• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG

TUA, FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR DAN PRESTASI

BELAJAR DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA

MAHASISWA

Studi Kasus : Pada Mahasiswa angkatan 2004 dan 2005, Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh :

WENSISLAUS C. SUNU EKO S 01 1334 088

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO

Apapun Aku, Aku adalah apa yang ada dalam pikiranku, Akulah yang akan menjadikan diriku seperti Apa yang ada

(5)

v

PERSEMBAHAN

Seandainya layak, kupersembahkan untuk mereka yang senantiasa ada

dihati, yang telah memberikan doa dan restu, semangat serta bantuan dalam

berbagai bentuk sehingga skripsi ini memberikan kebanggaan bagi diriku dan

bagi mereka semua, yaitu :

Tuhan Yesus Kristus

yang membimbing dan menerangi setiap langkah hidupku.

∗ Kepada Bapakku

Subandrio

dan Ibuku

Sri Sutaryani

tercinta yang dengan tulus dan doa restunya, aku bisa menjadi seperti sekarang ini.

Kepada adikku

Arga,

Felis dan Anas,

serta anaknya (

Tegar).

∗ Kepada

Basilia Ria Irmawati

yang selalu setia mendampingi dalam pembuatan setiap kata dalam skripsi ini, yang akan aku cintai sepenuh hati, yang akan aku harapkan jadi teman perjuangan merenda masa depan, dan menapaki terang jalan Tuhan Yesus. ∗ Kepada pak lik, bulik, bude, mbah kakung, mbah putri yang ada di

Purworejo, Kulon Progo dan Jogoyudan, Yogyakarta.

(6)
(7)
(8)

vii

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR

DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA

Studi Kasus : Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, angkatan 2004 dan 2005, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Wensislaus C. Sunu Eko Subandriyo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha; (2) hubungan faktor lingkungan belajar dengan minat berwirausaha; (3) hubungan prestasi belajar dengan minat berwirausaha.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, angkatan 2004 dan 2005, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang berjumlah 163 mahasiswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Untuk menjawab masalah pertama, kedua dan ketiga, digunakan analisis korelasi

product moment.

(9)
(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan atas segala penyertaan dan bimbingan

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Faktor Lingkungan Belajar,

dan Prestasi Belajar dengan Minat Berwirausaha.

Dalam Penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan,

semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi

ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakartra.

2. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Laurentinus Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Universitas sanata Dharma Yogyakarta.

4. S. Widanarto P. S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

menyediakan waktunya, memberikan saran, masukan, dan

pengarahan-pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan

selesai.

5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan

(11)

x

6.

Kedua orang tuaku, Bapak Subandrio dan Ibu Sri Sutaryani

yang tercinta,

dan adiku

Felis

dan

Arga, Anas

serta keponakanku yang kusayangi

Tegar

,

serta teman hidupku

Ria

yang tidak pernah lelah memberikan doa, kasih

sayang, doa restu, perhatian, dukungan baik moril maupun materiil, serta

semangat kepada penulis.

7. Teruntuk Mbahku Atmo Wiyono dan Pariyem, Turyono (Alm) dan Mursinah,

Mbah Kadir, Om Yanto (Alm) serta anak, istri, Om Triyono serta anak, istri,

Om Suparyono serta anak, istri, Om Sumarjo serta anak, istri, bude Ning,

Darmi, terima kasih atas dorongan dan semangatnya selama ini.

8. Keluarga besarku di Purworejo makasih atas semuanya.

9. Buat mas Dani beserta istri yang sedang menunggu kelahiran anak

pertamanya.

10.Sahabatku yang sangat membantu pengerjaan skripsi ini ; Dwi Widianto,

Taryono, Joko, Satya.

11.Teman-teman seperjuanganku Pendidikan Akuntansi ; Heru ‘Kompos’, Allan ‘Jembling’, Wawan ‘Bakwan’, Heru ‘Grandong’, Anry

‘Kontrek’, Duex, Beni Bendot’, Yudha ‘Gudhel’, Eka ‘Colly’, Diar ‘Beda’, Adi ‘Sardjoe’, Sigit ‘Wewek’, Arie ‘Teklek’, Cipi, Remond, Andre, Anton ‘Burket’, Titus ‘Pakde’, Sunu C, thank’s atas kebersamaannya.

12.Buat teman-teman pecinta alam: Banyak, Tengu, Kenthos, Cathak, Gogon,

Gembil, Ngilman, dll.

(12)

xi

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat

diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Yogyakarta, Juli 2008 Penulis

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 5

(14)

xiii

2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 14

3. Lingkungan Belajar ... 17

4. Prestasi Belajar ... 26

5. Minat ... 28

B. Kerangka Berfikir ... 32

1. Hubungan antara status ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha pada mahasiswa ... 32

2. Hubungan antara faktor lingkungan belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa ... 34

3. Hubungan antara prestasi belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa ... 35

C. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 37

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 38

D. Populasi ... 39

E. Operasional Variabel ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 45

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 46

H. Teknik Analisis Data ... 54

(15)

xiv

B. Visi, Misi danTujuan Pendidikan USD ... 61

C. Nama-nama Rektor USD ... 62

D. Struktur Organisasi ... 63

E. Jurusan dan Program Studi ... 66

F. Sejarah Program Studi Pendidikan Akuntansi ... 67

G. Deskripsi Program Studi ... 69

H. Sumber Daya Manusia ... 70

I. Sarana dan Prasarana ... 70

J. Kemahasiswaan ... 71

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 73

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 81

C. Pengujian Hipotesis ... 84

D. Pembahasan ... 87

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 91

B. Keterbatasan Penelitian ... 92

C. Saran-saran ... 92

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasional Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 42

Tabel 3.2 Operasional Variabel Lingkungan Belajar ... 43

Tabel 3.3 Kategori Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa ... 44

Tabel 3.4 Operasional Variabel Minat ... 45

Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Validitas Status Sosial Ekonomi OrangTua I .. 48

Tabel 3.6 Hasil Pengukuran Validitas Status Sosial Ekonomi OrangTuaII .. 49

Tabel 3.7 Hasil Pengukuran Validitas Lingkungan Belajar ... 50

Tabel 3.8 Hasil Pengukuran Validitas Minat Berwirausaha I ... 51

Tabel 3.9 Hasil Pengukuran Validitas Minat Berwirausaha II ... 52

Tabel 3.10 Intepretasi Koefisien secara Konservatif ... 53

Tabel 3.11 Hasil Pengukuran Reliabel ... 54

Tabel 3.12 Intepretasi ... 58

Tabel 4.1 Jurusan dan Program Studi ... 66

Tabel 5.1 Deskripsi Tingkat Pendidikan Ayah ... 73

Tabel 5.2 Deskripsi Tingkat Pendidikan Ibu ... 74

Tabel 5.3 Deskripsi Pekerjaan Pokok Ayah ... 75

Tabel 5.4 Deskripsi Pekerjaan Pokok Ibu ... 76

Tabel 5.5 Deskripsi Pendapatan Ayah ... 77

Tabel 5.6 Deskripsi Pendapatan Ibu ... 78

Tabel 5.7 Deskripsi Lingkungan Belajar ... 79

(17)

xvi

Tabel 5.9 Deskripsi Minat Berwirausaha ... 81

Tabel 5.10 Tabel Uji Normalitas ... 82

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ... 96

Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas ... 102

Lampiran 3 Distribusi Frekuensi ... 108

Lampiran 4 Data Induk Penelitian ... 127

Lampiran 5 Uji Normalitas dan Lineritas ... 139

Lampiran 6 Korelasi ... 155

Lampiran 7 Tabel r, t, dan F ... 156

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia termasuk dalam lima negara terbesar di dunia, dalam hal

jumlah penduduk. Hal ini merupakan salah satu asset berharga Indonesia

untuk dijadikan modal menghadapi persaingan global yang baru saja

dimulai, jika dikembangkan secara efektif. Perkembangan sumber daya

manusia Indonesia untuk menjadi pegawai atau karyawan semakin

menghadapi keterbatasan kesempatan, hanya bagi yang benar-benar ahli

dibidangnya dan tampil mengerjakan sesuatu yang spesifik, peluang itu

masih ada.

Sejak krisis ekonomi yang terjadi mulai tahun 1997, telah banyak

industri dalam negeri yang hancur bahkan gulung tikar karena tidak

mampu menjalankan kegiatan operasinya akibat membengkaknya biaya-

biaya oprerasi. Hal itu menyebabkan banyak perusahaan besar dan para

konglomerat terpukul dan terpaksa mengajukan hutang luar negeri dan

sampai saat ini masih belum terlunasi meskipun sempat mem-PHK ribuan

karyawannya. Kondisi negara yang terpuruk inilah yang menyebabkan

sulitnya mencari lapangan pekerjaan dikarenakan kompetisi yang semakin

ketat di tengah sempitnya lapangan pekerjan. Sebaliknya, sebagian mereka

yang berhasil berwirausaha, berhasil menciptakan kesempatan berkarya

bagi dirinya sendiri dan kemudian bagi orang lain. Mereka bisa

(20)

memberikan nilai tambah dan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan

perekonomian nasional meskipun sebagian besar diantaranya adalah

pengusaha kecil dan menengah. Tetapi sebagai buktinya justru merekalah

yang mampu selamat diterpa badai krisis ekonomi sejak 1997 lalu.

Dibandingkan dengan tenaga lain, tenaga terdidik setingkat S1

pantas diperkirakan memiliki potensi yang lebih besar untuk berhasil

berwirausaha. Mereka memiliki kemampuan penalaran yang telah

berkembang dan wawasan yang luas. Dalam hal ini, sejauh mana peran

perguruan tinggi dalam menghasilkan calon-calon wirausahawan muda?

Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan adalah salah satu lembaga

yang bertanggung jawab terhadap kualitas lulusan-lulusannya. Masalah

yang kita hadapi sekarang adalah apakah sarjana kita mampu

mengembangkan kelebihan yang mereka miliki untuk menjadi seorang

wirausaha? sedangkan untuk jadi wirausaha tidaklah mudah karena

mereka harus memiliki karakter-karakter seorang wirausaha yang antara

lain adalah kemandirian, menyukai resiko, kreatif, dan masih banyak lagi,

selain itu banyak faktor yang berhubungan dengan minat berwirausaha

pada mahasiswa. Diduga, faktor-faktor status sosial ekonomi orang tua,

faktor lingkungan, prestasi belajar dan masih banyak faktor lain yang

berhubungan dengan minat berwirausaha pada mahasiswa. Dengan

keterbatasan penulis, untuk itu penulis tertarik untuk menganalisa sejauh

mana faktor-faktor tersebut di atas, maka penelitian ini mengambil judul

(21)

TUA, FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA”. Studi kasus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma tahun angkatan 2004 dan 2005.

B. Batasan Masalah

Mengingat begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi minat

siswa untuk berwirausaha, maka perlu dilakukan pembatasan masalah

dalam penelitian ini sebagai berikut: Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Faktor Lingkungan Belajar dan Prestasi Belajar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan

penulis diatas, maka penulis mencoba merumuskan masalah penelitian ini

sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan

minat berwirausaha pada mahasiswa?

2. Apakah ada hubungan antara faktor lingkungan belajar dengan minat

berwirausaha pada mahasiswa?

3. Apakah ada hubungan antara prestasi belajar dengan minat

(22)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi

orang tua dengan minat berwirausaha pada mahasiswa .

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara faktor lingkungan

belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa .

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara prestasi belajar dengan

minat berwirausaha pada mahasiswa.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak antara

lain :

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Dapat menambah perbendaharaan bacaan, khususnya mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha pada mahasiswa.

2. Bagi Mahasiswa

Sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya dan dapat menambah

perbendaharaan bacaan, khususnya mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi minat berwirausaha pada mahasiswa.

3. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan penulis mengenai cara, maupun proses

melakukan sebuah penelitian, sehingga dapat dijadikan tolok ukur

(23)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kewirausahaan

Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari

tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi

tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang

mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis, menurut Zimmerer (1996)

dalam Suryana (2001:2) “ Entrepreneurship is the result of a disciplined,

systematik process of applying creativity and innovations to need and

opportunities in the marketplace”. Kewirausahaan adalah hasil dari suatu

disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan keinovasian dalam

memenuhi kebutuhan dan peluang dipasar. Kewirausahaan mempelajari

tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan

berinovasi. Menurut Soeparman Soemahamijaja (1997) dalam Suryana

(2001:3), Kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirausahaan

meliputi:

a.Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam merumuskan

tujuan hidup/usaha tersebut perlu perenungan, koreksi yang kemudian

berulang-ulang dibaca dan diamati sampai memahami apa yang menjadi

kemauannya

(24)

b.Kemampuan memotivasi diri, untuk melahirkan suatu tekad kemauan

yang selalu menyala-nyala.

c.Kemampuan untuk berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik

tanpa menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang

sehingga menjadi kebiasaan berinisiatif.

d.Kebiasaan berinisiatif yang melahirkan kreatifitas (daya cipta) setelah

dibiasakan berulang–ulang akan melahirkan motivasi. Kebiasaan

inovatif adalah desakan dalam diri untuk selalu mencari berbagai

kemungkinan baru atau kombinasi baru apa saja yang dapat dijadikan

piranti dalam menyajikan barang dan jasa bagi kemakmuran

masyarakat.

e.Kemampuan untuk membentuk modal uang atau barang modal(capital

goods).

f. Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri untuk selalu

tepat waktu dalam segala tindakannya melalui kebiasaan yang selalu

tidak menunda pekerjaan.

g.Kemampuan mental yang dilandasi dangan agama.

h.Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari

pengalaman yang baik maupun menyakitkan.

Secara epistemologi, kewirausahaan merupakan nilai yang

diperlukan untuk memulai usaha atau suatu proses dalam mengerjakan

suatu yang baru dan sesuatu yang berbeda. Dua hal ini tampak dalam

(25)

dalam Suryana (2001:4) sebagai berikut: “applying creativity and

innovation to solve the problem and to exploit ooportunity that people face

everyday”

Kreatifitas oleh Zimmermer (1996:51) dalam Suryana (2001:3)

diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan

menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi

peluang. Sedangkan inovasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk

menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan

menghadapi peluang. Dengan demikian, kewirausahaan dapat

didefinisikan sebagai kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku

yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat

dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.

Dalam konteks manajemen, seorang wirausahawan umumnya

memiliki kemampuan menggunakan sumber daya seperti finansial, bahan

mentah (materials) dan tenaga kerja untuk menghasilkan suatu produk

baru, bisnis baru, proses produksi, ataupun pengembangan organisasi

usaha Marzuki Usman, (1997) dalam suryana (2001:3). Beberapa definisi

lain juga menekankan pada hal yang sama seperti tampak dalam pendapat

Scarborough dan Zimmerer (1993:5) dalam Suryana (2001:4) sebagai

berikut: “an entrepreneur is one who creates a new business in the face of

risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by

identifiting oppotunities and assembling the necessary resouces to

(26)

Menurut Drucker (1994) dalam Suryana (2001:10), kewirausahaan

adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda (ability to

create the new and different thing). Bygrave (1995) dalam Suryana

(2001:4) menambahkan bahwa kemampuan menciptakan sesuatu tidaklah

cukup, seorang wirausaha harus berani mengembangkan usaha dan ide-ide

barunya.

Dengan demikian esensi kewirausahaan dalam konteks manajemen

adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses kombinasi antara

sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing.

Cara-cara tersebut menurut Zimmermer (1996:51); Suryana (2001:7)

mencakupan :

a. Pengembangan teknologi baru (developing new technology)

b. Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge)

c. Perbaikan produk dan jasa yang sudah ada (improfing existing

products or services)

d. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa

yang lebih banyak dengan menggunakan sumber daya yang lebih

sedikit (finding different ways of providing more goods and services

with fewer resurces).

Sama halnya dengan definisi kewirausahaan, karakteristik

kewirausahaan dikemukakan oleh berbagai pihak secara beragam.

Meredith (1996:9) dalam Suryana (2001:7) menyatakan bahwa

(27)

daya. Oleh sebab itu, berwirausaha merupakan suatu pekerjaan atau karier

dimana seseorang dalam menjalakan memiliki ciri-ciri: (1) kepribadian,

ketidaktergantungan, individualitas dan optimisme: (2) kebutuhan untuk

berprestasi berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras

mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif: (3) kemampuan untuk

mengambil resiko yang wajar: (4) perilaku sebagai pemimpin, bergaul

dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik: (5) inovatif dan

kreatif serta fleksibel: dan (6) berpandangan ke depan.

Wirausaha memiliki sejumlah karakteristik umum. Antara lain,

seperti M. Scarborough dan Zimmerer (1993) yang dikutip oleh Suryana

(2001:8-9), mengemukakan delapan karakteristik sebagai berikut:

a. Desire for responsibility

Memiliki tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya.

Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri.

b. Preference for moderate risk

Lebih memilih resiko yang moderat, artinya ia selalu menghindari

resiko yang rendah dan menghindari resiko yang tinggi.

c. Confidence in their ability to succes

Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil.

d. High level of energy

Memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya

(28)

e. Future orientation

Berorientasi ke masa depan, perspektif dan berwawasan jauh ke depan.

f. Skill at organizing

Memiliki ketrampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk

menciptakan nilai tambah.

g. Desire for immediate feedback

Selalu menghendaki umpan balik yang segera.

h. Value of achievement over money

Selalu menilai prestasi dengan uang.

Sementara, menurut Arthur Kuriloff dan J.M. Mempil (1993:20)

dalam Suryana (2001:9) mengemukakan karakteristik kewirausahaan

dalam bentuk nilai-nilai dan perilaku kewirausahaan antara lain: (1)

commitment, (2) moderate risk, (3) seeing opportunities, (4) objectivity,

(5) feedback, (6) optimism, (7) money, (8) proactive management.

Wirausaha selalu komitmen dalam melakukan tugasnya sampai

berhasil. Ia harus tekun, ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya

berhasil. Wirausaha selalu berani mengambil resiko yang moderat artinya

resiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha

untuk terus berjuang mencari peluang sampai berhasil. Keberanian

menghadapi resiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong

wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai ada hasil.

Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objetif, dan merupakan umpan balik bagi

(29)

ada hasil yang diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan

dipandang sebagai sumber daya.

Masing-masing karakteristik kewirausahaan memiliki

makna-makna yang disebut nilai (Milton Rockeach, 1973) dalam Suryana

(2001:13). Konsep nilai selanjutnya dibedakan menjadi 2 yaitu : (1)

person has a value: dan (2) an object has value. Konsep pertama

menyatakan bahwa nilai yang dianut seseorang dijadikan sebagai ukuran

baku bagi persepsinya terhadap dunia luar. Oleh sebab itu, watak yang

melekat pada seorang wirausaha akan menjadi ciri-ciri kewirausahaan

dapat dipandang sebagai sistem nilai kewirausahaan. Nilai-nilai

kewirausahaan tersebut identik dengan nilai yang melekat pada sistem

nilai manajer. Sedangkan pada pandangan kedua, nilai dianggap sebagai

sesuatu yang ada pada objek dan merupakan milik dari objek.

Sedangkan menurut pandangan Timmons dan McClelland (1961,

Thomas F. Zimmerer (1996:6-8); dalam Suryana (2001:11-12) tentang

karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan yang berhasil adalah

sebagai berikut:

a. Commitment and determination, memiliki komitmen dan tekad yang

bulat untuk mencurahkan semua perhatiannya pada usaha. Sikap yang

setengah hati kemungkinan akan gagal dalam berwirausaha adalah

besar.

b. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab baik

(30)

jawab terhadap keberhasilan berwirausaha. Oleh karena itu akan

mawas diri secara internal.

c. Opportunity obsession, yaitu selalu berambisi untuk mencari peluang.

Keberhasilan wirausaha selalu diukur dengan keberhasilan untuk

mencapai tujuan. Pencapaian tujuan terjadi apabila ada peluang.

d. Tolerance for risk, ambiguity, and uncertainty, yaitu tahan terhadap

resiko dan ketidakpastian. Wirausaha harus belajar untuk mengelola

risiko dengan cara mentransfer risiko ke pihak lain seperti banker,

investor, konsumen, pemasok dan lain-lain. Wirausaha yang berhasil

biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda dan

ketidakpastian.

e. Self confidence, yaitu percaya diri, ia cenderung optimis dan tidak

memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang di milikinya

untuk berhasil.

f. Creatifity and flexibility, yaitu berdaya cipta dan luwes. Salah satu

kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan

permintaan. Kekuatan dalam menghadapi perubahan ekonomi dunia

yang serba cepat seringkali membawa kegagalan. Kemampuan untuk

merespons perubahan yang cepat dan fleksibel tentu saja memerlukan

kreatifitas yang tinggi.

g. Desire for imidiate feedback, yaitu selalu memerlukan umpan balik

yang segera untuk mengetahui hasil dari apa yang dikerjakanya. Oleh

(31)

kemampuan untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang telah

dimilikinya dan selalu belajar dari kegagalan.

h. High level of energy, yaitu memiliki tingkat energi yang tinggi.

Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih

tinggi dibanding rata-rata orang lainnya, sehingga ia lebih suka kerja

keras walaupun dalam waktu yang relatif lama.

i. Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul. Ia

selalu ingin lebih unggul, lebih berhasil dalam mengerjakan apa yang

dilakukannya dengan melebihi standar yang ada. Motivasi ini muncul

karena ada dalam diri (internal) dan jarang dari luar.

j. Orientation to the future, yaitu berorientasi pada masa yang akan

datang. Untuk tumbuh dan berkembang, ia selalu berpandangan jauh

ke masa depan yang lebih baik.

k. Willingness to learn from failure, yaitu selalu belajar dari kegagalan.

Wirausaha yang berhasil selalu tidak takut gagal. Ia selalu

mengkonsentrasikan kemampuannya pada keberhasilan.

l. Leadership ability, yaitu kemampuan dalam kepemimpinan.

Wirausaha yang berhasil selalu memiliki kemampuan untuk

menggunakan pengaruh tanpa kekuatan (power), ia harus memiliki

taktik mediator dan negotiator pada diktaktor.

Dalam kewirausahaan ada 2 sistem yang menonjol yaitu sistem

nilai primer pragmatik dan sistem nilai moralistik. Sistem nilai primer

(32)

kerja keras, tegas, mengutamakan prestasi, keberanian mengambil resiko,

produktivitas, kreativitas, inovatif, kualitas kerja, komitmen, dan

kemampuan mencari peluang. Sementara sistem nilai moralistik mencakup

keyakinan atau percaya diri, kehormatan, kepercayaan, kerja sama,

keteladanan dan keutamaan.

2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Stratifikasi atau status adalah pembedaan penduduk dalam suatu

masyarakat ke dalam sejumlah tingkatan atau lapisan secara

berjenjang-jenjang hirarkis dari lapisan yang tinggi sampai yang terbawah. Inti dari

pelapisan dalam masyarakat adalah tidak adanya

pemerataan/keseimbangan dalam pembagian hak-hak, kewajiban dan

tanggung jawab di antara para anggota masyarakat, yang selanjutnya

mempunyai pengaruh pada pembagian kesejahteraan di antara para warga

masyarakat tersebut. Kedudukan atau status sosial bisa didefinisikan

sebagai tempat dalam hubungannya dengan orang-orang lain dalam

masyarakat, yang akan memberikan hak-hak serta kewajiban-kewajiban

tertentu kepada individu yang menempati kedudukan tersebut.

Status sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam

masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan

pergaulanya, prestisenya, hak-hak, dan kewajibanya Dwi Narwoko &

Bagong Suyanto, (2004:156). Berdasarkan cara bagaimana status

(33)

a. Ascribed status (status yang “diharapkan”)

Kedudukan macam ini diterima oleh seseorang bukan karena usaha,

melainkan karena pengaruh adat dan kebudayaan yang berlaku, atau

corak masyarakat, dalam hal ini bisa dijumpai pada masyarakat

feodal.

b. Achieved status (status yang dicapai dengan usaha)

Kedudukan macam ini dicapai oleh seseorang berkat jerih payah

usahanya sendiri. Kedudukan macam ini bersifat terbuka bagi siapa

saja, asal mampu memenuhi persyaratan yang dituntut oleh

kedudukan tersebut.

Kedudukan seseorang di masyarakat banyak ditentukan oleh apa

yang dia miliki, yang dipandang penting oleh masyarakat. Semakin tinggi

tingkat pendidikan dan pekerjaan seseorang maka semakin tinggi pula

status di masyarakat. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh dan

kecenderungan memiliki banyak barang berharga, maka mereka akan

menempati posisi yang tinggi di masyarakat

Adanya perbedaan status sosial masyarakat akan memberikan

kesempatan atau fasilitas hidup yang berbeda pula, seperti keselamatan

hidup, harta benda, standar hidup kebebasan dan tingkah laku. Di samping

itu juga akan memberikan perbedaan dalam memperoleh kesempatan

dalam menekuni jenjang pendidikan. Hal tersebut berarti bahwa keluarga

yang mendapatkan fasilitas lebih banyak akan lebih berpeluang untuk

(34)

dalam hal kemampuan, sebagai akibat perbedaan situasi sosial, maka di

sini sekolah dihargai bukan karena nilai pendidikannya saja tapi juga

sebagai simbol status masyarakat.

Keadaan keluarga juga akan berpengaruh terhadap perkembangan

pendidikan anak, ini dapat diartikan bahwa sikap, cita-cita, minat, motivasi

anak terhadap suatu objek akan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi orang

tuanya. Dengan kondisi ekonomi keluarga yang cukup, ia akan mendapat

kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan kecakapannya yang

tidak dapat dikembangkan apabila tidak ada alatnya. Hal ini dapat

diartikan bahwa anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya cukup,

mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan

kemampuannya dari pada anak yang berasal dari keluarga ekonomi lemah.

Sehingga dengan keadaan sosial yang lebih tinggi dapat meningkatkan

minat siswa dalam melanjutkan studi di perguruan tinggi, lain halnya

dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah, minat siswa untuk

melanjutkan studi di perguruan tinggi juga rendah karena biaya untuk

melanjutkan studi di perguruan tinggi dirasa terlalu berat. Jadi, dalam

tingkat pendidikan anak dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi

(35)

3. Lingkungan Belajar a. Lingkungan Keluarga

Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai

dengan tujuan yang harus dicapainya perlu memperhatikan beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Petterson dan

Loeber (1984) seperti dikutip oleh (Muhibbin Syah, 1995:138)

mengatakan bahwa lingkungan sosial yang lebih banyak

mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu

sendiri.

Menurut Roestiyah (1982:159), faktor-faktor yang datang dari

keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu :

a. Cara mendidik

Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah sekolah akan

menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab, dan takut

menhadapi tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik

anaknya secara keras itu akan menjadi penakut.

b. Suasana keluarga

Hubungan antara anggota keluarga yang kurang intim,

menimbulkan suasana kaku, tegang di dalam keluarga,

menyebabkan anak kurang semangat untuk belajar. Suasana yang

menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang, memberi motivasi

(36)

c. Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak

sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah.

Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib

memberi pengertian dan dorongannya, membantu sedapat mungkin

kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi

guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.

d. Keadaan sosial ekonomi keluarga

Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang

mahal. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan,

kadang kala menjadi penghambat anak belajar. Namun bila

keadaan memungkinkan cukuplah sarana yang diperlukan anak,

sehingga mereka dapat belajar dengan senang.

e. Latar belakang

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga

mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak

ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong

semangat anak untuk belajar.

Menurut W.S Winkel (1989:109), keadaan sosial-ekonomi

menunjukan pada taraf kemampuan finansial keluarga yang dapat

bertaraf baik, cukup atau kurang. Keadaan inilah tergantung sampai

seberapa jauh keluarga dapat membekali siswa dengan perlengkapan

(37)

kebudayaan yang dimiliki keluarga, yang dapat tinggi, tengah atau

rendah. Dari keadaan ini tergantung kemampuan bagi anak untuk

berbahasa dengan baik, corak pergaulan antara orang tua dan anak,

serta pandangan keluarga mengenai pendidikan sekolah. Sebenarnya,

yang penting di sini bukanlah keadaan itu sendiri, melainkan kondisi

intern pada siswa yang timbul sebagai akibat dari keadaan itu. Namun,

akibat itu tidak harus timbul secara otomatis atau dengan sendirinya.

Sikap siswa sendiri terhadap keadaan itu, kerap menentukan apakah

kondisi intern akan menguntungkan belajar atau menghambatnya.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga

dan sikap anak dalam menanggapi lingkungannya dapat menentukan

keberhasilan pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil

dalam pendidikannya, maka harus diperhatikan segala sesuatu yang

dapat menunjang keberhasilan belajarnya.

b. Lingkungan Sekolah

Kemampuan belajar dimiliki manusia merupakan bekal yang

membuka kesempatan luas untuk memperkaya diri dalam hal

pengetahuan dan kebudayaan. Karena manusia mampu untuk belajar

maka dia berkembang, mulai dari lahir sampai mencapai umur tua.

Berdasarkan kesadaran tentang peranan proses belajar mengajar dalam

kehidupan anak didik, masyarakat telah mendirikan suatu institut yang

(38)

perkembangan yang diharapkan. Institut ini disebut sekolah (W.S

Winkel, 1989:2).

Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan

pentingnya pendidikan, sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja

melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan.

Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah

materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah

yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar.

Menurut Roestiyah (1982:159-161), faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar siswa yang datang dari sekolah yaitu :

a. Interaksi guru dan murid.

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim,

menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Juga

siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif

dalam belajar.

b. Cara penyajian.

Guru pada jaman dulu biasa mengajar dengan metode ceramah

saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat

saja. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang

baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar

(39)

c. Hubungan antar murid.

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka

tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada group yang saling

bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan

hubungan masing-masing individu tidak tampak.

d. Standar pelajaran di atas ukuran.

Guru berpendidikan, untuk mempertahankan wibawanya, kadang

memberi pelajaran di atas ukuran standard. Akibatnya anak merasa

kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang

tidak berhasil dalam mempelajari mata kuliahnya, guru semacam

itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang

mengingat perkembangan psikis dan kepribadian anak yang

berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam

menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan

siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan

dapat tercapai.

e. Media pendidikan.

Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk

sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya

belajar anak dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di

perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan

sekolah masih kurang dalam memiliki media jumlah maupun

(40)

f. Kurikulum.

Sistem instruksional sekarang menghendaki proses

belajar-mengajar yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu

mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan

yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara

individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan

pedoman perencanaan yang demikian.

g. Keadaan Gedung.

Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung

dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam

setiap kelas.

h. Waktu sekolah.

Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan

penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah

siswa. Akibat selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk

sekolah di sore hari, sebenarnya kurang dapat

dipertanggung-jawabkan, karena anak harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk

sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan

sebagainya. Sebaiknya anak belajar di pagi hari, di mana pikiran

masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.

i. Pelaksanaan disiplin.

Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga

(41)

jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi.

Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin, untuk

mengembangkan motivasi yang kuat.

j. Metode belajar.

Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini

perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan

efektif pula hasil belajar siswa itu, termasuk pembagian waktu

untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau

terus-menerus, karena besok akan ujian. Dengan belajar demikian

siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit.

Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian

waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup

istirahat akan meningkatkan hasil belajar.

k. Tugas rumah.

Waktu belajar adalah di sekolah, waktu di rumah biarlah digunakan

untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu

banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah,

sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang

lain.

c. Lingkungan Masyarakat

Siswa hidup di masyarakat. Hal demikian berarti siswa adalah

bagian dari warga masyarakat. Oleh karena itu siswa menjalin

(42)

tersebut terjadi dengan teman sebaya, dengan orang tua yang lebih tua

maupun dengan yang lebih muda. Menurut Roestiyah (1982:162), anak

perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya.

Tetapi perlu di jaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang

buruk. Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain.

Maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul.

Keberadaan mass media dan televisi, serta banyak bacaan

berupa buku-buku, novel, majalah, koran, kurang dapat

dipertanggungjawabkan secara pendidikan. Kadang-kadang anak asyik

membaca buku yang bukan buku pelajaran, sehingga lupa akan tugas

belajar. Maka, bacaan perlu diawasi dan diseleksi. Televisi yang

banyak menyajikan hiburan yang berupa film-film akan dapat

mengakibatkan anak untuk malas belajar dan moral bagi anak akan

rusak misalnya adanya adegan kekerasan dan pemerkosaan. Hal ini

juga tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan.

Siswa banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga.

Lingkungan keluarga itu sendiri merupakan bagian dari masyarakat.

Komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya, dapat memberikan

pengaruh yang baik atau pengaruh yang buruk bagi siswa. Pergualan

yang salah dapat mengakibatkan siswa lupa atas tanggung jawab

sendiri seorang pelajar.

Muhibbin Syah (1995:44), mengatakan bahwa kondisi sebuah

(43)

kemampuan ekonomi di bawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas

umum seperti sekolah dan lapangan olah raga telah terbukti menjadi

lahan yang subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal.

Anak-anak di lingkungan brutal memang tak mempunyai

alasan untuk tidak menjadi brutal, lebih-lebih apabila kedua orang

tuanya kurang atau tidak berpendidikan. Dengan kondisi masyarakat

yang demikian akan berpeluang untuk mempengaruhi sikap anak.

Anak dapat terseret pada kegiatan yang negatif yang dapat merusak

dirinya.

Sementara itu di masyarakat yang lingkungan anak-anaknya

rajin belajar, dapat menjadi daya dorong terhadap siswa yang lain

untuk rajin belajar. Roestiyah (1982:163) mengatakan bahwa di

lingkungan yang anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar akan

terpengaruh untuk rajin belajar tanpa disuruh. Anak akan merasa malu

jika mendapat prestasi yang rendah, jika teman-teman di sekitarnya

mendapat prestasi belajar tinggi. Oleh karena itu anak akan berusaha

belajar keras agar tidak ketinggalan dengan teman-temannya. Apabila

teman-teman di sekitarnya itu teman sekelasnya, anak dapat

mengadakan belajar bersama. Belajar bersama ini dimaksudkan agar

(44)

4. PRESTASI BELAJAR

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi

segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan

proses belajar siswa. Manum demikian, pengungkapan perubahan tingkah

laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid sangat sulit. Hal ini di

sebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak

bisa diraba). Oleh karena itu yang dapat dilakukan adalah hanya

mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan

diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil

belajar, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi

karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar

adalah mengetahui garis-garis besar indicator dikaitkan dengan jenis

prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur ( Muhibbin Syah 2003 :

213 )

Seseorang di dunia pada dasarnya mempunyai tujuan yang jelas di

dalam mengarungi kehidupannya, di antara tujuan yang dicapai tersebut

antara lain adalah keinginan untuk berprestasi. W.S Winkel (1989:100)

mendefinisikan prestasi belajar sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam

mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor

yang diperoleh dari hasil tes, mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Prestasi merupakan kemampuan nyata seseorang sebagai hasil dari

melakukan atau usaha kegiatan tertentu dan dapat diukur hasilnya.

(45)

definisi dari prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(1989:700) adalah : penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes

atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan pendapat di atas maka pengertian prestasi belajar

adalah hasil usaha yang dicapai siswa setelah melakukan proses belajar

dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam

skor yang diperoleh dari hasil tes. Apabila prestasi dikaitkan dengan

belajar maka mengenal apa yang dinamakan dengan prestasi belajar. Hal

ini menyatakan seberapa jauh hasil yang telah dicapai atau dibuktikan oleh

seseorang. Belajar sendiri merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan

perubahan dengan didapatkannya kemampuan baru yang disebabkan usaha

(Sumadi Suryobroto, 1989:324). Sehubungan dengan prestasi belajar maka

ia mengemukakan bahwa nilai rapor merupakan perumusan terakhir yang

diberikan guru mengenai kemajuan siswa atau prestasi siswa selama masa

tertentu.

Dari beberapa pengertian tentang prestasi tersebut dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan kemampuan

yang dinyatakan dalam nilai rapornya, setelah siswa tersebut selesai

mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Dengan demikian

prestasi belajar merupakan hasil setelah proses belajar menyatakan

(mengukur) tingkat keberhasilan seseorang dalam mengikuti proses

(46)

Apabila seseorang belajar, maka ia akan memperoleh hasilnya.

Hasil belajar adalah perubahan di dalam diri si pelajar, dimana ia dapat

mempunyai hasil yang berbeda-beda dan apa yang telah diketahui.

Keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar dapat dilihat dari prestasi

belajarnya.

5. MINAT

Kata minat dapat diartikan sebagai ketertarikan seseorang akan

suatu hal. Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan

suatu pilihan yang tepat, selain itu minat merupakan salah satu faktor

penentu yang sangat penting untuk suatu kemajuan dan keberhasilan

seseorang. Seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan dengan disertai

minat, pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik daripada

mereka tidak berminat sebelumnya. Menurut W.S. Winkel ( 1983 : 30 )

minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subjek untuk

merasa tertarik pada bidang/hal yang tertentu dan merasa senang

berkecimpung dalam bidang itu. Pendapat lain dikemukakan oleh (Bimo

Walgito1977: 38), minat merupakan suatu keadaan dimana seseorang

menaruh perhatian terhadap suatu obyek disertai dengan adanya

kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif dengan obyek tersebut. Jadi

minat adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk merasa tertarik

pada hal atau suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung

(47)

melainkan melalui proses. Anak memiliki minat dari pembawaannya,

kemudian memperolah perhatian dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Minat mempunyai dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif

( Elizabeth Hurlock, 1989: 116-117 ). Aspek kognitif dibangun melalui

pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari di rumah, sekolah dan

masyarakat. Dari sumber tersebut seseorang belajar apakah sesuatu

memuaskan kebutuhan atau tidak. Apabila hal tersebut dapat memuaskan

kebutuhannya maka akan timbul minat terhadap hal tersebut. Aspek afektif

juga dibangun dari pengalaman pribadi seseorang tetapi akan tetapi lebih

menekankan kepada emosional. Hal ini berhubungan dengan rasa senang

atau tidak senang. Apabila seseorang mendapatkan suatu pengalaman yang

menyenangkan maka akan semakin berminat terhadap apa yang

dialaminya begitu juga sebaliknya. Dua hal tersebut mempunyai peran

yang sangat penting dalam menentukan apa yang akan dikerjakan oleh

anak dengan jenis penyesuaian pribadi dan sosial mereka, namun demikian

aspek afektif mempunyai peran yang lebih besar dalam memotivasi

tindakan daripada aspek kognitif. Aspek afektif minat bila sudah terbentuk

cenderung tahan terhadap perubahan dibanding aspek kognitif.

Dalam hal pembentukan minat Andi Mappiare (1992) mengatakan

bahwa minat berasal dari harapan, sebab minat terdiri dari perasaan,

harapan, prasangka atau kecenderungan untuk mengarahkan individu pada

suatu pilihan. Hal ini berarti bahwa minat seseorang akan timbul jika

(48)

memiliki pandangan untuk dirinya sendiri dan ada kecenderungan untuk

melakukan pekerjaan itu sebagai obyek. Dalam buku Bimbingan dan

Konseling ( Dewa Ketut Sukardi, 1988 : 63 ) ada tiga cara untuk

menentukan minat yaitu:

a. Minat yang diekspresikan ( Expressed Interest )

Yaitu seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan

kata tertentu. Contoh : Seseorang mengatakan bahwa dirinya suka

belajar akuntansi.

b. Minat yang diwujudkan ( Manifest Interest )

Yaitu seseorang dapat mengekspresikan minat bukan memalui

kata-kata tetapi melalui tindakan atau perbuatan, ikut serta berperan aktif

dalam suatu aktivitas tertentu. Contoh : Siswa yang aktif dalam

kegiatan drama.

c. Minat yang diinventarisasikan ( Inventoried Interest )

Yaitu seseorang dapat diukur minatnya dengan menjawab terhadap

sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok

aktivitas tertentu.

Minat berhubungan dengan kecenderungan individu untuk

memusatkan perhatian dan meningkatkan aktivitas mental dan kegiatan

kepada suatu objek. Minat selalu berhubungan dengan kemampuan,

kebutuhan, dan pengalaman pada diri individu. Jadi minat bertujuan

(49)

Menurut Soewardi (1987:183) faktor-faktor pendorong minat

adalah:

a. Dorongan untuk mempertahankan hidup.

b. Dorongan keadaan, yang mana keadaan itu ditimbulkan oleh dorongan

untuk memprtahankan hidup.

c. Kegiatan mencapai tujuan. Komponen ini dilandasi oleh komponen

dorongan untuk mempertahankan hidup dan dorongan keadaan.

d. Tercapainya tujuan oleh individu.

e. Mengendurnya dorongan karena tujuan telah tercapai serta keinginan

dan kebutuhan telah tercapai.

f. Efek mengendurnya dorongan semula karena munculnya dorongan

lain yang baru.

Kemampuan komponen itu bekerja berhubungan atau

berkelanjutan dari yang pertama hingga yang terakhir, sebagai landasan

tumbuhnya minat seseorang untuk bertindak atau memusatkan

perhatiannya kedalam suatu hal. Minat berhubungan dengan

kecenderungan individu untuk memusatkan perhatian dan meningkatkan

aktivitas mental dan kegiatan kepada suatu obyek. Minat selalu

berhubungan dengan kemampuan, kebutuhan dan pengalaman dari

individu. Jadi minat bertujuan kepada suatu obyek yang banyak sangkut

pautnya pada individu. (Soewardi, 1987:186)

Pengertian minat menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S.

(50)

hati) kepada sesuatu ; keinginan. Minat merupakan faktor psikologis yang

dapat menentukan suatu pilihan pada seseorang, selain itu minat

merupakan salah satu faktor psikologis yang sangat penting untuk

kemajuan dan keberhasilan seseorang. Seseorang yang mengerjakan

sesuatu pekerjaan disertai minat sebelumnya pada umumnya akan

memperoleh hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak berminat

sebelumnya. Menurut W.S. Winkel (1983: 30) minat adalah

kecenderungan yang agak menetap dalam subjek untuk merasa tertarik

pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam

bidang tersebut.

B. KERANGKA BERFIKIR

1. Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha pada mahasiswa.

Minat merupakan faktor psikologi yang dapat menentukan suatu

pilihan pada seseorang, selain itu minat merupakan salah satu faktor

psikologi yang sangat kuat dan penting untuk kemajuan dan keberhasilan.

Seseorang yang mengerjakan sesuatu disertai minat sebelumnya pada

umumnya akan memperoleh hasil yang lebih dari pada mereka yang tidak

berminat sebelumnya.

Status sosial mencakup pendidikan orang tua, jenis pekerjaan dan

pendapatan orang tua. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk

(51)

dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada

umumnya orang-orang sependapat bahwa dengan semakin tinggi tingkat

pendidikan yang dicapai oleh seseorang, maka semakin luas wawasan

serta pengetahuannya dalam berbagai bidang. Dengan tingkat pendidikan

orang tua yang tinggi maka orang tua tersebut akan mempunyai wawasan

yang luas akan sempitnya lapangan pekerjaan dan terbukanya peluang

untuk membuka usaha sehingga mungkin akan mengarahkan anaknya

untuk berwirausaha.

Jenis pekerjaan merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh penghasilan. Jenis pekerjaan berhubungan

dengan tingkat pendapatan seseorang. Jenis pekerjaan yang semakin baik

maka pendapatan seseorang akan tinggi pula. Hal ini diduga akan

mempengaruhi minat siswa untuk berwirausaha

Dengan semakin tingginya status sosial ekonomi orang tua, maka

minat siswa untuk berwirausaha semakin tinggi, karena didukung oleh

permodalan yang lebih kuat. Lain halnya dengan status sosial ekonomi

orang tua yang rendah maka minat untuk berwirausaha juga rendah,

mengingat permodalannya cenderung lebih rendah. Mahasiswa yang orang

tuanya berstatus sosial ekonomi rendah cenderung akan bekerja kepada

(52)

2. Hubungan antara faktor lingkungan belajar siswa dengan minat berwirausaha pada mahasiswa.

Lingkungan belajar siswa adalah keseluruhan keadaan yang

melingkupi siswa atau keadaan yang dengan kehadirannya memberi

pengaruh pada perkembangan siswa. Dengan adanya pengaruh lingkungan

belajar yang baik akan diikuti oleh prestasi yang semakin baik pula.

Mahasiswa yang berasal dari lingkungan belajar yang baik akan

mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dari pada mahasiswa yang

berasal dari lingkungan belajar yang buruk. Mahasiswa yang mempunyai

prestasi belajar yang baik mungkin akan mempunyai minat yang tinggi

untuk berwirausaha, karena mempunyai dedikasi, harapan serta rasa

percaya diri yang tinggi. Oleh sebab itu mahasiswa tersebut mempunyai

kemampuan untuk mengeksplorasikan keinginan dan harapan yang tinggi

untuk keberhasilan.

Terkategorikan sebagai lingkungan belajar adalah lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan

keluarga yang baik akan membuat mahasiswa dapat belajar dengan

kondusif di rumah sehingga prestasi belajar yang dicapai akan lebih baik

dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal dari lingkungan keluarga

yang kurang baik. Lingkungan sekolah/kampus yang dicirikan sarana dan

prasarana yang memadai akan mendukung mahasiswa dapat belajar

dengan optimal, sehingga prestasi belajar yang dicapai mahasiswa akan

(53)

menjalin hubungan atau berinteraksi dengan anggota masyarakat lain. Oleh

karena itu perlu mahasiswa menjalin hubungan dengan masyarakat

lainnya. Mahasiswa yang hidup di lingkungan masyarakat yang sebagian

besar berprofesi sebagai wirausahawan dapat mempengaruhi aktivitas

belajar, jiwa serta mental mereka serta dapat menjadi daya dorong terhadap

mahasiswa tersebut untuk belajar berwirausaha. Sebaliknya mahasiswa

yang hidup di lingkungan masyarakat yang sebagian profesinya bukan

wirausahawan juga akan terpengaruh jiwa, serta mental mereka untuk

menyesuaikan lingkungan ditempat ia bergaul.

3. Hubungan antara prestasi belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa

Prestasi belajar merupakan suatu kemampuan yang dimiliki

seseorang yang merupakan hasil dari proses yang telah dilakukan. Prestasi

belajar mahasiswa terwujud dalam hasil studi yang berupa nilai-nilai

pelajaran/mata kuliah yang tercermin dalam rata-rata nilainya. Tinggi

rendahnya prestasi belajar dapat diraih mahasiswa akan berpengaruh

terhadap kepercayaan diri, harapan dan cita-citanya. Dengan prestasi

belajar yang tinggi diperoleh di bangku kuliah mungkin akan menjadi daya

dorong minat untuk berwirausaha. Semakin tinggi prestasi belajar yang

diperoleh siswa maka kepercayaan diri, harapan dan cita-citanya semakin

tinggi. Hal itu mungkin akan berpengaruh pada minat berwirausaha yang

juga akan tinggi. Hal ini disebabkan siswa akan mampu menjalani

(54)

C. HIPOTESIS PENELITIAN

1. Ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat

berwirausaha pada mahasiswa.

2. Ada hubungan antara faktor lingkungan belajar dengan minat

berwirausaha pada mahasiswa.

3. Ada hubungan antara prestasi belajar dengan minat berwirausaha pada

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

1. Jenis penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif,

penelitian studi kasus dan penelitian ex post facto.

2. Studi kasus

Penelitian tentang Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua,

Faktor Lingkungan Belajar dan Prestasi Belajar dengan Minat

Berwirausaha pada Mahasiswa ini dibatasi ruang lingkupnya, yaitu

mengambil kasus pada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, khususnya

pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan

Akuntansi angkatan 2004/2005. Penulis memilih Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Program studi Pendidikan

Akuntansi angkatan 2004/2005 sebagai obyek penelitian dengan

pertimbangan bahwa angkatan 2004/2005 telah dan akan segera

menempuh mata kuliah kewirausahaan, dimana mata kuliah tersebut

menjadi dasar dari pengetahuan tentang seluk-beluk berwirausaha yang

didapat dari materi kuliah, pertimbangan berikutnya adalah bahwa

angkatan 2004/2005 telah menempuh hampir separuh dari jumlah mata

kuliah yang harus ditempuh, sehingga sudah saatnya mahasiswa angkatan

2004/2005 tersebut mulai berfikir mencari alternatif pekerjaan lain maupun

(56)

sebagai sampingan mengingat sulitnya mencari pekerjaan dimasa-masa

sekarang ini.

3. Studi ex post facto

Studi ex post facto yaitu penyelidikan empiris yang sistematis dimana

ilmuwan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena

perwujudan variabel tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut

pada dasarnya memang tidak dapat dimanipulasi. Kesimpulan tentang

hubungan di antara variabel-variabel itu dilakukan, tanpa intervensi

langsung, berdasarkan perbedaan yang mengiringi variabel bebas dan

variabel terikat itu (Nana sudjana 2001:56). Jadi dalam penelitian ini

peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena

perwujudan variabel tersebut telah terjadi sebelumnya.

B. Tempat dan waktu Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian lapangan dilakukan pada bulan November-Desember 2007

2. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian adalah orang yang terlibat dalam penelitian. Dalam hal

(57)

penelitian yang dilakukan. Subjek penelitian ini meliputi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta, khususnya pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2004/2005.

Penulis hanya mengambil Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, khususnya Program Studi Pendidikan Akuntansi saja sebagai

subjek penelitian karena menurut Sumadi Suryabrata, peneliti harus

mempertimbangkan apakah masalah tersebut managable atau tidak oleh

penulis. Managability itu terutama dilihat dari lima segi yaitu biaya yang

tersedia, waktu yang dapat digunakan, alat-alat dan perlengkapan yang

tersedia, bekal kemampuan teoritis dan penguasaan metode yang

diperlukan. Pihak lain yang terlibat adalah dosen, karyawan yang

membantu memberikan informasi kepada penulis pada saat dilakukannya

penelitian.

2. Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam

penelitian dan dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah Status

Sosial Ekonomi Orang Tua, Faktor Lingkungan dan Prestasi Belajar, yang

akan dihubungkan dengan minat berwirausaha.

D. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini,

populasinya adalah Mahasiswa Fakultas Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, khususnya pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

(58)

penulis hanya mengambil Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, khususnya

pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program studi Pendidikan

Akuntansi angkatan 2004/2005 saja sebagai populasi, karena menurut Sumadi

Suryabrata (1989:71) sebuah penelitian haruslah mempertimbangkan

managable atau tidak oleh peneliti. Managability itu terutama dilihat dari lima

segi yaitu biaya yang tersedia, waktu yang dapat digunakan, alat-alat dan

perlengkapan yang tersedia, bekal kemampuan teoritis dan penguasaan

metode yang diperlukan.

E. Operasionalisasi Variabel 1. Status sosial ekonomi orang tua

a.Variabel tingkat pendidikan orang tua.

Yang dimaksud tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan

tertinggi yang berhasil diselesaikan oleh orang tua siswa dalam hal ini

tingkat pendidikan orang tua dikelompokan sebagai berikut :

a) Lulus SD skor 1

b) Lulus SMP skor 2

c) Lulus SMA skor 3

d) Lulus D III skor 4

e) Lulus PT skor 5

b.Jenis pekerjaan orang tua

Jenis pekerjaan orang tua yaitu bidang pekerjaan pokok yang ditekuni

orang tua setiap harinya. Dalam hal ini, penulis menggolongkan jenis

(59)

jenis pekerjaan orang tua menjadi 8 golongan dan memberikan

penskoran, sebagai berikut :

a) Bapak/Ibu RT skor 1

b) Pensiunan skor 2

c) Buruh tani skor 3

d) Petani skor 4

e) Karyawan skor 5

f) PNS skor 6

g) Guru skor 7

h) Wiraswasta skor 8

c.Pendapatan

Pendapatan adalah penghasilan rata-rata yang diterima orang tua setiap

bulan. Dalam penelitian penghasilan diukur dari tinggi rendahnya

penghasilan/pendapatan yang diberikan 5 alternatif awal tentang

pengeluaran dengan beberapa orang tua siswa. Adapun pedoman untuk

memberikan alternatif jawaban adalah :

a) Penghasilan kurang dari 500.000 diberi skor 1

(60)

d.Fasilitas khusus yang dimiliki keluarga

Fasilitas diukur dari banyak sedikitnya fasilitas khusus, benda dan

barang yang dimiliki keluarga responden. Untuk mempermudah

pengukuran, maka masing-masing fasilitas benda dan barang yang

dimiliki keluarga responden diberi skor sebagai berikut :

Tabel III.1 Operasional Variabel

No Jenis Fasilitas Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rumah Mobil Sepeda Motor Lemari Es Komputer Mesin Cuci TV Berwarna Hand Phone Pesawat Telepon Tape Recorder VCD Player Radio Langganan Majalah Langganan Surat Kabar Tidak Punya 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0

2. Faktor lingkungan belajar

Lingkungan belajar merupakan keseluruhan keadaan yang melingkupi

siswa atau keadaan yang dengan kehadirannya memberikan pengaruh pada

perkembangan siswa. Dalam lingkungan belajar diberi penskoran dari skor

(61)

Tabel III.2 Operasionalisasi Variabel Variabel Sub Variabel Sub Sub variabel indikator No.Butir Positif Negatif Lingkungan belajar Intrinsik Ekstrinsik Lingkungan belajar di keluarga Lingkungan belajar di sekolah Lingkungan belajar di masyarakat

- Perhatian keluarga

- Perhatian saudara - Kesediaan

fasilitas belajar - Kedisiplinan

dalam belajar

-Motivasi Dosen -Hubungan Dosen

dan mahasiswa -Fasilitas kampus

-Kelompok belajar di kampus

-Hubungan dengan masyarakat -Kegiatan di masyarakat -Fasilitas di

masyarakat 1,2,4 5,6 7,8,9 10,11 12 15,16 17,18, 19 20,21 22,24, 25 26,27 28,29 3 13,14 23

Pengukuran lingkungan belajar menggunakan skala likert yang disajikan

dalam empat pertanyaan alternatif jawaban yang diberi tanda (V) pada

lembar yang telah disediakan yaitu sering, pernah dan tidak pernah. Bobot

yang diberikan untuk alternatif jawaban adalah :

Sangat setuju skor 4

Setuju skor 3

Tidak setuju skor 2

(62)

3. Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah keberhasilan mahasiswa/i dalam menguasai dan

memahami materi kuliah yang ditunjukkan dengan adanya nilai yang

berhasil dicapai mahasiswa, yang tampak dari Indek Prestasi Komulatif

(IPK) yang diraih oleh mahasiswa tersebut. Dalam penelitian ini prestasi

akademik yang digunakan adalah nilai indeks prestasi kumulatif yang

telah dicapai oleh responden. Prestasi yang diperoleh mahasiswa

dikategorikan sebagai berikut :

Tabel III.3

Kategori Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa

No Skor Frek Persentase Interprestasi

1 3,51 – 4,00 3 1,84% Cum Laude 2 2,76 – 3,50 58 35,58% Sangat memuaskan 3 2,00 – 2,75 86 52,76% Memuaskan

4 < 1,99 16 9,82% Kurang memuaskan Jumlah 163 100%

4. Minat berwirausaha

Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan suatu pilihan

pada seseorang. Selain itu minat merupakan salah satu faktor psikologis

yang sangat penting untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang.

Seseorang yang mengerjakan sesuatu pekerjaan disertai minat sebelumnya

pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik dari pada mereka

yang tidak berminat sebelumnya. Menurut W.S. Winkel (1983: 30). Minat

adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subjek untuk merasa

tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung

(63)

Tabel III.4 Operasionalisasi Variabel Variabel Sub

Variabel

indikator No.Butir Positif Negatif

Minat berwirausaha

Intrinsik

Ekstrinsik

- Keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri - Kemauan untuk

mengambil resiko - Semangat untuk

bersaing

- Percaya pada diri sendiri

- Teman sebaya - Peluang kerja

1,2,7

4,8,9

10,11,16

13,14,15

17,18 19,20

3

5,6

12

Untuk mengukur minat berwirausaha pada mahasiswa, cara yang

digunakan penulis adalah dengan kuesioner tentang pilihan yang disusun

seperti model Likert dengan empat alternatif jawaban. Skor bergerak dari

1 sampai dengan 4. Adapun pedoman untuk memberikan skor pada

alternatif jawaban adalah :

Sangat setuju skor 4

Setuju skor 3

Tidak setuju skor 2

Sangat tidak setuju skor 1

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Kuesioner yaitu metode pengumpulan data yang menggunakan sejumlah

daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden dalam hal ini

mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi

(64)

Dengan maksud untuk memperoleh data tentang status sosial ekonomi

orang tua, faktor lingkungan belajar, dan prestasi belajar dengan minat

berwirausaha.

2. Wawancara

Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan

secara langsung atau lisan dengan karyawan sekretariat Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan untuk melengkapi data tentang gambaran umum

perguruan tinggi.

3. Dokumentasi

Metode pengumpulan data dengan cara menyalin data yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti, khususnya mengenai minat berwirausaha,

apabila sebelum penulis melakukan penelitian ternyata sudah ada yang

melakukan penelitian sebelumnya, serta datanya akan berguna bagi

penulis, juga data yang terkait tentang pre

Gambar

Tabel 5.11 Rangkuman Hasil Uji Linieritas  .................................................
Tabel III.1
Tabel III.2
Tabel III.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rp240.399.000,00 (Dua Ratus Empat Puluh Juta Tiga Ratus Sembilan. Puluh Sembilan

(dua ratus delapan puluh delapan juta lima ratus delapan puluh lima ribu rupiah) Hasil evaluasi pelelangan untuk seluruh peserta yang dievaluasi adalah sebagai berikut :.

[r]

Alloy Mas Oilfield Services dilakukan untuk setiap jenis koneksi yang dihasilkan.Sehingga biaya-biaya yang diperhitungkan merupakan biaya-biaya yang terjadi pada

[r]

[r]

siswa yang dimulai dari administrator yang melakukan login untuk masuk Gambar 4.5 System Flow Proses Persetujuan Perijinan Siswa.. ke dalam sistem kemudian administrator

pemilhan kata atau diksi, dalam penggunaan tanda baca, pembentukan kata, penggunaan ejaan dan penguasaan kalimat efektif, sebagai salah satu faktor kebahasaan yang