• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Partisipasi

a. Pengertian Partisipasi

Partisipasi menurut Wiriaatmadja (2010: 140) merupakan keterlibatan manusia secara keseluruhan, atau adaptasi mereka terhadap situasi atau latar yang sedang ditelaah. Partisipasi menurut Echols (Suryosubroto, 2009: 293) berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Sedangkan Partisipasi menurut Tjokrowinoto (Suryosubroto, 2009: 293) adalah penyertaan mental dan emosi seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan, bersama-sama bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut. Menurut Davis (Suryosubroto, 2009: 294) juga menyatakan bahwa partisipasi sebagai keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.

Menurut Gie (Suryosubroto, 2009: 294) Partisipasi meliputi satu aktivitas untuk membangkitkan perasaan keikutsertaan dalam organisasi dan ikutsertanya dalam kegiatan organisasi. Adapun konsep partisipasi menurut Ensiklopedi pendidikan adalah suatu gejala

(2)

demokratis saat orang diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi serta fisik anggota dalam memberikan inisiatif terhadap kegiatan-kegiatan yang dilancarkan oleh organisasi serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya.

b. Unsur-unsur partisipasi

Berdasarkan pengertian di atas menurut Suryosubroto (2009: 295) dapat diketahui bahwa dalam partisipasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut :

1) Keterlibatan anggota dalam segala kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi.

2) Kemauan anggota untuk berinisiatif dan berekreasi dalam kegiatan-kegiatan yang dilancarkan oleh organisasi.

Adapun sifat dari partisipasi antara lain : 1) Adanya kesadaran dari para anggota kelompok 2) Tidak adanya unsur paksaan

3) Anggota merasa ikut memiliki, (Suryosubroto, 2009: 295).

Menurut Sudjana (Taniredja, dkk, 2010: 57) aspek-aspek partisipasi yang perlu diamati dalam membuat pedoman observasi partisipasi adalah :

(3)

1) Memberikan pendapat untuk pemecahan masalah. 2) Memberikan tanggapan terhadap pendapat orang lain. 3) Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

4) Motivasi dalam mengerjakan tugas.

5) Toleransi dan mau menerima pendapat orang lain. 6) Mempunyai tanggung jawab sebagai anggota kelompok.

Pembelajaran yang berpusat pada partisipasi peserta didik akan membuat peserta didik mampu mengingat hampir keseluruhan materi yang diberikan, karena mereka terlibat aktif, kreatif, dan menyenangkan di dalamnya, sehingga tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan bisa dicapai semaksimal mungkin. Teknik ini akan membuat siswa berusaha mengembangkan tingkat pemahamannya terhadap apa yang mereka inginkan untuk mereka pelajari. Peserta didik tidak hanya mendengar kemudian lupa atau melihat dan mencoba ingat, tetapi mereka melakukan sesuatu sehingga mereka mengerti. Dalam hal ini partisipasi merupakan keterlibatan seseorang baik pikiran maupun tenaga untuk memperoleh manfaat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Tidak ada proses belajar tanpa partisipasi dan keaktifan anak didik yang belajar. Setiap anak didik pasti aktif dalam belajar, hanya yang membedakannya adalah kadar atau bobot keaktifan anak didik dalam belajar. Ada keaktifan itu dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. Disini perlu kreatifitas guru dalam mengajar agar siswa

(4)

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Penggunaan strategi dan metode yang tepat akan menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Untuk mengetahui tingkat partisipasi siswa tentu harus memiliki instrumennya, yaitu peneliti melakukan observasi dengan berbagai pernyataan yang ada dengan mengacu pada indikator atau kisi-kisi yang telah ada.

Adapun pernyataan yang mengacu pada aspek-aspek partisipasi siswa menurut Sudjana yang perlu diamati dalam observasi partisipasi siswa antara lain : 1) Siswa merumuskan masalah dengan membandingkan pengetahuan lama dengan pengetahuan barunya, 2) Siswa menunjukkan kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) berpikir kritis, 3) Siswa melakukan observasi (pengalaman nyata), 4) Siswa menyampaikan pertanyaan, pendapat atau sanggahan dan jawaban pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung mulai dari pendahuluan, inti, sampai dengan penutup dengan catatan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya sehingga tidak ada siswa yang diam saja karena malu bertanya kepada teman ataupun guru tentang materi yang belum ia pahami. Tanya jawab diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, dan siswa dengan guru. Dengan bertanya merupakan wujud keingintahuan siswa aktif dan kritis, dengan guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa. Siswa menyampaikan pendapat atau sanggahan pada saat proses

(5)

pembelajaran berlangsung, kalau sudah diyakini akan sesuatu siswa dapat mempertahankan pendapatnya tidak mudah melepas hal yang diyakini itu sehingga ketika diskusi kelompok siswa tidak ada diam saja, Siswa menyampaikan sanggahan pada saat proses pembelajaran berlangsung sehingga ketika siswa banyak menyanggah berarti semua materi yang ia ingin tahu akan terjawab, 5) Siswa menyajikan hasil observasi dalam tulisan dengan mengisi lembar observasi siswa yang sudah disediakan, 6) Siswa berbagi pengalaman dan gagasan dengan mengkomunikasikan hasil observasi pada teman sekelas dan guru, 7) Siswa menemukan kesimpulan (pengetahuan baru). Jika siswa melakukan partisipasi di atas dengan baik maka siswa tersebut telah mencapai tujuan yaitu hasil pembelajaran.

c. Manfaat Partisipasi

Keith Davis mengemukakan manfaat adanya partisipasi adalah : 1. Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar.

2. Dapat digunakan kemampuan berfikir kreatif dari para anggotanya. 3. Dapat mengendalikan nilai-nilai martabat manusia, motivasi serta

membangun kepentingan bersama.

4. Lebih mendorong orang untuk bertanggung jawab.

5. Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan-perubahan (Suryosubroto, 2009: 296).

(6)

2. Prestasi Belajar a. Hakikat Belajar

Menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dengan mengalami hal itu anak akan belajar terus menerus dengan lingkungannya secara sadar dan sengaja.

Menurut Hilgard dan Marquis (Sagala, 2011: 13) Belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan sebagainya sehingga terjadi perubahan dalam diri. Sebagaimana dikemukakan oleh Mursell (Sagala, 2011: 13) Belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri, dan memperoleh sendiri. Belajar menurut pandangan Bloom (Sagala, 2011: 34) belajar adalah perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, sebagai masyarakat, maupun sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Dari berbagai pandangan tersebut mengenai belajar, diantara para ahli tersebut ada perbedaan mengenai pengertian belajar, namun terdapat kesamaan makna maupun konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada “suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek aktifitas mental atau psikis atau

(7)

pengalaman tertentu”. Belajar itu membawa perubahan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tingkah laku yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan untuk memperoleh pengetahuan karena pengalaman dan latihan, perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja.

b. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Hamdani (2011: 137) prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Menurut Kodir (2011: 138) pengertian prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengejar. Purwadarminta (Hamdani, 2011: 137) berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan dan dikerjakan).

Setelah menelusuri uraian di atas, dapat dipahami mengenai prestasi yang pada dasarnya merupakan hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Prestasi belajar siswa sama dengan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.

(8)

Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah sesuatu yang telah dicapai oleh siswa setelah melaksanakan proses belajar mengajar.

c. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, akan tetapi menurut Slameto (2010: 54-71) dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu :

1. Faktor-Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang berpengaruh dari dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor-faktor intern antara lain meliputi :

a. Faktor Jasmaniah

Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh yang berkaitan dengan struktur atau anggota tubuh seperti pendengaran, penglihatan, pengucapan, penciuman, dan lain sebagainya.

b. Faktor Psikologis

Faktor Psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

(9)

c. Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan kelelahan dalam belajar.

2. Faktor-Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar yang datangnya dari luar siswa. Faktor-faktor ekstern meliputi :

a. Faktor Keluarga

Faktor keluarga antara lain meliputi bagaimana cara orang tua mendidik anak, bagaimana relasi antar anggota keluarga, bagaimana suasana rumah, bagaimana keadaan ekonomi keluarga, bagaimana pengertian orang tua terhadap anak, dan bagaimana latar belakang kebudayaan.

b. Faktor Sekolah

Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,

(10)

alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung sekolah, metode belajar, dan tugas rumah atau pekerjaan rumah.

c. Faktor Masyarakat

Faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dia berada.

3. Contextual Teaching & Learning Inquiry

a. Pengertian Pendekatan Kontekstual atau CTL

Menurut Johnson (2010: 67) CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.

Sedangakan menurut Ahmadi, dkk (2011: 80) pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya secara teoritis dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari

(11)

dengan cara melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, antara lain : konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian otentik (authentic assessment).

Proses pendekatan belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Sedangkan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Nurhadi (Sugiyanto, 2010: 14) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapinya.

b. Pengertian Inquiry (Menemukan)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat

(12)

fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Inquiry adalah model atau sistem pembelajaran yang membantu siswa baik secara individu maupun kelompok belajar untuk menemukan sendiri sesuai dengan pengalaman masing-masing.

Dilihat dari segi kepuasan emosional, sesuatu hasil menemukan sendiri, nilai kepuasan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pemberian. Beranjak dari logika yang cukup sederhana itu tampaknya akan memiliki hubungan yang erat bila dikaitkan dengan pendekatan pembelajaran. Hasil pembelajaran merupakan hasil dari kreativitas siswa sendiri, akan bersifat lebih tahan lama diingat oleh siswa bila dibandingkan dengan pemberian dari guru. Untuk menumbuhkan kebiasaan siswa secara kreatif agar bisa menemukan pengalaman belajarnya sendiri guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya, siklus Inquiry menurut Ahmadi, dkk (2011: 84) terdiri dari :

1) Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman 2) Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis 3) Observasi (observation)

4) Mengajukan dugaan (hiphotesis) 5) Bertanya (questioning)

6) Mengumpulkan data (data gathering) 7) Menyimpulkan (conclussion).

(13)

c. Langkah-langkah kegiatan Inquiry

Tugas guru dalam kegiatan Inquiry adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih berurusan dengan strategi daripada memberi informasi dan guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher centered.

Secara sederhana menurut Ahmadi, dkk (2011: 84) langkah-langkah kegiatan Inquiry dalam kelas adalah sebagai berikut :

1) Merumuskan masalah dalam mata pelajaran apapun, 2) Mengamati atau melakukan observasi,

3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya,

4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audience yang lain.

d. Kelebihan dan Kekurangan CTL Kegiatan Inquiry

Berikut ini beberapa kelebihan dari pendekatan CTL kegiatan Inquiry adalah :

1) Memotivasi siswa belajar berpikir kritis.

2) Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

3) Meningkatkan kerja sama karena belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, dan saling mengoreksi.

(14)

4) Menjadikan siswa menjadi teliti dalam mengamati sesuatu dan menjadi sebuah pemahaman.

5) Melatih siswa untuk menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya.

6) Melatih mental siswa agar terbiasa mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karyanya pada teman sekelas, guru, atau audience yang lain.

Adapun kelemahan dari pembelajaran CTL kegiatan Inquiry adalah sebagai berikut :

1) Membutuhkan waktu yang relatif lama dalam penyampaian materi. 2) Membuat kelas menjadi ramai dan gaduh bila terjadi interaksi antar

siswa kurang terarah dan guru kurang bisa menguasai kelas.

3) Untuk mengarahkan siswa berpikir kritis dan untuk memecahkan masalah masih sulit.

4. Pembelajaran PKn kebebasan berorganisasi a. Pengertian Pembelajaran PKn

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (Sagala, 2011: 62) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai

(15)

dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.

Karakteristik pembelajaran menurut Sagala (2011: 63) yaitu : 1. Dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa

secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir.

2. Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

Menurut Pasal 37 Ayat (1) UU RI No. 20 Tahun 2003, ”Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional tentang dasar fungsi dan tujuan pendidikan pasal 2 dikatakan: ”Pendidikan Nasional Berdasarkan Pancasila dan UUD RI tahun 1945”.

Menurut Zamroni (Tanireja, 2009: 3) pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk

(16)

mempersiapkan warga masyarakat berfikir kritis dan dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang tidak dapat begitu saja meniru dan mentransformasikan nilai-nilai demokrasi.

Selanjutnya Pasal 3 dikatakan: ”Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Sedangkan menurut Azra (Tanireja, 2009: 2) secara bahasa Civic Education oleh sebagian pakar diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewarganegaraan.

Materi pokok PKn adalah menyangkut hubungan antara warganegara dan negara. Dalam pelaksanaannya selama ini pada jenjang Pendidikan Dasar PKn digabungkan dengan Pendidikan Pancasila. PKn adalah salah satu mata pelajaran yang dapat mengembangkan tiga aspek, yaitu : segi pengetahuan (cognitive), segi sikap dan perasaan (affective), dan segi perbuatan (psychomotor).

Pengertian sikap dalam PKn ialah persiapan pribadi untuk berbuat atau bereaksi dengan tingkah laku tertentu apabila dihadapkan suatu permasalahan yang berhubungan dengan moral Pancasila. Jadi sikap itu

(17)

tetap tersimpan pada suatu masalah. Pernyataan sikap dalam bentuk kata-kata perbuatan ataupun tulisan. Pengertian perbuatan dalam PKn yang menyangkut segi psikomotor adalah lebih ditekankan pada tingkah laku manusia yang berkaitan dengan keterampilan.

b. Tujuan Mata Pelajaran PKn SD

Menurut Fathurrohman dan Wuryandani (2011: 7) tujuan mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagi berikut :

1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi isu kewarganegaraan.

2) Berpartisiapasi secara bermutu dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

c. Kebebasan Berorganisasi

Menurut Griffin (Sagala, 2011: 14) Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja sama dalam struktur dan koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu. Organisasi sebagai kumpulan

(18)

orang yang melaksanakan fungsi berbeda tetapi saling berhubungan dan dikoordinasikan agar sebuah tugas atau lebih dapat diselesaikan, Griffiths (Sagala, 2011: 14). Menurut Etzioni (Sagala, 2011: 14) Organisasi sebagai suatu kesatuan sosial atau pengelompokan manusia yang dibentuk secara sengaja dengan penuh pertimbangan dan adanya ikatan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dan unit sosial.

Menurut Barnard (Sagala, 2011: 15) Organisasi adalah kumpulan individu sebagai suatu sistem kerjasama yang terkoordinir secara sadar dilakukan oleh dua orang atau lebih, bisa juga sebagai suatu sistem yang berdiri sendiri dari berbagai kegiatan yang saling berhubungan. Menurut Sutarto (Sagala, 2011: 15) Organisasi adalah sebagai suatu sistem kerja sama, sistem hubungan, sistem sosial, dan sistem saling pengaruh antara orang dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.

Pendapat para ahli tersebut menunjukkan bahwa organisasi adalah hubungan struktural yang mengikat dan kerangka dasar tempat individu-individu dikoordinasi yang di dalamnya dilakukan pembagian kerja, karena adanya bidang kerja yang harus diselesaikan dan adanya orang-orang yang wajib menunaikan tugas tertentu. Organisasi sebagai suatu wadah berinteraksi dan bekerja sama, yaitu tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan orang-orang dalam mencapai tujuan yang di dalamnya terdapat kedudukan, jabatan, saluran, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing anggotanya.

(19)

Ada 3 unsur penting yang disusun dalam organisasi yaitu proses organisasi, pekerjaan orang-orang dalam organisasi, dan sistem yang berlaku dalam organisasi. Menurut Kasali (Sagala, 2011: 16) Manusia yang diperlukan dalam organisasi adalah manusia yang mau beradaptasi dengan tuntutan organisasi, karakter seperti ini dapat tumbuh karena bentukan lingkungan organisasi yang berinteraksi dengan unsur internal pada setiap orang. Jadi derajat organisasi itu akan sangat ditentukan oleh siapa manusia yang berinteraksi dan bekerjasama berada di dalamnya untuk mencapai tujuan organisasi.

d. Materi PKn Kelas V Kebebasan Berorganisasi

Materi PKn kelas V yang terdapat pada semester II (genap). Standar Kompetensi : 3. Memahami kebebasan berorganisasi

Kompetensi Dasar : 3.2 Menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat

Materi pada kompetensi dasar ini diajarkan pada pertengahan materi memahami kebebasan berorganisasi. Materi ini juga termasuk materi yang memerlukan konsentrasi dan pemahaman yang lebih, karena pada materi ini sangat membutuhkan daya ingat yang ekstra untuk mengingat contoh-contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat. Kompetensi dasar menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat ringkasan materinya antara lain :

(20)

1. Bentuk Organisasi di Sekolah

Bentuk organisasi di sekolah antara lain pramuka ,koperasi sekolah, UKS atau usaha kesehatan sekolah, dokter kecil, PMR atau palang merah remaja, perpustakaan, tim olahraga, tim kesenian, komite sekolah, dan kelompok belajar.

2. Bentuk – bentuk Organisasi Masyarakat

a) Organisasi kemasyarakatan meliputi RT atau rukun tetangga, RW atau rukun warga, desa atau kelurahan, BPD atau badan permusyawaratan desa, dewan kelurahan, ibu PKK, karang taruna, kesenian, yayasan, posyandu, arisan, OR, penyuluhan kesehatan, membentuk koperasi.

b) Organisasi Pemerintahan meliputi organisasi pemerintahan kelurahan, organisasi pemerintahan kecamatan, organisasi pemerintahan kabupaten, organisasi pemerintahan provinsi, dan organisasi pemerintahan pusat.

c) Organisasi Politik yaitu partai politik

d) Organisasi Ekonomi meliputi perusahaan di desa-desa, kelompok tani, dan susunan kepengurusan organisasi di masyarakat.

Disini peneliti akan membahas tentang berbagai macam organisasi di sekolah dan masyarakat, tujuan, anggota, struktur organisasi, tata tertib, susunan kepengurusan organisasi organisasi di sekolah dan masyarakat.

(21)

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian-penelitian yang relevan yang sudah dilaksanakan yaitu Asep Armaniko (2011) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Bebas Melalui Pembelajaran Contextual Teaching & Learning di Kelas V SD Negeri 2 Limpakuwus”. Dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa : a. Kemampuan guru dalam menyusun RPP dengan menerapkan CTL di

setiap siklus meningkat, hal ini dapat dilihat melalui data yang diperoleh yaitu pada siklus I mendapatkan rata-rata 3,7 kemudian meningkat pada siklus II menjadi 3,85 mengalami peningkatan sekitar 0,15.

b. Kinerja peneliti selaku pelaku tindakan atau guru dalam menerapkan CTL dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia itu meningkat dari siklus I sampai dengan siklus II. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus I 3,175 dan meningkat pada siklus II menjadi 3,9 meningkat sekitar 0,725.

c. Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang menerapkan CTL Dengan Materi Menulis Puisi Bebas, Dapat Meningkatkan Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V SDN 2 Limpakuwus. Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai belajar siswa dari siklus I sampai dengan siklus II. Pada data awal diperoleh nilai rata-rata 68,97 dengan ketuntasan belajar adalah 30,80%, dan pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 72,02 dengan ketuntasan belajarnya adalah 56,41%, selanjutnya pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 80,58 dengan ketuntasan belajar adalah 87,18.

(22)

C. Kerangka berfikir

Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap guru dan siswa kelas V SD Negeri Danasri, maka diperoleh suatu permasalahan dalam pembelajaran PKn pada materi memahami kebebasan berorganisasi, kondisi awal pembelajaran masih kurang melibatkan partisipasi siswa tidak aktif dalam pembelajaran. Siswa masih ada yang mengobrol sendiri, bengong dan tidak memperhatikan penjelasan guru ketika guru menerangkan di depan kelas, sehingga pada saat guru memberikan evaluasi nilai yang diperoleh siswa masih dibawah standar KKM. Selain disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran dan strategi pembelajaran yang tidak tepat, juga berakar pada penggunaan metode pembelajaran konvensional yang selalu menggunakan metode ceramah yang bersifat klasikal, tanpa pernah diselingi dengan metode yang lebih menarik serta menantang siswa untuk berusaha. Banyak siswa yang kurang memperhatikan apa yang sedang dijelaskan oleh guru, sehingga peningkatan prestasi belajar siswa kurang.

Maka peneliti melakukan perubahan dengan mencari model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa dan materi pelajaran yang akan dibahas, model pembelajaran tersebut adalah pendekatan CTL Inquiry. Dengan pendekatan kontekstual kegiatan Inquiry ini diharapkan siswa dapat berpartisipasi aktif saat pembelajaran sehingga keberanian siswa dalam bertanya, kemampuan bekerjasama dan pemahaman terhadap materi memahami kebebasan berorganisasi pun dapat meningkat. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, diduga penggunaan pembelajaran pendekatan

(23)

CTL Inquiry dapat meningkatkan prestasi dan partisipasi siswa pada materi memahami kebebasan berorganisasi.

Dengan model pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan potensi-potensi siswa secara optimal. Berkembangnya potensi siswa dalam pembelajaran akan berdampak positif bagi pencapaian prestasi belajar siswa yang maksimal. Melalui penggunaan model CTL Inquiry maka siswa dapat mengembangkan potensi dirinya dari berbagai kegiatan dalam proses pembelajaran antara lain :

1) Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran,

2) Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki,

3) Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdikusi, berpikir kritis, atau mengerjakan, proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok),

4) Perilaku dibangun atas kesadaran diri,

5) Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman,

6) Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri yang bersifat subyektif,

7) Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan,

8) Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik,

9) Pembelajaran terjadi di berbagai tempat dan konteks, dan 10) Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian otentik.

(24)

Penggunaan model pembelajaran ini dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa, seperti yang tergambar pada skema dibawah. Dari skema kerangka berfikir di bawah dapat dideskripsikan sebagai berikut : Pada kondisi awal peneliti belum menggunakan model pembelajaran CTL Inquiry, partisipasi dan prestasi belajar PKn masih rendah. Pada siklus I dan II peneliti melakukan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran CTL Inquiry maka partisipasi dan prestasi belajar PKn kelas V menjadi meningkat. Tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang memiliki peran dalam rangka mencapai tujuan adalah ketepatan mengorganisir peserta didik.

Rencana Tindakan Kondisi akhir Kondisi awal Siklus I Siklus II Model yang digunakan tidak tepat Menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning Inquiry Melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning Inquiry

meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar PKn siswa kelas V Rendahnya partisipasi dan prestasi belajar siswa Tindakan

(25)

D. Hipotesis penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan adalah:

1. Pembelajaran PKn materi kebebasan berorganisasi di sekolah dan masyarakat melalui pembelajaran pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning – CTL) Inquiry di SD Negeri Danasri dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa.

2. Pembelajaran PKn pada materi kebebasan berorganisasi di sekolah dan masyarakat melalui pembelajaran pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning – CTL) Inquiry di SD Negeri Danasri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Judul Penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Teaching terhadap Minat dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMPN 1 Sumbergempol pada Pokok Bahasan

Pada bulan ini seluruh kelompok jenis bangunan mengalami kenaikan indeks, Kelompok Bangunan Tempat Tinggal dan Bukan Tempat Tinggal naik sebesar 0,03 persen;

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk..

Gambar 2.1 Kerangka berpikir Konveksi Lida Jaya Cycle Effectiveness Efektivitas Produksi Processing Effectiveness waktu yang diperlukan bahan baku, produk dalam

pengepul di Malaysia dengan harga yang kurang bersaing sehingga perlu dilakukan penelitian pengolahan kakao menjadi produk coklat batangan dengan memanfaatkan lemak

Dari hasil survei mengenai pemakaian komputer pada kantor pemerintahan yang menangani masalah lingkungan di 37 kota-kota besar di Jepang pada Tabel 1 dan Gambar 5 dapat

Nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,111 juga menunjukkan nilai yang lebih besar dari nilai pada tingkat signifikansi yang telah ditentukan yaitu sebesar