• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM b449e4ea5b BAB IVBAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM b449e4ea5b BAB IVBAB IV"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

BAB IV ... 2

ANALISIS SOSIAL, LINGKUNGAN, DAN EKONOMI ... 2

4.1 ASPEK LINGKUNGAN... 3

4.1.2 KAJIANLINGKUNGANHIDUPSTRATEGIS(KLHS) ... 10

4.2 ASPEK SOSIAL ... 12

4.2.1 ASPEKSOSIAL PADAPERENCANAANPEMBANGUNANBIDANGCIPTAKARYA... 15

4.2.2 ASPEKSOSIAL PADAPELAKSANAANPEMBANGUNANBIDANGCIPTAKARYA... 15

(2)

BAB IV

ANALISIS SOSIAL, LINGKUNGAN, DAN EKONOMI

Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan sumber yang penting bagi kehidupan

umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Sumber daya alam menyediakan sesuatu yang

diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, sedangkan

lingkungan merupakan tempat dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya. Untuk

itu, pengelolaan sumber daya alam seharusnya mengacu kepada aspek konservasi dan

pelestarian lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam yang hanya berorientasi ekonomi hanya

membawa efek positif secara ekonomi tetapi menimbulkan efek negatif bagi kelangsungan

kehidupan umat manusia. Oleh karena itu pembangunan tidak hanya memperhatikan aspek

ekonomi tetapi juga memperhatikan aspek etika dan sosial yang berkaitan dengan kelestarian

serta kemampuan dan daya dukung sumber daya alam. Pembangunan sumber daya alam dan

lingkungan hidup menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta

keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga

keberlanjutan pembangunan tetap terjamin. Pemanfaatan sumber daya alam seharusnya

memberi kesempatan dan ruang bagi peranserta masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan

dan pembangunan berkelanjutan.

Peraturan dan perundang – undangan yang berhubungan dengan SAFEGUARD adalah :

• Undang – undang No. 4 tahun 1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan

lingkungan hidup.

• Undang-undang No. 5 tahun 1990, tentang Konversi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya

• Undang-undang No. 26 tahun 2007, tentang Penataan Ruang

• Keputusan Presiden RI No. 23 tahun 1990 tentang Badan Pengendalian dampak Lingkungan

perlindungan dari bencana ekologis. Sejalan dengan otonomi daerah, kontrol masyarakat dalam

pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup merupakan hal yang

penting.

• Dengan demikian hak dan kewajiban masyarakat untuk memanfaatkan dan memelihara

keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan harus dapat dioptimalkan. Kesalahan dalam

pengelolaan dapat berpotensi mempercepat terjadinya kerusakan sumber daya alam,

termasuk kerusakan hutan lindung, pencemaran udara, hilangnya keanekaragaman hayati,

kerusakan konservasi alam, dan sebagainya. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1993

(3)

• Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

(BAPEDAL) No. 056/1994, tanggal 18 Maret 1994 tentang Pedoman Ukuran dampak

Lingkungan

• Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kep.12/MENLH/3/94, tanggal 14 Maret 1994 tentang

Pedoman Umum Upaya Pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya Pemanfaatan lingkungan

(UPL)

• Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.11/MENLH/3/94. tanggal 19 Maret 1994,

tentang jenis usaha atau kegiatan wajib dilengkapi SAFEGUARD

• Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.13/MENLH/3/94. tanggal 19 Maret 1994

tentang Pedoman Susunan Keanggotaan dan Tata Kerja KomisiSAFEGUARD

• Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.154/MENLH/3/1994, tanggal 19 Maret 1994

tentang Pedoman Umum PenyusunanSAFEGUARDKeputusan Menteri

• Pekerjaan Umum No.17/KPTS/M/2003 tentang Petapan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan

Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya

Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.

4.1 ASPEK LINGKUNGAN

Prinsip Dasar

Prinsip AMDAL secara garis besar digambarkan sebagai berikut, semua kegiatan yang diajukan

dan atau akan diusulkan harus sesuai dengan prinsip lingkungan serta telah memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

a. Pengkajian lingkungan dan rencana penanggulangannya dapat berbentuk : (i) AMDAL (atau

ANDAL dan RKL/RPL), atau (ii) UKL/UPL, tergantung kategori dampak proyek dimaksud (lihat

daftar kategori, di bawah). Penentuan kategori lingkungan untuk masing-masing proyek

mengacu pada kriteria yang ditetapkan dalam kerangka safeguard ini.

b. AMDAL dan UKL/UPL harus dipandang sebagai alat untuk meningkatkan kualitas proyek.

Karena itu, AMDAL atau UKL/UPL harus menjadi bagian tak terpisahkan dari analisis

kelayakan teknis, ekonomi, sosial, institusional dan keuangan setiap usulan proyek.

c. Sedapat mungkin proyek harus menghindari, atau meminimalkan, dampak negatif pada

lingkungan. Alternatif desain, termasuk alternatif tanpa proyek, harus dikaji dengan seksama

sebelum usulan proyek diajukan. Sebaliknya, proyek harus dirancang sedemikian sehingga

dampak positif dapat dimaksimalkan.

d. Proyek yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, dan dampaknya tidak dapat

dikelola melalui rancangan atau praktek-praktek konstruksi, harus disertai dengan AMDAL.

e. Proyek yang mengganggu habitat alam kritis, masyarakat terasing dan rentan (IVP), kawasan

(4)

• Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau.

• Asbes, berbagai tindakan pencegahan berkaitan dengan penggunaan asbes, seperti

renovasi bangunan yang menggunakan asbes, akan diterapkan.

• Bahan beracun berbahaya (B3). Proyek yang menggunakan, memproduksi, menyimpan

atau mengangkut bahan-beracun berbahaya (toksik, korosif, atau eksplosif) atau bahan

berkategori B3 dalam undang-undang Indonesia, tidak dapat dibiayai. • Pestisida, herbisida, dan insektisida.

• Kekayaan budaya. Proyek yang merusak kekayaan budaya, termasuk barang, struktur fisik

dan lokasi yang dianggap sakral atau setidaknya memiliki nilai spiritual, tidak dapat

dibiayai.

f. Karena alasan praktis, disarankan agar proyek investasi tahun I tidak termasuk proyek yang

perlu dilengkapi dengan AMDAL. Proyek-proyek dimaksud dapat diusulkan pada tahun II,

atau setelahnya.

Kategori Proyek

Safeguardlingkungan ini berlaku pada semua tahap pengembangan proyek, seperti: pengajuan

usulan, perencanaan, pelaksanaan dan pengoperasian proyek tiap proyek atau kegiatan yang

diusulkan dapat dikelompokkan ke dalam salah satu dari 3 kategori berikut. Kategorisasi serupa

berdasarkan peraturan-perundangan Nasional juga dicantumkan dalam tabel.

No. Besaran

1.

a. Pembuangan dengan sistem controlled landfill, sanitary landfill dengan

luas landfill ≥ 40 Ha

b. TPA di daerah pasang surut dengan luas landfill ≥ 25 Ha c. Pembangunan transfer station dengan kapasitas ≥ 1.000 ton/hari 2.

a. Kota sedang dan kecil dengan luas ≥ 200 Ha

b. Kota besar dengan luas ≥ 100 Ha

c. Kota Metropolitan dengan luas ≥ 50 Ha 3. a. IPLT dan/IPAL dengan luas kolam ≥ 3 Ha

b. Pembangunan sistem perpipaan air limbah dengan luas layanan ≥ 500 Ha 4.

a. Pembangunan saluran di kota besar/metropolitan

- lebar ≥ 5 m

- atau panjang ≥ 10 km

b. Pembangunan saluran di kota sedang

- lebar ≥ 10 m

- atau panjang ≥ 15 km

5.

a. Pembangunan jaringan distribusi dengan luas layanan ≥ 1.500 Ha b. Pembangunan jaringan transmisi, dengan panjang ≥ 25 Km

6. ≥ 500 liter /detik

Sumber : Permen LH No. 11 Tahun 2006

Pengambilan air dari danau, sungai, mata air atau sumber air lainnya dengan debit pengambilan

Jenis Rencana Usaha/Kegiatan

Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup untuk Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya

Persampahan

Pembangunan Perumahan/Permukiman

Drainase Permukiman

Air Bersih di kota besar/metropolitan

(5)

No. Jenis Usaha/Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

TPA di daerah pasang surut

Luas <5 Ha

Kapasitas <5.000 ton

c. Pembangunan Transfer Station

(kapasitas operasional) <1.000 ton/hari

d. Pembangunan incenerator Semua Ukuran

e. Bangunan Komposting dan daur

ulang (kapasitas sampah baku) > 4 ton/hari, >500 m2

2. Pembangunan Perumahan dan Permukiman

a. Kota Metropolitan (luas) 2 Ha s/d 25 Ha

b. Kota Besar (luas) 2 Ha s/d 50 Ha

c. Kota Sedang, Kecil (luas) 2 Ha s/d 100 Ha

3. Peremajaan Perumahan dan Permukiman

a. Kota Metropolitan & Besar ≥ 1 Ha

b. Kota Sedang ≥ 2 Ha

4. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

a. IPLT < 2 Ha

b. IPAL < 3 Ha

Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL - UPL untuk Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya

Perubahan bentang alam bau, asap pembakaran, emisi bio gas (H2S, Nox, Sox, Cox, dioxin), pencemaran air tanah maupun air permukaan

Perubahan tata guna lahan skala kawasan, perubahan daya dukung dan tingkat pelayanan kota, bangkitan LHR, bangkitan sampah dan limbah, perubahan tingkat konsumsi air bersih, perubahan koefisien KDB & KLB, perubahan volume run - off, perubahan kawasan resapan air, bau, pembahan kualitas air tanah maupun air permukaan sekitar PILT/IPAL, pembahan pola mata pencaharian masyarakat sekitar

Tabel 4. 2 Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL-UPL untuk Dinas

(6)

No. Jenis Usaha/Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus 5. Pembangunan Sistem Perpipaan Air Limbah (Sewerage)

Kota besar/metropolitan (luas

layanan) < 500 Ha

Penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik - kimiawi, proses dan hasil kegiatannya

a. Pembangunan saluran di Kota Besar & Metropolitan

Drainase Utama (panjang) < 5 Km

Drainase Sekunder dan Tertier

(panjang) 1 Km - 5 Km

b. Pembangunan Saluran di Kota Sedang

Drainase Utama (panjang) < 10 Km

Drainase Sekunder dan Tertier

(panjang) 2 Km - 10 Km *)

c. Pembangunan Salurang di Kota

Kecil (panjang) > 5 Km

*) Pembangunan drainase sekunder dan tertier di kota sedang kemungkinan melewati pemukiman padat

7. Pembangunan Bangunan Gedung

(luas lantai) < 10.000 m2

Perubahan bentuk lahan, perkotaan (air bersih, air limbah, jalan akses, drainase, area

(luas layanan) 100 Ha s/d < 500 Ha

b. Pembangunan jaringan pipa

transmisi (panjang) 2 Km s/d < 10 Km

c.

Pengambilan air baku dan sungai, danau dan sumber air lainnya (debit)

*) Skala besaran wajib UKL/UPL untuk pengambilan dari mata air >5 liter/det s/d <50 liter/det (khususnya di P. Jawa dan pulau -pulau kecil lainnya)

*) Sepanjang belum diatur oleh instansi yang berwenang

Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL - UPL untuk Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya

e. lahan, perubahan kualitas air di bagian hilir saluran. tanah yang berlebihan, intrusi air asin, perubahan kualitas air fisik - kimiawi, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial, ekonomi dan budaya

> 5 liter/det dan < 50 liter/det

(7)

Pengadaan Lahan/Tanah

Pengadaan tanah dan pemukiman kembali terpicu jika suatu proyek yang akan didanai berlokasi

pada tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh usaha privat selama lebih dari

satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus

dilakukan untuk meningkatkan, atau sedikitnya memperbaiki, pendapatan dan standar No. Jenis Usaha/Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

9.

Luas Lahan 5 Ha

Luas Lantai Bangunan < 10.000 m2

10.

a. Jumlah penduduk yang

dipindahkan 50 KK - 200 KK

Perubahan tata guna lahan

Catatan : *) ke dalam kegiatan ini termasuk kawasan yang waduk, jalan, bencana alam dan bencana sosial, dll

Sumber : Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah, Nomor : 17/KPTS/M/2003, Tanggal : 3 Februari 2003

Keterangan :

1.

2. Klasifikasi kota menurut sumber dari National Urban Development Strategic (NUDS) : a. Kota Metropolitan Populasi >1.000.000 jiwa

b. Kota Besar Populasi 500.000 - 1.000.000 jiwa c. Kota Sedang Populasi 200.000 - 500.000 jiwa d. Kota Kecil Populasi 20.000 - 200.000 jiwa e. Kota Kecamatan Populasi 3.000 - 20.000 jiwa

Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL - UPL untuk Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya

Perubahan bentuk lahan, penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik - kimia, biologi, proses dan hasilnya

mempengaruhi lingkungan sosial, ekonomi dan budaya

Pembangunan Kawasan Terpadu :Pembangunan meliputi Permukiman, perkantoran, pendidikan, olahraga, kesehatam, tempat ibadah, pusat perdagangan dan perbelanjaan

Gangguan lalu lintas, kebisingan,

Pembangunan Kawasan Permukiman untuk Pemindahan Penduduk dan atau Permukiman Kembali

Perubahan bentang alam fisik - kimia - biologi, mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam

(8)

kehidupan warga yang terkena dampak negatif akibat pengadaan tanah ini. Prinsip pengadaan

tanah dan pemukiman kembali harus dilakukan secara :

a. Transparan: Proyek dan kegiatannya yang terkait harus diinformasikan secara transparan

kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi harus mencakup, antara lain,

daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman, atau lainnya) yang akan terkena;

b. Partisipatif: Warga yang mungkin perlu dipindahkan (Displaced People - DP) harus terlibat

dalam seluruh tahap perencanaan proyek, seperti: penentuan lokasi proyek, jumlah dan

bentuk kompensasi, dan lokasi pemukiman kembali;

c. Adil: Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan warga yang terkena

dampak. Warga dimaksud memiliki hak untuk mendapatkan kompensasi yang memadai,

seperti tanah alternatif dan/atau uang kompensasi yang sama dengan harga pasar tanah dan

aset. Biaya terkait lainnya, seperti biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, harus

ditanggung oleh Pemrakarsa. Warga yang terkena harus diberi kesempatan untuk

membahas secara terpisah di antara mereka sendiri dan menyetujui syarat-syarat dan

jumlah kompensasi dan/atau pemukiman kembali;

d. Terdapat sejumlah cara untuk menghitung kompensasi: i). tanah, berdasarkan nilai pasar

setempat yang mempunyai nilai ekonomi atau keuntungan lokasional yang sama, yang

berlaku pada saat pembayaran ganti rugi; ii). bangunan, berdasarkan nilai pasar setempat

untuk kondisi/kualitas bangunan yang sama; iii). tanaman, sesuai dengan harga pasar,

ditambah perhitungan atas kerugian non-material; dan iv). aset lain, diganti dengan aset

yang minimal sama, atau dengan memperhitungkan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk

memperoleh aset yang sama.

e. Pihak-pihak terkena yang dimaksud di sini dapat termasuk orang, badan hukum, atau

lembaga yang, karena implementasi proyek, terkena dampak dalam bentuk seperti: a).

faktor fisik, berupa tanah, bangunan, tanaman, atau aset lainnya; dan b). faktor non-fisik,

berupa manfaat lokasional, akses ke tempat kerja, infrastruktur, dan sebagainya.

Berdasarkan alas haknya, kategori spesifik warga atau pihak yang terkena adalah sebagai

berikut: i).pemilik – orang yang memiliki hak atas tanah, termasuk masyarakat adat

pemegang hak ulayat; ii). penyewa - orang atau pihak yang menguasai tanah berdasarkan

perjanjian atau kesepakatan tertentu dengan pemilik tanah; iii). penggarap – orang atau

pihak yang menguasai tanah secara fisik tanpa alas hak, atau perjanjian dengan pemilik

tanah; dan iv). nadzir – orang atau pihak yang mengelola tanah wakaf.

f. Warga atau pihak yang terkena perlu menyepakati suatu nilai kompensasi tertentu, atau jika

dapat diterima, secara sukarela menyumbangkan sebagian tanah dan asetnya kepada

(9)

Forum Stakeholders, akan diatur untuk menjamin bahwa warga atau pihak tersebut dapat

mengambil keputusan secara independen.

g. Pemberian secara sukarela hanya dapat dipertimbangkan jika warga yang terkena

mendapatkan manfaat langsung yang jauh melebihi harga tanah (dibuktikan dengan

perhitungan yang dilakukan oleh kedua belah pihak), sama dengan atau kurang dari 10% dari

luas tanah tersebut, dan dikuatkan oleh surat persetujuan yang ditandatangani oleh warga

dimaksud setelah mereka melakukan pembicaraan terpisah seperti dimaksud pada butir F di

atas dan mendapatkan penjelasan atas hak-hak mereka. Tim Pemantau Safeguard harus

memastikan bahwa tidak ada paksaan atas warga tersebut untuk memberikan tanahnya

secara sukarela. Persetujuan ini harus didokumentasikan dalam dokumen resmi (legal).

Proyek harus sudah memiliki batas-batas (alignment) tanah yang dibutuhkan, jumlah warga yang

harus dipindahkan, informasi umum tentang pendapatan dan mata pencaharian warga tersebut,

dan harga pasar tanah yang berlaku, yang diajukan oleh Pemrakarsa dan didukung oleh formulir

NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak), sebelum pengadaan tanah (dengan atau tanpa pemukiman

kembali) dilaksanakan Apabila ada konflik atau inkonsistensi antara peraturan-perundangan yang

berlaku di Indonesia dan prinsip atau prosedur yang ditetapkan dalam kerangka pengadaan tanah

ini, maka Pemerintah Republik Indonesia, termasuk Pemerintah Kota/Kabupaten peserta USDRP,

akan mengabaikan peraturan-perundangan tersebut sejauh diperlukan, sehingga implementasi

kerangka ini dapat berlangsung efektif :

- Proyek harus disosialisasikan dan dikonsultasikan dengan pihak yang berkepentingan,

khususnya warga yang dipindahkan.

- Sosialisasi dan konsultasi harus meliputi: informasi menyeluruh mengenai ukuran, isi,

rencana pelaksanaan, keuntungan dan risiko, serta dampak negatif yang mungkin terjadi

akibat proyek yang diusulkan.

- Warga yang dipindahkan harus memahami hak-haknya, memiliki cukup waktu dan

kesempatan untuk berdiskusi dan mengambil keputusan secara independen.

- Setiap keputusan dan rencana safeguard harus diinformasikan secara luas kepada

orang-orang yang dipindahkan.

Yang berhak menerima santunan :

• Pemilik-pemegang hak atas lahan, termasuk lahan ulayat (masyarakat adat), bangunan,

tanaman, atau aset lainnya;

Penyewa-menguasai lahan berdasarkan perjanjian dengan pemilik lahan;

(10)

Cara menghitung kompensasi :

Prinsip: kompensasi merupakan biaya penggantian nyata yang memungkinkan warga yang

terkena proyek dapat membeli lahan, bangunan,atau aset lainnya sesuai dengan besaran dan

kualitas yang dimiliki sebelumnya.

Contoh cara menghitung :

Lahan: berdasarkan nilai pasar setempat, untuk nilai dan keuntungan lokasi yang sama,

yang berlaku saat pembayaran ganti rugi;

Bangunan:berdasarkan nilai pasar setempat untuk kondisi / kualitas bangunan yang sama;

Tanaman:sesuai harga pasar, ditambah dengan perhitungan atas kerugian immaterial

Aset lain: diganti dengan aset yang minimal sama, atau dengan memperhitungkan biaya

untuk memperoleh aset yang sama

Pengaduan /klaim :

Keluhan atau pengaduan berkenaan dengan pelaksanaan pengadaan lahan disampaikan ke :

Pemda, sebagai Pemrakarsa

Forum Stakeholders

Tim Pengawas Safeguards

Materi yang tertuang dalam dokumen AMDAL/UKL/UPL :

Identitas Pemrakarsa: nama lembaga, nama penanggungjawab rencana kegiatan, dan alamat

kantor.

a. Rencana Kegiatan : nama, lokasi, skala kegiatan, garis besar komponen rencana kegiatan

(Prakonstruksi, konstruksi, dan operasi)

b. Dampak Lingkungan yang Akan Terjadi: kegiatan yang menjadi sumber dampak, jenis, dan

besaran dampak

c. Program Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan:langkah-langkah untuk mencegah dan

mengelola dampak, termasuk untuk menanggulangi keadaan darurat; Kegiatan

pemantauan, tolok ukur untuk menilai efektivitas pengelolaan lingkungan.

d. Tanda Tangan dan Cap:menyatakan komitmen Pemrakarsa untuk melaksanakan UKL/UPL

tersebut.

4.1.2 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPIJM

per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2)

kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan

intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran

(11)

alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau

terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7)

peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.

Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi

menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

Tahap selanjutnya setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas

tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak berpengaruh terhadap kriteria

penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No.9/2011 tentang Pedoman

Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa

KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan

persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM.

Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM berpengaruh terhadap kriteria

penapisan di atas maka Satgas RPIJM didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun

KLHS dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan,

dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:

a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya.

b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan.

c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

d) Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah

2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program untuk

mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan kebijakan, rencana, dan/atau

program dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan

disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji potensial memberikan

dampak negatif pada pembangunan berkelanjutan, maka dilakukan pengembangan

beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana

dan/atau program yang ada.

Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan kebijakan,

rencana dan/atau program ini dengan mempertimbangkan antara lain:

a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana,

dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau

bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

(12)

c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan,

rencana, dan/atau program.

d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.

3. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

4.2 ASPEK SOSIAL

Prinsip Dasar

Analisis dampak Lingkungan dan sosial proyek adalah suatu kegiatan pengkajian mengenai

dampak-dampak lingkungan dan sosial negatif maupun positif yang diprediksikan akan terjadi di

saat dan setelah proyek dilaksanakan. Kegiatan ini penting dilaksanakan sebagai bagian dari

upaya safeguard lingkungan dan sosial. Analisa dampak lingkungan dan sosial perlu dilakukan

terkait dengan isu-isu strategis yang melingkupi proses rekonstruksi dan rehabilitasi antara lain

sebagai berikut :

1. Lapangan Pekerjaan (Temporer)

Tahapan kegiatan proyek yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap terbukanya

kesempatan kerja dan usaha produktif bagi masyarakat adalah tahap pembangunan. Pada

tahap ini terdapat kegiatan mobilisasi tenaga kerja yang membutuhkan sejumlah tenaga

kerja baik tenaga kerja yang memiliki ketrampilan khusus maupun unskilled. Peluang kerja

ini dapat diisi oleh penduduk yang tinggal di sekitar kegiatan pembangunan. Selain peluang

kerja, kegiatan-kegiatan tersebut juga dapat menumbuhkan aktifitas usaha masyarakat baik

formal maupun informal.

2. Perubahan Pola Pemikiran dan Peningkatan Kapasitas SDM

Kegiatan proyek yang berpotensi melahirkan dampak perubahan pola pemikiran dan

peningkatan kapasitas SDM di masyarakat adalah kegiatan pengorganisasian masyarakat dan

penguatan kapasitas kelompok baik pada tahap persiapan, perencanaan maupun tahap

pembangunan.

3. Penguatan Organisasi Masyarakat

Kegiatan proyek melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak

terhadap menguatnya organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat.

4. Kearifan Lokal

Kegiatan proyek yang dilakukan melalui pendekatan berbasis komunitas yang berpotensi

melahirkan dampak terhadap menguatnya kearifan-kearifan lokal (local wisdom). Penguatan

kearifan lokal ini dapat dilihat melalui proses kegiatan yang secara konsisten dilakukan melalui

pertemuan-pertemuan atau rembug-rembug warga, hal ini dapat mendorong menguatnya

nilai-nilai kegotongroyongan, solidaritas sosial, kejujuran, keterbukaan, demokrasi dan penghormatan

(13)

5. Keterbukaan dan Demokrasi

Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi

melahirkan dampak terhadap terselenggaranya proses demokratisasi dan keterbukaan

masyarakat. Demokratisasi dan keterbukaan ini dapat di lihat dari proses dan dinamika warga

masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan, baik dari proses paling awal seperti saat

perencanaan hingga ke proses pelaksanaan pembangunan.

6. Transparansi dan Akuntabilitas

Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas yang berpotensi

melahirkan dampak terhadap terselenggaranya transparansi dan akuntabilitas, hal ini dapat

dilihat terutama dalam tahapan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan (khususnya dalam

konteks pengelolaan dana pembangunan).

7. Perubahan Pola Hidup/Kebiasaan

Kegiatan proyek berpotensi menimbulkan dampak terhadap pola hidup/kebiasaan masyarakat di

sekitar wilayah kegiatan dari sejak tahap persiapan, perencanaan sampai tahap pembangunan.

Perubahan pola hidup/kebiasaan tidak terlepas dari keberadaan manusia sebagai makhluk sosial

yang selalu melakukan interaksi baik terhadap sesamanya maupun terhadap lingkungan di

sekitarnya. Kegiatan pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok

diperkirakan menimbulkan dampak terhadap pola kebiasaan masyarakat yang berhubungan

dengan konstruksi relasi social dan cara-cara masyarakat mengambil keputusan.

8. Konflik Sosial

Kegiatan pengambilan keputusan dalam penetapan program pembangunan, pengelolaan

keuangan dan kegiatan pengadaan material merupakan kegiatan yang sangat potensial

menimbulkan konflik sosial baik vertikal maupun horisontal. Konflik vertikal terjadi akibat

ketidaksepahaman antara apa yang menjadi tujuan dari masyarakat dengan kebijakan proyek

yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya kuatnya intervensi pemerintah dan aparat

desa/kelurahan. Konflik horisontal terjadi karena terjadinya sikap pro dan kontra di masyarakat

terhadap rencana pembangunan, selain itu karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan

yang dilakukan oleh oknum ataupun kelompok kepentingan di dalam masyarakat itu sendiri.

9. Marginalisasi Kelompok Perempuan dan Kelompok Rentan Lainnya

Masih terdapat faktor sosial dan budaya yang menghambat kaum perempuan dan kelompok

rentan lainnya (lansia, janda, difabel, dan anakanak) untuk berpartisipasi aktif dalam

perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi.

Sering kali, para perencana bekerja melalui para elite laki-laki, yang tidak akan mewakili

komunitas keseluruhannya, khususnya kaum perempuan. Oleh karena itu diperlukan

(14)

10. Sikap/Persepsi Negatif Masyarakat

Sosialisasi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, aturan main yang sepenuhnya tidak

ditegakkan, proses kegiatan pendampingan yang tidak optimal, akan menimbulkan sikap dan

persepsi negatif di masyarakat. Masyarakat telah kehilangan kepercayaan terhadap segala

kegiatan yang dilaksanakan. Potensi munculnya persepsi negatif masyarakat terutama apabila

kegiatan proyek Re-Kompak menimbulkan dampak negatif terhadap aspek ekonomi, budaya,

kesehatan dan lingkungan. Sikap/persepsi negatif yang berakumulasi dalam jangka waktu lama

akan menimbulkan keresahan di masyarakat dan berpotensi menimbulkan konflik baik vertikal

maupun horizontal.

11. Pembebasan Lahan/Tanah

Dalam perencanaan pembangunan dimungkinkan terdapat sebagian atau seluruhnya

lahan/tanah milik perorangan atau kelompok (pemerintah/swasta) yang akan digunakan sebagai

tapak pembangunan infrastruktur sehingga dalam implementasinya akan dilaksanakan

pembebasan terhadap lahan/tanah tersebut. Dalam proses pembebasan lahan/tanah tersebut

dimungkinkan akan menimbulkan dampak terjadinya perselisihan yang membutuhkan

penanganan secara komprehensif dengan melibatkan pihak-pihak terkait dengan suatu

pendekatan dan cara yang manusiawi dan berkeadilan.

Tujuan Kegiatan

Tujuan umum dilakukan kegiatan ini adalah dalam rangka membuat analisis dampak sosial

terhadap Pelaksanaan Proyek yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi

masyarakat sasaran proyek, Pemerintah, Lembaga Donor dan Pelaksana Proyek dalam

melakukan evaluasi kebijakan selama proyek berjalan.

Secara khusus tujuan dari kegiatan ini adalah :

a. Mengidentifikasi dampak penting dari rencana kegiatan pembangunan yang berpotensi

menjadi sumber dampak terhadap lingkungan sosial masyarakat. Dampak penting yang timbul

dapat berupa dampak positif maupun negatif baik langsung maupun tidak langsung.

b. Mengidentifikasi rona lingkungan sosial terutama yang akan terkena dampak pada saat

pembangunan dilaksanakan. Komponen lingkungan sosial yang akan diidentifikasi mencakup

demografi, sosial ekonomi, dan budaya masyarakat.

c. Mendeskripsikan dan mengukur dampak penting dari kegiatan yang berpotensi terhadap

lingkungan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat, baik positif maupun negatif.

d. Menganalisis kemungkinan pencegahan dan atau pengendalian terhadap dampak yang tidak

dikehendaki dan meningkatkan dampak yang dikehendaki agar masyarakat mendapatkan

manfaat dari perubahan yang terjadi.

e. Memantau pelaksanaan pembangunan (untuk memantau dampak yang nyata dan terjadi)

(15)

Kegunaan Kegiatan Analisis Dampak Sosial

a. Membantu pengambilan keputusan dalam pemilihan alternatif yang layak bagi pelaksanaan

pembangunan dari segi lingkungan sosial ekonomi dan budaya.

b. Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan sosial dalam setiap tahapan rencana kegiatan

pembangunan.

c. Sebagai pedoman untuk kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sosial.

Memberikan informasi bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan dampak positif dan

menghindari dampak negatif yang mungkin timbul dari kegiatan pembangunan perumahan

dan lingkungan.

4.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Kemiskinan

Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu

melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak- lanjuti

adalah isu kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang

disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting, persebaran,

karakteristik, sehingga kebutuhan penanganannya.

Pengarusutamaan

Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang

Cipta Karya terhadap gender. Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan suatu pemetaan

awal untuk mengetahui bentuk responsif gender dari masing-masing kegiatan, manfaat, hingga

permasalahan yang timbul sebegai pembelajaran di masa dating.

4.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi

berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat

penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi,

pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman

kembali.

4.2.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya harus memberi manfaat bagi masyarakat.

Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana

dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang

menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk

mendapatkan akses pelayanan tersebut. Hasil identifikasi aspek social pasca pelaksanaan

Gambar

Tabel 4. 2 Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL-UPL untuk Dinas

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam penelitian yang berjudul “ Sistem Informasi Pembayaran pada SMP Negeri 1 Bayat ” ini agar lebih jelas penulis menekankan pada : pembayaran buku,

e. Hak atas Tanah adalah hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria dan hak lain

SAI GARMENTS INDUSTRIES DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP DEMING CYCLE USE-PDSA ” adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi pendidikan S-1 pada Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen

Lampung, maka laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pringsewu pada tahun. 2009 berada pada peringkat

Bagi peneliti, manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu dapat memberikan pengalaman kepada para guru dan memberikan contoh kepada siswa dalam proses peningkatan perilaku

Salah satu karunia dari-Nya adalah terselesaikannya penelitian dan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu prasyarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Pernyataan piutang ini merupakan unsur pengendalian intern yang baik dalam pencatatan piutang, dengan mengirimkan secara periodik pernyataan piutang kepada setiap

Mengingat begitu luasnya permasalahan yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi impulse buying , agar permasalahan yang diteliti lebih terfokus maka dalam