• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENYELESAIAN PERKARA DELEGASI (TABAYYUN) Oleh: Dr. Mahmud Hadi Riyanto 1 (Hakim dan Jurubicara Pengadilan Agama Soreang-Kabupaten Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENYELESAIAN PERKARA DELEGASI (TABAYYUN) Oleh: Dr. Mahmud Hadi Riyanto 1 (Hakim dan Jurubicara Pengadilan Agama Soreang-Kabupaten Bandung)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

STRATEGI PENYELESAIAN PERKARA DELEGASI (TABAYYUN) Oleh:

Dr. Mahmud Hadi Riyanto1

(Hakim dan Jurubicara Pengadilan Agama Soreang-Kabupaten Bandung)

A. Mukaddimah

Mulai tanggal 5 Oktober 2018,2 Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama (baca: Ditjen Badilag), secara rutin dan istiqomah, telah mempublikasikan rapor (rangking) penyelesaian perkara Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah seluruh Indonesia, dengan menggunakan Sistem Informasi Penelusuran Perkara melalui situs resmi Ditjen Badilag.3

Sejak saat itu (5 Oktober 2018), tabuhan genderang perang mulai ditabuh. Laksana musim Balapan Moto GP dimulai, berkompetisi guna meraih garis finish tercepat dan terdepan, untuk mendapatkan podium kehormatan. Itulah salah satu inovasi dari Ditjen Badilag di bawah Komando Direktur Jenderal yang Hebat, Bapak Dr. Drs. H. Aco Nur, SH., MH. terlihat secara jelas dan gamblang, statistik penyelesaian perkara setiap pekannya. Ada yang merangsek naik ke atas menjadi pemuncak klasemen. Ada pula yang tereliminir menuju ke dasar klasemen dan menjadi juru kunci.

Publikasi Hasil Moto GP SIPP paling cepat tiap akhir pekan (hari jum’at), sedikit banyak mempengaruhi psikologi pimpinan,4 hakim, dan segenap pegawai

wabil khusus dibagian kepaniteraan Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah di

seluruh Indonesia. Kalaupun ada pimpinan pengadilan agama yang tidak terpengaruh psikologinya dan tidak bergetar hatinya dengan hasil balapan tersebut, hanya bisa dihitung jari atau sangat sedikit sekali.

1 Hakim Pengadilan Agama Soreang Angkatan VII/PPC Terpadu II.

2 Surat Edaran Ditjen Badilag Nomor: 137/DJA/HM.02.3/I/2019 tertanggal 10 Januari 2019, perihal

Penilaian Penyelesaian Perkara Berdasarkan SIPP. Surat ini dapat diakses dan didownload di portal website resmi Ditjen Badilag, https://badilag.mahkamahagung.go.id/pengumuman-elektronik/pengumuman-elektronik/penilaian penyelesaian-perkara-berdasarkan-sipp-11-1

3 www.badilag.mahkamahagung.go.id merupakan website resmi dari Badilag.

4 Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan diubah kedua kali dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 menjelaskan bahwa “Pimpinan Pengadilan Agama terdiri dari seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua”.

(2)

2

Dampak psikologis dari Kompetisi Moto GP SIPP ini bagi pimpinan, hakim dan segenap pegawai dibagian kepaniteraan sangatlah beralasan. Hasil balapan ini merupakan kinerja satker, yang selalu direkam dan direkap oleh sistem,5 sangat berpengaruh besar terhadap garis nasib dan garis karier pimpinan, hakim dan segenap pegawai kepaniteraan di Pengadilan Agama. Coba kita perhatikan setiap Bapak. Dr. Drs. H. Aco Nur, SH, MH., selaku Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama memberikan arahan dan pembinaan, beliau tidak akan pernah bosan mengingatkan semua pimpinan di Pengadilan Agama untuk selalu meningkatkan rapor SIPP.6 Bagi Pak Dirjen, rapor SIPP merupakan harga mati dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Peringkat SIPP berbanding lurus dengan pemberian pelayanan prima kepada masyarakat atau bahasa millenialnya adalah service excellent kepada masyarakat.

Untuk mencapai posisi puncak klasemen dalam rapor SIPP, apalagi dominan dan menguasai tahta puncak rangking SIPP, sangatlah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan kerja ikhlas, kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas. Beberapa kriteria yang ditentukan oleh Dirjen Badilag harus dipenuhi. Kriteria tersebut diantaranya yaitu terkait bobot berdasarkan jenis dan proses persidangan, durasi waktu penyelesaian perkara, kecepatan dan ketepatan dalam minutasi serta upload putusan. Diantara kriteria penilaian rapor SIPP yang menjadi momok adalah waktu putus. Waktu putus sangat berhubungan erat dengan kecepatan dan kelambatan perkara tersebut diselesaikan. Kecepatan dan kelambatan sangat dipengaruhi oleh perkara tabayyun atau delegasi.7

Perkara tabayyun di Pengadilan Agama yang paling banyak ditemui adalah relaas pemanggilan sidang dan relaas pemberitahuan isi putusan. Risiko yang sering dihadapi oleh pengadilan yang menerima perkara tabyyun adalah lamanya proses pemanggilan dikarenakan beberapa sebab tertentu. Proses

5Sistem yang dimaksud adalah Sistem Informasi Penelusuran Perkara yang didalamnya memuat

dimulainya pendaftaran perkara sampai dengan minutasi perkara.

6Dapat dilihat di konten youtube dokinfo badilag, https://www.youtube.com/watch?v=Gg8cjtepzWQ

dan https://www.youtube.com/watch?v=EVchXb5p9-A&t=4619s, dan telah dijadikan berita di potal website resmi Pengadilan Agama Bajwa. http://pabajawa.net/berita-seputar-peradilan.

7Tabayun adalah kegiatan melakukan verifikasi dan validasi terhadap proses

pemanggilan/pemberitahuan para pihak yang berdomisili di wilayah yurisdiksi pengadilan agama yang berbeda dalam wilayah Indonesia dalam Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 2273.A/DJA/KP.01.1/SK/VIII/2014 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dan Pemanfaatan Portal Tabayun Di Lingkungan Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia.

(3)

3

pemanggilan yang lama akan mempengaruhi waktu putusnya perkara. Kondisi demikian menjadi momok bagi satuan kerja Pengadilan Agama karena akan berpengaruh pada rapor penilian SIPP.

Untuk meminimalisir resiko perkara tabayyun dibutuhkan strategi khusus, agar perkara tabayyun tidak menjadi momok yang dapat mengurangi nilai rapor SIPP. Berikut ini akan kami ulas beberapa strategi jitu dalam menghadapi dan menyelesaikan problematika terkait perkara delegasi (tabayyun).

B. Pembahasan

1. Perkara Tabayyun

Dasar Hukum Penyelesaian Perkara tabayyun mengacu pada beberapa peraturan perundang-undangan, diantaranya yaitu:

a. Pasal 15 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

“Pengadilan wajib saling memberi bantuan yang diminta untuk kepentingan peradilan.”8 Saling memberikan bantuan, dimaksudkan adalah saling memberi bantuan dilakukan antara lain dalam hal administrasi berkas perkara, inventarisasi putusan pengadilan dan penggunaan sumber daya manusia. Administrasi perkara yang dimaksudkan dalam undang-undang tersebut salah satu diantaranya yaitu bantuan panggilan dari satu pengadilan ke pengadilan lain. Baik dalam pemanggilan persidangan atau yang lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

b. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 2014

Diterbitkan SEMA Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Penanganan Bantuan Panggilan/Pemberitahuan, merupakan langkah langkah yang tepat untuk menyelesaikan perkara delegasi. SEMA Nomor 6 Tahun 2014 dapat diartikan sebagai kebijakan yang sangat responsif dalam mewujudkan asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan. Sebelumnya pendelegasian pemanggilan dilakukan terhadap pihak di luar yuridiksi relatif pengadilan pemeriksa perkara berdasarkan Pasal 5 Reglement op

de Burgerlijk Rechtvordering (RV).9 Selain untuk mempercepat

8 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

9 Pemberitahuan gugatan diberikan: jika tergugat bertempat tingggal di luar wilayah kekuasaan hakim

(4)

4

penyelesaian perkara berdasarkan SEMA Nomor 2 Tahun 2014 tentang Penyelesaian Perkara di Pengadilan Tingkat Pertama dan Tingkat Banding Pada 4 (Empat) Lingkungan Peradilan. SEMA ini mengharuskan menyelesaikan perkara bagi pengadilan dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) bulan, juga untuk meningkatkan peringkat SIPP agar tidak mengurangi penilaian penyelesaian perkara.10 Salah satu hambatan penyelesaian perkara adalah bilamana salah satu pihak berada di luar yurisdiksi pengadilan yang menangani perkara. Agar hambatan tersebut tidak berlarut-larut maka panggilan delegasi harus berpedoman pada SEMA Nomor 6 Tahun 2014.

c. Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 2273.a/DJA/KP.01.1/SK/VIII/2014 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dan Pemanfaatan Portal Tabayun Di Lingkungan Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung

Adanya portal tabayyun di SIPP dalam penanganan perkara di Peradilan Agama merupakan amanah dari SEMA Nomor 6 Tahun 2014. Tepatnya pada angka ke 9 (sembilan). Disebutkan bahwa, agar tercipta mekanisme penanganan bantuan delegasi panggilan/pemberitahuan secara cepat, transparan dan terkendali masing-masing Direktorat Jenderal diharapkan membangun sistem aplikasi yang terintegrasi dengan sistem informasi perkara yang bersifat nasional.

Ruang lingkup layanan dan pemanfaatan portal tabayun di lingkungan Badan Peradilan Agama meliputi:

1) Layanan pengiriman surat bantuan pemanggilan sidang; 2) Layanan pengiriman relaas pemanggilan sidang;

3) Layanan pengiriman surat bantuan pemberitahuan isi putusan; 4) Layanan pengiriman relaas pemberitahuan isi putusan.

5) Monitoring pelaksanaan bantuan pemanggilan.

permohonan pengacaranya dengan surat kepada hakim di tempat tinggal tergugat yang kemudian akan memberitahukannya dengan perantaraan jurusita yang ditunjuknya, jika tergugat bertempat tinggal di dalam karesidenan tempat akan diadakan sidang majelis, dan jika tidak tinggal disitu ia akan mengirim surat kepada asisten residen yang mempunyai wilayah tempat tinggal tergugat. Ketentuan-ketentuan di atas berlaku juga terhadap semua pemberitahuan panggilan yang lain dan majelis hakim serta para asisten residen wajib segera memerintahkan surat-surat gugatan dan surat-surat panggilan lainnya untuk disampaikan kepada yang berkepentingan dan kemudian menyampaikan laporan tentang penyampaiannya kepada hakim.

10 Penilaian penyelesaian perkara di Pengadilan Agama diatur berdasarkan Surat Edaran Direktur

(5)

5

6) Pengawasan administrasi bantuan pemanggilan.11

Pemanggilan dan atau pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada pasal 2 adalah pemanggilan terhadap para pihak yang berperkara terkait persidangan dan atau penyelesaian perkara, sita, eksekusi, proses banding, kasasi dan peninjauan kembali.12 Portal tabayyun atau delegasi sayogyanya selalu dicek oleh petugas pengadilan yang ditunjuk.

Prosedur dan Mekanisme Tabayun di Pengadilan Tingkat Pertama, yaitu Setiap pengadilan dalam lingkungan Badan Peradilan Agama, dalam melakukan pemanggilan/pemberitahuan para pihak yang berdomisili di luar wilayah yurisdiksi, harus meminta bantuan pemanggilan/pemberitahuan melalui pengadilan yang mewilayahi domisili para pihak yang dipanggil tersebut. Surat permohonan bantuan pemanggilan/pemberitahuan kepada pengadilan yang akan melaksanakan pemanggilan/pemberitahuan dikirim secara elektronik melalui portal tabayun.badilag.net.

Relaas pemanggilan/pemberitahuan yang telah dilaksanakan oleh pengadilan yang melakukan pemanggilan/pemberitahuan dikirim melalui jasa pengiriman pos atau lainnya, tercatat setelah sebelumnya surat pengantar dan relaas pemanggilan/pemberitahuan tersebut di pindai kemudian dikirimkan secara elektronik melalui portal tabayun.badilag.net, kepada pengadilan yang memohon bantuan pemanggilan/pemberitahuan.13 Namun untuk saat ini, telah terkoneksi dengan portal delegasi di SIPP.

Tata cara menyampaikan pengiriman Surat Permohonan Bantuan, adalah

a. Setiap pengadilan yang akan melaksanakan pemanggilan di luar wilayah

yurisdiksinya harus mengajukan surat permohonan bantuan

pemanggilan/pemberitahuan kepada pengadilan yang mewilayahi tempat tinggal / domisili pihak-pihak yang akan dipanggil.

b. Surat permohonan bantuan pemanggilan/pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada Pasal (5) ayat (1) dikirimkan melalui portal tabayun Ditjen

11 Pasal 2 Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia

Nomor: 2273.A/DJA/KP.01.1/SK/VIII/2014 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dan Pemanfaatan Portal Tabayun Di Lingkungan Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia

12 Ibid, Pasal 3

(6)

6

Badilag MA RI dengan cara mengisi form sebagaimana tersedia pada portal tabayun dan mengunggah e-dokumen surat tersebut.

c. E-dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang diunggah oleh Satuan Kerja pengaju berupa :

1) Hasil pindai surat permohonan bantuan pemanggilan/pemberitahuan; 2) Hasil pindai surat gugatan/permohonan (dalam hal pemanggilan

pertama untuk tergugat/termohon);

3) Hasil pindai resi/bukti pengiriman biaya pemanggilan sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (3) keputusan ini.

d. Surat Permohonan bantuan pemanggilan/pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara otomatis akan diterima oleh Satuan Kerja pelaksana yang ditandai dengan adanya notifikasi/pemberitahuan dari sistem.

e. Setiap hari kerja Petugas yang ditunjuk untuk menerima surat permohonan bantuan agar memeriksa notifikasi/pemberitahuan dari sistem tentang adanya surat permohonan yang masuk. (6) Kelalaian atas kealpaan adanya notifikasi dari sistem yang berakibat kerugian baik materiil maupun berakibat hukum bagi para pihak akan mendapatkan sanksi kepada satuan kerja pelaksana.14

f. Dalam hal permohonan bantuan pemanggilan/pemberitahuan dilaksanakan dengan kurang biaya karena kekurang cermatan Satuan Kerja pengaju, maka pemanggilan/pemberitahuan tetap dilaksanakan dengan memberikan notifikasi / pemberitahuan baik melalui surat resmi dan atau sistem tentang kekurangan biaya tersebut kepada Satuan Kerja pengaju yang ditembuskan kepada Ditjen.

g. Dalam hal permohonan bantuan pemanggilan/pemberitahuan yang telah dikirim melalui portal tabayun telah lebih dari 7 (tujuh) hari tidak mendapatkan respon/tanggapan dari Satuan Kerja pelaksana, maka Satuan Kerja pengaju berhak untuk menanyakan tentang proses surat tersebut dengan ditembuskan kepada Pengadilan Tingkat Banding Satuan Kerja pengaju dan Pengadilan Tingkat Banding Satuan Kerja pelaksana.

(7)

7

h. Relaas pemanggilan/pemberitahuan yang asli harus dikirim oleh Satuan Kerja pelaksana kepada Satuan Kerja pemohon via pos resmi tercatat sesegera setelah dilaksanakan.

i. Bukti pengiriman pos tercatat tersebut dipindai untuk kemudian diunggah kedalam portal tabayun agar dapat dilihat oleh Satuan Kerja pengaju.15

Biaya Pemanggilan/Pemberitahuan diatur pada Pasal 11 (1) Setiap

pengadilan dalam lingkungan Badan Peradilan Agama wajib

mengupload/mengunggah data biaya pemanggilan dan ongkos kirim surat sesuai dengan besaran biaya pemanggilan yang telah ditetapkan oleh Ketua Pengadilan setempat. (2) Setiap Pengadilan dalam lingkungan Badan Peradilan Agama dalam memungut biaya panggilan/pemberitahuan wajib dengan melihat besaran biaya pemanggilan/pemberitahuan sesuai dengan radius dan wilayah tempat tinggal para pihak yang akan dipanggil ditambah dengan sejumlah ongkos kirim surat pengembaliannya. (3) Besaran biaya panggilan/pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yaitu dengan melihat besaran biaya panggilan/pemberitahuan yang dipublis oleh setiap pengadilan pada portal tabayun Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama (4) Biaya pemanggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tersebut di atas dikirimkan kepada rekening Satuan Kerja pelaksana melalui wesel pos atau transfer via bank atau internet banking.16

Pencatatan Permohonaan bantuan pemanggilan/pemberitahuan dicatat dalam sebuah daftar yang disediakan untuk itu. Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan menggunakan komputer yang dicetak setiap akhir bulan dan ditandatangani oleh Panitera/Sekretaris dan diketahui oleh Ketua Pengadilan.17 Poin-poin diatas merupakan petunjuk teknis pelaksanaan perkara delegasi atau tabayyun.

2. Sistem Penilaian Rapor SIPP (Sistem Informasi Penelusuran Perkara)

Pelayanan prima (excellent service) dan kinerja Peradilan Agama dapat dilihat dari rapor SIPP. Selain harus menyelesaikan perkara maksimal 5 (lima) bulan berdasarkan SEMA Nomor 2 Tahun 2014, ada kewajiban lain ditiap Peradilan Agama tingkat pertama dan banding untuk menjaga peringkat

15 Ibid, Pasal 10 16 Ibid, Pasal 11 17 Ibid, Pasal 12

(8)

8

rapor SIPP yang dirilis tiap akhir pekan oleh Direktur Jenderal Peradilan Agama. Berdasarkan Surat Edaran Dirjend Badan Peradilan Agama Nomor 137/DJA/HM.02.3/I/2019 tertanggal 10 Januari 2019 tiap satuan kerja harus berlomba-lomba menyelesaikan perkara. Penyelesaian perkara akan dihitung berdasarkan proses persidangan, waktu putus, waktu minutasi dan upload putusan. Semua komponen tersebut akan dinilai dan diakumulasi untuk menentukan rangking SIPP semua satuan kerja Peradilan Agama baik di tingkat pertama mapun tingkat banding. Masing-masing komponen akan diberikan nilai berdasarkan lamanya waktu dalam melaksanakan tiap komponen penilaian. Berikut tabel penilaian SIPP menurut Surat Edaran Dirjen Badan Peradilan Agama:

(9)

9

Sistem Penilaian SIPP menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Nomor 137/DJA/HM.02.3/I/2019 tertanggal 10 Januari 2019.

No Jenis Perkara Bobot Berdasarkan Proses Perkara Bobot Berdasarkan Waktu Penyelesaian Perkara Permoho

nan

Gugatan/Tuntutan Putus (Bulan) Minutasi Hari Upload Putusan Verstek/ in absentia Contra dictoir/ Verzet 1 2 3 4 5> 0 1-3 4-7 7-14 >14 0 1-3 4-7 7-14 >14 A. Perkawinan 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 1. Izin Poligami - 1 2 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 2. Izin Pengadilan 1 - - 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 3. Dispensasi Kawin 1 - - 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 4. Pencegahan Perkawinan 1 - - 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 5. Penolakan Perkawinan oleh PPN 1 - - 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 6. Pembatalan Perkawinan - 1 2 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 7. Kelalaian atas kewajiban suami istri - 1 2 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 8. Cerai Talak - 1 2 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 9. Cerai Gugat - 1 2 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 10. Harta Bersama - 2 4 7 5 4 3 1 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 11. Penguasaan Anak - 1 2 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 12. Nafkah Istri - 1 2 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0

(10)

10

13. Asal Usul Anak - 1 2 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0

14. Perwalian 1 1 2 5 3 2 1 0 5 3 5 1 0 5 3 2 1 0 15. Wali ‘adhal 1 - - 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 3 2 1 0 16. Pengangkatan Anak 1 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 17. Istbat Nikah 1 1 2 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 B. Kewarisan 1. Gugatan Waris - 2 4 7 5 4 3 1 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 2. Penetapan Ahli Waris 1 - - 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 C. Pembatalan Wasiata - 2 4 7 5 4 3 1 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 D. Pembatalan Hibah - 2 4 7 5 4 3 1 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 E. Gugatan Wakaf - 2 4 7 5 4 3 1 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 F. Gugatan Zakat - 2 4 7 5 4 3 1 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 G. Gugatan Infaq/Shodaqoh - 1 2 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 H. Ekonomi Syari’ah 1. Gugatan Ekonomi Syari’ah (Acara biasa) - 2 4 7 5 4 3 1 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 2. Gugatan Ekonomi Syari’ah (Acara Sederhana) - 1 2 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 3. Jinayah - 2 4 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0 5 3 2 1 0

(11)

11 Tabel di atas merupakan standar penilaian rapor SIPP yang dikeluarkan oleh Dirjen Badan Peradilan Agama untuk menentukan peringkat SIPP sataker, baik Peradilan Tingkat Pertama maupun Tingkat Banding. Semakin perkara tersebut pelik untuk diselesaikan (ex. Harta Bersama, Waris dan Ekonomi Syari’ah), semakin cepat diselesaikan, pelaksanaan minutasi dilaksanakan tepat waktu dan gugatan tersebut dalam kategori contentious maka akan mendongkrak posisi satuan kerja diperingkat terbaik SIPP.

Penyelesaian perkara memegang peranan penting dalam

mendongkrak nilai SIPP. Namun demikian, diantara tantangan dalam memutus perkara dalam waktu singkat terkendala pada bilamana perkara tersebut masuk perkara tabayyun atau delegasi. Terkadang, karena kesibukan Pengadilan yang dimintai bantuan pemanggilan dan semacamnya tidak dapat dilaksanakan dengan cepat sehingga berpengaruh secara langsung terhadap waktu penyelesaian perkara.

Semakin lama perkara diselesaikan, maka penilaian akan semakin menurun. Ambil contoh, bila perkara Cerai Gugat dapat diputus dalam kurun waktu maksimal 1 (satu) bulan, maka akan memperoleh nilai 5 (lima). Bila diselesaikan dalam waktu 2 (dua) bulan akan memperoleh nilai 3 (tiga). Bila diselesaikan dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan akan memperoleh nilai 2 (2). Bila diselesaikan dalam kurun waktu 4 (empat) bulan akan memperoleh nilai 1 dan apabila diselesaikan dalam kurun waktu 5 (lima) bulan lebih, maka nilainya 0 (nol). Begitu sangat ketatnya standar penilaian rapor SIPP yang telah ditetapkan oleh Dirjen Badilag. Setiap satuan kerja baik ditingkat pertama dan banding harus selalu berhati-hati dalam menyelesaikan perkara. Agar memperoleh nilai yang bagus dan dapat mendongkrak nilai rapor SIPP harus selalu bekerja keras.

Bagaimana Sistem Penilaian SIPP terkait perkara yang ada proses mediasi dan untuk perkara ghaib? Dirjen Badilag telah memberikan penjelasan tentang dua masalah tersebut dengan mengeluarkan Surat Penjelasan Direktur Jenderal Nomor 3775/DJA/HM.00/8/2019 tertanggal 2 Agustus 2019. Pokok surat tersebut adalah:

a. Untuk kategori penilaian proses penyelesaian perkara yang pihaknya tidak diketahui tempat tinggalnya (ghaib), cara penilaiannya sama dengan

(12)

12 perkara biasa dikurangi 4 bulan untuk waktu proses ghaibnya sendiri (bulan kelima dihitung sebagai bulan I dalam perkara biasa);

b. Untuk penilaian perkara yang ada proses mediasi, sama seperti perkara biasa dengan pengurangan waktu proses mediasi (mulai tanggal penetapan mediator sampai dengan pelaporan mediator).

Dengan adanya surat penjelasan tersebut, maka tidak ada lagi kendala terkait dengan perkara Ghaib, maupun terhadap perkara yang ada proses mediasinya.

3. Perkara Tabayyun Sebagai Momok Penyelesaian Perkara

Perkara tabayyun, disadari atau tidak, dapat dikatakan sebagai momok dalam menyelesaikan perkara. Hal ini dapat dilihat dari begitu besar pengaruh perkara tabayyun terhadap rangking di rapor SIPP yang dikeluarkan oleh Badilag tiap akhir pekan. Kecenderungan memeriksa perkara tabayyun di Pengadilan adalah terjadinya kelambatan dalam penyelesaian perkara.

Sistem aplikasi delegasi di Peradilan Agama sudah tidak menggunakan portal tabayyun Badilag.net, namun sudah terintegrasi dengan SIPP. Harusnya dengan bantuan teknologi, perkara tabayyun dapat diselesaikan secara efektif dan efisien oleh tiap-tiap satuan kerja Peradilan Agama. Ada beberapa menu data delegasi pada SIPP, yang mengharuskan upload dokumen elektronik (e-doc), diantaranya yaitu permohonan delegasi dan bukti setor biaya delegasi pada menu delegasi keluar dan relaas panggilan/pemberitahuan pada menu delegasi masuk. Menu delegasi atau tabayyun yang terkoneksi pada SIPP tentu untuk mempermudah koordinasi dan kerjasama antar pimpinan Peradilan Agama dalam menyelesaikan perkara tabayyun. Menu tersebut dapat mempermudah kerja Panitera dan pimpinan pengadilan dalam memonitor sejauh mana penanganan delegasi oleh satuan kerja yang dituju.

Portal delegasi yang terkoneksi dengan SIPP juga terdapat notifikasi atau pemberitahuan bilamana ada surat delegasi masuk. Bagian kepaniteraan dapat membuka SIPP secara real time untuk mengecek apakah ada surat delegasi masuk apa tidak. Bila ada surat delegasi masuk, agar segera ditindaklanjuti dengan segera melakukan pemanggilan atau pemberitahuan.

(13)

13 Realita yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa perkara delegasi penanganannya masih lambat karena melibatkan pengadilan lain. Meskipun Mahkamah Agung telah mengeluarkan SEMA Nomor 6 Tahun 2014 dan kurang lebih sudah berlaku selama 6 (enam) tahun. Setali tiga uang, untuk merespon SEMA tersebut, Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama juga mengeluarkan Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama

Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor:

2273.a/DJA/KP.01.1/SK/VIII/2014 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dan Pemanfaatan Portal Tabayun Di Lingkungan Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung, namun aplikasi penanganan perkara delegasi masih belum maksimal dilakukan oleh satker peradilan agama.

Pada saat sidang pertama dilaksanakan, panggilan tabayyun belum juga dilaksanakan. Kondisi demikian mengharuskan Majelis Hakim yang memeriksa perkara mau tidak mau harus menunda sidang pada waktu yang lain. Penundaan ini berbanding lurus dengan pada lambannya penyelesaian perkara. Pemanfaatan teknologi (SIPP) yang seharusnya membantu untuk mempercepat kerja tidak terjadi.

Tertundanya penyelesaian perkara, diakibatkan oleh penanganan delegasi yang sangat lamban oleh satuan kerja yang dituju. Satuan kerja pengirim surat delegasi sangat terbebani bila ingin mengejar ranking di SIPP. Aplikasi untuk membantu kerja-kerja administrasi dan aturan sudah ada, tinggal kerjasama antar pengadilan untuk berkomitmen agar teknologi dan aturan tabayyun dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Bila kerjasama antar satker Peradilan Agama dapat dimaksimalkan, tentu akan berdampak pada peningkatan nilai SIPP. Perkara tabayyun sebagai momok di beberapa Peradilan Agama dapat teratasi. Dibutuhkan energi yang besar dan kemauan yang kuat antar Pengadilan Agama agar penanganan perkara delegasi dapat ditindaklanjuti dengan cepat.

4. Problem Solving Penyelesaian Perkara Tabayyun

Untuk mengurai benang kusut yang bernama momok panggilan delegasi (tabayyun), meskipun Ditjen Badilag telah mengeluarkan policy serta regulasi guna menyelesaikan persoalan tersebut. Berikut beberapa tips yang dapat kami tawarkan, guna memudahkan bagi satker yang menerima perkara yang didalamnya ada bantuan panggilan delegasi (tabayyun).

(14)

14 Ukuran penyelesaian perkara, nilai maksimal adalah 5 (lima) bagi perkara verstek dan permohonan, hal ini dapat digenjot agar perkara yang demikian dapat diputus dalam waktu yang maksimal, yakni di bawah 30 (tiga puluh) hari kerja dengan meminimalir atau memangkas durasi waktu penundaan untuk pemanggilan. Bagaimana dengan perkara berat, Non perceraian dan permohonan? Nilai maksimal terhadap perkara yang sifatnya berat adalah 7 (tujuh) bila diselesaikan dalam waktu di bawah 30 (hari), bila tidak memungkinkan, maka dapat diambil nilai bawahnya (5) apabila perkara diselesaikan dalam rentan waktu 2 (dua) bulan, atau bila tidak memungkinkan lagi, maka dapat diambil nilai maksimal 4 (empat) yaitu apabila diselesaikan dalam waktu 3 (tiga) bulan. Ini semua dapat dilakukan apabila satuan kerja memiliki strategi power full dan kesungguhan dalam mengupayakan penyelesaian perkara, lebih-lebih apabila kendala yang ada, dikarenakan persoalan panggilan delegasi (tabayun). Berikut, beberapa tips dalam menangani problematika pemanggilan delegasi, yaitu:

a. Membentuk Team Work

Membentuk team work, dimaksudkan guna mensiasati dan mengatur strategi bilamana menerima perkara delegasi (tabayyun), tim ini terdiri dari Ketua, Hakim, Panitera, Panitera Pengganti dan Jurusita/Jurusita Pengganti serta Admin SIPP. Kesamaan visi dalam menyelesaikan problema tabayyun adalah rukun tertinggi dalam mengatasi masalah ini. Apabila tidak terjalin kerjasama yang baik dan visioner diantara Ketua, Hakim, Panitera, Panitera Pengganti dan Jurusita/Jurusita Pengganti serta Admin SIPP, maka akan mustahil dapat mengatasi masalah tabayyun ini atau dapat mengurai benang kusut masalah tabayyun.

Apabila team work sudah terbentuk, maka dapat diikat dengan membuat SOP tentang penyelesaian perkara. SOP ini penting karena berkaitan dengan masa penyelesaian perkara, apakah dapat dilakukan dengan tepat waktu, atau justru molor, hal tersebt dapat dikontrol dengan mudah oleh Ketua Pengadilan.

b. Rukun Iman dalam Menangani Perkara Delegasi (Tabayun)

Setelah terbentuk kesamaan visi serta persepsi dari team work ini, selanjutnya menetapkan Rukun Iman dalam menangani perkara delegasi,

(15)

15 kenapa disebut dengan rukun iman, karena butuh kesungguhan dalam melaksanakannya. Rukun iman pemanggilan itu, diantaranya adalah: 1) Ketua, ketika ada perkara masuk (diupayakan via e-court), Ketua

segera memanggil team work untuk musyawarah (membuat perencanaan tentang waktu penyelesaian perkara), hal ini penting apalagi terkait perkara berat, non perceraian dan permohonan.

2) Ketua, Ketua menghubungi Ketua pengadilan tertuju, guna memastikan akan ada permohonan bantuan pemanggilan pihak, di wilayah hukum pengadilan tertuju.

3) Hakim, Hakim selalu berkoordinasi dengan Hakim pengadilan tertuju, manfaatnya apa? supaya ada pengawasan sehingga Panitera pengadilan agama tertuju dapat segera memerintahkan jurusita untuk melakukan pemanggilan dan menyegerakan mengembalikan lagi bukti pemanggilan kepada pengadilan yang bermohon. Selain itu Majelis Hakim dapat segera mematangkan draft court calendar persidangan.

4) Panitera, Panitera wajib berkoordinasi dengan Panitera pengadilan tertuju, guna mendapatkan informasi, bahwa pihak setempat ada di radius berapa, memerlukan biaya panggilan berapa, serta memerlukan waktu berapa lama untuk melakukan pemanggilan. 5) Panitera Pengganti, berfungsi membantu Hakim guna menyiapkan

kelengkapan berkas serta pranata lainnya. Dapat pula Panitera Pengganti ini berkoordinasi secara diplomatis (kekeluargaan) dengan Panitera Pengganti, agar dapat memberi informasi tentang status progress bantuan relaas pemanggilan.

6) Jurusita/Jurusita Pengganti, Wajib untuk on fire, sigap, cekatan, cepat dalam membuat surat permohonan bantuan pemanggilan kepada pengadilan agama dituju, serta melakukan komunikasi intens dan

massif dengan jurusita tertuju sehingga up to date dan memudahkan

untuk mendapatkan informasi terkait status panggilan.

7) Admin SIPP, merupakan element yang penting, yang setiap saat dapat memonitor pergerakan atau informasi pemanggilan dari pengadilan tertuju, apakah sudah dikirim melalui SIPP atau belum, admin dipastikan untuk selalu siap siaga dan full energi.

(16)

16

C. Penutup

1. Kesimpulan

Kepatuhan dan kesungguhan dalam memedomani Pasal 15 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, SEMA Nomor 6 Tahun 2014 dan Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan

Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor:

2273.a/DJA/KP.01.1/SK/VIII/2014 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dan Pemanfaatan Portal Tabayun Di Lingkungan Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung, bagi satuan kerja pengadilan, tidak akan menghambat penyelesaian perkara dikarenakan adanya momok yang bernama panggilan delegasi (tabayyun), sepanjang tetap menjaga koordinasi, komunikasi dan silaturahmi diantara pengadilan-pengadilan lainnya.

2. Saran

- Ketua Pengadilan, selaku Top Manajemen harus bersungguh-sungguh dan memastikan semua elemen kantor bergerak (Full Power Energi). - Meningkatkan komunikasi dan koordinasi antara Ketua, Hakim,

Panitera, Panitera Pengganti dan Jurusita/Jurusita Pengganti serta Admin SIPP.

- Koordinator Tabayyun, harus cekatan dan sigap dalam menjalankan tugasnya.

(17)

17

Daftar Pustaka

Undang-Undang dan Surat Keputusan

- Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. - Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan diubah kedua kali dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009. - Surat Edaran Mahkamah Agung R.I Nomor 6 Tahun 2014 Tentang

Penanganan Bantuan Panggilan/Pemberitahuan.

- Surat Edaran Ditjen Badilag Nomor: 137/DJA/HM.02.3/I/2019 tertanggal 10 Januari 2019. Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama

Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor:

2273.A/DJA/KP.01.1/SK/VIII/2014 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Dan Pemanfaatan Portal Tabayun Di Lingkungan Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Website atau Media Sosial

- www.badilag.mahkamahagung.go.id

- youtube dokinfo badilag, https://www.youtube.com/watch?v=Gg8cjtepzWQ dan https://www.youtube.com/watch?v=EVchXb5p9-A&t=4619s,

Referensi

Dokumen terkait

Pengadilan Agama Tigaraksa dalam memutus perkara perceraian, khususnya perkara cerai talak, (yaitu perceraian yang diajukan oleh suami terhadap istrinya), Majelis Hakim

Beberapa pasangan error yang sama terjadi pada deteksi tepi Canny dengan deteksi tepi Sobel-X ini adalah (kaca, logam), (kertas, kardus), (kertas, logam) dan (plastik,

Untuk mengatasi masalah lambatnya penyelesaian perkara ini maka Pengadilan Agama telah melaksanakan managemen perkara yang berbasis IT dan aplikasi SIPP sehingga

Konfigurasi Elektroda Schlumberger Merupakan konfigurasi yang hampir sama dengan Wenner, hanya saja jarak elekroda potensial dibiarkan tetap, pengukuran dilakukan

Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis ditolak, dengan demikian tidak terdapat hubungan antara tipe kepribadian terhadap kesabaran pasien hemodialisa di rumah sakit

Menyadari urgensi pentingnya ilmu dalam semua mata kuliah sistem informasi yang ditawarkan oleh jurusan Akuntansi Universitas Andalas dalam menyiapkan lulusannya, dan

Angka 2 di dalam petitumnya menyatakan bahwa Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Advokat Nomor 18 Tahun 2003 yang bersifat deklaratif, atau imperatif kategoris wajib dipatuhi dan

Persamaannya pada obyek yang di teliti yaitu tari Selendang Pemalang sedangkan perbedaanya yaitu: (1) penelitian yang dilakukan oleh Tri Widyaningrum mengenai struktur dan