• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KURIKULUM STTN SEBAGAI PENGANALISIS KESELAMATAN PLTN DALAM MENDUKUNG KEGIATAN TSO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI KURIKULUM STTN SEBAGAI PENGANALISIS KESELAMATAN PLTN DALAM MENDUKUNG KEGIATAN TSO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KURIKULUM STTN SEBAGAI PENGANALISIS

KESELAMATAN PLTN DALAM MENDUKUNG KEGIATAN TSO

D. T. Sony Tjahyani

Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN Kawasan Puspiptek-Serpong, Tangerang, 15314

sonybatan@yahoo.com

Abstrak

EVALUASI KURIKULUM STTN SEBAGAI PENGANALISIS KESELAMATAN PLTN DALAM MENDUKUNG KEGIATAN TSO. Salah satu infrastruktur yang diperlukan dalam persiapan pembangunan

PLTN adalah TSO (Technical Support Organization) yang bertugas untuk mengevaluasi keselamatan PLTN yang dibangun. Oleh karena itu diperlukan SDM sebagai penganalis keselamatan yang berasal dari BATAN dan lulusan dari universitas/sekolah tinggi yang berbasis teknologi Nuklir. Salah satu sekolah tinggi yang memenuhi persyaratan tersebut adalah STTN yang mempunyai jurusan Teknokimia Nuklir dan Teknofisika Nuklir. Makalah ini membahas kesiapan lulusan STTN sebagai penganalisis keselamatan dalam kegiatan TSO. Kajian dilakukan dengan membandingkan lingkup tugas dalam analisis keselamatan dari pedoman IAEA SS-23, SS-30 dan SS-25 terhadap kurikulum di STTN khususnya dalam jurusan Teknofisika. Berdasarkan hasil kajian menunjukkan bahwa kurikulum yang diajarkan pada jurusan Teknofisika khususnya pada program studi Elektromekanik mampu menunjang kegiatan TSO sebagai penganalisis keselamatan baik secara deterministik maupun probabilistik.

Katakunci: kurikulum, SDM, penganalisis keselamatan, PLTN, TSO

Abstract

EVALUATION OF STTN CURICULUM AS NPP SAFETY ANALYST TO SUPPORT TSO ACTIVITY. TSO (Technical Support Organization) is one of infrastructure which is needed for preparation of

NPP construction. Task of TSO is to evaluate NPP safety which is built. So, it is necessary human resources as safety analyst which are from BATAN and university/college graduate based on nuclear technology. One of college which comply with a request is STTN that is consist of department for nuclear technochemistry and nuclear technophysics. This paper discusses about STTN graduate readiness as safety analyzer of TSO activity.The assessment is done by comparing task of safety analysis based on SS-23, SS-30 and SS-25 with STTN curriculum especially department of technophysics.The assessment results showed thatcurriculum are learned in technophysics department especially in electromechanic study program is capable to support TSO activity as safety analyst both deterministic and probabilistic analysis.

Keywords: curriculum, human resources, safety analyst, NPP, technical support organization

PENDAHULUAN

Energi selalu menjadi prioritas dalam pembangunan karena mempunyai posisi strategis dalam kelangsungan suatu bangsa, sehingga kebijakan pemerintah mengusahakan sistem

pembauran (mixed) dalam penggunaan energi. PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) merupakan salah satu jenis energi yang diharapkan sebagai penyedia energi di Indonesia. Program pembangunan PLTN telah dipersiapkan sejak lama, hal ini terbukti dengan banyaknya produk hukum

(2)

yang dihasilkan untuk menjamin kelangsungan program PLTN dalam jangka pendek, menengah maupun panjang [1-7].

Salah satu infrastruktur yang harus disediakan atau dipersiapkan dalam pembangunan PLTN adalah SDM. Salah satunya adalah mempersiapkan SDM sebagai TSO (Technical Support Organization). TSO merupakan organisasi yang memberikan bantuan teknis berupa jasa konsultasi, studi kelayakan, persyaratan teknis, pendesainan, rekayasa teknis dan lain-lainnya terhadap industri, operator/pemilik serta badan regulasi. Oleh karena itu TSO dapat berfungsi berdasarkan permintaan dari ke-3 lembaga tersebut, walaupun sebagai tahap awal dan harus segera dilakukan adalah menunjang kegiatan badan regulasi dan operator.

Secara institusi, salah satu tugas BATAN adalah sebagai TSO. Dalam kajian sebelumnya [8,9] telah didapatkan kesimpulan bahwa SDM di BATAN siap sebagai mitra bestari atau reviewer untuk laporan analisis keselamatan probabilistik, demikian juga untuk laporan analisis keselamatan pendahuluan dan merevisi laporan analisis keselamatan akhir. Meskipun demikian masih diperlukan banyak SDM untuk mendapatkan tingkat kualitas dan kuantitas sebagai TSO yang andal. Terutama untuk menyusun laporan analisis keselamatan masih diperlukan sejumlah SDM yang berkompeten. Hal ini diperparah lagi walaupun secara infrastruktur (peraturan dan regulasi) program PLTN disiapkan secara terus menerus serta berdasarkan lembaga survey independen sebesar 57,6% menerima pembangunan PLTN[10], tetapi kepastian tahun pembangunan masih belum dipastikan. Kondisi ini mempersulit dalam penyiapan jumlah SDM yang tepat yaitu apabila dibutuhkan secara mendadak. Maka salah satu strategi adalah mengambil SDM dari lulusan sekolah tinggi/universitas/institut yang berbasis keilmuan teknologi nuklir.

Salah satu sebagai penyedia SDM untuk menunjang TSO dari jalur perguruan tinggi adalah lulusan STTN (Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir). Hal ini sesuai dengan visi STTN yaitu penyedia SDM iptek nuklir yang profesional [11]. Dengan misinya adalah menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat secara profesional dan berkelanjutan. Membangun dan menerapkan nilai-nilai moral dan etika akademis. Menerapkan dan mengembangkan Sistem Manajemen Mutu Terpadu.

Dalam makalah ini akan dibahas tentang evaluasi kurikulum STTN untuk mengkaji kemampuan lulusan STTN dalam menunjang TSO secara nasional. Kajian dilakukan dengan membandingkan kurikulum STTN dengan

persyaratan kompetensi berdasarkan ketentuan/pedoman IAEA serta membandingkan silabus kurikulum tersebut dengan silabus pada pendidikan lain yang mengkhususkan dalam bidang teknologi nuklir. Lingkup bahasan hanya berdasarkan persiapan SDM sebagai penganalisis keselamatan dalam mendukung kegiatan TSO tahap pertama.

TUGAS SDM PENGANALISIS

KESELAMATAN DAN PROGRAM STUDI DI STTN

Sesuai dengan persyaratan dari IAEA [12], proses analisis (kajian) keselamatan mencakup analisis keselamatan secara deterministik dan probabilistik. Analisis tersebut harus mempertimbangkan kejadian pemicu terpostulasi (PIE, Postulated Initiating Event) yang mencakup banyak faktor baik secara tunggal atau kombinasi, yang berpengaruh terhadap keselamatan. Faktor tersebut berasal dari pengoperasian PLTN itu sendiri, tindakan manusia dan faktor eksternal. Berdasarkan analisis ini, dasar desain untuk item yang penting bagi keselamatan harus ditetapkan dan dipastikan. Dalam kegiatan ini juga harus ditunjukkan bahwa PLTN yang di desain mampu memenuhi batas yang ditentukan dalam lepasan radioaktif dan batasan yang dapat diterima untuk dosis radiasi potensial pada setiap kategori kondisi PLTN, serta pertahanan berlapis (defence in depth) telah dilakukan. Program komputer, metoda analitik dan model PLTN yang digunakan dalam analisis keselamatan harus diverifikasi dan divalidasi, serta pertimbangan yang cukup harus diberikan untuk mengatasi ketidakpastian.

Tugas dalam analisis keselamatan deterministik harus melakukan hal-hal berikut: memastikan bahwa kondisi dan batas operasional adalah sesuai dengan asumsi dan tujuan desain pada kondisi normal; mengkarakterisasi PIE sudah sesuai dengan desain dan tapak; melakukan analisis dan evaluasi rentetan kejadian (event sequence) yang dihasilkan dari PIE; membandingkan hasil analisis dengan batas desain dan kriteria penerimaan radiologi; menetapkan dan memastikan dasar desain; serta menunjukkan bahwa manajemen kejadian operasional terantisipasi dan kecelakaan dasar desain adalah dimungkinkan melalui respon secara otomatik dari sistem keselamatan dikombinasikan dengan tindakan operator.

Tugas dalam analisis keselamatan probabilistik harus melakukan hal berikut: memberikan analisis secara sistematik untuk memberikan tingkat kepercayaan bahwa desain sesuai dengan tujuan keselamatan; menunjukkan bahwa kesetimbangan desain telah tercapai yaitu tidak ada fitur atau PIE tertentu yang menimbulkan kontribusi signifikan

(3)

terhadap resiko keseluruhan; menunjukkan bahwa 2 (dua) level pertama dari pertahanan berlapis mempunyai tugas utama dalam menjamin keselamatan nuklir; memberikan kepastian bahwa dapat mencegah segala penyimpangan kecil pada parameter PLTN yang menimbulkan perlakuan PLTN menjadi kondisi abnormal yang parah (cliff edge effects); melakukan kajian terhadap frekuensi kerusakan teras dan resiko lepasan karena kegagalan pengungkung (containment); melakukan kajian secara probabilistik terhadap kejadian dan konsekuensi bahaya eksternal, khususnya pada tapak PLTN yang mempunyai spesifik tertentu; mengidentifikasi sistem untuk perbaikan desain atau modifikasi prosedur operasional sehingga dapat mengurangi probabilitas kecelakaan parah atau memitigasi konsekuensinya; menjamin kecukupan prosedur kedaruratan; serta memverifikasi pemenuhan target probabilistik.

Sebagai sekolah tinggi yang menghasilkan SDM berbasis teknologi nuklir, maka STTN mempunyai 2 jurusan yaitu: Teknokimia Nuklir dan Teknofisika Nuklir. Jurusan Teknofisika Nuklir terdiri dari 2 program studi yaitu Elektronika dan Instrumentasi (ELIN) serta Elektromekanik (ELEMEK) [11]. Seperti halnya dalam kurikulum perguruan tinggi lainnya, maka mata kuliah STTN terbagi atas 5 (lima) kelompok yaitu: MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian), MKK (Mata Kuliah Keilmuan dan Ketrampilan), MKB (Mata Kuliah Keahlian Berkarya), MPB (Mata Kuliah Perilaku Berkarya) dan MBB (Mata Kuliah Berkehidupan Bersama).

METODE

Evaluasi kurikulum ditekankan pada mata kuliah yang termasuk kelompok MKK, MKB dan MPB dengan melihat silabus pada program studi teknofisika nuklir yang berhubungan dengan tugas analisis keselamatan pada PLTN, selanjutnya menentukan jenis mata kuliahnya. Dalam kajian ini dipilih program studi teknofisika karena silabus dari program tersebut lebih sesuai dengan tugas TSO dalam persiapan pembangunan PLTN di Indonesia. Evaluasi dibatasi berdasarkan persiapan SDM untuk TSO dalam lingkup penganalisis keselamatan. Kajian dihubungkan dengan lingkup tugas yang dipersyaratkan dalam analisis keselamatan baik secara deterministik maupun probabilistik dari pedoman IAEA SS-23 [13], SS-30 [14] dan SS-25 [15]. Kajian juga dibandingkan dengan kurikulum program studi S-1 untuk Teknik Nuklir [16]. Selanjutnya dilakukan saran atau rekomendasi silabus yang harus ditambahkan sehingga SDM lulusan STTN siap pakai sebagai penganalisis keselamatan dalam TSO.

PEMBAHASAN

Seperti diuraikan pada SS-23, SS-30 dan SS-25 serta substansi dari ketiga pedoman tersebut telah dibahas dalam kajian sebelumnya [8,9], maka secara garis besar lingkup kegiatan analisis keselamatan deterministik adalah memprediksi atau memperkirakan respon PLTN pada kondisi operasi tertentu terhadap kejadian pemicu terpostulasi. Analisis dilakukan berdasarkan aturan-aturan dan kriteria penerimaan (acceptance criteria) tertentu. Sebagai fokus analisis adalah neutronik/fisika reaktor; perilaku bahan bakar, thermohidrolik, aspek radiologi dan struktur (dispersi dan pengungkung), serta manajemen kecelakaan parah. Faktor-faktor tersebut dianalisis dengan menggunakan peralatan komputasi yang berbeda baik dari segi perangkat keras maupun lunak.

Secara umum lingkup kegiatan analisis keselamatan probabilitik (PSA) merupakan kombinasi kejadian pemicu dan skenario (rentetan kecelakaan) dalam pengembangan kejadian serta konsekuensinya dalam memperkirakan frekuensi kerusakan teras, faktor sumber (source term) atau semua resiko yang ditimbulkan dari operasi PLTN. Maka dari itu analisis terbagi atas 3 level yaitu level 1, level 2 dan level 3. Sebagai fokus analisis untuk PSA level 1 adalah keandalan sistem, skenario rentetan kecelakaan, kegagalan komponen dan kesalahan manusia. Sedangkan level 2 adalah evaluasi dan kuantifikasi fenomena fisis kecelakaan kerusakan teras parah. Untuk level 3, melakukan analisis tentang proses transport radionuklida setelah lepas dari pengungkung yaitu melakukan analisis pemodelan deposisi dan transport di udara; pathway model dan model pengaruh terhadap kesehatan manusia/makhluk hidup dan lingkungan. Namun demikian sesuai dengan peraturan pemerintah No. 43 Tahun 2006 yang diharapkan dalam analisis probabilistik pada pembangunan PLTN pertama adalah PSA level 1 yaitu menentukan frekuensi/probabilitas kerusakan teras (CDF, Core Damage Frequency).

Maka dari itu, tugas awal dan yang dianggap mendesak sebagai TSO dalam persiapan pembangunan PLTN pertama di Indonesia adalah minimal mampu mengevaluasi LAK (Laporan Analisis Keselamatan) khususnya pada bagian analisis keselamatan/kecelakaan dan analisis keselamatan probabilistik.

Berdasarkan hal tersebut, maka sebagai dasar dari SDM penganalisis keselamatan harus mempunyai knowledge terhadap 3 (tiga) hal. Pertama harus mengetahui prinsip sistem kerja PLTN dengan berbagai tipenya. Kedua memahami fenomena atau prinsip secara ilmiah untuk berbagai fokus analisis seperti disebutkan di atas yang terjadi

(4)

pada setiap komponen dan sistem, serta ketiga penggunaan dan logika pemodelan dalam perangkat lunak (computer code). Mengenai hal ke-1 dan ke-2 perlu ditekankan pada teknologi PLTN generasi III atau III+ karena kedua jenis tipe PLTN tersebut yang mempunyai peluang terbesar untuk dibangun di Indonesia. Terutama pada bagian fitur keselamatan teknis (ESF, Engineered Safety Feature) yang bekerja secara pasif.

Sesuai dengan Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa [17], mata kuliah kelompok MKK ditujukan untuk memberikan landasan penguasaan ilmu dan ketrampilan tertentu. MKB untuk menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan dasar ilmu dan ketrampilan yang dikuasai, sedangkan MPB bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar ilmu dan ketrampilan yang dikuasai. Maka berdasarkan definisi tersebut, ketiga kelompok mata kuliah tersebut yang sesuai sebagai bahan kajian.

Seperti diketahui bahwa jenis metoda analisis keselamatan adalah deterministik dan probabilistik, serta sebagai penganalisis keselamatan merupakan kegiatan yang interdisiplin terutama apabila dihubungkan dengan kegiatan penyusunan atau review dalam laporan analisis keselamatan (LAK) atau deterministik dan laporan analisis keselamatan probabilistik (LAKP). Maka dari itu seluruh mata kuliah yang berbasiskan teknologi nuklir di STTN pada prinsipnya diperlukan dalam mendukung kegiatan TSO.

Namun sebagai fresh graduate serta dihubungkan dengan persiapan awal pembangunan PLTN pertama di Indonesia dan persyaratan regulasi di Indonesia ada beberapa mata kuliah yang perlu mendapat penekanan khusus karena mendukung langsung sebagai penganalisis keselamatan, seperti ditunjukkan dalam Tabel 1 dan 2.

Dari kedua tabel tersebut bila dikelompokkan mata kuliah yang mendukung analisis deterministik dan analisis probabilistik seperti ditunjukkan dalam Tabel 3.

Dalam Tabel 3 tersebut, no 1 s/d no. 3 untuk mendukung analisis deterministik bidang thermohidrolik, sedangkan no 4 s/d 5 yang berhubungan dengan analisis deterministik bidang neutronik. Dari Tabel 3 tersebut juga terlihat bahwa beberapa mata kuliah diperlukan baik dalam analisis deterministik maupun probabilistik,

terutama pemograman komputer dan komputasi numerik, karena dalam analisis keselamatan diperlukan bantuan penggunaan program komputer yang berukuran besar dan sudah tervalidasi, misalnya: WIMS, CITATION, RELAP5/SCDAP, SAPHIRE, dan lain-lainnya, serta membuat pemodelan.

Maka secara substansi, beberapa mata kuliah yang diberikan di STTN untuk jurusanTeknofisika nuklir khususnyan program studi elektromekanik, sudah dapat sebagai persiapan SDM penganalisis keselamatan baik deterministik maupun probabilistik. Namun demikian SDM yang diperlukan memang harus mempunyai kompetensi yang cukup baik, maka nilai-nilai dari mata kuliah yang menunjang dalam analisis tersebut diharapkan minimal mempunyai nilai B.

Kurikulum tersebut bila dibandingkan dengan mata kuliah untuk program S-1 pada program studi Teknik Nuklir memamg berbeda terutama kelompok mata kuliah yang digunakan sebagai penganalisis keselamatan, yaitu mata kuliah teori yang bersifat tingkat lanjut (advanced). Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan program diploma-IV yang menekankan komposisi praktek yang cukup besar.

Mata kuliah yang sangat diperlukan sebagai pendukung dalam analisis keselamatan tetapi mempunyai komposisi yang kecil adalah kelompok mata kuliah Komputer dan Numerik. Kelompok mata kuliah tersebut adalah: Pemograman Komputer, Metode Numerik, Komputasi Nuklir dan Matematika Teknik (dalam program S-1, Matematika Teknik mempunyai komposisi 5 SKS). Pada program S-1, mata kuliah tersebut dipisahkan cukup jelas dengan mendapatkan porsi SKS yang cukup besar. Pada STTN, Pemograman Komputer dan Metode Numerik dijadikan satu menjadi Pemograman Komputer dan Komputasi Numerik, walaupun praktek Pemograman Komputer pada STTN mempunyai porsi yang cukup besar yaitu 2 SKS. Sedangkan mata kuliah Komputasi Nuklir yang banyak diperlukan dalam mendukung analisis keselamatan deterministik (terutama untuk neutronik) tidak diberikan. Mungkin saja konsep dasar matematisnya sudah disinggung dalam mata kuliah Matematika Teknik, tetapi belum dibahas mengenai penyelesaian dan pendekatan secara numerik. Mata kuliah mengenai pemograman komputer dan numerik diperlukan dalam prosedur analisis keselamatan terutama dalam tahapan pemilihan

(5)

Tabel 1. Mata Kuliah Program Studi ELIN – STTN Sebagai Penganalisis Keselamatan Dalam Menunjang Tugas TSO

MKK MKB MPB 1. Fisika Modern 2. Statistik 3. Thermodinamika 4. P. Komputer dan K. Numerik (T&P) 5. Fisika Reaktor 6. Perpindahan Panas 7. Mekanika Fluida 8. Ilmu bahan I

1. Alat Deteksi dan Pengukuran Radiasi (T& P)

2. Instrumentasi Nuklir

3. PLTN dan Pembangkit

Konvensional

4. Teknik instrumentasi dan kendali (T&P)

5. Pemeliharaan Instrumentasi

Nuklir (T&P)

6. Kinetika dan Pengendalian

Reaktor (T &P)

7. Minat Teknologi Reaktor:

a. Perancangan Sistem Reaktor

b. Instrumentasi dan Kendali

Reaktor

c. Keselamatan Reaktor

1. Proteksi dan Keselamatan radiasi (T&P)

2. Perundang-undangan Tenaga Nuklir

*) T = Teori P= Praktek

Tabel 2. Mata Kuliah Program Studi ELEMEK – STTN Sebagai Penganalisis Keselamatan Dalam Menunjang Tugas TSO

MKK MKB MPB

1. Statistik

2. Prakt. Gambar Teknik I dan II

3. Termodinamika 4. Fisika Modern

5. P. Komputer & Numerik (Teori dan Praktek) 6. Fisika Reaktor 7. Perpindahan Panas 8. Mekanika Fluida

9. Ilmu Bahan (Teori dan Praktek)

10. Mekatronika II

1. Teknik Tenaga Listrik I & II 2. Elemen Mesin I & II 3. Statika Struktur

4. Mekanika Kekuatan Bahan 5. Sistem PLTN dan Pembangkit

Konvensional

6. Perlengkapan Sistem Tenaga

7. Kinetika dan Pengendalian

Reaktor (T&P)

8. Pembangkit Uap dan Turbin 9. Kelompok Pilihan Teknologi

Reaktor:

a. Perancangan Sistem

Reaktor

b. Keselamatan Reaktor c. Instrumentasi dan Kendali

Reaktor

10. Kelompok Pilihan Sistem

Tenaga:

a. Keandalan Distribusi Daya Listrik

b. Sistem Proteksi dan

Keselamatan

11.Kelompok Pilihan Teknologi

Bahan:

a. Teknik Metalurgi

b. Teknik Pengujian dan

Inspeksi c. UTR

1. Alat Deteksi & Pengukuran Radiasi (T dan P)

2. Perundang-undangan Tenaga Nuklir

(6)

pendekatan (selection of approach) dimana dalam tahapan ini diperlukan pendekatan secara konservatif dan perkiraan terbaik (best estimate). Sehingga dalam tahapan tersebut akan menentukan pemilihan perangkat lunak yang digunakan serta pengembangan metodologi. Dalam pengembangan metodologi ini diperlukan untuk menentukan skenario dan modifikasi plant dengan mempertimbangkan kondisi awal dan batas.

Tabel 3. Mata Kuliah STTN yang Berhubungan Langsung Dengan Analisis Deterministik Dan Probabilistik

No Mata Kuliah Analisis

Deterministik Analisis Probabilistik 1. Thermodinamika 2. Mekanika Fluida  3. Perpindahan Panas  4. Fisika Reaktor 5. Kinetika dan Pengendalian Reaktor (T &P)  6. Statistik 7. Gambar Teknik 8. Mekatronika II  9. Teknik instrumentasi dan kendali (T&P)   10 P. Komputer dan K. Numerik (T&P)   11 Instrumentasi dan Kendali Reaktor   12 Perancangan Sistem Reaktor   13 Keselamatan Reaktor  

Sedangkan mata kuliah yang bersifat praktek yang menunjang langsung analisis keselamatan relatif sama bila dibandingkan dengan Program S-1 teknik nuklir, seperti praktikum fisika reaktor/praktikum kinetika dan pengendalian reaktor.

Perbedaan-perbedaan tersebut tidak menjadikan masalah karena memang tujuan pendidikan program S-1 dan D-4 agak sedikit berbeda (walapun jumlah SKS minimal sama yaitu 144 SKS). Dari sudut pandang sebagai penganalisis keselamatan, kurikulum program S-1 dalam program studi teknik nuklir menekankan secara detil pada sisi nuclear islands, sedangkan pada

STTN (untuk program studi ELEMEK) walaupun tidak mendalam tetapi mencakup secara keseluruhan dari instalasi PLTN, sehingga tidak hanya nuclear islands, tetapi termasuk juga BOP (Balance of Plant) bahkan juga mencakup masalah distribusi kelistrikan yang dihasilkan dari PLTN. Bahkan bila dibandingkan dengan kelompok mata kuliah kompetensi teknologi reaktor pada program studi S-1 Teknik Nuklir, maka hampir 50% mata kuliah wajib kelompok teknologi reaktor pada program studi ELIN dan ELEMEK sama, yaitu: dinamika reaktor nuklir/kinetika dan pengendalian reaktor, keselamatan reaktor nuklir dan perancangan reaktor nuklir.

Namun demikian, dalam kaitannya mempersiapkan SDM yang mampu menunjang kegiatan TSO dalam persiapan pembangunan PLTN yang pertama serta untuk menambah pemahaman atau lebih memperluas wacana mahasiswa, maka dalam silabus mata kuliah jurusan teknofisika perlu dilakukan penambahan/penajaman materi, baik secara teori maupun praktek. Secara praktek dapat diberikan penggunaan program komputer yang digunakan dalam analisis deterministik dan probabilistik dengan sebagai model analisis adalah sistem PLTN yang sederhana atau reaktor Kartini, TRIGA-Bandung dan RSG-GAS.

Khususnya dalam analisis probabilistik, diperlukan materi statistik tingkat lanjut yang dihubungkan dengan teknik keandalan. Serta konsep pemahaman analisis pohon kegagalan (FTA, Fault Tree Analysis) dan analisis pohon kejadian (ETA, Event Tree Analysis) dengan memodelkan sistem yang sederhana dan tidak harus sistem yang ada di PLTN. Karena dalam FTA yang lebih penting adalah menumbuhkan cara logika berpikir secara induktif yaitu komponen atau faktor apa saja yang dapat menimbulkan kegagalan sistem sehingga nilai probabilitasnya dapat dihitung. Sedangkan ETA mengembangkan logika berpikir deduktif yaitu mengembangkan analisis terhadap rentetan kejadian atau kecelakaan, sehingga diharapkan dengan pemahaman kedua metoda ini mahasiswa dapat menganalisis secara probabilistik terhadap sistem dan antar sistem di dalam instalasi PLTN. Materi lain yang diperlukan dalam analisis probabilistik adalah mengenai analisis keandalan manusia (HRA, Human Reliability Analysis) yaitu untuk menentukan probabilitas kesalahan manusia yang sangat diperlukan dalam analisis sistem secara keseluruhan. Dalam silabus di program studi teknofisika-STTN, belum ada materi yang membahas hal tersebut. Mata kuliah yang ada hubungannya dengan hal tersebut adalah mata kuliah Keselamatan Kerja dan Ergonomi, namun bila dilihat dari silabusnya hanya menekankan keselamatan kerja serta K3 dalam bidang industri.

(7)

Namun demikian, apabila silabus untuk beberapa mata kuliah sudah padat karena dibatasi oleh jumlah SKS yang hanya 2 SKS untuk setiap mata kuliah pada program D-4, maka jika dianggap penting dan mendesak, penambahan materi atau praktek dapat dilakukan setelah lulus dengan diberikan semacam pelatihan atau kursus selama 1 semester. Materi-materi yang perlu ditambahkan antara lain:

1. Termohidrolika Reaktor meliputi materi: mekanisme aliran fluida dan perpindahan panas, perpindahan panas yang aman dari teras reaktor, dasar perhitungan termohidrolik, pengaruh termohidrolik pada parameter desain reaktor, hidrolika pada kanal panas dan kalang (loop) sistem reaktor, batasan kriteria dalam parameter termohidrolik.

2. Kendali dan Dinamika plant lanjut meliputi materi: kondisi normal operasi, sistem kendali dan instrumentasi, konsep dinamika reaktor dan kendali proses, kendali gangguan dan transien, reaktor trip, turbin trip, transien berhubungan dengan air umpan dan sistem pendingin, analisis gangguan.

3. Perlengkapan mekanik dalam plant meliputi materi: bejana tekan reaktor, perisai, pompa sirkulasi dan umpan, pressurizer, pembangkit uap, perlengkapan pendingin dan ventilasi. 4. Keselamatan PLTN meliputi materi:

persyaratan keselamatan, konsep dalam keselamatan dan keandalan, kecelakaan kehilangan pendingin, konsep desain sistem keselamatan, analisis resiko dan keandalan, prosedur keselamatan operasi.

Salah satu hal yang biasa terjadi dan sering ditemui pada lulusan yang termasuk dalam klasifikasi fresh graduate sebagai penganalisis keselamatan adalah mahasiswa mampu menghitung dengan menggunakan program komputer yang cukup besar, tetapi naluri dan insting keteknikan atau kerekayasaannya belum berkembang sehingga tidak mampu mengetahui tingkat kebenarannya dari hasil yang telah dihitung. Sehingga hanya sekedar menghitung tetapi belum mampu menganalisis. Hal ini dapat diminimalkan dengan cara mahasiswa mulai diperkenalkan tentang kriteria penerimaan dan dilatih dalam engineering judgement berdasarkan pedoman-pedoman misalnya dari IAEA/NRC/BAPETEN maka dari itu materi mata kuliah Perundangan Tenaga Nuklir dapat diperluas. Untuk meningkatkan kemampuan dalam penggunaan program komputer dapat mengikuti kerja praktek di unit kerja di BATAN yang tugasnya melakukan analisis keselamatan.

KESIMPULAN

Beberapa mata kuliah pada kurikulum di jurusan Teknofisika Nuklir khususnya program studi Elektromekanik sesuai dengan materi yang diperlukan untuk analisis keselamatan berdasarkan pedoman SS-23, SS-30 dan SS-25. Maka dari itu lulusan STTN dapat berfungsi sebagai penganalisis keselamatan baik secara deterministik maupun probabilistik untuk menunjang kegiatan TSO dalam persiapan pembangunan PLTN pertama di Indonesia. Namun demikian tetap perlu dilakukan penambahan materi dan praktek untuk jenis kuliah tertentu, serta pemahaman kriteria penerimaan (acceptance criteria) dalam keselamatan untuk menumbuh kembangkan naluri engineering judgemnet.

DAFTAR PUSTAKA

1. Menteri Negara Sekretaris Negara RI, Ketenaganukliran, Undang-undang No.10 Tahun 1997.

2. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, Undang-undang No. 17 Tahun 2007.

3. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Energi, Undang-undang No. 30 Tahun 2007. 4. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI,

Perizinan Reaktor Nuklir, Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2006.

5. Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum, Kebijakan Energi Nasional, Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006.

6. Sekretaris Kabinet RI, Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010.

7. Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014, Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010.

8. Sony Tjahyani, D. T., Kesiapan SDM Analisis Keselamatan Probabilistik Dalam PLTN Pertama Di Indonesia, Prosiding Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir, STTN-BATAN, 2008.

9. Sony Tjahyani, D. T., Kesiapan SDM Sebagai TSO Dalam Analisis Keselamatan Deterministik Pada PLTN Pertama di Indonesia, Prosiding Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir, STTN-BATAN, 2009. 10. www.batan.go.id: Hasil Jajak Pendapat

Rencana Pembangunan PLTN, 2010.

11. www.sttn-batan.ac.id: Profil Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, 2010.

(8)

12. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Safety of Nuclear Power Plant: Design, NS-R-1, IAEA, 2000.

13. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Accident Analysis for Nuclear Power Plants, SS-23, IAEA, 2002.

14. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Accident Analysis for Nuclear Power Plants with Pressurized Water Reactors, SS-30, IAEA, 2003.

15. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Review of Probabilistic Safety Assessment by Regulatory Bodies, IAEA-SRS-25, 2002.

16. www.tf.ugm.ac.id: Kurikulum Program Studi Teknik Nuklir, 2010.

17. Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat Depdiknas RI, Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiwa, Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, No. 232/U/2000.

TANYA JAWAB

Pertanyaan:

1. SDM dengan keahlian seperti apa yang diharapkan oleh STTN menghadapi era PLTN (yang belum tahu kapan) mendatang, khususnya untuk persiapan TSO-PLTN. Fokusnya pada persiapan operasi dan perawatan PLTN atau pada SDM untuk mendukung industri PLTN (manufaktur dllnya.). Pertanyaan ini sering menjadi alasan bagi penentang PLTN, bahwa SDM kita belum siap (Sriyana)

2. STTN berorientasi untuk lulusannya bekerja, sedang disiapkan konsentrasi PLTN kalau PLTN beroperasi. (Kris Tri Basuki)

3. Tugas TSO adalah untuk mengevaluasi dokumen (PSAR, SAR dsb) kaitannya dalam menguasai tool komputasi, namun yang paling penting adalah penguasaan filosofi dasar fisik dan teori (misal: Fisika Reaktor dan Dinamika Reaktor) yang harus memahami dalam matematika dan fisika. Apakah cukup SKS untuk ini atau metode apa yang harus dikembangkan. (Djoko Hari Nugroho)

4. Di BATAN siapakah yang melegalkan seseorang (SDM) dikatakan sebagai TSO (Technical Support Organization) pada persiapan infrastruktur PLTN? (Budi Santoso) Jawaban:

1. Seperti diketahui bahwa dalam persiapan PLTN diperlukan beberapa bidang. Sesuai dengan judul makalah, yang saya maksud adalah sebagai TSO penganalisis keselamatan

terutama sebagai penganalisis dari LAK

mengenai bab Analisis

Keselamatan/kecelakaan (Bab VII untuk LAK versi 14 bab atau bab XV dan XIX untuk LAK versi 19). Karena inti dari LAK terdapat dalam bab-bab tersebut.

2. Ya saya kira demikian, karena secara substansi beberapa mata kuliah sudah diberikan, namun jumlah/beban SKS nya masih kurang kalau untuk tujuan dikonsentrasikan pada PLTN. Maka kalau memang dipersiapkan sebagai TSO harus diberikan penyegaran atau pendalaman materi beberapa item terutama mengenai thermohidrolik, neutronik dan keselamatan reaktor.

3. Saya kira tidak ada pendidikan yang siap kerja seperti seorang yang sudah berpengalaman bertahun-tahun. Namun mata kuliah yang diberikan di STTN secara substansi seperti yang diperlukan untuk menganalisis secara deterministik dan probabilistik dalam SS-23, SS-25 dan SS-30. Maka agar efektif dan mengetahui sistem kerja PLTN yang mempunyai peluang dibangun di Indonesia. Diperlukan pemahaman teknologi sistem untuk reaktor generasi III (III+) dan generasi IV, serta praktek menjalankan perangkat lunak yang diperlukan dalam analisis deterninistik dan probabilistik. Dalam penggunaan perangkat harus diajarkan mulai dari pembuatan input data (pemodelan).

4. TSO merupakan organisasi yang memberikan bantuan teknis berupa jasa konsultasi, studi kelayakan, persyaratan teknis, pendesainan, rekayasa teknis dan lain-lainnya terhadap industri, operator/pemilik serta badan regulasi. Oleh karena itu TSO dapat berfungsi berdasarkan permintaan dari ke-3 lembaga tersebut, walaupun sebagai tahap awal dan harus segera dilakukan adalah menunjang kegiatan badan regulasi dan operator. Aturan yang mensertifikasi SDM sebagai TSO tersebut sampai saat ini belum ada, mungkin dapat dari PUSDIKLAT – BATAN. Namun secara tusi di BATAN, unit kerja yang dapat berfungsi sebagai TSO adalah PTRKN.

Gambar

Tabel  3.  Mata  Kuliah  STTN  yang  Berhubungan  Langsung  Dengan  Analisis  Deterministik  Dan Probabilistik

Referensi

Dokumen terkait

Bahan Baku Cek Identitas Bahan Baku Terima Bon Permintaan Bahan Baku Supplier Persetujuan Manager Produksi Proses Produksi Kode Bahan Perencanaan Produksi Menerima Bahan

Tujuan dilakukan pengawasan selama berlangsungnya proses pengolahan yaitu untuk mencegah terlanjur diproduksinya obat yang tidak memenuhi.. Laboratorium pengujian IPC terletak

Dari deskripsi yang dipaparkan di atas, peneliti ingin mengamati dan meneliti wanita Jawa dengan semua tanggapan yang berlaku dalam masyarakat Jawa tentang pengambilan

Tingkat partisipasi dan kehadiran masyarakat dalam mengikuti pengabdian masyarakat ini sangat tinggi, ini terlihat banyak peserta yang bertanya berkaitan dengan

Dalam salah satu nota Islamic education in Indonesia yang disusun oleh bagian pendidikan Departemen Agama pada tanggal 1 September 1956, tugas bagian pendidikan

Proses integrasi pendidikan karakter siswa diupayakan guru melalui, pemberian contoh pada materi yang dipelajari dalam kehidupan nyata sehingga yang dipahami tidak

Waste Management Performance Evaluation Tools (WMPET) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur keefektifan pengelolaan limbah konstruksi pada suatu proyek

Pelatihan asertivitas merupakan sebuah konsep pendekatan behavioral yang digunakan untuk membantu orang-orang mendapatkan hak-haknya secara sempurna, yaitu dengan mengembangkan