroler D bidang vertical ……….. 45

Gambar 3.13 Rangkaian kontroler P bidang horizontal..………. 46

Gambar 3.14 Rangkaian kontroler I bidang horizontal………. 47

Gambar 3.15 Rangkaian kontroler D bidang horizontal …..………… 48

Gambar 3.16 Rangkaian setpoint untuk posisi vertical………. 48

Gambar 3.17 Rangkaian setpoint untuk posisi horizontal.…………... 50

Gambar 3.18 Rangkaian pengurang……….……….. 50

Gambar 3.19 Rangkaian penjumlah………..………. 51

Gambar 3.20 Grafik hubungan tegangan output terhadap tegangan input pada driver... 52

Gambar 4.1. Plant dan Driver motor... 53

Gambar 4.2. Rangkaian kontrol PID... 54

Gambar 4.3. Perbandingan blok PID pada kontrol PID berbasis Rangkaian analog dan LabVIEW ... 55

Gambar 4.4. Respon sistem posisi vertical pada pengujian pertama untuk kontrol PID berbasis LabVIEW ... 57

Gambar 4.5. Sinyal kesalahan pada posisi vertical pada pengujian pertama untuk kontrol PID berbasis LabVIEW ... 59

(16)

Gambar 4.6. Respon sistem posisi horizontal pada pengujian pertama

untuk kontrol PID berbasis LabVIEW... 59 Gambar 4.7. Grafik respon sistem terhadap gangguan pada kontrol PID

berbasis LabVIEW untuk posisi vertical... 70 Gambar 4.8. Grafik respon sistem terhadap gangguan pada kontrol PID

berbasis LabVIEW untuk posisi horizontal... 71 Gambar 4.9. Grafik respon sistem terhadap gangguan pada kontrol PID

berbasis Rangkaian Analog untuk posisi vertical... 72 Gambar 4.10. Grafik respon sistem terhadap gangguan pada kontrol PID

berbasis Rangkaian Analog untuk posisi horizontal... 73

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penalaan parameter PID dengan metode kurva reaksi…… 9

Tabel 2.2. Jenis-jenis wire berdasarkan tipe data……… 13

Tabel 3.1. Tabel karakteristik posisi vertical……….. 33

Tabel 3.2. Tabel karakteristik posisi horizontal……….. 35

Tabel 3.3. Hubungan tegangan sensor vertical terhadap ketinggian... 37

Tabel 3.4. Persamaan konversi untuk posisi vertical ... 38

Tabel 3.5. Hubungan tegangan sensor horizontal terhadap Sudut putar ... 39

Tabel 3.6. Persamaan konversi untuk posisi horizontal ... 40

Tabel 3.7. Tabel hubungan tegangan input terhadap output driver... 51

Tabel 4.1. Parameter Karakteristik respon sistem kontrol ... 56

Tabel 4.2. Perbandingan karakteristik respon sistem pada pengujian pertama ... 60

Tabel 4.3. Perbandingan karakteristik respon sistem pada pengujian kedua... 62

Tabel 4.4. Perbandingan karakteristik respon sistem pada pengujian ketiga... 63

Tabel 4.5. Batas kemampuan kontrol PID berbasis LabVIEW untuk posisi vertical ... 66

Tabel 4.6. Batas kemampuan kontrol PID berbasis LabVIEW untuk posisi horizontal ... 67

Tabel 4.7. Batas kemampuan kontrol PID berbasis Rangkaian analog untuk posisi vertical ... 68

Tabel 4.8. Batas kemampuan kontrol PID berbasis Rangkaian analog untuk posisi horizontal ... 69

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Rangkaian Kontrol PID ... L-1 Rangkaian ERROR ... L-2 Data Karakteristik respon sistem ... L-3 Data Pengujian Ketahanan ... L-4 Tampilan front panel dan block diagram kontrol PID... L-5

Datasheet LF 353 ... L-6

Specifications of NI ELVIS... L-7

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Kontrol PID memiliki peranan penting dalam berbagai sistem kontrol.

Dengan bentuk yang berbeda-beda, kontrol PID telah menjadi unsur terbesar

dalam proses kendali di berbagai industri. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan

kontrol PID yang dapat mengurangi kesalahan pada kondisi stabil (offset steady

state) [1]. Fungsi ini dilakukan pada blok integral. Selain itu, kontol PID juga

memiliki blok derivasi yang berfungsi untuk mempercepat proses.

Dalam teknologi terdahulu, kontrol PID direalisasikan dengan transistor.

Namun, pada perkembangan selanjutnya dapat digantikan dengan sebuah

mikroprosesor [1]. Keunggulan mikroprosesor meliputi sisi penggunaannya yang

praktis, adanya pengaturan otomatis hingga tingkat adaptasi yang baik terhadap

adanya perubahan dalam sistem kontrol itu sendiri.

Salah satu sistem yang telah menggunakan mikroprosesoradalah komputer.

Piranti ini memungkinkan user untuk menciptakan sebuah sistem kontrol dalam

bentuk virtual. Salah satu sarana yang dapat digunakan adalah software

LabVIEW. Dalam penelitian ini ingin dimunculkan alternatif penggunaan kontrol

PID yang lebih mudah dengan sarana-sarana pendukung yang selama ini kurang

dikenal, misalnya: software LabVIEW dan modul NI ELVIS.

Hasil dari penelitian ini adalah perbandingan unjuk kerja antara kontrol PID

berbasis LabVIEW dengan kontrol PID berbasis rangkaian analog sehingga

penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai referensi penelitian-penelitian

selanjutnya, khususnya yang membutuhkan informasi tentang perbandingan unjuk

kerja dari kontrol PID berbasis LabVIEW maupun rangkaian analog.

(20)

2

II. PERUMUSAN MASALAH

Pengendalian posisi dalam penelitian ini dilakukan pada bidang vertical dan

horizontal yang diwujudkan dalam model helikopter. Kontroler PID akan dibuat

dengan dua basis yang berbeda, yaitu LabVIEW dan rangkaian analog (op-amp).

Kontrol PID berbasis LabVIEW menggunakan algoritma PID yang dituliskan

dalam software LabVIEW dan menggunakan perangkat interfacing berupa modul

NI ELVIS. Sedangkan, kontrol PID yang berbasis rangkaian analog menggunakan

op-amp sebagai implementasi fungsi-fungsi dalam kontroler. Kedua kontroler

tersebut kemudian akan dibandingkan berdasarkan data karakteristiknya.

Dari uraian tersebut muncul beberapa permasalahan, yaitu :

1. Perancangan PID agar plant dapat dikendalikan secara cepat dan

akurat sesuai dengan nilai yang diinginkan

2. Realisasi algoritma PID dalam program LabVIEW

3. Keterbatasan nilai input dan output pada perangkat interfacing,

dalam hal ini modul NI ELVIS

4.

Parameter karakteristik yang akan digunakan untuk membandingkan unjuk kerja masing-masing kontroler

III. BATASAN MASALAH

Pada perancangan dan penelitian ini, batasan masalahnya adalah :

1. Menggunakan software LabVIEW

2. Mengguankan modul NI ELVIS sebagai perangkat interfacing

3. Aktuator menggunakan motor DC 12 Volt

4. Menggunakan metode kurva reaksi dalam perancangan PID

5. Perbandingan unjuk kerja menggunakan 5 parameter karakteristik

yaitu :

t

d (waktu tunda),

t

r(waktu naik),

M

p (Maximumovershoot),

t

s

(waktu penetapan) dan SSE (Steady State Error).

(21)

3

IV. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan membandingkan unjuk kerja dari dua buah kontroler

yang dibuat dengan dua basis berbeda, yaitu basis LabVIEW dan rangkaian

analog. Kontroler ini digunakan sebagai kontrol posisi pada sebuah model

helikopter. Posisi yang akan diatur adalah posisi vertical (ketinggian) dan posisi

horizontal (sudut putar).

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan data perbandingan dua buah

konrol PID dengan basis yang berbeda sehingga dapat digunakan sebagai

referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Selain itu, kontroler PID yang

dihasilkan pada penelitian ini dapat dimanfaatkan pula sebagai media belajar

untuk penelitian-penelitian yang berhubungan dengan kontrol PID maupun

software LabVIEW.

V. METODOLOGI PENELITIAN

Penulis menggunakan beberapa metodologi penelitian dalam penyusunan

proposal Tugas Akhir ini. Metodologi yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Studi pustaka; yaitu mempelajari berbagai informasi yang relevan

dengan penelitian yang berasal dari buku pustaka, makalah, dan internet.

2. Perancangan dan pembuatan plant; yaitu membentuk sebuah model

peralatan yang akan dikendalikan.

3. Pengambilan data plant; yaitu mengumpulkan data tentang plant yang

akan digunakan untuk menentukan karakteristik plant

4. Perancangan kendali; yaitu merencanakan proses kendali yang akan

dikerjakan di dalam sistem agar diperoleh hasil seperti yang diinginkan

5. Implementasi kendali; yaitu realisasi rancangan kendali dalam bentuk

algoritma PID pada software LabVIEW dan rangkaian analog.

6. Pengujian dan pengambilan data; yaitu menguji dan mengambil data

yang dibutuhkan dalam analisis

7. Analisa dan kesimpulan; yaitu membandingkan data kontrol PID

berbasis LabVIEW dengan data pada kontrol PID berbasis rangkaian

(22)

4

BAB II

DASAR TEORI

A. Kontrol PID (Proportional-Integral-Derivative)

Sebuah sistem memiliki dua komponen penyusun utama, yaitu proses dan

kontrol [1]. Masukan blok proses dalam sebuah sistem adalah keluaran dari blok

kontrol sedangkan untuk faktor koreksi dilakukan umpan balik (feedback) nilai

output. Secara sederhana, block diagram untuk sebuah sistem dengan umpan balik

digambarkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Block diagram sistem dengan feedback

Input blok kontrol adalah selisih nilai yang diinginkan (set point) dengan

nilai aktual. Nilai ini sering juga disebut control error dengan simbol e(t).

Keluaran blok kontrol adalah control variable u(t) yang telah mengolah nilai error

menjadi nilai yang diinginkan. Jika dalam hal ini dipakai kontroler PID maka

algoritmanya adalah sebagai berikut [2]:

u(t) = Kp ( e(t) + ) (2.1)

Output dari sistem akan dihubungkan pada peralatan yang disebut plant.

Kontruksi dari plant bersifat tetap dan tidak dapat diubah-ubah lagi. Sehingga

diperlukan sebuah blok kontrol yang dapat digunakan untuk mengendalikan

karakteristik plant tersebut. Salah satu jenis kontrol yang dapat digunakan adalah

Σ

kontrol proses

feedback

Set point e (t) u (t) Output

+

dt Td e

Ti.

t

t de dt

t 0

) ( . )

( 1

(23)

5

PID (Proportional-Integral-Derivative). Kontroler ini terdiri dari tiga jenis

kontrol yang berbeda yaitu :

1. Kontroler Proportional

Kontroler Proportional memiliki keluaran yang sebanding dengan

besarnya masukan. Dalam hal ini, masukan kontroler adalah sinyal

kesalahan (selisih antara nilai yang diinginkan dengan harga aktual). Nilai

error E(s) akan mempengaruhi kontroler. Jika nilainya positif, maka akan

mempercepat pencapaian nilai yang diinginkan. Namun sebaliknya, jika

nilainya negatif, maka pencapaian nilai yang diinginkan akan menjadi

lambat [2]. Diagram blok kontroler proportional digambarkan pada

gambar 2.2.

Gambar 2.2 Diagram blok kontroler proportional

Kontroler proportional memiliki beberapa sifat yang harus diperhatikan

jika akan diterapkan pada sebuah sistem, antara lain : E (s) M (s)

Kp +

-a. Jika nilai Kp kecil, kontroler proportional hanya mampu

melakukan koreksi kesalahan yang kecil, sehingga menghasilkan

respon sistem yang lambat.

b. Semakin besar nilai Kp, respon sistem akan semakin cepat

mencapai keadaan mantapnya.

c. Nilai Kp yang berlebihan akan mengakibatkan sistem tidak stabil,

atau respon sistem akan berosilasi.

Kontroler P tidak selalu mengacu pada perumusan yang dituliskan pada

persamaan 2.1 karena terdapat beberapa sistem yang membutuhkan nilai

output minimum saat sinyal error e(t) bernilai nol. Nilai ini sering

(24)

6

u (t) = Kp . e (t) + Ub (2.2)

dengan :

Ub =

2 min max U U +

2. Kontroler Integral

Kontroler integral digunakan untuk memperbaiki respon sistem, yaitu

dengan membuat kesalahan keadaan mantapnya menjadi nol. Keluaran

kontroler sangat dipengaruhi oleh perubahan yang sebanding dengan nilai

sinyal kesalahan. Nilai keluaran ini merupakan jumlahan dari perubahan

masukannya. Sehingga, jika sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan,

maka nilai keluaran akan dipertahankan pada nilai sebelum terjadinya

perubahan masukan [2]. Diagram blok kontroler integral digambarkan

pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Diagram blok kontroler integral

Ketika sinyal kesalahan E(s) berlipat ganda, maka nilai laju perubahan

erlambat respon karena

b. ol, keluaran kontroler akan

c. arga nol, keluaran akan

menunjukkan kenaikan atau penurunan yang dipengaruhi oleh

besarnya sinyal kesalahan dan nilai Ki.

keluaran kontroler berubah menjadi dua kali dari semula. Kontroler

integral memiliki beberapa sifat yang harus diperhatikan jika akan

diterapkan pada sebuah sistem, antara lain [2]:

a. Keluaran integral cenderung memp

E (s) M (s)

s

Ti.

1 +

-membutuhkan selang waktu tertentu.

Ketika sinyal kesalahan berharga n

dipertahankan pada nilai sebelumnya.

(25)

7

d. Semakin besar konstanta integral (Ki), semakin cepat pula offset

hilang. Namun, akan mengakibatkan peningkatan osilasi dari

sinyal keluaran kontroler.

ler Derivative

ler derivative digunakan u

3. Kontro

Kontro ntuk mempercepat respon awal sistem.

Keluaran kontroler derivative sangat dipengaruhi oleh perubahan masukan

ika tidak terjadi perubahan pada masukan maka

ontroler derivative memiliki beberapa sifat yang harus diperhatikan jika

akan diterapk

a. Kontroler derivative tidak dapat menghasilkan keluaran jika tidak

aktu, maka keluaran

an stabilitas sistem.

Ko

karena

peralih

(sinyal kesalahan). J

keluaran kontroler juga tidak akan mengalami perubahan. Namun

sebaliknya, jika terjadi perubahan pada sinyal masukan maka keluaran

kontroler ini juga akan berubah [2]. Diagram blok kontroler derivative

digambarkan pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Diagram blok kontroler derivative

E (s) M (s) +

- Td.s

K

an pada sebuah sistem, antara lain [2]:

terjadi perubahan pada sinyal kesalahan.

b. Jika sinyal kesalahan berubah terhadap w

kontroler akan tergantung pada niai Td dan laju perubahan sinyal

kesalahan.

c. Kontroler ini dapat mengantisipasi pembangkit kesalahan,

memberikan aksi yang bersifat korektif dan cenderung

meningkatk

ntroler derivative tidak pernah digunakan tanpa adanya kontroler lain

hanya bekerja pada lingkup yang sempit, yaitu pada periode

(26)

8

P

satunya

oleh pa 942. Metode Ziegler-Nichols memiliki dua cara, yaitu metode

kurva

Kurva output dari sistem encari

ter PID. Konstanta

yang dibutuhkan ada aktu mati

disim

mencapai 66% dari kead atu garis yang

erancangan kontroler PID dapat dibagi menjadi beberapa metode, salah

adalah metode Ziegler-Nichols. Metode ini diperkenalkan pertama kali

da tahun 1

reaksi dan metode osilasi [1]. Metode kurva reaksi didasarkan pada reaksi

sistem untai terbuka (open-loop). Pada metode ini, sistem diberi masukan sinyal

u(t) berupa fungsi tangga satuan (step). Reaksi sistem ini akan berbentuk S seperti

yang digambarkan pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Respon tangga satuan (step) sistem

ini kemudian akan digunakan untuk m

konstanta-konstanta yang akan dipakai untuk penalaan parame

Sistem

lah dead time (waktu mati) dan waktu tunda. W

bolkan dengan L dan waktu tunda disimbolkan dengan T. Penentuan kedua

konstanta tersebut digambarkan pada gambar 2.6.

66%

t K

Garis singgung pada titik perubahan (infleksi)

L T

Gambar 2.6 Kurva respon berbentuk S

Dari gambar 2.6 terlihat bahwa kurva reaksi berubah naik setelah selang

waktu L. Sedangkan, waktu tunda menggambarkan perubahan kurva setelah

(27)

9

bersinggungan dengan garis kurva. Garis singgung itu akan memotong sumbu

absis

ut yang

dirumuskan sebagai berikut :

k =

dan garis maksimum. Perpotongan garis singgung dengan sumbu absis ini

merupakan ukuran waktu mati dan perpotongan dengan garis maksimum

merupakan ukuran waktu tunda [2].

Ziegler dan Nichols melakukan eksperimen dan menyarankan penalaan

parameter PID berdasarkan pada perolehan kostanta T dan L. Tabel 2.1

merupakan rumusan penalaan parameter PID dengan metode kurva reaksi [2].

Tabel 2.1 Penalaan parameter PID dengan metode kurva reaksi

Tipe Kontroler Kp Ti Td

P

k

1

. T/L ~ 0

PI

k

1

. 0,9 T/L L/0,3 0

PID

k

1

. 1,2 . T/L 2L 0,5L

Dengan k adalah perbandingan rentang nilai output terhadap inp

min max

min

max OUT

OUT

ININ (2.3)

Cara lain dalam metode Ziegler-Nichols adalah metode osilasi. Metode ini

didasarkan pada reaksi sistem untaian tertutup. Plant disusun serial dengan

kontroler PID. Semula parameter integrator diatur tak berhingga dan parameter

diferensial diatur nol (Ti = ~ ; Td = 0). Parameter proporsional kemudian

dinaikkan bertahap hingga m

berosilasi [1]. Metode osilasi seri

mem

encapai harga yang mengakibatkan reaksi sistem

ng digunakan untuk merancang sistem yang

(28)

10

B. LabVIEW (Laboratory Virtual Instrument Engineering Workbench)

LabVIEW adalah sebuah bahasa pemrogaman yang menggunakan sistem

tampilan dan penulisan program berupa gambar ataupun grafik. Software ini

dirilis pertama kali pada tahun 1986 dengan nama LabVIEW version 1. Pada

awalnya LabVIEW ditujukan untuk mengatasi masalah kecepatan pada

pemr raman sistem instrumentasi. Perkembangan terkini dari LabVIEW adalah

version 8. Seri ini telah dilengkapi dengan teknologi terbaru yang telah

disem udah digunakan, seri terbaru ini juga dapat

nt panel terdiri dari

beberapa jenis

n grafik. Pada bagian output ini, pengguna dapat og

purnakan. Selain lebih m

dioperasikan pada sistem yang kecil misalnya pocketPC [3].

Software LabVIEW sangat berguna di bidang industri, pendidikan maupun

laboratorium penelitian, khususnya dalam hal pengolahan data dan pengendalian.

Sebuah program dalam LabVIEW terdiri dari satu atau lebih Virtual Instruments

(VIs), yang dapat menggantikan fungsi alat-alat yang sebenarnya [3].

VI (Virtual Instruments) terdiri atas 3 bagian utama, yaitu :

1. Front panel

merupakan tampilan input dan output yang digunakan untuk

berkomunikasi dengan pengguna (user). Fro

bagian input dan output. Bagian input ini diwujudkan dengan

beberapa jenis control, seperti : knobs, push button dan graphs.

Pengguna (user) dapat memberikan nilai input pada

control-control tersebut melalui keyboard ataupun mouse. Sedangkan

bagian output pada front panel diwujudkan dalam

indicator da

mengamati hasil dari proses yang dilakukan pada program. Nilai

input dan output dapat berupa angka-angka (numeric), huruf (text)

maupun bentuk gelombang (wave) [3]. Tampilan Front panel

(29)

11

Gambar 2.7 Tampilan Front panel

2. lock diagram

dalah program yang sebenarnya, tempat yang memuat program

an seluruh alur proses yang dilakukan. Sehingga block diagram

ering juga disebut sebagai kode pelaksanaan yang sebenarnya.

ada bagian ini, semua komponen masukan (control) diolah

erdasarkan persamaan sistem yang diinginkan. Hasil proses

tersebut kemudian dihubungkan dengan komponen-komponen

output sebagai p

m memuat fungsi-fungsi, nilai konstanta dan

digambarkan pada

g

B

a

d

s

P

b

enampil melalui proses wiring.

Block diagra

hubungan antar object yang terdapat pada front panel. Fungsi yang

dapat digunakan dalam pemrograman ini mencakup fungsi-fungsi

aritmatika, komparasi, boolean dan fungsi-fungsi yang berada pada

domain waktu. Selain itu, juga dapat disertakan jenis-jenis

structures yang akan sangat berguna dalam pemrograman.

Structures yang dimaksud mencakup sequence structures, event

structures dan looping. Tampilan block diagram

(30)

12

Gambar 2.8 Tampilan Block diagram

3. Icon

merupakan salah satu object yang terdapat dalam block diagram.

icon berfungsi sebagai sebuah subroutine yang memuat VI lain

diluar VI yang sedang dikerjakan. Dengan menggunakan icon

tersebut, maka VI tertentu telah panggil oleh user dan akan ikut

diproses dalam program tersebut. Penggunaan icon juga dapat

memudahkan proses perawatan (maintenance) dan pencarian

kesalahan (deb anan atas dari

an front panel maupun block diagram. Tampilan icon dapat

Dalam p

panel ataupun

di

uging). Icon sendiri terletak pada sisi k

halam

dibuat sesuai keinginan pengguna [3]. Salah satu contoh tampilan

icon digambarkan pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Contoh icon untuk subroutine RPM

embuatan program, user dapat mulai menulis program dari front

(31)

13

block diagra

Komponen da ah terminal, nodes dan wire.

Terminal adalah bagian dari komponen pada front panel yang digunakan sebagai

channel input atau output pada block diagram. Jika sebuah indicator diletakkan

pada front panel maka secara otomatis akan muncul sebuah terminal output pada

block diagram. Terminal proses,

ataup

data yang dilewatkan,

wire

LabVIEW memiliki tiga pola ( ) yang paling sering digunakan, yaitu:

Tools pa palettes dan Function palettes. Pola-p la i

m karena tiap komponennya dapat langsung dihubungkan.

lam block diagram antara lain adal

,

ini dapat dihubungkan dengan output dari sebuah

un secara langsung ke sebuah terminal input (control).

Nodes dapat diartikan sebagai pernyataan, penghubung, fungsi, structures

ataupun subroutines dalam sebuah bahasa pemrograman [3]. Contoh fungsi yang

termasuk dalam jenis nodes adalah fungsi penjumlahan dan pengurangan

sedangkan contoh structures antara lain loop, case statements dan sequence

structures. LabVIEW juga memiliki sebuah nodes yang spesial yaitu Formula

nodes. Nodes ini digunakan dalam perhitungan matematika yang panjang.

Wire digunakan untuk menghubungkan nodes dengan terminal sehingga

wire sering pula disebut sebagai jalur data. Berdasarkan tipe

dibedakan dalam warna dan bentuk seperti tabel 2.2 [3].

Tabel 2.2 Jenis-jenis wire berdasarkan tipe data

Scalar 1D Array 2D Array Color

Floating-Point Number Orange

Integer Number Blue

Boolean Green

String Pink

Cluster Brown

Pink /

palettes

(32)

14

dalam daftar-daftar yang disebut title bar. Jika ingin digunakan, pola-pola ini

harus

ls palettes ini dapat diakses dari menu

palette [3]. Tampilan Tools palette digambarkan pada

lette

Tools paletteterdiri atas 11 subpaletteyaitu:

Autom an untuk menentukan

Tool terbaik secara otomatis berdasarkan letak cursor.

ntuk mengoperasikan atau

m

ih,

m

h

la

kan

object-o

erikan warna pada

fr

kita ambil terlebih dahulu dengan cara ditarik (Dragging) dari daftarnya.

Ketiga pola tersebut masih dibagi lagi dalam beberapa sub pola (subpalette) yang

akan dijelaskan sebagai berikut [3] :

1. Toolspalettes

Pola ini merupakan mode operasi untuk mouse dan sering digunakan

dalam proses editing. Too

View>>Tools

gambar 2.10.

Gambar 2.10 Tools pa

atic Tool Selection digunak

Operating tool digunakan u

engubah nilai control dan indicator pada front panel.

Positioning tool digunakan untuk memil

emindahkan dan mengubah ukuran object.

Labeling tool digunakan untuk membuat dan menguba

bel yang berupa tulisan (text labels)

Wiring tool digunakan untuk menghubung

bject dalam sebuah front panel.

Color tool digunakan untuk memb

(33)

15

Pop-up tool digunakan untuk membuka menu pop-up

dari object yang dipilih.

Scroll tool digunakan untuk mengaktifkan fungsi scroll

pada layar.

Breakpoint tool digunakan dalam pencarian kesalahan

(debuging) dengan cara membuat sebuah titik pengecekan

lain

2. Controlspalet

Pola ini mem at controls dan indicators yang akan diletakkan pada

te ini hanya dapat dibuka pada halaman front panel,

kar

dalam object-o i keinginan pengguna.

Un

Probe tool digunakan untuk membuat titik pengukuran

yang dapat memantau aliran data pada sebuah wire.

Color copy tool digunakan untuk membawa warna dari

sebuah object dan meletakkannya (copy) pada object

tes

u

front panel. Palet

ena memuat pola-pola yang ditujukan untuk berkomunikasi dengan

pengguna (user). Pada gambar 2.11 digambarkan tampilan Controls

palettes [3].

Gambar 2.11 Controls palettes

Masing-masing subpalette dalam gambar di atas masih dibagi lagi

bject yang dapat dipilih sesua

tuk mengambil object yang ingin digunakan, maka user harus

memilih object tersebut dengan mouse. Kemudian, click pada tempat di

(34)

16

3. Functionpalettes

ola ini memuat functions dan structures yang digunakan untuk

I. Palette ini hanya dapat dibuka pada halaman block

dia

Gambar 2.12 Functionspalettes

Subpalette Input dan Output digunakan untuk berkomunikasi dengan

piranti luar, dalam angkan subpalette

Ana

bar dan terdiri dari lima tombol, yaitu:

maka

to

d P

membuat sebuah V

gram karena lebih ditujukan untuk proses pemrograman. Pada

gambar 2.12 digambarkan tampilan Function palettes [3].

hal ini modul NI ELVIS sed

lysis, Arith/Compare dan Sig Manip lebih ditujukan untuk

pemrosesan data. Subpalette khusus pada pola ini adalah Exec Ctrl, yang

memiliki dua Loop Structures yaitu For Loop dan While Loop. Selain

itu, Exec Ctrl juga dilengkapi dengan Time Delay, Case Structures dan

Flat Sequence Structures.

Program dalam LabVIEW dapat dijalankan melalui Operate menu.

Menu ini terdapat pada tool

Run button digunakan untuk menjalankan sebuah VI. untuk

mengaktifkan, click pada tombol. Jika eksekusi berjalan,

mbol run akan menjadi aktif . Namun, jika terjadi

kesalahan, maka tombol run akan menjadi rusak (broken) .

Continuous Run Button digunakan untuk menjalankan VI

secara kontinyu (terus-menerus). Proses eksekusi akan terus

ilakukan sampai tombol Abort diaktifkan.

Abort button digunakan untuk menghentikan proses eksekusi

(35)

17

Pause button digunakan untuk menghentikan sementara

proses eksekusi. Kondisi ini akan terus bertahan sampai tombol

in

t program dijalankan. Tombol ini hanya

te

C. NI ELVIS (N atory Virtual Instrument

suite)

digunakan untuk menghubungkan Virtual Instrument dengan dunia nyata. Modul

ini m

i di-click kembali.

Execution Highlight Button digunakan untuk melihat aliran

data yang terjadi saa

rdapat pada layar block diagram karena aliran data yang

dilihat adalah aliran data pada wire.

ational Instrument Electronic Labor

Modul NI ELVIS adalah sebuah perangkat antar muka (interfacing) yang

emiliki 5 channel untuk masukan dan 2 channel untuk keluaran data analog.

Selain itu, modul ini dilengkapi pula dengan 8 channel masukan dan keluaran

untuk data digital. Untuk sumber tegangan, modul ini juga memiliki blok power

supplies, baik itu yang nilainya sudah tetap maupun yang nilainya masih dapat

diubah-ubah (variable). Gambar 2.13 memperlihatkan modul NI ELVIS secara

keseluruhan.

(36)

18

Pengguna dapat membuat dan mencoba rangkaian elektronik sederhana di

atas modul ini. Sisi atas mo uah project board,

denga

melal

dul NI ELVIS terdiri dari 3 b

n berbagai channel pendukung di sekelilingnya. Channel masukan untuk

data analog berada pada bagian kiri atas dari project board. Sedangkan, output

analog dan blok power supplies berada pada bagian kiri bawah. Untuk data-data

digital, baik input maupun output, berada pada bagian kanan atas dari project

board. Bagian kanan bawah digunakan untuk counter dan user configurable I/O.

Modul NI ELVIS dapat berhubungan dengan software LabVIEW melalui

DAQ card. Channel-channel masukan pada modul NI ELVIS dapat dipanggil

ui function>>input>>DAQ assistant. Begitu pula jika ingin memanggil dan

memakai channel keluaran pada modul ini, user dapat memanggil melalui

function>>output>>DAQ assistant. Namun channel yang tertampil pada

software LabVIEW tidak sesuai jumlah channel sebenarnya yang tersedia pada

modul NI ELVIS sehingga penggunaan channel harus didasarkan pada kondisi

sebenarnya (menurut modul NI ELVIS). Pada gambar 2.14 digambarkan sisi atas

dari modul NI ELVIS :

(37)

19

D. SENSOR

Sensor merup bah besaran fisik

ran listrik. Dalam kontrol posisi, letak suatu obyek diterjemahkan

men

Pada gambar 2 upakan hasil

pembagian tegangan input (Vin) yang didasarkan pada perbandingan nilai

resi

Gamb meter

akan komponen elektronik yang mengu

menjadi besa

jadi besaran listrik yang dapat dimengerti oleh sistem. Rangkaian yang

sering dipakai adalah rangkaian pembagi tegangan (voltage divider). Rangkaian

ini memiliki keluaran berupa tegangan. Rangkaian pembagi tegangan yang

sederhana dapat digambarkan pada gambar 2.15.

Gambar 2.15 Rangkaian pembagi tegangan

.15, nilai tegangan keluaran (Vout) mer

stansi. R1 dan R2 merupakan resistansi pengaman yang membatasi arus

pada saat Rsensor mencapai nilai ekstrim. Dalam hal ini, sensor yang digunakan

adalah potensiometer. Secara sederhana, potensiometer dapat dianalogikan

sebagai dua buah resistansi yang disusun secara seri. Hasil jumlahan resistansi

tersebut merupakan nilai maksimum. Pada gambar 2.16 digambarkan bentuk

potensiometer sedangkan gambar 2.17 menunjukkan hubungan seri resistansi

pada potensiometer .

(38)

20

Gambar 2.17 Hubungan seri resistansi pada potensiometer

Berdasarkan gambar 2.17, dapat diketahui persamaan nilai tegangan

keluaran (Vout) dari perbandingan nilai resistansi RL dan RH, yaitu :

Vout =

RH RL

RL

+ x Vin (2.4)

E. MOTOR DC

Motor adalah suatu mesin listrik yang menghasilkan gerak mekanis dengan

p etis. Motor dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : motor

aru

Motor DC menggunakan prinsip elektromagnetis dengan memperhatikan

beberapa faktor yaitu : a ah gaya dan sudut arah

meda

rinsip elektromagn

s searah (DC) dan motor arus bolak-balik (AC). Motor arus searah

membutuhkan tegangan searah (DC) untuk bekerja. Pada gambar 2.18

digambarkan simbol dari motor DC [5].

M

Gambar 2.18 Simbol motor DC

rah medan magnet, arah arus, ar

n magnet terhadap arah arus. Prinsip kerja motor DC dapat dijelaskan

(39)

21

Gambar 2.19 Prinsip kerja motor DC

Pada gambar 2.19, B adalah arus medan magnet yang bergerak dari kutub

utara ke kutub selat gaya lorentz yang

ditun

an. F menunjukkan besar dan arah

jukkan dengan anak panah berwarna hijau. Gaya lorentz ini bergerak dari

atas ke bawah. θ menunjukkan besar sudut antara arah medan magnet terhadap

arah arus. Sedangkan arah arus sendiri ditunjukkan dengan anak panah berwarna

merah dengan si bol i.

F. OP-AMP UNTUK

m

KENDALI PID

Operational Amplifier (Op-Amp) dapat diaplikasikan dalam rangkaian PID

b urang, penjumlah, integrator maupun

dife

alam 2 jenis yaitu penguat

non-inverting (tak membalik). Namun dalam

erupa rangkaian penguat, buffer, peng

rensiator. Fungsi-fungsi ini dapat dihasilkan dan diatur melalui pemasangan

komponen-komponen pasif seperti resistor dan kapasitor. Op-amp dapat

dirangkai untuk mendapatkan beberapa fungsi yaitu:

1. Op-amp sebagai penguat

Rangkaian op-amp sebagai penguat dibedakan d

inverting (membalik) dan

penggunaannya, lebih sering digunakan jenis inverting. Rangkaian ini

memiliki gain untai tertutup yang ditentukan oleh nilai resistansi feedback

dan resistansi masukan [6]. Rangkaian penguat inverting digambarkan

pada gambar 2.20.

U

θ

S

B

F

i

ara putar motor

arah medan magnet

i

(40)

22

Perum san gain untai tertutup dari penguat inverting adalah sebagai

berikut :

Gambar 2.20 Rangkaian penguat inverting

u

ACL =

Vi Vo

=

-Ri Rf

(2.5)

dengan:

ACL untai tertutup

gangan keluaran

2.

Op-Buffer sering digunakan dalam rangkaian input sebagai penyangga nilai

t digunakan sebagai buffer karena hanya menarik

op-amp

= Gain

Vo = Te

Vi = Tegangan masukan

Rf = Resistansi feedback

Ri = Resistansi masukan

amp sebagai buffer

tegangan. Op-amp dapa

arus yang sangat kecil (secara ideal arusnya 0). Rangkaian buffer dengan

Op-amp digambarkan pada gambar 2.21.

(41)

23

3. Op-amp sebagai penguat penjumlah

Rangkaian p ngembangan

rangkaian penguat inverting dengan lebih dari satu masukan. Seperti

enjumlah dapat memiliki penguatan

lah

erdasarkan perumusan penguat inverting untuk tiap-tiap input maka

idapatkan rumusan tegangan output sebagai berikut :

Vo

enguat penjumlah (summing) merupakan pe

penguat inverting dasar, penguat p

berbeda-beda untuk tiap masukan. Gambar rangkaian penguat penjumlah

ditunjukkan pada gambar 2.22 [7].

Gambar 2.22 Rangkaian penguat penjum

B

d

= (- . 1 1V

R Rf

) + (- . 2 2V

R Rf

) + (- . 3 3V

R Rf

)

= - ( . 1 1V

R Rf

+ . 2 2V

R Rf

+ . 3 3V

R Rf

) (2.7)

4. tor

Integrator memiliki komponen feedback berupa kapasitor yang

b bar 2.23 [7].

Gamb sebagai integrator

Op-amp sebagai integra

digam arkan pada gam

(42)

24

Bila diketahui nilai impedansi dari kapasitor adalah :

Xc = 1 / j.ω

.C = 1 / sC

aka dapat diperoleh nilai perbandingan Vo/Vi yaitu [7] :

M

I =

R Vi = - Xc Vo = sC Vo / 1 − = -s.C.Vo Vo

Vi = sC

1

R

Dalam domain persa dapat dituliskan sebagai berikut :

Vo (t)

waktu, maan di atas

= -

Vi t dt RC. ( )

1

(2.8)

5.

n input

digambarkan pada gambar 2.24 [7].

Gamb sebagai diferensiator

Dari rangk an keluaran sebesar :

Vo(t) =

Op-amp sebagai diferensiator

Diferensiator memiliki kompo en berupa kapasitor yang

ar 2.24 Rangkaian op-amp

aian di atas akan diperoleh nilai tegang

dt t dVi RC. ( )

(43)

25

G. ARAKTERI S SISTEM

Unjuk kerja dari sebuah sistem kontrol dapat diketahui dari karakteristik

respons sistem tersebut. Karakteristik performansi sistem kontrol sering

dinyatakan dalam bentuk respons transien terhadap masukan tangga satuan

k

an diam sehingga keluaran dan

sem

0% dari harga akhirnya.

nilai akhir. Biasanya

K STIK RESPON KONTROL

arena mudah dibangkitkan dan cukup radikal.

Respons transien suatu sistem terhadap masukan tangga satuan bergantung

pada syarat awal. Untuk memudahkan pembandingan respons transien berbagai

macam sistem, hal yang biasa dilakukan adalah menggunakan syarat awal

standar bahwa sistem mula-mula dalam keada

ua turunan waktunya pada awal respon sama dengan nol. Selanjutnya

karakteristik respons dapat dibandingkan [8].

Respons transien sistem kontrol praktis sering menunjukkan osilasi teredam

sebelum mencapai keaadaan tunak. Dalam menentukan karakteristik respons

transien sistem kontrol terhadap masukan tangga satuan, biasanya dicari

parameter berikut [8]:

1. Waktu tunda (delay time), td : waktu yang diperlukan respons untuk

mencapai setengah harga akhir yang pertama kali

2. Waktu naik (rise time), ts : waktu yang diperlukan respons untuk naik

dari 10 sampai 9

3. Lewatan Maksimum (Maximum overshoot), Mp : harga puncak

maksimum dari kurva respons yang diukur dari

ditampilkan dalam persen Mp dengan perumusan sebagai berikut :

% Mp =

NilaiAkhir NilaiAkh Lewatan− ir

untuk

parameter in %.

4. Waktu penetapan (settling time), ts : waktu yang diperlukan kurva x 100%

Nilai % Mp untuk kontrol PID yang menggunakan metode

Ziegler-Nichols berkisar pada rentang 10 – 60 %. Namun, nilai optimal

i adalah 25

respons untuk mencapi dan menetap dalam daerah disekitar harga akhir

yang ukurannya ditentukan dengan persentase mutlak dari harga akhir

(44)

26

5. Steady State Error (SSE) : selisih nilai akhir dengan nilai yang

diinginkan. Biasanya ditampilkan dalam persen SSE dengan perumusan

sebagai berikut :

% SSE =

NilaiInput x 100%

Parameter ini memiliki nilai ideal yaitu 0% karena pada kondisi ini nilai

output sama den

1

0,1 0,9

0,5

Mp

td

tr

ts

setpoint

feedback

SSE NilaiInput

ilaiAkhir

gan nilai input. Namun, hal ini sangat sulit dicapai

sehingga seringkali perbandingan yang dilakukan hanya berdasarkan

nilai % SSE yang mendekati keadaan ideal (0%).

Kur

ditamp

Gambar 2.25. Kurva respons tangga satuan yang menunjukkan

td, tr, Mp, ts dan SSE

Masukan Setpoint ditunjukkan dengan garis hijau sedangkan kurva respon

ditunjukkan al

pemberian input tangga satuan. Waktu penetapan (ts) dihitung dari titik nol

sampai waktu pertama kali mencapai daerah disekitar harga akhir.

N

va respons tangga satuan yang menunjukkan td, tr, Mp, ts dan SSE

ilkan pada gambar 2.25 [8]

t

(45)

27

BAB III

PERANCANGAN

NI ELVIS

( interfacing )

SetPoint

vertical +

-Kontroler Driver

NI ELVIS

( interfacing )

SetPoint

horizontal +- Kontroler Driver

Plant FeedBack vertical

ih dahulu. Setelah diketahui sifat dari plant, data-data tersebut kemudian

digunakan untuk merancang kontroler PID. Parameter-parameter inilah yang

nantinya akan dimasukkan dalam algoritma PID untuk selanjutnya dituliskan

dalam bentuk program LabVIEW. Keluaran kontroler PID kemudian dilewatkan

pada perangkat interfacing berupa modul NI ELVIS. Karena nilai keluaran modul

NI ELVIS tidak mampu untuk mengaktifkan aktuator (motor) pada plant maka

diperlukan sebuah driver motor. Namun pada bab ini tidak terdapat perancangan

driver motor karena memakai rangkaian driver yang telah tersedia. Diagram blok

sistem pengendali posisi pada model helikopter digambarkan pada gambar 3.1.

FeedBack horizontal

Sistem kendali posisi pada m er terdiri atas empat bagian, yaitu

plant, driver, perangkat interfacin m

pemrograman dengan softw unakan untuk mengetahui

sifat sistem yang akan dikendalikan sehingga konstruksi plant harus dibuat

terleb

Gambar 3.1 Diagram blok sistem pengendali posisi

ata posisi didapatkan dari rangkaian sensor yang terdapat di dalam plant.

Data ini merupakan sinyal feedback. Posisi yang ingin dikendalikan oleh sistem

ini ad lah posisi vertical dan horizontal. Pada gambar 3.1, kedua posisi tersebut

digambarkan dala ical dan

blok bawah digunakan untuk posisi horizontal. odel helikopt

g dan kontroler PID yang ditulis dala

are LabVIEW. Plant dig

D

a

m dua buah jalur. Blok atas digunakan untuk posisi vert

(46)

28 7 cm 5 cm 6 c m 5 c m 2, 5 1, 5 2,7 cm 0,9 cm 0,75 cm motor tampak atas

1,1 cm

14,5 cm 4,1 cm kipas tampak atas

Rpot 10,5 cm 7 c m 13 c m horizontal penggerak

s r & poros rtical enso

ve

sensor & poros vertical 3, 8 c m 2,7 box rangkaian penggerak vertical 79 cm 8 8 A. P

Gambar 3.2 Rancangan plant

Motor yang digunakan untuk penggerak vertical sama dengan penggerak

ntuk bidang horizontal. Penggerak untuk kedua bidang ini harus menghasilkan erancangan Plant

Plant yang akan dibuat adalah sebuah bentuk sederhana dari helikopter

dengan 2 bidang posisi yang dikendalikan yaitu vertical dan horizontal. Gambar

rancangan plant yang akan dibuat ditunjukkan pada gambar 3.2.

(47)

29

tenaga dorong angin yang cukup besar maka digunakan motor DC dengan

ecepatan dan arus yang besar pula. Spesifikasi motor yang digunakan adalah

sebagai berikut :

B. P canga

bah nilai posisi yang diinginkan ke dalam

nilai ah potensiometer yang diterapkan

dalam rangkaian pem agi tegangan. Rangkaian sensor yang digunakan untuk

posisi vertical dan horizontal memiliki perbedaan pada nilai resistansi pembagi

i R1 dan R2. Gambar rangkaian sensor yang digunakan

untuk

Gamb

egangan output pada rangkaian sensor memiliki rumusan seperti pada

persamaan 2.2. Namun karena terdapat dua rangkaian sensor yang berbeda maka

dilakukan perhitungan untuk tiap-tiap posisi. k

Tegangan : 12 V

Arus : 1 A

Daya : 12 – 35 W

Kecepatan : 8000 – 15.000 rpm

eran n Sensor

Sensor digunakan untuk mengu

tegangan. Sensor yang digunakan adal

b

nilai tegangan, yaitu nila

posisi vertical ditunjukkan pada gambar 3.3 (a) sedangkan yang digunakan

untuk posisi horizontal ditunjukkan pada gambar 3.3 (b).

(a) (b)

ar 3.3 Rancangan rangkaian sensor

(48)

30

Rentang nilai Vout untuk bidang horizontal yang diinginkan untuk bidang

horizontal adalah 1 volt yaitu dari 2 volt sampai 3 volt sehingga nilai total

potensiometer dapat dicari dengan perhitungan sebagai berikut :

Vout max = Vin RH Rpot RL Rpot RL . max max + + + (3.1)

3 = .5

max 200

max 100K Rpot

Rpot

KΩ+

+ Ω

600KΩ + 3.Rpot max = 500KΩ + 5.Rpot max

2.Rpot max

nsor horizontal, yaitu : 100KΩ =

Rpot max = 50 KΩ

Maka dapat diketahui pula resolusi dari se

resolusi = min max max sudut Sudut Vin V − − = ° − ° − 0 270 2 3V V

= 0,0037 V/ ° (3.2)

Bidang vertical memiliki nilai pembagi tegangan R1 dan R2 yang lebih kecil

daripada yang digun unutk kukan

mendapatkan jangkauan nilai tegangan yang lebih besar. Perhitungan untuk sensor

vertic

akan bidang horizontal. Hal ini dila untuk

al adalah sebagai berikut :

Vout min = Vin R

R

. 1

2

+Rpot+R2

= V

K K K K 5 . 10 50 10 10 +

+ = 0,714 V

Vout max = Vin

R Rpot R Rpot R . 2 1 2 + + +

= V

K K K K K 5 . 10 50 10 50 10 + + +

(49)

31

Maka dapat diketahui pula resolusi dari sensor vertical, yaitu :

resolusi = min max max sudut Sudut Vin V − − = ° − ° − 0 270 714 , 0 285 ,

4 V V

= 0,0132 V/ 1 ° (3.3)

C. Perancangan kontroler PID

Kontroler PID digunakan untuk mengendalikan plant yang sudah dibuat

sebelumnya sehingga diperlukan data tentang karakteristik plant untuk

eter kontrol. Perancangan kontroler dilakukan

dalam

i dilakukan pengambilan data tentang karakteristik sistem

yang untuk selanjutnya dipakai untuk menentukan nilai

parameter-ncangan

ik. Gambar 3.4 adalah menentukan nilai parameter-param

3 tahap yaitu:

1. Penentuan parameter-parameter PID dengan metode kurva reaksi

Pada tahap in

parameter kontroler berdasarkan metode kurva reaksi. Pera

kontroler dilakukan dengan metode kurva reaksi karena respon sistem ini

tidak terlalu cepat sehingga perubahan yang terjadi masih dapat diamati.

Selain itu, penggunaan metode osilasi akan menjadi kurang baik jika

perubahan (osilasi) sistem tidak terjadi secara ideal. Hal ini dapat

disebabkan oleh faktor konstruksi plant itu sendiri ataupun faktor

lingkungan misalnya kondisi angin disekitar plant.

Pengambilan data karakteristik plant dilakukan dengan bantuan software

LabVIEW dan modul NI ELVIS. Hal ini dilakukan agar diperoleh data

pengamatan dengan tingkat ketelitian yang lebih ba

(50)

32

START

STOP apakah tombol OFF ditekan ?

Yes

No

masukkan nilai input

ambil nilai input, pindahkan ke ao0

ambil data ai0, pindahkan ke indicator

inisialisasi delay

Gambar 3.4 Diagram alir proses pengambilan data

Dari program pengambilan data tersebut akan diperoleh data tentang

karakteristik plant yang dibuat, baik untuk posisi vertical dan horizontal.

Maka penalaan parameter PID ini dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Posisi vertical

Data plant untuk posisi vertical ditampilkan dalam tabel 3.1, dengan Time

sebagai fungsi waktu dan Vout sebagai fungsi dari tegangan output yaitu

nilai tegangan dari sensor vertical. Input step yang diberikan pada

(51)

33

Tabel 3.1 Tabel karakteristik posisi vertical

sensor (V) time (s)

1,979 0 2,048 2 2,077 4 2,086 6 2,127 8 2,165 10 2,214 12 2,252 14 2,323 16 2,472 18 3,067 20 3,1 22 3,1 24 3,1 26

Data pada tabel 3.1 diperoleh dengan memberi input sebesar 2,85 volt

pada motor. Fungsi tangga satuan ini menghasilkan rentang tegangan

output sebesar 1,121 volts. Sehingga nilai k dapat dicari sebagai berikut :

k = min max min max IN IN OUT OUT − − = 0 85 , 2 979 , 1 1 , 3 − − = 85 , 2 121 , 1 = 0,393333

Berdasarkan Tabel 3.1, dapat dibuat sebuah grafik output terhadap waktu

yang akan digunakan untuk menentukan waktu mati (L) dan waktu tunda

(T). Grafik output plant terhadap waktu untuk posisi vertical digambarkan

(52)

34

Vsensor vertic VS Time

1,9 2,1 2,3 2,5 2,7 2,9 3,1 3,3

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55

Time (s) V sensor ( V o lt )

Gambar 3.5 Grafik output plant terhadap waktu untuk posisi vertical

Gambar 3.5 Grafik output plant terhadap waktu untuk posisi vertical

Dari Grafik diatas diperoleh nilai L dan T sebagai berikut : Dari Grafik diatas diperoleh nilai L dan T sebagai berikut :

Waktu mati (L) = 9 s = 0,15 menit Waktu mati (L) = 9 s = 0,15 menit

Waktu Tunda (T) = 22 s = 0,366667 menit Waktu Tunda (T) = 22 s = 0,366667 menit

Nilai L dan T di atas kemudian digunakan untuk menentukan parameter

PID berdasarkan tabel 2.1. Berdasarkan tabel penalaan tersebut, akan

diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :

Nilai L dan T di atas kemudian digunakan untuk menentukan parameter

PID berdasarkan tabel 2.1. Berdasarkan tabel penalaan tersebut, akan

diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :

Konstanta proportional (Kp) = 1,2 . Konstanta proportional (Kp) = 1,2 .

k

1

. T / L

= 1,2 .

3933 , 0

1

. 2,4444

= 7,4577

Konstanta integral (Ti) = 2.L

= 2. 0,36667

= 0,733333

Konstanta derivative (Td) = 0,5.L

= 0,5. 0,36667

(53)

35

b. Posisi horizontal

Data plant untuk posisi horizontal ditampilkan pada tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2 Tabel karakteristik posisi horizontal

Time (S) Vsensor Time (S) Vsensor

0 2,2 13 2,77

1 2,31 14 2,84

2 2,29 15 2,86

3 2,28 16 2,88

4 2,27 17 2,93

5 2,32 18 2,98

6 2,37 19 2,99

7 2,4 20 3,01

8 2,47 21 3,04

9 2,53 22 3,04

10 2,62 23 3,04

11 2,7 24 3,04

12 2,7 25 3,04

Data pada tabel 3.2 diperoleh dengan memberi input sebesar 2,6 volt pada

motor. Fungsi tangga satuan ini menghasilkan rentang tegangan output

dari 2,2 sampai 3,04 volts. Sehingga nilai k dapat dicari sebagai berikut :

k = min max min max IN IN OUT OUT − − = 0 6 , 2 2 , 2 04 , 3 − − = 6 , 2 84 , 0 = 0,323

Berdasarkan tabel karakteristik 3.2, dapat dibuat sebuah grafik output

terhadap waktu yang akan digunakan untuk menentukan waktu mati (L)

dan waktu tunda (T). Grafik output plant terhadap waktu untuk posisi

(54)

36

VSENSOR vs TIME

2 2,1 2,2 2,3 2,4 2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 3 3,1 3,2

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

TIME (S)

V

sen

so

r (

V

)

VSENSOR vs TIME

Gambar 3.6 Grafik output plant terhadap waktu untuk posisi horizontal

Dari Grafik diatas diperoleh nilai L dan T sebagai berikut :

Waktu mati (L) = 3 s = 0,05 menit

Waktu Tunda (T) = 17 - 3 s = 0,2333 menit

Nilai L dan T ini kemudian digunakan untuk menentukan parameter PID

berdasarkan tabel 2.1. Berdasarkan tabel penalaan tersebut, akan diperoleh

nilai-nilai sebagai berikut :

Konstanta proportional (Kp) = 1,2 .

k

1

. T / L

= 1,2 . 3,095 . 4,6667

= 17,332

Konstanta integral (Ti) = 2 . L

= 2 . 0,2333

= 0,4666

Konstanta derivative (Td) = 0,5 . L

= 0,5 . 0,2333

(55)

37

2. Perancangan blok konversi

Nilai yang akan diproses dalam program LabVIEW berupa nilai tegangan.

Namun pengaturan posisi yang diinginkan berupa nilai ketinggian

(vertical) dan nilai sudut (horizontal). Maka diperlukan sebuah blok

konversi yang dapat mengubah nilai ketinggian ataupun sudut menjadi

nilai tegangan. Blok konversi sebaliknya juga diperlukan untuk mengubah <

Gambar

Gambar 2.5  Respon tangga satuan (step) sistem
Gambar 2.7  Tampilan Front panel
Gambar 2.8  Tampilan Block diagram
Tabel 2.2  Jenis-jenis wire berdasarkan tipe data
+7

Referensi

Dokumen terkait