• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upgrade Dirimu Jadi Baru. Iwan Pramana, M. Nur Fannie Prasetyo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Upgrade Dirimu Jadi Baru. Iwan Pramana, M. Nur Fannie Prasetyo"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

Upgrade Dirimu Jadi Baru

Iwan Pramana, M. Nur Fannie Prasetyo

(2)
(3)

Upgrade Dirimu Jadi Baru

(4)

Self Coaching: Upgrade dirimu jadi baru

Penulis:

Iwan Pramana, M. Nur Fannie Prasetyo Cover:

Nomor ISBN: 978-623-6996-07-2

Penerbit:

PT Insan Mandiri Cendekia Redaksi:

Gedung Palma One lantai 7 Suite 709 Jl. Rasuna Said Kav X2 Kuningan Jakarta Selatan 12950

Telp : (021) 522 8094 Cetakan I Februari 2021

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun tanpa ijin tertulis dari penerbit.

Photo by Alex Iby on Unsplash.com

(5)

Kata Pengantar

Ini adalah buku coaching sederhana yang berusaha menangkap sinyal-sinyal kecil yang hadir untuk meningkatkan kualitas coaching kita. Kali ini yang dibahas adalah self-coaching. Buku ini ditulis karena buku mengenai self-coaching terbilang masih sedikit jika dibanding dengan buku coaching secara umum.

Selain itu, bagi beberapa orang, melakukan

self-coaching lebih nyaman dibanding harus curhat

ke coach atau orang lain. Alasannya bermacam-macam. Misalnya, topik yang akan diperbincangkan termasuk dalam ranah yang sangat pribadi,

(6)

menyangkut keamanan dan kenyamanan orang lain, pernah mencoba dengan coach sebelumnya tapi tapi gak berhasil atau karena alasan sederhana: ingin coba sendiri aja dulu (kayak iklan salah satu

marketplace). Apa pun alasannya, semoga dengan membaca buku ini, kita semua dapat mengupgrade diri kita masing-masing sehingga jadi lebih baru dibanding kemarin.

Selamat membaca, semoga Anda menemukan apa yang Anda cari di buku ini.

Jakarta, Februari 2021 Penulis

(7)

Menjadi Diri Yang Baru

Menjadi lebih baik dan melakukannya secara mandiri . Inilah dua hal yang sangat dicari banyak orang .

Anda tidak salah dalam memilih buku ini untuk dinikmati, baik secara santai maupun serius .

Ditulis oleh dua Coach sahabat saya, Mas Iwan Pramana dan Mas

M. Fannie Prasetyo , menghadirkan uraian yang segar, simple dan

sistematis untuk memahami esensi “Self-Coaching.”

Menangkap pemahaman apa itu “5 hal penting” dan “4 kualitas yang diperlukan” menjadi saangat jelas dan mudah. Jika anda adalah professional di dunia kerja, atau orang tua atau bahkan remaja sekalipun, buku ini akan sangat membantu kita semua untuk merasa “bisa” dan tergerak untuk menerapkan prinsip-prinsip pengarahan diri ( self coaching). Penting sekali bagi

(8)

perusahaan, organisasi dan masyarakat, keluarga dan bahkan individu untuk mengadopsi dan menerapkannya, dan kita pasti tahu; para penulis inilah yang terbaik dalam menyampaikan materinya .

Selamat kepada Mas Iwan dan Mas Fannie atas karyanya ini. Produktivitas dan mulianya niat untuk berbagi sungguh menggugah kita semua .

SalamJAYA selalu!

Indra Budiman. CPC, HR Director PT.PetroJaya Boral Plasterboard

– pembelajar@JAYABOARD #kinidanseterusnya .

(9)

Buku yang sangat inspiratif..

Tidak saja memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai self-coaching secara praktis dan mudah dipahami, akan tetapi yang paling penting adalah dapat menumbuhkan ide dan motivasi para pembacanya untuk dapat meningkatkan kemampuan diri serta melakukan pemecahan masalah dirinya secara mandiri melalui metode yang relatif mudah untuk dilakukan.

Sangat tepat dibaca oleh siapa saja yang ingin meningkatkan kualitas diri melalui dirinya sendiri.

Dwi Hertyanto Santoso

Praktisi Sales & Marketing

(10)

Buku ini dapat memberikan solusi bagi kita jika di satu sisi ada persoalan yang tidak dapat diungkapkan kepada orang lain karena hal tersebut bersifat sangat pribadi dan tidak nyaman apabila di ceritakan kepada orang lain, namun di sisi lain kita membutuhkan jalan keluar terbaik dari persoalan tersebut, maka sebagai jalan tengahnya self-coaching akan membantu kita untuk menemukan solusi terbaik tanpa perlu rasa khawatir akan hal privasi yang dapat diketahui oleh orang lain.

Verry Chandra

Head of Training Marcco Consulting

(11)

Buku ini berguna untuk melakukan refleksi diri sehingga dapat melakukan coaching secara mandiri. Buku ini sangat

direkomendasikan bagi yang ingin menjadi coach bagi dirinya sendiri.

Eval Wari, ACC

Secretary General ICF Jakarta Charter Chapter 2021-2022

(12)

Why ……… 1

What ……… 10

How ……… 15

Model ……… 51

Praktek ……… 71

Upgrade Jadi baru ……… 97

Wrap Up ……… 101

Daftar Pustaka ……… 105

Profil Penulis ……… 106

Daftar Isi

(13)
(14)

Adakalanya dalam hidup ini baik dalam

kehidupan personal dan profesional, ada hal-hal yang menurut pertimbangan kita kurang pantas jika

diungkapkan ke orang lain. Bisa jadi itu karena: 1. Hal itu termasuk

dalam ranah pribadi. Sangat pribadi menurut kita, yang kalau diungkapkan akan membuat diri kita – dalam bahasa umum - tidak nyaman. Topiknya bisa macam-macam, baik keilmuan atau pun perasaan yang dipendam berkilo-kilometer di dasar bumi.. Fr ee pi k.c om 2

(15)

2. Topiknya menyangkut orang lain. Tentu saja orang itu bukan orang sembarangan di mata kita. Dia “seseorang” yang kalau kita “buka” –

meski dengan tidak sengaja - dalam koridor coaching, kalau orangnya tahu… wah.. bisa

berabe.

Coach yang diakreditasi ICF sangat memahami poin nomor

1 dan 2. Adalah pelanggaran berat jika membocorkannya. Kredensial yang dimiliki bisa dicabut.

Freepik.com

(16)

3. Topiknya terlalu receh. Bisa-bisa nanti diketawain dan merusak reputasi tidak hanya diri sendiri, tapi juga perusahaan/ institusi yang kita wakili.

4. Kita ingin melatih diri sendiri untuk mengembangkan kemampuan self-coaching. Mungkin selama ini kita sudah menjadi coach buat orang lain, tapi belum pernah dilatih efektivitasnya untuk diri sendiri. Nah, sekaranglah saat yang tepat untuk memulainya.

suara.com

Freepik.com

(17)

5. Mau mengukur seberapa dekat situasi kita saat ini terhadap goal kita. Satu hal yang terkadang terlewat dari pembuatan goal adalah kita tidak tahu sedang di mana saat ini. Bagaimana kita akan naik pesawat

5

menuju Jakarta sementara kita sendiri saat ini berada di Karawang? Walau pun bisa, tapi perlu merubah titik saat ini, mungkin tidak lagi dari Karawang tapi dari Semarang atau Jogja. Setidaknya menyadari bahwa saat ini sedang berada dimana. Pada situasi ini diperlukan kesadaran yang tinggi.

(18)

6. Mau mengukur sampai sejauh mana

mindset dan kualitas kita terhadap

pencapaian goal tersebut. Jangan-jangan mindset dan kualitas kita yang salah selama ini. Terkadang kita berharap hasil yang berbeda dengan

6

melakukan cara yang sama. Tentu hal ini tidak mungkin terjadi. Seperti kata Einstein, untuk mendapatkan hasil yang berbeda maka perlu memiliki cara yang berbeda atau merubah caranya. Sama halnya dengan why nomer 5, why no 6 ini memerlukan kesadaran tinggi.

(19)

Selain ke enam alasan tersebut, mungkin Anda punya alasan sendiri mengenai hal-hal apa yang menurut pertimbangan lebih enak diselesaikan sendiri?

(20)

Mencari solusi sendiri itu bukan perkara receh. Apalagi jika kita tidak bisa membaginya ke orang lain. Eh, ‘masalah’ gak selalu negatif lho ya. Bisa juga upaya kita untuk lebih naik kelas. Tetapi ya itu tadi, kembali ke batasan-batasan yang kita miliki sehingga enakan diselesaikan sendiri. Karena itu kita perlu metode. Apa itu? Salah satunya: self-coaching.

Hand photo created by rawpixel.com - www.freepik.com

(21)

Photo by Eileen Pan on Unsplash.com 9

(22)
(23)

Gambar oleh Thomas Wolter di pixabay.com

(24)

Self-coaching dalam

bahasa sederhana adalah

“melakukan coaching kepada

diri sendiri.”

(25)

Manfaatnya sama dengan coaching yang dilakukan bersama orang lain. Secara umum, jika dalam proses coaching seorang coach membantu

coachee untuk memaksimalkan potensi yang

dimilikinya dengan berpikir kreatif, menemukan ide-ide baru, menemukan alasan / motivasi

melakukannya, memproyeksikan keadaan yang lebih

13

baik di masa depan (apa pun statusnya hari ini) dan membuat rencana mencapainya, maka self-coaching juga seperti itu, cuma untuk diri sendiri. Selain itu juga bisa membantu menyadari seberapa berkualitas kita dan seberapa bertumbuhnya kita.

(26)

Jangan-jangan selama ini kita berharap mencapai

goal atau solusi hanya

dengan rebahan. Dengan

menyadari kondisi tersebut semoga kita akan tahu besarnya potensi yang ada dalam diri.

14

(27)
(28)

And you?

When will you begin that

long journey into yourself?

(29)

Bagaimana cara melakukan self-coaching? Ada beberapa rujukan yang bisa dipilih kalau kita

googling. Masing-masing dengan segala kelebihan

dan keterbatasannya.

Tetapi secara umum ada lima hal penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan ketika kita melakukan

self-coaching1).

(30)

Self-Commitment Self-Assessment Develop Self-Instructions Benchmarking Practice 18 presentationGO.com

(31)

Self-Commitment

Self-Commitment adalah hal paling dasar dalam

melakukan coaching. Tidak hanya dalam

self-coaching, tetapi ia diperlukan dalam setiap aspek

kehidupan untuk melakukan suatu akvititas yang sukses dan gagalnya tergantung diri sendiri.

19

(32)

20

Jika ini pertandingan, inilah pertandingan yang sulit: • Karena wasit, pemain dan penontonnya adalah

orang yang sama.

• Aturan mainnya ditentukan oleh diri sendiri. • Menang kalahnya ditentukan oleh diri sendiri. • Kapan permainan berakhir dan hasilnya

bagaimana, diri sendiri juga yang menentukan.

(33)

Ini pertandingan yang butuh stamina fisik dan mental yang besar. Namun begitu, sulit bukan berarti tidak bisa dilakukan dan dimenangkan. Sulit,

hanyalah sebuah parameter di mana kita benar-benar diminta mengerahkan segenap kemampuan untuk memenangkannya.

news.sky.com

(34)

Self-commitment adalah bahan utama sukses

atau gagalnya suatu self-coaching. Semoga sampai di halaman ini Anda sudah mulai mencari-cari

komitmen apa yang Anda miliki untuk melakukan self-coaching. Self-commitmentsaya ….

Jika belum berhasil menemukannya Anda bisa menggunakan metode berikut:

(35)

Karena itu, proses ini menjadi proses dasar yang penting! Temukan alasanmu terlebih dahulu. Alasan tidak perlu masuk akal, terukur dan syarat lainnya. Yang penting bisa menggerakkan kita untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan. Titik. Nah, pertanyaan berikutnya, bagaimana kita tahu bahwa alasan itu sudah cukup kuat bagi diri kita sendiri?

Gampang…. 

23

1. Menemukan alasan yang KUAT mengapa ingin melakukannya2).

Alasan yang kuat akan membuat orang bergerak ke arah yang diinginkan. Begitu pula sebaliknya.

(36)

24

Gini caranya. Lihatlah gambar disebelah. Jika anak tangga itu simbol kekuatan alasan yang Anda miliki. Kira-kira.. di anak tangga ke berapa kekuatan alasan Anda untuk melakukan self-coaching untuk topik yang Anda pilih? 1: paling lemah. 10: paling kuat. Di angka berapa?

Jawaban mengenai makna angka yang Anda pilih silahkan lihat di bagian belakang buku. presentationGO.com

(37)

Photo by Martha Dominguez de Gouveia on Unsplash.com

Alasan

bisa

berkarat

jika

tak

dirawat

25

(38)

3. Memvisualisasikan kegagalan bila tak tercapai

Visualisasikan (membayangkan) ketika hal yang Anda inginkan tidak tercapai. Bayangkan hal terburuk sehingga Anda tak mau berada di kondisi itu.

26

2. Memvisualisasikan keberhasilan yang Anda capai

Visualisasikan (membayangkan) ketika hal yang Anda inginkan tercapai. Sejak buku The Secret meledakkan awareness orang-orang mengenai pentingnya visualisasi, kini banyak orang menggunakan cara ini.

(39)

Denis Waitley, pada tahun 1984 mulai melatih para atlet Olimpiade Amerika menggunakan kekuatan visualisasi untuk meningkatkan performa mereka. Dalam bukunya The Psychology of Winning, ia menggambarkan bagaimana atlet Olimpiade yang ditanganinya menjalankan perlombaan lari dalam pikiran mereka.

Dalam keadaan bervisualisasi, para atlet kemudian dihubungkan ke mesin biofeedback yang menunjukkan bahwa otot yang sama, dalam urutan yang sama, bekerja dengan cara yang sama seperti saat mereka berlari di lintasan.

(40)

Menurut Waitley, ini membuktikan bahwa pikiran tidak dapat membedakan antara apa yang nyata dengan apa yang dibayangkan! Para atlit yang dibimbingnya sukses dalam olimpiade saat itu sehingga bukunya menjadi bahan bacaan standar bagi para atlet sampai hari ini3).

(41)

Self-Assessment adalah tahapan dimana kita

mengevaluasi diri secara terbuka. Perhatikan:

1. Blindspot

2. Transisi 3. Bahasa

Self-Assessment

(42)

1. Blindspotadalah wilayah dari diri kita yang kita tidak tahu dengan baik, tapi orang lain tahu. Jika kita merasa bahwa topik self-coachingnya seperti ada yang kurang, bisa jadi hal tersebut masuk di area

blindspot. Tampaknya di sini kita butuh kehadiran

orang lain hanya untuk menyampaikan blindspot kita. Untuk memahami mengenai blindspot, silahkan

googling“Johari Window.”

and yek lun d.c o m

(43)

2. Transisi. Jika Anda sedang dalam tahap transisi sebuah perubahan, maka Anda perlu memperhatikan juga kondisi emosi internal yang sedang Anda alami. Di posisi manakah saya dalam Kurva Kubler-Ross?

(44)

Ini gambar asli Kurva Kubler-Ross yang

dipublikasikan di buku On Dead and Dying tahun 1970, merupakan hasil penelitian dari pasien yang ‘tinggal menunggu ajal’ karena penyakit yang tidak bisa disembuhkan (fatal illness)4).

(45)

3. Bahasa. Bahasa adalah simbol pikiran kita. Tanpa sadar, bahasa yang kita gunakan merupakan

cerminan dari yang ada di dalam pikiran. Karena itu, perhatikan bahasa-bahasa berikut karena merupakan

jebakanuntuk melakukan self-assessment dengan

baik.

1. Sombong

Ketika kita sedang melakukan

self-assessment, adakalanya kita

menangkap ada hal yang perlu kita lakukan agar keadaan membaik.

33

Namun kadang ada ‘suara-suara’ dari diri kita yang lain yang merasa bahwa hal itu tak perlu dilakukan. Merasa sombong, arogan, superior. Padahal yang

(46)

diperlukan saat ini adalah kita bisa melihat diri kita lebih jernih. Bukan malah merasa super. Jika ini muncul, maka tidak akan ada hasil coaching yang bisa ditindaklanjuti, karena semuanya dinetralkan oleh arogansi yang muncul. Contoh kata-katanya sebagai berikut:

• “Sudah, gak usah macam-macam!”

• “Masa’ untuk hal begini saja kita harus melakukan hal receh gitu.?”

• “Stop! Ga usah diterusin. Gak berguna!” • “Merepotkan diri sendiri saja. Besok saja!” • “Gampanglah itu, nanti saja kapan-kapan.

Sekarang tidur dulu.”

(47)

2. Seharusnya

Ini agak samar karena tampak baik. Tapi sebenarnya kata-kata ini merendahkan diri sendiri karena menganggap diri sendiri tak berdaya.

35 Contoh:

“Seharusnya aku lebih kurus.” (-) Akan lebih baik diganti dengan:

“Aku akan olah raga dan mengurangi makanan berlemak.” (+)

“Seharusnya gak begini kejadiannya.” (-) “Aku akan menjelaskan kronologinya.” (+) “Sial! Seharusnya aku datang kemarin.” (-) “Aku akan datang nanti sore dan minta maaf.” (+)

(48)

3. Khawatir

Khawatir sebenarnya wajar, yang penting adalah apa yang perlu dilakukan supaya kekhawatiran itu tidak berlanjut.

36 Contoh:

“Gimana kalo besok presentasiku jelek?” (-) Akan lebih baik diganti dengan:

“Supaya presentasiku bagus, aku akan latihan.” (+) “Gimana kalau besok macet?” (-)

“Hari ini aku akan googling cari rute alternatif.” (+) “Gimana kalo ternyata semua sia-sia?” (-)

“………...” (+)  isi sendiri ya

(49)

4. Vonis

Vonis adalah pandangan kita

terhadap sesuatu meski belum tentu benar. Ini umumnya merupakan akumulasi pengalaman/ informasi.

37

Untuk mengatasi hal ini, butuh ‘ngobrol’ dengan diri sendiri lebih dalam.

Contoh:

“Kamu bodoh.”

“Hidupku tak berguna.” “Ah, laki-laki sama aja!”

“Kamu, dari dulu selalu begitu!” “Dia memang gak suka sama aku.”

“………”  isi sendiri ya

(50)

Tahap berikutnya adalah Develop Self-Instruction dimana Anda diminta untuk membuat instruksi sendiri apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dari

self-coaching yang dilakukan. Bisa jadi hal-hal ini

sudah kita lakukan, hanya belum tertulis.

Develop Self-Instructions

(51)

Contoh:

Goal self-coachingnya adalah:

Meningkatkan performa di kantor (dari nilai B- ke A+ periode Juni-Desember 2021.

Self-Instructionnya:

Pagi 08.00-12.00 (standar) 1. Buka & reply email – 10%

2. Admin stuff (bikin surat dll) – 10% 3. Main item (tugas lapangan) – 80%

Siang 13.00-17.00 (standar)

1. Masih tugas lapangan/ Reporting– 70% 2. Meeting temuan di lapangan – 20% 3. Review hari ini & prep buat besok – 10%

(52)

Catatan: Self-instruction yang dibuat tergantung dari

goal self-coachingnya. Jadi bisa sangat berbeda

antara satu dan yang lainnya. Intinya, self-instruction bertujuan agar hasil self-coaching yang dilakukan dapat dijalankan secara mandiri.

(53)

Benchmarking adalah tahapan di mana kita

membandingkan apa yang sudah kita lakukan dengan orang lain. Namun begitu, mencari

pembanding tidaklah mudah, apalagi jika kasusnya sensitif, kita kudu pinter-pinter cari celahnya.

Benchmarking

(54)

Practice adalah tahapan akhir di mana kita

mempraktekkan hasil self-coaching. Jangan lupa untuk mencatat hal-hal penting dalam prosesnya agar bisa diadjust jika ada deviasi yang terjadi.

Practice

(55)

Selain 5 hal penting diatas, ada empat kualitas yang perlu hadir dalam melakukan

self-coaching.

(56)

44 presentationGO.com

Berikut adalah ke empat hal tersebut:

High Awareness

Open Minded

Curious

(57)

Menyadari rasa, pikiran, yang melintas,

mindset, kualitas diri dan peran yang hadir dari

momen per momen. Dalam self-coaching, high

awareness sangat penting untuk bisa

mengidentifikasi ada di mana dan dengan diri kita yang seperti apa.

High Awareness

(58)

Pikiran terbuka terhadap banyak hal, terutama bila menemui situasi yang tidak direncanakan.

Menerima bahwa untuk mencapai solusi atau goal belum tentu bakal semulus jalan tol. Ya, ada kalanya atau banyak kalanya seperti berjalan di jalan terjal, naik gunung, turun jurang.

Open Minded

(59)

Dalam self-coaching kita perlu terbuka dengan segala kemungkinan. Dan juga perlu siap bila ternyata goal atau solusi yang diharapkan tidak bisa ditemukan. Kita perlu menerima bila hal itu terjadi, melakukan instrospeksi diri akan kualitas apa yang baru dari perjalanan menuju goal atau solusi yang baru.

47

(60)

Bila apa yang sudah direncanakan tidak menemui rencana. Maka 1 hal yang perlu hadir adalah menerima. Walau pun itu bukan satu hal yang mudah, tapi yang perlu disadari bahwa tidak semua kontrol ada di diri kita. Yang bisa kita kontrol 100% adalah respon.

Curious

(61)

Respon untuk tetap dalam drama, menerima atau terus move on. Setelah itu curious untuk mengetahui apa yang tidak berjalan dengan rencana, mindset dan kualitas apa yang perlu diperbaiki.

49

Yang bisa kita kontrol 100%

adalah respon. Respon untuk

tetap dalam drama, menerima

(62)

Sadari perlunya kualitas diri yang baru. Terus belajar terhadap hal baru, endapkan dan

implementasikan dalam perilaku sehari-hari. Bukan hanya tentang goal atau solusi yang dicapai tapi juga ada pengalaman dan bertumbuhnya kualitas dari diri.

High Learner

(63)
(64)

Seperti yang disampaikan di bagian “WHAT” bahwa self-coaching adalah coaching yang dilakukan kepada diri sendiri, maka coaching modelnya pun sebenarnya bisa sama. Model adalah tools yang digunakan sebagai panduan agar proses coaching yang kita lakukan terstruktur, runut dan logis. Ada beberapa coaching model seperti GROW, OSKAR, FUEL, POWER, STAR6). Untuk detailnya silahkan lihat buku rujukan PAS Coaching Model (unduh gratis di sini: www.quickstart.co.id/books). Untuk

menghafalnya bisa pakai gambar di halaman berikut, lebih mudah dan dapat di hafal dalam beberapa detik saja dengan mengingat gambarnya.

(65)

53 STAR POWER GROW FUEL OSKAR Freepik.com

(66)

54

OSKAR

Outcome Scaling

Know how & resources Affirm and action Review POWER Percieve Observe Want Engage Review/ Restart GROW Goal Reality Opportunity Will Do FUEL

Frame the conversation Understand the current state Explore the desired state Lay out a success plan

STAR Situation Task/ Though Action Result Freepik.com

(67)

Namun begitu, kali ini kita pakai yang beda ya, biar seru dan gak bosan. Kita pakai yang namanya CTFAR yang dipopulerkan oleh Brooke Castillo7).

(68)

56

Prinsip dasar dari

Self-Coaching Model

CTFAR

ini

adalah

P

ikiran mempengaruhi

P

erasaan. Perasaan

mempengaruhi

T

indakan dan

(69)

C: Circumstances

Circumstances atau Keadaan adalah fakta

yang bisa diukur dan disepakati. Contoh:

 Berat saya 80 kg. (bisa diukur)

 Hari sedang hujan. (saat ini air sedang tercurah dari langit)

 Besok pagi Ivan masuk kerja jam 08.00. (jam kerja Ivan memang 08.00-17.00)

 Besok hari terakhir pendaftaran CPNS. (sesuai pengumuman di situs lowongan kerja resmi)  Suhu badan saya 36oC (sesuai angka termometer)  Bajunya berwarna putih. (bukan warna lain)

Contoh-contoh di atas bisa diukur dan dibuktikan. 57

(70)

Penting:

Circumstances bersifat netral. Tidak baik atau buruk.

Keadaan hanya menjadi baik atau buruk berdasarkan pikiran yang kita miliki tentang hal itu.

Contoh: Pagi hari.

Bagi orang yang hari ini sudah siap presentasi ke atasan, ia akan senang karena membayangkan presentasinya akan berhasil. Tapi bagi yang tidak siap, pagi ini beraaaat sekali rasanya.

(71)

T: Thought

Thought atau pikiran adalah hal-hal yang

muncul dalam kepala kita. Rata-rata manusia berpikir 60.000 kali dalam sehari. Pikiran itu muncul begitu saja. Tak jarang, pikiran yang muncul menyebabkan ‘masalah’ bagi kita. Pikiran belum tentu fakta. Kadang tanpa sadar kita menambahkan opini kita ke

dalamnya untuk memberikan kesan bahwa itu ‘fakta’. Pikiran perlu dilatih. Jika tidak, ia akan menyeret kita ke pemikiran yang itu-itu saja. Kalau bagus si ok, kalau jelek..?! Kita akan ‘terperangkap’ dalam pikiran yang belum tentu benar. Makanya ada salah satu

quote populer yang menarik mengenai pikiran.

(72)

-Hendry Ford

Photo by Rathna Rahul on Unsplash.com

(73)

F: Feeling

Feeling adalah hal-hal yang kita rasakan.

Dalam model CTFAR ini, feeling hanya

dideskripsikan dalam satu kata. Contoh: cemas, kesal, marah, malu, frustasi, bangga, takut, dan percaya diri (confident). Dalam model ini, bisa

membedakan antara Thought dan Feeling itu menjadi penting.

Seperti disampaikan, Thought akan memicu feeling yang timbul. Dengan kata lain, jika kita benar memilih

thought maka feeling kita akan membaik, meski

keadaannya sama saja. Orang biasa menyebut

positive thought ini dengan Positive Thinking. Dan positive feeling dengan Positive Vibes.

(74)

62

(75)

Contoh:

Hari ini atasan Anda meminta Anda untuk lembur karena ada pekerjaan mendadak.

Respon Anda misalnya: Saya kesal karena minggu ini sudah 3x pulang malam terus.

Circumstances: minggu ini 3x pulang malam Thought: atasan gak bisa ngatur waktu Feeling: kesal (negatif)

Penyebab kesalnya karena atasan yang gak bisa ngatur waktu (ini opini, bukan fakta). Gimana kalo

Thoughtnya diganti jadi: atasan lagi ngetest saya

(opini). Maka Feelingnya akan berubah jadi positif, bukan?

(76)

Contoh di halaman sebelumnya menunjukkan: memahami bahwa Thought kita mentrigger feeling yang timbul adalah sesuatu banget. Mengapa? Dengan mengubah Thought maka kita bisa mengubah Feeling tanpa merubah

Circumstancesnya.

64

(77)

Latihan: Lihatlah gambar-gambar ini. Amati apa

Thought dan Feeling yang timbul. Jika muncul Feeling negatif, ubahlah menjadi positif dengan

merubah Thoughtnya.

65

(78)

A: Action

Action adalah tindakan yang kita lakukan

atau yang tidak kita lakukan. Dalam model ini,

Feeling akan mempengaruhi Action.

Contoh:

Hari ini atasan Anda meminta Anda untuk lembur karena ada pekerjaan mendadak.

Respon Anda misalnya: Saya kesal karena minggu ini sudah 3x pulang malam terus.

Circumstances: minggu ini 3x pulang malam Thought: atasan gak bisa ngatur waktu Feeling: kesal

Action: cari temen curhat buat menghilangkan kesal

(79)

Contoh dengan thought berbeda:

Hari ini atasan Anda meminta Anda untuk lembur karena ada pekerjaan mendadak.

Respon Anda misalnya: Saya kesal karena minggu ini sudah 3x pulang malam terus.

Circumstances: minggu ini 3x pulang malam Thought: atasan lagi ngetest saya

Feeling: semangat

Action: bekerja dengan giat

(80)

R: Result

Result adalah hasil tindakan yang kita

lakukan atau yang tidak kita lakukan. Contoh:

Hari ini atasan Anda meminta Anda untuk lembur karena ada pekerjaan mendadak.

Respon Anda misalnya: Saya kesal karena minggu ini sudah 3x pulang malam terus.

Circumstances: minggu ini 3x pulang malam Thought: atasan gak bisa ngatur waktu Feeling: kesal

Action: cari temen curhat buat menghilangkan kesal Result: hati plong, urusan sama atasan belum ada solusi, teman bisa berpikir kita tukang ghibah.

(81)

Contoh dengan thought berbeda:

Hari ini atasan Anda meminta Anda untuk lembur karena ada pekerjaan mendadak.

Respon Anda misalnya: Saya kesal karena minggu ini sudah 3x pulang malam terus.

Circumstances: minggu ini 3x pulang malam Thought: atasan lagi ngetest saya

Feeling: semangat

Action: kerja cepat selesai

Result: atasan senang, atasan menilai kita bisa diandalkan, hubungan dengan atasan baik.

(82)

Penting: Kebanyakan coaching berfokus pada perubahan action saja. Merubah action bagus, tapi tanpa dibarengi dengan perubahan thought dan

feeling tidak akan ada perubahan yang signifikan.

70

(83)
(84)

Sebelum praktek self-coaching dengan apa pun modelnya, satu hal yang perlu dipastikan bahwa ini bukan tentang pencapaian goal atau solusi, tapi bagaimana sepanjang perjalanan tersebut kita berproses. Proses dalam mendapatkan pengalaman,

mindset dan kualitas yang baru.

Maka niatkan untuk menjadi diri yang baru dalam setiap perjalanannya. Buka dengan sebuah pertanyaan, untuk mencapai goal tersebut dari posisi saat ini, mindset dan kualitas apa yang baru untuk perjalanan ini?

72

(85)

Kasus Do: Penjualan Turun

Do sedang pusing tujuh keliling. Semenjak covid, penjualan produk dari departemennya turun drastis. Toko-tokonya yang biasa ramai oleh pembeli kini sepi karena orang lebih memilih di rumah. Selain itu, ia khawatir jika keadaan berlanjut terus maka ia bisa terkena PHK. Tiga malam ini ia tidak bisa tidur karena migrainnya kambuh. Benar-benar menyiksa. Jika Anda jadi Do, apa yang akan Anda lakukan?

73

(86)

Ok, mari kita kerjakan. Pertama-tama tulislah CTFAR secara vertikal seperti ini:

C: T: F: A: R:

Kemudian, isi mana yang kira-kira sudah ada jawabannya. Ingat, Anda jadi Do lho ya…

(87)

Kalau saya jadi Do, maka yang saya isi kayak gini: C: Toko sepi  Penjualan menurun

T: Saya bisa di PHK karena gak capai target F: khawatir terkena PHK  migrain

A: ….?

R: Toko ramai  Penjualan meningkat

Terus diapain?

75

(88)

Ingat:

1. Circumstances atau Keadaan adalah fakta yang

bisa diukur dan disepakati  dalam hal ini toko sepi (dibanding kondisi sebelum covid)

2. Thought yang muncul: kalau kondisi ini terus

berlangsung, maka saya bisa di PHK. Ingat,

thought memicu feeling. Gara-gara thought yang

begini maka feelingnya: Khawatir. Dampak khawatir terhadap tubuh  migrain

3. Result: tentu saja yang diinginkan Do adalah

tokonya ramai lagi sehingga penjualan naik kayak dulu.

4. Tinggal ngisi action kan? Simple mas bro..!

(89)

id.pinterest.com/pin/653655333409085134/

Tidak semudah itu

fergusoo..

(90)

Bisa si tinggal ngisi action. Ni saya copasin lagi dari halaman terdahulu:

(91)

Ubah dulu

thought

nya!

79 id.p inte rest. com /p in/ 6 5 36 5 5 33 3 4 09 0 8 51 3 4 /

(92)

Kasi tahu caranya cepetan! Atau..

id.p inte rest. com /p in/ 6 5 36 5 5 33 3 4 09 0 8 51 3 4 /

(93)

“………….”

(94)

Coba buka lagi halaman 23. Ini saya copasin.

(95)

Kalo thoughtnya gak kuat, nanti bakal balik lagi ke kondisi awal. Seperti ada solusi, tapi sebenarnya bukan. Mari kita lihat lagi yang ada dari halaman 75:

C: Toko sepi  Penjualan menurun

T: Saya bisa di PHK karena gak capai target F: khawatir terkena PHK  migrain

A: ….?

R: Toko ramai  Penjualan meningkat

Misalnya: setelah merenung tujuh hari tujuh malam Anda menemukan alasan yang sangat kuat untuk mengisi T-nya yaitu:

(96)

Thought: Ini adalah kesempatan yang sangat langka.

Kalau aku berhasil meningkatkan penjualan di masa seperti ini, maka karirku akan cemerlang, orang tua Esmeralda juga pasti akan mau nerima aku jadi menantunya karena aku sudah jadi manager. Waaaah… keren banget kan nanti pas aku datang ngelamar pakai mobil yang paling baru!

Tapi waktunya gak banyak. Dalam tiga bulan ke depan, aku sudah harus nunjukin kalo ada perubahan!

Semangat!

(97)

Jadi berubah gini:

C: Toko sepi  Penjualan menurun

T: Kesempatan langka! Saatnya unjuk gigi! F: Semangat!

A: ….?

R: Toko ramai  Penjualan meningkat

Naaah, kalo udah begini kan enak. Ingat, pikiran negatif akan menarik yang negatif. Yang positif akan menarik yang positif juga. Ini bakal semangat terus tiap hari.

Kalo gini kan tinggal ngisi yang A. Bisa lihat di halaman 38-40 untuk referensi.

(98)

Kasus Re: Gak jadi Nikah

Re galau abis. Ia tidak jadi menikah karena calonnya tiba-tiba mengundurkan diri. Padahal undangan sudah disebar. Ia merasa dikhianati. Malu, marah, kesal, campur aduk jadi satu. Ia bingung harus

melakukan apa, tak tahu harus bagaimana. Jika Anda jadi Re, apa yang akan Anda lakukan?

C: Gagal menikah T: ….?

F: Malu, marah, kesal A: ….?

R: ….?

(99)

Hmm.. Ribet amat ya kasusnya. Kita semangatin diri sendiri dulu yak. Tarik nafas…

(100)

Ini kasus yang pelik, tapi bukan berarti tidak ada solusinya. Mungkin di luar sana kalau Re cerita, maka akan banyak masukan seperti ini:

Tejo: “Udah, lupain aja, cari gantinya..” (dalam hati

Re: emang gampang?!)

Lambe: “Cowok baik banyak kok, cari aja di tempat-tempat yang bener.. Emang lu ketemu calon lu yang b*ngs*d itu di mana?” (Re: lu pikir gue cewek

b*ngs*d, gak bisa cari calon yg bener??!)

Betmen: “………….” (Re: tumben nih, ada orang yang

begini. Kayaknya cocok ni jadi tempat curhat)

(101)

Sambil melotot Betmen menunjuk air mineral gelas yang ada di belakang Re. Paham maksudnya, Re mengambil air dan mencoloknya dengan sedotan. “Nih,” ujarnya sambil menyorongkannya ke Betmen.

“Pedes,” ujar Betmen sambil bergegas meminum air

itu.

Rupanya ia keceplus cabe yang ada di dalam bakso. Setelah beberapa lama..

“Itu kapan kejadiannya?” tanya Betmen. “Setahun lalu, Bang,” jawab Re.

“Masih kerasa sampai sekarang?” “Masih Bang..” jawab Re.

“Apa rasanya?”

“MARAH, Bang!” ujarnya sambil meremas gelas air mineral yang kosong.

(102)

“Sori ni… biar gak salah tangkap ya Re,.. Kan tadi Re bilang [deskripsikan]..”

“Betul Bang.”

“Terus, kalau boleh tahu, yang bikin kamu MARAH sampai hari ini itu apa?”

“Jadi gini bang awal mulanya…” Maka mulailah Re bercerita..

(103)
(104)

“Jadi.. sekarang Re maunya gimana…?” tanya Betmen dengan mata yang sayu karena tidak tidur tiga hari tiga malam.

“Aku maunya… gimana ya Bang…” Re tampak semangat, senang karena ditanya, semua ceritanya didengar dan tidak dihakimi. Ia tampak mulai berpikir, mungkin baru sadar kalo ia sendiri belum memutuskan akan hidupnya sendiri setelah hari ini mau kemana.. Selama ini hanya MARAH dan MARAH dan MARAH saja yang ada di dalam hatinya…

(105)

Jika Anda jadi teman curhatnya Re, Anda perlu tahu di kurva yang dihalaman 31, posisi Re ada di mana. Ini saya copasin biar gak bolak balik.

(106)

Kenapa penting? Karena biar Anda tahu apa yang dibutuhkan Re saat ini. Tuh lihat dibawahnya ada keterangan hal yang diperlukan untuk tahap-tahap tersebut. Jadi, saat ini dia belum di tahap moving on. Baru dalam tahap menuju. “Lho kok tahu?”

“Moving on ada di bagian kurva yang pojok kanan atas. Makanya baca… bacaaa..”

“Terus CTFARnya belum bisa diisi dong..?” C: Gagal menikah

T: ….?

F: Malu, marah, kesal A: ….?

R: ….?

Hmm.. apa yang akan Anda lakukan? 94

(107)

Kasus Mi: Telat bangun

Mi terkejut setengah mati. Jam sudah menunjukkan pukul 06.30 saat ia bangun. Aduh! Bisa gawat ini! Bergegas ia berangkat. “Pasti terlambat!” ujarnya kepada diri sendiri. Dan betul, hari itu ia terlambat. Ia sudah mendapat peringatan karena tidak disiplin masuk kantor. Ini sudah kejadian yang kesekian kali. Mi ingin mengubah agar ia tidak terlambat lagi. Jika Anda jadi Mi, apa yang akan Anda lakukan?

95

(108)

96

Yang biasa terjadi Yang diinginkan

C: Bangun siang C: ….?

T: Pasti terlambat! T: ....?

F: Kesal F: ....?

A: Buru-buru berangkat A: ….?

R: Terlambat ke kantor R: Tidak terlambat

(109)
(110)

Bukan hanya computer yang bisa diupgrade.

Manusia juga bisa. Upgrade dari yang biasa jadi luar biasa. Dari yang terpuruk jadi bersinar. Dari yang gak bisa jadi bisa. Dan salah satu tools yang bisa

digunakan adalah Self-Coaching. Perbanyaklah berlatih dengan kasus-kasus yang lain agar tambah mahir dan banyak upgrade-annya.

98

(111)

Selain itu, nanti Anda akan bisa memutuskan kapan pakai model yang ini, kapan pakai yang itu.

Buku ini memang tidak dalam mengupas

self-coaching karena memang didesain untuk keperluan

praktis yang bisa langsung diterapkan.

Selamat berpraktek. Kalo ada kesulitan, hubungi kami ya. Kami siap membantu.

Jawaban soal halaman 24: 9-10.

Dasar: teori NPS (Net Promoter Score). Jika kekuatan Anda dibawah angka 9, sebaiknya cari alasan tambahan lain agar minimal 9.

(112)
(113)

WHY

Dalam hidup ini, ada hal-hal yang tidak nyaman jika dibagi dengan orang lain. Lebih baik diselesaikan sendiri. Salah satu tool untuk menyelesaikannya ada lah dengan self-coaching.

WHAT

Self-coaching adalah “melakukan coaching kepada diri sendiri.”

(114)

HOW

Ada lima hal penting dan empat kualitas dalam self-coaching, yaitu:

(115)

MODEL

(116)

Orang yg tidak mau berkorban,

tidak akan bisa mengubah apa pun

- Armin Arlert, Attack on Titan #20

(117)

Daftar Pustaka

1. Richard Nelson-Jones, Human Relationship Skills: Coaching

and Self-Coaching, 4thEdition, 2006, Routledge.

2. Simon Sinek, Start With Why, 2009, Portofolio.

3. Louise Stapely, 33 Guided Visualization Scripts to Create the

Life of Your Dreams, 2014, Amazon Kindle.

4. Elizabeth Kubler-Ross, On Death and Dying, 2009, Routledge.

5. Joseph J Luciani, Ph.D., Reconnecting, 2009, John Wiley & Sons, Inc.

6. Iwan Pramana, PAS Coaching Model, 2017, Insan Mandiri Cendekia.

7. The Self-Coaching Model,

https://www.jamiecavanaugh.com/the-self-coaching-model/ di akses pada 4 Februari 2021

(118)

Iwan Pramana, ST, MM, ACC saat ini fasilitator dan

konsultan yang memfokuskan diri pada training, eksekusi dan coaching. Profil lengkapnya bisa dilihat di

https://id.linkedin.com/in/iwanpramana Email: iw4n.pramana@gmail.com IG: @bukuiwan

M. Nur Fannie Prasetyo, MBA, PCC

ICF Profesional Certified Coach ICF Registry Mentor

Leadership, Bussiness & Career Coach

Facilitator & Learning Development Consultant Profil lengkap bisa dilihat di sini

https://visecoach.com/mnurfanniesprasetyo

106

(119)
(120)

Ada hal-hal yang lebih nyaman dikerjakan dan diselesaikan sendiri. Bagi beberapa orang, melakukan self-coaching lebih nyaman dibanding harus curhat ke coach atau orang lain. Di buku ini Anda akan mendapatkan tips untuk menjalankan self-coaching dengan metode yang sudah teruji.

Gambar

Gambar oleh Thomas Wolter di pixabay.com

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kali elementer A  hasilkali n buah unsur A tanpa ada pengambilan unsur dari baris/kolom yang sama...

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

 Sel mikroba secara kontinyu berpropagasi menggunakan media segar yang masuk, dan pada saat yang bersamaan produk, produk samping metabolisme dan sel dikeluarkan dari

Pelayanan perawatan kesehatan rumah diberikan kepada individu dan keluarga sesuai kebutuhan mereka, dengan perencanaan dan koordinasi yang dilakukan oleh pelayanan kesehatan

Sebuah genre film sering terdiri lebih dari satu genre karena banyak film yang mengabungkan elemen-elemen yang biasa terdapat dalam beberapa genre, atau film

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peranan fungsi Bimbingan Konseling Islam dalam upaya mengembangkan religiusitas remaja dan menekan atau mengontrol kenakalan remaja

masalah, Tetapi pendapat ini tidak sepenuhnya benar karena banyak penderita alergi  batuk saat tidur siang atau di kantor dengan AC yang sangat dingin tidak timbul gejala

Terminal Bus juga merupakan suatu area dan fasilitas yang di dalamnya terdapat interaksi berbagai elemen seperti manusia (penumpang, pedagang dan kru bus), fasilitas