• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V I ASPEK PEM BI AY AAN 6.1. Umum Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah KabupatenKota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya mer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB V I ASPEK PEM BI AY AAN 6.1. Umum Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah KabupatenKota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya mer"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V I

ASPEK PEM BI AY AAN

6.1. Umum

Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota,

diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung

jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus

didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas

lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru,

pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian,

pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun. Namun, seringkali

pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam mendanai pembangunan

infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan

pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen

Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh

karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan

untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah.

Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun

langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.

Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPIJM pada dasarnya bertujuan untuk:

a) Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan

pembangunan bidang Cipta Karya,

b) Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan

sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,

c) Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta

(2)

6.2. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam

peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1.Undang-Undang No. 32 Tahun 2004Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah

diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini,

Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat

yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional,

serta agama.

2.Undang-Undang No. 33 Tahun 2004Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah

daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan

daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan

Daerah.

3.Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana

Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus.

Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian

Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan

Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan

berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

4.Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah,

terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan

pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala

kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan

(3)

minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib

pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai

dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai

dengan urusan yang didesentralisasikan.

5.Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman

daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan

Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman

langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam

melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

a) total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD

tahun sebelumnya;

b) memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan

pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

c) persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d) tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari

pemerintah;

e) pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan

DPRD.

6.Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres

56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam

penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan

dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah

permukiman dan prasarana persampahan.

7.Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006Tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011):

Struktur APBD terdiri dari:

a) Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan

Pendapatan Lain yang Sah.

(4)

c) Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan

Pengeluaran.

8.Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana

Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk

pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis

DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a) Bidang Infrastruktur Air Minum,

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air

minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan

di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria

teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan

dan memenuhi sasaran/target Millenium Development Goals (MDGs) yang

mempertimbangkan:

 Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

 Tingkat kerawanan air minum.

b) Bidang Infrastruktur Sanitasi,

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,

persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat

berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses

pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan

derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan

kriteria teknis:

 kerawanan sanitasi;

 cakupan pelayanan sanitasi.

9.Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan

Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN,

Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit

Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan

kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang

(5)

mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah

dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber

dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM meliputi:

1. DanaAPBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja

di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air

Minum dan Sanitasi.

2. DanaAPBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana

lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur

permukiman dengan skala provinsi/regional.

3. DanaAPBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB)

dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan

infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

4. DanaSwasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan

swasta (KPS), maupun skemaCorporate Social Responsibility(CSR).

5. DanaMasyarakatmelalui program pemberdayaan masyarakat.

6. DanaPinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan

pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana

yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara

terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan

pelayanan bidang Cipta Karya.

6.3. Profil APBD Kota Bima

Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kota Bima selama 3-5 tahun terakhir

dengan sumber data berasal dari dokumen Realisasi APBD dalam 5 tahun terakhir.

Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah

sebagai berikut:

a. Belanja Daerahyang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

b. Pendapatan daerahyang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan

Pendapatan Lain yang Sah.

(6)

Realisasi pendapatan daerah Kota Bima pada tahun 2011 mengalami peningkatan

sebesar 10,5%, dibanding pada tahun 2010 peningkatan realisasi hanya sebesar 11,71%.

Jenis pendapatan daerah yang mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun

2011 adalah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah.

Dari masing-masing pendapatan tersebut, realisasi Pendapatan Asli Daerah mengalami

peningkatan sebesar 35,06%, sedangkan realisasi Lain-lain Pendapatan Yang Sah mengalami

peningkatan sebesar 38,90%, sementara realisasi dari Dana Perimbangan hanya mengalami

peningkatan sebesar 5,53%.

Realisasi pendapatan daerah Kota Bima dari tahun 2012 adalah sebesar Rp.

481.175.010.405,00 atau 96,37% . Rincian realisasi tersebut terdiri dari: pos pajak daerah

memperoleh realisasi yang melebihi target yaitu sebesar 120,50%, Pendapatan hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dengan realisasi 114,08% dan lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah dengan realisasi 127,18%. Hanya pada pos retribusi daerah

yang tingkat realisasinya cukup rendah yaitu 64,89. Dari kondisi tersebut, maka perlu

peningkatan target untuk pos pajak daerah, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, dan

pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Sedangkan untuk pos

retribusi daerah perlu diidentifikasi kendala dan faktor penghambat yang menyebabkan

tingkat capaian yang cukup rendah. Sedangkan pendapatan dari pos dana transfer pada

tahun 2012 diperoleh realisasi sebesar 99,22% atau sebesar Rp.462.008.806.698,00 dari

pendapatan yang dianggarkan sebesar Rp.465.621.686.805,00. Pada pos lain-lain

pendapatan yang sah pada tahun 2012 diperoleh realisasi 86,93% atau sebesar

Rp.5.000.000.000,00.

Sedangkan pada aspek belanja daerah, terjadi kenaikan jumlah belanja daerah

sebesar 20,66 persen pada tahun 2011 dan 7,42 persen pada tahun 2012 seiring dengan

kenaikan pendapatan daerah. Dari keseluruhan belanja daerah tersebut, jenis belanja tidak

langsung memanfaatkan anggaran sebesar antara 58 persen hingga 65 persen dalam kurun

waktu tahun 2010 s.d 2012 dimana sebagian besar anggaran digunakan untuk membayar

gaji pegawai (rata-rata sebesar 57%). Sedangkan pada jenis belanja langsung yang

memanfaatkan rata-rata sebesar 39 persen dimana hampir sebagian besar dimanfaatkan

untuk belanja modal rata-rata sebesar 20 persen, belanja barang dan jasa rata-rata sebesar

(7)

persen. Pada aspek pembiayaan, pada tahun 2010 pemerintah kota Bima memiliki

penerimaan pembiayaan sebesar 20 milyar rupiah yang bersumber dari Sisa lebih

perhitungan tahun anggaran sebelumnya sedangkan pengeluaraan pembiayaan sebesar 17

milyar rupiah yang digunakan untuk pembayaran pokok hutang sehingga terdapat surplus

anggaran sebesar 3 milyar rupiah. Pada tahun 2011 hanya terdapat pengeluaran

pembiayaan sebesar 2,2 milyar rupiah yang digunakan untuk membayar pokok hutang

sebesar 1,7 milyar rupiah dan penyertaan modal investasi sebesar 500 juta rupiah sehingga

terjadi defisit pembiayaan sebesar 2,2 milyar rupiah. Adapun pada tahun 2012, hanya

terdapat penerimaan pembiayaan sebesar 24,3 milyar rupiah yang bersumber dari Sisa lebih

perhitungan tahun anggaran sebelumnya sebesar 24,1 milyar rupiah dan Penerimaan

kembali pemberian pinjaman sebesar 156 juta rupiah sehingga terjadi surplus anggaran

sebesar 24,3 milyar rupiah. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6.1 - 6.3 berikut.

Jika dicermati dari komposisi pendapatan daerah daerah selama kurun waktu 5 (lima)

tahun terakhir, maka dapat dilihat bahwa tingkat ketergantungan pemerintah Kota Bima

terhadap transfer dana perimbangan masih sangat tinggi (rata-rata sebesar 83%).

Sedangkan kemampuan pemerintah Kota Bima untuk mengoptimalkan sumber PAD masih

rendah (dibawah 3 %), walaupun terlihat trend perkembangannya selalu mengalami

peningkatan setiap tahunnya. untuk lebih jelasnya dapat dilihatpada Grafik 6.1 berikut.

Grafik 6.1 Komposisi Pendapatan Daerah Kota Bima Tahun 2008-2012

(8)

Tabel 6.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

JENIS PENDAPATAN DAERAH 2008 2009 2010 2011 2012

Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. %

Pendapatan Asli Daerah 6.246.798.154 1,89 6.868.003.340 1,97 8.423.778.850 2,16 11.377.528.550 2,60 14.166.203.707 2,94

Pajak daerah 2.459.256.399 0,75 2.329.431.965 0,67 2.862.829.096 0,74 4.025.453.214 0,92 5.751.229.532 1,20

Retribusi daerah 1.902.060.312 0,58 2.324.996.721 0,67 2.008.812.985 0,52 2.555.713.487 0,58 4.316.851.474 0,90

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan 17.007.747 0,01 295.402.136 0,08 501.084.594 0,13 556.196.161 0,13 570.375.790 0,12

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 1.868.473.696 0,57 1.918.172.518 0,55 3.051.052.175 0,78 4.240.165.688 0,97 3.527.746.911 0,73

Dana Perimbangan 307.277.332.095 93,10 300.437.056.403 86,20 306.355.999.861 78,68 323.303.113.901 73,89 401.808.857.086 83,51

Dana bagi hasil pajak / bukan pajak 23.868.182.262 7,23 24.410.976.403 7,00 36.309.013.861 9,33 32.438.396.901 7,41 31.797.200.086 6,61

Dana Alokasi Umum 231.013.860.000 69,99 234.244.080.000 67,21 246.392.786.000 63,28 267.829.417.000 61,22 329.098.457.000 68,39

Dana Alokasi Khusus 37.702.924.103 11,42 41.782.000.000 11,99 23.654.200.000 6,08 23.035.300.000 5,26 40.913.200.000 8,50

Dana Infrastruktur 14.692.365.730 4,45 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00

Lain-lain pendapatan daerah yang sah 16.532.886.958 5,01 41.229.875.167 11,83 74.577.438.434 19,15 102.839.345.433 23,51 65.199.949.612 13,55

Hibah 1.500.000.000 0,45 3.095.604.000 0,89 868.575.500 0,22 0 0,00 5.000.000.000 1,04

Dana darurat 4.500.000.000 1,36 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0,00

Bagi hasil pajak dari provinsi dan dari pemerintah

daerah lainnya 8.966.946.958 2,72 12.648.394.167 3,63 11.330.612.277 2,91 11.090.595.953 2,53 13.150.925.612 2,73

Dana penyesuaian dan otonomi khusus 1.565.940.000 0,47 25.485.877.000 7,31 62.378.250.657 16,02 91.748.749.480 20,97 47.049.024.000 9,78

Bantuan keuangan dari pemerintah daeah lainnya 0 0,00 0 0,00 0 0,00 752.400.000 0,17 0,00

JUMLAH PENDAPATAN DAERAH (1.1+1.2+1.3) 330.057.017.207 100 348.534.934.910 100 389.357.217.145 100 437.519.987.884 100 481.175.010.405 100

(9)

Tabel 6.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 3 Tahun Terakhir

BELANJA DAERAH 2010 2011 2012

Rp. % Rp. % Rp. %

BELANJA TIDAK LANGSUNG 238.494.658.120 65% 253.183.691.944 58% 294.709.922.822 62%

Belanja Pegawai 219.084.307.376 60% 235.360.133.087 53% 279.922.459.801 59%

Belanja bunga 0 0% 0 0% 0 0%

Belanja subsidi 0 0% 0 0% 0 0%

Belanja hibah 8.602.327.745 2% 6.860.765.250 2% 4.191.012.021 1%

Belanja bantuan sosial 10.423.127.999 3% 10.017.885.700 2% 9.749.598.000 2% Belanja bagi hasil kepada pemeritah

provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah

desa 0 0% 0 0% 0 0%

Belanja bantuan keuangan kepada pemeritah provinsi/kabupaten/kota dan

pemerintah desa serta Partai Politik 0 0% 0 0% 0 0%

Belanja tidak terduga 384.895.000 0% 944.907.907 0% 846.853.000 0%

BELANJA LANGSUNG 126.291.470.923 35% 186.985.219.355 42% 178.136.375.986 38%

Belanja Pegawai 13.381.818.433 4% 17.922.146.650 4% 17.284.553.159 4%

Belanja Barang dan Jasa 45.852.505.947 13% 70.679.747.719 16% 80.416.429.159 17%

Belanja Modal 67.057.146.543 18% 98.383.324.986 22% 80.435.393.668 17%

TOTAL BELANJA 364.786.129.043 100% 440.168.911.299 100% 472.846.298.808 100% Sumber : RKPD Kota Bima Tahun 2012-2014

Tabel 6.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 3 Tahun Terakhir

PEMBIAYAAN DAERAH 2010 2011 2012

Penerimaan Pembiayaan 20.875.427.938 0 24.335.562.274

Sisa lebih perhitungan tahun anggaran sebelumnya 20.875.427.938 0 24.179.137.466

Pencairan dana cadangan 0 0 0

Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan 0 0 0

Penerimaan pinjaman daerah 0 0 0

Penerimaan kembali pemberian pinjaman 0 0 156.424.808

Pemerimaan piutang daerah 0 0 0

Pengeluaran Pembiayaan 17.590.017.068 2.271.437.450 0

Pembentukan dana cadangan 0 0 0

Penyertaan modal (investasi) daerah 250.000.000 510.000.000 0

Pembayaran pokok hutang 17.340.017.068 1.761.437.450 0

Pemberian pinjaman daerah 0 0 0

Suplus/(Defisit) 3.285.410.870 (2.271.437.450) 24.335.562.274

(10)

6.4. Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

Profil Investasi pembangunan bidang Ciptakarya meliputi beberapa sektor antara lain:

sektor Pengembangan Air Minum, sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan

Permukiman, sektor Pengembangan Permukiman, dan sektor Penataan Bangunan &

Lingkungan. Karena data untuk keseluruhan sektor belum lengkap, maka dalam sub bab ini

terlebih dahulu membahas profil investasi pada sektor sektor Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Permukiman sebagaiman telah dibahas dalam dokumen Strategis Sanitasi Kota

(SSK) kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan.

Perkiraan kebutuhan pendanaan untuk pengembangan layanan sanitasi di Kota Bima

mengacu pada dokumen-dokumen perencanaan seperti dokumen APBD dalam 5 tahun

terakhir, RPJMD, RPIJM, dan dokumen peencanaan lainnya. Perhitungan pendanaan tidak

hanya berasal dari APBD kota tetapi juga berasal dari sumber pendanaan lainnya seperti

DAK dan pinjaman/hibah. Kemampuan daerah dalam pendanaan sanitasi dapat dilihat dari

dokumen-dokumen tersebut sehingga dapat diproyeksikan kebutuhan pendanaan pada

masa mendatang. Perhitungan pertumbuhan pendanaan APBD Kota Bima dan perkiraan

besaran pendanaan sanitasi kedepan dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 6.4

Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten/Kota untuk Sanitasi

No Uraian

a. Air Limbah Domestik 357.681 961.094 1.538.020 1.556.200 1.304.812 5,34 %

b. Sampah rumah tangga 1.759.702 1.784.727 1.707.493 2.086.000 2.097.374 0,49 %

c. Drainase lingkungan 3.591.200 935.000 1.950.665 5.059.322 1.467.044 3,07 %

d. PHBS 58.231 100.675 270.710 281.431 6,17 %

2. Dana Alokasi Khusus (2.1 + 2.2 + 2.3 )

a. DAK Sanitasi 0 600.000 1.276.830 1.409.980 1.133.616 3,45 %

b. DAK LingkunganHidup - - -

-Sanitasi (1-2-3) 5.766.814 3.080.821 4.190.058 7.291.542 3.735.614 0,36 %

Total Belanja Langsung 2.275.614 2.257.297 2.163.135 2.176.465 2.099.696 -0,19

% APBD murni terhadap

Belanja Langsung 2,35% 1,33% 1,47% 1,27% 2,95% 0,55%

Komitmen Pendanaan APBD untuk pendanaan sanitasi ke depan (% terhadap belanja langsung ataupun

penetapan nilai absolut) 5%

(11)

Tabel 6.5 Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke Depan

No Uraian n+1Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp.) (Juta)n+2 n+3 n+4 n+5 PendanaanTotal

1 Perkiraan Belanja

Langsung 4.200 5.000 6.000 7.000 8.000 30.200

2 Perkiraan APBD Murniuntuk Sanitasi 4.200 5.000 6.000 7.000 8.000 30.200

3 Perkiraan Komitmen

Pendanaan Sanitasi 4.200 5.000 6.000 7.000 8.000 30.200 Sumber: SSK Kota Bima Tahun 2012

Tabel 6.6 Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kab/Kota untuk Operasional/Pemeliharaan dan Investasi Sanitasi

No Uraian Belanja Sanitasi (Rp.) (Ribu) Pertumbuhanrata-rata

n-4 n-3 n-2 n-1 n

1 Belanja Sanitasi 1.1 Air Limbah Domestik

1.1.1 Biaya operasional/pemeliharaan

(justified) 357.681 293.260 261.190 146.220 137.620 -1,97

1.2 Sampah rumah tangga

1.2.1 Biaya

operasional/pemeliharaan (justified)

1.759.702 1.784.727 1.631.465 2.030.245 1.962.076 0,38

1.3 Drainase lingkungan

Sumber: SSK Kota Bima Tahun 2012

Tabel 6.7 Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten/Kota untuk Kebutuhan Operasional/Pemeliharaan Aset Sanitasi

No Uraian Biaya Operasional/Pemeliharaan (Rp.) (Ribu) PendanaanTotal

n+1 n+2 n+3 n+4 n+5

1 Belanja Sanitasi 1.1 Air Limbah Domestik

1.1.1 Biaya operasional /

pemeliharaan(justified) 300 350 400 500 600 2.150

1.2 Sampah rumah tangga

1.2.1 Biaya

operasional/pemeliharaan (justified)

1.950 2.000 2.500 3.000 4.000 13.450

1.3 Drainase lingkungan

1.3.1 Biaya

operasional/pemeliharaan (justified)

300 350 400 450 500 2000

Sumber: SSK Kota Bima Tahun 2012

Tabel 6.8 Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten/Kota dalam Mendanai Program/Kegiatan SSK

No Uraian Pendanaan (Rp.) (Milyar) Total

Pendanaan

n+1 n+2 n+3 n+4 n+5

1 Perkiraan Kebutuhan Operasional /

Pemeliharaan 2,7 3,5 4,0 5,0 6,0 21,2

(12)

No Uraian Pendanaan (Rp.) (Milyar) Total

Sumber: SSK Kota Bima Tahun 2012

6.5. Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan

regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas

dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi

APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya

sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

Tabel 6.9 Proyeksi Kemampuan APBD Kota Bima

KOMPONEN

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Pendapatan Asli

Daerah 8.423.778 11.377.528 14.166.203 29,79% 18.022.933 22.873.037 28.960.148 36.584.754 46.116.580 Dana Perimbangan 306.355.999 323.303.113 401.808.857 14,91% 452.590.985 508.532.428 570.046.085 637.563.902 711.533.023 Dana bagi hasil pajak

/ bukan pajak 36.309.013 32.438.396 31.797.200 -6,32% 28.862.858 25.968.497 23.163.157 20.484.540 17.960.586 Dana Alokasi Umum 246.392.786 267.829.417 329.098.457 15,79% 369.220.951 410.585.736 452.652.394 494.769.949 536.176.341

Dana Alokasi Khusus 23.654.200 23.035.300 40.913.200 37,50% 54.507.175 71.978.193 94.230.533 122.309.412 157.396.095

Lain-lain pendapatan daerah yang sah

74.577.438 102.839.345 65.199.949 0,65% 64.326.746 63.308.535 62.160.072 60.895.219 59.526.791

JUMLAH PENDAPATAN DAERAH

389.357.217 437.519.987 481.175.010 11,17% 534.940.666 594.714.002 661.166.306 735.043.875 817.176.394 Sumber: Hasil Analisis

6.6. Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di Kota Bima dan untuk

memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam

RPIJM, maka Pemerintah Kota Bima telah menyusun strategi untuk meningkatkan

pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Adapun rumusan strategi

peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya di Kota Bima meliputi

beberapa aspek antara lain:

(13)

 Menyiapkan plafon anggaran yang lebih memadai dan selaras dengan program

dan kegiatan yang ada pada pemerintah pusat dan pemerintah provinsi NTB

sebagai dana sharing pendamping.

2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran;

 Optimalisasi target Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui penyiapan data,

peningkatan kualitas SDM/ aparatur dan penyiapan serta implementasi efektif

dari Peraturan Daerah (Perda) maupun Keputusan Kepala Daerah yang menjadi

payung hukum dalam penetapan nilai obyek pajak dan restribusi daerah.

 Melaksanakan penataan pengelolaan maupun potensi komponen pendapatan.

 Melaksanakan koordinasi dengan Pemerintah Pusat maupun propinsi dalam

rangka perolehan dana alokasi khusus maupun dana alokasi umum.

 Secara rutin melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait yang ditujukan agar

kegiatan operasional dapat berlangsung dengan efektif, baik secara horizontal

maupun vertikal antar level pemerintahan serta kalangan profesi yang memiliki

pengaruh terhadap upaya peningkatan penerimaan daerah khususnya pajak dan

dana alokasi khusus.

 Peningkatan pengelolaan aset daerah

 Peningkatan alokasi dana perimbangan melalui pemberian informasi yang tepat

dan data yang akurat kepada pemerintah pusat maupun provinsi.

 Mendorong peningkatan lain-lain pendapatan daerah melalui penyertaan modal

pada lembaga perbankan dan efisiensi penggunaan anggaran, sehingga

meningkatkan PAD dari jasa giro dan deviden.

3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;

 Meningkatkan upaya-upaya pengalihan aset PDAM dari Pemerintah Kabupaten

Bima yang menjadi hak Pemerintah Kota Bima, atau;

 Peningkatan kinerja manajamen PDAM Bima Raya dimana Pemerintah Kota Bima

akan memiliki saham secara proporsional sebagai tambahan suntikan dana yang

dibutuhkan untuk menyehatkan kinerja PDAM tersebut.

4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan

(14)

 Meningkatkan partisipasi masyarakat dan swasta melalui proses perencanaan dan

penaganggaran yang transparan dan akuntabel serta disiplin sehingga

pelaksanaan pembangunan menjadi lebih efisien dan efektif.

5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur

permukiman yang sudah ada;

 Mengoptimalkan pola pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan sehingga

kepedulian dan rasa memiliki setiap kegiatan pembangunan dirasakan karena

masyarakat sebagai pelaku pembangunan.

 Mengoptimalkan pendapatan APBD Kota Bima yang bersumber dari retribusi yang

diberikan atas dasar pelayanan di bidang keciptakaryaan yang dimanfaatkan

kembali untuk operasional dan pemeliharaan serta rehabilitasi terhadap

infrastruktur permukiman yang telah ada.

6. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.

 Mengembangkan kerjasama regional dalam pengembangan SPAM melalui PDAM

"Bima Raya" dan pengelolaan persampahan dengan memanfaatkan TPA regional

Gambar

Grafik 6.1 Komposisi Pendapatan Daerah Kota Bima Tahun 2008-2012
Tabel 6.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Tabel 6.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 3 Tahun Terakhir
Tabel 6.4Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten/Kota untuk Sanitasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan teknik observasi oleh guru mata pelajaran (selama proses pembelajaran pada jam pelajaran), guru bimbingan konseling (BK), dan wali

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya pada pengeringan dengan Solar Tunnel Dryer (STD) terhadap mutu produk ditinjau

yang memanjang. 2) Erupsi sentral: magma keluar melalui lubang yang kecil. 3) Erupsi areal: membentuk kawah yang sangat luas. c) Gempa bumi (seisme): getaran kulit bumi akibat

Para peminum toak mengobjektivasikan bahwa dengan keberadaan minuman toak di Tuban sejak dahulu yang diberikan secara turun-temurun kepada generasi ke generasi dan memang sudah

a) Resume merupakan catatan yang berkaitan dengan pelaksanaan tatap muka yang telah dilaksanakan.. b) Penyusunan resume dapat dilaksanakan di ruang guru atau ruang lain

Menurut imam Gampong Ruak pertama yang harus disiapkan pada pelaksanaan kenduri jirat adalah menyiapkan beras, kelapa, ikan-ikan hal ini disiapkan agar masyarakat tidak

Tahapan selanjutnya adalah mengorganisasikan mahasiswa dalam belajar, semua peserta didik bergabung dalam kelompok masing-masing, dosen membagikan lembar kerja

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola sebaran panas di Kolam Pelabuhan Tambak Lorok Semarang menuju ke arah timur pada bulan Agustus 2012, kemudian ke arah