HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG
TUA, FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR DAN PRESTASI
BELAJAR DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA
MAHASISWA
Studi Kasus : Pada Mahasiswa angkatan 2004 dan 2005, Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh :
WENSISLAUS C. SUNU EKO S 01 1334 088
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO
Apapun Aku, Aku adalah apa yang ada dalam pikiranku, Akulah yang akan menjadikan diriku seperti Apa yang ada
v
PERSEMBAHAN
Seandainya layak, kupersembahkan untuk mereka yang senantiasa ada
dihati, yang telah memberikan doa dan restu, semangat serta bantuan dalam
berbagai bentuk sehingga skripsi ini memberikan kebanggaan bagi diriku dan
bagi mereka semua, yaitu :
∗
Tuhan Yesus Kristus
yang membimbing dan menerangi setiap langkah hidupku.∗ Kepada Bapakku
Subandrio
dan IbukuSri Sutaryani
tercinta yang dengan tulus dan doa restunya, aku bisa menjadi seperti sekarang ini.∗
Kepada adikkuArga,
Felis dan Anas,
serta anaknya (Tegar).
∗ Kepada
Basilia Ria Irmawati
yang selalu setia mendampingi dalam pembuatan setiap kata dalam skripsi ini, yang akan aku cintai sepenuh hati, yang akan aku harapkan jadi teman perjuangan merenda masa depan, dan menapaki terang jalan Tuhan Yesus. ∗ Kepada pak lik, bulik, bude, mbah kakung, mbah putri yang ada diPurworejo, Kulon Progo dan Jogoyudan, Yogyakarta.
vii
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR
DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA
Studi Kasus : Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, angkatan 2004 dan 2005, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Wensislaus C. Sunu Eko Subandriyo Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha; (2) hubungan faktor lingkungan belajar dengan minat berwirausaha; (3) hubungan prestasi belajar dengan minat berwirausaha.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, angkatan 2004 dan 2005, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang berjumlah 163 mahasiswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Untuk menjawab masalah pertama, kedua dan ketiga, digunakan analisis korelasi
product moment.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan atas segala penyertaan dan bimbingan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Faktor Lingkungan Belajar,
dan Prestasi Belajar dengan Minat Berwirausaha.
Dalam Penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan,
semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi
ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakartra.
2. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Laurentinus Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Universitas sanata Dharma Yogyakarta.
4. S. Widanarto P. S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
menyediakan waktunya, memberikan saran, masukan, dan
pengarahan-pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan
selesai.
5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan
x
6.
Kedua orang tuaku, Bapak Subandrio dan Ibu Sri Sutaryani
yang tercinta,dan adiku
Felis
danArga, Anas
serta keponakanku yang kusayangiTegar
,serta teman hidupku
Ria
yang tidak pernah lelah memberikan doa, kasihsayang, doa restu, perhatian, dukungan baik moril maupun materiil, serta
semangat kepada penulis.
7. Teruntuk Mbahku Atmo Wiyono dan Pariyem, Turyono (Alm) dan Mursinah,
Mbah Kadir, Om Yanto (Alm) serta anak, istri, Om Triyono serta anak, istri,
Om Suparyono serta anak, istri, Om Sumarjo serta anak, istri, bude Ning,
Darmi, terima kasih atas dorongan dan semangatnya selama ini.
8. Keluarga besarku di Purworejo makasih atas semuanya.
9. Buat mas Dani beserta istri yang sedang menunggu kelahiran anak
pertamanya.
10.Sahabatku yang sangat membantu pengerjaan skripsi ini ; Dwi Widianto,
Taryono, Joko, Satya.
11.Teman-teman seperjuanganku Pendidikan Akuntansi ; Heru ‘Kompos’, Allan ‘Jembling’, Wawan ‘Bakwan’, Heru ‘Grandong’, Anry
‘Kontrek’, Duex, Beni ‘Bendot’, Yudha ‘Gudhel’, Eka ‘Colly’, Diar ‘Beda’, Adi ‘Sardjoe’, Sigit ‘Wewek’, Arie ‘Teklek’, Cipi, Remond, Andre, Anton ‘Burket’, Titus ‘Pakde’, Sunu C, thank’s atas kebersamaannya.
12.Buat teman-teman pecinta alam: Banyak, Tengu, Kenthos, Cathak, Gogon,
Gembil, Ngilman, dll.
xi
14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat
diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Yogyakarta, Juli 2008 Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 3
C. Rumusan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 5
xiii
2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 14
3. Lingkungan Belajar ... 17
4. Prestasi Belajar ... 26
5. Minat ... 28
B. Kerangka Berfikir ... 32
1. Hubungan antara status ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha pada mahasiswa ... 32
2. Hubungan antara faktor lingkungan belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa ... 34
3. Hubungan antara prestasi belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa ... 35
C. Hipotesis Penelitian ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 37
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 38
D. Populasi ... 39
E. Operasional Variabel ... 40
F. Teknik Pengumpulan Data ... 45
G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 46
H. Teknik Analisis Data ... 54
xiv
B. Visi, Misi danTujuan Pendidikan USD ... 61
C. Nama-nama Rektor USD ... 62
D. Struktur Organisasi ... 63
E. Jurusan dan Program Studi ... 66
F. Sejarah Program Studi Pendidikan Akuntansi ... 67
G. Deskripsi Program Studi ... 69
H. Sumber Daya Manusia ... 70
I. Sarana dan Prasarana ... 70
J. Kemahasiswaan ... 71
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 73
B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 81
C. Pengujian Hipotesis ... 84
D. Pembahasan ... 87
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 91
B. Keterbatasan Penelitian ... 92
C. Saran-saran ... 92
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Operasional Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 42
Tabel 3.2 Operasional Variabel Lingkungan Belajar ... 43
Tabel 3.3 Kategori Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa ... 44
Tabel 3.4 Operasional Variabel Minat ... 45
Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Validitas Status Sosial Ekonomi OrangTua I .. 48
Tabel 3.6 Hasil Pengukuran Validitas Status Sosial Ekonomi OrangTuaII .. 49
Tabel 3.7 Hasil Pengukuran Validitas Lingkungan Belajar ... 50
Tabel 3.8 Hasil Pengukuran Validitas Minat Berwirausaha I ... 51
Tabel 3.9 Hasil Pengukuran Validitas Minat Berwirausaha II ... 52
Tabel 3.10 Intepretasi Koefisien secara Konservatif ... 53
Tabel 3.11 Hasil Pengukuran Reliabel ... 54
Tabel 3.12 Intepretasi ... 58
Tabel 4.1 Jurusan dan Program Studi ... 66
Tabel 5.1 Deskripsi Tingkat Pendidikan Ayah ... 73
Tabel 5.2 Deskripsi Tingkat Pendidikan Ibu ... 74
Tabel 5.3 Deskripsi Pekerjaan Pokok Ayah ... 75
Tabel 5.4 Deskripsi Pekerjaan Pokok Ibu ... 76
Tabel 5.5 Deskripsi Pendapatan Ayah ... 77
Tabel 5.6 Deskripsi Pendapatan Ibu ... 78
Tabel 5.7 Deskripsi Lingkungan Belajar ... 79
xvi
Tabel 5.9 Deskripsi Minat Berwirausaha ... 81
Tabel 5.10 Tabel Uji Normalitas ... 82
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ... 96
Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas ... 102
Lampiran 3 Distribusi Frekuensi ... 108
Lampiran 4 Data Induk Penelitian ... 127
Lampiran 5 Uji Normalitas dan Lineritas ... 139
Lampiran 6 Korelasi ... 155
Lampiran 7 Tabel r, t, dan F ... 156
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia termasuk dalam lima negara terbesar di dunia, dalam hal
jumlah penduduk. Hal ini merupakan salah satu asset berharga Indonesia
untuk dijadikan modal menghadapi persaingan global yang baru saja
dimulai, jika dikembangkan secara efektif. Perkembangan sumber daya
manusia Indonesia untuk menjadi pegawai atau karyawan semakin
menghadapi keterbatasan kesempatan, hanya bagi yang benar-benar ahli
dibidangnya dan tampil mengerjakan sesuatu yang spesifik, peluang itu
masih ada.
Sejak krisis ekonomi yang terjadi mulai tahun 1997, telah banyak
industri dalam negeri yang hancur bahkan gulung tikar karena tidak
mampu menjalankan kegiatan operasinya akibat membengkaknya biaya-
biaya oprerasi. Hal itu menyebabkan banyak perusahaan besar dan para
konglomerat terpukul dan terpaksa mengajukan hutang luar negeri dan
sampai saat ini masih belum terlunasi meskipun sempat mem-PHK ribuan
karyawannya. Kondisi negara yang terpuruk inilah yang menyebabkan
sulitnya mencari lapangan pekerjaan dikarenakan kompetisi yang semakin
ketat di tengah sempitnya lapangan pekerjan. Sebaliknya, sebagian mereka
yang berhasil berwirausaha, berhasil menciptakan kesempatan berkarya
bagi dirinya sendiri dan kemudian bagi orang lain. Mereka bisa
memberikan nilai tambah dan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan
perekonomian nasional meskipun sebagian besar diantaranya adalah
pengusaha kecil dan menengah. Tetapi sebagai buktinya justru merekalah
yang mampu selamat diterpa badai krisis ekonomi sejak 1997 lalu.
Dibandingkan dengan tenaga lain, tenaga terdidik setingkat S1
pantas diperkirakan memiliki potensi yang lebih besar untuk berhasil
berwirausaha. Mereka memiliki kemampuan penalaran yang telah
berkembang dan wawasan yang luas. Dalam hal ini, sejauh mana peran
perguruan tinggi dalam menghasilkan calon-calon wirausahawan muda?
Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan adalah salah satu lembaga
yang bertanggung jawab terhadap kualitas lulusan-lulusannya. Masalah
yang kita hadapi sekarang adalah apakah sarjana kita mampu
mengembangkan kelebihan yang mereka miliki untuk menjadi seorang
wirausaha? sedangkan untuk jadi wirausaha tidaklah mudah karena
mereka harus memiliki karakter-karakter seorang wirausaha yang antara
lain adalah kemandirian, menyukai resiko, kreatif, dan masih banyak lagi,
selain itu banyak faktor yang berhubungan dengan minat berwirausaha
pada mahasiswa. Diduga, faktor-faktor status sosial ekonomi orang tua,
faktor lingkungan, prestasi belajar dan masih banyak faktor lain yang
berhubungan dengan minat berwirausaha pada mahasiswa. Dengan
keterbatasan penulis, untuk itu penulis tertarik untuk menganalisa sejauh
mana faktor-faktor tersebut di atas, maka penelitian ini mengambil judul
TUA, FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA”. Studi kasus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma tahun angkatan 2004 dan 2005.
B. Batasan Masalah
Mengingat begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi minat
siswa untuk berwirausaha, maka perlu dilakukan pembatasan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut: Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Faktor Lingkungan Belajar dan Prestasi Belajar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
penulis diatas, maka penulis mencoba merumuskan masalah penelitian ini
sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan
minat berwirausaha pada mahasiswa?
2. Apakah ada hubungan antara faktor lingkungan belajar dengan minat
berwirausaha pada mahasiswa?
3. Apakah ada hubungan antara prestasi belajar dengan minat
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi
orang tua dengan minat berwirausaha pada mahasiswa .
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara faktor lingkungan
belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa .
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara prestasi belajar dengan
minat berwirausaha pada mahasiswa.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak antara
lain :
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Dapat menambah perbendaharaan bacaan, khususnya mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha pada mahasiswa.
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya dan dapat menambah
perbendaharaan bacaan, khususnya mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi minat berwirausaha pada mahasiswa.
3. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis mengenai cara, maupun proses
melakukan sebuah penelitian, sehingga dapat dijadikan tolok ukur
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kewirausahaan
Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari
tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi
tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang
mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis, menurut Zimmerer (1996)
dalam Suryana (2001:2) “ Entrepreneurship is the result of a disciplined,
systematik process of applying creativity and innovations to need and
opportunities in the marketplace”. Kewirausahaan adalah hasil dari suatu
disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan keinovasian dalam
memenuhi kebutuhan dan peluang dipasar. Kewirausahaan mempelajari
tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan
berinovasi. Menurut Soeparman Soemahamijaja (1997) dalam Suryana
(2001:3), Kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirausahaan
meliputi:
a.Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam merumuskan
tujuan hidup/usaha tersebut perlu perenungan, koreksi yang kemudian
berulang-ulang dibaca dan diamati sampai memahami apa yang menjadi
kemauannya
b.Kemampuan memotivasi diri, untuk melahirkan suatu tekad kemauan
yang selalu menyala-nyala.
c.Kemampuan untuk berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik
tanpa menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang
sehingga menjadi kebiasaan berinisiatif.
d.Kebiasaan berinisiatif yang melahirkan kreatifitas (daya cipta) setelah
dibiasakan berulang–ulang akan melahirkan motivasi. Kebiasaan
inovatif adalah desakan dalam diri untuk selalu mencari berbagai
kemungkinan baru atau kombinasi baru apa saja yang dapat dijadikan
piranti dalam menyajikan barang dan jasa bagi kemakmuran
masyarakat.
e.Kemampuan untuk membentuk modal uang atau barang modal(capital
goods).
f. Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri untuk selalu
tepat waktu dalam segala tindakannya melalui kebiasaan yang selalu
tidak menunda pekerjaan.
g.Kemampuan mental yang dilandasi dangan agama.
h.Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari
pengalaman yang baik maupun menyakitkan.
Secara epistemologi, kewirausahaan merupakan nilai yang
diperlukan untuk memulai usaha atau suatu proses dalam mengerjakan
suatu yang baru dan sesuatu yang berbeda. Dua hal ini tampak dalam
dalam Suryana (2001:4) sebagai berikut: “applying creativity and
innovation to solve the problem and to exploit ooportunity that people face
everyday”
Kreatifitas oleh Zimmermer (1996:51) dalam Suryana (2001:3)
diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan
menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi
peluang. Sedangkan inovasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk
menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan
menghadapi peluang. Dengan demikian, kewirausahaan dapat
didefinisikan sebagai kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku
yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat
dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.
Dalam konteks manajemen, seorang wirausahawan umumnya
memiliki kemampuan menggunakan sumber daya seperti finansial, bahan
mentah (materials) dan tenaga kerja untuk menghasilkan suatu produk
baru, bisnis baru, proses produksi, ataupun pengembangan organisasi
usaha Marzuki Usman, (1997) dalam suryana (2001:3). Beberapa definisi
lain juga menekankan pada hal yang sama seperti tampak dalam pendapat
Scarborough dan Zimmerer (1993:5) dalam Suryana (2001:4) sebagai
berikut: “an entrepreneur is one who creates a new business in the face of
risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by
identifiting oppotunities and assembling the necessary resouces to
Menurut Drucker (1994) dalam Suryana (2001:10), kewirausahaan
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda (ability to
create the new and different thing). Bygrave (1995) dalam Suryana
(2001:4) menambahkan bahwa kemampuan menciptakan sesuatu tidaklah
cukup, seorang wirausaha harus berani mengembangkan usaha dan ide-ide
barunya.
Dengan demikian esensi kewirausahaan dalam konteks manajemen
adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses kombinasi antara
sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing.
Cara-cara tersebut menurut Zimmermer (1996:51); Suryana (2001:7)
mencakupan :
a. Pengembangan teknologi baru (developing new technology)
b. Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge)
c. Perbaikan produk dan jasa yang sudah ada (improfing existing
products or services)
d. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa
yang lebih banyak dengan menggunakan sumber daya yang lebih
sedikit (finding different ways of providing more goods and services
with fewer resurces).
Sama halnya dengan definisi kewirausahaan, karakteristik
kewirausahaan dikemukakan oleh berbagai pihak secara beragam.
Meredith (1996:9) dalam Suryana (2001:7) menyatakan bahwa
daya. Oleh sebab itu, berwirausaha merupakan suatu pekerjaan atau karier
dimana seseorang dalam menjalakan memiliki ciri-ciri: (1) kepribadian,
ketidaktergantungan, individualitas dan optimisme: (2) kebutuhan untuk
berprestasi berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras
mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif: (3) kemampuan untuk
mengambil resiko yang wajar: (4) perilaku sebagai pemimpin, bergaul
dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik: (5) inovatif dan
kreatif serta fleksibel: dan (6) berpandangan ke depan.
Wirausaha memiliki sejumlah karakteristik umum. Antara lain,
seperti M. Scarborough dan Zimmerer (1993) yang dikutip oleh Suryana
(2001:8-9), mengemukakan delapan karakteristik sebagai berikut:
a. Desire for responsibility
Memiliki tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya.
Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri.
b. Preference for moderate risk
Lebih memilih resiko yang moderat, artinya ia selalu menghindari
resiko yang rendah dan menghindari resiko yang tinggi.
c. Confidence in their ability to succes
Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil.
d. High level of energy
Memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya
e. Future orientation
Berorientasi ke masa depan, perspektif dan berwawasan jauh ke depan.
f. Skill at organizing
Memiliki ketrampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk
menciptakan nilai tambah.
g. Desire for immediate feedback
Selalu menghendaki umpan balik yang segera.
h. Value of achievement over money
Selalu menilai prestasi dengan uang.
Sementara, menurut Arthur Kuriloff dan J.M. Mempil (1993:20)
dalam Suryana (2001:9) mengemukakan karakteristik kewirausahaan
dalam bentuk nilai-nilai dan perilaku kewirausahaan antara lain: (1)
commitment, (2) moderate risk, (3) seeing opportunities, (4) objectivity,
(5) feedback, (6) optimism, (7) money, (8) proactive management.
Wirausaha selalu komitmen dalam melakukan tugasnya sampai
berhasil. Ia harus tekun, ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya
berhasil. Wirausaha selalu berani mengambil resiko yang moderat artinya
resiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha
untuk terus berjuang mencari peluang sampai berhasil. Keberanian
menghadapi resiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong
wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai ada hasil.
Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objetif, dan merupakan umpan balik bagi
ada hasil yang diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan
dipandang sebagai sumber daya.
Masing-masing karakteristik kewirausahaan memiliki
makna-makna yang disebut nilai (Milton Rockeach, 1973) dalam Suryana
(2001:13). Konsep nilai selanjutnya dibedakan menjadi 2 yaitu : (1)
person has a value: dan (2) an object has value. Konsep pertama
menyatakan bahwa nilai yang dianut seseorang dijadikan sebagai ukuran
baku bagi persepsinya terhadap dunia luar. Oleh sebab itu, watak yang
melekat pada seorang wirausaha akan menjadi ciri-ciri kewirausahaan
dapat dipandang sebagai sistem nilai kewirausahaan. Nilai-nilai
kewirausahaan tersebut identik dengan nilai yang melekat pada sistem
nilai manajer. Sedangkan pada pandangan kedua, nilai dianggap sebagai
sesuatu yang ada pada objek dan merupakan milik dari objek.
Sedangkan menurut pandangan Timmons dan McClelland (1961,
Thomas F. Zimmerer (1996:6-8); dalam Suryana (2001:11-12) tentang
karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan yang berhasil adalah
sebagai berikut:
a. Commitment and determination, memiliki komitmen dan tekad yang
bulat untuk mencurahkan semua perhatiannya pada usaha. Sikap yang
setengah hati kemungkinan akan gagal dalam berwirausaha adalah
besar.
b. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab baik
jawab terhadap keberhasilan berwirausaha. Oleh karena itu akan
mawas diri secara internal.
c. Opportunity obsession, yaitu selalu berambisi untuk mencari peluang.
Keberhasilan wirausaha selalu diukur dengan keberhasilan untuk
mencapai tujuan. Pencapaian tujuan terjadi apabila ada peluang.
d. Tolerance for risk, ambiguity, and uncertainty, yaitu tahan terhadap
resiko dan ketidakpastian. Wirausaha harus belajar untuk mengelola
risiko dengan cara mentransfer risiko ke pihak lain seperti banker,
investor, konsumen, pemasok dan lain-lain. Wirausaha yang berhasil
biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda dan
ketidakpastian.
e. Self confidence, yaitu percaya diri, ia cenderung optimis dan tidak
memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang di milikinya
untuk berhasil.
f. Creatifity and flexibility, yaitu berdaya cipta dan luwes. Salah satu
kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan
permintaan. Kekuatan dalam menghadapi perubahan ekonomi dunia
yang serba cepat seringkali membawa kegagalan. Kemampuan untuk
merespons perubahan yang cepat dan fleksibel tentu saja memerlukan
kreatifitas yang tinggi.
g. Desire for imidiate feedback, yaitu selalu memerlukan umpan balik
yang segera untuk mengetahui hasil dari apa yang dikerjakanya. Oleh
kemampuan untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang telah
dimilikinya dan selalu belajar dari kegagalan.
h. High level of energy, yaitu memiliki tingkat energi yang tinggi.
Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih
tinggi dibanding rata-rata orang lainnya, sehingga ia lebih suka kerja
keras walaupun dalam waktu yang relatif lama.
i. Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul. Ia
selalu ingin lebih unggul, lebih berhasil dalam mengerjakan apa yang
dilakukannya dengan melebihi standar yang ada. Motivasi ini muncul
karena ada dalam diri (internal) dan jarang dari luar.
j. Orientation to the future, yaitu berorientasi pada masa yang akan
datang. Untuk tumbuh dan berkembang, ia selalu berpandangan jauh
ke masa depan yang lebih baik.
k. Willingness to learn from failure, yaitu selalu belajar dari kegagalan.
Wirausaha yang berhasil selalu tidak takut gagal. Ia selalu
mengkonsentrasikan kemampuannya pada keberhasilan.
l. Leadership ability, yaitu kemampuan dalam kepemimpinan.
Wirausaha yang berhasil selalu memiliki kemampuan untuk
menggunakan pengaruh tanpa kekuatan (power), ia harus memiliki
taktik mediator dan negotiator pada diktaktor.
Dalam kewirausahaan ada 2 sistem yang menonjol yaitu sistem
nilai primer pragmatik dan sistem nilai moralistik. Sistem nilai primer
kerja keras, tegas, mengutamakan prestasi, keberanian mengambil resiko,
produktivitas, kreativitas, inovatif, kualitas kerja, komitmen, dan
kemampuan mencari peluang. Sementara sistem nilai moralistik mencakup
keyakinan atau percaya diri, kehormatan, kepercayaan, kerja sama,
keteladanan dan keutamaan.
2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Stratifikasi atau status adalah pembedaan penduduk dalam suatu
masyarakat ke dalam sejumlah tingkatan atau lapisan secara
berjenjang-jenjang hirarkis dari lapisan yang tinggi sampai yang terbawah. Inti dari
pelapisan dalam masyarakat adalah tidak adanya
pemerataan/keseimbangan dalam pembagian hak-hak, kewajiban dan
tanggung jawab di antara para anggota masyarakat, yang selanjutnya
mempunyai pengaruh pada pembagian kesejahteraan di antara para warga
masyarakat tersebut. Kedudukan atau status sosial bisa didefinisikan
sebagai tempat dalam hubungannya dengan orang-orang lain dalam
masyarakat, yang akan memberikan hak-hak serta kewajiban-kewajiban
tertentu kepada individu yang menempati kedudukan tersebut.
Status sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam
masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan
pergaulanya, prestisenya, hak-hak, dan kewajibanya Dwi Narwoko &
Bagong Suyanto, (2004:156). Berdasarkan cara bagaimana status
a. Ascribed status (status yang “diharapkan”)
Kedudukan macam ini diterima oleh seseorang bukan karena usaha,
melainkan karena pengaruh adat dan kebudayaan yang berlaku, atau
corak masyarakat, dalam hal ini bisa dijumpai pada masyarakat
feodal.
b. Achieved status (status yang dicapai dengan usaha)
Kedudukan macam ini dicapai oleh seseorang berkat jerih payah
usahanya sendiri. Kedudukan macam ini bersifat terbuka bagi siapa
saja, asal mampu memenuhi persyaratan yang dituntut oleh
kedudukan tersebut.
Kedudukan seseorang di masyarakat banyak ditentukan oleh apa
yang dia miliki, yang dipandang penting oleh masyarakat. Semakin tinggi
tingkat pendidikan dan pekerjaan seseorang maka semakin tinggi pula
status di masyarakat. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh dan
kecenderungan memiliki banyak barang berharga, maka mereka akan
menempati posisi yang tinggi di masyarakat
Adanya perbedaan status sosial masyarakat akan memberikan
kesempatan atau fasilitas hidup yang berbeda pula, seperti keselamatan
hidup, harta benda, standar hidup kebebasan dan tingkah laku. Di samping
itu juga akan memberikan perbedaan dalam memperoleh kesempatan
dalam menekuni jenjang pendidikan. Hal tersebut berarti bahwa keluarga
yang mendapatkan fasilitas lebih banyak akan lebih berpeluang untuk
dalam hal kemampuan, sebagai akibat perbedaan situasi sosial, maka di
sini sekolah dihargai bukan karena nilai pendidikannya saja tapi juga
sebagai simbol status masyarakat.
Keadaan keluarga juga akan berpengaruh terhadap perkembangan
pendidikan anak, ini dapat diartikan bahwa sikap, cita-cita, minat, motivasi
anak terhadap suatu objek akan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi orang
tuanya. Dengan kondisi ekonomi keluarga yang cukup, ia akan mendapat
kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan kecakapannya yang
tidak dapat dikembangkan apabila tidak ada alatnya. Hal ini dapat
diartikan bahwa anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya cukup,
mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan
kemampuannya dari pada anak yang berasal dari keluarga ekonomi lemah.
Sehingga dengan keadaan sosial yang lebih tinggi dapat meningkatkan
minat siswa dalam melanjutkan studi di perguruan tinggi, lain halnya
dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah, minat siswa untuk
melanjutkan studi di perguruan tinggi juga rendah karena biaya untuk
melanjutkan studi di perguruan tinggi dirasa terlalu berat. Jadi, dalam
tingkat pendidikan anak dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi
3. Lingkungan Belajar a. Lingkungan Keluarga
Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai
dengan tujuan yang harus dicapainya perlu memperhatikan beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Petterson dan
Loeber (1984) seperti dikutip oleh (Muhibbin Syah, 1995:138)
mengatakan bahwa lingkungan sosial yang lebih banyak
mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu
sendiri.
Menurut Roestiyah (1982:159), faktor-faktor yang datang dari
keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu :
a. Cara mendidik
Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah sekolah akan
menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab, dan takut
menhadapi tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik
anaknya secara keras itu akan menjadi penakut.
b. Suasana keluarga
Hubungan antara anggota keluarga yang kurang intim,
menimbulkan suasana kaku, tegang di dalam keluarga,
menyebabkan anak kurang semangat untuk belajar. Suasana yang
menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang, memberi motivasi
c. Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak
sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah.
Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib
memberi pengertian dan dorongannya, membantu sedapat mungkin
kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi
guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.
d. Keadaan sosial ekonomi keluarga
Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang
mahal. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan,
kadang kala menjadi penghambat anak belajar. Namun bila
keadaan memungkinkan cukuplah sarana yang diperlukan anak,
sehingga mereka dapat belajar dengan senang.
e. Latar belakang
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak
ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong
semangat anak untuk belajar.
Menurut W.S Winkel (1989:109), keadaan sosial-ekonomi
menunjukan pada taraf kemampuan finansial keluarga yang dapat
bertaraf baik, cukup atau kurang. Keadaan inilah tergantung sampai
seberapa jauh keluarga dapat membekali siswa dengan perlengkapan
kebudayaan yang dimiliki keluarga, yang dapat tinggi, tengah atau
rendah. Dari keadaan ini tergantung kemampuan bagi anak untuk
berbahasa dengan baik, corak pergaulan antara orang tua dan anak,
serta pandangan keluarga mengenai pendidikan sekolah. Sebenarnya,
yang penting di sini bukanlah keadaan itu sendiri, melainkan kondisi
intern pada siswa yang timbul sebagai akibat dari keadaan itu. Namun,
akibat itu tidak harus timbul secara otomatis atau dengan sendirinya.
Sikap siswa sendiri terhadap keadaan itu, kerap menentukan apakah
kondisi intern akan menguntungkan belajar atau menghambatnya.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga
dan sikap anak dalam menanggapi lingkungannya dapat menentukan
keberhasilan pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil
dalam pendidikannya, maka harus diperhatikan segala sesuatu yang
dapat menunjang keberhasilan belajarnya.
b. Lingkungan Sekolah
Kemampuan belajar dimiliki manusia merupakan bekal yang
membuka kesempatan luas untuk memperkaya diri dalam hal
pengetahuan dan kebudayaan. Karena manusia mampu untuk belajar
maka dia berkembang, mulai dari lahir sampai mencapai umur tua.
Berdasarkan kesadaran tentang peranan proses belajar mengajar dalam
kehidupan anak didik, masyarakat telah mendirikan suatu institut yang
perkembangan yang diharapkan. Institut ini disebut sekolah (W.S
Winkel, 1989:2).
Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan
pentingnya pendidikan, sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja
melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan.
Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah
materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah
yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar.
Menurut Roestiyah (1982:159-161), faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa yang datang dari sekolah yaitu :
a. Interaksi guru dan murid.
Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim,
menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Juga
siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif
dalam belajar.
b. Cara penyajian.
Guru pada jaman dulu biasa mengajar dengan metode ceramah
saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat
saja. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang
baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar
c. Hubungan antar murid.
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka
tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada group yang saling
bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan
hubungan masing-masing individu tidak tampak.
d. Standar pelajaran di atas ukuran.
Guru berpendidikan, untuk mempertahankan wibawanya, kadang
memberi pelajaran di atas ukuran standard. Akibatnya anak merasa
kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang
tidak berhasil dalam mempelajari mata kuliahnya, guru semacam
itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang
mengingat perkembangan psikis dan kepribadian anak yang
berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam
menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan
siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan
dapat tercapai.
e. Media pendidikan.
Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk
sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya
belajar anak dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di
perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan
sekolah masih kurang dalam memiliki media jumlah maupun
f. Kurikulum.
Sistem instruksional sekarang menghendaki proses
belajar-mengajar yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu
mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan
yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara
individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan
pedoman perencanaan yang demikian.
g. Keadaan Gedung.
Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung
dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam
setiap kelas.
h. Waktu sekolah.
Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan
penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah
siswa. Akibat selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk
sekolah di sore hari, sebenarnya kurang dapat
dipertanggung-jawabkan, karena anak harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk
sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan
sebagainya. Sebaiknya anak belajar di pagi hari, di mana pikiran
masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.
i. Pelaksanaan disiplin.
Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga
jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi.
Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin, untuk
mengembangkan motivasi yang kuat.
j. Metode belajar.
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini
perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan
efektif pula hasil belajar siswa itu, termasuk pembagian waktu
untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau
terus-menerus, karena besok akan ujian. Dengan belajar demikian
siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit.
Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian
waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup
istirahat akan meningkatkan hasil belajar.
k. Tugas rumah.
Waktu belajar adalah di sekolah, waktu di rumah biarlah digunakan
untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu
banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah,
sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang
lain.
c. Lingkungan Masyarakat
Siswa hidup di masyarakat. Hal demikian berarti siswa adalah
bagian dari warga masyarakat. Oleh karena itu siswa menjalin
tersebut terjadi dengan teman sebaya, dengan orang tua yang lebih tua
maupun dengan yang lebih muda. Menurut Roestiyah (1982:162), anak
perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya.
Tetapi perlu di jaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang
buruk. Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain.
Maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul.
Keberadaan mass media dan televisi, serta banyak bacaan
berupa buku-buku, novel, majalah, koran, kurang dapat
dipertanggungjawabkan secara pendidikan. Kadang-kadang anak asyik
membaca buku yang bukan buku pelajaran, sehingga lupa akan tugas
belajar. Maka, bacaan perlu diawasi dan diseleksi. Televisi yang
banyak menyajikan hiburan yang berupa film-film akan dapat
mengakibatkan anak untuk malas belajar dan moral bagi anak akan
rusak misalnya adanya adegan kekerasan dan pemerkosaan. Hal ini
juga tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan.
Siswa banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga itu sendiri merupakan bagian dari masyarakat.
Komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya, dapat memberikan
pengaruh yang baik atau pengaruh yang buruk bagi siswa. Pergualan
yang salah dapat mengakibatkan siswa lupa atas tanggung jawab
sendiri seorang pelajar.
Muhibbin Syah (1995:44), mengatakan bahwa kondisi sebuah
kemampuan ekonomi di bawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas
umum seperti sekolah dan lapangan olah raga telah terbukti menjadi
lahan yang subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal.
Anak-anak di lingkungan brutal memang tak mempunyai
alasan untuk tidak menjadi brutal, lebih-lebih apabila kedua orang
tuanya kurang atau tidak berpendidikan. Dengan kondisi masyarakat
yang demikian akan berpeluang untuk mempengaruhi sikap anak.
Anak dapat terseret pada kegiatan yang negatif yang dapat merusak
dirinya.
Sementara itu di masyarakat yang lingkungan anak-anaknya
rajin belajar, dapat menjadi daya dorong terhadap siswa yang lain
untuk rajin belajar. Roestiyah (1982:163) mengatakan bahwa di
lingkungan yang anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar akan
terpengaruh untuk rajin belajar tanpa disuruh. Anak akan merasa malu
jika mendapat prestasi yang rendah, jika teman-teman di sekitarnya
mendapat prestasi belajar tinggi. Oleh karena itu anak akan berusaha
belajar keras agar tidak ketinggalan dengan teman-temannya. Apabila
teman-teman di sekitarnya itu teman sekelasnya, anak dapat
mengadakan belajar bersama. Belajar bersama ini dimaksudkan agar
4. PRESTASI BELAJAR
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi
segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan
proses belajar siswa. Manum demikian, pengungkapan perubahan tingkah
laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid sangat sulit. Hal ini di
sebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak
bisa diraba). Oleh karena itu yang dapat dilakukan adalah hanya
mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan
diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil
belajar, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi
karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar
adalah mengetahui garis-garis besar indicator dikaitkan dengan jenis
prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur ( Muhibbin Syah 2003 :
213 )
Seseorang di dunia pada dasarnya mempunyai tujuan yang jelas di
dalam mengarungi kehidupannya, di antara tujuan yang dicapai tersebut
antara lain adalah keinginan untuk berprestasi. W.S Winkel (1989:100)
mendefinisikan prestasi belajar sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor
yang diperoleh dari hasil tes, mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Prestasi merupakan kemampuan nyata seseorang sebagai hasil dari
melakukan atau usaha kegiatan tertentu dan dapat diukur hasilnya.
definisi dari prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1989:700) adalah : penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes
atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan pendapat di atas maka pengertian prestasi belajar
adalah hasil usaha yang dicapai siswa setelah melakukan proses belajar
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam
skor yang diperoleh dari hasil tes. Apabila prestasi dikaitkan dengan
belajar maka mengenal apa yang dinamakan dengan prestasi belajar. Hal
ini menyatakan seberapa jauh hasil yang telah dicapai atau dibuktikan oleh
seseorang. Belajar sendiri merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan
perubahan dengan didapatkannya kemampuan baru yang disebabkan usaha
(Sumadi Suryobroto, 1989:324). Sehubungan dengan prestasi belajar maka
ia mengemukakan bahwa nilai rapor merupakan perumusan terakhir yang
diberikan guru mengenai kemajuan siswa atau prestasi siswa selama masa
tertentu.
Dari beberapa pengertian tentang prestasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan kemampuan
yang dinyatakan dalam nilai rapornya, setelah siswa tersebut selesai
mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Dengan demikian
prestasi belajar merupakan hasil setelah proses belajar menyatakan
(mengukur) tingkat keberhasilan seseorang dalam mengikuti proses
Apabila seseorang belajar, maka ia akan memperoleh hasilnya.
Hasil belajar adalah perubahan di dalam diri si pelajar, dimana ia dapat
mempunyai hasil yang berbeda-beda dan apa yang telah diketahui.
Keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar dapat dilihat dari prestasi
belajarnya.
5. MINAT
Kata minat dapat diartikan sebagai ketertarikan seseorang akan
suatu hal. Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan
suatu pilihan yang tepat, selain itu minat merupakan salah satu faktor
penentu yang sangat penting untuk suatu kemajuan dan keberhasilan
seseorang. Seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan dengan disertai
minat, pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik daripada
mereka tidak berminat sebelumnya. Menurut W.S. Winkel ( 1983 : 30 )
minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subjek untuk
merasa tertarik pada bidang/hal yang tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam bidang itu. Pendapat lain dikemukakan oleh (Bimo
Walgito1977: 38), minat merupakan suatu keadaan dimana seseorang
menaruh perhatian terhadap suatu obyek disertai dengan adanya
kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif dengan obyek tersebut. Jadi
minat adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk merasa tertarik
pada hal atau suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung
melainkan melalui proses. Anak memiliki minat dari pembawaannya,
kemudian memperolah perhatian dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Minat mempunyai dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif
( Elizabeth Hurlock, 1989: 116-117 ). Aspek kognitif dibangun melalui
pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari di rumah, sekolah dan
masyarakat. Dari sumber tersebut seseorang belajar apakah sesuatu
memuaskan kebutuhan atau tidak. Apabila hal tersebut dapat memuaskan
kebutuhannya maka akan timbul minat terhadap hal tersebut. Aspek afektif
juga dibangun dari pengalaman pribadi seseorang tetapi akan tetapi lebih
menekankan kepada emosional. Hal ini berhubungan dengan rasa senang
atau tidak senang. Apabila seseorang mendapatkan suatu pengalaman yang
menyenangkan maka akan semakin berminat terhadap apa yang
dialaminya begitu juga sebaliknya. Dua hal tersebut mempunyai peran
yang sangat penting dalam menentukan apa yang akan dikerjakan oleh
anak dengan jenis penyesuaian pribadi dan sosial mereka, namun demikian
aspek afektif mempunyai peran yang lebih besar dalam memotivasi
tindakan daripada aspek kognitif. Aspek afektif minat bila sudah terbentuk
cenderung tahan terhadap perubahan dibanding aspek kognitif.
Dalam hal pembentukan minat Andi Mappiare (1992) mengatakan
bahwa minat berasal dari harapan, sebab minat terdiri dari perasaan,
harapan, prasangka atau kecenderungan untuk mengarahkan individu pada
suatu pilihan. Hal ini berarti bahwa minat seseorang akan timbul jika
memiliki pandangan untuk dirinya sendiri dan ada kecenderungan untuk
melakukan pekerjaan itu sebagai obyek. Dalam buku Bimbingan dan
Konseling ( Dewa Ketut Sukardi, 1988 : 63 ) ada tiga cara untuk
menentukan minat yaitu:
a. Minat yang diekspresikan ( Expressed Interest )
Yaitu seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan
kata tertentu. Contoh : Seseorang mengatakan bahwa dirinya suka
belajar akuntansi.
b. Minat yang diwujudkan ( Manifest Interest )
Yaitu seseorang dapat mengekspresikan minat bukan memalui
kata-kata tetapi melalui tindakan atau perbuatan, ikut serta berperan aktif
dalam suatu aktivitas tertentu. Contoh : Siswa yang aktif dalam
kegiatan drama.
c. Minat yang diinventarisasikan ( Inventoried Interest )
Yaitu seseorang dapat diukur minatnya dengan menjawab terhadap
sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok
aktivitas tertentu.
Minat berhubungan dengan kecenderungan individu untuk
memusatkan perhatian dan meningkatkan aktivitas mental dan kegiatan
kepada suatu objek. Minat selalu berhubungan dengan kemampuan,
kebutuhan, dan pengalaman pada diri individu. Jadi minat bertujuan
Menurut Soewardi (1987:183) faktor-faktor pendorong minat
adalah:
a. Dorongan untuk mempertahankan hidup.
b. Dorongan keadaan, yang mana keadaan itu ditimbulkan oleh dorongan
untuk memprtahankan hidup.
c. Kegiatan mencapai tujuan. Komponen ini dilandasi oleh komponen
dorongan untuk mempertahankan hidup dan dorongan keadaan.
d. Tercapainya tujuan oleh individu.
e. Mengendurnya dorongan karena tujuan telah tercapai serta keinginan
dan kebutuhan telah tercapai.
f. Efek mengendurnya dorongan semula karena munculnya dorongan
lain yang baru.
Kemampuan komponen itu bekerja berhubungan atau
berkelanjutan dari yang pertama hingga yang terakhir, sebagai landasan
tumbuhnya minat seseorang untuk bertindak atau memusatkan
perhatiannya kedalam suatu hal. Minat berhubungan dengan
kecenderungan individu untuk memusatkan perhatian dan meningkatkan
aktivitas mental dan kegiatan kepada suatu obyek. Minat selalu
berhubungan dengan kemampuan, kebutuhan dan pengalaman dari
individu. Jadi minat bertujuan kepada suatu obyek yang banyak sangkut
pautnya pada individu. (Soewardi, 1987:186)
Pengertian minat menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S.
hati) kepada sesuatu ; keinginan. Minat merupakan faktor psikologis yang
dapat menentukan suatu pilihan pada seseorang, selain itu minat
merupakan salah satu faktor psikologis yang sangat penting untuk
kemajuan dan keberhasilan seseorang. Seseorang yang mengerjakan
sesuatu pekerjaan disertai minat sebelumnya pada umumnya akan
memperoleh hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak berminat
sebelumnya. Menurut W.S. Winkel (1983: 30) minat adalah
kecenderungan yang agak menetap dalam subjek untuk merasa tertarik
pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam
bidang tersebut.
B. KERANGKA BERFIKIR
1. Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha pada mahasiswa.
Minat merupakan faktor psikologi yang dapat menentukan suatu
pilihan pada seseorang, selain itu minat merupakan salah satu faktor
psikologi yang sangat kuat dan penting untuk kemajuan dan keberhasilan.
Seseorang yang mengerjakan sesuatu disertai minat sebelumnya pada
umumnya akan memperoleh hasil yang lebih dari pada mereka yang tidak
berminat sebelumnya.
Status sosial mencakup pendidikan orang tua, jenis pekerjaan dan
pendapatan orang tua. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk
dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada
umumnya orang-orang sependapat bahwa dengan semakin tinggi tingkat
pendidikan yang dicapai oleh seseorang, maka semakin luas wawasan
serta pengetahuannya dalam berbagai bidang. Dengan tingkat pendidikan
orang tua yang tinggi maka orang tua tersebut akan mempunyai wawasan
yang luas akan sempitnya lapangan pekerjaan dan terbukanya peluang
untuk membuka usaha sehingga mungkin akan mengarahkan anaknya
untuk berwirausaha.
Jenis pekerjaan merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh penghasilan. Jenis pekerjaan berhubungan
dengan tingkat pendapatan seseorang. Jenis pekerjaan yang semakin baik
maka pendapatan seseorang akan tinggi pula. Hal ini diduga akan
mempengaruhi minat siswa untuk berwirausaha
Dengan semakin tingginya status sosial ekonomi orang tua, maka
minat siswa untuk berwirausaha semakin tinggi, karena didukung oleh
permodalan yang lebih kuat. Lain halnya dengan status sosial ekonomi
orang tua yang rendah maka minat untuk berwirausaha juga rendah,
mengingat permodalannya cenderung lebih rendah. Mahasiswa yang orang
tuanya berstatus sosial ekonomi rendah cenderung akan bekerja kepada
2. Hubungan antara faktor lingkungan belajar siswa dengan minat berwirausaha pada mahasiswa.
Lingkungan belajar siswa adalah keseluruhan keadaan yang
melingkupi siswa atau keadaan yang dengan kehadirannya memberi
pengaruh pada perkembangan siswa. Dengan adanya pengaruh lingkungan
belajar yang baik akan diikuti oleh prestasi yang semakin baik pula.
Mahasiswa yang berasal dari lingkungan belajar yang baik akan
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dari pada mahasiswa yang
berasal dari lingkungan belajar yang buruk. Mahasiswa yang mempunyai
prestasi belajar yang baik mungkin akan mempunyai minat yang tinggi
untuk berwirausaha, karena mempunyai dedikasi, harapan serta rasa
percaya diri yang tinggi. Oleh sebab itu mahasiswa tersebut mempunyai
kemampuan untuk mengeksplorasikan keinginan dan harapan yang tinggi
untuk keberhasilan.
Terkategorikan sebagai lingkungan belajar adalah lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan
keluarga yang baik akan membuat mahasiswa dapat belajar dengan
kondusif di rumah sehingga prestasi belajar yang dicapai akan lebih baik
dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal dari lingkungan keluarga
yang kurang baik. Lingkungan sekolah/kampus yang dicirikan sarana dan
prasarana yang memadai akan mendukung mahasiswa dapat belajar
dengan optimal, sehingga prestasi belajar yang dicapai mahasiswa akan
menjalin hubungan atau berinteraksi dengan anggota masyarakat lain. Oleh
karena itu perlu mahasiswa menjalin hubungan dengan masyarakat
lainnya. Mahasiswa yang hidup di lingkungan masyarakat yang sebagian
besar berprofesi sebagai wirausahawan dapat mempengaruhi aktivitas
belajar, jiwa serta mental mereka serta dapat menjadi daya dorong terhadap
mahasiswa tersebut untuk belajar berwirausaha. Sebaliknya mahasiswa
yang hidup di lingkungan masyarakat yang sebagian profesinya bukan
wirausahawan juga akan terpengaruh jiwa, serta mental mereka untuk
menyesuaikan lingkungan ditempat ia bergaul.
3. Hubungan antara prestasi belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa
Prestasi belajar merupakan suatu kemampuan yang dimiliki
seseorang yang merupakan hasil dari proses yang telah dilakukan. Prestasi
belajar mahasiswa terwujud dalam hasil studi yang berupa nilai-nilai
pelajaran/mata kuliah yang tercermin dalam rata-rata nilainya. Tinggi
rendahnya prestasi belajar dapat diraih mahasiswa akan berpengaruh
terhadap kepercayaan diri, harapan dan cita-citanya. Dengan prestasi
belajar yang tinggi diperoleh di bangku kuliah mungkin akan menjadi daya
dorong minat untuk berwirausaha. Semakin tinggi prestasi belajar yang
diperoleh siswa maka kepercayaan diri, harapan dan cita-citanya semakin
tinggi. Hal itu mungkin akan berpengaruh pada minat berwirausaha yang
juga akan tinggi. Hal ini disebabkan siswa akan mampu menjalani
C. HIPOTESIS PENELITIAN
1. Ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat
berwirausaha pada mahasiswa.
2. Ada hubungan antara faktor lingkungan belajar dengan minat
berwirausaha pada mahasiswa.
3. Ada hubungan antara prestasi belajar dengan minat berwirausaha pada
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Jenis penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif,
penelitian studi kasus dan penelitian ex post facto.
2. Studi kasus
Penelitian tentang Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua,
Faktor Lingkungan Belajar dan Prestasi Belajar dengan Minat
Berwirausaha pada Mahasiswa ini dibatasi ruang lingkupnya, yaitu
mengambil kasus pada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, khususnya
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan
Akuntansi angkatan 2004/2005. Penulis memilih Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Program studi Pendidikan
Akuntansi angkatan 2004/2005 sebagai obyek penelitian dengan
pertimbangan bahwa angkatan 2004/2005 telah dan akan segera
menempuh mata kuliah kewirausahaan, dimana mata kuliah tersebut
menjadi dasar dari pengetahuan tentang seluk-beluk berwirausaha yang
didapat dari materi kuliah, pertimbangan berikutnya adalah bahwa
angkatan 2004/2005 telah menempuh hampir separuh dari jumlah mata
kuliah yang harus ditempuh, sehingga sudah saatnya mahasiswa angkatan
2004/2005 tersebut mulai berfikir mencari alternatif pekerjaan lain maupun
sebagai sampingan mengingat sulitnya mencari pekerjaan dimasa-masa
sekarang ini.
3. Studi ex post facto
Studi ex post facto yaitu penyelidikan empiris yang sistematis dimana
ilmuwan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena
perwujudan variabel tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut
pada dasarnya memang tidak dapat dimanipulasi. Kesimpulan tentang
hubungan di antara variabel-variabel itu dilakukan, tanpa intervensi
langsung, berdasarkan perbedaan yang mengiringi variabel bebas dan
variabel terikat itu (Nana sudjana 2001:56). Jadi dalam penelitian ini
peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena
perwujudan variabel tersebut telah terjadi sebelumnya.
B. Tempat dan waktu Penelitian 1. Waktu Penelitian
Penelitian lapangan dilakukan pada bulan November-Desember 2007
2. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian adalah orang yang terlibat dalam penelitian. Dalam hal
penelitian yang dilakukan. Subjek penelitian ini meliputi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, khususnya pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2004/2005.
Penulis hanya mengambil Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, khususnya Program Studi Pendidikan Akuntansi saja sebagai
subjek penelitian karena menurut Sumadi Suryabrata, peneliti harus
mempertimbangkan apakah masalah tersebut managable atau tidak oleh
penulis. Managability itu terutama dilihat dari lima segi yaitu biaya yang
tersedia, waktu yang dapat digunakan, alat-alat dan perlengkapan yang
tersedia, bekal kemampuan teoritis dan penguasaan metode yang
diperlukan. Pihak lain yang terlibat adalah dosen, karyawan yang
membantu memberikan informasi kepada penulis pada saat dilakukannya
penelitian.
2. Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam
penelitian dan dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah Status
Sosial Ekonomi Orang Tua, Faktor Lingkungan dan Prestasi Belajar, yang
akan dihubungkan dengan minat berwirausaha.
D. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini,
populasinya adalah Mahasiswa Fakultas Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, khususnya pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
penulis hanya mengambil Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, khususnya
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program studi Pendidikan
Akuntansi angkatan 2004/2005 saja sebagai populasi, karena menurut Sumadi
Suryabrata (1989:71) sebuah penelitian haruslah mempertimbangkan
managable atau tidak oleh peneliti. Managability itu terutama dilihat dari lima
segi yaitu biaya yang tersedia, waktu yang dapat digunakan, alat-alat dan
perlengkapan yang tersedia, bekal kemampuan teoritis dan penguasaan
metode yang diperlukan.
E. Operasionalisasi Variabel 1. Status sosial ekonomi orang tua
a.Variabel tingkat pendidikan orang tua.
Yang dimaksud tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan
tertinggi yang berhasil diselesaikan oleh orang tua siswa dalam hal ini
tingkat pendidikan orang tua dikelompokan sebagai berikut :
a) Lulus SD skor 1
b) Lulus SMP skor 2
c) Lulus SMA skor 3
d) Lulus D III skor 4
e) Lulus PT skor 5
b.Jenis pekerjaan orang tua
Jenis pekerjaan orang tua yaitu bidang pekerjaan pokok yang ditekuni
orang tua setiap harinya. Dalam hal ini, penulis menggolongkan jenis
jenis pekerjaan orang tua menjadi 8 golongan dan memberikan
penskoran, sebagai berikut :
a) Bapak/Ibu RT skor 1
b) Pensiunan skor 2
c) Buruh tani skor 3
d) Petani skor 4
e) Karyawan skor 5
f) PNS skor 6
g) Guru skor 7
h) Wiraswasta skor 8
c.Pendapatan
Pendapatan adalah penghasilan rata-rata yang diterima orang tua setiap
bulan. Dalam penelitian penghasilan diukur dari tinggi rendahnya
penghasilan/pendapatan yang diberikan 5 alternatif awal tentang
pengeluaran dengan beberapa orang tua siswa. Adapun pedoman untuk
memberikan alternatif jawaban adalah :
a) Penghasilan kurang dari 500.000 diberi skor 1
d.Fasilitas khusus yang dimiliki keluarga
Fasilitas diukur dari banyak sedikitnya fasilitas khusus, benda dan
barang yang dimiliki keluarga responden. Untuk mempermudah
pengukuran, maka masing-masing fasilitas benda dan barang yang
dimiliki keluarga responden diberi skor sebagai berikut :
Tabel III.1 Operasional Variabel
No Jenis Fasilitas Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rumah Mobil Sepeda Motor Lemari Es Komputer Mesin Cuci TV Berwarna Hand Phone Pesawat Telepon Tape Recorder VCD Player Radio Langganan Majalah Langganan Surat Kabar Tidak Punya 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
2. Faktor lingkungan belajar
Lingkungan belajar merupakan keseluruhan keadaan yang melingkupi
siswa atau keadaan yang dengan kehadirannya memberikan pengaruh pada
perkembangan siswa. Dalam lingkungan belajar diberi penskoran dari skor
Tabel III.2 Operasionalisasi Variabel Variabel Sub Variabel Sub Sub variabel indikator No.Butir Positif Negatif Lingkungan belajar Intrinsik Ekstrinsik Lingkungan belajar di keluarga Lingkungan belajar di sekolah Lingkungan belajar di masyarakat
- Perhatian keluarga
- Perhatian saudara - Kesediaan
fasilitas belajar - Kedisiplinan
dalam belajar
-Motivasi Dosen -Hubungan Dosen
dan mahasiswa -Fasilitas kampus
-Kelompok belajar di kampus
-Hubungan dengan masyarakat -Kegiatan di masyarakat -Fasilitas di
masyarakat 1,2,4 5,6 7,8,9 10,11 12 15,16 17,18, 19 20,21 22,24, 25 26,27 28,29 3 13,14 23
Pengukuran lingkungan belajar menggunakan skala likert yang disajikan
dalam empat pertanyaan alternatif jawaban yang diberi tanda (V) pada
lembar yang telah disediakan yaitu sering, pernah dan tidak pernah. Bobot
yang diberikan untuk alternatif jawaban adalah :
Sangat setuju skor 4
Setuju skor 3
Tidak setuju skor 2
3. Prestasi belajar
Prestasi belajar adalah keberhasilan mahasiswa/i dalam menguasai dan
memahami materi kuliah yang ditunjukkan dengan adanya nilai yang
berhasil dicapai mahasiswa, yang tampak dari Indek Prestasi Komulatif
(IPK) yang diraih oleh mahasiswa tersebut. Dalam penelitian ini prestasi
akademik yang digunakan adalah nilai indeks prestasi kumulatif yang
telah dicapai oleh responden. Prestasi yang diperoleh mahasiswa
dikategorikan sebagai berikut :
Tabel III.3
Kategori Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa
No Skor Frek Persentase Interprestasi
1 3,51 – 4,00 3 1,84% Cum Laude 2 2,76 – 3,50 58 35,58% Sangat memuaskan 3 2,00 – 2,75 86 52,76% Memuaskan
4 < 1,99 16 9,82% Kurang memuaskan Jumlah 163 100%
4. Minat berwirausaha
Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan suatu pilihan
pada seseorang. Selain itu minat merupakan salah satu faktor psikologis
yang sangat penting untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang.
Seseorang yang mengerjakan sesuatu pekerjaan disertai minat sebelumnya
pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik dari pada mereka
yang tidak berminat sebelumnya. Menurut W.S. Winkel (1983: 30). Minat
adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subjek untuk merasa
tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung
Tabel III.4 Operasionalisasi Variabel Variabel Sub
Variabel
indikator No.Butir Positif Negatif
Minat berwirausaha
Intrinsik
Ekstrinsik
- Keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri - Kemauan untuk
mengambil resiko - Semangat untuk
bersaing
- Percaya pada diri sendiri
- Teman sebaya - Peluang kerja
1,2,7
4,8,9
10,11,16
13,14,15
17,18 19,20
3
5,6
12
Untuk mengukur minat berwirausaha pada mahasiswa, cara yang
digunakan penulis adalah dengan kuesioner tentang pilihan yang disusun
seperti model Likert dengan empat alternatif jawaban. Skor bergerak dari
1 sampai dengan 4. Adapun pedoman untuk memberikan skor pada
alternatif jawaban adalah :
Sangat setuju skor 4
Setuju skor 3
Tidak setuju skor 2
Sangat tidak setuju skor 1
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner
Kuesioner yaitu metode pengumpulan data yang menggunakan sejumlah
daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden dalam hal ini
mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi
Dengan maksud untuk memperoleh data tentang status sosial ekonomi
orang tua, faktor lingkungan belajar, dan prestasi belajar dengan minat
berwirausaha.
2. Wawancara
Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan
secara langsung atau lisan dengan karyawan sekretariat Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan untuk melengkapi data tentang gambaran umum
perguruan tinggi.
3. Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan cara menyalin data yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti, khususnya mengenai minat berwirausaha,
apabila sebelum penulis melakukan penelitian ternyata sudah ada yang
melakukan penelitian sebelumnya, serta datanya akan berguna bagi
penulis, juga data yang terkait tentang pre