• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. RTRW Nasional Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; penyu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "3.1. RTRW Nasional Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; penyu"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. RTRW Nasional

(2)

daerah, keseimbangan perkembangan antarkawasan, kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang rentan terhadap bencana, dampak pemanasan global, pengembangan potensi kelautan dan pesisir, pemanfaatan ruang kota pantai, penanganan kawasan perbatasan negara, dan peran teknologi dalam memanfaatkan ruang.

Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan tersebut, upaya

pembangunan nasional juga harus ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih baik agar seluruh pikiran dan sumberdaya dapat diarahkan secara berhasil guna dan berdaya guna.Salah satu hal penting yang dibutuhkan untuk mencapai maksud tersebut adalah peningkatan keterpaduan dan keserasian pembangunan di segala bidang pembangunan.

Penggunaan sumberdaya alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, dengan mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, memperkuat struktur ekonomi yang memberikan efek pengganda yang maksimum terhadap pengembangan industri pengolahan dan jasa dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup serta keanekaragaman hayati guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sehubungan dengan itu, RTRWN yang berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional merupakan

matra spasial dalam pembangunan nasional yang mencakup

pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan secara aman, tertib, efektif, dan efisien.

RTRWN memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air, dan tata guna sumberdaya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan disusun melalui pendekatanwilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial. Untuk itu, penyusunan RTRWN ini didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah nasional, yakni :

a. Ruang Wilayah Nasional yang aman, nyaman, produktif, dan

(3)

b. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

c. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi dan

Kabupaten/Kota;

d. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

termasuk ruang didalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia;

e. Pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat;

f. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional,

provinsi, dan kabupaten/Kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang

dan pencegahan danmpak negatif terhadap lingkungan akibat

pemanfaatan ruang;

g. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah;

h. Pertahanan dan Keamanan negara yang dinamis serta integrasi

nasional.

Tujuan-tujuan di atas diwujudkan dalam bentuk kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional.Struktur ruang wilayah nasional mencakup sistem pusat perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem jaringan sumberdaya air. Pola ruang wilayah nasional mencakup kawasan lindung dan kawasan budi daya termasuk kawasan andalan dengan sektor unggulan yang prospektif dikembangkan serta kawasan strategis nasional.

Selain rencana pengembangan struktur ruang dan pola ruang, RTRWN ini juga menetapkan kriteria penetapan struktur ruang, pola ruang, kawasan andalan, dan kawasan strategis nasional; arahan pemanfaatan ruang yang merupakan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan; serta arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, dan arahan sanksi.

(4)

• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional.

• Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan Industri dan Jasa Skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi dan atau

• Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani provinsi.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW); dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

• Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN

• Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten dan atau

• Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN); dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

• Pusat Perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemerikasaan lintas batas dengan negara tetangga

• Pusat Perkoataan yang berfungsi sebagai pint gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga

• Pusat Perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya dan atau

• Pusat Perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan sekitarnya.

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

(5)

• Pertahanan dan Keamanan

a) Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan kemanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional

b) Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gedung amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan atau kawasan industri sistem pertahanan atau

c) Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan atau laut lepas.

• Pertumbuhan Ekonomi

a) Memiliki Potensi ekonomi cepat tumbuh

b) Memiliki Sektor Unggulan yang dapat menggerakkan

pertumbuhan ekonomi nasional. c) Memiliki Potensi Ekspor

d) Didukung Jaringan Prasarana dan Fasilitas penunjang kegiatan ekonomi

e) Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi f) Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan

nasional

g) Berfungsi untuk memperthankan tingkat produksi sumber enegi dalam rangka mewudujkan ketahanan energi nasional, atau

h) Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

• Sosial dan Budaya

a) Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional

b) Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan bdaya serta jati diri bangsa

c) Merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan

d) Merupakan tempat perlindungan peningkatan budaya nasinonal e) Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya

atau

(6)

• Pendayagunaan sumber daya alam dan ataau teknologi tinggi a) Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

b) Pengetahuan dan Teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional pengembangan antariksa, serta tenaga

atom dan nuklir

c) Memiliki Sumber daya Alam Strategis Nasional

d) Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan

antariksa

e) Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau

f) Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis

• Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

a) Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati

b) Merupakan aset nasional berupa kawasan Lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan atau fauna yang

hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan atau dilestarikan

c) Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang

setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara

d) Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro e) Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup

f) Rawan bencana alam nasional

g) Sangat menentukn dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan

Terkait dengan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktu Jangka menengah (PI2JMD) Bidang Cipta Karya di Provinsi Kepulauan Riau, RTRWN sangat tepat dijadikan salah satu dasar kebijkan karena

secara substansial rencana atau program pengembangan infrastruktur yang mempunyai nilai strategis nasional disuatu pulau sangat berkaitan erat dengan RTRWN dan sebagian merupakan kewenangan pemerintah

(7)
(8)
(9)

a. Arahan Struktur Ruang Provinsi Kepulauan Riau Berdasarkan RTRWN

Struktur Ruang Provinsi Kelupaluan Riau berdasarkan RTRWN dalam

sistem perkotaan nasional terbagi menjadi PKN, PKW, dan PKSN. PKN terdapat di Kota Batam. PKW terdapat di Kota Tanjung Pinang,

Terempa, Daik-Lingga, Dabo-Pulau Singkep dan Tanjung Balai

Karimun, PKSN terdapat di Batam dan Ranai. Lebih jelas mengenai

arahan Struktur Ruang Provinsi Kepri berdasarkan RTRWN dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1. : Arahan Struktur Ruang Provinsi Kepulauan Riau Berdasarkan RTRWN

Provinsi

Sistem Perkotaan Nasional Jaringan Transportasi Nasional

Wilayah

• Daik Lingga (II/B)

• Dabo – Pulau

b. Arahan Pola Ruang Kepulauan Riau berdasarkan RTRWN

Arahan Pola Ruang di Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan RTRWN

diarahkan pengembangannya dengan memanfaatkan keunggulan

kompetitif wilayah, dengan sektor unggulan yang dikembangkan adalah

Sektor Industri, Sektor Kelautan, Sektor Pariwisata, Sektor Perikanan

dan Sektor Pertambangan. Sedangkan untuk kawasan lindung

nasional terdapat di Kabupaten Kepulauan Anambas berupa Taman

Nasional Laut Anambas dan Kota Batam berupa Taman Wisata Alam

Muka Kuning. Untuk lebih jelasnya mengenai arahan pola ruang di

(10)

Tabel 3.2. : Arahan Pola Ruang di Wilayah Provinsi Kepulauan Kepulauan Riau Berdasarkan RTRWN

Provinsi Kawasan LindungNasional Kawasan Andalan dan Sektor Unggulan Kawasan Strategis Nasional Kepulauan

Riau • TamanNasional Laut Anambas

Kawasan Zona Batam – Tanjungpinang dan

•Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Sentut, Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Belayar, Tokong Boro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Batu Mandi, Iyu Kecil, Karimun Kecil, Nipa, Pelampong, Batu Berhanti, dan Nongsa) dengan negara

Malaysia/Vietnam/Singapura (Provinsi Riau dan Kepulauan Riau) (I/D/2)Kawasan

•Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun (Provinsi Kepulauan

c. Arahan Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Kepulauan Riau Berdasarkan RTRWN

Arahan kawasan strategis nasional untuk Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan kriteria RTRWN terdapat dua yaitu Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 Pulau Kecil terluar dan Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun. Untuk lebih jelasnya mengenai Kawasan Strategis Nasioal Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.3. : Arahan Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Kepuauan Riau Berdasarkan RTRWN

No. Kawasan Strategis Nasional Sudut Kepentingan Kota/Kabupaten Status Hukum 1. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk

20 pulau kecil terluar (Pulau Sentut, Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Berlayar, Tokong Boro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Batu Mandi, Iyu Kecil, Karimun Kecil, Nipa, Pelampongm Batu Berhanti dan Nongsa) dengan negara Malaysia/Vietnam/Singapura

(11)

3.2. RTR Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Kepulauan Riau ada 2 (dua) yaitu: Kawasan Strategis Nasional Batam Binten Karimun dan Kawasan Strategis Nasional Perbatasan.

Kawasan Strategis Nasional Batam, Bintan, Karimun adalah satu kesatuan kawasan yang terdiri atas sebagian wilayah Kota Batam,

sebagian wilayah Kabupaten Bintan, sebagian wilayah Kota

Tanjungpinang, sebagian wilayah Kabupaten Karimun, dan sebagian wilayah perairan di Selat Jodoh, Selat Malaka, dan Selat Singapura. Arahan kepentingan penetapan Kawasan Strategis Batam, Bintan, Karimun adalah berdasarkan kepentingan ekonomi yang telah ditetapkan dalam Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, Karimun sedangkan Kawasan Strategis Perbatasan Negara merupakan kawasan strategis nasional berdasarkan kepentingan Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi.

3.2.1. Rencana Tata Ruang KSN-BBK

(12)

Gambar 3.3. : Kawasan Strategis Nasional Batam-Bintan-Karimun

Sedangkan luas wilayah perencanaan berdasarkan Perpres No. 87 Tahun 2011, dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 3.4. : Luas Wilayah KPBPB Batam, Bintan, Karimun

Wilayah Administratif

Luas KPBPB

(Km2) Lingkup Wilayah

Kota Batam 650,68

Pulau Batam,Pulau Tonton, Pulau Setokok, Pulau Nipah, Pulau Rempang,Pulau Galang dan Pulau Galang Baru

Kota Tanjungpinang 22,02 Senggarang dan Dompak Darat

Kabupaten Bintan 612,56

Sebagian wilayah pulau bintan, Kawasan Industri Galang Batang, Kawasan Industri Maritim, dan Pulau Lobam

Kabupaten Karimun 96,66 sebagian dari Pulau Karimun Sumber : Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang RTR Kawasan BBK

Kawasan BBK mencakup 26 (dua puluh enam) kecamatan yang terdiri atas:

a. Sebagian Wilayah Kota Batam yang mencakup 12 (dua belas) kecamatan yang meliputi sebagian Kecamatan Batu Aji, sebagian Kecamatan Sekupang, sebagian Kecamatan Batam Kota, sebagian Kecaamatan Lubuk Bajam sebagian Kecamatan Nongsa, sebagian Kecamatan Bulang, sebagian Kecamatan Belakang Padang ;

(13)

sebagian Kecamatan Bintan Utara, sebagian Kecamatan Teluk Sebong, sebagian kecamatan Teluk Bintan, sebagian Kecamatan Toapaya, sebagian Kecamatan Gunung Kijang, dan sebagian Kecamatan Bintan Timur.

c. Sebagian wilayah Kota Tanjung Pinang yang mencakup 4 (empat) kecamatan yang meliputi sebagian Bukit Bestari, sebagian Kecamatan Tanjung Pinang Barat, seluruh Kecamatan Tanjung Pinang Timur, dan sebagian Kecamatan Tanjung Pinang Kota; dan sebagian wilayah Kabupaten Karimun yang mencakup 3 (tiga) kecamatan yang meliputi sebagian Kecamatan Meral, sebagian Kecamatan Tebing, dan sebagian Kecamatan Karimun.

d. Sebagian Wilayah perairan di Selat Jodoh, Selat Malaka, dan Selat Singapura sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengembangan Kawasan Strategis Nasional BBK dilaksanakan melalui kebijakan penataan ruang Kawasan BBK, meliputi :

• Perwujudan dan Peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan Budidaya

• Peningkatan pelayanan pusat kegiatan Kawasan BBK yang merata dan berhierarki

• Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi

• Telekomunikasi, energi, sumber daya air, serta prasaran dan sarana perkotaan yang terpadu dan merata diseluruh kawasan.

• Pengembangan dan Peningkatan fungsi kawasan dalam

pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan berdaya saing dalam perekonomian internasional untuk mendukung perwujudan koridor ekonomi Pulau Sumatera

• Peningkatan Fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara

• Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar sesuai fungsi dan tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkugan; dan

(14)

Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan BBK merupaka produk rencana yang telah melalui proses yang panjang untuk dilegalkan dalam bentuk Peraturan presiden tentang Rencana Tata Ruang Kawasan BBK. Adapun

muatan dokumen RTR KSN BBK adalah sebagai berikut :

A. Arahan Rencana Struktur Ruang

1. Transportasi

Sistem jaringan transportasi yang ada dikawasan Batam, Bintan dan Karimun diarahkan untuk melayani pengembangan KPBPB

(Kawasan Pelabuhan Bebas Perdagangan Bebas), dimana sistem jaringan tersebut menghubungkan pusat-pusat kegiatan di wilayah KPBPB dan di luar KPBPB yang memiliki keterkaitan fungsi. Sistem tersebut akan menunjang kegiatan kegiatan ekonomi, sosial dan budaya di kawasan ini. Rencana sistem jaringantransportasi ini juga

akan menghubungkan dan mengintegrasikan seluruh jaringan transportasi di kawasan tersebut. Selain itu, rencana ini juga akan mengintegrasikan moda-moda yang berkaitan antar satu pulau dengan pulau lainnya dalam kawasan dan juga dengan negara-negara tetangga yang ada disekitarnya.

2. Sumber Daya Air

Pengembangan penyediaan air bersih diarahkan untuk menambah jumlah kapasitas terpasang serta kapasitas terpakai guna

memenuhi kebutuhan air bersih penduduk, yang

pengembangannya dilakukan secara berhirarki dan terstruktur.

Rencana sistem jaringan sumber daya air terdiri dari sistem jaringan air baku, sistem jaringan sungai, dan sistem jaringan pengendalian banjir.

3. Sistem Jaringan Listrik

Rencana sistem jaringan listrik di kawasan Batam, Binta dan

(15)

a. Menjamin ketersediaan dan pelayanan kebutuhan listrik di kawasan Batam, Bintan dan Karimun.

b. Mendukung pengembangan FTZ (Free Trade Zone) pada Kawasan Batam, Bintan dan Karimun, serta

c. Mendukung pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik terinterkoneksi

4. Sistem Jaringan Telekomunikasi

Sistem jaringan telekomunikasi yang akan dikembangkan di kawasan ini terdiri dari jaringan telekomunikasiteresterial dan jaringan telekomunikasi satelit. Sistem jaringan telekomunikasi teresterial dibedakan menjadi teresterial darat dan laut, dimana untuk teresterial darat terdiri dari infrastruktur jaringan kabel (tembaga dan fiber optic) dan radio gelombang mikro.Sedangkang infrastruktur teresterial laut terdiri dari jaringan kabel tembaga dan fiber optic.

5. Sistem Prasarana Perkotaan

Sistem jaringan prasarana perkotaan di Kawasan Batam, Bintan dan Karimun meliputi sistem jaringan air minum, sistem jaringan drainase, sistem jaringan air limbah, limbah industri, limnah B3 dan sistem persampahan.

Lebih jelasnya mengenai rencana struktur ruang pada Kawasan Strategis Nasional BBK dapat dilihat pada gambar berikut ini.

B. Arahan Rencana Pola Ruang

Rencana pola ruang Kawasan Batam, Bintan dan Karimun meliputi Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Rencana pengambangan kawasan lindung terdiri dari rencana pengembangan kawasan:

a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

b. Kawasan Perlindungan Setempat

c. Kawasan Suaka Alam, pelestarian alam, dan cagar budaya d. Kawasan rawan bencana

(16)
(17)

Kawasan lindung di kawsan ini memiliki luas di Pulau Batam : 40,87%; Pulau Bintan: 44,53%; dan Pulau Karimun; (38,93%). Kawasan lindung lainnya berupa kawasan taman buru. Kawasan taman buru yang dikembangkan berada di Pulau Rempang dengan luas kuran lebih 16.000 Ha.

Kawasan Budidaya pada Kawasan Batam, Bintan dan Karimun terdiri atas :

a. Kawasan Permukiman (B1), dengan luas di Pulau Batam 16,02 %, Pulau Bintan 2,16 % dan Pulau Karimun 4,29 %

b. Kawasan Industri (B2), dengan luas di Pulau Batam 9,51 %, Pulau Bintan 8,02 % dan Pulau Karimun 42,89 %

c. Kawasan Pariwisata (B3), dengan luas di Pulau Batam 12,40 %, Pulau Bintan 10,89 % dan Pulau Karimun 1,21%

d. Kawasan Perdagangan dan Jasa (B4), dengan luas di Pulau Batam 5,94%, Pulau Bintan 0,74% da Pulau Karimun 0,76%

e. Kawasan Budidaya lainnya (B5) terdiri dari :

• Kawasan Pelabuhan

• Kawasan Pendidikan

• Kawasan Kesehatan

• Kawasanship to shipdanTransfer ship to ship

• Kawasan Hankam dan Riset

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pola ruang pada Kawasan Strategis Nasional BBK dapat dilihat pada gambar berikut ini.

C. Indikasi Program RTR KSN BBK

Indikasi program utama pengembangan Kawasan Strategis Nasional Batam-Bintan-Karimun dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat

pemanfaatan ruang. Untuk lebih jelasnya indikasi program

(18)
(19)

Tabel 3.5. : Indikasi Program RTR KSN Batam-Bintan-Karimun (BBK) Bidang Cipta Karya, Tahun 2015-2019

Indikasi Program Lokasi Sumber

Pendanaan Intansi Pelaksana

KOTA BATAM

I. Sistem Jaringan Prasaran Sumber Daya Air A. Sistem Jaringan Sungai

Pengembangan dan Peningkatan sungai Harapan, sungai Muka Kuning, Sungai Durlangkang, Sungai Beduk, Sungai Tongong, Sungai Ngeden, Sungai Pancur, Sungai Nongs, Sungai Ladi Sungai Baloi, Sungai Tembesi, Sungai Cia, Sungai Gong, Sungai Langai, Sungai Bengkong, Sungai Rempang, dan Sungai Galang

Kota Batam APBN, APBD Kota

dan sumber lain meliputi : waduk sel Harapan, Waduk Sel Ladi, Waduk Nongsa, Waduk Muka Kuning, Waduk Durlangkang, Waduk Sel Tembesi Baru, Wadung Sungai Rempang, Waduk Sungai Cia, Waduk Sungai Galang, dan Waduk Sungai Gong

Kota Batam APBN, APBD Kota

dan sumber lain

C. Prasarana Sumber Daya Air

Pengembangan dan

Peningkatan prasarana sumber daya air meliputi : 1) Sistem pengendalian banjir berupa waduk di Waduk Sel Harapan, Waduk Sel Ladi, Waduk Nongsa, Waduk muka Kuning, Waduk Durlangkang, Sungai Beduk, Sungai Tongkong, Sungai Ngeden dan Sungai Pancur, Waduk Sungai Tembesi, Waduk Sungai Rempang, Waduk Sungai Cia, Waduk sungai Galang, Sungai Langkai, Sungai Dengkong, Sungai Rempang, dan Sungai Galang serta Waduk Sungai Gong

Kota Batam APBN, APBD Kota

dan sumber lain pada pantai yang rawan abrasi

Kota Batam APBN dan Sumber

yang Sah

Pemerintan Kota, Badan Pengusahaan Kawasan, PDAM, dan Swasta Lain

II. Sistem Jaringan Prasaran Perkotaan A. Sistem Penyediaan Air Minum

Pengembangan dan Peningkatan jaringan perpipaan berupa unit air baku yang dipasak dari waduk yang ada di Batam

Kota Batam APBD Kota dan

Sumber lain yang sah

(20)

Indikasi Program Lokasi PendanaanSumber Intansi Pelaksana

B. Unit Produksi (UP) Air Minum

Pengembangan dan

Peningkatan Air Minum Sungai di Batam

Kota Batam APBD kota dan

Sumber lain yang sah

Pemerintah Kota, PDAM, dan Swasta Lain.

C. Sistem Jaringan Drainase

Pengembangan dan

Peningkatan Jaringan Drainase slauran Primer

Kota Batam APBN, APBD Kota,

dan atau sumber lain yang sah

Kementerian Pekerjaan Umum, Badan Pengusahaan Kawasan, dan atau Pemerintah Kota

D. Sistem Jaringan Air Limbah

Pengembangan dan Peningkatan IPAL Batam Center, IPAL Muka Kuning, IPAL Tanjung Piayu, IPAL Bengkong Sadai, IPAL Batu Ampar, IPAL Tanjung Uncang, IPAL Sekupang IPAL Batu Aji, IPAL Sembulang, IPAL Galang, dan IPAL Galang Baru

Kecamatan Batam Kota,

E. Sistem Pengelolaan Limbah

Pengembangan dan Peningkatan instalasi pengolahan Limbah B3 di Kabil

Kecamatan Nongsa Sumber Lain yang sah

Badan Pengusahaan Kawasan dan Swasta

F. Sistem Pengelolaan Persampahan

Pengembangan dan Peningkatan TPA Telaga Punggur dan TPA Pulau Galang PDAM, dan Swasta lain.

KABUPATEN BINTAN

I. Sistem Jaringan Sumber Daya Air A. Sistem Jaringan Sungai

Pengembangan dan peningkatan Sungai Jago, Sungai Ekang Anculai, Sungai Binan, Sungai Kangboi, Sungai Gesek, Sungai Kawal, dan Sungai Lagoi

Kabupaten Bintan APBN, APBD Kabupaten, dan meliputi Waduk Sei Pulai, Waduk Galang Batang, Waduk Sungai Gesek, Waduk Sungai Kawal, Waduk Lagoi, Waduk Anculai, Waduk Kangboi, Waduk Sekuning, Waduk Sungai Jago-Lepan dan Waduk Tanjung Uban

Kabupaten Bintan APBN, APBD Kabupaten, dan

C. Prasarana Sumber Daya Air

Pengembangan dan

peningkatan prasarana sumber daya air : sistem pengendalian banjir waduk di Kab. Bintan

Kabupaten Bintan APBN, APBD Kabupaten, dan

pada pantai yang rawan abrasi

Kabupaten Bintan APBN dan sumber lain yang sah

Kementerian PU dan Swasta

II. Sistem Jaringan Prasarana Perkotaan A. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

Pengembangan dan

peningkatan jaringan perpipaan berupa unit air baku yang dipasok dari waduk di Kab. Bintan

(21)

Indikasi Program Lokasi PendanaanSumber Intansi Pelaksana

B. Unit Produksi (UP) Air Minum

Pengembangan dan peningkatan UP air minum lagoi

Kabupaten Bintan APBD Kabupaten dan sumber lain yang sah

Pemerintah Kabupaten, PDAM, dan Swasta lain

C. Sistem Jaringan Drainase

Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan drainase saluran primer

Kabupaten Bintan APBN, APBD Kabupaten, dan

D. Sistem Jaringan Air Limbah

Pengembangan dan peningkatan IPAL Gunung Kijang dan lainnya

Kecamatan Bintan Utara, Teluk Sebong, Teluk Bintan, Bintan Timur, dan Kecamatan Gunung Kijang

E. Sistem Pengelolaan Limbah B3

Pengembangan dan peningkatan instalasi pengolahan limbah B3 di Sei Lekop

Kecamatan Bintan Timur Sumber lain yang sah

Badan Pengusahaan Kawasan dan Swasta

F. Sistem Pengelolaan Persampahan

Pengembangan, peningkatan, dan pemantapan TPA Bintan Utara dan TPA Bintan Timur

Kecamatan Bintan Utara dan Kecatan Bintan Timur

APBD Kabupaten,

I. Sumber Jaringan Sumber Daya Air A. Sistem Jaringan Sungai

Pengembangan dan peningkatan Sungai Pulai

Kota Tanjungpinang APBN, APBD Kota, dan sumber lain meliputi waduk Sei Pulai dan waduk Estuari Dompak

Kota Tanjungpinang APBN, APBD Kota, dan sumber lain yang sah

Kementrian PU, Pemerintah Kota, Swasta

C. Prasarana Sumber Daya Air

Pengembangan dan

peningkatan prasarana sumber daya air waduk Sei Pulai dan waduk Estuary Dompak

Kota Tanjungpinang APBN, APBD Kota, dan sumber lain pada pantai yang rawan abrasi

Kota Tanjungpinang APBN dan sumber lain yang sah

Kementrian PU, Pemerintah Kota, Badan Pengusahaan Kawasan, Swasta

II. Sistem Jaringan Prasarana Perkotaan A. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

Pengembangan dan

peningkatan jaringan perpipaan berupa unti air baku yang dipasok dari Waduk Sei Pulai

Kota Tanjungpinang APBD Kota dan sumber lain yang sah

Pemerintah Kota, Badan Pengusahaan Kawasan, PDAM, dan swasta lain

B. Unit Produksi Air Minum

Pengembangan dan

peningkatan UP Air Minum Sei Pulai

Kota Tanjungpinang APBD Kota dan sumber lain yang sah

Pemerintah Kota, PDAM, dan swasta lain

C. Sistem Jaringan Drainase

Pengembangan dan peningkatan jaringan drainase saluran primer

(22)

Indikasi Program Lokasi PendanaanSumber Intansi Pelaksana

D. Sistem Jaringan Air Limbah

Pengembangan dan

peningkatan IPAL Dompak dan IPAL Air Raja

Kecamatan Bukit Bestari APBN, APBD Kota, dan/atau sumber

E. Sistem Pengelolaan Limbah B3

Pengembangan dan peningkatan tempat penampungan sementara limbah B3 di kawasan pergudangan Pelabuhan Tanjung Mocoh

Kecamatan Bukit Bestari Sumber lain yang

sah Badan PengusahaanKawasan dan Swasta

KABUPATEN KARIMUN

I. Sistem Jaringan Sumber Daya Air A. Sistem Jaringan Sungai

Pengembangan dan peningkatan Sungai Bati, Sungai Pongkar, Sungai Gunung jantan, dan Sungai Ambat

Kabupaten Karimun APBN, APBD Kabupaten, dan meliputi Waduk Sungi Gunung Jantan, Waduk Sungai Pongkar, Waduk Sei Bati dan Waduk Sentani

Kabupaten Karimun APBN, APBD Kabupaten, dan

C. Prasarana Sumber Daya Air

Pengembangan dan

peningkatan prasarana sumber daya air Waduk

Kabupaten Karimun APBN, APBD Kabupaten, dan

pada pantai yang rawan abrasi Kabupaten Karimun APBN, APBDKabupaten, dan sumber lain yang

II. Sistem Jaringan Prasarana Perkotaan A. Sistem Penyediaan Air Minum(SPAM)

Pengembangan unit air baku yang dipasok dari waduk di Kab. Karimun

Kabupaten Karimun APBD Kabupaten dan sumber lain

B. Unit Produksi Air Minum

Pengembangan dan

peningkatan UP Air Minum Sei Bati, Sei Pongkar, Sei Gunung Jantan, dan Sentani

Kabupaten Karimun APBD Kabupaten dan sumber lain yang sah

Pemerintah Kabupaten, PDAM dan Swasta lain

C. Sistem Jaringan Drainase

Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan drainase saluran primer

Kabupaten Karimun APBN, APBD Kabupaten, dan

D. Sistem Jaringan Air Limbah

Pengembangan dan

peningkatan IPAL Kecamatan Meral APBN, APBDKabupaten, dan sumber lain yang

E. Sistem Pengelolaan Limbah B3

Pengembangan dan peningkatan tempat penampungan sementara limbah B3

Kabupaten Karimun Sumber lain yang sah

Badan Pengusahaan Kawasan

F. Sistem Pengelolaan Sampah

Pengembangan dan peningkatan TPA Sememal Desa Pangke

Kecamatan Meral APBD Kabupaten dan sumber lain

(23)

3.2.2. RTR KSN Perbatasan Negara Riau-Kepulauan Riau

Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara berperan sebagai alat

operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan sebagai alat

koordinasi pelaksanaan pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara.

Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara berfungsi sebagai

pedoman untuk:

a. penyusunan rencana pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara;

b. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di

Kawasan Perbatasan Negara;

c. perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan

perkembangan antarwilayah kabupaten/kota, serta keserasian

antarsektor di Kawasan Perbatasan Negara;

d. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Kawasan

Perbatasan Negara;

e. penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Kawasan

Perbatasan Negara;

f. pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara; dan

g. perwujudan keterpaduan rencana pengembangan Kawasan

Perbatasan Negara dengan kawasan sekitarnya.

Penataan ruang Kawasan Perbatasan Negara bertujuan untuk

mewujudkan:

a. Mewujudkan kawasan berfungsi pertahanan dan keamanan negara

yang menjamin keutuhan, kedaulatan, dan ketertiban Wilayah Negara

yang berbatasan dengan Negara Malaysia, Negara Singapura, dan

Negara Vietnam dilakukan melalui: a).penegasan dan penetapan

batas wilayah negara demi terjaga dan terlindunginya kedaulatan

negara dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI); b). pengembangan prasarana dan sarana pertahanan dan

keamanan negara yang mendukung kedaulatan dan keutuhan batas

(24)

Kawasan Perbatasan Negara sebagai pusat pertahanan dan

keamanan negara di Kawasan Perbatasan Negara.

b. Mewujudkan kawasan berfungsi lindung di Kawasan Perbatasan

Negara yang lestari dilakukan melalui: a). pelestarian dan rehabilitasi

kawasan berfungsi lindung di Kawasan Perbatasan Negara;

b). rehabilitasi dan pelestarian sempadan pantai di Wilayah Pesisir

dan PPKT; dan c). pengendalian perkembangan Kawasan Budi Daya

terbangun di kawasan rawan bencana.

c. Mewujudkan pusat kegiatan ekonomi berdaya saing di Kawasan

Perbatasan Negara dilakukan melalui: a). pengembangan sentra

pertanian tanaman pangan dan perkebunan yang didukung

pengembangan industri pengolahan; b). pengembangan sentra

perikanan dengan memperhatikan potensi lestari yang didukung

pengembangan industri pengolahan hasil perikanan; c).

Pengembang-an potensi pariwisata dengPengembang-an memperhatikPengembang-an daya dukung & daya

tampung lingkungan hidup; d). Pengembangan sentra pertambangan

minyak dan gas bumi secara terkendali dengan memperhatikan

kelestarian sumber daya alam dan meminimalkan dampak negatif

terhadap lingkungan; e). pengembangan sistem jaringan transportasi

untuk meningkatkan aksesibilitas sistem pusat pusat permukiman

perbatasan negara serta mendukung fungsi pertahanan dan

keamanan Negara; dan f). pengembangan prasarana energi,

telekomunikasi, dan sumber daya air untuk mendukung pusat

pelayanan dan Kawasan Budi Daya.

A. Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang Kawasan Perbatasan Negara ditetapkan dengan

tujuan meningkatkan pelayanan pusat kegiatan, kualitas dan jangkauan

pelayanan jaringan prasarana, serta fungsi Kawasan Perbatasan Negara

sebagai beranda depan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan

(25)

keamanan negara untuk menjamin keutuhan kedaulatan dan ketertiban

serta sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarki memiliki hubungan

fungsional. Rencana struktur ruang Kawasan Perbatasan Negara terdiri

atas:

a. Rencana Sistem Pusat Permukiman Perbatasan Negara

• Pusat Pelayanan Utama (PKSN);

− PKSN Dumai di Kota Dumai;

− PKSN Batam di Kota Batam;

− PKSN Ranai di Kabupaten Natuna.

• Pusat Pelayanan Penyangga (PKW);

− PKW Bagansiapiapi, Kecamatan Bangko, Kabupaten Rokan Hilir;

− PKW Bengkalis, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis;

− PKW Tanjung Balai Karimun di Kabupaten Karimun; dan

− PKW Tarempa di Kabupaten Kepulauan Anambas.

• Pusat Pelayanan Pintu Gerbang.

− Bagansiapiapi di Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir;

− Bengkalis di Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis;

− Tanjung Balai Karimun di Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun;

− Tarempa di Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan

Anambas;

− Tanjung Kedabu di Kecamatan Rangsang Kabupaten Meranti;

− Sekupang, Batu Ampar, dan Nongsa di Kota Batam; dan

− Ranai di Kabupaten Kepulauan Natuna.

b. Rencana Sistem Jaringan Prasarana.

• Sistem jaringan transportasi; ditetapkan dalam rangka

meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan pergerakan orang

dan barang, keterkaitan antarpusat pelayanan di Kawasan

Perbatasan Negara, serta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

(26)

• Sistem jaringan energi; ditetapkan dalam rangka memenuhi kebutuhan energi dalam jumlah yang cukup dan menyediakan

akses terhadap berbagai jenis energi bagi Masyarakat untuk

kebutuhan sekarang dan akan datang di Kawasan Perbatasan

Negara yang terdiri dari : jaringan pipa minyak dan gas bumi;

pembangkit tenaga listrik; dan jaringan transmisi tenaga listrik.

• Sistem jaringan telekomunikasi; ditetapkan dalam rangka

meningkatkan aksesibilitas Masyarakat terhadap layanan

telekomunikasi di Kawasan Perbatasan Negara, yang terdiri dari

jaringan terestrial dan jaringan satelit.

• Sistem jaringan sumber daya air; ditetapkan dalam rangka pengelolaan sumber daya air yang terdiri atas konservasi sumber

daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya

rusak air di Kawasan Perbatasan Negara, yang terdiri dari: sumber

air; dan prasarana sumber daya air.

• Sistem jaringan prasarana permukiman ditetapkan dalam rangka meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan perkotaan yang

dikembangkan secara terintegrasi dan disesuaikan dengan

kebutuhan unuk mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan

perbatasan negara, yang terdiri dari: Sistem Penyediaan Air Minum

(SPAM); sistem jaringan drainase; sistem jaringan air limbah; dan

sistem pengelolaan sampah.

Untuk lebih jelasnya mengenai Rencana struktur ruang Kawasan

Perbatasan Negara dapat dilihat pada gambar berikut ini.

B. Rencana Pola Ruang

Rencana pola ruang Kawasan Perbatasan Negara ditetapkan dengan

tujuan mengoptimalkan pemanfaatan ruang sesuai dengan peruntukannya

sebagai Kawasan Lindung dan Kawasan Budi Daya secara berkelanjutan

dengan prinsip keberimbangan antara pertahanan dan keamanan negara,

(27)
(28)

Rencana pola ruang Kawasan Perbatasan Negara, terdiri atas Rencana

peruntukan Kawasan Lindung dan Rencana peruntukan Kawasan Budi Daya.

a. Rencana peruntukan Kawasan Lindung;

• Zona lindung 1 (Zona L1) yang merupakan kawasan yang

memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

bertujuan untuk :

− mempertahankan PPKT;

− mencegah terjadinya erosi;

− menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan; dan/atau

− memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan

bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.

− Kawasan ini ditetapkan dengan kriteria :

▪ kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah,

dan intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih;

▪ kawasan hutan lindung di PPKT dengan faktor kemiringan

lereng, jenis tanah, atau intensitas hujan;

▪ kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng paling

sedikit 40% (empat puluh persen); dan/atau

▪ kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit

2.000 (dua ribu) meter di atas permukaan laut.

• Zona lindung 2 (Zona L2) yang merupakan kawasan perlindungan setempat; bertujuan untuk melindungi pantai, sungai, dan waduk

dari kegiatan budi daya yang dapat mengganggu kelestarian fungsinya. Zona L2 terdiri dari :

− Zona L2 yang merupakan sempadan pantai dengan kriteria :

▪ daratan sepanjang tepian laut yang berhadapan dengan

garis batas negara dengan jarak paling sedikit 100 (seratus)

(29)

▪ daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik

pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional

terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai; dan/atau

▪ kawasan untuk pemertahanan titik referensi dan Titik-titik

Garis Pangkal Kepulauan.

− Zona L2 yang merupakan sempadan sungai, dengan kriteria :

▪ daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar

paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;

▪ daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di

luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 100

(seratus) meter dari tepi sungai; dan

▪ daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di

luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50

(lima puluh) meter dari tepi sungai.

− Zona L2 yang merupakan kawasan sekitar waduk dengan kriteria :

▪ daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan

100 (seratus) meter dari titik pasang air waduk tertinggi; atau

▪ daratan sepanjang tepian waduk yang lebarnya proporsional

terhadap bentuk dan kondisi fisik waduk.

• Zona lindung 3 (Zona L3) yang merupakan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; ditetapkan dengan tujuan

melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala, dan

keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan,

dan pembangunan pada umumnya di kawasan perbatasan untuk

menjaga kedaulatan negara, terdiri atas :

− Zona L3 yang merupakan kawasan suaka margasatwa;

ditetapkan dengan kriteria:

▪ tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis satwa

yang perlu dilakukan upaya konservasinya;

▪ memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi;

(30)

▪ memiliki luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang

bersangkutan.

− Zona L3 yang merupakan kawasan cagar alam; ditetapkan dengan kriteria:

▪ merupakan cagar alam yang berhadapan langsung dengan

garis batas negara;

▪ memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe

ekosistemnya;

▪ memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit

penyusunnya;

▪ memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang

masih asli atau belum diganggu manusia;

▪ memiliki luas dan bentuk tertentu; dan

▪ memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di

suatu daerah serta keberadaannya memerlukan konservasi.

− Zona L3 yang merupakan kawasan taman wisata alam dan taman wisata perairan; ditetapkan dengan kriteria:

▪ memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa dan

ekosistemnya yang masih asli serta formasi geologi yang

indah, unik, dan langka;

▪ memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;

▪ memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya untuk

dimanfaatkan bagi kegiatana wisata alam; dan

▪ kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya

pengembangan kegiatan wisata alam.

− Zona L3 yang merupakan kawasan pantai berhutan bakau; ditetapkan dengan kriteria:

▪ kawasan pantai berhutan bakau yang berhadapan langsung

dengan garis batas negara;

▪ koridor di sepanjang pantai dengan lebar paling sedikit 130

(31)

tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut

terendah ke arah darat; dan

▪ memiliki keadaan alam yang asli untuk dikembangkan

sebagai pariwisata alam.

• Zona lindung 4 (Zona L4) yang merupakan kawasan rawan bencana alam; ditetapkan dengan tujuan memberikan perlindungan

semaksimal mungkin atas kemungkinan bencana alam terhadap

fungsi lingkungan hidup dan kegiatan lainnya dan terdiri atas :

− Zona L4 yang merupakan kawasan rawan tanah longsor; ditetapkan dengan kriteria : kawasan berbentuk lereng yang

rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa

batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran.

− Zona L4 yang merupakan kawasan rawan gelombang pasang;

ditetapkan dengan kriteria : kawasan sekitar pantai yang rawan

terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10

(sepuluh) sampai dengan 100 (seratus) kilometer per jam yang

timbul akibat angin kencang atau gravitasi bulan atau matahari.

− Zona L4 yang merupakan kawasan rawan banjir; ditetapkan dengan kriteria kawasan yang diidentifikasikan sering dan/atau

berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir.

• Zona lindung 5 (Zona L5) yang merupakan kawasan lindung geologi; ditetapkan dengan tujuan memberikan perlindungan

semaksimal mungkin atas kemungkinan bencana alam geologi dan

perlindungan terhadap air tanah. Terdiri atas :

− Zona L5 yang merupakan kawasan rawan bencana alam

geologi;

− Zona L5 yang merupakan kawasan yang memberikan

perlindungan terhadap air tanah.

• Zona lindung 6 (Zona L6) yang merupakan kawasan lindung lainnya, ditetapkan dengan tujuan melindungi kawasan yang

memiliki ekosistem unik atau proses-proses penunjang kehidupan.

(32)

− Zona L6 yang merupakan kawasan terumbu karang; ditetapkan dengan kriteria :

▪ berupa kawasan yang terbentuk dari koloni masif dari hewan

kecil yang secara bertahap membentuk terumbu karang;

▪ terdapat di sepanjang pantai dengan kedalaman paling

dalam 40 (empat puluh) meter; dan

▪ dipisahkan oleh laguna dengan kedalaman antara 40 (empat

puluh) sampai dengan 75 (tujuh puluh lima) meter.

− Zona L6 yang merupakan kawasan cagar biosfer. Ditetapkan dengan kriteria :

▪ memiliki keterwakilan ekosistem yang masih alami, kawasan

yang sudah mengalami degradasi, mengalami modifikasi,

atau kawasan binaan;

▪ memiliki komunitas alam yang unik, langka, dan indah;

▪ merupakan bentang alam yang cukup luas yang

mencerminkan interaksi antara komunitas alam dengan

manusia beserta kegiatannya secara harmonis; atau

▪ berupa tempat bagi pemantauan perubahan ekologi melalui

penelitian dan pendidikan.

− Zona L6 yang merupakan kawasan taman buru. Ditetapkan dengan kriteria :

▪ memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya untuk

dimanfaatkan bagi kegiatana taman buru; dan

▪ kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya

pengembangan kegiatan taman buru.

b. Rencana peruntukan Kawasan Budi Daya yang terdiri atas Zona Budi

Daya (Zona B) dan Zona Perairan (Zona A).

• Zona Budi Daya (Zona B) terdiri atas:

(33)

lingkungan sedang, kualitas prasarana dan sarana sosial

dengan tingkat pelayanan tinggi, kualitas prasarana dan sarana

di bidang pertahanan dan keamanan negara dengan tingkat

pelayanan tinggi, serta bangunan gedung dengan intensitas

sedang dan tinggi baik vertikal maupun horizontal. Terdiri atas :

▪ kawasan peruntukan permukiman perkotaan;

▪ kawasan peruntukan kegiatan pertahanan dan keamanan

negara;

▪ kawasan peruntukan kegiatan kepabeanan, imigrasi,

karantina, dan keamanan;

▪ kawasan peruntukan pelabuhan;

▪ kawasan peruntukan bandar udara;

▪ kawasan peruntukan industri pengolahan hasil pertanian

tanaman pangan, peternakan, perkebunan, perikanan, dan

pertambangan;

▪ kawasan peruntukan kegiatan ekonomi lintas batas atau

lokal;

▪ kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;

▪ kawasan peruntukan kegiatan pendidikan tinggi, pendidikan

mengengah, dan pendidikan dasar, serta rumah sakit;

dan/atau

▪ kawasan permukiman berbasis mitigasi dan adaptasi

bencana yang dilengkapi dengan jalur evakuasi bencana.

− Zona Budi Daya 2 (Zona B2); merupakan zona permukiman perdesaan dengan karakteristik memiliki kualitas daya dukung

lingkungan sedang, kualitas prasarana dan sarana sosial

dengan tingkat pelayanan tinggi sedang, kualitas prasarana

dan sarana di bidang pertahanan dan keamanan negara

dengan tingkat pelayanan tinggi, serta bangunan gedung

dengan intensitas sedang baik vertikal maupun horizontal.

(34)

▪ kawasan peruntukan permukiman perdesaan;

▪ kawasan peruntukan kegiatan pertahanan dan keamanan;

▪ kawasan peruntukan kegiatan pendidikan dasar dan

kesehatan masyarakat;

▪ kawasan permukiman berbasis mitigasi dan adaptasi

bencana yang dilengkapi dengan jalur evakuasi bencana;

▪ kawasan peruntukan kegiatan ekonomi lintas batas atau

lokal; dan/atau

▪ kawasan peruntukan PLB yang memiliki fasilitas fasilitas

kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan.

− Zona Budi Daya 3 (Zona B3); merupakan zona pertanian dengan karakteristik sebagai Kawasan Budi Daya yang

dikembangkan untuk mendukung ketahanan dan kemandirian

pangan Masyarakat di Kawasan Perbatasan Negara, memiliki

kualitas daya dukung lingkungan rendah serta prasarana dan

sarana pertanian. Terdiri atas :

▪ kawasan peruntukan pertanian lahan kering;

▪ kawasan peruntukan pertanian lahan basah;

▪ kawasan peruntukan peternakan;

▪ kawasan peruntukan perikanan darat; dan/atau

▪ kawasan agropolitan.

− Zona Budi Daya 4 (Zona B4); merupakan zona dengan karakteristik sebagai Kawasan Budi Daya pertanian yang

dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi

wilayah di Kawasan Perbatasan Negara, serta memiliki kualitas

daya dukung lingkungan rendah. Terdiri atas terdiri atas

kawasan peruntukan perkebunan.

− Zona Budi Daya 5 (Zona B5); merupakan zona pertambangan dengan karakteristik sebagai Kawasan Budi Daya yang

dikembangkan secara terkendali untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi wilayah di Kawasan Perbatasan Negara,

memiliki kualitas daya dukung lingkungan rendah serta

(35)

− Zona Budi Daya 6 (Zona B6); merupakan zona pariwisata dengan karakteristik sebagai Kawasan Budi Daya yang

dikembangkan secara terkendali untuk mendukung

pertumbuhan pariwisata bahari dan MICE, serta prasarana dan sarana pariwisata.

− Zona Budi Daya 7 (Zona B7); merupakan zona hutan produksi dengan karakteristik sebagai Kawasan Budi Daya yang

dikembangkan secara terbatas untuk mendukung pertumbuhan

ekonomi wilayah di Kawasan Perbatasan Negara, memiliki

kualitas daya dukung lingkungan rendah serta prasarana dan sarana hutan produksi.

• Zona Perairan (Zona A) terdiri atas:

− Zona perairan 1 (Zona A1); merupakan zona perairan mulai batas Laut Teritorial Indonesia hingga garis pantai atau hingga

perairan dengan jarak 24 (dua puluh empat) mil dari Garis pangkal Kepulauan Indonesia yang berfungsi:

▪ perlindungan Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan dari abrasi;

▪ pemertahanan wilayah kedaulatan negara;

▪ pemanfaatan sumber daya alam kelautan sesuai potensi

lestari; dan

▪ perlindungan ekosistem.

Zona A1 ditetapkan di laut teritorial yang berada di Selat

Malaka dan Laut Tiongkok Selatan.

− Zona perairan 2 (Zona A2). merupakan zona perairan mulai batas laut teritorial hingga batas Landas Kontinen Indonesia

dan/atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia yang berfungsi untuk pemanfaatan sumber daya alam kelautan sesuai potensi

lestari. Zona A2 ditetapkan pada wilayah perairan landas

kontinen dan/atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia yang berada di Selat Malaka, Selat Singapura, dan Laut Tiongkok

Selatan.

(36)
(37)

Tabel 3.6. : Indikasi Program RTR KSN Perbatasan Negara, Provinsi Riau-Provinsi Kepulauan Riau pada Bidang Cipta Karya, Tahun 2015-2019

Indikasi Program Lokasi Sumber Pendanaan Instansi

Pelaksana I. Sistem Jaringan Sumber Daya Air

A. Wilayah Sungai

Mendayagunakan sumber air pada sungai-sungai di kawasan perbatasan negara guna mendukung pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat

WS strategis nasional yang berada di: WS Kepulauan Batam-Bintan yang terdiri atas DAS Terong, DAS Seraya

APBD dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU, Kementan, dan Pemda

WS dalam Kabupaten/Kota : 1. WS Kepulauan Karimun yang terdiri atas DAS Karimun, DAS Kelapa Jernih, DAS Papan, DAS Buru, DAS Bela, DAS Durian, DAS Moro, DAS Pauh, DAS Sugi, DAS Terong, DAS Combol,

DAS Tjitim;

2. WS Kepulauan Natuna-Anambas yang terdiri atas DAS Seregam, DAS Kelarik, DAS Cinak, DAS Cinak Besar, DAS Binjai, DAS Kelarik Hulu, DAS Bunguran Timur, DAS Hulu, DAS Tiga, DAS Lagong, DAS Batang, DAS Ladan, DAS Sendanau, DAS Selor, DAS Ladan, DAS Matak, DAS Mubur, DAS Air Asuk, DAS Wampu, DAS Batu Belah, DAS Nyamuk, DAS Siantan, DAS Telaga, DAS Anambas, dan DAS Panai;

B. Prasarana Sumber Daya Air

Sistem pengendali banjir a. Kecamatan Teluk Sebong dan Kecamatan Bintan Utara di Kabupaten Bintan;

APBD dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU, Kemenhut, kemen LH, dan Pemda b. Kecamatan Siantan di Kabupaten

Kepulauan Anambas; dan

c. Kecamatan Bunguran Tengah dan kecamatan Bungura Utara di Kabupaten Natuna.

Mengembangkan sistem pengamanan pantai

a. Kecamatan Bintan Utara, Kecamatan Bintan Pesisir, dan Kecamatan Tambelan di Kabupaten Bintan;

APBD dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU, Kemen LH, dan Pemda

b. Kecamatan Jemaja, Kecamatan Jemaja Timur, Kecamatan Siantan, Kecamatan Siantan Selatan, Kecamatan Siantan Timur, Kecamatan Siantan Tengah, dan Kecamatan Palmatak di Kabupaten Kepulauan Anambas;

(38)

Indikasi Program Lokasi Sumber Pendanaan PelaksanaInstansi

Bendungan a. Bendungan Duriangkang di Kota Batam;

APBD dan/atau sumber lain yang sah

c. Bendungan Ladi di Kota Batam; d. Bendungan Lagoi di Kecamatan

Teluk Sebong; dan

e. Bendungan Muka Kuning di Kota Batam.

II. Prasarana Permukiman

A. Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) Mengembangkan SPAM di

pusat permukiman

perbatasan negara guna menjamin ketersediaan air bersih sesuai kebutuhan penduduk di kawasan perbatasan negar

1. Waduk Jago di Kecamatan Bintan Utara dan Waduk Lagoi di Kecamatan Teluk Sebong pada Kabupaten Bintan;

APBD dan/atau sumber lain yang sah Pulau Bajau di Kabupaten Kepulauan Anambas; dan

3. Sungai Ranai, Sungai Air Hijau, Sungai Ulu, Sungai Semala, Air Terjun Air Lengit, Sungai Air Kupang, Sungai Air Kimak, Sungai Segeram, Sungai Tapau, Sungai Binjai, Air Terjun Gunung Ranai, Air Terjun Bukit Berangin, mata air Gunung Jambat, mata air Gunung Tiedu, mata air Sabang Muduk, sumur Limau Kecil, sumur Air Putih 1, sumur Air Putih 2, Sungai Air Bunga, Sungai Sebelat Laut, Sungai Sabang Muduk, Sungai Air Salor, Sungai Abit, dan Sungai Air Pancur, embung di Pulau Serasan, embung di Pulau Subi Besar, embung di Pulau Subi Kecil, embung di Pulau Sedanau, embung di Pulau Laut, dan embung di Pulau Tiga pada Kabupaten Natuna;

Instalasi Pengolahan Air Minum

1. sebagian wilayah Kabupaten Karimun yang meliputi Kecamatan Buru, Kecamatan Karimun, Kecamatan Kundur, Kecamatan Durai, Kecamatan Kundur Barat, Kecamatan Kundur Utara, Kecamatan Meral, Kecamatan Moro, dan Kecamatan Tebing yang termasuk Pulau Iyu Kecil dan Pulau Karimun Kecil;

APBD dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU, dan Pemda

(39)

Indikasi Program Lokasi Sumber Pendanaan PelaksanaInstansi

3. sebagian wilayah Kabupaten Bintan yang meliputi Kecamatan Bintan Pesisir, Kecamatan Bintan Utara, Kecamatan Teluk Sebong, dan Kecamatan Tambelan yang termasuk Pulau Sentut;

4. sebagian wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang meliputi Kecamatan Jemaja, Kecamatan Jemaja Timur, Kecamatan Siantan, Kecamatan Siantan Selatan, Kecamatan Siantan Timur, Kecamatan Siantan Tengah, dan Kecamatan Palmatak yang termasuk Pulau Tokong Malang Biru, Pulau Damar, Pulau Tokong Nanas, Pulau Tokong Belayar, dan Pulau Mangkai; dan

5. sebagian wilayah Kabupaten Natuna yang meliputi Kecamatan Pulau Laut, Kecamatan Bunguran Selatan, Kecamatan Midai, Kecamatan Bunguran Barat, Kecamatan Bunguran Utara, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kecamatan Bunguran, Kecamatan Bunguran Tengah, Kecamatan Pulau Tiga, Kecamatan Subi, Kecamatan Serasan, dan Kecamatan Serasan Timur yang termasuk Pulau Tokong Boro, Pulau Semiun, Pulau Sebetul, Pulau Sekatung, Pulau Senua, Pulau Subi Kecil, dan Pulau Kepala

Unit distribusi air minum 1. sebagian wilayah Kabupaten Karimun yang meliputi Kecamatan Buru, Kecamatan Karimun, Kecamatan Kundur, Kecamatan Durai, Kecamatan Kundur Barat, Kecamatan Kundur Utara, Kecamatan Meral, Kecamatan Moro, dan Kecamatan Tebing yang termasuk Pulau Iyu Kecil dan Pulau Karimun Kecil;

APBD dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU, dan Pemda

2. sebagian wilayah Kota Batam yang meliputi Kecamatan Belakang Padang, Kecamatan Batu Aji, Kecamatan Sekupang, Kecamatan Lubuk baja, Kecamatan Bengkong, Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Batam Kota, Kecamatan Nongsa, Kecamatan Bulang, Kecamatan Galang, Kecamatan Sagulung, dan Kecamatan Sei Beduk yang termasuk Pulau Nipah, Pulau Pelampong, Pulau Batuberhanti, dan Pulau Nongsa;

(40)

Indikasi Program Lokasi Sumber Pendanaan PelaksanaInstansi

4. sebagian wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang meliputi Kecamatan Jemaja, Kecamatan Jemaja Timur, Kecamatan Siantan, Kecamatan Siantan Selatan, Kecamatan Siantan Timur, Kecamatan Siantan Tengah, dan Kecamatan Palmatak yang termasuk Pulau Tokong Malang Biru, Pulau Damar, Pulau Tokong Nanas, Pulau Tokong Belayar, dan Pulau Mangkai; dan

5. sebagian wilayah Kabupaten Natuna yang meliputi Kecamatan Pulau Laut, Kecamatan Bunguran Selatan, Kecamatan Midai, Kecamatan Bunguran Barat, Kecamatan Bunguran Utara, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kecamatan Bunguran, Kecamatan Bunguran Tengah, Kecamatan Pulau Tiga, Kecamatan Subi, Kecamatan Serasan, dan Kecamatan Serasan Timur yang termasuk Pulau Tokong Boro, Pulau Semiun, Pulau Sebetul, Pulau Sekatung, Pulau Senua, Pulau Subi Kecil, dan Pulau Kepala

B. Sistem Jaringan Drainase Mengembangkan jaringan air limbah guna mengurangi genangan air dan mendukung pengendalian banjir,

1. PKSN Batam di Kota Batam; APBD dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU, dan Pemda 2. PKSN Ranai di Kabupaten Natuna;

3. PKW Tanjung Balai Karimun di Kabupaten Karimun

4. PKW Tarempa di Kabupaten Kepulauan Anambas; dan 5. Kecamatan Sekupang, Kecamatan

Batu Ampar, dan Kecamatan Nongsa di Kota Batam; dan 6. Kecamatan Teluk Sebong di

Kabupaten Bintan. C. Sistem Jaringan Air Limbah

Mengembangkan jaringan air limbah guna meningkatkan kualitas lingkungan di pusat permukiman perbatasan negara

1. PKSN Batam di Kota Batam; APBD dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU, dan Pemda 2. PKSN Ranai di Kabupaten Natuna;

3. PKW Tanjung Balai Karimun di Kabupaten Karimun

4. PKW Tarempa di Kabupaten Kepulauan Anambas;

5. Kecamatan Sekupang, Kecamatan Batu Ampar, dan Kecamatan Nongsa di Kota Batam; dan 6. Kecamatan Teluk Sebong di

Kabupaten Bintan. 7. Kecamatan Teluk Sebong di

Kabupaten Bintan. D. Sistem Pengolahan Sampah

Mengembangkan sistem pengelolaan persampahan

guna mengurangi,

menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah guna meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya

1. PKSN Batam di Kota Batam; APBD dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU, dan Pemda 2. PKSN Ranai di Kabupaten Natuna;

3. PKW Tanjung Balai Karimun di Kabupaten Karimun

4. PKW Tarempa di Kabupaten Kepulauan Anambas

5. Kecamatan Sekupang, Kecamatan Batu Ampar, dan Kecamatan Nongsa di Kota Batam; dan 6. Kecamatan Teluk Sebong di

Kabupaten Bintan.

(41)

3.3. RTR Pulau Sumatera

Dalam RTR pulau Sumatera (Perpres No 13/ 2012 tentang RTR Pulau Sumatera) menyebutkan pulau Sumatra sebagai kesatuan fungsional wilayah geografis dan ekosistem yang mencakup wilayah darat, laut,

udara dan termasuk ruang didalam dalam bumi yang mencakup sepuluh provinsi di Sumatera. Dalam perpres ini juga mengatur koridor ekosistem yang disebutka dalam RTRWN sebagai kawasan koridor bagi jenis satwa

atau biota laut yang dilindungi adalah wilayah yang merupakan bagian dari kawasan lindung dan atau kawasan budidaya yang berfungsi sebagai alur migrasi satwa atau biota laut, yang menghubungkan antar kawasan

konservasi.

RTR Pulau Sumatera berfungsi untuk memberikan dasar pencapaian keterpaduan, keserasian dan keterkaitan ruang lintas wilayah provinsi dan

lintas sektor sebagai suatu kesatuan dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan ruang. RTR Pulau Sumatera merupakan penjabaran struktur

dan pola ruang wilayah nasional ke dalam kebijakan dan strategi penataan ruang Pulau Sumatera.

Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera berfungsi sebagai pedoman untuk :

a. penyusunan rencana pembangunan di Pulau Sumatera;

b. perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan

perkembangan antarwilayah provinsi dan kabupaten/kota, serta

keserasian antarsektor di Pulau Sumatera;

c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Pulau Sumatera;

d. penentuan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Pulau Sumatera; dan

e. penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Pulau

Sumatera.

Penataan ruang Pulau Sumatera bertujuan untuk mewujudkan:

a. pusat pengembangan ekonomi perkebunan, perikanan, serta

(42)

b. swasembada pangan dan lumbung pangan nasional;

c. kemandirian energi dan lumbung energi nasional untuk

ketenagalistrikan;

d. pusat industri yang berdaya saing;

e. pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis ekowisata, bahari, cagar budaya dan ilmu pengetahuan, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting,

Incentive, Convention and Exhibition/MICE);

f. kelestarian kawasan berfungsi lindung bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari luas Pulau Sumatera sesuai dengan kondisi ekosistemnya;

g. kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan tropis basah;

h. kawasan perkotaan nasional yang kompak dan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana;

i. pusat pertumbuhan baru di wilayah pesisir barat dan wilayah pesisir timur Pulau Sumatera;

j. jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah; dan

k. kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara India, Negara Thailand, Negara Malaysia, Negara Singapura, dan Negara Vietnam dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup.

A. Arahan Struktur Ruang Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan RTR Pulau Sumatera

Strategi operasionalisasi perwujudan struktur ruang RTR Pulau Sumatera terdiri dari strategi operasionalisasi sistem perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem jaringan

(43)

1. Sistem Perkotaan Nasional

Sistem perkotaan yang termuat dalam RTR Pulau Sumatera, khususnya yang berada di wilayah Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.7. : Strategi Operasionalisasi Sistem Perkotaan

Nasional Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan RTR Pulau Sumatera

No Fungsi Kota Strategi operasional

1 PKN/PKSN Batam

Pengembangan pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan

Pengembangan pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara dan atau minyak bumi serta gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri

Peningkatan fungsi sebagai kawasan industri yang berdaya saing Pusat pariwisata bahari

Pusat penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran

Pusat pariwisata dalam kesatuan tujuan wisata

Pengendalian perkembangan PKN dan PKW yang menjalar

Pengembangan PKN berbasis SDA dan jasa yang memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan

Pengembangan perkotaan nasional sebagai pusat perdagangan dan jasa skala internasional

Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan Mengembangan kawasan pengembangan ekonomi Mengembangkan atau meningkatkan fasilitas CIQS

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana kota sebagai upaya untuk meningkatkan daya tarik investasi

Mengembangkan pusat-pusat bagi kegiatan produksi lanjutan yang komplementer dengan komoditas-komoditas unggulan dan komplementer dengan kegiatan produksi Negara Thailand, Negara Vietnam, Negara Malaysia, dan Negara Singapura

2 PKW Tanjungpinang

Pengembangan pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan

Peningkatan fungsi sebagai kawasan industri yang berdaya saing Pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan

Pusat penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran

Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan

3 PKW Tarempa

Pengembangan pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan

Pengembangan pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara dan atau minyak bumi serta gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri

Pusat pariwisata bahari

Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan

4 PKW Tanjung Balai Karimun

Pengembangan pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan

Pengembangan pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara dan atau minyak bumi serta gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri

(44)

No Fungsi Kota Strategi operasional

5 PKW Daik-Lingga

Pengembangan pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan

Pengembangan pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara dan atau minyak bumi serta gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri

Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan

6 PKW Dabo-Pulau Singkep

Pengembangan pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan

Pengembangan pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara dan atau minyak bumi serta gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri

Pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan

7 PKSN Ranai

Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan Pembangunan fasilitas CIQS

Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana kota sebagai upaya untuk meningkatkan daya tarik investasi

Mengembangan kawasan pengembangan ekonomi

Mengembangkan pusat-pusat bagi kegiatan produksi lanjutan yang komplementer dengan komoditas-komoditas unggulan dan komplementer dengan kegiatan produksi Negara Thailand, Negara Vietnam, Negara Malaysia, dan Negara Singapura

Sumber : Perpres No. 13 Tahun 2012

2. Sistem Jaringan Transportasi Nasional

1) Pengembangan dan pemantapan jaringan jalan nasional untuk

menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan

pelabuhan dan/atau bandar udara:

− jaringan jalan arteri primer yang menghubungkan PKN Batamndengan Bandar Udara Hang Nadim dan Pelabuhan Batam;

− jaringan jalan arteri primer yang menghubungkan PKW Tanjung Pinang dengan Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah (Kijang) dan Pelabuhan Tanjung Pinang;

− jaringan jalan strategis nasional yang menghubungkan PKW Dabo-Singkep dengan Pelabuhan Dabo-Singkep;

− jaringan jalan kolektor primer yang menghubungkan PKW Tanjung Balai Karimun dengan Pelabuhan Tanjung Balai Karimun;

(45)

2) Pengembangan dan pemantapan jaringan jalan nasional yang

terpadu dengan jaringan transportasi lainnya untuk mendorong perekonomian : pelabuhan Batam, pelabuhan Tanjung Balai Karimun, Pelabuhan tanjungpinang, Pelabuhan Dabo Singkep,

Pelabuhan ranai

3) Pengembangan jaringan jalan nasional untuk meningkatkan aksesibilitas di kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal

dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil

− Jaringan jalan arteri primer yang menghubungkan: (Batam-Timbesi-Tanjung Berikat, Batam-(Batam-Timbesi-Tanjung Uncang,

Batam-Simpang Kabii-Pungur, Simpang Kabii- Nongsa, dan Batam-Sekupang di Pulau Batam); dan (Tanjung Pinang-Simpang Gesek dan Tanjung Pinang-Kijang di Pulau Bintan).

− Jaringan jalan kolektor rimer yang menghubungkan : (Pasir Panjang-Sipang Jalutong-Tanjung Balai di Pulau Karimun Besar), (Tanjung Berikat-Galang Baru di Pulau Batam-Pulau

Rempang-Pulau Galang), dan (Tanjung Buton-Ranai-Selat Lampa di Pulau Natuna)

− Jaringan jalan strategis nasional yang menghubungkan : (Tanjung Berikat-Galang Baru di Pulau Batam-Pulau Rempang-Pulau Galang), (Sei Tenam-Tanjung Buton di

Pulau Daik), dan (Sei Buluh-Dabo di Pulau Singkep)

4) Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan dengan memperhatikan fungsi kawasan pertanian pangan berkelanjutan,

kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana

− jaringan jalan bebas hambatan antarkota yang

menghubungkan jembatan Pulau Batam-Pulau Bintan

− jaringan jalan bebas hambatan dalam kota : Batu Ampar-Muka Kuning-Bandara Hang Nadim

5) Pengembangan dan pemantapan jaringan jalur kereta api

Gambar

Tabel 3.1. : Arahan Struktur Ruang Provinsi Kepulauan Riau
Tabel 3.3. : Arahan Kawasan Strategis Nasional di ProvinsiKepuauan Riau Berdasarkan RTRWN
Tabel 3.4. : Luas Wilayah KPBPB Batam, Bintan, Karimun
Tabel 3.5. : Indikasi Program RTR KSN Batam-Bintan-Karimun (BBK)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Laporan ini merupakan hasil Pengabdian Kepada Masyarakat dengan tema ‘ Kreativitas Sebagai Salah Satu Bentuk Pembelajaran Tari di SMA N 2 Sukoharjo .” Tujuan dari pelatihan

Daripada analisis ini dapat dibuat rumusan bahawa pelajar tingkatan empat ini mempunyai tahap regulasi diri yang tinggi ketika mempelajari Bahasa Melayu.. Pelajar berpendapat

Bagi perusahaan-perusahaan yang menghasilkan cat maka cat adalah produk (hasil produksi) sehingga mereka menyebutnya sebagai barang. Namun, bagi pengusaha pengecatan

Dari seluruh komponen PDRB yang mengalami penurunan, komponen PMTDB (Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto), turun paling tinggi dengan pertumbuhan mencapai - 2,40

Pada hasil analisa didapatkan metode terbaik untuk kedua waduk tersebut yaitu IDW dengan power 3 dengan nilai error terkecil yaitu 1,258 untuk Wlingi dan 1,39 untuk

Dari uji mekanik disimpulkan bahwa dibandingkan pada binder poliester, penggunaan binder silicone rubber menghasilkan sifat mekanik yang semakin menurun pada

Program ini ditujukan kepada generasi muda remaja putra dan putri di sekitar daerah sepanjang pantai ekologi hutan mangrove daerah Tanjung Jabung Barat berusia

4. Pada dasarnya pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan akan tercapai jika siswa aktif membangun pengetahuannya dalam