• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... ierror! Bookmark not defined. DAFTAR ISI... iii. BAB I PENDAHULUAN... Error! Bookmark not defined.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... ierror! Bookmark not defined. DAFTAR ISI... iii. BAB I PENDAHULUAN... Error! Bookmark not defined."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga kita dalam keadaan sehat wal’afiat. Saya juga panjatkan kehadirat Allah SWT karena, hanya dengan ridho-Nya Laporan Skripsi ini dapat terselesaikan.

Saya menyadari bahwa Laporan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik dalam bentuk pikiran, dukungan dan motivasi sehingga saya dapat menyusun Laporan Skripsi ini. Dengan kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Supriyanto, M.P. , selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Pelita Bangsa.

2. Bapak Dodit Ardiatma, S.T., M.Sc. , selaku Kepala Program Studi Teknik Lingkungan STT Pelita Bangsa.

3. Bapak Nur Ilman Ilyas, S.T.,M.T. , Selaku dosen pembimbing I. 4. Ibu Putri Anggun Sari, S.Pt., M.Si. , selaku dosen pembimbing II. 5. Kepada keluarga terutama ibu dan bapak, kakak dan adik yang selalu

mendukung dan menjadi penyemangat saya.

6. Teman-teman TL.14.F.2 yang sama-sama berjuang dan saling menyemangati.

7. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebut satu persatu, yang telah membantu saya dalam menyusun Laporan Skripsi.

Saya menyadari Laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan Laporan ini. Semoga Laporan ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca.

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iError! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 1

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Rumusan Masalah ... 2

1.5 Tujuan Penelitian ... 2

1.6 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN UMUM ... 4

2.1 Air Bersih ... 4

2.2 Persyaratan Kualitas Air ... 5

2.3 Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih... 5

2.4 Sistem Perpipaan ... 6

2.5 Kebutuhan Air ... 9

2.6 Sumber Air Baku ... 10

2.7 Kehilangan Air ... 11

(5)

4.7 Reservoir ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Metode Penelitian... 16

3.2 Sumber Data ... 16

3.3 Metode Pengumpulan Data... 16

3.4 Teknik Analisa Data ... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 17

4.1 Kondisi Eksisting ... 17

4.2 Sistem Optimalisasi Penyediaan Air Bersih ... 21

4.3 Kebutuhan Air Desa Teja ... 23

4.4 Optimalisasi Penyediaan Air Bersih ... 16

4.5 Estimasi biaya ... 16 4.6 Hasil Penelitian ... 16 BAB V PENUTUP ... 28 5.1 Kesimpulan ... 16 5.2 Saran ... 16 DAFTAR PUSTAKA ... 31

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rekapitulasi Kebutuhan Air ... 28

Tabel 4.2 Kebutuhan Non Domestik ... 29

Tabel 4.3 Rekapitulasi Kebutuhan Air 80% ... 30

Tabel 4.4 Juction Nodes ... 36

Tabel 4.5 Pipa Nodes ... 38

Tabel 4.6 Koefisien Kehalusan ... 39

(7)

TABEL GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Majalengka ... 22

Gambar 4.2 Peta Desa Teja ... 26

Gambar 4.3 Peta Desa Teja Terlayani ... 27

Gambar 4.4 Velocity Jaringan Epanet ... 33

Gambar 4.5 Pressure Jaringan Epanet ... 34

Gambar 4.6 Flow Jaringan Epanet ... 35

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Air bersih merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga ketersediaannya amatlah penting. Pemalnfaatannya tidak hanya terbatas untuk keperluan rumah tangga, tetapi juga untuk fasilitas umum, sosial maupun ekonomi. Kebutuhan air bersih akan terus meningkat seiring dengan perkembangan manusia. Dengan adanya pertumbuhan penduduk, terjadi dinamika dalam masyarakat baikdalam segi kepadatan, sosial maupun ekonomi, sehingga kebutuhan air bersih pun akan meningkat (Imron Rosadi 2011)

Mendistribusikan air bersih kepada masyarakat, diperlukan sistem jaringan distribusi yang baik, karena dengan sistem jaringan distribusi yang baik maka itu akan memperlancar pendistribusian air bersih keseluruh masyarakat atau penduduk dengan tetap memperhatikan faktor kualitas, kuantitas, dan tekanan air. Sehubungan dengan hal tersebut Sistem penyediaan air bersih di Desa Teja diharapkan dapat mendistribusikan air bersih secara merata dan seimbang ke seluruh lokasi jaringan sesuai kebutuhan masing-masing.

Berdasarkan data dari pihak Desa Teja dan hasil evaluasi dilapagan bahwa keinginan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan air bersih sangat besar. Namun belum optimalnya tingkat pelayanan air dari segi tekanan dan kecepatan distribusi air bersih yang diberikan, maka jalan yang terbaik adalah merencanakan dan mengembangkan kebutuhan air bersih untuk kebutuhan air Desa Teja.

(9)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Sarana dan Prasarana yang belum memadai dalam pendistribusian air 2. Belum meratanya pelayanan air bersih pada Desa Teja

3. Tekanan dan kecepatan aliran air yang masih di bawah rata- rata standar Permen PU.

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini hanya menjelaskan perencanaan sistem penyediaan air tidak mencakup real pelaksanaanya karena perlu dikaji ulang dan tidak membahas secara detail tentang anggaran biaya.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah penulis pilih maka bagaimanakah Proses sistem optimalisasi penyediaan air bersih pada Desa Teja ?

1.5 Tujuan Penelitian

Ada pun tujuan Penelitian ini adalah mengetahui proses dari sistem optimalisasi air bersih di Desa Teja.

1.6 Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang ingin dicapai dan diharapkan dalam pelaksanaan penelitian ini, yaitu :

(10)

1.6.1 Bagi Mahasiswa

a. Mengetahui dan melakukan praktek proses kerja secara langsung di lapangan setelah memperoleh teori dibangku perkuliahan.

b. Meningkatkan daya penalaran dalam melakukan penelaah, perumusan serta pemecahan masalah secara praktisdantepat di lapangan.

c. Dapat bekerjasama dengan orang lain dan dalam suatu kelompok kerja sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan oleh pihak perusahaan.

1.6.2 Bagi Program Studi Teknik Lingkungan

a. Sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan mutu kurikulum dimasa mendatang.

b. Mendapatkan dan menjumpai kasus yang nantinya dapat digunakan sebagai contoh dalam pemberian perkuliahan serta dalam melatih mahasiswa untuk menyelesaikan suatu masalah.

c. Menguji kemampuan mahasiswa dalam menerapkan teori yang didapat diperkuliahan.

1.6.3 Pihak Dinas Perumahan Pemukiman dan Sumber Daya Alam a. Memperoleh informasi, saran dan ide inovatif-kreatif yang

diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas Dinas PPSDA.

b. Membantu menyelesaikan proyek yang berlangsung dalam meringankan pekerjaannya.

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Bersih

Standar kualitas air minum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Kepmenkes RI No 907/MENKES/SK/VII/2002, tanggal 29 Juli 2002, tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Menurut Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan air Minum pasal 1 ayat (6) dan ayat (7), Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum. Sedangkan pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran serta masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

2.2 Persyaratan Kualitas

Persyaratan kualitas menggambarkan mutu dari air baku air bersih. Menurut Naway (2013), dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut :

(12)

a. Persyaratan fisik

Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan

adalah 25oC ± 3oC.

b. Persyaratan kimiawi

Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH, total solid, zat organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.

c. Persyaratan bakteriologis

Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau fecal coli dalam air.

d. Persyaratan radioaktifitas

Persyaratan radioaktifitas mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.

e. Persyaratan Kuantitas (Debit)

Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah

(13)

dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya.

f. Persyaratan Kontinuitas

Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air.

Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,3 – 3 m/dt. Ukuran pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang 7 diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran terpenuhi (Hidayat & Mohammad, 2013)

(14)

g. Persyaratan Tekanan Air

Konsumen memerlukan sambungan air dengan tekanan yang cukup, dalam arti dapat dilayani dengan jumlah air yang diinginkan setiap saat. Untuk menjaga tekanan akhir pipa di seluruh daerah layanan, pada titik awal distribusi diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk mengatasi kehilangan tekanan karena gesekan, yang tergantung kecepatan aliran, jenis pipa, diameter pipa, dan jarak jalur pipa tersebut. Dalam pendistribusian air, untuk dapat menjangkau seluruh area pelayanan dan untuk memaksimalkan tingkat pelayanan maka hal wajib untuk diperhatikan adalah sisa tekanan air. Sisa tekanan air tersebut paling rendah adalah 5mka (meter kolom air) atau 0,5 atm (satu atm = 10 m), dan paling tinggi adalah 22 mka (setara dengan gedung 6 lantai).

Menurut standar dari DPU, air yang dialirkan ke konsumen melalui pipa transmisi dan pipa distribusi, dirancang untuk dapat melayani konsumen hingga yang terjauh, dengan tekanan air minimum sebesar 10mka atau 1atm. Angka tekanan ini harus dijaga, idealnya merata pada setiap pipa distribusi. Jika tekanan terlalu tinggi akan menyebabkan pecahnya pipa, serta merusak alat-alat plambing (kloset, urinoir, faucet, lavatory, dll). Tekanan juga dijaga agar tidak terlalu rendah, karena jika

tekanan terlalu rendah maka akan menyebabkan terjadinya kontaminasi air selama aliran dalam pipa distribusi (Rosadi, 2011).

(15)

2.2.1 Ditinjau dari segi kuantitas

1. Kebutuhan air untuk minum dan mengolah makanan 5 liter/hari.

2. Kebutuhan air untuk hygien yaitu untuk mandi dan membersihkan dirinya 25 – 30 liter/hari.

3. Kebutuhan air untuk mencuci pakaian

2.3 Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih 2.3.1 Sistem Distribusi Air Bersih

Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen, yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke seluruh daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan perlengkapannya, hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistem pemompaan (bila diperlukan), dan reservoir distribusi (Masduqi, 2008).

Sistem distribusi air minum terdiri atas perpipaan, katup-katup, dan pompa yang membawa air yang telah diolah dari instalasi pengolahan menuju pemukiman, perkantoran dan industri yang mengkonsumsi air. Juga termasuk dalam sistem ini adalah fasilitas penampung air yang telah diolah (reservoir distribusi), yang digunakan saat kebutuhan air lebih besar dari suplai instalasi, meter air untuk menentukan banyak air yang digunakan, dan keran kebakaran. Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi (kontinuitas pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi pengolahan (Masduqi, 2008).

(16)

Tugas pokok sistem distribusi air bersih adalah menghantarkan air bersih kepada para pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap memperhatikan factor kualitas, kuantitas dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal. Faktor yang didambakan oleh para pelanggan adalah ketersedian air setiap waktu. Suplai air melalui pipa induk mempunyai dua macam sistem, yaitu :

1. Continuous System

Dalam sistem ini air minum yang disuplai ke konsumen mengalir terus menerus selama 24 jam. Keuntungan sistem ini adalah konsumen setiap saat dapat memperoleh air bersih dari jaringan pipa distribusi di posisi pipa manapun. Sedang kerugiannya pemakaian air akan cenderung akan lebih boros dan bila terjadi sedikit kebocoran saja, maka jumlah air yang hilang akan sangat besar jumlahnya.

2. Intermitten System

Dalam sistem ini air bersih disuplai 2-4 jam pada pagi hari dan 2-4 jam pada sore hari. Kerugiannya adalah pelanggan air tidak bisa setiap saat mendapatkan air dan perlu menyediakan tempat penyimpanan air dan bila terjadi kebocoran maka air untuk fire fighter (pemadam kebakaran) akan sulit didapat. Dimensi pipa yang digunakan akan lebih besar karena kebutuhan air untuk 24 jam hanya disuplai dalam beberapa jam saja. Sedang keuntungannya adalah pemborosan air dapat dihindari dan juga sistem ini cocok untuk daerah dengan sumber air yang terbatas (Yosefa, 2017).

(17)

2.4 Sistem Perpipaan

Sistem ini menggunakan pipa sebagai sarana pendistribusian air. Unit pelayanannya dapat menggunakan Sambungan Rumah (SR), Sambungan Halaman dan Sambungan Umum. Untuk mendistribusikan air bersih dengan perpipaan terdapat beberapa sistem pengaliran, tergantung pada keadaan topografi, lokasi sumber air baku, beda tinggi daerah pengaliran atau daerah layanan (Tti Joko, 2010). Sistem pengaliran tersebut antara lain :

a. Pengaliran Gravitasi

Air bersih didistribusikan ke daerah layanan dengan memanfaatkan tekanan akibat gaya gravitasi pada daerah tersebut. Diperlukan beda elevasi antara sumber dan daerah layanan yang cukup besar supaya tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan.

b. Pengaliran Pemompaan dengan Elevated Reservoir

Sebelum air didistribusikan ke daerah layanan terlebih dahulu dipompa dan ditampung di reservoir kemudian didistribusikan dengan memanfaatkan tekanan akibat elevasi reservoir tersebut.

c. Pengaliran Pemompaan Langsung

Distribusi air ke daerah layanan dengan mengandalkan tekanan dari pompa, yang disesuaikan dengan tinggi tekanan minimum.

Menurut Roestam (2005), Pada dasarnya ada 2 sistem jaringan distribusi yaitu jaringan terbuka dan, tertutup, Yaitu :

(18)

1) Jaringan Terbuka

Karakteristik jaringan ini adalah pipa-pipa distribusi tidak saling berhubungan, air mengalir dalam satu arah dan area layan disuplai melalui satu jalur pipa utama.

2) Jaringan Tertutup

Karakteristik jaringan ini adalah pipa-pipa distribusi saling berhubungan, air mengalir melalui beberapa jalur pipa utama, sehingga konsumen disupplay dari beberapa jalur. Sistem ini cenderung diterapakan pada daerah yang jalannya saling berhubungan, perkembangan kota cenderung ke segala arah dan keadaan topografi yang relatif dasar.

2.5 Kebutuhan Air

Menurut Pedoman/Petunjuk Teknik Dan Manual Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan (AB-K/RE-RI/TC/001/98), kebutuhan air ditentukan berdasarkan penduduk yang dilayani, pemakaian air/kapita/orang dan kebutuhan non domestik (komersial, industri, sosial dan lain-lain). Menurut Roestam (2005), dalam perkiraan kebutuhan air berbagai faktor lainnya perlu juga diperhitungkan anatara lain :

1. Kebocoran atau kehilangan air baik padasistem produksi maupun distribusi.

2. Kebutuhan yang belum terpenuhi secarapenuh (unsatisfieddemand). 3. Peningkatan laju pemakaian air/kapitasejalan dengan peningkatan

taraf hidup masyarakat. 4. Peningkatan mutu pelayanan. 5. Kebutuhan hari maksimum.

(19)

2.5.1 Kehilangan Air

Menurut Sukarto (2017), Kehilangan air adalah selisih antaraproduksi air dengan air yang tercatat padameter air pelanggan. Besarnya angkakehilangan air pada umumnya berkisar antara20 % sampai 50 %. Komponen utamapenyebab kehilangan atau kebocoran airadalah :

1. Limpahan air di reservoir. 2. Kebocoran pipa induk. 3. Sambungan illegal.

4. Kerusakan pada ketidaktepatanpembacaan pada meter air di pelanggan.

Dalam perencanaan ini besarnya kehilangan air diambil sebanyak 20% dari kebutuhan air total (kebutuhan domestik + kebutuhan non-domestik). Kehilangan air dapat didefinisikan sebagai selisih antara air yang masuk ke pipa transmisi dan jaringan distribusi dengan air yang terjual/terpakai. Kehilangan air ini diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu :

1. Penyambungan aliran

2. Tekanan tekanan dari sisi luar pipa sehingga menyebabkan pipa pecah. 3. Pemasangan yang tidak tepat pada saat pelaksanaan

2.5.2 Tekanan Air

Tekanan maksimum pada umumnyadibatasi sekitar 60 meter kolom air. Tekananair yang tinggi dapat mempercepatkerusakan-kerusakan di sistem perpipaan dandapatamennyebabkan angka kebocorantinggi. Penggunaan katup pengatur ataupengurang tekanan untuk zona-zona yangbertekanan tinggi.

(20)

Sedangkan untukmenghindari terjadinya pengisapan air kotorkedalam air minum, harus dijaga agartekanan minimum 10 meter kolom air.( Sukarto, 2017 )

2.6 Sumber Air Baku

Air yang didistribusikan dalam sistem penyediaan air bersih/minum haruslah memenuhi baku mutu tertentu sebagai bahan baku untuk air bersih/minum. Air ini disebut air baku (Joko 2010).

Air baku diperoleh dari berbagai sumber air, antara lain adalah air permukaan, air hujan, air tanah dan mata air. Untuk menentukan sumber air baku mana yang dipakai perlu diperhatikan kualitas, kuantitas dan kontinuitas sumber air baku tersebut.

2.6.1 Air Permukaan

Menurut Fauzi (2014), Air permukaan adalah air yang berada di permukaan bumi, terdiri dari:

a. Air Sungai, adalah air yang mengalir di permukaan bumi, meliputi aliran air, alur sungai termasuk bantaran, tanggul dan areal yang dinyatakan sebagai sungai. Air sungai merupakan alternatif sumber air yang paling mudah diperoleh karena terletak dekat dengan permukiman masyarakat. Dari segi kuantitas fluktuasinya tinggi, sedangkan dari segi kualitas banyak yang tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air bersih tanpa proses pengolahan.

(21)

b. Air Rawa/Danau/Waduk, merupakan bentuk cekungan permukaan tanah baik alamiah maupun buatan dan didalamnya terdapat genangan air dengan volume relatif besar.

2.6.2 Air Hujan

Pemanfaatannya adalah untuk daerah dengan curah hujan yang tinggi. Pada umumnya digunakan sebagai suplemen, ketika terdapat masalah fasilitas dari lain sumber mengingat hujan fluktuasinya sangat tinggi. Dapat pula diterapkan sebagai sumber air baku utama, jika sumber air lain kurang menguntungkan. Dengan mempertimbangkan ketersediaan tempat, penangkapan air hujan dapat dilaksanakan di atas atap rumah maupun di atas tanah. (Fauzi, 2014 )

2.6.3 Air Tanah

Menrut Fauzi, 2014, Air tanah adalah air yang tertampung pada lapisan tanah. Lapisan tanah ini dapat menampung air dalam jumlah besar dan disebut aquifer. Aquifer terbagi menjadi 3 bagian yaitu aquifer tertekan, aquifer semi tertekan dan aquifer tidak tertekan.

 Aquifer tertekan

Aquifer yang berada diantara lapisan kedap air dimana kedua lapisan ini sama sekali tidak dapat mengalirkan air.

 Aquifer semi tertekan

Aquifer yang berada diantara lapisan kedap air dimana lapisan kedap air diatasnya sedikit mengalirkan air.

(22)

Aquifer yang berada diatas lapisan kedap air Kuantitas dan kontinuitas air tanah dipengaruhi luasan daerah resapan, semakin berkurang luasnya maka kuantitas dan kontinuitasnya juga berkurang.

2.7 Kehilangan Air

Menurut Sukarto (2017), Kehilangan air adalah selisih antara banyaknya air yang disediakan (water supply) dengan air yang dikonsumsi (water consumtion). Dalam kenyataanya, kehilangan air dalam suatu perencanaaan sistem distribusi selalu ada. Kehilangan air tersebut dapat bersifat teknis maupun non teknis. Yang misanya kebocoran pipa itu sendiri. Sedangkan yang bersifat non teknis misalnya pencurian air dari pipa distribusi. Dalam merencanakan sistem distribusi air minum harus juga diperhitungkan kebutuha air untuk kebocoran dengan maksuk agar titik-titik pelayanan tetap dapat terpenuhi kebutuhan airnya. Pengertian mengenahi kehilangan air ada tiga macam, yaitu :

1. Kehilangan air rencana

Kehilangan air rencana dialokasikan untuk kelancaran operasidan pemeliharan fasilitas penyediaan air bersih. Kehilangan air ini akan diperhitungkan dalam penetapan harga air, yang mana biayanya akan dibebankan pada pemakai air (konsumen).

2. Kehilangan air percuma.

Kehilangan air percuma menyangkut aspek penggunaan fasilitas penyediaan air bersih dan pengelolaannya. Hal ini sngat tidak diharapkan, dan harus diusahakan untuk ditekan dengan cara penggunaan dan pengelolaan fasilitas air bersih secara baik dan benar. Kehilangan air percuma ini terbagi dua, yaitu

(23)

leakage dan wastage. Leakage adalah kehilangan air percuma pada komponen fasilitas yang tidak dikendalikan dengan baik oleh pengelola, sedangkan wastage adalah kehilangan air percuma pada saat pemakaian fasilitas oleh konsumen. 3. Kehilangan air insidentil

Kehilangan air insidentil adalah kehilangan air diluar kekuasaan manusia, seperti bencana alam. Dalam perhitungan perencanaan penyediaan air bersih, dipakai istilah kehilangan air rencana dengan anggapan bahwa kehilangan air percuma dan insidentil telah termasuk di dalamnya. Besarnya kehilangan air rencana ini diperkirakan sebanyak 15% sampai 25% dari total kebutuhan air domestik. Dalam perencanaan ini besarnya kehilangan air diambil sebanyak 20% dari kebutuhan air total (kebutuhan domestik + kebutuhan non-domestik).

Kehilangan air dapat didefinisikan sebagai selisih antara air yang masuk ke pipa transmisi dan jaringan distribusi dengan air yang terjual/terpakai. Kehilangan air ini diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu :

 Penyambungan liar.

 Terkena tekanan dari sisi luar pipa sehingga menyebabkan pipa retak atau pecah.

 Pemasangan sambungan yang tidak tepat pada saat pelaksanaan.

2.8 Kecepatan Aliran

Menurut ketentuan Peraturan Pemerintah Pekerjaan Umum No.18 Tahun 2007 nilai kecepatan aliran dalam pipa yang diijinkan adalah sebesar 0,3 – 3 m/s pada debit jam puncak. Kecepatan yang terlalu kecil menyebabkan endapan yang ada dalam pipa tidak dapat terdorong sehingga dapat menyumbat aliran pada pipa.

(24)

Sedangkan kecepatan yang terlalu besar dapat mengakibatkan pipa cepat aus dan mempunyai headloss yang tinggi (Taju & ALex, 2017).

2.9 Reservoir

Menurut Kaunang et al (2005), Fungsi dari reservoir antara lain adalah untuk menyimpan air bersih yang siap didistribusikan, meratakan debit air dalam sistem jaringan distribusi serta mengatur tekanan air dalam jaringan distribusi. Berdasarkan lokasinya reservoir dibedakan menjadi :

1. Elevated Reservoir

Reservoir yang menyimpan atau menampung air yang terletak diatas tanah. 2. Ground Reservoir

Reservoir yang menyimpan atau menampung air yang terletak dibawah tanah. Untuk mencari kapasitas reservoir, dihitung dengan metode analitis maupun grafis.

(25)

BAB IV

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode pendekatan kuantitatif yang merencanakan dan mengembangkan pelayanan air bersih. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk mengoptimalkan penyediaan air bersih di Desa Teja. Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang lebih sistematis, spesifik, terstruktur dan juga terencana dengan baik dari awal hingga mendapatkan sebuah kesimpulan.

3.2 Sumber Data 3.2.1 Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dilapangan, baik dengan metode survei maupun observasi.

3.2.2 Data Sekunder

Data sekunder dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Internal data, yaitu data yang diperoleh dari literatur yang tersedia di perusahaan/instansi.

b. Eksternal data, yaitu data yang diperoleh dari literatur yang berada di luar perusahaan/instansi .

3.3 Metode Pengumpulan Data 3.3.1 Metode Survei

(26)

Metode ini dilakukan dengan berkomunikasi langsung antara pelaksana kerja praktek dengan pembimbing, operator, karyawan atau petugas berwenang lainnya dari Dinas Perumahan, Permukiman, dan Sumber Daya Air (PPSDA).

3.3.2 Metode Observasi

Metode ini berusaha untuk melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala dan fakta yang dihadapi dan terjadi selama berada di lapangan.

3.4.2 Analisis Pengoptimalan Sistem penyediaan air bersih

Pengoptimalan sistem penyediaan air bersih ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam mendapatkan air bersih. Dengan mengoptimalkan sistem air bersih, masyarakat Desa Teja dapat terlayani air bersih secara merata. Pengoptimalisasi dari jumlah KK atau jumlah penduduk yang ada, agar teralirkan secara merata ke daerah pelayanan di Desa Teja, Maka diperlukan sebagai berikut:

1. Diameter Pipa harus besar

(27)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Eksisting Desa Teja 4.1.1 Gambaran Umum

Kabupaten Majalengka merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Barat, memiliki luas 1.204,24 Km2 atau 3,25% dari luas wilayah daratan Provinsi Jawa Barat (37.095,28 Km2). Secara geografis Kabupaten Majalengka, Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Indramayu; Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Kuningan, Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya; Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Majalengka Sumber : Google Earth

(28)

4.1.2 Profil Desa Teja 1. Kondisi Desa Teja

Dinamika pembangunan masyarakat Desa Teja Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka menunjukkan pertumbuhan yang positif, ditandai keberhasilan pembangunan yang mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Memasuki era globalisasi dan seiring dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat akan hak-haknya, serta meningkatnya kebutuhan yang semakin kompleks merupakan tantangan bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan capaian hasil pembangunan. Untuk mengantisipasi berbagai permasalahan, tantangan serta perkembangan di masa kini dan masa depan diperlukan perencanaan yang jelas terarah dan partisipatif.

Kondisi yang diharapkan di masa depan tidak terlepas dari pencapaian sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan pembangunan secara efektif. Seiring dengan itu, upaya secara terus menerus tetap diarahkan untuk mengatasi tantangan dan hambatan pembangunan desa guna mewujudkan kondisi yang diharapkan dan kondisi saat ini merupakan modal dasar atau bahan untuk perencanaan yang akan menentukan keberhasilan.

Desa Teja Kecamatan Rajagaluh berada di wilayah administrasi Kabupaten Majalengka dengan luas wilayah 897,860 km² yang terdiri atas 02 Dusun, 07RW dan 14 RT. Jumlah penduduk Desa Teja sebanyak 3055 Jiwa yang terdiri dari 1.4131 laki-laki dan 1493 perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 989 KK. Sedangkan jumlah Keluarga Miskin (GAKIN) 337 KK dengan persentase 12 % dari jumlah keluarga yang ada di Desa Teja Jarak dari Kantor

(29)

Desa ke Kota Kecamatan adalah 7 Km, ke Ibukota Kabupaten berkisar antara32 Kilometer. Dilihat dari batas wilayah administrasi, Desa teja berbatasandengan :

 Sebelah Utara : Kumbung  Sebelah Selatan : Cikaracak  Sebelah Barat : Pajajar  Sebelah Timur : Payung

Sumber daya air di Desa Teja dibagi ke dalam dua bagian yaitu air permukaan dan air bawah tanah. Potensi air permukaan yang menjadi jantung kebutuhan air cukup besar untuk dimanfaatkan terutama bagipengairan, diperoleh dari 2 (dua) sungai besar yaitu Sungai Ciwaringin,Cipereng, Cibalingbing dan beberapa anak sungai lainnya. Sementara potensi air permukaan lainnya berada di beberapa tempat yang mempunyai debit air tinggi yang berasal dari sumber mata air,umumnya berada di Wilayah Selatan Desa. Untuk kondisi Air Bawah

Tanah (ABT), berdasarkan kondisi yang ada, secara umum Wilayah Utara dan Tengah Desa mempunyai potensi ketersediaan ABT cukup baik.

2. Topografi dan Jenis Tanah

Desa Teja berada pada 95 20’ 68,81” S dan 207O 18’ 70,98” T. Dengan memiliki topografi berbukit-bukit dengan kemiringan rata-rata 13,21 dan berada pada ketinggian rata-rata 800-110dpl. Jenis tanah yang pada umumnya adalah latosol dengan batuan vulkanik jenis andesit. Iklim pada desa Teja dilihat dari letak geografis dan topografinya Desa Teja berada didaerah perbukitan dengan ketinggian 54,2 M di atas permukaan laut dengan curah hujan 200-260 C. (Sumber : Data Profil Desa Teja )

(30)

3. Demografi

Desa Teja Kecamatan Rajagaluh berada di wilayah administrasi Kabupaten Majalengka dengan luas wilayah 897,860 Km2 yang terdiri atas 07 Blok/Dusun, 2 RW dan 24 RT. Jumlah penduduk Desa Teja sebanyak 2.830 Jiwa yang terdiri dari 1.413 laki-laki dan 1.417 perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 938 KK. Sedangkan jumlah Keluarga Miskin (GAKIN) 337 KK dengan persentase 12 % dari jumlah keluarga yang ada di Desa Teja Jarak dari Kantor Desa ke Kota Kecamatan adalah 7 Km, ke Ibukota Kabupaten berkisar antara 32 Kilometer.

4.2 Sistem Optimalisasi Penyediaan Air Bersih 4.2.1 Optimalisasi Sistem

Optimalisasi Sistem penyediaan air bersih adalah penyempurnaan sistem dalam mendistribusikan air bersih pada daerah pelayanan. Optimalisasi sistem penyediaan air bersih ini dilakukan untuk mempermudah masyarakat Desa Teja dalam mendapatkan air bersih. Strategi untuk mengoptimalkan sistem penyediaan air bersih yaitu dengan cara meredesign jaringan pipa dan mengembangkan sistem jaringan pipa air bersih dengan perubahan diameter pipa.

4.2.2 Data Penerima Sambungan Rumah

Berdasarkan data sebelumnya daftar penerima sambungan air bersih pada Desa Teja sejumlah 640 jiwa atau 121 SR dari total 3055 jiwa yang akan dilayani. Namun saat ini karna akan ada pengembangan sistem penyediaan air bersih maka

(31)

jumlah penerima asambungan rumah di Desa Teja yang akan terlayani sejumlah 989 KK atau 3055 jiwa.

4.2.3 Daerah Pelayanan Air Bersih Eksisting 1. Daerah Pelayanan Penyedian Air Bersih

Berikut ini gambar daerah pelayanan eksisting Desa Teja yang akan dilakukan pengoptimalan dan dapat terdistribusi keseluruh daerah pelayanan.

Gambar 4.2 Peta Desa Teja Sumber : Google Earth.

(32)

Gambar dibawah ini adalah rencana pengembangan atau optimalisasi dari gambar eksisting. Pada gambar tersebut terlihat seluruh daerah Desa Teja terlayani air bersih dengan jumlah penduduk 3.055 jiwa atau 989 Kepala keluarga yang ada di Desa Teja.

Gambar 4.3 Peta Desa Teja Terlayani Sumber : Google Earth.

(33)

4.3 Kebutuhan Air Desa Teja

1. Perhitungan Kebutuhan Air Eksisting

Berdasarkan SNI No 03-7065-2005 bahwa kebutuhan air setiap harinya sekitar 120 l/o/h. Dari hasil data di lapangan saat kerja praktek Jumlah penduduk yang terlayani 21% yaitu 640 Jiwa atau 121 SR dari 989 SR. Berikut Rekapitulasi Perhitungan kebutuhan airnya :

(34)

Tabel 4.1 Rekapitulasi Kebutuhan Air

NO URAIAN SATUAN KEBUTUHAN

RATA-RATA KET

1 PENDDUDUK

Jumlah Penduduk Orang 3055 Di Proyeksikan

Prosentase Pelayanan % 21%

Jumlah Penduduk Terlayani Orang 640

2 PELAYANAN SAMBUNGAN RUMAH

Prosentase Sambungan Rumah % 40%

Penduduk Terlayani(SR) Orang 640

Standar Kebutuhan(SR) l/org/Hari 120

Kebutuhan Total(SR) l/det 0,889

Jumlah SR Unit 121

3 PELAYANAN HYDRANT UMUM(HU)

Prosentase Hydrant Umum % 10%

Penduduk Terlayani dengan HU Orang

Standar Kebutuhan HU l/org/Hari 30

Kebutuhan Total HU l/det

Jumlah HU Unit

4 KEBUTUHAN DOMESTIK l/det 0,889 SR+HU

5 KEBUTUHAN NON DOMESTIK

Prosentase terhadap kebutuhan Domestik %

Kebutuhan Total Non Domestik l/det Asumsi/Perhitungan

6 TOTAL KEBUTUHAN AIR(KA) l/det 0,889 Domestik+Non Domestik

7 KEHILANGAN AIR

Prosentase Kebocoran % 30%

Total Kehilangan Air l/det 0,267

8 KEBUTUHAN AIR RATA-RATA(Q RATA") l/det 1,156 KA+Kebocoran

9 KEBUTUHAN AIRMAX PER HARI(Q Max) l/det 1,271 Qmax=1,1*Q rat"

10 KEBUTUHAN JAM PUNCAK l/det 1,849 Qpd=1,6*Q rat"

(35)

2. Perhitungan Kebutuhan Air Non Domestik

Untuk mengetahui kebutuhan air di Desa Teja, maka perlu diketahui kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik. Kebutuhan Domestik dapat dihitung setelah mengetahui jumlah penduduk, sedangkan untuk kebutuhan Non domestik perlu diketahui fasilitas-fasilitas apa saja yang ada di Desa Teja. Berikut tabel kebutuhan air Non Domestik :

Tabel 4.2 Kebutuhan Non Domestik

FASILITAS

TAHUN KAPASITAS KEBUTUHAN KEBUTUHAN NON DOMESTIK

2016

-2018 PERENCANAAN JIWA l/o/h 2016 -2018 PERENCANAAN

BANGUNAN PENDIDIKAN TK 2 2 60 40 0,056 0,056 SD 2 2 200 40 0,185 0,185 MD 1 1 200 40 0,093 0,093 KESEHATAN Posyandu 1 1 15 10 0,002 0,002 Poskesdes 1 1 15 10 0,002 0,002 NIAGA Pasar 1 1 100 50 0,058 0,058 TEMPAT IBADAH Masjid 1 1 100 10 0,012 0,012 Mushola 28 28 40 10 0,130 0,130 KANTOR Balai Desa 1 1 30 100 0,035 0,035 JUMLAH 38 38 0,571 0,571

(36)

3. Perhitungan Kebutuhan Domestik

Berdasarkan SNI No 03-7065-2005 bahwa kebutuhan air pada saat pengembangan dilapangan saat ini 120 l/o/h. Dari hasil data di evaluasi lapangan Jumlah penduduk yang ada di desa Teja adalah 3.055 Jiwa :

Tabel 4.3 Rekapitulasi Kebutuhan air

NO URAIAN SATUAN KEBUTUHAN RATA-RATA Ket

1 PENDDUDUK

Jumlah Penduduk Orang 3055 Di Proyeksikan

Prosentase Pelayanan % 80%

Jumlah Penduduk Terlayani Orang 3305

2 PELAYANAN SAMBUNGAN RUMAH

Prosentase Sambungan Rumah % 80%

Penduduk Terlayani(SR) Orang 2644

Standar Kebutuhan(SR) l/org/hari 120

Kebutuhan Total(SR) l/det 3,672

Jumlah SR Unit 989

3 PELAYANAN HYDRANT UMUM(HU)

Prosentase Hydrant Umum % 20%

Penduduk Terlayani dengan HU Orang 331

Standar Kebutuhan HU l/org/Hari 30

Kebutuhan Total HU l/det 0,115

(37)

4 KEBUTUHAN DOMESTIK l/det 3,787 SR+HU

5 KEBUTUHAN NON DOMESTIK

Prosentase terhadap kebutuhan Domestik %

Kebutuhan Total Non Domestik l/det 0,571 Asumsi/Perhitungan

6 TOTAL KEBUTUHAN AIR(KA) l/det 4,358 Domestik+Non Domestik

7 KEHILANGAN AIR

Prosentase Kebocoran % 30%

Total Kehilangan Air l/det 1,307

8 KEBUTUHAN AIR RATA-RATA(Q RATA") l/det 5,665 KA+Kebocoran

9 KEBUTUHAN AIRMAX PER HARI(Q Max) l/det 6,232 Qmax=1,1*Q rat"

10 KEBUTUHAN JAM PUNCAK l/det 9,065 Qpd=1,6*Q rat"

(38)

4.4 Optimalisasi Penyediaan Air Bersih

Prosess pengoptimalisasian pada Desa Teja ini dengan cara memindah Reservoir dan memperbesar kapasitas Reservoir. Pemindahan Reservoir ke elevasi yang lebih tinggi dan penambahan kapasitas reservoir ini bertujuan agar seluruh daerah pelayanan dapat teraliri air.

4.4.1 Perhitungan Dengan Menggunakan Epanet

Berdasarkan kondisi lapangan untuk dapat mengoptimalkan sistem penyediaan air bersih di Desa Teja, perlu adanya evaluasi perhitungan dengan menggunakan epanet. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem penyediaan air dapat terdistribusikan dengan baik kedaerah pelayanan mulia dari Tekanan, Kecepatan, sampai dengan alirannya. Berikut hasil perhitungannya:

(39)
(40)
(41)
(42)

Berdasarkan Percobaan diatas dengan menggunakan epanet, maka dapat kita lihat hasil perhitungannya pada tabel Junction Nodes dan Pipa nodes. Pada tabel tersebut tertera hasil perhitungan pada setiap daerah pelayanan atau junction. Sebagai berikut :

Tabel 4.4 Junction Nodes

(43)

Dari hasil perhitungan Epanet dapat dilihat bagaimana sistem pengaliran pada Junctionn Nodes, Berikut uraian hasil perhitungan dengan menggunakan Epanet :

a. Elevation

Berdasarkan hasil data dilapangan dan data perhitungan dengan dengan menggunakan Epanet, elevasi tertinggi terletak pada Reservoir dengan ketinggian 607m sedangkan elevasi pada pendistribusian terletak pada Junction 2 dengan ketinggian 537m. Dan elevasi pendistribusian terrendah pada Junction 27 dengan ketinggian 503m.

b. Base Demand

Pada nilai Base Demand ada beberapa daerah tertentu yang penggunaan airnya sangat besar, terletak pada Junction 10 sebanyak 1,77 lps dan nilai Base Demand terendah pada Junction 2 dengan penggunaan air sebesar 0,05 lps.

c. Head

Total Haad daerah pelayanan di Desa Teja yang tekanannya besar tetletak pada Reservoir yaitu 607,00 m, dan Total Head terendah ada pada Junction 26 yaitu 590,19 m.

d. Pressure

Tekanan air paling besar terletak pada Junction 27 dengan nilai 94.38 m , sedangkan tekanan terendah terletak pada Junction 10 dengan 62.46 m. Tekanan terendah pada junction tersebut karena daerah pelayanannya memiliki beda tinggi elevasi yang selisih sedikit.

(44)

Berikut adalah Tabel Pipa Nodes pada perhitungan epanet, pada tabel ini ada beberapa penilaian yang sangat berpengaruh pada sistem aliran air bersih di Desa Teja. Sebagai berikut :

Tabel 4.5 Pipa Nodes

Dari hasil perhitungan Epanet dapat dilihat Tabel Pipa Nodes bagaimana sistem pengaliranya, berikut uraian hasil perhitungan dengan menggunakan epanet :

e. Velocity

Hasil perhitungan kecepatan Menurut Peraturan Pemerintah Pekerjaan Umum No.18 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan pada Aliran distribusi air bersih yaitu 0,3 – 3 m/dtk . Setelah dihitung menggunakan Epanet kecepatan tertinggi pada Pipa 7 yaitu 2,52 m/s dan kecepatan terendah pada pipa 5 yaitu 0,17 m/s.

(45)

f. Flow

Nilai Flow ini menunjukan Besarnya kebutuhan aliran air bersih pada daerah pelayanan. Flow tertinggi terletak pada pipa 1 dengan nilai 12.64 Lps. Sedangkan Flow terendah terletak pada pipa 5 dengan nilai 0,34 Lps.

g. Roughteness

Kekasaran pipa yang digunakan pada Pipa PVC ini mengikuti standar dari tabel nilai kekasaran berdasarkan Tabel dari Hazen Williams yaitu untuk pipa PVC nilainya 140. Sebagai berikut :

Tabel 4.6 Koefisien Kehalusan

Sumber : Hazard William, 2010

h. Diameter

Pipa yang digunakan pada pipa pendistribusian air bersih di desa Teja ini menggunakan Pipa PVC. Diameter pipa pada pipa utama menggunakan pipa 100

(46)

mm. Pada pipa cabang digunakan pipa 50mm dan 35mm. Penggunaan pipa pada daerah pelayanan ini di modifikasi diameternya berdasarkan banyaknya jumlah sambungan rumah yang terlayani. Diameter pipa sangat berpengaruh terhadap Flow dan juga Velocity pada jaringan pipa. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan

oleh (Masduqi, 2008) bahwa tekanan dan kecepatan dipengaruhi juga oleh diameter pipa.

Berdasarkan hasil Perhitungan epanet diatas bahwa sistem Optimalisasi pada Desa Teja sudah cukup baik dari segi tekanan dengan nilai 63,41m dan kecepatan diatas 0,3 m/dtk yaitu 0,17, walaupun masih ada titik kecepatan yang kecil tetapi masih diatas standar Peraturan Pemerintah Pekerjaan Umum No.18 Tahun 2007.

(47)

4.5 Estimasi Biaya

Faktor ekonomis pada sistem penyediaan air bersih ini bertujuan agar lebih efektif dalam meminimalisir biaya. Berikut Tabel harga Estimasi pemindahan reservoir untuk pendistribusian di Desa Teja :

Tabel 4.7 Esstimasi Biaya

No Uraian Spesifikasi Volume Kisaran Harga

1 Reservoir 1 bak Rp. 72.914.043,88

2 Pengadaan pipa dan accessories distribusi

PIPA PVC Dia 4" ( RRJ, S - 12,5 ) 1914 m Rp. 169.993.295,00 PIPA GI Dia 4" 30 m Beend PVC Dia 4" x 90ᵒ 1 bh Dia 4" x 45ᵒ 2 bh Sealtape 10 Roll Socket GI Dia 4" 4 bh

Valve Socket Dia 4" 3 bh

3 Pengadaan Pipa dan Accessories Retikulasi

Pipa PVC Dia 2" ( RRJ, S - 12,5 ) 2058 m Rp. 61.939.820,00 Pipa PVC Dia 1" ( RRJ, S - 12,5 ) 350 m Dia 2" x 90ᵒ 7 bh Dia 2" x 45ᵒ 2 bh

Viet Kran Dia 2" 1 bh

Street Box 1 bh Tee Dia 2" 4 bh Tee Dia 2" - 1" 11 bh Reducer 2"-1" 1 Doof dia. 2" 3 bh Doof dia. 1" 17 bh Sealtape 10 bh Lem 3 Tube Total Rp. 304.847.158,88

(48)

Berikut contoh bak reservoir yang dibangun di Desa Teja,. Pada Pemindahan Reservoir ini di pindahkan ke tempat elevasi yang lebih tinggi. Berikut gambar reservoir :

Sumber : Autocad Dinas PPSDA

Gambar 4.7 Reservoir 4.6 Hasil Penelitian

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Faktor teknis seperti debit air, bak reservoir, diameter pipa,dan elevasi tinggi muka tanah sangat penting karena optimalisasi ini bertujuan agar dapat memenuhi air bersih ke seluruh warga masyarakat Desa Teja. Berdasarkan perhitungan Epanet menunjujukan bahwa nilai, Tekanan 63,4 m dan Kecepatan terendah 0,17 m/s sudah sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Pekerjaan Umum No.18 Tahun 2007 sistem Pengoptimalan dengan pemindahan Reservoir sangat memenuhi untuk mendistribusikan air bersih.

(49)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Pada proses sistem penyediaan air ini :

a. Jumlah kebutuhan air maksimal Desa Teja yang terlayani yaitu 9,065 l/dtk.

b. Penentuan kebutuhan pipa distribusi dihitung berdasarkan Epanet. Sehingga didapathasil perhitungan Epanet menunjujukan bahwa nilai, Tekanan 63,4 m dan Kecepatan terendah 0,17 m/s sudah sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Pekerjaan Umum No.18 Tahun 2007 sistem Pengoptimalan dengan pemindahan Reservoir sangat memenuhi untuk mendistribusikan air bersih.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian ini berdasarkan dari kondisi eksisting sistem penyediaan air yang ada. Adapun pengembangan hasil hingga bisa dilaksanakan perlu penelitian lebih rinci hingga menghasilkan RAB.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Irwan wisnu Whardana, M.AriefBudihardjo, ScyllaAdhesti P. 2013. Kajian Sistem Penyediaan Air Bersih Sub Sistem Bribin Kabupaten Gunung Kidul {Journal}. Surabaya. Program Sarjana Fakultas Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh November.

Joko, Tri. 2010. Unit Air Baku Dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Yogyakarta: GrahaIlmu

Kaunang, Chrisianse Dirk, Lingkan Kawet, Dan f. Halim. 2015. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Maliambao Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara. Journal Sipil Statik, ISSN : 2337- 6732. Volume 3 No.6, Juni 2015 : 361-372

Keputusan Mentri Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002. Tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

Masduqi, Ali.2008. Sistem Penyediaan Air Bersih Berbasis Masyarakat. Journal Teknik. Volume 3, No 1, Tahun 2008.

Peraturan Menteri PU No. 39/PRT/M/2006. tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur Tahun 2007

Pedoman Petunjuk Teknik dan Manual. 1998. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah No.16 tahun 2005. Tentang Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum.

Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990, Tentang Standar kualitas air di perairan umum yang digunakan sebagai sumber air baku

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.122 Tahun 2015 Tentang : Sistem Penyediaan Air Minum.

(51)

Rosadi, Mukhti Imron.2011. Perencanaan Pengembangan Sistem Jaringan Distribusi PDAM IKK DurenanKabupatean Trenggalek {Tugas Akhir}. Surabaya. Program Studi D-4 Teknik Perancangan Prasarana Lingkungan Permukiman Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan , Institut Teknologi Sepuluh November.

Taju, Rivaldi Armando., & Alex Binilang. 2017. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Powalutan Kecamatan Ranoyapo Kabupaten Minahasa Selatan. Journal Sipil Stati, ISSN : 2337-6732. Volume 5 No.7, September 2017 : 435-350

Yosefa, Firga. 2017. Analisis Perencanaan Dan Pengembangan Jaringan

Distribusi Air Bersih Di PDAM Tulungagung. Journal Teknik ITS, ISSN : 2337-3539. Volume 6 No.1, Tahun 2017.

Gambar

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Majalengka  Sumber : Google Earth
Gambar 4.2 Peta Desa Teja   Sumber : Google Earth.
Gambar  dibawah  ini  adalah  rencana  pengembangan  atau  optimalisasi  dari  gambar eksisting
Tabel 4.1 Rekapitulasi Kebutuhan Air
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa program yang dilaksanakan oleh Bagian Humas dan Informasi Kota Yogyakarta pada dinilai mampu membangun komunikasi publik dengan efektif kepada masyarakat

Alasan pemilihan bahan ajar tentunya dilihat dari materi yang terkandung dalam bahan ajar apakah telah sesuai dengan kebutuhan siswa serta memenuhi Standar

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Galuh Ngreni Luberingtyas Menghasilkan video profil Madrasah Aliyah Negeri1 Sragen yang dapat dijadikan media

KARAKTERISTIK ARSITEKTUR VERNAKULAR RUMAH GADANG DAN PERUBAHANNYA AKIBAT PENGARUH NILAI DAN BUDAYA (Nagari Seribu Rumah Gadang , Solok” sebagai syarat untuk memperoleh

Demak yang meneliti tentang Cerai Gugat Istri karena Tidak Terpenuhinya Nafkah Batin.” Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa suami istri wajib memberikan bantuan

Test Case Hasil Yang Diharapkan Hasil Pengujian Kesimpulan 1 Semua text field (kolom data) pada form pembayaran tidak di isi lalu klik tombol konfirmasi Nama bank :

Proses tidak stedi atau proses transien adalah kebalikan dari proses stedi dimana properti dalam volume atur berubah dengan waktu, interaksi panas dan kerja antara sistem

Unu Menjadi wil.. Parigi Selatan, Perda No. Parigi Selatan, Perda No. Parigi Selatan, Perda No. Parigi Selatan, Perda No. Parigi Selatan, Perda No. Parigi Selatan, Perda No.