• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya - Repository utu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya - Repository utu"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH:

ANITA

NIM : 06C10104260

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

(2)

SKRIPSI

OLEH:

ANITA

NIM : 06C10104260

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar

Meulaboh

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

(3)

SKRIP SI

OLEH :

RATNA NINGSIH NIM : 06C10104015

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULAB OH-ACEH B ARAT

(4)

iii

Kabupaten Aceh Jaya. Di Bawah Bimbingan Bapak Jun Musnadi Is, SKM dan Sufyan Anwar, SKM, MARS.

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi ciptaan Tuhan sehingga tidak dapat digantikan dengan makanan dan minuman yang lain. Pemberian ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik bagi bayi sampai umur 6 bulan. Tanpa ASI dampak negatif bagi bayi sangat besar. Namun masih tingginya angka kesakitan bayi 0-6 bulan dan dan rendahnya cakupan ASI Eksklusif menunjukkan Aplikasi pemberian ASI Eksklusif masih sangat kurang.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah faktor pengetahuan, pendidikan, sikap dan pekerjaan mempengaruhi ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya.

Jenis Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan Analitik Survey Research. Penelitian ini dilakukan di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee pada Bulan Januari 2013. Jenis pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah Non Probability Sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini ialah 46 jiwa.

Hasil penelitian dengan pengujian Chi-Square diketahui bahwa ada pengaruh pengetahuan, pendidikan, sikap dan pekerjaan responden dengan pemberian ASI Eksklusif. Hal ini ditunjukkan dengan masing- masing nilai p value untuk pengetahuan 0.000, nilai p value untuk pendidikan 0.000, nilai p value untuk sikap 0.003 dan nilai p value untuk pekerjaan 0.000 lebih kecil dari nilai α yaitu 0,05. ASI Eksklusif memainkan peran penting dalam memberantas penyakit gizi buruk dan kurang, oleh sebab itu harus digiatkan sedini mungkin terutama dengan mengajak serta orang-orang yang memiliki kecenderungan tidak memberikan ASI secara Eksklusif dengan cara memberikan informasi dan contoh serta alasan yang baik mengapa pemberian ASI Eksklusif perlu dilakukan.

(5)

1 1.1Latar Belakang

Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam

kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama

pemberian ASI Eksklusif. Konvensi Hak-hak Anak tahun 1990 antara lain

menegaskan bahwa tumbuh kembang seca ra optimal merupakan salah satu hak

anak. Berarti ASI selain merupakan kebutuhan, juga merupakan hak asasi bayi

yang harus dipenuhi oleh orang tuanya (Afifah, 2007).

Menyusui adalah cara alamiah untuk memberikan kebutuhan makanan

kepada bayi yang baru lahir. Dalam beberapa aspek, menyusui bayi adalah hal

yang paling ideal, baik bagi ibu maupun bayinya. ASI adalah cara yang terbaik

agar bayi mendapatkan nutrisi yang tepat, perlindungan kekebalan dengan

imunisasi, dan curahan kasih sayang. Gerakan kembali ke ASI harus terus

digalakkan agar bayi benar-benar mendapat haknya dalam perkembangan mental

dan fisiknya.

Menurut Roesli (2000), pengetahuan dan sikap merupakan faktor

pendukung terwujudnya tindakan ibu untuk ingin selalu memberikan ASI. Tanpa

pengetahuan serta persepsi yang benar tentang ASI maka ibu tidak akan

memahami bahwa ASI merupakan makanan yang sangat penting dari pada

makanan lainnya bagi bayi. Selanjutnya, ibu yang memiliki intensitas pekerjaan

(6)

waktu memberikan ASI bagi bayi. Dengan banyaknya pekerjaan yang harus ibu

lakukan ditempat kerja dapat membuat ibu lupa untuk memberikan ASI. Selain

itu, ditempat kerja masih banyak yang tidak menyediakan tempat khusus bagi ibu

memberikan ASI.

Kementerian kesehatan RI (2010) menyatakan Pola pemberian makan

pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir

sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24

bulan. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi ciptaan Tuhan sehingga tidak

dapat digantikan dengan makanan dan minuman yang lain. ASI merupakan

makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi berhak mendapatkan ASI.

Meskipun pemerintah telah menghimbau pemberian ASI Eksklusif, angka

cakupan pemberian ASI Eksklusif masih rendah. Dalam sambutan Kepala

Perwakilan WHO Indonesia pada Pekan ASI Sedunia 2010 menyatakan

Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007, pemberian

ASI Eksklusif di bawah 6 bulan menurun, dibandingkan dengan survei yang sama

dilakukan pada tahun 2002. Angka kematian bayi dan balita belum secara nyata

membaik selama 5 tahun tersebut. Selain itu, angka kematian bayi di Indonesia

masih relatif tinggi dibandingkan dengan negara- negara ASEAN lainnya.

Strategi komprehensif kelangsungan hidup anak merupakan upaya wajib untuk

dimulai termasuk mengukur bagaimana meningkatkan cakupan pemberian ASI

(Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Data Susenas (2009) terdapat 61,3% bayi usia 0-5 bulan yang

(7)

sampai 78,3%. Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah Nusa Tenggara Barat,

Bengkulu, dan N usa Tenggara Timur. Sedangkan Provinsi dengan cakupan

terendah adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Aceh (Kementerian Kesehatan,

2010).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2011

cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi yang berumur 0 – 6 bulan adalah

63,1% dari 713 bayi. Sedangkan untuk wilayah kerja Puskesmas Calang di Tahun

2011 cakupan ASI eksklusif adalah 23,7% dari 224 bayi usia 0-6 bulan atau

sebanyak 53 bayi. Data Puskesmas Calang dari laporan bulanan kegiatan

pembinaan gizi masyarakat diwilayahnya, cakupan pemberian ASIEksklusif

Tahun 2012 periode Januari sampai dengan Mei Tahun 2012 adalah 13,3% dari

172 bayi (0-6 bulan) atau sebanyak 23 bayi. Dari laporan kunjungan Poli KIA

Puskesmas Calang periode Bulan Januari hingga Mei Tahun 2012 diketahui

bahwa angka kesakitan bayi 0-6 bulan adalah sebanyak 21 kunjungan (21 orang

bayi sakit) dan bayi umur 7 bulan -5 tahun sebanyak 120 kunjungan (120 orang

bayi sakit).Dari data tersebut juga diketahui Desa Dayah Baro merupakan desa

yang paling rendah cakupan ASI eksklusifnya dibandingkan 5 desa lainnya yaitu

pada Tahun 2011 sebesar 10,8 %atau sebanyak 7 dari 65 bayi (0-6 bulan) dan

33,3% atau sebanyak 14 dari 42 bayi (0-6 bulan) di Bulan Januari hingga Mei

Tahun 2012.

Hal tersebut di atas menunjukkanbahwa targetpemberian ASI Eksklusif

masih jauh dari apa yang diharapkan. Dalam Petunjuk Teknis Standar Pelayanan

(8)

2005) target cakupan ASI eksklusif untuk tahun 2010 adalah 80 %. Bila dilihat

dari data survei awal, penulis mendapatkan keterangan bahwa pencapaian ASI

eksklusif di desa Dayah Baro sangat rendah sebagian besar disebabkan karena

perilaku ibu menyusui kurang mendukung pemberian ASI, terutama ASI

Eksklusif.

ASI Ekslusif merupakan makanan penting bagi bayi sampai umur 6 bulan.

Tanpa ASI dampak negatif bagi bayi sangat besar. Namun, apakah sikap,

pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan ibu dapat mempengaruhi pemberian ASI

di Desa Dayah Baro? Apalagi jika dilihat dari data di atas bahwa persentase

cakupan ASI di Desa Dayah Baro masih di bawah angka target. Berdasarkan

masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI

Eksklusif Di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya

Tahun 2012”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa faktor- faktor yang

mempengaruhi ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah

(9)

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apasaja

faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di

Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan ibu menyusui terhadap

pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee

Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan ibu menyusui terhadap

pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee

Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

3. Untuk mengetahui pengaruh sikap ibu menyusui terhadap pemberian ASI

Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten

Aceh Jaya Tahun 2013.

4. Untuk mengetahui pengaruh status pekerjaan ibu menyusui terhadap

pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee

(10)

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 ManfaatPraktis

1. Peneliti

Menambah pengetahuan, wawasan, serta pengalaman, baik itu dalam

melakukan penelitian atau penulisan skripsi maupun tentang segala sesuatu

yang berhubungan dengan ASI eksklusif.

2. Bagi Puskesmas Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan

bahan masukan untuk lebih mengoptimalkan berbagai pendekatan yang

dapat dilakukan oleh bidan desa dan tenaga kesehatan lainnya dengan

masyarakat khususnya para ibu dalam meningkatkan pelaksanaan ASI

Eksklusif.

1.4.2. ManfaatTeoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk menjawab

permasalahan kesehatan Ibu dan Anak terutama mengenai Asi Eksklusif

(11)

7 2.1 ASI dan Menyusui

2.1.1 Pengertian ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan

protein, laktosa dan garam- garam organik yang disekresikan oleh kelenjar

payudara ibu (Mammae), sebagai makanan utama bagi bayi. ASI sebagai

makanan yang alamiah juga merupakan makanan terbaik yang dapat

diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang baru dilahirkannya dan

komposisinya yang sesuai untuk pertumbuhan bayi serta ASI juga

mengandung zat pelindung yang dapat menghindari bayi dari berbagai

penyakit. ASI merupakan sumber nutrisi yang sangat penting bagi bayi

dalam dan jumlah yang cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama

4 – 6 bulan pertama ( Media et.al, 2007).

Jenis-jenis ASI sesuai perkembangan bayi dibagi menjadi 3, yaitu

ASI kolostrum, ASI transisi atau peralihan, dan ASI matur. ASI kolostrum

atau sering disebut susu ”Jolong” merupakan cairan pertama yang

keluar dari kelenjar payudara, dan keluar pada hari kesatu sampai hari

ketujuh. Komposisinya selalu berubah dari hari ke hari. Kolostrum

merupakan cairan kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning

(12)

membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan

mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang

akan datang. Kolostrum lebih banyak mengandung protein, sedangkan

kadarkarbohidrat dan lemaknya lebih rendah dibandingkan ASI matur.

Selain itu kolostrum mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak

dari ASI matur. Total energinya lebih rendah bila diba ndingkan ASI

matur dan volumenya berkisar antara 150-300 ml/24 jam.

Sedangkan ASI transisi adalah ASI yang diproduksi pada hari ke-4

sampai ke-7 atau hari ke-10 sampai ke-14. Kadar protein berkurang,

sedangkan kadar karbohidrat dan lemaknya meningkat. Volume juga

semakin menigkat. ASI matur merupakan ASI yang diproduksi sejak hari

ke-14 dan seterusnya. Komposisi ASI jenis ini relatif konstan. Pada ibu

yang sehat dan memiliki jumlah ASI yang cukup, ASI ini merupakan

makanan satu-satunya yang paling baik bagi bayi sampai usia 6 bulan

(Roesli, 2000).

2.1.2 Produksi ASI

Air susu ibu diproduksi atau dibuat oleh jaringan kelenjar susu atau

pabrik ASI (mammary alveoli). Kemudian disalurkan melalui saluran susu

ke dalam gudang susu (sinus lactiferous) yang terdapat di bawah daerah

yang berwarna gelap atau coklat tua di sekitar punting susu. Gudang susu

ini sangat penting artinya, karena merupakan tempat penampungan ASI.

Punting susu mengandung banyak sekali saraf sensoris sehingga sangat

(13)

Roesli (2009) menyatakan pada seorang ibu yang menyusui dikenal

2 refleks yang masing- masing berperan sebagai pembentukan dan

pengeluaran air susu, yaitu refleks prolaktin dan refleks let down.

1) Refleks prolaktin/Produksi ASI

Setiap kali bayi menghisap, ia merangsang ujung saraf di sekitar

payudara. Rangsangan ini disalurkan ke otak dan merangsang kelenjar

hipopisis bagian depan untuk memproduksi hormon prolaktin.

Prolaktin dialirkan ke pabrik ASI, merangsang sel-sel alveoli pembuat

ASI untuk memproduksi ASI. Semakin banyak ASI dikeluarkan dari

payudara, semakin banyak produksi ASI. Selain itu, hormon prolaktin

akan menekan fungsi indung telur (ovarium) sehingga menyusui

secara eksklusif akan dapat memperlambat kembalinya fungsi

kesuburan dan haid. Menyusui eksklusif dapat menjarangkan

kehamilan.

2) Refleks let down ( reflek oksitoksin/ reflek pengaliran ASI )

Isapan bayi akan merangsang bagian belakang kelenjar hipofisis

di otak. Kelenjar hipofisis bagian belakang akan memproduksi

hormon oksitiksin. Hormon oksitoksin dialirkan melalui darah menuju

payudara, kemudian akan merangsang otot-otot yang mengelilingi

pabrik untuk berkonsentrasi sehingga ASI diperas keluar dari pabrik

ke saluran ASI. Hanya ASI dalam saluran ASI yang dapat dikeluarkan

oleh isapan dan atau diperas ibu. Jika refleks oksitoksin tidak bekerja

(14)

produksi ASI dalam pabrik cukup karena ASI saluran ASI kurang

(Roesli, 2009).

Ibu mungkin bisa mengamati tanda dan sensasi refleks oksitoksin

aktif. Tanda dan sensasinya diantaranya adalah sensasi diperah atau

geleyar (tingling Sensation ) di dalam payudara sesaat sebelum menyusui

atau pada waktu proses menyusui berlangsung. ASI mengalir dari

payudara bila ibu memikirkan bayinya, atau mendengar bayinya menangis.

ASI menetes dari payudara sebelah, bila bayi menyusu pada payudara

yang lainnya. ASI memancar halus ketika bayi melepas payudara pada

waktu menyusui. Ada nyeri berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi

keluarnya darah selama menyusui di minggu pertama. Hisapan yang

lambat, dalam dan tegukan bayi menunjukkan bahwa ASI mengalir ke

dalam mulut bayi (Depkes RI, 2007).

Hal-hal yang mengurangi oksitoksin adalah ibu takut bentuk

payudara berubah dan takut gemuk, ibu bekerja, ibu merasa atau takut ASI

nya tidak cukup, merasa kesakitan terutama saat menyusui, merasa sedih,

cemas, marah, kesal, dan bingung, malu menyusui, suami dan keluarga

kurang mendukung dan mengerti ASI (Roesli, 2009).

2.1.3 Komposisi ASI

ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok antara lain zat

putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan,

hormon, enzim, dan zat kekebalan,dan sel darah putih. Semua zat ini

(15)

hidup yang mempunyai keseimbangan biokimia yang sangat tepat ini

bagai suatu “simfoni nutrisi bagi pertumbuhan bayi” sehingga tidak

mungkin ditiru oleh buatan manusia. Komposisi ASI berubah dari menit

ke menit, ASI yang keluar pada 5 menit pertama dinamakan foremilk.

Foremilk mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar

kemudian ( hindmilk ) (Roesli, 2000).

ASI yang berkualitas akan dapat menyediakan asam amino bagi

bayi. ASI merupakan makanan utama yang paling ideal untuk memenuhi

kebutuhan fisik dan psikilogik bayi, merupakan satu-satunya jenis pangan

atau cairan yang perlu diminum oleh anak manusia dalam waktu enam

bulan pertama kehidupannya. ASI memiliki unsur- unsur seperti kalsium

dan zat besi sehingga bayi yang diberi ASI hampir tidak pernah

mengalami anemia (Budiyanto, 2001).

Bayi yang diberi ASI mendapat pasokan vitamin dan mineral yang

adekuat kecuali jika diet ibunya sangat kurang. ASI ( Air Susu Ibu ) adalah

makanan yang terbaik untuk bayi (Juffrie,M & Darmawan,I,

2003).Kebutuhan Fe bayi di bawah 6 bulan hanya 0,5 mg/dl, sangat kecil,

mengingat pada bayi cukup bulan, maka setelah lahir hingga 3 bulan bayi

masih punya simpanan Fe yang cukup (Departemen Gizi dan Kesehatan

Masyarakat FKM UI, 2007).

Air susu ibu bukan sekedar sebagai makanan, tetapi juga sebagai

suatu cairan yang terdiri dari sel-sel yang hidup (seperti darah). ASI

(16)

pertumbuhan, enzim, serta zat yang dapat membunuh bakteri dan virus.

Susu formula adalah cairan berisi zat yang mati. Di dalamnya tidak ada sel

yang hidup seperti sel darah putih, zat pembunuh bakteri, antibodi, enzim,

hormon, dan juga tidak mengandung zat pembunuh (Roesli, 2000).

Walaupun ASI dipandang lebih unggul dibanding susu formula

untuk bayi normal, banyak bayi mendapat susu formula sejak lahir. Pola

perubahan sosial dan budaya dapat mendorong pemberian susu formula.

Karena mereka bekerja di luar rumah, banyak ibu enggan menyusui

bayinya (Nelson, 1999).

Bayi yang diberi susu formula sangat rentan terserang penyakit.

Berikut ini deretan penyakit yang mengintai bayi susu formula (menurut

Roesli, 2008) :

1. Infeksi saluran pencernaan (muntah, mencret).

2. Infeksi saluran pernapasan.

3. Meningkatkan resiko alergi.

4. Meningkatkan resiko serangan asma.

5. Menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif.

6. Meningkatkan resiko kegemukan (obesitas).

7. Meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

8. Meningkatkan resiko kencing manis.

9. Meningkatkan resiko kanker pada anak.

10. Meningkatkan resiko penyakit menahun.

(17)

12. Meningkatkan resiko infeksi yang berasal dari susu formula yang

tercemar.

13. Meningkatkan risiko efek samping zat pencemar lingkungan.

14. Meningkatkan kurang gizi.

15. Meningkatkan risiko kematian.

2.1.4 Manfaat Pe mberian ASI

Bagi ibu dan bayi ASI eksklusif, mudahnya terjalin ikatan kasih

sayang yang mesra antara ibu dan bayi baru merupakan awal dari

keuntungan menyusui secara eksklusif. Bagi bayi, tidak ada pemberian

yang lebih berharga dari ASI. Hanya seorang ibu yang dapat memberikan

makanan terbaik bagi bayinya. Keuntungan menyusui meningkat seiring

lama menyusu eksklusif hingga enam bulan. Setelah itu, dengan

tambahan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan,

keuntungan menyusui meningkat seiring dengan meningkatnya lama

pemberian ASI sampai dua tahun atau lebih (Roesli, 2000).

1. Manfaat ASI untuk bayi (Roesli, 2000)

a. ASI sebagai nutrisi

b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

c. ASI meningkatkan kecerdasan

d. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang

e. Menyebabkan pertumbuhan yang baik

f. Mengurangi kejadian karies dentis

(18)

2. Manfaat ASI untuk ibu dan keluarga

a. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan

b. Mengurangi terjadinya anemia

c. Menjarangkan kehamilan

d. Mengecilkan rahim

e. Lebih cepat langsing kembali

f. Mengurangi kemungkinan menderita kanker

g. Memberi kepuasan bagi ibu

h. Mengurangi resiko keropos tulang dan resiko rheumatoid artritis

i. Mengurangi risiko diabetes maternal

j. Mengurangi stres dan gelisah

k. Mudah dibawa kemana- mana (portabel) dan praktis

3. Manfaat ASI untuk keluarga

a. Lebih ekonomis dan murah

b. Tidak merepotkan dan hemat waktu

4. Manfaat ASI untuk Negara

Pemberian ASI dapat menurunkan angka kesakitan dan

kematian anak, mengurangi subsidi untuk rumah sakit, mengurangi

devisa untuk membeli susu formula dan meningkatkan kualitas

generasi penerus bangsa.

5. ASI Sayang Lingkungan

Air susu ibu akan mengurangi bertambahnya sampah dan

(19)

memerlukan kaleng susu, karton dan kertas pembungkus, botol plastik,

dan dot karet. ASI tidak menambah polusi udara karena untuk

membuatnya tidak memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap, tidak

memerlukan transfortasi yang mengeluarkan asap, juga tidak perlu

menebang hutan untuk membangun pabrik susu yang besar-besar

(Roesli, 2000).

2.2. ASI Eksklusif

2.2.1. Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

hanya diberi Air Susu Ibu (ASI) saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu

formula, jeruk, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti

pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2000). Jadi ASI

Eksklusif adalah Air Susu Ibu Yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6

bulan tanpa memberikan makanan dan minuman. Bayi yang mendapat ASI

eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6

bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu (Depkes RI, 2005).

Berdasarkan hal tersebut di atas, WHO / UNICEF membuat deklarasi yang

dikenal dengan Deklarasi Innocenti (Innocenti Declaration). Deklarasi yang

dilahirkan di Innocenti, Italia tahun 1990 tersebut bertujuan untuk melindungi,

mempromosikan dan memberikan dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi yang

juga ditanda tangani oleh Indonesia ini memuat hal- hal yaitu “Sebagai tujuan

(20)

maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI

eksklusif sejak lahir sampai berusia 4 - 6 bulan. Setelah berumur 4 - 6 bayi diberi

makanan pendamping / padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap

diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan untuk bayi yang

ideal seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptaka n pengertian serta dukungan

dari lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif”.

Pada tahun 1999, setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF

memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI

eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Asembly (WHA)

dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI

eksklusif selama 6 bulan (Roesli, 2000).

Kementrian kesehatan RI (2010) menyatakan Pola pemberian makan pada

bayi yang baik dan benar adalah me nyusui bayi secara eksklusif sejak lahir

sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24

bulan. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi ciptaan Tuhan sehingga tidak

dapat digantikan dengan makanan dan minuman yang lain. ASI merupakan

makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi berhak mendapatkan ASI.

Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan sampai

usia 6 bulan. Pada keadaan-keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi

makanan padat setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan.

Misalnya karena terjadi peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar

(21)

eksklusif tidak berjalan dengan baik. Namun, sebelum diberi makanan ta mbahan,

sebaiknya coba diperbaiki dulu cara menyusuinya (Roesli, 2000).

Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu sampai

6 bulan, karena para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat

bila bayi hanya diberikan ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Setelah

bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat,

sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian makanan

padat/tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif

serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu tidak ditemukan bukti

yang menyokong bahwa pemberian makanan padat /tambahan pada usia 6 bulan

lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang

negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk

perkembangan dan pertumbuhannya. Efek negatif pemberian makanan padat yang

terlalu dini telah cukup menunjang pembaharuan definisi ASI eksklusif

menjadi,”ASI saja sampai usia sekitar 6 bulan” (Roesli,2000).

2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ibu Menyusui Te rhadap Pemberian ASI Eksklusif.

Menurut Roesli (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui

terhadap pemberian ASI eksklusif kepada bayinya adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, hanya dapat menjawab

pertanyaan apa sesuatu itu. Hal ini terjadi setelah orang melakukan

(22)

panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,

dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan merupakan dasar terbentuknya tindakan seseorang

(Notoatmodjo, 2003).

Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007),

pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,

yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. O leh sebab itu tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

Misalnya, ibu tahu tentang arti ASI Eksklusif.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaska n

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya, ibu

(23)

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengalaman

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi

lain. Misalnya ibu dapat mengaplikasikan cara menyusui yang benar.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti

dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau

rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

(24)

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat

membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang

kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat dan

sebagainya.

Menurut Roesli (2007) dalam Afifah (2009), bahwa hambatan utama

tercapainya ASI eksklusif yang benar adalah karena k urang sampainya

pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif pada para ibu. Seorang ibu

harus mempunyai pengetahuan baik dalam menyusui. Kehilangan

pengetahuan tentang menyusui, berarti kehilangan besar akan kepercayaan

diri seseorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya

dan seorang bayi akan kehilangan sumber makanan yang vital dengan cara

perawatan yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai ASI eksklusif

terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan

pemberian nasi sebagai makanan tambahan di pedesaan

2. Sikap

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan s uatu

perilaku (Notoatmodjo, 2007).

Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan

timbul apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya

reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa suatu bentuk reaksi yang

(25)

diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai

baik – buruk, positif – negatif, menyenangkan – tidak menyenangkan, yang

kemudian mengkristalkan sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.

Sikap ibu terhadap lingkungan sosial dan kebudayaan dimana dia

dididik. Misalnya, apabila pemikiran tentang menyusui dianggap oleh

penduduk setempat tidak sopan dan memalukan maka let down reflek (reflek

keluar) akan terhambat. Sikap negatif terhadap menyusui antara lain ialah

menyusui merupakan beban bagi kebebasan pribadinya atau hanya

memperburuk potongan dan ukuran tubuhnya (Afifah, 2007).

3. Pekerjaan

Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak

menyusui adalah karena mereka harus bekerja. Wanita selalu bekerja,

terutama pada usia subur, sehingga selalu menjadi masalah untuk mencari

cara merawat bayi. Bekerja bukan hanya berarti pekerjaan yang dibayar dan

dilakukan di kantor, tapi bisa juga berarti bekerja di ladang, bagi masyarakat

di pedesaan (Afifah.ND, 2007).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2003), pekerja di Indonesia

mencapai 100.316.007, yang terdiri dari 64,63% adalah laki- laki dan

35,57% adalah perempuan. Pekerja wanita dituntut untuk meningkatkan

kemampuan dan kapasitas kerja yang maksimal, tanpa mengabaikan

kodratnya sebagai wanita termasuk dalam memberikan ASI (Depkes RI,

(26)

Secara ideal setiap tempat kerja yang mempekerjakan perempua n

hendaknya memiliki tempat penitipan bayi/anak. Namun bila tidak

memungkinkan, karena tempat kerja jauh rumah, tidak memiliki kendaraan

pribadi, tidak ada mobil jemputan dari kantor, atau lingkungan tempat kerja

kurang sehat bagi bayi maka ada cara lain yang mudah. Berikanlah ASI

perah/pompa pada bayi saat ibu bekerja. Untuk itu diperlukan fasilitas dan

peraturan-peraturan perusahaan yang memungkinkan seorang ibu tetap dapat

memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, misalnya dengan menyediakan

ruangan untuk memerah ASI yang memadai, memberi izin dan waktu untuk

memerah ASI, dan cuti hamil yang fleksibel. Tempat kerja yang

memungkinkan karyawatinya berhasil menyusui bayinya secara eksklusif

dinamakan Tempat Kerja Sayang Ibu.

Banyak situasi dimana memerah ASI berguna dan penting untuk

memungkinkan seorang ibu memulai dan melanjutkan menyusui. Manfaat

pemerahan ASI adalah sebagai berikut :

a. Bayi tetap memperoleh ASI saat ibu bekerja

b. Untuk memberi minum bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) atau bayi

sakit yang belumdapat menyusu langsung pada ibu karena terlalu lemah.

c. Menghilangkan bendungan ASI.

d. Menjaga kelangsungan persedian ASI saat ibu sakit atau bayi sakit.

e. Menghilangkan rembesan/penetesan ASI.

(27)

Semua Ibu dapat belajar memerah ASI. Ibu dapat memulai belajar selama

kehamilan dan dapat menerapkannya segera setelah melahirkan. Memerah

dengan tangan tidak memerlukan alat bantu sehingga seorang ibu dapat

melakukannya dimana saja dan kapan saja. Memerah dengan tangan mudah

dilakukan bila payudara lunak. Namun, jika payudara sangat berbendung dan

nyeri maka akan sulit dilakukan pemerahan (Roesli, 2000).

ASI adalah cairan hidup. Selain makanan, ASI pun mengandung zat

infeksi. Cara penyimpanan ASI perah akan menentukan kualitas

anti-infeksi dan makanan yang dikandung ASI. Anti- anti-infeksi yang dikandung

dalam ASI membantu ASI tetap segar dalam waktu lebih lama karena akan

menghambat pertumbuhan bakteri jahat dalam ASI perah yang disimpan.

Tempat penyimpanan ASI perah yang dianjurkan adalah tempat dari gelas

atau tempat (botol) plastik keras dengan volume 80-100 cc. Sebaiknya ASI

perah jangan disimpan di botol susu. Tulis jam, hari, dan tanggal saat diperah.

Setelah dicairkan, ASI harus habis dalam 1 jam. Sisa ASI jangan dimasukkan

lagi kedalam lemari es. ASI tahan 6 - 8 jam di udara luar, 24 jam dalam

termos es, dua kali 24 jam dalam lemari es, 2 minggu di freezer 1 pintu, 3

bulan di freezer lemari es 2 pintu (Roesli, 2009).

Pada pekan ASI sedunia (1993) tema peringatannya adalah Mother

Friendly Workplace atau tempat kerja sayang bayi menunjukkan bahwa

adanya perhatian dunia terhadap peran ganda ibu menyusui dan bekerja

(28)

Pemberian ASI Eksklusif Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara

Eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan,

meskipun cuti hamil hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang

menyusui, perlengkapan memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja,

seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara

eksklusif.(Roesli, 2000).

4. Pendidikan

Pendidikan adalah proses menumbuh kembangkan seluruh

kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran. Tingkat pendidikan

juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang

untuk lebih mudah yaitu pada jenjang yang lebih dari pada pendidikan

menengah dijalur pendidikan sekolah (Depdiknas, 2003).

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas, maka dapat dibuat kerangka

konsep sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan

Sikap

(29)

2.5. Hipotesis

Hipotesis variabel independen yang akan diuji terhadap variabel dependen

adalah sebagai berikut:

a.Ada pengaruh antara pengetahuan denganpemberian ASI Eksklusif.

b. Ada pengaruh antara pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif

c.Ada pengaruh antara sikap dengan pemberian ASI Eksklusif.

(30)

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan Analitik Survey

Research yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel

terikat melalu pengujian hipotesis, serta menggunakan pendekatan Cross

Sectional karena antara variabel bebas dan variabel terikat diukur secara

bersamaan dalam satu waktu.

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng

Sabee merupakan salah satu desa yang berada di pusat kota Kabupaten

Aceh Jaya dimana pencapaian program ASI Eksklusif jauh di bawah

target yaitu hanya mencapai 10,8% pada tahun 2011, sedangkan target

pencapaiannya adalah 80%.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 15 hari pada Bulan Januari 2013.

(31)

3.3Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

ibu menyusui yang mempunyai bayi umur 7 (tujuh) bulan sampai dengan 1

(satu) tahun di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten

Aceh Jaya yaitu sejumlah 46 jiwa (Data Puskesmas Bulan Januari sampai

Agustus, 2012).

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. (Hidayat,

2008). Jenis pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah Non

Probability Sampling yaitu pengambilan sampel tidak secara acak karena

tidak memberikan peluang bagi populasi lain. Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini yaitu sampling jenuh yaitu dengan me ngambil semua

anggota populasi menjadi sampel. Hal ini mengacu pada teo ri yang

dikemukakan oleh Arikunto (2006), bahwa bila jumlah populasi masih

dalam jumlah kurang dari 100 maka anggota populasi tersebut diambil

seluruhnya untuk dijadikan sampel penelitian. Sehingga, jumlah sampel

dalam penelitian ini ialah 46 jiwa yaitu seluruh ibu menyusui yang

mempunyai bayi umur 7 (tujuh) bulan sampai dengan 1 (satu) tahun di

(32)

3.4Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini digolongkan dalam 2 jenis

data yaitu :

1. Data Primer

Data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang

berpedoman pada kuesioner penelitian yang sudah ditetapkan, guna

memperoleh informasi dari responden untuk mengetahui pengaruh sikap,

pengetahuan, pekerjaan dan dukungan keluarga ibu menyusui terhadap

pemberian ASI Eksklusif Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee

Kabupaten Aceh Jaya. Pengumpulan data ini menggunakan alat ukur

angket dan chek list. Angket yang digunakan adalah jenis angket tertutup

atau berstruktur dimana angket tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga

responden hanya tinggal memilih atau menjawab pada jawaban yang

sudah ada. Checklist yang digunakan ialah chek list tertutup dengan

pilihan setuju atau tidak setuju pada lembar pernyataan sikap dan pilihan

bekerja atau tidak bekerja pada lembar pernyataan pekerjaanserta

memberikan ASI Ekslusif atau tidak memberikan ASI Ekslusif pada

lembar pernyataan status pemberian ASI Ekslusif pada balita. Jumlah soal

dengan menggunakan alat ukur kuesioner dan chek list pada variabel

independen yang terdiri dari 10 pertanyaan pengetahuan tentang ASI

Eksklusif, 10 pernyataan sikap tentang pemberian ASI Eksklusif dan

lembar chek list tentang ada atau tidak ibu bekerja. Pilihan jawaban

(33)

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui :

a. Puskesmas Calang Kabupaten Aceh Jaya.

b. Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Jaya.

c. Studi Kepustakaan.

d. Data lain yang mendukung penelitian ini.

3.5Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel Variabel Independen

: Wawasan yang dimiliki oleh ibu tentang pemberian Asi Eksklusif

: Tingkatan sekolah formil yang telah responden peroleh

: Pendapat atau keyakinan seorang ibu menyusui Tentang pemberian ASI eksklusif kepada bayinya : Responden menjawab kuesioner

(34)

4. Variabel : Status Pekerjaan

: Suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan responden (ibu menyusui) secara rutin dengan mendapatkan imbalan berupa uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

1. Variabel : Pemberian ASI Eksklusif Defenisi

Cara ukur Alat ukur Hasil ukur

Skala ukur

: Pemberian ASI (Air Susu Ibu) saja kepada bayi selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain dan tanpa tambahan makanan padat lainnya

: Responden menjawab kuesioner : K uesioner

: 1. Memberikan ASI Eksklusif 2. Tidak Memberikan ASI Ekslusif : Ordinal

3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Pengetahuan

Sebelum menentukan kategori baik, cukup dan kurang pada angket

variabel pengetahuan terlebih dahulu ditentukan kriteria yang dijadikan

patokan penilaian (Arikunto, 2006).

1. Skor jawaban yang benar adalah 2

2. Skor jawaban yang salah adalah 1

Setiap kategori ditentukan oleh bobot nilai yaitu baik, cukup, dan

kurang. Kriteria yang dijadikan patokan penila ian ialah menurut Arikunto

(35)

1. Untuk kategori Baik, jika responden mampu memperoleh skor 76% -

100%.

2. Untuk kategori Cukup, jika responden mampu memperoleh skor 56% -

75%.

3. Untuk kategori Kurang, jika responden mampu memperoleh skor ≤

55%.

3.6.2 Pendidikan

Untuk skor penilaian pendidikan dibagi ke dalam dua bentuk

kategori, yaitu:

a. Ibu yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tinggi setelah

sekolah menengah dengan nilai 3.

b. Ibu yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan menengah setelah

sekolah dasar dengan nilai 2

c. Ibu yang hanya menyelesaikan tingkat pendidikan sekolah dasar

dengan nilai 1

3.6.3 Sikap

Untuk skor penilaian sikap merujuk pada ketentuan penilaian sikap

menurut Hidayat (2008) yaitu dengan menyatakan bentuk pernyataan positif dan

pernyataan negatif. Sebelum menyatakan bentuk pernyataan sikap dalam

penelitian ini peneliti menggunakan ketentuan nilai menurut skala likert dengan

menggunakan empat kategori penilaian yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju

(36)

1. Kriteria penilaian dalam bentuk pernyataan positif ialah :

a. Sangat Setuju (SS) diberikan skor 4

b. Setuju (S) diberikan skor 3

c. Tidak Setuju diberikan skor 2

d. Sangat Tidak Setuju diberikan skor 1

2. Kriteria penilaian dalam bentuk pernyataan negatif

a. Sangat Setuju (SS) diberikan skor 1

b. Setuju (S) diberikan skor 2

c. Tidak Setuju diberikan skor 3

d. Sangat Tidak Setuju diberikan skor 4

Kemudian dengan menggunakan rumus median n+1

2 maka dapat

ditentukan nilai tengah observasi pada lembar chek list sikap mengenai nilai sikap

positif dan negatif. Rumus median adalah sebagai berik ut :

Median = Jumlah Nilai Tertinggi +1

2 =

4 x 10 soal +1

2 = 20,5 ≈ 21

Kesimpulan : N ilai Sikap Positif jika nilai yang diperoleh ialah ≥ 21

Nilai Sikap Negatif jika nilai yang diperoleh ialah < 21

3.6.4 Status Pekerjaan

Untuk skor penilaian pekerjaan dibagi ke dalam dua bentuk

kategori, yaitu:

a. Ibu yang tidak bekerja sama sekali di luar lingkungan tempat tinggal

(37)

b. Ibu yang aktif bekerja dan mendapatkan upah di luar lingkungan

tempat tinggal dengan nilai 1.

3.6.5 Pemberian ASI Ekslusif

Untuk skor penilaian pemberian ASI Ekslusif dibagi dalam dua

bentuk kategori, yaitu :

a. Ya, Memberikan ASI Ekslusif dengan nilai 2

b. Tidak, memberikan ASI Ekslusif dengan nilai 1

3.7 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data dapat diakumulasikan dalam analisis data

univariat dan bivariat.

3.7.1 Analisis Univariat

Statistik univariat adalah suat prosedur untuk menganalisa data dari

satu variabel yang bertujuan mendeskripsikan suat hasil penelitian yang

bersifat kualitatif dan juga bersifat kuantitatif. data Kualitatif

dankuantitatif dianalisis dengan bantuan tabel analisis yaitu tabel-tabel

distribusi frekuensi. Berdasarkan data dalam tabel analisis, data dianalisis

dan diinterpretasikan dengan menggunakan rumus (Budiarto, 2002):

Ket:

P = Persentase ; f = frekuensi teramati ; N = Jumlah seluruh observasi P = f

(38)

χ2= O−E 2

E

3.7.2 Analisis Bivariat

Data kualitatif variabel pengetahuan, pendidikan, status pekerjaan

dan pemberian ASI Eksklusif dianalisis dengan menggunakan pengujian

uji Kai K uadrat. Intinya ialah mengetahui ada tidaknya asosias inya pada

tiap-tiap variabel independen terhadap variabel dependen. Teknis analisis

yang digunakan ialah dengan menggunakan program Software Computer

Analisis Crosstabs Chi Square dengan nilai α ialah 0.05 (Trihendradi,

2005). Secara manual analisa bivariat dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus (Sabri, 2006):

Ket:

∑=Jumlah keseluruhan

O=Observed (frekuensi yang diamati) E=Expected (frekuensi yang diharapkan)

Atau dengan menggunakan rumus (Hastono, 2007):

N = N ad−bc

2

(39)

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

Desa Dayah Baro merupakan salah satu desa yang berada di bawah naungan

pemerintahan Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya. Sampai saat ini

jumlah penduduk yang terdata ialah berjumlah 1640 jiwa dengan jumlah penduduk

pria ialah 886 jiwa dan jumlah penduduk wanita ialah 754 jiwa. Serta jumlah Kepala

Keluarga 492 KK.

Adapun letak geografis Desa Dayah Baro adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kampung Blang

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Keutapang

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sentosa

4.1.2. Analisis Univariat

Analisis univariat ialah suatu metode analisa data yang menganalisa hanya

satu variabel. Tujuan dari analisis ini ialah untuk menjelaskan/ mendeskriptifkan

karakteristik masing- masing variabel yang diteliti namun tidak ada unsur untuk

menentukan derajat hubungan maupun mencari adanya perbedaan dengan variabel

yang lain. Untuk data yang bersifat kategorik seperti tingkat pengetahuan, jenjang

(40)

pendidikan, sikap, status pekerjaan serta pemberian Asi Eksklusif dianalisa dengan

menjelaskan angka/ nilai jumlah dan persentase masing- masing kelompok kategori

saja dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Berikut ini adalah hasil

dari analisis univariat :

4.1.2.1. Pengetahuan

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pengetahuan pada Responden di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupate n Aceh Jaya Tahun 2013

No. Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 1.

Data primer diolah Tahun 2013

Dari tabel 4.1 diketahui bahwa tingkat pengetahuan yang paling banyak dari

keseluruhan responden ialah tingkat pengetahuan cukup yaitu sejumlah 24 jiwa

(52%) dan yang paling sedikit ialah tingkat pengetahuan baik yaitu sejumlah 8 jiwa

(17%).

4.1.2.2 Pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pendidikan Responden di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013

No. Jenjang Pendidikan Frekuensi Persentase 1.

(41)

Dari tabel 4.2 diketahui bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak

ialah tingkat pendidikan menengah yaitu sejumlah 25 jiwa (54%) dan yang paling

sedikit ialah tingkat pendidikan rendah yaitu sejumlah 8 jiwa (17%).

4.1.2.3Sikap

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Menurut Sikap Responden Tentang Pemberian Asi Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupate n Aceh Jaya Tahun 2013

No. Sikap Frekuensi Persentase

1.

Data primer diolah Tahun 2013

Dari tabel 4.3 diketahui bahwa sikap tentang pemberian Asi Eksklusif paling

banyak ialah positif yaitu sejumlah 31 jiwa (67%) dan sikap tentang pemberian ASI

Eksklusif yang negatif yaitu sejumlah 15 jiwa (33%).

4.1.2.4. Status Pekerjaan

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Menurut Status Pekerjaan Responden di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013

No. Status Pekerjaan Frekuensi Persentase 1.

Data primer diolah Tahun 2013

Dari tabel 4.4 diketahui bahwa status pekerjaan responden paling banyak

ialah tidak bekerja yaitu sejumlah 27 jiwa (59%) dan status pekerjaan responden

(42)

4.1.2.5. Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Menurut Status Pemberian ASI Eksklusif Responden di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupate n Aceh Jaya Tahun 2013

No. Status Pe mberian ASI

Data primer diolah Tahun 2013

Dari tabel 4.5 diketahui bahwa status pemberian ASI Eksklusif responden

paling banyak ialah memberi yaitu sejumlah 28 jiwa (61%) dan status pemberian

ASI Eksklusif responden yang tidak memberi yaitu sejumlah 18 jiwa (39%).

4.1.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis hubungan dua variabel. Dalam analisis ini

dapat menjelaskan adanya kemaknaan hubungan maupun perbedaan dari dua

variabel yang dapat mempengaruhi variabel yang lain. Variabel yang ingin dianalisis

secara bivariat ialah variabel pengetahuan, pendidikan, sikap dan status pekerjaan

terhadap variabel pemberian ASI eksklusif. Pengujian statistik dalam analisis bivariat

tersebut menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

4.1.3.1 Pengaruh Pengetahuan Te rhadap Pembe rian ASI Eksklusif

(43)

No. Tingkat

Data primer diolah Tahun 2013

Dari tabel 4.5 diketahui bahwa dari 14 sampel yang memiliki tingkat

pengetahuan baik ternyata 12 sampel (85,7 %) yang memberikan ASI eksklusif. Dan

dari 24 sampel yang memiliki tingkat pengetahuan cukup ternyata 16 sampel

(66,7%) yang memberikan ASI Eksklusif. Selanjutnya dari 8 sampel memiliki

tingkat pengetahuan kurang ternyata 0 sampel (0%) yang memberikan ASI eksklusif.

Hasil uji chi-square antara pengetahuan responden dengan pemberian ASI

Eksklusif dengan nilai α = 0,05 menunjukkan p value = 0,000. Maka diketahui

bahwa p value < α (0,05) artinya ada pengaruh antara pengetahuan pada responden

terhadap pemberian ASI Eksklusif.

4.1.3.2. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pe mberian ASI Eksklusif

Tabel 4.7 Pengaruh Tingkat Pendidikan Responden Terhadap Pe mberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh JayaTahun 2013

(44)

Dari tabel 4.6 diketahui bahwa dari 25 sampel yang memiliki tingkat

pendidikan menengah ternyata 20 sampel (80 %) yang memberikan ASI eksklusif.

Dan dari 13 sampel yang memiliki tingkat pendidikan tinggi ternyata 8 sampel

(61,5%) yang memberikan ASI eksklusif. Selanjutnya dari 8 sampel memiliki tingkat

pendidikan rendah ternyata 0 sampel ( 0% ) yang memberikan ASI eksklusif.

Hasil uji chi-square antara pendidikan responden dengan pemberian ASI

Eksklusif dengan nilai α = 0,05 menunjukkan p value = 0,000. Maka diketahui

bahwa p value < α (0,05) artinya ada pengaruh antara pendidikan pada responden

terhadap pemberian ASI Eksklusif.

4.1.3.3. Pengaruh Sikap Terhadap Pe mberian ASI Eksklusif

Tabel 4.8 Pengaruh Sikap Responden Te rhadap Pe mberian ASI Eksklusif di

Data primer diolah Tahun 2013

Dari tabel 4.7 diketahui bahwa dari 31 sampel yang memiliki sikap positif

ternyata 24 sampel (77,4 %) yang memberikan ASI eksklusif. Selanjutnya dari 15

sampel yang memiliki sikap negatif ternyata 4 sampel (26,7%) yang memberikan

(45)

Hasil uji chi-square antara sikap responden dengan pemberian ASI Eksklusif

dengan nilai α = 0,05 menunjukkan p value = 0,003. Maka diketahui bahwa p value

< α (0,05) artinya ada pengaruh antara sikap pada responden terhadap pemberian

ASI Eksklusif.

Nilai risk estimate pada baris odds ratio yaitu 9,429. Hal ini berarti responden

yang memiliki sikap positif mempunyai peluang 9 kali dapat memberikan ASI

Eksklusif dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap negatif.

4.1.3.4. Pengaruh Pekerjaan Terhadap Pe mberian ASI Eksklusif

Tabel 4.9 Pengaruh Status Pekerjaan Responden Terhadap Pembe rian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013

Data primer diolah Tahun 2013

Dari tabel 4.8 diketahui bahwa dari 27 sampel yang memiliki status pekerjaan

tidak bekerja ternyata 24 sampel (88,9 %) yang memberikan ASI eksklusif.

Selanjutnya dari 19 sampel yang memiliki status pekerjaan bekerja ternyata 4 sampel

(21,1%) yang memberikan ASI eksklusif.

Hasil uji chi-square antara status pekerjaan responden dengan pemberian ASI

(46)

bahwa p value < α (0,05) artinya ada pengaruh antara sikap pada responden

terhadap pemberian ASI Eksklusif.

Nilai risk estimate pada baris odds ratio yaitu 30,000. Hal ini berarti

responden yang memiliki status pekerjaan tidak bekerja mempunyai peluang 30 kali

dapat memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan responden yang bekerja.

4.2 Pembahasan

Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat. Kesehatan

yang berkualitas menambah mutu hidup, meningkatkan produktifitas kerja,

menurunkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak,

serta mencegah terganggunya perkembangan mental anak.

Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai

sedini mungkinya itu sejak dini yaitu sejak masih bayi. Salah satu faktor yang

memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian

Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan

penting dalam mengasuh anak dan persiapan generasi penerus di masa depan.

Akhir-akhir ini sering dibicarakan tentang peningkatan penggunaan ASI (Roesli, 2000).

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah

ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam

ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan

pertumbuhan sampai usia sekitar enam bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi

sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat

(47)

4.2.1 Pengaruh Pengetahuan Te rhadap Pembe rian ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh informasi bahwa

hampir sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang ASI

Eksklusif. Hal ini berarti banyak responden yang telah memahami masalah ASI

Eksklusif meskipun masih terdapat beberapa responden yang tidak mengerti sama

sekali mengenai ASI Eksklusif.

Pengetahuan dapat diperoleh melalui informasi- informasi yang bersifat

formal maupun informal. Secara formal informasi mengenai ASI Eksklusif dapat

responden terima dari hasil penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas

puskesmas di Desa Baro setiap tahunnya. Secara informal pun, responden dapat

memperoleh informasi dari poster maupun pamflet yang telah dipajang di pojok jalan

desa sehingga dengan sendirinya responden dapat membaca informasi yang tertera.

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan landasan diri yang

dapat mengubah perilaku seseorang ke arah perilaku sehat yang lebih baik.

Berdasarkan pengetahuan yang memadai, perilaku akan dapat memicu seseorang

bertindak ke arah yang benar.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui pula bahwa responden yang memiliki

pengetahuan tentang ASI Eksklusif banyak memberikan ASI secara eksklusif kepada

bayinya. Hal ini menyimpulkan bahwa sebagian responden memiliki wawasan yang

benar mengenai ASI sehingga responden bersedia memberikan ASI Eksklusif secara

sempurna kepada bayi. Menurut Roesli (2007) dalam Afifah (2009), bahwa

hambatan utama tercapainya ASI eksklusif yang benar adalah karena kurang

(48)

harus mempunyai pengetahuan baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan

tentang menyusui, berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seseorang ibu

untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan seorang bayi akan

kehilangan sumber makanan yang vital dengan cara perawatan yang optimal.

Pengetahuan yang kurang mengenai ASI eksklusif terlihat dari pemanfaatan susu

formula secara dini di perkotaan dan pemberian nasi sebagai makanan tambahan di

pedesaan.

4.2.2 Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Pendidikan adalah proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan

perilaku manusia melalui pengajaran. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah yaitu pada jenjang

yang lebih daripada pendidikan menengah dijalur pendidikan sekolah (Depdiknas,

2003).

Menurut Notoatmodjo (2007), dengan semakin tingginya seseorang

memperoleh pendidikan maka pengalaman yang diperoleh akan semakin banyak

pula. Seperti kata pepatah mengatakan bahwa pengalaman merupakan guru yang

terbaik. Responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah tentu memiliki

pengalaman dan ilmu yang tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki

tingkat pendidikan rendah. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang telah peneliti

lakukan bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah banyak yang

memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat

(49)

Akan tetapi berbeda pendapat tersebut dengan hasil penelitian di desa Dayah

Baro kecamatan Krueng Sabee terhadap responden dengan pendidikan tinggi. Lebih

banyak responden yang pendidikannya tinggi (perguruan tinggi) tidak memberikan

ASI eksklusif (8 responden) dari pada yang memberikan ASI eksklusif (5

responden). Menurut peneliti hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh status pekerjaan

pada responden yang berpendidikan tinggi. Hal ini dapat diatasi bila para ibu yang

bekerja memberikan ASI perah pada bayinya sehingga bayi tetap mendapatkan ASI

di saat ibu tidak dirumah.

4.2.3 Pengaruh Sikap Terhadap Pe mberian ASI Eksklusif

Di daerah pedesaan menyusui anak terlihat sebagai suatu proses yang normal

dan tidak dilakukan sembunyi-sembunyi. Ibu-ibu tidak malu menyusui bayinya.

Kebiasaan itu dapat menciptakan suatu kondisi dan gairah bagi para gadis yang

melihatnya, sehingga ada kemauan naluriah melakukan hal yang sama. Bila tumbuh

menjadi besar dan mempunyai anak mereka ingin melakukan hal yang serupa.

Sebaliknya, kebiasaan ibu-ibu di kota yang malu- malu serta sembunyi-sembunyi

menyusui bayinya, tentu akan banyak mempengaruhi tabiat gadis-gadis disekitarnya

untuk berbuat sama, dan menyusui anak merupakan sesuatu hal yang harus

dihindarkan (Roesli, 2009).

Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa sebagian responden yang

memiliki sikap positif mengenai ASI Eksklusif ternyata banyak yang memberikan

(50)

memiliki sikap negatif mengenai ASI Eksklusif yang sama sekali ada yang tidak

memberikan ASI.

Sikap negatif ini bila dibiarkan dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam

memberikan ASI Eksklusif. Ini berarti bahwa akan semakin banyak ibu di Desa

Dayah Baro yang tidak akan memberikan ASI secara Eksklusif kepada bayinya lagi,

melainkan digantikan dengan susu formula atau makanan padat lain. Bila hal ini

terus terjadi maka sudah tentu angka gizi buruk dan kurang pada bayi akan semakin

meningkat di tahun berikutnya.

Kemajuan dibidang kesehatan lingkungan dan industri makanan sapihan

membuat segalanya menjadi sangat praktis sehingga para ibu lebih cenderung

menggunakan susu botol. Untuk mengatasi masalah tersebut, ibu- ibu yang mampu

harus dihimbau dan diberi motivasi agar kembali pada praktek menyusui anak

sendiri. Karena hal itu mendatangkan keuntungan bagi hubungan ibu dan anak dan

terutama karena hal itu memenuhi cirri dan kodrat manusia.

4.2.4 Pengaruh Status Pekerjaan Te rhadap Pembe rian ASI Eksklusif

Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara Eksklusif

selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan, meskipun cuti hamil

hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan

memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat tetap

memberikan ASI secara eksklusif (Roesli, 2000).

Di Desa Dayah Baro, ibu- ibu yang bekerja banyak menitipkan bayinya ke

(51)

karena masih banyak tempat bekerja yang tidak menyediakan tempat untuk

memberikan ASI. Apalagi bagi Ibu yang bekerja sebagai Pegawai Pemerintah,

membawa bayi ke tempat kerja malah akan membuat kinerja semakin kurang.

Secara ideal setiap tempat kerja yang mempekerjakan perempuan hendaknya

memiliki tempat penitipan bayi/ anak . Namun bila tidak memungkinkan, karena

tempat kerja jauh rumah, tidak memiliki kendaraan pribadi, tidak ada mobil jemputan

dari kantor, atau lingkungan tempat kerja kurang sehat bagi bayi maka ada cara lain

yang mudah. Berikanlah ASI perah/ pompa pada bayi saat ibu bekerja. Untuk itu

diperlukan fasilitas dan peraturan-peraturan perusahaan yang memungkinkan seorang

ibu tetap dapat memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, misalnya dengan

menyediakan ruangan untuk memerah ASI yang memadai, member izin dan waktu

untuk memerah ASI, dan cuti hamil yang fleksibel (Roesli, 2000).

Hal tersebut dapat dimungkinkan pula dengan pengetahuan yang memadai

mengenai pemerahan ASI yang benar. Karena ASI dapat bertahan tahan 6 - 8 jam di

udara luar, 24 jam dalam termos es, dua kali 24 jam dalam lemari es, 2 minggu di

freezer 1 pintu, 3 bulan di freezer lemari es 2 pintu (Roesli, 2009). O leh sebab itu,

masih banyak cara lain yang dapat digunakan untuk memberikan ASI secara

Eksklusif kepada bayi sehingga kecukupan gizi pada bayi dapat diperoleh secara

(52)

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan uji statistik mengenai faktor- faktor yang

mempengaruhi ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro

Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013, dapat disimpulkan

beberapa hal yaitu :

1. Ada pengaruh antara pendidikan responden terhadap pemberian ASI

Eksklusif (Nilai p value = 0,000 < α (0.05).

2. Ada pengaruh antara tingkat pendidikan responden terhadap pemberian ASI

Eksklusif (Nilai p value = 0,000 < α (0.05).

3. Ada pengaruh antara sikap responden terhadap pemberian ASI Eksklusif

(Nilai p value = 0,003 < α (0.05).

4. Ada pengaruh antara status pekerjaan responden terhadap pemberian ASI

Eksklusif (Nilai p value = 0,000 < α (0.05).

5.2.Saran

1. Bagi Instansi Puskesmas

ASI Eksklusif memainkan peran penting dalam memberantas penyakit gizi buruk

dan kurang, oleh sebab itu perlu dilakukan penanganan yang serius terutama pada

faktor- faktor yang memiliki pengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif.

(53)

2. Bagi Masyarakat

Pemberian ASI Eksklusif harus digiatkan sedini mungkin terutama dengan

mengajak serta orang-orang yang memiliki kecenderungan tidak memberikan ASI

secara Eksklusif dengan cara memberikan informasi dan contoh serta alasan yang

baik mengapa pemberian ASI Eksklusif perlu dilakukan.

3. Bagi Dinas Kesehatan

Kampanye Pemberian ASI secara Eksklusif harus dilakukan sehingga dapat

dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat dengan memberikan

informasi-informasi yang berkenaan dengan faktor- faktor yang dapat ditimbulkan karena

tidak diberikannya ASI kepada bayi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Selain dari beberapa variabel yang telah diteliti dalam penelitian ini, diharapkan

dapat dikembangkan lagi variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi ibu

untuk memberikan ASI Eksklusif secara lebih signifikan dan menyeluruh

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
Tabel 4.1 Distribusi
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Menurut Sikap Responden Tentang Pemberian Asi Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
+3

Referensi

Dokumen terkait

Alat yang dirancang sudah sesuai dengan yang diharapkan, di mana cermin solatube dapat bergerak sesuai dengan sudut yang ditentukan melalui pendeteksian cahaya

Berdasar dari 100 orang subjek, 86 orang berada dalam kategori sedang, ini mencerminkan bahwa lebih dari separuh total subyek yang merupakan anggota-anggota Mapasadha, menggabungkan

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mendeskripsikan pemanfaatan MAPAUD Nyanyian, 2) Mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap program MAPAUD Nyanyian. Pene- litian ini

dilakukan di sekolah adalah menghu-bungkan kegiatan PJAS ini dengan beberapa mata pelajaran yang berkaitan. Misalnya, pelajaran IPA berkaitan dengan kesehatan tubuh

Setelah percobaan, siswa mampu menyajikan laporan hasil pengamatan tentang perubahan bentuk energi matahari dalam kehidupan dengan sistematis.. Dengan diskusi dan pemecahan

[r]

Peta tata guna lahan DAS Tapung tahun 2012 Sedangkan peta tata guna lahan yang telah disimulasikan beberapa tanah terbuka dan semak belukar di konservasi menjadi

Dari pernyataan tersebut, dapat pula disimpulkan pada umpan campuran terdapat senyawa PAH yang berkurang kelarutannya pada kondisi pH&lt;5 akibat pembentukan