SKRIPSI
OLEH:
ANITA
NIM : 06C10104260
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH:
ANITA
NIM : 06C10104260
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
Meulaboh
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
SKRIP SI
OLEH :
RATNA NINGSIH NIM : 06C10104015
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULAB OH-ACEH B ARAT
iii
Kabupaten Aceh Jaya. Di Bawah Bimbingan Bapak Jun Musnadi Is, SKM dan Sufyan Anwar, SKM, MARS.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi ciptaan Tuhan sehingga tidak dapat digantikan dengan makanan dan minuman yang lain. Pemberian ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik bagi bayi sampai umur 6 bulan. Tanpa ASI dampak negatif bagi bayi sangat besar. Namun masih tingginya angka kesakitan bayi 0-6 bulan dan dan rendahnya cakupan ASI Eksklusif menunjukkan Aplikasi pemberian ASI Eksklusif masih sangat kurang.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah faktor pengetahuan, pendidikan, sikap dan pekerjaan mempengaruhi ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya.
Jenis Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan Analitik Survey Research. Penelitian ini dilakukan di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee pada Bulan Januari 2013. Jenis pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah Non Probability Sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini ialah 46 jiwa.
Hasil penelitian dengan pengujian Chi-Square diketahui bahwa ada pengaruh pengetahuan, pendidikan, sikap dan pekerjaan responden dengan pemberian ASI Eksklusif. Hal ini ditunjukkan dengan masing- masing nilai p value untuk pengetahuan 0.000, nilai p value untuk pendidikan 0.000, nilai p value untuk sikap 0.003 dan nilai p value untuk pekerjaan 0.000 lebih kecil dari nilai α yaitu 0,05. ASI Eksklusif memainkan peran penting dalam memberantas penyakit gizi buruk dan kurang, oleh sebab itu harus digiatkan sedini mungkin terutama dengan mengajak serta orang-orang yang memiliki kecenderungan tidak memberikan ASI secara Eksklusif dengan cara memberikan informasi dan contoh serta alasan yang baik mengapa pemberian ASI Eksklusif perlu dilakukan.
1 1.1Latar Belakang
Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam
kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama
pemberian ASI Eksklusif. Konvensi Hak-hak Anak tahun 1990 antara lain
menegaskan bahwa tumbuh kembang seca ra optimal merupakan salah satu hak
anak. Berarti ASI selain merupakan kebutuhan, juga merupakan hak asasi bayi
yang harus dipenuhi oleh orang tuanya (Afifah, 2007).
Menyusui adalah cara alamiah untuk memberikan kebutuhan makanan
kepada bayi yang baru lahir. Dalam beberapa aspek, menyusui bayi adalah hal
yang paling ideal, baik bagi ibu maupun bayinya. ASI adalah cara yang terbaik
agar bayi mendapatkan nutrisi yang tepat, perlindungan kekebalan dengan
imunisasi, dan curahan kasih sayang. Gerakan kembali ke ASI harus terus
digalakkan agar bayi benar-benar mendapat haknya dalam perkembangan mental
dan fisiknya.
Menurut Roesli (2000), pengetahuan dan sikap merupakan faktor
pendukung terwujudnya tindakan ibu untuk ingin selalu memberikan ASI. Tanpa
pengetahuan serta persepsi yang benar tentang ASI maka ibu tidak akan
memahami bahwa ASI merupakan makanan yang sangat penting dari pada
makanan lainnya bagi bayi. Selanjutnya, ibu yang memiliki intensitas pekerjaan
waktu memberikan ASI bagi bayi. Dengan banyaknya pekerjaan yang harus ibu
lakukan ditempat kerja dapat membuat ibu lupa untuk memberikan ASI. Selain
itu, ditempat kerja masih banyak yang tidak menyediakan tempat khusus bagi ibu
memberikan ASI.
Kementerian kesehatan RI (2010) menyatakan Pola pemberian makan
pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir
sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24
bulan. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi ciptaan Tuhan sehingga tidak
dapat digantikan dengan makanan dan minuman yang lain. ASI merupakan
makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi berhak mendapatkan ASI.
Meskipun pemerintah telah menghimbau pemberian ASI Eksklusif, angka
cakupan pemberian ASI Eksklusif masih rendah. Dalam sambutan Kepala
Perwakilan WHO Indonesia pada Pekan ASI Sedunia 2010 menyatakan
Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007, pemberian
ASI Eksklusif di bawah 6 bulan menurun, dibandingkan dengan survei yang sama
dilakukan pada tahun 2002. Angka kematian bayi dan balita belum secara nyata
membaik selama 5 tahun tersebut. Selain itu, angka kematian bayi di Indonesia
masih relatif tinggi dibandingkan dengan negara- negara ASEAN lainnya.
Strategi komprehensif kelangsungan hidup anak merupakan upaya wajib untuk
dimulai termasuk mengukur bagaimana meningkatkan cakupan pemberian ASI
(Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Data Susenas (2009) terdapat 61,3% bayi usia 0-5 bulan yang
sampai 78,3%. Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah Nusa Tenggara Barat,
Bengkulu, dan N usa Tenggara Timur. Sedangkan Provinsi dengan cakupan
terendah adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Aceh (Kementerian Kesehatan,
2010).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2011
cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi yang berumur 0 – 6 bulan adalah
63,1% dari 713 bayi. Sedangkan untuk wilayah kerja Puskesmas Calang di Tahun
2011 cakupan ASI eksklusif adalah 23,7% dari 224 bayi usia 0-6 bulan atau
sebanyak 53 bayi. Data Puskesmas Calang dari laporan bulanan kegiatan
pembinaan gizi masyarakat diwilayahnya, cakupan pemberian ASIEksklusif
Tahun 2012 periode Januari sampai dengan Mei Tahun 2012 adalah 13,3% dari
172 bayi (0-6 bulan) atau sebanyak 23 bayi. Dari laporan kunjungan Poli KIA
Puskesmas Calang periode Bulan Januari hingga Mei Tahun 2012 diketahui
bahwa angka kesakitan bayi 0-6 bulan adalah sebanyak 21 kunjungan (21 orang
bayi sakit) dan bayi umur 7 bulan -5 tahun sebanyak 120 kunjungan (120 orang
bayi sakit).Dari data tersebut juga diketahui Desa Dayah Baro merupakan desa
yang paling rendah cakupan ASI eksklusifnya dibandingkan 5 desa lainnya yaitu
pada Tahun 2011 sebesar 10,8 %atau sebanyak 7 dari 65 bayi (0-6 bulan) dan
33,3% atau sebanyak 14 dari 42 bayi (0-6 bulan) di Bulan Januari hingga Mei
Tahun 2012.
Hal tersebut di atas menunjukkanbahwa targetpemberian ASI Eksklusif
masih jauh dari apa yang diharapkan. Dalam Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
2005) target cakupan ASI eksklusif untuk tahun 2010 adalah 80 %. Bila dilihat
dari data survei awal, penulis mendapatkan keterangan bahwa pencapaian ASI
eksklusif di desa Dayah Baro sangat rendah sebagian besar disebabkan karena
perilaku ibu menyusui kurang mendukung pemberian ASI, terutama ASI
Eksklusif.
ASI Ekslusif merupakan makanan penting bagi bayi sampai umur 6 bulan.
Tanpa ASI dampak negatif bagi bayi sangat besar. Namun, apakah sikap,
pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan ibu dapat mempengaruhi pemberian ASI
di Desa Dayah Baro? Apalagi jika dilihat dari data di atas bahwa persentase
cakupan ASI di Desa Dayah Baro masih di bawah angka target. Berdasarkan
masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif Di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya
Tahun 2012”.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa faktor- faktor yang
mempengaruhi ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah
1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apasaja
faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di
Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan ibu menyusui terhadap
pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee
Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.
2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan ibu menyusui terhadap
pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee
Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.
3. Untuk mengetahui pengaruh sikap ibu menyusui terhadap pemberian ASI
Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten
Aceh Jaya Tahun 2013.
4. Untuk mengetahui pengaruh status pekerjaan ibu menyusui terhadap
pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 ManfaatPraktis
1. Peneliti
Menambah pengetahuan, wawasan, serta pengalaman, baik itu dalam
melakukan penelitian atau penulisan skripsi maupun tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan ASI eksklusif.
2. Bagi Puskesmas Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan
bahan masukan untuk lebih mengoptimalkan berbagai pendekatan yang
dapat dilakukan oleh bidan desa dan tenaga kesehatan lainnya dengan
masyarakat khususnya para ibu dalam meningkatkan pelaksanaan ASI
Eksklusif.
1.4.2. ManfaatTeoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk menjawab
permasalahan kesehatan Ibu dan Anak terutama mengenai Asi Eksklusif
7 2.1 ASI dan Menyusui
2.1.1 Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan
protein, laktosa dan garam- garam organik yang disekresikan oleh kelenjar
payudara ibu (Mammae), sebagai makanan utama bagi bayi. ASI sebagai
makanan yang alamiah juga merupakan makanan terbaik yang dapat
diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang baru dilahirkannya dan
komposisinya yang sesuai untuk pertumbuhan bayi serta ASI juga
mengandung zat pelindung yang dapat menghindari bayi dari berbagai
penyakit. ASI merupakan sumber nutrisi yang sangat penting bagi bayi
dalam dan jumlah yang cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama
4 – 6 bulan pertama ( Media et.al, 2007).
Jenis-jenis ASI sesuai perkembangan bayi dibagi menjadi 3, yaitu
ASI kolostrum, ASI transisi atau peralihan, dan ASI matur. ASI kolostrum
atau sering disebut susu ”Jolong” merupakan cairan pertama yang
keluar dari kelenjar payudara, dan keluar pada hari kesatu sampai hari
ketujuh. Komposisinya selalu berubah dari hari ke hari. Kolostrum
merupakan cairan kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning
membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan
mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang
akan datang. Kolostrum lebih banyak mengandung protein, sedangkan
kadarkarbohidrat dan lemaknya lebih rendah dibandingkan ASI matur.
Selain itu kolostrum mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak
dari ASI matur. Total energinya lebih rendah bila diba ndingkan ASI
matur dan volumenya berkisar antara 150-300 ml/24 jam.
Sedangkan ASI transisi adalah ASI yang diproduksi pada hari ke-4
sampai ke-7 atau hari ke-10 sampai ke-14. Kadar protein berkurang,
sedangkan kadar karbohidrat dan lemaknya meningkat. Volume juga
semakin menigkat. ASI matur merupakan ASI yang diproduksi sejak hari
ke-14 dan seterusnya. Komposisi ASI jenis ini relatif konstan. Pada ibu
yang sehat dan memiliki jumlah ASI yang cukup, ASI ini merupakan
makanan satu-satunya yang paling baik bagi bayi sampai usia 6 bulan
(Roesli, 2000).
2.1.2 Produksi ASI
Air susu ibu diproduksi atau dibuat oleh jaringan kelenjar susu atau
pabrik ASI (mammary alveoli). Kemudian disalurkan melalui saluran susu
ke dalam gudang susu (sinus lactiferous) yang terdapat di bawah daerah
yang berwarna gelap atau coklat tua di sekitar punting susu. Gudang susu
ini sangat penting artinya, karena merupakan tempat penampungan ASI.
Punting susu mengandung banyak sekali saraf sensoris sehingga sangat
Roesli (2009) menyatakan pada seorang ibu yang menyusui dikenal
2 refleks yang masing- masing berperan sebagai pembentukan dan
pengeluaran air susu, yaitu refleks prolaktin dan refleks let down.
1) Refleks prolaktin/Produksi ASI
Setiap kali bayi menghisap, ia merangsang ujung saraf di sekitar
payudara. Rangsangan ini disalurkan ke otak dan merangsang kelenjar
hipopisis bagian depan untuk memproduksi hormon prolaktin.
Prolaktin dialirkan ke pabrik ASI, merangsang sel-sel alveoli pembuat
ASI untuk memproduksi ASI. Semakin banyak ASI dikeluarkan dari
payudara, semakin banyak produksi ASI. Selain itu, hormon prolaktin
akan menekan fungsi indung telur (ovarium) sehingga menyusui
secara eksklusif akan dapat memperlambat kembalinya fungsi
kesuburan dan haid. Menyusui eksklusif dapat menjarangkan
kehamilan.
2) Refleks let down ( reflek oksitoksin/ reflek pengaliran ASI )
Isapan bayi akan merangsang bagian belakang kelenjar hipofisis
di otak. Kelenjar hipofisis bagian belakang akan memproduksi
hormon oksitiksin. Hormon oksitoksin dialirkan melalui darah menuju
payudara, kemudian akan merangsang otot-otot yang mengelilingi
pabrik untuk berkonsentrasi sehingga ASI diperas keluar dari pabrik
ke saluran ASI. Hanya ASI dalam saluran ASI yang dapat dikeluarkan
oleh isapan dan atau diperas ibu. Jika refleks oksitoksin tidak bekerja
produksi ASI dalam pabrik cukup karena ASI saluran ASI kurang
(Roesli, 2009).
Ibu mungkin bisa mengamati tanda dan sensasi refleks oksitoksin
aktif. Tanda dan sensasinya diantaranya adalah sensasi diperah atau
geleyar (tingling Sensation ) di dalam payudara sesaat sebelum menyusui
atau pada waktu proses menyusui berlangsung. ASI mengalir dari
payudara bila ibu memikirkan bayinya, atau mendengar bayinya menangis.
ASI menetes dari payudara sebelah, bila bayi menyusu pada payudara
yang lainnya. ASI memancar halus ketika bayi melepas payudara pada
waktu menyusui. Ada nyeri berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi
keluarnya darah selama menyusui di minggu pertama. Hisapan yang
lambat, dalam dan tegukan bayi menunjukkan bahwa ASI mengalir ke
dalam mulut bayi (Depkes RI, 2007).
Hal-hal yang mengurangi oksitoksin adalah ibu takut bentuk
payudara berubah dan takut gemuk, ibu bekerja, ibu merasa atau takut ASI
nya tidak cukup, merasa kesakitan terutama saat menyusui, merasa sedih,
cemas, marah, kesal, dan bingung, malu menyusui, suami dan keluarga
kurang mendukung dan mengerti ASI (Roesli, 2009).
2.1.3 Komposisi ASI
ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok antara lain zat
putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan,
hormon, enzim, dan zat kekebalan,dan sel darah putih. Semua zat ini
hidup yang mempunyai keseimbangan biokimia yang sangat tepat ini
bagai suatu “simfoni nutrisi bagi pertumbuhan bayi” sehingga tidak
mungkin ditiru oleh buatan manusia. Komposisi ASI berubah dari menit
ke menit, ASI yang keluar pada 5 menit pertama dinamakan foremilk.
Foremilk mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar
kemudian ( hindmilk ) (Roesli, 2000).
ASI yang berkualitas akan dapat menyediakan asam amino bagi
bayi. ASI merupakan makanan utama yang paling ideal untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan psikilogik bayi, merupakan satu-satunya jenis pangan
atau cairan yang perlu diminum oleh anak manusia dalam waktu enam
bulan pertama kehidupannya. ASI memiliki unsur- unsur seperti kalsium
dan zat besi sehingga bayi yang diberi ASI hampir tidak pernah
mengalami anemia (Budiyanto, 2001).
Bayi yang diberi ASI mendapat pasokan vitamin dan mineral yang
adekuat kecuali jika diet ibunya sangat kurang. ASI ( Air Susu Ibu ) adalah
makanan yang terbaik untuk bayi (Juffrie,M & Darmawan,I,
2003).Kebutuhan Fe bayi di bawah 6 bulan hanya 0,5 mg/dl, sangat kecil,
mengingat pada bayi cukup bulan, maka setelah lahir hingga 3 bulan bayi
masih punya simpanan Fe yang cukup (Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat FKM UI, 2007).
Air susu ibu bukan sekedar sebagai makanan, tetapi juga sebagai
suatu cairan yang terdiri dari sel-sel yang hidup (seperti darah). ASI
pertumbuhan, enzim, serta zat yang dapat membunuh bakteri dan virus.
Susu formula adalah cairan berisi zat yang mati. Di dalamnya tidak ada sel
yang hidup seperti sel darah putih, zat pembunuh bakteri, antibodi, enzim,
hormon, dan juga tidak mengandung zat pembunuh (Roesli, 2000).
Walaupun ASI dipandang lebih unggul dibanding susu formula
untuk bayi normal, banyak bayi mendapat susu formula sejak lahir. Pola
perubahan sosial dan budaya dapat mendorong pemberian susu formula.
Karena mereka bekerja di luar rumah, banyak ibu enggan menyusui
bayinya (Nelson, 1999).
Bayi yang diberi susu formula sangat rentan terserang penyakit.
Berikut ini deretan penyakit yang mengintai bayi susu formula (menurut
Roesli, 2008) :
1. Infeksi saluran pencernaan (muntah, mencret).
2. Infeksi saluran pernapasan.
3. Meningkatkan resiko alergi.
4. Meningkatkan resiko serangan asma.
5. Menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif.
6. Meningkatkan resiko kegemukan (obesitas).
7. Meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
8. Meningkatkan resiko kencing manis.
9. Meningkatkan resiko kanker pada anak.
10. Meningkatkan resiko penyakit menahun.
12. Meningkatkan resiko infeksi yang berasal dari susu formula yang
tercemar.
13. Meningkatkan risiko efek samping zat pencemar lingkungan.
14. Meningkatkan kurang gizi.
15. Meningkatkan risiko kematian.
2.1.4 Manfaat Pe mberian ASI
Bagi ibu dan bayi ASI eksklusif, mudahnya terjalin ikatan kasih
sayang yang mesra antara ibu dan bayi baru merupakan awal dari
keuntungan menyusui secara eksklusif. Bagi bayi, tidak ada pemberian
yang lebih berharga dari ASI. Hanya seorang ibu yang dapat memberikan
makanan terbaik bagi bayinya. Keuntungan menyusui meningkat seiring
lama menyusu eksklusif hingga enam bulan. Setelah itu, dengan
tambahan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan,
keuntungan menyusui meningkat seiring dengan meningkatnya lama
pemberian ASI sampai dua tahun atau lebih (Roesli, 2000).
1. Manfaat ASI untuk bayi (Roesli, 2000)
a. ASI sebagai nutrisi
b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
c. ASI meningkatkan kecerdasan
d. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang
e. Menyebabkan pertumbuhan yang baik
f. Mengurangi kejadian karies dentis
2. Manfaat ASI untuk ibu dan keluarga
a. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
b. Mengurangi terjadinya anemia
c. Menjarangkan kehamilan
d. Mengecilkan rahim
e. Lebih cepat langsing kembali
f. Mengurangi kemungkinan menderita kanker
g. Memberi kepuasan bagi ibu
h. Mengurangi resiko keropos tulang dan resiko rheumatoid artritis
i. Mengurangi risiko diabetes maternal
j. Mengurangi stres dan gelisah
k. Mudah dibawa kemana- mana (portabel) dan praktis
3. Manfaat ASI untuk keluarga
a. Lebih ekonomis dan murah
b. Tidak merepotkan dan hemat waktu
4. Manfaat ASI untuk Negara
Pemberian ASI dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian anak, mengurangi subsidi untuk rumah sakit, mengurangi
devisa untuk membeli susu formula dan meningkatkan kualitas
generasi penerus bangsa.
5. ASI Sayang Lingkungan
Air susu ibu akan mengurangi bertambahnya sampah dan
memerlukan kaleng susu, karton dan kertas pembungkus, botol plastik,
dan dot karet. ASI tidak menambah polusi udara karena untuk
membuatnya tidak memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap, tidak
memerlukan transfortasi yang mengeluarkan asap, juga tidak perlu
menebang hutan untuk membangun pabrik susu yang besar-besar
(Roesli, 2000).
2.2. ASI Eksklusif
2.2.1. Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi
hanya diberi Air Susu Ibu (ASI) saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, jeruk, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti
pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2000). Jadi ASI
Eksklusif adalah Air Susu Ibu Yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6
bulan tanpa memberikan makanan dan minuman. Bayi yang mendapat ASI
eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6
bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu (Depkes RI, 2005).
Berdasarkan hal tersebut di atas, WHO / UNICEF membuat deklarasi yang
dikenal dengan Deklarasi Innocenti (Innocenti Declaration). Deklarasi yang
dilahirkan di Innocenti, Italia tahun 1990 tersebut bertujuan untuk melindungi,
mempromosikan dan memberikan dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi yang
juga ditanda tangani oleh Indonesia ini memuat hal- hal yaitu “Sebagai tujuan
maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI
eksklusif sejak lahir sampai berusia 4 - 6 bulan. Setelah berumur 4 - 6 bayi diberi
makanan pendamping / padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap
diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan untuk bayi yang
ideal seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptaka n pengertian serta dukungan
dari lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif”.
Pada tahun 1999, setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF
memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI
eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Asembly (WHA)
dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan (Roesli, 2000).
Kementrian kesehatan RI (2010) menyatakan Pola pemberian makan pada
bayi yang baik dan benar adalah me nyusui bayi secara eksklusif sejak lahir
sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24
bulan. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi ciptaan Tuhan sehingga tidak
dapat digantikan dengan makanan dan minuman yang lain. ASI merupakan
makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi berhak mendapatkan ASI.
Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan sampai
usia 6 bulan. Pada keadaan-keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi
makanan padat setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan.
Misalnya karena terjadi peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar
eksklusif tidak berjalan dengan baik. Namun, sebelum diberi makanan ta mbahan,
sebaiknya coba diperbaiki dulu cara menyusuinya (Roesli, 2000).
Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu sampai
6 bulan, karena para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat
bila bayi hanya diberikan ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Setelah
bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat,
sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian makanan
padat/tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif
serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu tidak ditemukan bukti
yang menyokong bahwa pemberian makanan padat /tambahan pada usia 6 bulan
lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang
negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk
perkembangan dan pertumbuhannya. Efek negatif pemberian makanan padat yang
terlalu dini telah cukup menunjang pembaharuan definisi ASI eksklusif
menjadi,”ASI saja sampai usia sekitar 6 bulan” (Roesli,2000).
2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ibu Menyusui Te rhadap Pemberian ASI Eksklusif.
Menurut Roesli (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui
terhadap pemberian ASI eksklusif kepada bayinya adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, hanya dapat menjawab
pertanyaan apa sesuatu itu. Hal ini terjadi setelah orang melakukan
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan dasar terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007),
pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,
yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. O leh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
Misalnya, ibu tahu tentang arti ASI Eksklusif.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaska n
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya, ibu
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengalaman
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi
lain. Misalnya ibu dapat mengaplikasikan cara menyusui yang benar.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti
dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat
membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang
kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat dan
sebagainya.
Menurut Roesli (2007) dalam Afifah (2009), bahwa hambatan utama
tercapainya ASI eksklusif yang benar adalah karena k urang sampainya
pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif pada para ibu. Seorang ibu
harus mempunyai pengetahuan baik dalam menyusui. Kehilangan
pengetahuan tentang menyusui, berarti kehilangan besar akan kepercayaan
diri seseorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya
dan seorang bayi akan kehilangan sumber makanan yang vital dengan cara
perawatan yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai ASI eksklusif
terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan
pemberian nasi sebagai makanan tambahan di pedesaan
2. Sikap
Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan s uatu
perilaku (Notoatmodjo, 2007).
Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan
timbul apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya
reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa suatu bentuk reaksi yang
diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai
baik – buruk, positif – negatif, menyenangkan – tidak menyenangkan, yang
kemudian mengkristalkan sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.
Sikap ibu terhadap lingkungan sosial dan kebudayaan dimana dia
dididik. Misalnya, apabila pemikiran tentang menyusui dianggap oleh
penduduk setempat tidak sopan dan memalukan maka let down reflek (reflek
keluar) akan terhambat. Sikap negatif terhadap menyusui antara lain ialah
menyusui merupakan beban bagi kebebasan pribadinya atau hanya
memperburuk potongan dan ukuran tubuhnya (Afifah, 2007).
3. Pekerjaan
Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak
menyusui adalah karena mereka harus bekerja. Wanita selalu bekerja,
terutama pada usia subur, sehingga selalu menjadi masalah untuk mencari
cara merawat bayi. Bekerja bukan hanya berarti pekerjaan yang dibayar dan
dilakukan di kantor, tapi bisa juga berarti bekerja di ladang, bagi masyarakat
di pedesaan (Afifah.ND, 2007).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2003), pekerja di Indonesia
mencapai 100.316.007, yang terdiri dari 64,63% adalah laki- laki dan
35,57% adalah perempuan. Pekerja wanita dituntut untuk meningkatkan
kemampuan dan kapasitas kerja yang maksimal, tanpa mengabaikan
kodratnya sebagai wanita termasuk dalam memberikan ASI (Depkes RI,
Secara ideal setiap tempat kerja yang mempekerjakan perempua n
hendaknya memiliki tempat penitipan bayi/anak. Namun bila tidak
memungkinkan, karena tempat kerja jauh rumah, tidak memiliki kendaraan
pribadi, tidak ada mobil jemputan dari kantor, atau lingkungan tempat kerja
kurang sehat bagi bayi maka ada cara lain yang mudah. Berikanlah ASI
perah/pompa pada bayi saat ibu bekerja. Untuk itu diperlukan fasilitas dan
peraturan-peraturan perusahaan yang memungkinkan seorang ibu tetap dapat
memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, misalnya dengan menyediakan
ruangan untuk memerah ASI yang memadai, memberi izin dan waktu untuk
memerah ASI, dan cuti hamil yang fleksibel. Tempat kerja yang
memungkinkan karyawatinya berhasil menyusui bayinya secara eksklusif
dinamakan Tempat Kerja Sayang Ibu.
Banyak situasi dimana memerah ASI berguna dan penting untuk
memungkinkan seorang ibu memulai dan melanjutkan menyusui. Manfaat
pemerahan ASI adalah sebagai berikut :
a. Bayi tetap memperoleh ASI saat ibu bekerja
b. Untuk memberi minum bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) atau bayi
sakit yang belumdapat menyusu langsung pada ibu karena terlalu lemah.
c. Menghilangkan bendungan ASI.
d. Menjaga kelangsungan persedian ASI saat ibu sakit atau bayi sakit.
e. Menghilangkan rembesan/penetesan ASI.
Semua Ibu dapat belajar memerah ASI. Ibu dapat memulai belajar selama
kehamilan dan dapat menerapkannya segera setelah melahirkan. Memerah
dengan tangan tidak memerlukan alat bantu sehingga seorang ibu dapat
melakukannya dimana saja dan kapan saja. Memerah dengan tangan mudah
dilakukan bila payudara lunak. Namun, jika payudara sangat berbendung dan
nyeri maka akan sulit dilakukan pemerahan (Roesli, 2000).
ASI adalah cairan hidup. Selain makanan, ASI pun mengandung zat
infeksi. Cara penyimpanan ASI perah akan menentukan kualitas
anti-infeksi dan makanan yang dikandung ASI. Anti- anti-infeksi yang dikandung
dalam ASI membantu ASI tetap segar dalam waktu lebih lama karena akan
menghambat pertumbuhan bakteri jahat dalam ASI perah yang disimpan.
Tempat penyimpanan ASI perah yang dianjurkan adalah tempat dari gelas
atau tempat (botol) plastik keras dengan volume 80-100 cc. Sebaiknya ASI
perah jangan disimpan di botol susu. Tulis jam, hari, dan tanggal saat diperah.
Setelah dicairkan, ASI harus habis dalam 1 jam. Sisa ASI jangan dimasukkan
lagi kedalam lemari es. ASI tahan 6 - 8 jam di udara luar, 24 jam dalam
termos es, dua kali 24 jam dalam lemari es, 2 minggu di freezer 1 pintu, 3
bulan di freezer lemari es 2 pintu (Roesli, 2009).
Pada pekan ASI sedunia (1993) tema peringatannya adalah Mother
Friendly Workplace atau tempat kerja sayang bayi menunjukkan bahwa
adanya perhatian dunia terhadap peran ganda ibu menyusui dan bekerja
Pemberian ASI Eksklusif Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara
Eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan,
meskipun cuti hamil hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang
menyusui, perlengkapan memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja,
seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara
eksklusif.(Roesli, 2000).
4. Pendidikan
Pendidikan adalah proses menumbuh kembangkan seluruh
kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran. Tingkat pendidikan
juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang
untuk lebih mudah yaitu pada jenjang yang lebih dari pada pendidikan
menengah dijalur pendidikan sekolah (Depdiknas, 2003).
2.4 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas, maka dapat dibuat kerangka
konsep sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan
Sikap
2.5. Hipotesis
Hipotesis variabel independen yang akan diuji terhadap variabel dependen
adalah sebagai berikut:
a.Ada pengaruh antara pengetahuan denganpemberian ASI Eksklusif.
b. Ada pengaruh antara pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif
c.Ada pengaruh antara sikap dengan pemberian ASI Eksklusif.
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan Analitik Survey
Research yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat melalu pengujian hipotesis, serta menggunakan pendekatan Cross
Sectional karena antara variabel bebas dan variabel terikat diukur secara
bersamaan dalam satu waktu.
3.2Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng
Sabee merupakan salah satu desa yang berada di pusat kota Kabupaten
Aceh Jaya dimana pencapaian program ASI Eksklusif jauh di bawah
target yaitu hanya mencapai 10,8% pada tahun 2011, sedangkan target
pencapaiannya adalah 80%.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama 15 hari pada Bulan Januari 2013.
3.3Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
ibu menyusui yang mempunyai bayi umur 7 (tujuh) bulan sampai dengan 1
(satu) tahun di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten
Aceh Jaya yaitu sejumlah 46 jiwa (Data Puskesmas Bulan Januari sampai
Agustus, 2012).
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. (Hidayat,
2008). Jenis pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah Non
Probability Sampling yaitu pengambilan sampel tidak secara acak karena
tidak memberikan peluang bagi populasi lain. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini yaitu sampling jenuh yaitu dengan me ngambil semua
anggota populasi menjadi sampel. Hal ini mengacu pada teo ri yang
dikemukakan oleh Arikunto (2006), bahwa bila jumlah populasi masih
dalam jumlah kurang dari 100 maka anggota populasi tersebut diambil
seluruhnya untuk dijadikan sampel penelitian. Sehingga, jumlah sampel
dalam penelitian ini ialah 46 jiwa yaitu seluruh ibu menyusui yang
mempunyai bayi umur 7 (tujuh) bulan sampai dengan 1 (satu) tahun di
3.4Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini digolongkan dalam 2 jenis
data yaitu :
1. Data Primer
Data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang
berpedoman pada kuesioner penelitian yang sudah ditetapkan, guna
memperoleh informasi dari responden untuk mengetahui pengaruh sikap,
pengetahuan, pekerjaan dan dukungan keluarga ibu menyusui terhadap
pemberian ASI Eksklusif Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee
Kabupaten Aceh Jaya. Pengumpulan data ini menggunakan alat ukur
angket dan chek list. Angket yang digunakan adalah jenis angket tertutup
atau berstruktur dimana angket tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga
responden hanya tinggal memilih atau menjawab pada jawaban yang
sudah ada. Checklist yang digunakan ialah chek list tertutup dengan
pilihan setuju atau tidak setuju pada lembar pernyataan sikap dan pilihan
bekerja atau tidak bekerja pada lembar pernyataan pekerjaanserta
memberikan ASI Ekslusif atau tidak memberikan ASI Ekslusif pada
lembar pernyataan status pemberian ASI Ekslusif pada balita. Jumlah soal
dengan menggunakan alat ukur kuesioner dan chek list pada variabel
independen yang terdiri dari 10 pertanyaan pengetahuan tentang ASI
Eksklusif, 10 pernyataan sikap tentang pemberian ASI Eksklusif dan
lembar chek list tentang ada atau tidak ibu bekerja. Pilihan jawaban
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui :
a. Puskesmas Calang Kabupaten Aceh Jaya.
b. Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Jaya.
c. Studi Kepustakaan.
d. Data lain yang mendukung penelitian ini.
3.5Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel Variabel Independen
: Wawasan yang dimiliki oleh ibu tentang pemberian Asi Eksklusif
: Tingkatan sekolah formil yang telah responden peroleh
: Pendapat atau keyakinan seorang ibu menyusui Tentang pemberian ASI eksklusif kepada bayinya : Responden menjawab kuesioner
4. Variabel : Status Pekerjaan
: Suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan responden (ibu menyusui) secara rutin dengan mendapatkan imbalan berupa uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
1. Variabel : Pemberian ASI Eksklusif Defenisi
Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Skala ukur
: Pemberian ASI (Air Susu Ibu) saja kepada bayi selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain dan tanpa tambahan makanan padat lainnya
: Responden menjawab kuesioner : K uesioner
: 1. Memberikan ASI Eksklusif 2. Tidak Memberikan ASI Ekslusif : Ordinal
3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Pengetahuan
Sebelum menentukan kategori baik, cukup dan kurang pada angket
variabel pengetahuan terlebih dahulu ditentukan kriteria yang dijadikan
patokan penilaian (Arikunto, 2006).
1. Skor jawaban yang benar adalah 2
2. Skor jawaban yang salah adalah 1
Setiap kategori ditentukan oleh bobot nilai yaitu baik, cukup, dan
kurang. Kriteria yang dijadikan patokan penila ian ialah menurut Arikunto
1. Untuk kategori Baik, jika responden mampu memperoleh skor 76% -
100%.
2. Untuk kategori Cukup, jika responden mampu memperoleh skor 56% -
75%.
3. Untuk kategori Kurang, jika responden mampu memperoleh skor ≤
55%.
3.6.2 Pendidikan
Untuk skor penilaian pendidikan dibagi ke dalam dua bentuk
kategori, yaitu:
a. Ibu yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tinggi setelah
sekolah menengah dengan nilai 3.
b. Ibu yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan menengah setelah
sekolah dasar dengan nilai 2
c. Ibu yang hanya menyelesaikan tingkat pendidikan sekolah dasar
dengan nilai 1
3.6.3 Sikap
Untuk skor penilaian sikap merujuk pada ketentuan penilaian sikap
menurut Hidayat (2008) yaitu dengan menyatakan bentuk pernyataan positif dan
pernyataan negatif. Sebelum menyatakan bentuk pernyataan sikap dalam
penelitian ini peneliti menggunakan ketentuan nilai menurut skala likert dengan
menggunakan empat kategori penilaian yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju
1. Kriteria penilaian dalam bentuk pernyataan positif ialah :
a. Sangat Setuju (SS) diberikan skor 4
b. Setuju (S) diberikan skor 3
c. Tidak Setuju diberikan skor 2
d. Sangat Tidak Setuju diberikan skor 1
2. Kriteria penilaian dalam bentuk pernyataan negatif
a. Sangat Setuju (SS) diberikan skor 1
b. Setuju (S) diberikan skor 2
c. Tidak Setuju diberikan skor 3
d. Sangat Tidak Setuju diberikan skor 4
Kemudian dengan menggunakan rumus median n+1
2 maka dapat
ditentukan nilai tengah observasi pada lembar chek list sikap mengenai nilai sikap
positif dan negatif. Rumus median adalah sebagai berik ut :
Median = Jumlah Nilai Tertinggi +1
2 =
4 x 10 soal +1
2 = 20,5 ≈ 21
Kesimpulan : N ilai Sikap Positif jika nilai yang diperoleh ialah ≥ 21
Nilai Sikap Negatif jika nilai yang diperoleh ialah < 21
3.6.4 Status Pekerjaan
Untuk skor penilaian pekerjaan dibagi ke dalam dua bentuk
kategori, yaitu:
a. Ibu yang tidak bekerja sama sekali di luar lingkungan tempat tinggal
b. Ibu yang aktif bekerja dan mendapatkan upah di luar lingkungan
tempat tinggal dengan nilai 1.
3.6.5 Pemberian ASI Ekslusif
Untuk skor penilaian pemberian ASI Ekslusif dibagi dalam dua
bentuk kategori, yaitu :
a. Ya, Memberikan ASI Ekslusif dengan nilai 2
b. Tidak, memberikan ASI Ekslusif dengan nilai 1
3.7 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data dapat diakumulasikan dalam analisis data
univariat dan bivariat.
3.7.1 Analisis Univariat
Statistik univariat adalah suat prosedur untuk menganalisa data dari
satu variabel yang bertujuan mendeskripsikan suat hasil penelitian yang
bersifat kualitatif dan juga bersifat kuantitatif. data Kualitatif
dankuantitatif dianalisis dengan bantuan tabel analisis yaitu tabel-tabel
distribusi frekuensi. Berdasarkan data dalam tabel analisis, data dianalisis
dan diinterpretasikan dengan menggunakan rumus (Budiarto, 2002):
Ket:
P = Persentase ; f = frekuensi teramati ; N = Jumlah seluruh observasi P = f
χ2= O−E 2
E
3.7.2 Analisis Bivariat
Data kualitatif variabel pengetahuan, pendidikan, status pekerjaan
dan pemberian ASI Eksklusif dianalisis dengan menggunakan pengujian
uji Kai K uadrat. Intinya ialah mengetahui ada tidaknya asosias inya pada
tiap-tiap variabel independen terhadap variabel dependen. Teknis analisis
yang digunakan ialah dengan menggunakan program Software Computer
Analisis Crosstabs Chi Square dengan nilai α ialah 0.05 (Trihendradi,
2005). Secara manual analisa bivariat dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus (Sabri, 2006):
Ket:
∑=Jumlah keseluruhan
O=Observed (frekuensi yang diamati) E=Expected (frekuensi yang diharapkan)
Atau dengan menggunakan rumus (Hastono, 2007):
N = N ad−bc
2
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum
Desa Dayah Baro merupakan salah satu desa yang berada di bawah naungan
pemerintahan Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya. Sampai saat ini
jumlah penduduk yang terdata ialah berjumlah 1640 jiwa dengan jumlah penduduk
pria ialah 886 jiwa dan jumlah penduduk wanita ialah 754 jiwa. Serta jumlah Kepala
Keluarga 492 KK.
Adapun letak geografis Desa Dayah Baro adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kampung Blang
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Keutapang
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sentosa
4.1.2. Analisis Univariat
Analisis univariat ialah suatu metode analisa data yang menganalisa hanya
satu variabel. Tujuan dari analisis ini ialah untuk menjelaskan/ mendeskriptifkan
karakteristik masing- masing variabel yang diteliti namun tidak ada unsur untuk
menentukan derajat hubungan maupun mencari adanya perbedaan dengan variabel
yang lain. Untuk data yang bersifat kategorik seperti tingkat pengetahuan, jenjang
pendidikan, sikap, status pekerjaan serta pemberian Asi Eksklusif dianalisa dengan
menjelaskan angka/ nilai jumlah dan persentase masing- masing kelompok kategori
saja dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Berikut ini adalah hasil
dari analisis univariat :
4.1.2.1. Pengetahuan
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pengetahuan pada Responden di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupate n Aceh Jaya Tahun 2013
No. Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 1.
Data primer diolah Tahun 2013
Dari tabel 4.1 diketahui bahwa tingkat pengetahuan yang paling banyak dari
keseluruhan responden ialah tingkat pengetahuan cukup yaitu sejumlah 24 jiwa
(52%) dan yang paling sedikit ialah tingkat pengetahuan baik yaitu sejumlah 8 jiwa
(17%).
4.1.2.2 Pendidikan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pendidikan Responden di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
No. Jenjang Pendidikan Frekuensi Persentase 1.
Dari tabel 4.2 diketahui bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak
ialah tingkat pendidikan menengah yaitu sejumlah 25 jiwa (54%) dan yang paling
sedikit ialah tingkat pendidikan rendah yaitu sejumlah 8 jiwa (17%).
4.1.2.3Sikap
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Menurut Sikap Responden Tentang Pemberian Asi Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupate n Aceh Jaya Tahun 2013
No. Sikap Frekuensi Persentase
1.
Data primer diolah Tahun 2013
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa sikap tentang pemberian Asi Eksklusif paling
banyak ialah positif yaitu sejumlah 31 jiwa (67%) dan sikap tentang pemberian ASI
Eksklusif yang negatif yaitu sejumlah 15 jiwa (33%).
4.1.2.4. Status Pekerjaan
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Menurut Status Pekerjaan Responden di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
No. Status Pekerjaan Frekuensi Persentase 1.
Data primer diolah Tahun 2013
Dari tabel 4.4 diketahui bahwa status pekerjaan responden paling banyak
ialah tidak bekerja yaitu sejumlah 27 jiwa (59%) dan status pekerjaan responden
4.1.2.5. Pemberian ASI Eksklusif
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Menurut Status Pemberian ASI Eksklusif Responden di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupate n Aceh Jaya Tahun 2013
No. Status Pe mberian ASI
Data primer diolah Tahun 2013
Dari tabel 4.5 diketahui bahwa status pemberian ASI Eksklusif responden
paling banyak ialah memberi yaitu sejumlah 28 jiwa (61%) dan status pemberian
ASI Eksklusif responden yang tidak memberi yaitu sejumlah 18 jiwa (39%).
4.1.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis hubungan dua variabel. Dalam analisis ini
dapat menjelaskan adanya kemaknaan hubungan maupun perbedaan dari dua
variabel yang dapat mempengaruhi variabel yang lain. Variabel yang ingin dianalisis
secara bivariat ialah variabel pengetahuan, pendidikan, sikap dan status pekerjaan
terhadap variabel pemberian ASI eksklusif. Pengujian statistik dalam analisis bivariat
tersebut menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).
4.1.3.1 Pengaruh Pengetahuan Te rhadap Pembe rian ASI Eksklusif
No. Tingkat
Data primer diolah Tahun 2013
Dari tabel 4.5 diketahui bahwa dari 14 sampel yang memiliki tingkat
pengetahuan baik ternyata 12 sampel (85,7 %) yang memberikan ASI eksklusif. Dan
dari 24 sampel yang memiliki tingkat pengetahuan cukup ternyata 16 sampel
(66,7%) yang memberikan ASI Eksklusif. Selanjutnya dari 8 sampel memiliki
tingkat pengetahuan kurang ternyata 0 sampel (0%) yang memberikan ASI eksklusif.
Hasil uji chi-square antara pengetahuan responden dengan pemberian ASI
Eksklusif dengan nilai α = 0,05 menunjukkan p value = 0,000. Maka diketahui
bahwa p value < α (0,05) artinya ada pengaruh antara pengetahuan pada responden
terhadap pemberian ASI Eksklusif.
4.1.3.2. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pe mberian ASI Eksklusif
Tabel 4.7 Pengaruh Tingkat Pendidikan Responden Terhadap Pe mberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh JayaTahun 2013
Dari tabel 4.6 diketahui bahwa dari 25 sampel yang memiliki tingkat
pendidikan menengah ternyata 20 sampel (80 %) yang memberikan ASI eksklusif.
Dan dari 13 sampel yang memiliki tingkat pendidikan tinggi ternyata 8 sampel
(61,5%) yang memberikan ASI eksklusif. Selanjutnya dari 8 sampel memiliki tingkat
pendidikan rendah ternyata 0 sampel ( 0% ) yang memberikan ASI eksklusif.
Hasil uji chi-square antara pendidikan responden dengan pemberian ASI
Eksklusif dengan nilai α = 0,05 menunjukkan p value = 0,000. Maka diketahui
bahwa p value < α (0,05) artinya ada pengaruh antara pendidikan pada responden
terhadap pemberian ASI Eksklusif.
4.1.3.3. Pengaruh Sikap Terhadap Pe mberian ASI Eksklusif
Tabel 4.8 Pengaruh Sikap Responden Te rhadap Pe mberian ASI Eksklusif di
Data primer diolah Tahun 2013
Dari tabel 4.7 diketahui bahwa dari 31 sampel yang memiliki sikap positif
ternyata 24 sampel (77,4 %) yang memberikan ASI eksklusif. Selanjutnya dari 15
sampel yang memiliki sikap negatif ternyata 4 sampel (26,7%) yang memberikan
Hasil uji chi-square antara sikap responden dengan pemberian ASI Eksklusif
dengan nilai α = 0,05 menunjukkan p value = 0,003. Maka diketahui bahwa p value
< α (0,05) artinya ada pengaruh antara sikap pada responden terhadap pemberian
ASI Eksklusif.
Nilai risk estimate pada baris odds ratio yaitu 9,429. Hal ini berarti responden
yang memiliki sikap positif mempunyai peluang 9 kali dapat memberikan ASI
Eksklusif dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap negatif.
4.1.3.4. Pengaruh Pekerjaan Terhadap Pe mberian ASI Eksklusif
Tabel 4.9 Pengaruh Status Pekerjaan Responden Terhadap Pembe rian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
Data primer diolah Tahun 2013
Dari tabel 4.8 diketahui bahwa dari 27 sampel yang memiliki status pekerjaan
tidak bekerja ternyata 24 sampel (88,9 %) yang memberikan ASI eksklusif.
Selanjutnya dari 19 sampel yang memiliki status pekerjaan bekerja ternyata 4 sampel
(21,1%) yang memberikan ASI eksklusif.
Hasil uji chi-square antara status pekerjaan responden dengan pemberian ASI
bahwa p value < α (0,05) artinya ada pengaruh antara sikap pada responden
terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Nilai risk estimate pada baris odds ratio yaitu 30,000. Hal ini berarti
responden yang memiliki status pekerjaan tidak bekerja mempunyai peluang 30 kali
dapat memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan responden yang bekerja.
4.2 Pembahasan
Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat. Kesehatan
yang berkualitas menambah mutu hidup, meningkatkan produktifitas kerja,
menurunkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak,
serta mencegah terganggunya perkembangan mental anak.
Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai
sedini mungkinya itu sejak dini yaitu sejak masih bayi. Salah satu faktor yang
memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian
Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan
penting dalam mengasuh anak dan persiapan generasi penerus di masa depan.
Akhir-akhir ini sering dibicarakan tentang peningkatan penggunaan ASI (Roesli, 2000).
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah
ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam
ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan
pertumbuhan sampai usia sekitar enam bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi
sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat
4.2.1 Pengaruh Pengetahuan Te rhadap Pembe rian ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh informasi bahwa
hampir sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang ASI
Eksklusif. Hal ini berarti banyak responden yang telah memahami masalah ASI
Eksklusif meskipun masih terdapat beberapa responden yang tidak mengerti sama
sekali mengenai ASI Eksklusif.
Pengetahuan dapat diperoleh melalui informasi- informasi yang bersifat
formal maupun informal. Secara formal informasi mengenai ASI Eksklusif dapat
responden terima dari hasil penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas
puskesmas di Desa Baro setiap tahunnya. Secara informal pun, responden dapat
memperoleh informasi dari poster maupun pamflet yang telah dipajang di pojok jalan
desa sehingga dengan sendirinya responden dapat membaca informasi yang tertera.
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan landasan diri yang
dapat mengubah perilaku seseorang ke arah perilaku sehat yang lebih baik.
Berdasarkan pengetahuan yang memadai, perilaku akan dapat memicu seseorang
bertindak ke arah yang benar.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui pula bahwa responden yang memiliki
pengetahuan tentang ASI Eksklusif banyak memberikan ASI secara eksklusif kepada
bayinya. Hal ini menyimpulkan bahwa sebagian responden memiliki wawasan yang
benar mengenai ASI sehingga responden bersedia memberikan ASI Eksklusif secara
sempurna kepada bayi. Menurut Roesli (2007) dalam Afifah (2009), bahwa
hambatan utama tercapainya ASI eksklusif yang benar adalah karena kurang
harus mempunyai pengetahuan baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan
tentang menyusui, berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seseorang ibu
untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan seorang bayi akan
kehilangan sumber makanan yang vital dengan cara perawatan yang optimal.
Pengetahuan yang kurang mengenai ASI eksklusif terlihat dari pemanfaatan susu
formula secara dini di perkotaan dan pemberian nasi sebagai makanan tambahan di
pedesaan.
4.2.2 Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Pendidikan adalah proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan
perilaku manusia melalui pengajaran. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah yaitu pada jenjang
yang lebih daripada pendidikan menengah dijalur pendidikan sekolah (Depdiknas,
2003).
Menurut Notoatmodjo (2007), dengan semakin tingginya seseorang
memperoleh pendidikan maka pengalaman yang diperoleh akan semakin banyak
pula. Seperti kata pepatah mengatakan bahwa pengalaman merupakan guru yang
terbaik. Responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah tentu memiliki
pengalaman dan ilmu yang tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki
tingkat pendidikan rendah. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang telah peneliti
lakukan bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah banyak yang
memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat
Akan tetapi berbeda pendapat tersebut dengan hasil penelitian di desa Dayah
Baro kecamatan Krueng Sabee terhadap responden dengan pendidikan tinggi. Lebih
banyak responden yang pendidikannya tinggi (perguruan tinggi) tidak memberikan
ASI eksklusif (8 responden) dari pada yang memberikan ASI eksklusif (5
responden). Menurut peneliti hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh status pekerjaan
pada responden yang berpendidikan tinggi. Hal ini dapat diatasi bila para ibu yang
bekerja memberikan ASI perah pada bayinya sehingga bayi tetap mendapatkan ASI
di saat ibu tidak dirumah.
4.2.3 Pengaruh Sikap Terhadap Pe mberian ASI Eksklusif
Di daerah pedesaan menyusui anak terlihat sebagai suatu proses yang normal
dan tidak dilakukan sembunyi-sembunyi. Ibu-ibu tidak malu menyusui bayinya.
Kebiasaan itu dapat menciptakan suatu kondisi dan gairah bagi para gadis yang
melihatnya, sehingga ada kemauan naluriah melakukan hal yang sama. Bila tumbuh
menjadi besar dan mempunyai anak mereka ingin melakukan hal yang serupa.
Sebaliknya, kebiasaan ibu-ibu di kota yang malu- malu serta sembunyi-sembunyi
menyusui bayinya, tentu akan banyak mempengaruhi tabiat gadis-gadis disekitarnya
untuk berbuat sama, dan menyusui anak merupakan sesuatu hal yang harus
dihindarkan (Roesli, 2009).
Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa sebagian responden yang
memiliki sikap positif mengenai ASI Eksklusif ternyata banyak yang memberikan
memiliki sikap negatif mengenai ASI Eksklusif yang sama sekali ada yang tidak
memberikan ASI.
Sikap negatif ini bila dibiarkan dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam
memberikan ASI Eksklusif. Ini berarti bahwa akan semakin banyak ibu di Desa
Dayah Baro yang tidak akan memberikan ASI secara Eksklusif kepada bayinya lagi,
melainkan digantikan dengan susu formula atau makanan padat lain. Bila hal ini
terus terjadi maka sudah tentu angka gizi buruk dan kurang pada bayi akan semakin
meningkat di tahun berikutnya.
Kemajuan dibidang kesehatan lingkungan dan industri makanan sapihan
membuat segalanya menjadi sangat praktis sehingga para ibu lebih cenderung
menggunakan susu botol. Untuk mengatasi masalah tersebut, ibu- ibu yang mampu
harus dihimbau dan diberi motivasi agar kembali pada praktek menyusui anak
sendiri. Karena hal itu mendatangkan keuntungan bagi hubungan ibu dan anak dan
terutama karena hal itu memenuhi cirri dan kodrat manusia.
4.2.4 Pengaruh Status Pekerjaan Te rhadap Pembe rian ASI Eksklusif
Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara Eksklusif
selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan, meskipun cuti hamil
hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan
memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat tetap
memberikan ASI secara eksklusif (Roesli, 2000).
Di Desa Dayah Baro, ibu- ibu yang bekerja banyak menitipkan bayinya ke
karena masih banyak tempat bekerja yang tidak menyediakan tempat untuk
memberikan ASI. Apalagi bagi Ibu yang bekerja sebagai Pegawai Pemerintah,
membawa bayi ke tempat kerja malah akan membuat kinerja semakin kurang.
Secara ideal setiap tempat kerja yang mempekerjakan perempuan hendaknya
memiliki tempat penitipan bayi/ anak . Namun bila tidak memungkinkan, karena
tempat kerja jauh rumah, tidak memiliki kendaraan pribadi, tidak ada mobil jemputan
dari kantor, atau lingkungan tempat kerja kurang sehat bagi bayi maka ada cara lain
yang mudah. Berikanlah ASI perah/ pompa pada bayi saat ibu bekerja. Untuk itu
diperlukan fasilitas dan peraturan-peraturan perusahaan yang memungkinkan seorang
ibu tetap dapat memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, misalnya dengan
menyediakan ruangan untuk memerah ASI yang memadai, member izin dan waktu
untuk memerah ASI, dan cuti hamil yang fleksibel (Roesli, 2000).
Hal tersebut dapat dimungkinkan pula dengan pengetahuan yang memadai
mengenai pemerahan ASI yang benar. Karena ASI dapat bertahan tahan 6 - 8 jam di
udara luar, 24 jam dalam termos es, dua kali 24 jam dalam lemari es, 2 minggu di
freezer 1 pintu, 3 bulan di freezer lemari es 2 pintu (Roesli, 2009). O leh sebab itu,
masih banyak cara lain yang dapat digunakan untuk memberikan ASI secara
Eksklusif kepada bayi sehingga kecukupan gizi pada bayi dapat diperoleh secara
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan uji statistik mengenai faktor- faktor yang
mempengaruhi ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro
Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013, dapat disimpulkan
beberapa hal yaitu :
1. Ada pengaruh antara pendidikan responden terhadap pemberian ASI
Eksklusif (Nilai p value = 0,000 < α (0.05).
2. Ada pengaruh antara tingkat pendidikan responden terhadap pemberian ASI
Eksklusif (Nilai p value = 0,000 < α (0.05).
3. Ada pengaruh antara sikap responden terhadap pemberian ASI Eksklusif
(Nilai p value = 0,003 < α (0.05).
4. Ada pengaruh antara status pekerjaan responden terhadap pemberian ASI
Eksklusif (Nilai p value = 0,000 < α (0.05).
5.2.Saran
1. Bagi Instansi Puskesmas
ASI Eksklusif memainkan peran penting dalam memberantas penyakit gizi buruk
dan kurang, oleh sebab itu perlu dilakukan penanganan yang serius terutama pada
faktor- faktor yang memiliki pengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif.
2. Bagi Masyarakat
Pemberian ASI Eksklusif harus digiatkan sedini mungkin terutama dengan
mengajak serta orang-orang yang memiliki kecenderungan tidak memberikan ASI
secara Eksklusif dengan cara memberikan informasi dan contoh serta alasan yang
baik mengapa pemberian ASI Eksklusif perlu dilakukan.
3. Bagi Dinas Kesehatan
Kampanye Pemberian ASI secara Eksklusif harus dilakukan sehingga dapat
dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat dengan memberikan
informasi-informasi yang berkenaan dengan faktor- faktor yang dapat ditimbulkan karena
tidak diberikannya ASI kepada bayi.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Selain dari beberapa variabel yang telah diteliti dalam penelitian ini, diharapkan
dapat dikembangkan lagi variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi ibu
untuk memberikan ASI Eksklusif secara lebih signifikan dan menyeluruh