• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wiwik Jatnika, Abdul Latief Abadi dan Luqman Qurata Aini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Wiwik Jatnika, Abdul Latief Abadi dan Luqman Qurata Aini"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)Jurnal HPT Volume 1 Nomor 4 Desember 2013 ISSN : 2338 - 4336. 19. PENGARUH APLIKASI Bacillus sp. DAN Pseudomonas sp. TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT BULAI YANG DISEBABKAN OLEH JAMUR PATOGEN Peronosclerospora maydis PADA TANAMAN JAGUNG Wiwik Jatnika, Abdul Latief Abadi dan Luqman Qurata Aini Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia. ABSTRACT Downy mildew is a major disease of maize caused by pathogenic fungi Peronosclerospora maydis. Bacillus sp. and Pseudomonas sp. were known to be antagonistic microorganisms and can produce antibiosis as chitinase enzymes that can hydrolyze the cell walls of fungi, siderophores, antibiotics enzymes that can inhibit the growth of pathogens. This research aimed to know potential isolates of Bacillus sp. and Pseudomonas sp to inhibition of sporulation and germination test fungal and to control Downy mildew disease caused by P. maydis. Bacillus sp. and Pseudomonas sp. could suppress sporulation of P. maydis. On germination test, the treatment given had no effect on germination P. maydis spores. Bacillus sp. and Pseudomonas sp. could reduce Downy mildew disease incidence with highest on Pseudomonas sp. UB-PF5 by 50%. On corn the aplication of Bacillus sp. and Pseudomonas sp. showed better results when compared to the control treatment without pathogen inoculation treatments (POB), particularly on the isolate of Pseudomonas sp. UBPF5 and Bacillus sp. UB-ABS1. Keywords: Downy mildew, Bacillus sp., and Pseudomonas sp. ABSTRAK Bulai merupakan penyakit penting pada tanaman jagung yang disebabkan oleh jamur patogen Peronosclerospora maydis, dengan tingkat serangan mencapai 95%. Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. diketahui merupakan mikroorganisme antagonis. Bakteri ini mampu menghasilkan senyawa antibiosis seperti enzim kitinase yang dapat menghidrolisis dinding sel jamur, sideropore, dan antibiotik lainnya yang dapat menghambat pertumbuhan patogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensial isolat Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. dalam menekan sporulasi, perkecambahan Peronosclerospora maydis dan perkembangan penyakit bulai. Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. mampu menekan sporulasi jamur. Tetapi, tidak dapat menekan perkecambahan jamur Peronosclerospora maydis. Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. mampu menekan penyakit bulai. Tingkat penekanan tertinggi pada isolat Pseudomonas sp. UB-PF5 sebesar 50%. Bakteri terbaik yang dapat menstimulasi pertumbuhan tanaman jagung adalah isolat Pseudomonas sp. UB-PF5 dan isolat Bacillus sp. UB-ABS1. Kata kunci: Penyakit Bulai, Bacillus sp., dan Pseudomonas sp. PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomis tinggi, tidak hanya sebagai sumber. pangan karbohidrat kedua setelah beras, jagung juga dikonsumsi sebagai bahan pakan hewan ternak (Sejahti, 2011). Penyakit bulai merupakan penyakit penting tanaman jagung yang dapat menurunkan hasil produksi.

(2) 20. Jatnika et al., Pengaruh Aplikasi Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.. jagung. Bulai disebabkan oleh jamur patogen Peronosclerospora maydis yang menginfeksi tanaman jagung pada umur 2-3 minggu, dengan tingkat kerusakan mencapai 95% (Semangun, 2004). Gejala khas penyakit bulai pada tanaman jagung berupa klorotik memanjang sejajar tulang daun, pertumbuhan tanaman yang terserang terhambat, dan pada pagi hari dapat terlihat lapisan tepung putih dibawah permukaan daun. Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. diketahui merupakan mikroorganisme antagonis yang digunakan sebagai biokontrol agens terhadap penyakit yang bersifat tular tanah dan udara. Bakteri ini dapat menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat antibiosis seperti enzim kitinase yang dapat menghidrolisis dinding sel jamur (Wang dan Chang, 1997), siderofor, dan antibiotik lainnya yang dapat menghambat perkembangan patogen (Habazar dan Yaherwandi, 2006). Berdasarkan latar belakang, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari beberapa isolat Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. dalam menghambat sporulasi, perkecambahan jamur, dan menekan perkembangan penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur patogen Peronosclerospora maydis. METODE Penelitian dilaksanakan bulan Januri hingga Juni 2013 di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan screen house Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.. Metode penelitian meliputi uji penghambatan sporulasi dan perkecambahan jamur patogen Peronosclerospora maydis serta penghambatan penyakit bulai dengan Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. juga fungisida berbahan aktif Dimetomorf 50%. Uji Penghambatan Sporulasi dan Perkecambahan Jamur P. maydis dengan Bakteri Antagonis Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 9 perlakuan (kontrol, 5 isolat Bacillus sp. UB-ABS1, UB-ABS2, UB-ABS3, UB-ABS4, dan UB-ABS5, dan 2 isolat Pseudomonas sp. UB-PF2 dan UBPF5, serta Fungisida berbahan aktif Dimetomorf 50%. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Rancangan perlakuan uji sporulasi dan perkecambahan jamur patogen Peronosclerospora maydis dapat dilihat pada Tabel 1. Uji Penekanan Serangan penyakit Bulai dengan Bakteri Antagonis Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 10 perlakuan (kontrol, 5 isolat Bacillus sp. UB-ABS1, UBABS2, UB-ABS3, UB-ABS4, dan UBABS5, 2 isolat Pseudomonas sp. UB-PF2 dan UB-PF5, serta Fungisida berbahan aktif Dimetomorf 50%. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Rancangan uji penekanan serangan penyakit bulai dengan bakteri antagonis dapat dilihat pada Tabel 2.. Tabel 1. Uji sporulasi dan perkecambahan jamur patogen Peronosclerospora maydis Perlakuan. Isolat Bacillus sp. (cfu/ml). Isolat Pseudomonas sp. (cfu/ml). P1 109 (UB-ABS1) 0 P2 109 (UB-ABS2) 0 0 P3 109 (UB-ABS3) 0 P4 109 (UB-ABS4) 0 P5 109 (UB-ABS5) 9 P6 0 10 (UB-PF2) P7 0 109 (UB-PF5) P8 0 0 P9 0 0 (Kontrol) Keterangan : Kontrol (P9) aplikasi menggunakan aquades steril.. Dimetomorf 50 % (5gr/L (ml)) 0 0 0 0 0 0 0 300 0.

(3) Jurnal HPT. Volume 1 Nomor 4 `. Desember 2013. Tabel 2. Uji penekanan penyakit bulai dengan bakteri Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. Perlakuan. P. maydis (Spora/ml) 0. Isolat Bacillus sp. (cfu/ml) 0. Isolat Pseudomonas sp. (cfu/ml) 0. Dimetomorf 50 % (5gr/L (ml)) 0. POA (Kontrol) POB 103 0 0 0 (Kontrol) 109 (UB-ABS1) 0 0 P1 103 3 109 (UB-ABS2) 0 0 P2 10 3 9 10 (UB-ABS3) 0 0 P3 10 109 (UB-ABS4) 0 0 P4 103 109 (UB-ABS5) 0 0 P5 103 3 P6 10 0 109 (UB-PF2) 0 0 109 (UB-PF5) 0 P7 103 0 0 300 P8 103 Keterangan: Kontrol (POA) tanaman tidak diinokulasi patogen P. maydis dan tidak diberi perlakuan bakteri antagonis; Kontrol (POB) tanaman diinokulasi patogen P. maydis tidak diberi perlakuan bakteri antagonis.. PELAKSANAAN PENELITIAN Uji Penghambatan Sporulasi dan Perkecambahan Jamur P. maydis dengan Bakteri Antagonis Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. Daun yang terinfeksi bulai diisolasi dengan memotong pangkal daun pada sore hari. Kemudian daun di cuci dan di bersihkan dengan spon secara perlahan di bawah air mengalir pada bagian permukaan dan bawah daun. Kemudian Isolat bakteri yang berasal dari koleksi Laboratorium penyakit tumbuhan, ditumbuhkan pada media NA dan diinkubasi selama 48 jam. Isolat bakteri kemudian dijadikan suspensi dan disesuaikan pada konsentrasi 109cfu/ml. Daun yang sudah dibersihkan di semprotkan suspensi bakteri antagonis secara merata pada seluruh permukaan daun dan diinkubasi 6-12 jam dalam kondisi lembab dan gelap pada wadah yang sudah berisi larutan gula 10%. Setelah inkubasi, spora yang muncul pada bagian daun di isolasi menggunakan cork borer diameter 1 cm, vortex 10 detik kemudian teteskan 50µl pada preparat. Jumlah spora keseluruhan dan jumlah spora yang berkecambah diamati dibawah mikroskop. Persentase spora yang berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus :. % perkecambahan spora P. maydis   

(4)   =     x 100%. Uji Penekanan Serangan Penyakit Bulai dengan Bakteri Antagonis Tanah yang digunakan sebagai media tanam jagung disterilisasi menggunakan formalin 4% dan dikeringanginkan selama 35 hari. Benih jagung varietas P21 dicuci bersih dan ditanam pada media yang sudah disterilisasi sebanyak 5 benih per polybag. Isolat bakteri yang berasal dari koleksi Laboratorium penyakit tumbuhan, ditumbuhkan pada media NA dan diinkubasi selama 48 jam. Isolat bakteri kemudian di jadikan suspensi. Pada saat tanaman jagung berumur 9 hari setelah tanam (HST), tanaman jagung disemprot dengan bakteri antagonis yang sudah disesuaikan pada konsentrasi 109 cfu/ml secara merata pada seluruh bagian daun sebanyak 10 ml per tanaman. Sehari setelah tanaman jagung disemprot dengan bakteri antagonis (10 HST), tanaman diinokulasikan dengan patogen P. maydis secara merata sebanyak 5 ml per tanaman pada pukul 03.00 dini hari. Parameter pengamatan meliputi: a) Pertumbuhan jagung (Tinggi Tanaman, Diameter Batang, dan Jumlah Daun).. 21.

(5) 22. Jatnika et al., Pengaruh Aplikasi Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.. b) Persentase penyakit tanaman yang terserang bulai dihitung dengan rumus seperti yang dikemukakan Wang (1998): P = a/b x 100% Keterangan : P: Persentase penyakit a: Jumlah tanaman yang terinfeksi bulai b: Jumlah tanaman yang diamati Pengamatan dilakukan mulai 7, 14, 21 dan 28 hari setelah inokulasi P.maydis. Analisis data menggunakan ANOVA uji BNT (5%). Bila pengujian dihasilkan perbedaan yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHSAN Morfologi Jamur Terdapat konidiofor berbentuk menyerupai batang, kemudian pada cabang di ujung-ujungnya terdapat spora atau konidia, hingga membentuk tangkai konidium. Spora berbentuk bulat dan spora yang berkecambah membentuk pembuluh kecambah Gambar 1. Tingkat Sporulasi Jamur dan Persentase Perkecambahan Jamur Patogen P. maydis Perlakuan bakteri antagonis mampu menghambat sporulasi jamur patogen P. maydis. Isolat Bacillus sp. UB-ABS2, UBABS3, UB-ABS4, UB-ABS5, dan isolat Pseudomonas sp. UB-PF5 setara dengan perlakuan fungisida berbahan aktif. Dimetomorf 50% dalam menekan sporulasi P. maydis. Isolat Pseudomonas sp. UB-PF2 dan isolat Bacillus sp. UB-ABS1 menunjukan tingkat sporulasi yang tidak berbeda dengan perlakuan kontrol (P9) yang hanya diberi perlakuan aquades. Hal ini sesuai dengan penelitian Alina et al., 2012 bahwa bakteri strain Bacillus mampu menghambat sporulasi dari jamur patogen misalnya Fusarium. Selain itu, senyawasenyawa antibiosis dari Pseudomonas sp. dapat menghambat perkecambahan spora dari Altenaria alternata, Fusarium moniliforme dan Colletotrichum acutatum sebesar 82.7%, 67.6%, dan 67.3% (Kumar, 2011). Rerata sporulasi P. maydis dapat dilihat pada Tabel 3. Persentase Perkecambahan Peronosclerospora maydis. Spora. Aplikasi bakteri antagonis isolat Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. tidak dapat menekan perkecambahan spora P. maydis. Hal ini diduga karena faktor kelembaban yang tidak maksimal sehingga berpengaruh terhadap fase penularan selanjutnya. Perkecambahan diperlukan suhu yang sesuai dan kelembaban dalam bentuk lapisan air pada permukaan tanaman. Keadaan basah atau bentuk lapisan air ini harus berlangsung cukup lama hingga patogen mampu masuk atau melakukan penetrasi ke dalam sel atau jaringan.. A B. B. Gambar 1. Morfologi P. maydis; A. Konidiofor dengan konidium; B. Spora yang berkecambah.

(6) Jurnal HPT. Volume 1 Nomor 4 `. Desember 2013. Tabel 3. Rerata tingkat sporulasi Peronosclerospora maydis Perlakuan P1 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS1). Rerata tingkat sporulasi P. maydis (spora/cm2) 3990.00 ab. 3047.33 a P2 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS2) 3389.33 a P3 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS3) 3442.67 a P4 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS4) 2409.00 a P5 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS5) 3989.67ab P6 Isolat Pseudomonas sp. (UB-PF2) 2302.33 a P7 Isolat Pseudomonas sp. (UB-PF5) 3571.67 a P8 (Dimetomorf 50% (5 gr/L) 5525.00 b P9 (Kontrol) Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom pengamatan yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%; Kontrol (P9): aplikasi menggunakan aquades steril.. Jika hanya berlangsung sebentar maka patogen akan kekeringan dan mati, sehingga gagal melakukan serangan (Purnomo, 2006). Data persentase perkecambahan spora P. maydis dapat dilihat pada Tabel 4. Penekanan Serangan Penyakit Bulai Gejala penyakit bulai mulai terlihat pada pengamatan 7 hari setelah inokulasi Gambar 2. Isolat Bacillus sp. UB-ABS1, UB-ABS2, UB-ABS3, UB-ABS4, UB-ABS5 dan isolat Pseudomonas sp. UB-PF2 serta UB-PF5 dapat menekan serangan penyakit bulai. Pada pengamatan 14 hsi perlakuan bakteri mampu menekan serangan penyakit 14% hingga 43%. Pada pengamatan 21 hsi, isolat Bacillus sp. mampu menekan serangan penyakit bulai 16% hingga 37% dan isolat Pseudomonas sp. mampu menekan 33% hingga 50%, sedangkan fungisida berbahan aktif Dimetomorf 50% (P8) dapat menekan. serangan penyakit bulai mencapai 87%. Sedangkan pada pengamatan 28 hsi, bakteri antagonis mampu menekan serangan penyakit bulai isolat Bacillus sp. 16% hingga 17% dan isolat Pseudomonas sp. 33% hingga 50%, serta fungisida berbahan aktif Dimetomorf 50% mampu menekan serangan penyakit bulai 87% dibanding kontrol (POB). Hal ini sama dengan penelitian ElMersawy, (2000) bahwa Bacillus sp. dapat mengurangi persentase serangan Downy mildew. Mekanisme pengendalian penyakit oleh golongan bakteri bersifat langsung dan tidak langsung. Perlakuan bakteri antagonis seperti Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. dapat memberikan sistem pertahanan (bioprotektan), karena bakteri ini dapat mengeluarkan senyawa antibiosis yang mampu memberikan sinyal terhadap tanaman yang terserang agar melakukan pertahanan diri.. Tabel 4. Persentase perkecambahan spora Peronosclerospora maydis. Perlakuan. Persentase Perkecambahan (%). P1 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS1) 13.65 P2 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS2) 10.14 P3 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS3) 23.18 P4 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS4) 11.00 P5 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS5) 10.92 P6 Isolat Pseudomonas sp. (UB-PF2) 9.33 P7 Isolat Pseudomonas sp. (UB-PF5) 10.62 P8 (Dimetomorf 50% (5gr/L).) 7.31 P9 (Kontrol) 5.47 Keterangan: Hasil persentase pada pengamatan menunjukan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%; Kontrol (P9): aplikasi menggunakan aquades steril.. 23.

(7) 24. Jatnika et al., Pengaruh Aplikasi Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.. A. B. C. Gambar 2. Gejala bulai pada daun jagung; A. Klorotik memanjang sejajar tulang daun; B.Gejala sistemik bulai dengan batas warna yang jelas; C. Embun tepung putih di bawah permukaan daun tanaman jagung.. Bakteri-bakteri ini mampu menghasilkan senyawa-senyawa yang dapat mengakibatkan pertumbuhan cendawan terhambat (Leong 1988 dalam Hamdan et al., 1991). Haas dan Devago (2005), Pseudomonas sp. dapat mengeluarkan senyawa antibiotik, siderofor, dan metabolit sekunder lainnya yang sifatnya dapat menghambat aktivitas jamur. Selain itu, penelitian Sadoma et al. ,(2011), penggunaan Bacillus sp. mampu menekan P. maydis penyebab penyakit bulai jagung. Ongena et al., (1999) dalam Mukaromah (2005), menyatakan bahwa siderophore berperan dalam mekanisme Induced Systemic Resistance (ISR). Pada kondisi ini, siderophore menginduksi tanaman untuk menghasilkan asam salisilat yang berperan sebagai transduksi signal yang mengaktifkan gen-gen penginduksi pembentukan systemic acquered resistant (SAR). Wahyuni (2001) juga menyatakan bahwa ketahanan yang terbentuk tersebut efektif menekan perkembangan patogen termasuk cendawan, bakteri, dan virus (Chivasa et al., 1997). Penekanan intensitas serangan penyakit bulai juga berkaitan dengan kemampuan bakteri dalam berkolonisasi dengan daun dan menghasilkan senyawa metabolisme sekunder yang dapat melindungi daun dari infeksi patogen. Penelitian Javandira (2013), menunjukan. bahwa rata-rata populasi bakteri Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. pada permukaan daun jagung pada 7 hari setelah aplikasi adalah diatas 10 juta CFU per cm2. Hasil tersebut menunjukan bahwa bakteri Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. memiliki potensi epifitik yang baik pada permukaan daun jagung. Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. termasuk bakteri filosfer yaitu bakteri yang berada pada permukaan tanaman dan berpotensi sebagai biokontrol. Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. juga sejauh ini diketahui mampu hidup pada filosfer dengan rata-rata populasi 106 – 107 sel/cm2 atau 108 sel/gram daun (Lindow dan Brandl, 2003). Kemampuan bakteri dalam beradaptasi, bertahan dari tantangan fisik di lingkungan filosfer merupakan faktor yang membedakan komposisi populasinya (Meyer dan Leveau, 2012). Hasil penelitian dari Salerno dan Segardoy (2003) juga menunjukan dari 175 isolat bakteri yang diisolasi dari filosfer daun tanaman kacang kedelai, 51 isolat (29%) didominasi oleh bakteri Bacillus sp. Data rerata persentase dan penekanan penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur patogen Peronosclerospora maydis pada tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 5..

(8) Jurnal HPT. Volume 1 Nomor 4 `. Pertumbuhan Tanaman Jagung Setelah Inokulasi Patogen P. maydis Perlakuan Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung. Pada pengamatan 28 hari setelah inokulasi (hsi), perlakuan fungisida berbahan aktif 50% lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol tanpa inokulasi tanpa perlakuan (POA). Perlakuan isolat Bacillus sp. UB-ABS1 juga menunjukan hasil yang tidak berbeda dengan perlakuan isolat Pseudomonas sp. UB-PF5. Sedangkan tinggi tanaman perlakuan isolat Bacillus sp. UB-ABS2, UB-ABS3, UBABS4, UB-ABS5 dan isolat Pseudomonas sp. UB-PF2 tidak berbeda dengan kontrol inokulasi tanpa perlakuan (POB). Hal ini menunjukan bahwa Perlakuan bakteri antagonis Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. menunjukan rerata pertumbuhan yang lebih rendah dari perlakuan kontrol tanpa inokulasi tanpa perlakuan (POA), namun lebih tinggi dari perlakuan yang diinokulasi tanpa perlakuan (POB), hal ini karena pada perlakuan kontrol (POB) tidak diberi perlakuan pengendalian sedangkan perlakuan P1 hingga P7 diberi perlakuan bakteri antagonis Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Hatayama (2005), bahwa PGPR seperti Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. mampu memberikan pengaruh langsung yaitu dapat memicu pertumbuhan tanaman (biostimulan), sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu bakteri mampu menghambat pertumbuhan mikroba merugikan seperti penyebab penyakit (patogen tumbuhan). Oleh karena itu, tanaman yang diberikan perlakuan bakteri antagonis memiliki hasil tinggi tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol (POB).. Desember 2013. Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. termasuk dalam kategori PGPR. Indikasi adanya mekanisme yang mendukung pertumbuhan oleh PGPR (Plant growth Promoting Rhizobacteria) adalah pada saat bakteri PGPR meningkatkan pertumbuhan tanaman dan ketahanan tanaman melalui kemampuan memproduksi ZPT (Zat pengatur Tumbuh), pelarut fosfat yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat, kemampuan produksi antibiotik, memproduksi siderofor, yang berperan dalam induksi resistensi atau peningkatan ketahanan tanaman terhadap OPT. Hasil penelitian Masnilah et al., (2006) menunjukkan bahwa perlakuan bakteri yang tergolong PGPR dapat meningkatkan pertumbuhan akar tanaman kedelai. Beberapa Bacillus dan Pseudomonas mampu melakukan pelarutan fosfat. Keberadaan bakteri tersebut mampu membantu kelarutan fosfat hingga 2-3 kali lebih banyak (Vessey, 2003). Pelarutan fosfat secara biologis terjadi karena mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim diantaranya enzim fosfatase (Lynch, 1983) dan enzim fitase (Alexander, 1977). Fosfatase merupakan enzim yang dihasilkan apabila ketersediaan fosfat rendah. Pada proses mineralisasi bahan organik, senyawa fosfat organik diuraikan menjadi bentuk fosfat anorganik yang tersedia bagi tanaman dengan bantuan enzim fosfatase (Paul dan Clark, 1989). Sehingga penyerapan unsur-unsur hara yang kurang tersedia pada tanaman dapat segera terpenuhi. Grafik tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 3.. 25.

(9) 7. 14 21 28 Serangan Penekanan Serangan Penekanan Serangan Penekanan Serangan Penekanan POB (Kontrol) 53.33 c 0.00 70.00 c 0.00 80.00 e 0.00 80.00 d 0.00 P1 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS1) 46.67 bc 12.48 43.33 b 38.1 50.00 bc 37.5 56.67 bc 29.16 P2 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS2) 60.00 c 12.50 60.00 bc 14.28 66.67 cd 16.66 66.67 c 16.66 P3 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS3) 50.00 bc 6.2 60.00 bc 14.28 60.00 cd 25.00 66.67 c 16.66 P4 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS4) 53.33 c 0.00 46.67 b 33.32 50.00 bc 37.5 50.00 bc 37.5 P5 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS5) 53.33 c 0.00 56.67 bc 19.04 56.67 bc 29.16 56.67 bc 29.16 P6 Isolat Pseudomonas sp. (UB-PF2) 43.33 bc 18.75 53.33 bc 23.81 53.33 bc 33.32 53.33 bc 33.32 P7 Isolat Pseudomonas sp. (UB-PF5) 26.67 ab 49.9 40.00 b 42.85 40.00 b 50.00 40.00 b 50.00 P8 (Dimetomorf 50% (5gr/L)) 6.67 a 87.49 10.00 a 87.51 10.00 a 87.51 10.00 a 87.51 Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom pengamatan yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%; HSI (hari setelah inokulasi); POB: kontrol (tanaman diinokulasi patogen dan tanpa perlakuan).. Perlakuan. Persentase serangan dan penekanan penyakit bulai (%), Umur pengamatan (HSI). Tabel 5. Rerata persentase dan penekanan penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur patogen Peronosclerospora maydis pada tanaman jagung Jatnika et al., Pengaruh Aplikasi Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. 26.

(10) Jurnal HPT. TinggiTanaman (cm). Volume 1 Nomor 4 `. Desember 2013. 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 P0A P0B P1. P2 P3 P4 Perlakuan. P5. P6. P7. P8. Gambarr 3. Grafik rerata tinggi tanaman jagung 4 minggu setelah inokulasi jamur patogen P. maydis. POA: Kontrol (tanpa inokulasi dan tanpa perlakuan); POB: Kontrol (diinokulasi dan tanpa perlakuan); P1: isolat Bacillus sp. UB-ABS1; P2: isolat Bacillus sp. UB-ABS2; UB P3: isolat Bacillus sp. UB-ABS3; ABS3; P4: isolat Bacillus sp. UB-ABS4, ABS4, P5: isolat Bacillus sp. UBABS5; P6: isolat Pseudomonas sp. UB-PF2; P7: isolat Pseudomonas sp. UB-PF5; P8: Fungisida b.a Dimetomorf 50% (5gr/L).. KESIMPULAN 1.. 2.. 3.. Perlakuan Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. dapat menekan sporulasi jamur patogen P. maydis. Namun, tidak dapat menekan perkecambahan jamur Peronosclerospora maydis. Isolat Bacillus sp. dan isolat Pseudomonas sp. mampu menekan penyakit bulai. Tingkat penekanan tertinggi pada isolat Pseudomonas seudomonas sp. UB-PF5 sebesar 50%. Bakteri Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung. Bakteri terbaik yang dapat menstimulasi pertumbuhan tanaman jagung adalah isolat Pseudomonas sp. UB-PF5 dan isolat Bacillus sp. UBABS1. SARAN. Harapan kedepannya, isolat bakteri antagonis Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. yang diketahui memiliki potensi dalam menekan penyakit bulai terus dikembangkan sehingga bisa menjadi pengendalian yang lebih efektif lagi dalam menekan serangan penyakit bulai.. DAFTAR PUSTAKA Alexander, M. 1977. Introduction to Soil Mycrobiology. 2nd Ed. John Wiley and Sons. New York. 467p. Alina, O., Florin, and Petruta, C. 2012. New Screening Methods For Evaluation of Fusarium Sporulation Inhibition by Bacillus Biocontrol ocontrol Strains. Journal Biotechnologies, Vol. XVI Chivasa, S., Murphy, A.M., Naylor, M. and Carr, J.P. 1997. Salicylic Acid Interferst with Tobacco mosaic virus Replication Via a Novel Salicylhydroxamic Acid-Sensitive Mechanism. Plant cells. cells 9: 547-557. El-Mersawy, Mersawy, E.M. 2000. Biological Control of Maize Downy mildew Disease Caused by Peronosclerospora sorghi in Egypt. J. Agric. Sci. Mansoura Univ. 25 (11): 6787-6794. 6787 Haas, D., and Devago, G. 2005. Biological Control of Soil Borne Pathogens by Pseudomonas fluorescenst. fluorescenst Nature Reviews Microbiology. Vol.3. pp. 307-319. Habazar, T., dan Yaherwandi. 2006. Pengendalian Hayati Hama dan Penyakit Tumbuhan. Tumbuhan Universitas Andalas. Padang.. 27.

(11) 28. Jatnika et al., Pengaruh Aplikasi Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.. Hamdan, H., Weller, D.M., Thomashow, L.S. 1991. Relative Importance of Fluorescent Siderophores and Other Factors in Biological Control of Gaeumannomyces graminis var tritici by UB-PF2-79 and M4-80R. Applied and Environmental Microbiology. 57(11):3270-3277. Hatayama, K., Kawai, S., Shoun, H., Ueda, Y., dan Nakamura, A. 2005. Pseudomonas azotifigens sp. nov., a novel nitrogen-fixing bacterium isolated from a compost pile. International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology. 55:1539-1544. Javandira, C. 2013. Potensi Bakteri Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. sebagai Pengendali Hayati Hawar Daun Tanaman Jagung yang Disebabkan oleh Bakteri Pantoea sp. Tesis. Universitas Brawijaya. Malang. Kumar, R.M., Prakash, O., Tiwari, A.K., Pandey, A., Alam, M., and Dikshit, A. 2011. Culture Filtrate Antibiosis of Plant Growth Promoting Rhizobacteria PGPRs Againts Phytopathogens Infecting Medicinal and Aromatic Plants. International Journals of Research in Biological Sciences. Lindow, S.E., dan Brandl, M.T. 2003. Microbiology of The Phyllosphere. Journal Applied and Environmental Microbiology. 69 : 1875-1883. Lynch, J. M. 1983. Soil Biotechnology. Blackwell Sci. Pub. Com London. 191p. Masnilah, R.P.A., Mihardja, dan Restuningsih. 2006. Pemanfaatan Bacillus sp. sebagai Biopestisida untuk Pengendalian Hayati Bakteri .Penyebab Penyakit Layu pada Tomat. Jurnal Mapeta. 8 (2) : 87-94 Meyer, K.M., dan Leveau, J.H.J. 2012. Microbiology of the Phyllosphere : a Playground for Testing Ecological. Concepts. Journal 168:621-629.. of. Oecologia.. Mukaromah, F. 2005. Hubungan Antara Populasi Afid dengan Kejadian Penyakit CMV padaTembakau H382 yang Diintroduksi Bakteri Pseudomonas aeruginosa, Cacing Merah (Lumbricus rubellus) dan Virus CMV-48. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Jember. Paul, E.A., and Clark, F.E. 1989. Phosporus Transformation in Soil. In soil Microbiology and Biochemistry. Academic Press. Inc. Harcourt Brace Jovanovich. Publ. New York. Purnomo, Bambang. 2006. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman: Proses terjadinya Penyakit Tumbuhan. Sadoma, M.T., El-Sayed, A.B.B., and ElMoghazy, S.M. 2011. Biological Control of Downy mildew Disease of Maize Caused by Peronosclerospora sorghi Using Certain Biocontrol Agents Alone or In Combination. J. Agric. Res. Kafer El-Sheikh Univ. 37 (1) 2011. Salerno, C.M. and Sagorday, M. A. 2003. Antagonistic Activity by Bacillus subtilis Againts Xanthomonas campestris pv. Glycines Under Controlled Conditions. Spanish Journal of Agricultural Research. 1(2):55-58. Sejathi. 2011. Usaha Meningkatkan jagung manis. Tersedia dalam http://id. Shvoong.com/exactciences/agronomyagriculture/2122282-usahameningkatkan-hasil-jagung-manis, 24 Maret 2012. Semangun, H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Vessey, J.K. 2003. Plant Growth Promoting Rhizobacteria as Biofertilizers. Plant and Soil 255:571-586..

(12) Jurnal HPT. Volume 1 Nomor 4 `. Wahyuni, W.S. 2001. Peranan Asam Salisilat, H2O2, dan CaCl2 sebagai Penginduksi Ketahanan Tanaman Terhadap Infeksi Cucumber mosaic virus. Prosd. Hasil Penelitian Hibah DUE Project Universitas Jember 1: 35-41. Wang, J.F., Hanson, P., and Barnes, J.A. 1998. Worlwide Evaluation of an International Set of Resistance Sources to Bacterial Wilt in Tomato. Pages 269-275 in: Bacterial Wilt. Desember 2013. Disease: Molecular and Ecological Aspects. P. Prior, Allen, C. and Elphinstone, J. Eds. Springer Verlag. Berlin. Germany. Wang,. S.L., and Chang, W.T. 1997. Purification and Characterization of Two Bifungsional Chitinases/ Lysozymes Extracellularly Produced by Pseudomonas aeruginosa K-187 in a Shrimp and Crab Shell Powder Medium, Appl. and Environ. Microbial. 63 (2) : 380 – 386.. 29.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, pada penelitian tersebut, aspek yang dinilai adalah proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sedangkan pada penelitian ini tidak hanya proses pembelajaran,

Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Analisis deskriptif untuk melihat nilai rerata hasil kemampuan metakognitif.

Penelitian kualitatif ini untuk mendeskripsikan kesulitan yang dialami peserta didik MTs Muhammadiyah 1 Malang serta upaya pemberian scaffolding dalam menyelesaikan masalah

[r]

Puji Syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang ber-judul ”Pengaruh

Instansi pemberi izin, dalam pemberian izin pembangunan, instansi yang berwenang menerbitkan izin harus mengacu pada rencana tata ruang yang telah ditetapkan dan

Switch jaringan dapat digunakan sebagai pengHubung komputer atau Router pada satu area yang terbatas, Switch juga bekerja pada lapisan data link, cara kerja Switch hampir sama

• Hal yang paling ditakuti pada umumnya ialah kematian • Pertanyaan yang mendasar dalam pikiran kita ialah:. - Apakah arti kehidupan dan apakah arti